Anda di halaman 1dari 106

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Skripsi Sarjana

2018

Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus


Dalam Menjalani Terapi Insulin di RSUP
H. Adam Malik Medan

Reliance, Ruth
Univesitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8440
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalani Terapi
Insulin Di RSUP H. Adam Malik Medan

SKRIPSI

oleh

Ruth Reliance

141101124

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara


ii

Lembar Pengesahan Hasil Sidang

Judul : Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi


Insulin di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama : Ruth Reliance
NIM : 141101124
Tahun Akademik : 2017/2018

Tanggal Lulus : 30 Juli 2018

Pembimbing Penguji

Penguji I

(Yesi Ariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Nunung F. Sitepu, S.Kep.,Ns.,MNS)


NIP. 198009092005012004 NIDT. 197502022017062001

Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini


sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Agustus 2018


An. Dekan
Wakil Dekan I

Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 1979061520055012002

ii

Universitas Sumatera Utara


iii

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-

Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Kepatuhan Pasien

Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi Insulin di RSUP H. Adam Malik

Medan”.

Selama menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan,

bantuan, baik secara materi maupun secara moril, maka pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta yang selalu setia mendoakan dan memberikan

support selama kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Setiawan, S.Kp.,MNS.,Ph.D selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Wakil Dekan I

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen

Penguji II yang telah memberikan masukan dalam skripsi saya ini.

4. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB selaku Wakil Dekan

II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Wakil

Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

iii

Universitas Sumatera Utara


6. Ibu Yesi Ariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang

selalu menyediakan waktu untuk memberikan masukan, saran,

motivasi, dan selalu membimbing saya selama menyusun skripsi ini.

7. Ibu Nunung F. Sitepu, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Dosen Penguji I yang

telah memberikan masukan kepada skripsi saya ini.

8. Ibu Lufthiani, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah menuntun dan memberikan masukan serta saran selama saya

melakukan studi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Asrizal, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,CWCC selaku validator kuisoner

peneliti.

10. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dalam kelancaran

penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh pasien RSUP H. Adam Malik Medan yang telah bersedia

menjadi responden peneliti.

12. Sahabat-sahabat saya Christie Yulansia Hutabarat, Merry Saira

Saragih, Mepi Dame Sinaga, Fekky Priandini, Dita Patresia,S.Ikom,

Indira Muliani Sinambela calon S.H, Feggy Yustika Sitinjak calon

S.Farm, Eldayiska Simbolon si anak baru, buat adekku Donny Faldi

yang selalu nanyain skripsi. Buat teman seperdopingan, Plores Sianturi,

Fitriana Simamora, Nurul Fitriyanti yang selalu saling mengingatkan

dan membantu, serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu-

persatu.

Universitas Sumatera Utara


Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu memberikan berkat-Nya kepada

semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran agar menjadi lebih baik kedepannya.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan kedepannya.

Medan, Juli 2018

(Ruth Reliance)

141101124

Universitas Sumatera Utara


Daftar Isi
halaman
Halaman judul ………………………………………………………….. i
Halaman pengesahan……………………………………………………. ii
Prakata………………………………………………………………….. iii
Daftar Isi………………………………………………………………… iv
Daftar Tabel…………………………………………………………….. v
Abstrak………………………………………………………………….. vi

Bab 1. Pendahuluan……………………………………………………. 1
1. Latar belakang………………………………………………... 1
2. Perumusan masalah…………………………………………... 5
3. Pertanyaan penelitian………………………………………… 6
4. Tujuan penelitian……………………………………………... 6
5. Manfaat penelitian……………………………………………. 6

Bab 2. Tinjauan pustaka………………………………………………. 8


1. Diabetes melitus……………………………………………… 8
1.1 Definsi diabetes melitus………………………………….. 8
1.2 Klasifikasi diabetes melitus………………………………. 8
1.3 Patofisiologi diabetes melitus……………………………. 12
1.4 Diagnosis diabetes melitus……………………………….. 13
1.5 Penatalaksanaan diabetes melitus………………………... 16
2. Kepatuhan……………………………………………………. 27
2.1 Definisi kepatuhan……………………………………….. 27
2.2 Pentingnya kepatuhan………………..…………………... 27
2.3 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan………………….. 27
2.4 Resiko potensial untuk ketidakpatuhan…………………. 28

Bab 3. Kerangka penelitian..................................................................... 30


1. Kerangka penelitian………………………………………….. 30
2. Definisi operasional………………………………………….. 30

Bab 4. Metodologi penelitian................................................................... 32


1. Desain penelitian…………………………………………….. 32
2. Populasi, sampel danteknik sampling………………………. 32
3. Lokasi dan waktu penelitian…………………………………. 34
4. Pertimbangan etik……………………………………………. 34
5. Instrumen penelitian…………………………………………. 35
6. Uji validitas dan uji reliabilitas………………………………. 35
7. Rencana pengumpulan data………………………………….. 36

iv

Universitas Sumatera Utara


8. Analisa data…………………………………………………... 36

Bab 5. Hasil dan Pembahasan………………………………………… 38


1. Hasil penelitian……………………………………………..... 38
1.1 Karateristik demografi responden……………………….. 38
1.2 Hasil kepatuhan…………………………………………. 40
1.3 Hasil crosstab kepatuhan dan data demografi……........... 40
1.4 Alasan pasien tidak menjalankan terapi insulin................. 42
2. Pembahasan………………………………………………….. 43

Bab 6. Kesimpulan dan Saran………………………………………… 49


1. Kesimpulan ………………………………………………… 49
2. Saran……………………………………………………….... 49

Daftar pustaka…………………………………………………………… 51

Lampiran 1. Jadwal tentative penelitian


Lampiran 2. Informed consent
Lampiran 3. Instrumen penelitian
Lampiran 4. Surat persetujuan validasi
Lampiran 5. Hasil perhitungan validitas
Lampiran 6. Surat izin penelitian
Lampiran 7. Surat izin penelitian dari RSUP H. Adam Malik
Lampiran 8. Surat etik penelitian
Lampiran 9. Hasil uji reliabilitas
Lampiran 10. Master data
Lampiran 11. Hasil uji data penelitian
Lampiran 12. Daftar riwayat hidup
Lampiran 13. Taksasi dana

iv

Universitas Sumatera Utara


Daftar Tabel
halaman
Tabel 2.1 Kriteria diagnostik diabetes melitus……………………….. 13
Tabel 2.2 Kadar tes laboratoriom darah………………………………. 15
Tabel 2.3 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa…………………….. 16
Tabel 2.4 Profil obat antihiperglikemia oral yang beredar di Indonesia... 21
Tabel 2.5 Kelebihan dan kekurangan insulin manusia dan analog..…….. 23
Tabel 2.6 Insulin dan cara kerjanya…………………………………... 24
Tabel 3.1 Variabel dan definisi operasional…………………………... 30
Tabel 5.1 Distribusi kateristik responden…………………………….. 39
Tabel 5.2 Persentase kepatuhan………………………………………. 40
Tabel 5.3 Persentase kepatuhan pasien dalam menjalani terapi……... 41
Tabel 5.4 Distribusi pertanyaan………………………………………. 42

Tabel 5.5 Alasan pasien tidak menjalani terapi insulin……………… 42

Universitas Sumatera Utara


vi

Judul : Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi


Insulin di RSUP H. Adam Malik Medan
Peneliti : Ruth Reliance
NIM : 141101124
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun Ajaran : 2017/2018

ABSTRAK

Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang mengakibatkan kadar insulin


dalam tubuh menjadi tidak terkendali. Salah satu cara untuk mengendalikannya
adalah dengan menjalani terapi insulin. Dalam menjalani terapi insulin, kepatuhan
merupakan hal yang harus diperhatikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani terapi insulin. Desain penelitian ini
menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yaitu pasien
akan diobservasi dalam waktu yang sama. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik accidental sampling pada 71 orang. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah kuisoner Morisky Medication Adherence MMAS-8. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien diabetes melitus dalam
menjalani terapi insulin di RSUP H. Adam Malik Medan sebagian besar dalam
tingkat sedang dengan persentase sebesar 49,3%. Alasan pasien tidak patuh dalam
menjalankan terapi insulin sebagian besar karena lupa yaitu sebesar 46,5% dan
karena merasa kesal sebesar 36,6%.Melalui penelitian ini diharapkan agar peneliti
selanjutnya dapat membahas hubungan setiap variabel dengan kepatuhan terapi
insulin serta dapat membahas faktor-faktor yang dapat menyebabkan
ketidakpatuhan dalam menjalani terapi insulin.

Kata kunci:Diabetes melitus, kepatuhan, terapi insulin

vi

Universitas Sumatera Utara


Title of the Thesis : Compliance of Diabetes Mellitus Patients with Having
Insulin Therapy at RSUP H. Adam Malik, Medan
Name of Student : Ruth Reliance
Student ID Number : 141101124
Faculty : Nursing, University of Sumatera Utara
Academic Year : 2017/2018

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) can cause insulin content in the body to be


uncontrollable. One of the methods to handle it is by having insulin therapy which
needs patients’ compliance with the therapy. The objective of the research was to
find out the level of patients’ compliance with having insulin therapy. The
research used descriptive method with cross sectional design in which patients
would be observed at the same time. The samples were 71 patients, taken by using
accidental sampling technique. The research instrument was questionnaires of
Morisky Medication Adherence MMAS-8. The result of the research showed that
49.3% of the respondents were in moderate category in having insulin therapy
with the reason that they forgot (46.5%) and felt upset (36.6%). It is
recommended that the next researchers analyze correlation between independent
variables and compliance with having insulin therapy and the factors which can
cause incompliance with having insulin therapy.

Keywords: Diabetes Mellitus, Compliance, Insulin Therapy

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perawatan

medis berkelanjutan dan pendidikan manajemen mandiri pasien yang

berkelanjutan serta dukungan untuk mencegah komplikasi akut dan untuk

mengurangi risiko komplikasi jangka panjang (American Diabetes Associaton,

2011). Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat

pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang diproduksi secara efektif.Insulin adalah hormon yang mengatur

keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi

glukosa di dalam darah atau hiperglikemia (Riskesdas, 2013).

International Diabetes Federation (2015) menyatakan bahwa Diabetes

Melitus salah satu keadaan darurat kesehatan terbesar pada abad ke-21. Setiap

tahun, semakin banyak orang yang terkena penyakit ini sehingga dapat mengubah

kualitas hidup. Saat ini, 415 juta orang dewasa diperkirakan menderita penyakit

Diabetes Melitus dan 318 juta orang dewasa mengalami gangguan toleransi

glukosa yang menempatkan mereka pada risiko tinggi akan terkena penyakit ini di

masa mendatang.

Menurut International Diabetes Federation (2015), China merupakan

negara dengan penduduk terbanyak yang mengalami diabetes melitus, yaitu 109,6

juta orang dewasa.Indonesia berada di urutan ke tujuh yang jumlah penderita

Universitas Sumatera Utara


2

diabetes melitus terbanyak dengan total 10 juta orang dewasa. Menurut Pusat Data

dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2013) menyatakan bahwa di Sumatera

Utara 1,8% dari 8.939.623 juta penduduk pernah terdiagnosis diabetes melitus

oleh dokter dan diperkirakan 160.943 juta penduduk mengalami diabetes melitus.

Menurut PERKENI (2015), penatalaksanaan diabetes melitus dimulai

dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik)

bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara

oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi

tunggal atau kombinasi. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan

gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.

Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tersebut dapat dilakukan setelah

mendapat pelatihan khusus.

Menurut Konsensus PERKENI (2015), pada awalnya kendali glukosa darah

dapat dicapai dengan perubahan pola hidup dan anti hiperglikemia oral, namun

dalam perjalanannya sebagian besar individu penderita diabetes melitus tipe 2

akan membutuhkan insulin untuk mengendalikan hiperglikemianya. Terapi insulin

bagi penderita diabetes melitus tipe 2 dapat dimulai untuk pasien dengan

kegagalan terapi oral, kendali glukosa yang buruk, gejala klasik diabetes dan

penurunan berat badan, glukosa darah puasa >250 mg/dL, glukosa darah sewaktu

>300 mg/dL, dan HbA1C >9%. Selain itu pemberian terapi insulin apabila

terdapat riwayat disfungsi pankeras, riwayat ketoasidosis, riwayat penggunaan

insulin lebih dari 5 tahun, dan penyandang diabetes melitus lebih dari 10 tahun

(Rismayanthi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


3

Banyak pasien yang diberikan terapi diet, olahraga, dan pengobatan yang

rumit termasuk beberapa obat oral dalam sehari untuk meningkatkan efektivitas

pengobatan, namun apabila pasien tidak melaksanakannya dengan baik maka

pengobatan yang diberikan akan menjadi sia-sia. Kompleksitas pengobatan dan

beberapa faktor seperti usia, depresi, masalah psikososial, dan modifikasi gaya

hidup secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kepatuhan terhadap

pengobatan. Perubahan dan kepatuhan pengobatan farmakologi sangat penting

untuk memperbaiki prognosis diabetes melitus (Inamdar, Kulkarni, Karajgi,

Manvi, Ganachari, dan Kumar, 2013).

WHO (1985, dalam Medicinus, 2014) mendefinisikan Rational of Use

Medicine atau pengobatan yang rasional sebagai pengobatan di mana pasien

menerima obat sesuai dengan keadaan klinisnya, dengan dosis yang memenuhi

kebutuhan individualnya selama jangka waktu yang sesuai, serta biaya yang

terjangkau oleh pasien dan komnitasnya. Definisi tersebut kemudian dijabarkan

menjadi beberapa indikator yang menilai rasionalitas pengobatan, antara lain : 1)

Tepat pasien, 2) Tepat indikasi, 3) Tepat obat, 4) Tepat dosis, cara pemberian dan

lama pengobatan, serta 5) Waspada efek samping obat. Dalam mewujudkan

praktek pengobatan yang rasional ini, kepatuhan pasien menjadi bagian yang

penting, karena walaupun dengan peresepan yang sudah tepat pasien, tepat

indikasi, dan tepat obat, apabila pasien tidak menggunakan obat tersebut secara

semestinya, maka keberhasilan terapi akan sulit dicapai.

Menurut Medicinus(2014), ketidakpatuhan dapat menimbulkan kerugian

bagi pasien sendiri, maupun tenaga kesehatan. Bagi pasien, ketidakpatuhan

Universitas Sumatera Utara


4

pengobatan dapat berakibat penyakit tidak kunjung sembuh, semakin parah,

maupun mengalami efek samping, dan biaya terapi menjadi tidak efisien.

Sementara itu, bagi tenaga kesehatan, ketidakpatuhan pasien bisa menghilangkan

atau mengurangi kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan karena dianggap

kurang tepat dalam memberikan obat sehingga kondisi pasien tidak membaik,

padahal sebenarnya hal tersebut terjadi akibat ketidakpatuhan dalam

menggunakan obat yang diberikan.

Menurut Medicinus, (2014) ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan

ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan diantaranya: faktor medis dan

obat-obatan, faktor pasien, faktor tenaga kesehatan, dan faktor kebijakan

pemerintah. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji faktor-faktor yang paling

mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan agar dapat tujuan

pengobatan dapat berhasil.

Menurut National Community Pharmacists Association (2013) tingkat

kepatuhan pengobatan di Amerika berada di skor 79 (C+) atau rata-rata dari

rentang nol (tidak patuh) hingga seratus (sangat patuh). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Rasdianah, Mortodiharjo, Andayani dan Hakim (2016),

menyatakan bahwa tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus di daerah

Yogyakarta masih rendah dan sedang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktadiansyah dan Yulia (2014),

menyatakan bahwa sebagian besar pasien diabetes melitus di RSUD Cibinong

berada dalam kategori patuh (57,1%) dalam meminum obat. Menurut penelitian

yang di lakukan oleh Purwanti (2016), menyatakan bahwa tingkat kepatuhan

Universitas Sumatera Utara


5

minum obat paling banyak adalah kepatuhan tinggi sebanyak 61 orang (47,3%)

dari total 129 sampel penelitian.

Menurut Widodo, Tamtomo, dan Prabandari (2016), menyatakan bahwa

kadar gula darah (terkontrol) memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat

kepatuhan mengkonsumsi obat anti diabetes dalam kategori tinggi. Tingkat

kepatuhan minum obat dalam kategori tinggi memiliki kemungkinan sebesar

0,143 kali lipat di banding yang berkategori rendah dalam melakukan

pengendalian kadar gula darah nya.

Terkait uraian data diatas dapat dilihat betapa pentingnya kepatuhan

seseorang selama masa pengobatan, dan telah cukup banyak di lakukan penelitian

tentang tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani pengobatan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil satu jenis pengobatan

farmakologi untuk di teliti, yaitu terapi insulin.

Berdasarkan data penelitian yang di lakukan oleh Khairati (2016), di

dapatkan bahwa terdapat sebanyak 1052 pasien yang menggunakan insulin

sepanjang tahun 2016 di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Karena

banyaknya jumlah pasien, oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani

Terapi Insulin di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang menjadi salah satu

permasalahan kesehatan di berbagai belahan dunia. Tingginya angka penderita

diabetes melitus merupakan bukti bahwa penyakit ini memerlukan pengobatan

Universitas Sumatera Utara


6

yang serius, salah satunya dengan pemberian terapi insulin. Untuk mencapai

pengobatan efektif diperlukan kepatuhan dari pasien diabetes melitus dalam

menjalani terapi insulin, akan tetapi masih banyak pasien yang tidak patuh dalam

menjalani pengobatannya. Melalui tingkat kepatuhan, diharapkan perawat mampu

memberikan intervensi yang tepat dalam meningkatkan kepatuhan pasien.

Berdasarkan fenomena diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

bagaimana kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin di

Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan?

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani

terapi insulin?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persentase tingkat

kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin di Rumah Sakit

Haji Adam Malik, Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan

Melalui pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar

dalam pengembangan ilmu keperawatan dan sebagai upaya meningkatkan

kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin.Diharapkan juga

dapat meningkatkan metode caring bagi perawat dalam melakukan pendekatan

untuk mengkaji faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam

menjalani pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


7

1.5.2 Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data yang dapat

dikembangkan oleh perawat di rumah sakit dalam menentukan intervensi dan

pemberian informasi bagi pasien diabetes melitus dalam upaya meningkatkan

kepatuhan pasien diabetes melitus.Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

meningkatkan interaksi antara pasien dan perawat agar dapat mengatasi faktor

yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien.

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar untuk pengembangan

penelitian selanjutnya untuk menemukan intervensi-intervensi yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik menahun akibat

pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur

kadar keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi

glukosa di dalam darah atau hiperglikemia (Riskesdas, 2013).

International Diabetes Federation (2015) menyatakan bahwa seseorang

yang terkena diabetes melitus mempunyai kadar glukosa yang tinggi di dalam

darah karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup, atau karena

tubuh tidak dapat merespon insulin yang dihasilkan. Menurut pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus adalah penyakit kronik yang

disebabkan oleh insulin yang tidak cukup diproduksi oleh tubuh atau karena tubuh

tidak dapat merespon insulin yang dihasilkan dengan baik sehingga menyebabkan

tingginya kadar glukosa dalam darah.

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

International Diabetes Federation (2015) mengklasifikasikan diabetes

melitus menjadi tiga jenis, antara lain: diabetes melitus tipe 1, diabetes meli tus 2,

dan diabetes kehamilan.

Universitas Sumatera Utara


9

1. Diabetes Melitus Tipe 1

Penyakit ini bisa menyerang orang-orang dari segala usia, tapi biasanya

terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Orang yang mengalami diabetes

tipe ini membutuhkan insulin setiap hari untuk mengendalikan kadar

glukosa dalam darahnya. Tanpa insulin, orang yang mengalami diabetes

melitus tipe 1 akan mengalami kematian.

Diabetes tipe 1 sering terjadi secara tiba-tiba dan bisa menghasilkan

gejala seperti: kehausan dan mulut kering yang tidak normal, sering buang

air kecil, kurangnya energi, merasa lemas, merasa lapar terus-menerus,

penurunan berat badan yang tiba-tiba, dan penglihatan kabur. Biasanya

bertubuh kurus pada saat didiagnosis dengan penurunan berat badan yang

baru saja terjadi (Ernawati, 2013).

Diabetes melitus tipe 1 didiagnosis karena terjadinya peningkatan kadar

glukosa dalam darah dan diikuti dengan adanya gejala seperti yang

tercantum diatas. Di beberapa bagian dunia, tanda dan gejala diabetes

melitus tipe 1 sering dianggap sebagai tanda dan gejala dari penyakit lain,

oleh karena itu pemeriksan kadar glukosa darah harus diukur ketika salah

satu tanda dan gejala diatas muncul. Ketika tipe diabetes melitus tidak

jelas, maka diperlukan tes tambahan untuk membedakan diabetes melitus

tipe1 dan tipe 2 atau dari diabetes melitus tipe lain. Dengan pengobatan

insulin setiap hari, pemantauan glukosa darah secara teratur, pemeliharan

diet, dan gaya hidup sehat, penderita diabetes melitus tipe 1 dapat

menjalani kehidupan yang normal dan sehat.

Universitas Sumatera Utara


10

Angka penderita diabetes melitus tipe 1 terus meningkat. Alasannya

masih belum jelas, tapi mungkin karena adanya perubahan dalam faktor

risiko di lingkungan atau infeksi yang disebabkan oleh virus.

2. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe yang paling sering terjadi dalam

diabetes. Tipe ini biasanya menyerang orang dewasa, namun saat ini

semakin meningkat pada anak-anak dan remaja. Pada diabetes melitus tipe

2, tubuh masih bisa memproduksi insulin tapi insulin menjadi resisten

sehingga insulin menjadi tidak efektif bagi tubuh dan semakin lama kadar

insulin menjadi tidak mencukupi. Resistensi insulin dan penurunan kadar

insulin, sama-sama menyebabkan kadar glukosa darah tinggi.

Tanda dan gejala diabetes melitus tipe 2 meliputi : sering buang air

kecil, rasa haus berlebihan, penurunan berat badan, dan penglihatan kabur.

Mayoritas penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas (Ernawati,

2013).

Banyak orang yang menderita diabetes melitus tipe 2 tidak menyadari

kondisi mereka pada waktu yang lama. Gejala yang tidak spesifik

membuat diabetes melitus tipe 2 ini lama terdeteksi. Karena tubuh sudah

lama rusak akibat tingginya kadar glukosa, banyak penderita diabetes

melitus tipe 2 didiagnosis setelah terjadi komplikasi.

Universitas Sumatera Utara


11

3. Diabetes Gestasional

Wanita dengan kadar glukosa darah sedikit meningkat diklasifikasikan

memiliki diabetes gestasional, sementara wanita dengan kadar glukosa

darah tinggi meningkat diklasifikasikan memiliki diabetes melitus pada

kehamilan.

Diabetes pada kehamilan mulai terjadi pada trimester kedua atau ketiga

sehingga perlu dilakukan skrining / tes toleransi glukosa pada semua

wanita hamil dengan usia kehamilan antara 24 hingga 28 minggu

(Ernawati,2013). Wanita yang terdeteksi mengalami hiperglikemia

berisiko lebih besar mengalami yang merugikan. Hal ini dapat

mengakibatkan tekanan darah tinggi dan terjadi makrosomia janin (ukuran

janin lebih besar dari rata-rata), yang membuat kelahiran melalui vagina

menjadi sulit dan berisiko.

Wanita dengan hiperglikemia selama kehamilan dapat mengontrol

kadar glukosa darah dengan melalukan diet yang sehat, olahraga ringan,

dan pemantauan gula darah. Dalam beberapa kasus, insulin atau obat oral

dapat diberikan.

Diabetes gestasional umumnya akan menghilang setelah melahirkan.

Bagaimana pun, wanita yang sebelumnya pernah didiagnosis diabetes

gestasional memiliki risiko lebih tinggi akan terkena kejadian berulang

pada kehamilan berikutnya dan diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari.

Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional juga memiliki risiko

lebih tinggi terkena diabetes melitus tipe 2 saat remaja atau dewasa awal.

Universitas Sumatera Utara


12

2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus

Menurut Ernawati (2013), proses metabolisme merupakan proses

kompleks yang selalu terjadi dalam tubuh manusia. Setiap hari manusia

mengkonsumsi karbohidrat yang akan di ubah menjadi glukosa, protein menjadi

asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Zat-zat makanan tersebut akan

diserap oleh usus dan kemudian masuk ke pembuluh darah dan di edarkan ke

seluruh tubuh untuk digunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai “bahan

bakar” metabolisme. Zat makanan yang masuk kedalam sel dibantu oleh insulin

agar dapat berfungsi sebagai “bahan bakar”. Insulin yang dikeluarkan oleh sel

beta dapat di ibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya

glukosa kedalam sel. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk

kedalam sel sehingga tubuh tidak mempunyai sumber energi untuk melakukan

metabolisme. Glukosa akan tetap berada dalam pembuluh darah sehingga kadar

gula darah akan meningkat.

Insulin dapat menimbulkan beberapa efek dalam tubuh seperti

menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.

Insulin juga meninngkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan

adiposa dan mempercepat pengangkutan asam-asam amino yang berasal dari

protein makanan ke dalam sel. Pada waktu antara jam-jam makan dan pada saat

tidur malam, pankreas akan melepaskan secara terus-menerus sejumlah kecil

insulin bersama dengan glukagon. Insulin dan glukagon secara bersama-sama

mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam darah dengan menstimulasi

pelepasan glukosa dari hati. Pada mulanya hati menghasilkan glukosa melalui

Universitas Sumatera Utara


13

pemecahan glikogen (glikogenolisis). Setelah 8-12 jam tanpa makanan, hati

membentuk glukosa dari pemecahan zat lain selain karbohidrat yang mencakup

asam amino (glukoneogenesis).

1.1.4 Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula

darah. Pemeriksaan kadar glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil

kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah

kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya

glukosuria.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes melitus.

Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan

seperti:

a. Keluhan klasik diabetes melitus: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.

b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, mata kabur, gatal, dan disfungsi ereksi

pada pria, serta pruritus vulva pada wanita

Tabel 2.1
Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus (PERKENI, 2015)
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam

Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

Atau

Universitas Sumatera Utara


14

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik

Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

Catatan: Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standart

NGSP sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil

pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati,

riwayat transfusi darah 2-3 bulan terakhir, kondisi-kondisi yang mempengaruhi

umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai

sebagai alat diagnosis maupun evaluasi.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria

diabetes melitus digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi:

toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

Berikut adalah kriterianya:

a. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT): hasil pemeriksaan glukosa plasma

puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam

<140 mg/dl;

b. Toleransi glukosa terganggu (TGT): hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam

setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl;

c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil HbA1c yang

menunjukkan angka 5,7-6,4%.

Universitas Sumatera Utara


15

Tabel 2.2
Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan Pradiabetes
(PERKENI, 2015)
HbA1c (%) Glukosa Darah Puasa Glukosa Plasma 2 Jam
(mg/dl) Setelah TTGO (mg/dl)

Diabetes ≥6,5 ≥126 mg/dl ≥200 mg/dl


Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal <5,7 <100 <140

Cara Pelaksanaan TTGO (PERKENI, 2015)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang

cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari-hari.

2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,

minum air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan.

3. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.

4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak)

dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.

5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam

setelah minum larutan glukosa selesai.

6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.

7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok.

Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas

pemeriksaan TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan menggunakan

pemeriksaan glukosa darah kapiler, diperbolehkan untuk patokan diagnosis

Universitas Sumatera Utara


16

diabetes melitus. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya perbedaan hasil

pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa darah kapiler.

Tabel 2.3
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis Diabetes Melitus (mg/dl) (PERKENI, 2015)
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa Plasma Vena <100 100-199 ≥200
darah sewaktu
Darah Kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar glukosa Plasma Vena <100 100-125 ≥126
darah puasa
Darah Kapiler <90 90-99 ≥100

2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut PERKENI (2015) tujuan penatalaksanaan umum adalah

meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan

meliputi:

1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan diabetes melitus, memperbaiki

kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.

2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit

mikroangiopati dan makroangiopati.

3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas diabetes

melitus.

Menurut Ernawati (2013) penatalaksanaan diabetes melitus terdiri atas

terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non farmakologis

meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan (terapi

gizi medis), meningkatkan aktifitas jasmani dan edukasi berbagai masalah yang

Universitas Sumatera Utara


17

berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara terus-menerus. Terapi

farmakologis meliputi pemberian obat anti diabetes oral dan penyuntikan insulin.

Terapi farmakologis diberikan jika penerapan terapi non farmakologis tetap tidak

dapat mengendalikan kadar gula darah seperti yang diharapkan. Pemberian terapi

farmakologis harus tetap diterapkan bersama dengan terapi non farmakologis

(Yunir & Soebardi 2006 dalam Ernawati, 2013).

1. Terapi Non Farmakologis

a. Terapi Diet

Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes melitus hamper sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing

individu. Penderita diabetes melitus perlu diberikan penekanan mengenai

pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,

terutama pada pasien yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi

insulin.

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari (PERKENI, 2015):

1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.

2) Pembatasan karbohidrat total <130g/hari tidak dianjurkan.

3) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan

tidak diperkenankan melebihi 30% total kebutuhan energi.

Universitas Sumatera Utara


18

4) Komposisi lemak yang dianjurkan: lemak jenuh <7% kebutuhan

kalori, lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak

jenuh tunggal.

5) Konsumsi kolestrol dianjurkan <200 mg/hari.

6) Kebutuhan protein sebesar 10-20% total asupan energi.

7) Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes melitus sama

dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari, kecuali terdapat riwayat

hipertensi maka natrium harus dikurangi.

8) Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram perhari yang berasal dari

berbagai sumber makanan.

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

penyandang diabetes melitus, antara lain dengan memperhitungkan

kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah

kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa

faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktifitas, berat badan, dan lain-lain.

Cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut:

Perhitungan berat badan ideal menurut indeks massa tubuh (IMT)

IMT dapat dihitung dengan rumus :

IMT = BB(kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT:

BB kurang <18,5
BB normal 18,5-22,9
BB lebih dengan risiko 23-24,9
BB lebih (obestitas I) 25-29,9

Universitas Sumatera Utara


19

BB lebih (obesitas II) ≥30


b. Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara

teratur 3-5 kali seminggu selama 30-45 menit, dengan total 150 menit

seminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan

jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan

untuk menunda latihan jasmani. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa

latihan jasmani yang bersifat aerobic dengan intensitas sedang seperti :

jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

2. Terapi Farmakologis

a. Obat Antihiperglikemia Oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5

golongan (PERKENI, 2015):

1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)

Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi

insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama adalah

hipoglikemia dan peningkatan berat badan. Hati-hati menggunakan

sulfonilurea pada pasien dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang

tua, gangguan faal hati, dan ginjal).

Glinid

Universitas Sumatera Utara


20

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan

sulfonylurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin

fase pertama. Golongan ini terdiri 2 macam obat yaitu: Repaglinid

(derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini

diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi

secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia

post prandial. Efek samping yang mungkin terjadi adalah

hipoglikemia.

2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin

Metformin

Mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis) dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan

perifer. Dosis metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan

fungsi ginjal (GFR 30-60 ml/menit/173 m2). Efek samping yang

mungkin berupa gangguan saluran pencernaan seperti halnya gejala

dyspepsia.

Tiazolindindion (TZD)

Tiazolindindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator

Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti di

sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan

resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengikat

glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.

3) Penghambat Absorbsi Glukosa di Saluran Pencernaan

Universitas Sumatera Utara


21

Penghambat Alfa Glukosidase

Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus

halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa sesudah

makan. Efek samping yang mungkin terjadi berupa bloating

(penumpukan gas dalam usus) sehingga sering menimbulkan flatus.

Guna mengurangi efek samping pada awalnya diberikan dengan

dosis kecil.

4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)

Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV

sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang

tinggi dalam bentuk aktif. Aktifitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi

insulin dan menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah.

5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)

Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral

jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli

distal ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa

SGLT-2.

Tabel 2.4
Profil Obat Antihiperglikemia Oral yang Beredar di Indonesia
(PERKENI, 2015)
Golongan Obat Cara Kerja Utama Efek Samping Utama Penurunan
HbA1c

Sulfonilurea Meningkatkan sekresi BB naik, hipoglikemia 1-2%


insulin
Glinid Meningkatkan sekresi BB naik, hipoglikemia 0,5-1,5%
insulin
Metformin Menekan produksi Dispepsia, diare, 1-2%
glukosa hati dan asidosis laktat

Universitas Sumatera Utara


22

menambah sensitifitas
terhadap insulin
Penghambat Menghambat absorbsi Flatulen, tinja lembek 0,5-0,8%
Alfa- glukosa
Glukosidase
Tiazolindindion Menambah sensitifitas Edema 0,5-1,4%
terhadap insulin
Penghambat Meningkatkan sekresi Sebah, muntah 0,5-0,8%
DPP-IV insulin, menghambat
sekresi glukagon
Penghambat Menghambat Dehidrasi, infeksi 0,8-1%
SGLT-2 penyerapan kembali saluran kemih
glukosa di tubulus
ginjal

b. Terapi Insulin

Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau

Langerhans kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam

amino ke dalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin

menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai

sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan

hati (Ernawati, 2013).

Sintesis dan sekresi insulin terjadi dalam sel beta. Proses ini melibatkan

beberapa komponen yang berperan dalam sintesis untuk menghasilkan

insulin dan menyekresikannya ke luar sel. Pada keadaan tertentu

komponen-komponen tersebut dapat mengalami disfungsi dan

mengakibatkan terjadinya penyakit, seperti diabetes melitus (Banjarnahor

dan Wangko, 2012).

Keuntungan mendasar dari penggunaan insulin dibandingkan dengan

obat antidiabetik oral dalam pengobatan diabetes melitus adalah insulin

Universitas Sumatera Utara


23

terdapat dalam tubuh secara alamiah. Selain itu, pengobatan dengan

insulin dapat disesuaikan dengan pola sekresi insulin endogen atau insulin

yang dihasilkan oleh pankreas (Ernawati, 2013).

Jenis-jenis terapi insulin:

Berdasarkan asalnya jenis terapi insulin terbagi dua, yaitu insulin

manusia dan insulin analog; dan berdasarkan cara kerjanya insulin terbagi

menjadi insulin kerja cepat, insulin kerja menengah, insulin kerja panjang,

dan insulin campuran (Konsensus PERKENI, 2015).

Tabel 2.5
Kelebihan dan Kekurangan insulin manusia dan insulin analog
(Konsensus PERKENI, 2015)
Jenis Insulin Kelebihan Kekurangan Pemakaian

Insulin Biaya relatif lebih Insulin kerja pendek: Pada individu


Manusia rendah awitan (onset) lebih dengan
lama kepatuhan lebih
baik
Insulin kerja
panjang: puncak dan
lama kerja
bervariasi,
tergantung respon
individu

Efek samping:
kenaikan berat
badan
Insulin Insulin kerja cepat Efek samping: Pada individu
Analog segera bekerja letargi, kenaikan dengan
setelah disuntikkan berat badan kepatuhan diet
yang relatif
Insulin kerja tidak terlalu
panjang tidak baik
memiliki aktivitas
puncak sehingga
kerjanya mudah
diprediksi dan risiko
hipoglikemia lebih

Universitas Sumatera Utara


24

rendah

Meminimalkan
kenaikan tajam
glukosa darah
segera setelah
makan

Tabel 2.6
Insulin dan Cara Kerjanya (Ernawati, 2013)
Jenis Insulin Nama Insulin Cara kerja Cara Pemberian

Insulin kerja Insulin regular Insulin jenis ini IV, IM, SC


singkat (Crystal Zinc Insulin / diberi 30 menit Infus (AA
CZI). Saat ini dikenal sebelum makan, /Glukosa/
2 macam insulin CZI, mencapai puncak elektrolit)
yaitu dalam bentuk setelah 1-3 macam Jangan bersama
asam dan netral. dan efeknya dapat darah karena
Preparat: yang ada bertahan sampai 8 mengandung
antara lain: jam enzim yang
Actrapid®, merusak insulin
Velosulin®,
Semilente®
Insulin kerja Netral Protamine Awal kerjanya Jangan IV
menengah Hegedorn (NPH), adalah 1,5-2,5 jam. karena bahaya
Monotard®, Puncaknya tercapai emboli
Insulatard® dalam 4-15 jam dan
efeknya dapat
bertahan sampai
dengan 24 jam.
Insulin kerja Preparat: Protamine Campuran dari Jangan IV
panjang Zinc Insulin (PZI), insulin dan karena bahaya
Ultratard protamine, emboli
diabsorbsi dengan
lambat dari tempat
penyuntikan
sehingga efek yang
dirasakan cukup
lama, yaitu sekitar
24-36 jam
Insulin Merupakan kombinasi
Infasik insulin jenis singkat
(campuran) dan menengah.
Preparatnya:
Mixtard® 30/40

Universitas Sumatera Utara


25

Indikasi terapi dengan insulin (Konsensus PERKENI, 2015):

1. Wajib diberikan kepada penderita diabetes melitus tipe 1.

2. Gagal mencapai target dengan penggunaan kombinasi anti

hiperglikemia oral dengan dosis optimal (3-6 bulan).

3. Pada penderita diabetes melitus diberikan dengan:

a. Kehamilan.

b. Dekompensasi metabolic yang ditandai antara lain dengan: gejala

klasik diabtes dan penurunan berat badan, glukosa darah puasa

(GDP) > 250 mg/dL, glukosa darah sewaktu (GDS) > 300 mg/dL,

HbA1C > 9%, dan sudah mendapatkan terapi anti hiperglikemia

oral sebelumnya.

c. Terapi steroid dosis tinggi yang menyebabkan glukosa darah tidak

terkendali.

d. Perencanaan operasi yang kadar glukosanya perlu segera

diturunkan.

e. Beberapa kondisi tertentu yang dapat memerlukan pemakaian

insulin seperti, infeksi (tuberkulosis), penyakit hati kronik, dan

gangguan fungsi ginjal.

Cara penyuntikan insulin (PERKENI, 2015):

1. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan),

dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit.

2. Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip.

Universitas Sumatera Utara


26

3. Insulin campuran merupakan kombinasi antara insulin kerja pendek dan

insulin kerja menegah, dengan perbandingan dosis tertentu, namun bila

tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan

perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencapuran sendiri

antara kedua jenis insulin tersebut.

4. Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus

dilakukan dengan benar, termasuk rotasi tempat suntik.

5. Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin dan jarumnya

sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat dipakai 2-3 kali

oleh penyandang diabetes yang sama, sejauh sterilitas penyimpanan

terjamin. Penyuntikan insulin dengan menggunakan pen, perlu

penggantian jarum suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat dipakai 2-

3 kali oleh penyandang diabetes yang sama asal sterilitas terjaga.

6. Kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/ml) dengan

semprit yang dipakai (jumlah unit/ml dari semprit) perlu diperhatikan,

dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap.

7. Penyuntikan dilakukan pada daerah: perut sekitar pusat sampai ke

samping, kedua bagian lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid),

kedua paha bagian luar.

Universitas Sumatera Utara


27

2.2 Kepatuhan

2.2.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan dalam pengobatan didefinisikan sebagai sikap perilaku minum

obat pasien bertepatan dengan maksud saran kesehatan yang telah diberikan

kepadanya. Kepatuhan menjadi faktor terpenting yang menetukan hasil terapeutik,

terutama pada pasien yang menderita penyakit kronis (Inamdar, Kulkarni, &

Karajgi et al., 2013).

2.2.2 Pentingnya Kepatuhan

Ada banyak situasi dalam praktik klinis di mana kepatuhan sangat penting

untuk hasil terapeutik yang lebih baik, diantaranya:

1. Penyakit kronik seperti diabetes dan hipertensi

2. Terapi pengganti, contohnya Thyroxin dan insulin

3. Pemeliharaan efek farmakologis

4. Pemeliharaan konsentrasi obat serum untuk mengendalikan gangguan

tertentu

5. Penyakit menular dimana ketidakpatuhan menjadi hambatan utama

untuk mencapai kesehatan, seperti penyakit infeksi, tuberculosis, dan

HIV (Inamdar, Kulkarni, & Karajgi et al., 2013)

2.2.3 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kepatuhan

Menurut Inamdar, Kulkarni, & Karajgi et al., 2013 ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kepatuhan yang diantaranya, yaitu :

a. Faktor predisposisi meliputi faktor demografi (umur, jenis kelamin,

prestasi pendidikan, status sosial ekonomi, pekerjaan) juga mencakup

Universitas Sumatera Utara


28

pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan persepsi pasien tentang penyakit

dan tingkat keparahan, penyebab, pencegahan dan pengobatannya.

b. Faktor yang memungkinkan adalah keterampilan dan sumber daya yang

yang dibutuhkan untuk kepatuhan. Istilah keterampilan mengacu pada

kemampuan pasien untuk mengadopsi perilaku yang akan memastikan

kepatuhan dan sumber daya termasuk ketersediaan dan aksesibilitas

fasilitas kesehatan seperti apotek, klinik atau rumah sakit.

c. Faktor penguat adalah faktor-faktor yang menentukan apakah

kepatuhan didukung oleh keluarga, teman sebaya, penyedia layanan

kesehatan, masyarakat setempat, dan masyarakat pada umumnya.

2.2.4 Risiko Potensial untuk Ketidakpatuhan

Menurut Inamdar, Kulkarni, & Karajgi et al., 2013 ada beberapa faktor

yang menjadi risiko potensial yang diantaranya, yaitu :

a. Demografi

Usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial ekonomi dan pekerjaan

mempengaruhi kepatuhan.

Kompleksitas pengobatan, lama pengobatan, biaya pengobatan,

kesesuaian dosis dengan aktivitas sehari-hari, ada atau tidaknya gejala

penyakit, serta kondisi penyakit yang kronis atau akut dapat juga

menjadi risiko potensial yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan.

b. Terkait dengan pasien

Pemahaman akan penyakit dan akibatnya, persepsi ancaman yang

ditimbulkan oleh penyakit, penerimaan penyakit, pemahaman akan

Universitas Sumatera Utara


29

manfaat biaya pengobatan, motivasi keluarga pasien, keterlibatan

pasien dalam mengambil keputusan, dan penurunan kemampuan fisik.

c. Hubungan pasien dengan pelayanan kesehatan professional

Keadaan seputar kujungan pasien (akses mudah ke pelayanan

kesehatan), kualitas dan efektivitas interaksi, waktu yang dihabiskan

penyedia pelayanan kesehatan, sikap penyedia pelayanan kesehatan

terhadap pasien, kualitas komunikasi dan kecukupan penyedia

informasi, jarak antara kunjungan pasien.

d. Faktor psikologi

Beberapa pasien merasa bersalah karena minum obat dimana orang lain

melihatnya sebagai stigma sosial. Ketakutan tentang tergantung pada

pengobatan menjadi alasan lain untuk tidak patuh pada pengobatan.

e. Pengetahuan tentang kesehatan

Pengetahuan dan sikap pasien juga mempengaruhi kepatuhan. Pasien

merasa bahwa akibat dari suatu penyakit dapat berdampak serius bagi

kesehatannya.

f. Faktor sosial

Faktor sosial seperti hubungan keluarga yang kuat, bantuan dari teman

dan rekan kerja akan mempengaruhi kepatuhan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III KERANGKA

PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Skema 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Kepatuhan Terapi Insulin

Tinggi (skor 8)
Sedang (skor 6-7)
Rendah (skor<6)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

Kepatuhan Tingkatan Kuisoner mengenai Skor nilai Ordinal


menjalani perilaku kepatuhan dalam
terapi seseorang menggunakan rentang 0-8
insulin dalam modifikasi Morisky dan
mematuhi Medication dinyatakan
terapi Adherence(MMAS- dalam tiga
insulin yang 8) berupa 8 kategori,
telah pertanyaan dengan yaitu:
dianjurkan tujuh pertanyaan
oleh tenaga dengan 1. Kepatuhan
tinggi (skor
kesehatan. menggunakan skala 8)
dikotomi dan satu 2. Kepatuhan

30

Universitas Sumatera Utara


31

pertanyaan sedang
menggunakan skala (skor 6-7)
likert. Untuk skala 3. Kepatuhan
rendah(skor
dikotomi:
<6)
Ya = 0

Tidak = 1

Untuk skala likert:

a. Tidak Pernah
b. Sesekali
c. Kadang – kadang
d. Biasanya
e. Selalu
Keterangan :
Selalu : 7 kali
dalam seminggu
Biasanya : 4-6
kali dalam
seminggu
Kadang- kadang :
2-3 kali dalam
seminggu
Sesekali : 1 kali
dalam seminggu
Tidak Pernah :
Tidak pernah lupa
A = 1 B-E = 0

Universitas Sumatera Utara


BAB IV METODOLOGI

PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross

sectional, dimana variabel akan diobservasi pada waktu yang sama (Sumantri,

2011).

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa populasi adalah

keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien diabetes melitus yang dating ke Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan

dengan rata-rata kunjungan selama satu tahun selama tahun 2016 sebanyak 1.052

orang dengan rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 87 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya di selidiki atau diukur.

Unit sampel dapat sama dengan populasi, tetapi dapat juga berbeda (Sumantri,

2011). Sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus di Rumah Sakit

Haji Adam Malik, Medan, dengan criteria inklusi sebagai berikut:

a. Pasien diabetes melitus yang bersedia ikut penelitian.

b. Pasien diabetes melitus yang mendapatkan terapi insulin.

32

Universitas Sumatera Utara


33

Dengan demikian, besar sampel berdasarkan Formula Slovin adalah:

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat kepercayaan

Perhitungan sampel :

Melalui rumus diatas, maka di dapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan ada

71 orang dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel. Teknik sampling pada

penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana sampel ditentukan oleh

orang yang telah mengenal populasi yang akan diteliti (Sumantri, 2011).

Universitas Sumatera Utara


34

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.

Tempat penelitian dipilih karena merupakan di Rumah Sakit Haji Adam Malik

terdapat sediaan insulin dan banyak terdapat pasien diabetes melitus setiap

bulannya dengan rata-rata sebanyak 87 orang.

4.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian berlangsung selama 1 bulan yaitu pada bulan Juni 2018.

4.4 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah mengajukan propsal

penelitian terlebih dahulu dan mendapatkan surat persetujuan untuk melakukan

penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah itu

peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian kepada pihak Rumah

Sakit Haji Adam Malik, Medan. Setelah mendapat izin peneliti dapat melakukan

penelitian di RumahSakit Haji Adam Malik, Medan. Selama melakukan

penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu lalu menjelaskan tentang

tujuan, prosedur, dan manfaat dari penelitian kepada calon responden. Calon

responden diberi kebebasan untuk menerima atau menolak. Apabila responden

menerima, maka peneliti akan memberikan kuisoner dan inform concent. Selama

proses pengumpulan data, responden boleh mengundurkan diri. Peneliti juga akan

memberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang tidak dimengerti

Universitas Sumatera Utara


35

oleh responden. Peneliti akan menjamin kerahasiaan dari setiap responden.

Setelah responden selesai mengisi kuisoner yang di berikan, kuisoner akan

dikumpulkan dan proses pengolahan data akan dimulai.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuisoner kepatuhan yang diadopsi

dan dimodifikasi dari Morisky Medication Adherence (MMAS-8) (Morisky, et al.,

2008). Kuisoner kepatuhan terdiri dari 8 pertanyaan dengan 7 pertanyaan

menggunakan skala dikotomi dengan skor: Ya = 0 dan Tidak = 1, dan 1

pertanyaan menggunakan skala likert: A.Tidak pernah, B.Sesekali, C.Terkadang,

D.Biasanya, dan E.Setiap waktu dengan skor A = 1 dan B-E = 0.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Uji Validitas

Pada penilitian ini, kepatuhan akan diukur menggunakan kuisoner Morisky

Medication Adherence (MMAS-8)yang akan dilakukan uji validitas dengan

meminta orang yang ahli, dalam hal ini peniliti akan mengkonsultasikannya

dengan dosen keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dan hasil uji validitas yang telah di lakukan bernilai 1.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas maka akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas

dimana akan dilakukan kepada 30 orang responden. Uji reliabilitas instrumen

Universitas Sumatera Utara


36

menggunakan Cronbach Alpha, dan hasil uji reliabilitas yang didapatkan adalah

0,716. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah reliabel.

4.7 Rencana Pengumpulan Data

Rencana pengumpulan data dengan menggunakan metode penyebaran

kuisoner. Pengumpulan data dapat dilakukan setelah peneliti menyelesaikan

sidang proposal, mendapatkan surat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, mengurus surat adminstrasi ke bagian Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dan mendapatkan surat izin resmi dapat

melakukan penelitian di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Saat

pengumpulan data, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu lalu menjelaskan

tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian kepada calon responden. Calon

responden diberi kebebasan untuk menerima atau menolak. Apabila responden

menerima, maka peneliti akan memberikan kuisoner dan inform concent. Setelah

responden selesai mengisi kuisoner yang di berikan, kuisoner akan dikumpulkan

dan proses pengolahan data akan dimulai.

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul selanjutnya akan dilakukan pengolahan berdasarkan

beberapa tahapan. Tahap pertama editing, yaitu mengecek nomor responden,

kelengkapan data sesuai dengan petunjuk. Tahap kedua coding, yaitu memberi

kode pada komponan variabel untuk mempermudah peneliti saat menginput data.

Tahap ketiga processing, yaitu memasukkan data hasil kuisoner yang sudah diberi

kode ke komputer. Tahap keempat cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang

Universitas Sumatera Utara


37

sudah di entry untuk menghindari kesalahan sewaktu dilakukan analisis

(Notoatmodjo, 2010).

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan cara deskriptif mengenai

distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik

variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Analisis univariat yang akan digunakan adalah distribusi responden. Hasil dari

distribusi responden akan di lakukan crosstab dengan hasil tingkat kepatuhan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada penilitian ini, peneliti ingin mengetahui Kepatuhan Pasien Diabetes

Melitus dalam Menjalani Terapi Insulin di RSUP H. Adam Malik Medan. Pada

penilitian ini terdapat jumlah responden sebanyak 71 orang.

5.1.1 Karateristik Demografi Responden

Karateristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

pekerjaan, lama diabetes melitus, lama terapi insulin. Karateristik responden dapat

dilihat pada tabel 5.1 berikut:

38

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 5.1 Distribusi Karateristik Pasien yang Menjalani Terapi Insulin


di RSUP H. Adam Malik Medan (n=71)

Karateristik Jumlah Persentase

Jenis Kelamin
Laki-Laki 41 57,7%
Perempuan 30 42,3%

Usia
<60 44 62,0%
≥60 27 38,0%

Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 38 53,5%
Pendidikan Tinggi 33 46,5%

Pekerjaan
Tidak Bekerja 41 57,7%
PNS 10 14,1%
Karyawan Swasta 20 28,2%

Lama DM
<5 tahun 26 36,6%
≥ 5 tahun 45 63,4%

Lama Terapi Insulin


< 5 tahun 54 76,1%

≥ 5 tahun 17 23,9%
Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden

berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 41 orang, dengan usia mayoritas sebesar

62% dibawah 60 tahun. Mayoritas pasien mengalami diabetes melitus ≥5 tahun

yaitu sebesar 63,4%, dan sebanyak 76,1% pasien mendapatkan terapi insulin <5

tahun.

Universitas Sumatera Utara


40

5.1.2 Hasil Kepatuhan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik

Medan kepada 71 responden yang menjalani terapi insulin diketahui bahwa

tingkat kepatuhan pasien masih dalam kategori sedang yaitu sebesar 49,3%,

kategori tinggihanya 25,4%, dan kategori rendah sebanyak 25,4%.

Tabel 5.2 Persentase Kepatuhan Pasien yang Menjalani Terapi Insulin


di RSUP H. Adam Malik Medan (n=71)

Kepatuhan Frekuensi (n) Persentase (%)

Kepatuhan Tinggi 18 25,4


Kepatuhan Sedang 35 49,3
Kepatuhan Rendah 18 25,4

5.1.3 Hasil Crosstab Tingkat Kepatuhan dan Data Demografi

Berikut ini merupakan gambaran tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus

terhadap data demografi.

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 5.3 Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalani Terapi


Insulin (n=71)

Tingkat Kepatuhan Total


Data Demografi
Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%) (%)

Jenis Kelamin
Laki-Laki 26,8 51,2 22,0 100
Perempuan 23,3 46,7 30,0 100

Usia
<60 15,9 52,3 31,8 100
≥60 40,7 44,4 14,8 100

Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 26,3 47,4 26,3 100
Pendidikan Tinggi 24,2 51,5 24,2 100

Pekerjaan
Tidak Bekerja 31,7 41,5 26,8 100
PNS 10,0 50,0 40,0 100
Karyawan Swasta 20,0 65,0 15,0 100

Lama DM
<5 tahun 26,9 53,8 19,2 100
≥5 tahun 24,4 46,7 28,9 100

Lama Terapi Insulin


<5 tahun 20,4 50,0 29,6 100
≥5 tahun 41,2 47,1 11,8 100

Universitas Sumatera Utara


42

5.1.4 Alasan Pasien Tidak Menjalani Terapi Insulin

Dari pertanyaan yang ditanyakan melalui instrument penelitian dapat ditarik

beberapa alasan yang dapat menyebabakan pasien tidak menjalani terapi insulin,

seperti yang tertulis di tabel di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Pertanyaan Berdasarkan Kuisoner MMAS-8

NO Pernyataan Ya Tidak

1. Kadang-kadang lupa menjalani terapi insulin 46,5% 53,5%


Dalam 2 minggu, ada hari tidak menjalani terapi
2. 12,7% 87,3%
insulin
Pernah mengurangi atau menghentikan terapi
3. 14,1% 85,9%
insulin tanpa sepengetahuan dokter
Ketika bepergian, pernah lupa untuk membawa
4. 18,3% 81,7%
insulin
5. Kemarin masih menjalani terapi insulin 94,4% 5,6%
Pernah berhenti menggunakan insulin ketika gula
6. 7% 93%
darah stabil
7. Merasa kesal karena harus menggunakan insulin 36,6% 63,4%
8. Kesulitan mengingat jadwal terapi insulin 12,7% 87,3%

Tabel 5.5 Alasan Pasien Tidak Menjalani Terapi Insulin

Alasan n(%)
Lupa 33 (46,5%)

Kesal 26 (36,6%)

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa alasan terbanyak pasien

tidak menjalankan terapi insulin adalah lupa dan kesal.

Universitas Sumatera Utara


43

5.2 Pembahasan

Tingkat kepatuhan penggunaan insulin merupakan tingkatan perilaku

seseorang dalam mematuhi terapi insulin yang telah dianjurkan oleh tenaga

kesehatan. Tingkat kepatuhan ini dinilai berdasarkan kuisoner MMAS-8 yang

terdiri dari 8 pertanyaan. Hasil perhitungan berdasarkan data kuisoner

menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan pasien diabetes melitus dalam

menjalankan terapi insulin masih dalam tingkat kepatuhan sedang.

Berdasarkan RISKESDAS (2013), penderita diabetes melitus yang memiliki

tingkat pendidikan rendah memiliki prevalensi lebih tinggi untuk terkena diabetes

melitus. Hal yang sama juga berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh

penderita diabetes melitus, dimana proporsi penderita diabetes melitus tertinggi

pada penderita yang tidak bekerja.

Berdasarkan International Diabetes Federation (2015) menyatakan bahwa

angka penderita diabetes melitus pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.

Menurut Susanti dan Tri (2013 dalam Purwanti 2016) hal ini dipengaruhi oleh

gaya hidup yang kurang sehat dan konsumsi gula yang berlebih, serta karena

faktor keturunan yang tidak bisa di hindari. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Yulia (2015), menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis

kelamin dengan kepatuhan karena responden perempuan dan laki-laki masing-

masing menunjukkan perilaku ketidakpatuhan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat dua kategori tingkat pendidikan

yaitu pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian,

Universitas Sumatera Utara


44

responden yang memliki tingkat pendidikan dasar cenderung lebih patuh dalam

penggunaan insulin. Menurut Prayogo (2013), tingkat pendidikan yang tinggi

membuat responden menjadi lebih patuh karena semakin tinggi pendidikannya

maka pengetahuan yang dimiliki akan semakin tinggi sehingga mempengaruhi

cara bertindak seseorang, namunhal ini bertentangan dengan pendapat Alfian

(2016), dimana tingkat pendidikan dan kepatuhan penggunaan insulin pasien

diabetes melitus tidak saling mempengaruhi, karena responden yang tingkat

pendidikannya tinggi memiliki tingkat kepatuhan sedang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rasdianah, Motodiharjo, Andayani dan

Lukman Hakim (2016) juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu tingkat

kepatuhan pasien lebih tinggi pada pasien dengan pendidikan dasar sebanyak

63,4% dibanding dengan yang berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena

banyaknya faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menggunakan

insulin selain pengetahuan. Faktor lain yang dapat memiliki hubungan yang

signifikan dengan kepatuhan penggunaan insulin adalah tingkat keparahan

penyakit dan adanya intervensi langsung dari tenaga kesehatan untuk

menggunakan insulin (Alfian, 2016).

Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa kepatuhan tinggi dimiliki oleh responden

yang berusia ≥60 tahun, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh meningkatnya

glukosa seiring bertambahnya usia (PERKENI, 2015). Menurut Purwanti (2016),

semakin tua usia seseorang, maka ia akan lebih patuh dalam menerima instruksi

atau ajaran untuk menjaga kesehatannya. Faktor pemahaman dan pengalaman

masa lalu memberi gambaran tentang efek samping ketidakpatuhan pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


45

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang tidak

bekerja lebih patuh dalam penggunaan insulin dibandingkan dengan responden

yang bekerja sebagai PNS ataupun karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Srikartika (2016) dimana responden yang tidak

bekerja memiliki kepatuhan paling tinggi sebesar 50%. Hal ini disebabkan oleh

adanya jadwal kerja yang padat pada pasien yang masih bekerja sehingga

membuat kontrol terapi pengobatan terlupakan dan jadwal pengobatan tidak

sesuai dengan anjuran dokter (Adista et al., 2009 dalam Ainni, 2017). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Oktadiansyah & Yulia (2014) juga menunjukkan

bahwa pasien yang tidak bekerja memiliki tingkat kepatuhan yang paling tinggi

sebesar 54%. Hal ini terjadi karena pasien yang berkunjung rata-rata adalah

perempuan dengan status ibu rumah tangga.

Pada Tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami diabetes

melitus <5 tahun memiliki kepatuhan yang lebih tinggi yaitu sekitar 26,9%

dibandingkan dengan responden yang menderita diabetes melitus ≥5 tahun. Hasil

ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2015), dengan tingkat

kepatuhan pada responden yang mengalami diabetes melitus <5 tahun sebesar

77,3%. Hal ini terjadi karena penderita yang terdiagnosa diabetes melitus dalam

waktu yang berbeda menunjukkan perilaku kepatuhan yang berbeda, dimana

penderita yang baru mengalami diabetes melitus cenderung lebih patuh dalam

menjalani pengobatan dibandingkan dengan penderita diabetes melitus yang

sudah lama menderita diabetes. Pasien yang mempunyai durasi penyakit lebih

lama cenderung merasa bosan dan lelah dengan pengobatan yang di dapatkannya.

Universitas Sumatera Utara


46

Menurut Anggina (2010 dalam Yulia 2015) semakin lama waktu pasien

menerima nasihat yang di berikan selama sakit akan memepengaruhi tingkat

kepatuhan pasien terhadap program pengobatan yang dijalani. Menurut Ulum et

al., (2014 dalam Ainni 2017) penderita diabetes melitus baik yang lama ataupun

yang baru memiliki faktor yang tidak bisa dimodifikasi, yaitu emosi seperti rasa

kesal, marah, dan cemas, sehingga menyebabkan durasi penyakit dan lama

pengobatan tidak berpengaruh kepada tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani

terapi insulin.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, semakin lama responden

mendapatkan terapi insulin maka semakin besar tingkat kepatuhannya. Melalui

tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang mendapatkan terapi insulin ≥5 tahun

memiliki tingkat kepatuhan sebesar 41,2%. Berdasarkan pengalaman responden

yang telah lama menggunakan insulin, kadar gula darah responden menjadi lebih

stabil dan aktivitas yang dilakukan juga lebih produktif setelah menggunakan

insulin dari pada ketika responden mengkonsumsi obat oral. Menurut Fibriana

(2014), pasien yang menjalani terapi insulin umumnya memiliki diet yang lebih

longgar dibandingkan dengan pasien yang mengkonsumsi obat oral karena terapi

insulin memulihkan massa otot dan lemak sehingga pasien yang sudah

menggunakan insulin sejak lama lebih patuh karena hal ini.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian, masih terdapat tingkat

kepatuhan yang rendah. Melalui kuisoner Morisky Medication Adherence MMAS-

8 dapat dikaji beberapa alasan mengapa pasien tidak patuh dalam menjalankan

Universitas Sumatera Utara


47

terapi insulin, yaitu karena lupa, kesal, dan karena berpergian (Rasdianah,

Motodiharjo, Andayani & Lukman Hakim, 2016).

Berdasarkan Tabel 5.5 didapatkan beberapa alasan pasien tidak patuh dalam

menjalani terapi insulin. Alasan utama adalah lupa (46,5%) hal ini diakibatkan

oleh beberapa hal, seperti terlalu sibuk atau sulit membedakan apakah sudah

menyuntikkan insulin atau belum. Sebagian besar responden yang lupa dalam

menjalankan terapi insulin berusia <60 tahun dan masih bekerja. Dalam hal ini

diperlukan dukungan keluarga yang baik agar dapat membantu meningkatkan

kesadaran diri pasien dalam menjalani insulin. Menurut Laoh, Lestari dan

Rumampuk (2013), menyatakan bahwa selain dukungan keluarga, kesadaran akan

mengubah perilaku dapat mempertahankan status kesehatan dan meningkatkan

kepatuhan pengobatan.

Alasan lainnya karena pasien merasa kesal (36,6%) hal ini disebabkan

pasien merasakan sakit ketika menyuntikkan insulin. Hal ini dapat dihindari

dengan cara, perawat dapat mengajarkan cara penyuntikkan insulin dan lokasi

penyuntikan insulin yang benar. Menurut PERKENI (2015), cara menyuntikkan

insulin yang benar harus secara tegak lurus terhadap permukaan lipatan kulit,

setelah plunger sepenuhnya tertekan (pada pen) biarkan jarum di kulit selam 10

detik, tarik jarum dari kulit, lepaskan lipatan kulit, lalu buang jarum.

Penyuntikaan dilakukan di daerah perut sekitar pusat sampai ke samping, kedua

bagian lengan atas bagian luar, dan kedua paha bagian luar.

Universitas Sumatera Utara


48

Karateristik responden yang merasa kesal dengan penggunaan insulin

sebagian besar <60 tahun, memiliki durasi penyakit <5 tahun, dan mendapatkan

insulin <5 tahun. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena pasien belum memiliki

kesadaran dalam menjaga kesehatan tidak berjalan dengan baik. Menurut Laoh,

Lestari dan Rumampuk (2013), kesadaran diri dapat mengubah perilaku pasien

sehingga dapat mempertahankan status kesehatan dan meningkatkan kepatuhan

pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik

Medan tentang kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin

dapat disimpulkan sebagai berikut:

Karateristik responden di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas adalah

pasien berjenis kelamin laki-laki, pasien dengan usia <60 tahun, pasien yang

berpendidikan dasar, tidak bekerja, lama mengalami diabetes melitus ≥5 tahun,

dan lama menjalani insulin <5 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan penggunaan terapi insulin

di RSUP H. Adam Malik Medan sebagian besar masih dalam tingkat kepatuhan

sedang dengan persentase sebesar 49,3%, hal ini disebabkan oleh karena

responden lupa dalam menjalani terapi insulin dan merasa kesal akan penggunaan

insulin.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Perawat perlu meningkatkan kesadaran pasien diabetes melitus

terhadap pemakaian insulin dengan memberikan penjelasan tentang

kegunaan insulin. Perawat juga perlu untuk memberikan informasi

49

Universitas Sumatera Utara


50

kepada keluarga pasien, agar keluarga dapat membantu pasien dalam

menjalankan terapi insulin dengan baik. Perawat juga harus

meningkatkan interaksi dengan pasien dan keluarga agar perawat bisa

mengkaji faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan

penggunaan insulin.

6.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan metode

caring bagi calon perawat agar mahasiswa dapat melakukan

pendekatan untuk mengkaji status pasien dan meningkatkan interaksi

yang baik dengan pasien.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya. Peniliti menyarankan agar

membahas hubungan setiap variabel dengan kepatuhan terapi insulin.

Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali yang dilakukan oleh

peneliti, sehingga memiliki kekurangan seperti, terlalu berfokus

kepada kuisoner dan tidak terlalu mengkaji perasaan responden.

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar ikut mengkaji perasaan

responden ketika melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ainni, Ayu Nissa (2017). Studi kepatuhan penggunaan obat pada pasien diabetes
melitus tipe-2 di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purwerejo.
Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,
Indonesia
Alfian, Riza (2016). Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan tentang
penggunaan insulin pada pasien diabetes melitus di poliklinik penyakit dalam
RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina,
Vol.1, No.1, 9-18
American Diabetes Association (2011). Standards of medical care in diabetes-
2011.Diaksespada November 14, 2017, from
http://dms.ufpel.edu.br/ares/bitstream/handle/123456789/92/S11.full.pdf?seq
uence=1
Banjarnahor, Eka & Sunny Wangko (2012). Sel beta pancreas sintesis dan sekresi
insulin. Jurnal Biomedik, Vol.4, No.3, 156-162
Ernawati (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Terpadu Dengan
Penerapan Teori Keperawatan Self Care Orem. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Fibriana, Reni (2014). Diabetes melitus dan terapi insulin. Jurnal PPSDM Migas
Cepu, Vol.1, No.2
Inamdar, S.Z., R.V. Kulkarni, S.R..Karajgi, F.V. Manvi, M.S. Ganachari, & B.J.
Mahendra Kumar (2013). Medication adhrence in diabetes mellitus: An
overview on pharmacist role. American Journal of Advanced Drug Delivery,
238-250
International Diabetes Federation (2015). Diabetes atlas seventh edition.
Diaksespada November 1, 2017 from
http://www.diabetesatlas.org/component/attachments/?task=download&id=11
6
Khairati, Syahrul, Sorimuda Sarumpaet, & Hiswani (2016). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan terapi insulin terhadap kadar hba1c penderita
diabetes melitus tipe 2 di rsup haji adam malik tahun 2016. Diakses pada Mei
20, 2018 from https://www.scribd.com/document/378920489/Faktor-faktor-
yang-memengaruhi-kepatuhan-terapi-insulin-terhadap-kadar-HbA1C-pada-
penderita-Diabetes-Melitus-Tipe-II-di-RSUP-h-Adam-Malik-Medan-Tahun

51

Universitas Sumatera Utara


52

Laoh, Joice, Sri Indah Lestari, Maria V. H. Rumampuk (2013). Hubungan


dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada penderita diabetes melitus
tipe 2 di poli endokrin BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Diakses
pada July 26, 2018 from https://media.neliti.com/media/publications/92921-
ID-hubungan-dukungan-keluarga-dengan-kepatu.pdf
Medicinus (2014). Diabtes mellitus, Scientific Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Application. Vol.27, No.2 Agustus 2014
Morisky, et al., (2008). Predictive validity of a medication adherence measure in
an outpatient setting. The Journal of Clinical Hypertension, Vol.10 No.5,
348-354
National Community Pharmacists Association (2013). Medication adherence in
America: A national report. Diaksespada November 15, 2017 from
https://www.ncpanet.org/pdf/reportcard/AdherenceReportCard_Abridged.pdf
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
RinekaCipta
Oktadiansyah, Denny &Yulia (2014). Kepatuhan minum obat diabetes pada
pasien diabetes melitus tipe 2. Skripsi yang Tidak Dipublikasikan,
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2015). Konsensus
pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe2 di Indonesia. Diakses
pada November 14, 2017 from http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2015). Konsensus sediaan
insulin. Diakses pada November 22, 2017 form
http://pbperkeni.or.id/newperkeni/wp-content/plugins/download-
attachments/includes/download.php?id=102
Prayogo, Akhmad Hudan Eka (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia
Purwanti, Endah (2016). Gambaran kepatuhan minum obat pasien diabetes
melitus tipe 2 di Rawat Jalan RSUD Banyudono. Naskah Publikasi, Stikes
Kusuma Husada, Surakarta, Indonesia
Rasdianah, Nur, Suwaldi Martodiharjo, Tri M. Andayani, & Lukman Hakim
(2016). Gambaran kepatuhan pengobatan pasien diabetes melitus tipe 2 di
Puskesmas Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia,
Vol.5 No. 4, 249-257

Universitas Sumatera Utara


53

Riskesdas (2013). Situasi dan analisis diabetes. Diakses pada November 1, 2017,
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf
Rismayanthi, Cerika (2010). Terapi insulin sebagaial ternatif pengobatan bagi
penderita diabetes. Medikora Vol. VI, No 2 November 2010: 29-36
Srikartika, Valentina Meta, Annisa Dwi Cahaya, & Ratna Suci Wahyu Hardiati
(2016). Analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat
pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Vol.6 No.3 205-212
Sumantri, Arif (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana
Widodo, Cahyono, Didik Tamtomo, & Ari Natalia Prabandari (2016). Hubungan
aktifitas fisik, kepatuhan mengkonsumsi obat anti diabetic dengan kadar gula
darah pasien diabetes melitus di Fasyankes Primer Klaten. JSK, Vol.2 No.2,
63-69
Yulia, Siti (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
menjalankan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Skripsi, Universitas
Negeri Semarang, Semarang, Indonesia

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

N 2017 2018
UraianKegiatan
O Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst

1 Pengajuan judul

2 Proses persetujuan judul

3 Penyusunan proposal skripsi

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 3 Kerangka Penelitian

Bab 4 Metodologi Penelitian

Instrumen Penelitian

Universitas Sumatera Utara


52

4 SIDANG PROPOSAL

5 Perbaikan Proposal

6 Uji Validitas Instrumen

7 Uji Etik Penelitian

Uji Reliabilitas Instrumen

Analisis Hasil Uji Reliabilitas

Revisi Instrumen Berdasarkan Hasil Uji

8 Pengumpulan Data yang Telah Disetujui


Pembimbing

9 Analisis Data

10 Penyusunan Laporan

11 SIDANG AKHIR PENELITIAN

12 Perbaikan Laporan Akhir

Universitas Sumatera Utara


53

13 Penyusunan Manuskrip

14 Penyerahan Laporan dan Manuskrip


yang Telah Disetujui Pembimbing

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Persetujuan tertulis untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul

“Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi Insulin di RSUP H.

Adam Malik Medan”

Bapak/Ibu diminta untuk menjadi responden penelitian dengan judul seperti

yang tertera di atas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase kepatuhan

pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin di RSUP H. Adam Malik

Medan.

Nama lengkap saya adalah Ruth Reliance dan saat ini saya sedang menjalani

pendidikan program sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan syarat untuk menyelesaikan program pendidikan S1

Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pembimbing

saya adalah Ibu YesiAriani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Kuesioner yang akan saya berikan terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama berisi

pertanyaan tentang demografi seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan lama menderita diabetes melitus. Bagian kedua berisi 8

pertanyaan tentang kebiasaan Bapak/Ibu dalam menjalankan terapi insulin.

Diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi semua pertanyaan dalam kuesioner ini

dalam waktu 10-15 menit.

Universitas Sumatera Utara


52

Saya akan menjaga kerahasiaan data yang Bapak/Ibu isi dalam kuesioner ini.

Keterlibatan Bapak/Ibu dalam penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian

bagi Bapak/Ibu ataupun bagi pihak lain.

Universitas Sumatera Utara


53

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……………………………………………………………..

Usia : ……………………………………………………………..

Jenis Kelamin : ……………………………………………………………..

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya

memahami tujuan penelitian ini nantinya akan bermanfaat bagi mahasiswa

program sarjana yang lain juga. Saya memahami bahwa penelitian ini menjunjung

tinggi hak-hak saya sebagai responden.

Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi responden pada

penelitian ini sangat besar manfaatnya. Dengan menandatangani lembar

persetujuan ini, berarti saya menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan dari siapapun.

Medan, 2018

Responden Peneliti,

(..............................) (Ruth Reliance)

Universitas Sumatera Utara


54

Lampiran 3

INSTRUMENT PENELITIAN

Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalani Terapi Insulin di

RSUP H. Adam Malik Medan

Data Demografi

Isilah penyataan dibawah ini dengan tanda ceklis (√) sesuai dengan tempat yang
sudah disediakan.

Nama Responden :

Jenis Kelamin : Laki-laki ( ) Perempuan ( )

Usia :<60 ( ) ≥60 ( )

Tingkat Pendidikan : PendidikanDasar ( ) PendidikanTinggi ( )

Pekerjaan : TidakBekerja ( ) PNS ( )

KaryawanSwasta ( )

Lama DM : <5 tahun ( ) ≥5 tahun ( )

Lama Terapi Insulin : <5 tahun ( ) ≥5 tahun ( )

Universitas Sumatera Utara


55

PetunjukPengisian

Pada halaman berikut, terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan


keadaan Bapak/Ibu. Oleh karena itu, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab
pertanyaan dengan memberikan tanda ceklis (√) pada salah satu dari kedua kolom
yang terdapat disebelah kanan yang paling sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu.Kedua pilihan tersebut adalah Ya dan Tidak.

NO Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Anda kadang-kadang lupa untuk


menjalankan terapi insulin?

2. Selama 2 minggu terakhir, apakah ada hari


ketika Anda tidak menjalankan terapi
insulin?

3. Apakah Anda pernah mengurangi atau


menghentikan terapi insulin tanpa
sepengetahuan dokter karena Anda merasa
semakin parah jika Anda terus melakukan
terapi?

4. Ketika Anda bepergian atau meninggalkan


rumah, apakah Anda kadang-kadang lupa
untuk membawa perlengkapan
terapiAnda?

5. Apakah kemarin Anda menjalankan terapi


insulin?

6. Jika Anda merasa kadar gula darah Anda


terkontrol dan stabil, apakah Anda berhenti
menjalankan terapi insulin?

7. Menjalankan terapi setiap hari memang


tidak menyenangkan bagi sebagian orang,
apakah Anda pernah merasa kesal karena
harus tergantung pada rencana terapi

Universitas Sumatera Utara


56

Anda?

8. Seberapa sering Anda kesulitan untuk


mengingat kapan harus menjalankan terapi
insulin Anda?

f. Tidak Pernah
g. Sesekali
h. Kadang – kadang
i. Biasanya
j. Selalu
Keterangan :
Selalu : 7 kali dalam seminggu
Biasanya : 4-6 kali dalam seminggu
Kadang- kadang : 2-3 kali dalam
seminggu
Sesekali : 1 kali dalam seminggu
TidakPernah : Tidak pernah lupa

Universitas Sumatera Utara


57

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN VALIDITAS

LEMBAR PERSETU.JUAN

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Nama : Ruth Reliance

NIM : 141101124

Jurusan : Sl Keperawatan

Judul Penelitian : Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani Tcrapi l


nsuli di Rumah Sak it Haji Adam Malik, Medan

Mahasiswa tersebut tclah melakukan uji validitas instrument penclitian.

lnstrumen ini telah diperiksa dan diuji kelayakannya serta dapat dilanjutkan untuk proses
penelitian selanjutnya.

Medan, April 2018

G
Asrizal, S.Kep.,Ns.:M'.Kep.,CWCC

Universitas Sumatera Utara


58

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Validitas

1. Hasil Uji Validitas

Koefisien Validitas isi-Aiken’s

V = ∑ S/n (C-1)

Keterangan :

S : R-L0

L0 : Angka penilaian validitas terendah

C : Angka penilaian validitas tertinggi

R : Angka yang diberikan oleh penilai

n : Jumlah penilai ahli

Pernyataan Skor (R) S (R-L0) Validitas Indeks Hasil


V = ∑ S/n (C-1)

P1 4 4-1=3 3/1x3 1
P2 4 4-1=3 3/1x3 1
P3 4 4-1=3 3/1x3 1
P4 4 4-1=3 3/1x3 1
P5 4 4-1=3 3/1x3 1
P6 4 4-1=3 3/1x3 1
P7 4 4-1=3 3/1x3 1
P8 4 4-1=3 3/1x3 1
Total Hasil 1

Universitas Sumatera Utara


59

Lampiran6

SURAT IZIN PENELITIAN

KEMENTERIAN RISET, TEK NOLOGI DAN PENDTDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SC\tATERA UTARA
FAKULT.\S KEPER\ WATAN
JalanProf.111a'as No. 3 K: mpus USU.Medan ::>.0155
Telp./ Fa'<: (06!) 82!3318 Laman : http://lkep.usu.ac.id

Nomor : fl1 tUN5.2.1.1 3/SPB/20!8


Lampiran 1 8 APR 201B
Perihal : Izin Penelitiau Mab asiswa

Yth. Direktur Utarna RSVP. H. Adam Malik


Medan

Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan ma hasiswa Fakultas


Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dcngan ini karni mohon kesediaan Bapak/Ibu kiranya
dapat memberikan izin untuk melakukan penelitian bagi mahasiswa kami tersebut di bawah ini :

Nama Ruth Reliance


NTM 141101124
Jurusan Sl Keperawatan
Judul Kepatu han Pasicn Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi Insulin di
RSVP H. Adam Malik Medan

Dcmikian sura!ini kami sampail..an, a\a> p.


kasih.

Tembusan :
1. Yang bersangkutan
2. Pertinggal

Universitas Sumatera Utara


60

Lampiran 7

SURAT IZIN PENELITIAN DARI RSUP H. ADAM MALIK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT H.ADAM MALIK
J l. Bun gs Lau :>io. 17!<don Tu ntun g•n K01. l2 Kotak Pos. 246
Telp. (061) 8360361 -83600405 - 8360143 -8360341-8360051- Fa x.(061) 8360255
\\'eb:"""· rsh:.m.co.id Email: a dmin o rsham.co.id
.\ l E D.\ '-"- 20136

Nomor : DM.01.04.11.2.1/ I i>""St 2018 1:5 Mei 2018


Lampiran
Perihal : lzin Penelitian

Yang Terhormat,
Oekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Di
Tempat

Sehubungan dengan Sura!Saudara Nomor: 881/UN5.2.1.13fSPBf2018 tanggal18 April 2018


perihal lzin Sura!Penelitian mahasiswa Fakultas Universitas Sumatera Utara an:

Nama Ruth Reliance


NIM 141101124
Judul Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani
TerapiInsulin diRSUP.H.Adam Malik Medan

maka dengan inikamiinformasikan persyaratan untuk melaksanakan Penelitian adalah sebagai


berikut:
1. Pelaksanaan Penelitian sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
berlaku di RSUP H.Adam Malik dan harus mengutamakan kenyamanan dan
keselamatan pasien
2. Hasil Penelitian yang akan dipubilkasikan harus mendapat ijin dari Pimpinan RSUP
H.Adam Malik

Selanjutnya penelitiagar menghubungi lnstalasi Penelitian dan Pengembangan RSUP H. Adam


Malik, Gedung Administrasi Lantai 2 dengan Contact Person ling Yuliastuti, SKM, MKes
No.HP.081376000099.

Demikian kami sampaikan, atas kerja samanya diucapkan terima kasih.


<\-1,\-·-·
cS_ ;:.
YDi; .§"_i/r:))\DM dan Pendidikan
I- :::':;,,·:·:.-:·,\\..
"; ·"' ;-: , I
,. . .. . . . . .: r
t>i: Dr. d_l;{. •, indr, SpP. ( K )
- 31199002 2001
---- _ ...
Tembusan:

cy Kepala lnstalasi Litbang


Peneliti
Pertinggal

Universitas Sumatera Utara


61

Lampiran8

SURAT ETIK PENELITIAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTASKEPERAWATAN
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Jl. Pro£.Maas No.3 Kam(luS USU 20155 Medan INDONESIA.Tel:+62-61-8213318
Fax: +62-61-8213318, E-Mail:Fkep_kepk@yahoo.co.id

Nomor :1482/V/SP/2018
Hal :Persetujuan KomisiEtik Penelilian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU

KomisiEtik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU, dengan inimenyatakan penelitian :

Nama : Ruth Reliance


NIM :141101124
Judul :Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam MenjalaniTerapi Insulin di Rumah Saki!Haji Adam
Malik, Medan

telah dikaji dan diputuskan bahwa proposal penelitian tersebut tidak bertentangan dengan nilai dan
norma kemanusiaan.

Universitas Sumatera Utara


62

Lampiran 9

HASIL UJI RELIABILITAS

Reliability
[DataSet1]

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0

a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

,714 ,716 8

Universitas Sumatera Utara


63

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 ,40 ,498 30

P2 ,20 ,407 30

P3 ,17 ,379 30

P4 ,17 ,379 30

P5 ,40 ,498 30

P6 ,10 ,305 30

P7 ,20 ,407 30

P8 ,20 ,407 30

Inter-Item Correlation Matrix

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

P1 1,000 ,272 ,548 ,365 ,167 ,408 ,442 ,442

P2 ,272 1,000 ,224 ,224 ,272 ,111 ,375 ,167

P3 ,548 ,224 1,000 -,200 ,365 ,149 ,447 ,447

P4 ,365 ,224 -,200 1,000 -,183 ,447 ,000 ,224

P5 ,167 ,272 ,365 -,183 1,000 -,045 ,272 ,102

P6 ,408 ,111 ,149 ,447 -,045 1,000 ,111 ,389

P7 ,442 ,375 ,447 ,000 ,272 ,111 1,000 ,167

P8 ,442 ,167 ,447 ,224 ,102 ,389 ,167 1,000

Universitas Sumatera Utara


64

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Multiple Alpha if Item
Correlation Deleted

P1 1,43 2,392 ,662 ,578 ,618

P2 1,63 2,930 ,406 ,249 ,686

P3 1,67 2,851 ,521 ,596 ,663

P4 1,67 3,264 ,185 ,501 ,727

P5 1,43 3,013 ,231 ,208 ,731

P6 1,73 3,168 ,368 ,318 ,695

P7 1,63 2,861 ,461 ,337 ,674

P8 1,63 2,861 ,461 ,348 ,674

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

1,83 3,661 1,913 8

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10

MASTER DATA PENELITIAN

Data Demografi

Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Lama DM Lama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8


NO
Kelamin Insulin

1. 1 1 2 2 2 2 0 1 1 0 1 1 0 1

2. 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1 0 0 0 0

3. 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4. 1 1 2 1 2 1 0 0 0 1 1 1 0 1

5. 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1

6. 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7. 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

8. 1 1 2 1 2 2 0 0 1 0 0 1 1 0

9. 1 2 2 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1

10. 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

11. 2 2 2 1 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1

Universitas Sumatera Utara


52

12. 2 2 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1

13. 2 2 1 1 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1

14. 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15. 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

16. 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

17. 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1

18. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

19. 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

20. 2 2 2 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1

21. 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1

22. 1 1 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1

23. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

24. 1 1 1 2 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1

25. 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

26. 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

27. 2 1 1 3 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


53

28. 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29. 1 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

30. 1 1 2 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

31. 2 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

32. 1 1 2 3 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1

33. 1 1 1 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1

34. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

35. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

36. 1 1 1 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1

37. 2 2 2 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0

38. 1 2 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

39. 2 1 2 2 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0

40. 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1

41. 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

42. 2 1 1 3 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0

43. 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


54

44. 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1

45. 1 1 1 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1

46. 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

47. 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

48. 2 1 2 2 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1

49. 1 1 1 3 2 2 0 1 1 1 1 1 0 1

50. 2 1 1 1 2 1 0 0 1 1 1 1 1 0

51. 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

52. 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

53. 2 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1

54. 1 1 1 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1

55. 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

56. 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1

57. 1 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0

58. 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

59. 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


55

60. 2 2 1 1 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1

61. 2 2 1 1 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1

62. 1 1 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

63. 2 2 1 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1

64. 1 2 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1

65. 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

66. 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

67. 1 1 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1

68. 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

69. 1 1 1 2 2 1 0 0 0 1 1 1 1 0

70. 2 1 2 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0

71. 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1

Keterangan

Jenis Kelamin

1 = Laki-Laki

Universitas Sumatera Utara


56

2 = Perempuan

Usia

1 = <60 tahun

2 = ≥60 tahun

Tingkat Pendidikan

1 = Pendidikan Dasar

2 = Pendidikan Tinggi

Pekerjaan

1 = Tidak Bekerja

2 = PNS

3 = Karyawan Swasta

Lama DM

1 = <5 tahun

Universitas Sumatera Utara


57

2 = ≥5 tahun

Lama Insulin

1 = <5 tahun

2 = ≥5 tahun

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11

HASIL UJI DATA PENELITIAN

Frequencies

[DataSet1]

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

Valid 71 71 71 71 71 71 71
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean ,54 ,87 ,86 ,82 ,94 ,93 ,63

Median 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Std. Deviation ,502 ,335 ,350 ,390 ,232 ,258 ,485

Variance ,252 ,112 ,123 ,152 ,054 ,066 ,235

Range 1 1 1 1 1 1 1

Minimum 0 0 0 0 0 0 0

Maximum 1 1 1 1 1 1 1

25 ,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 ,00

Percentiles 50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

75 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Statistics

Universitas Sumatera Utara


52

P8

Valid 71
N
Missing 0

Mean ,87

Median 1,00

Std. Deviation ,335

Variance ,112

Range 1

Minimum 0

Maximum 1

25 1,00

Percentiles 50 1,00

75 1,00

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ya 33 46,5 46,5 46,5

Valid Tidak 38 53,5 53,5 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


53

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ya 9 12,7 12,7 12,7

Valid Tidak 62 87,3 87,3 100,0

Total 71 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ya 10 14,1 14,1 14,1

Valid Tidak 61 85,9 85,9 100,0

Total 71 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ya 13 18,3 18,3 18,3

Valid Tidak 58 81,7 81,7 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


54

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 4 5,6 5,6 5,6

Valid Ya 67 94,4 94,4 100,0

Total 71 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ya 5 7,0 7,0 7,0

Valid .Tidak 66 93,0 93,0 100,0

Total 71 100,0 100,0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ya 26 36,6 36,6 36,6

Valid Tidak 45 63,4 63,4 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


55

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ya 9 12,7 12,7 12,7

Valid Tidak 62 87,3 87,3 100,0

Total 71 100,0 100,0

Frequencies

[DataSet1]

Statistics

JENIS USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN LAMA DM


KELAMIN

Valid 71 71 71 71 71
N
Missing 0 0 0 0 0

Mean 1,42 1,38 1,46 1,70 1,63

Median 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00

Std. Deviation ,497 ,489 ,502 ,885 ,485

Variance ,247 ,239 ,252 ,783 ,235

Range 1 1 1 2 1

Minimum 1 1 1 1 1

Maximum 2 2 2 3 2

Universitas Sumatera Utara


56

25 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Percentiles 50 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00

75 2,00 2,00 2,00 3,00 2,00

Statistics

LAMA INSULIN

Valid 71
N
Missing 0

Mean 1,24

Median 1,00

Std. Deviation ,430

Variance ,185

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

25 1,00

Percentiles 50 1,00

75 1,00

Universitas Sumatera Utara


57

Frequency Table

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 41 57,7 57,7 57,7

Valid Perempuan 30 42,3 42,3 100,0

Total 71 100,0 100,0

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<60 44 62,0 62,0 62,0

Valid >60 27 38,0 38,0 100,0

Total 71 100,0 100,0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Pendidikan Dasar 38 53,5 53,5 53,5

Valid Pendidikan Tinggi 33 46,5 46,5 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


58

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Bekerja 41 57,7 57,7 57,7

PNS 10 14,1 14,1 71,8


Valid
Karyawan Swasta 20 28,2 28,2 100,0

Total 71 100,0 100,0

LAMA DM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<5 tahun 26 36,6 36,6 36,6

Valid >5 tahun 45 63,4 63,4 100,0

Total 71 100,0 100,0

LAMA INSULIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<5 tahun 54 76,1 76,1 76,1

Valid >5 tahun 17 23,9 23,9 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


59

Frequencies

[DataSet1]

Statistics

kepatuhan_1

Valid 71
N
Missing 0

Mean 2,00

Median 2,00

Std. Deviation ,717

Range 2

Minimum 1

Maximum 3

25 1,00

Percentiles 50 2,00

75 3,00

Universitas Sumatera Utara


60

kepatuhan_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 18 25,4 25,4 25,4

Cukup 35 49,3 49,3 74,6


Valid
Rendah 18 25,4 25,4 100,0

Total 71 100,0 100,0

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\acer\Documents\SPSS Lengkap.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jeniskelamin * kepatuhan_1 71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%

Universitas Sumatera Utara


61

jeniskelamin * kepatuhan_1 Crosstabulation

kepatuhan_1 Total

Baik Cukup Rendah

Count 11 21 9 41
1
% within jeniskelamin 26,8% 51,2% 22,0% 100,0%
jeniskelamin
Count 7 14 9 30
2
% within jeniskelamin 23,3% 46,7% 30,0% 100,0%

Count 18 35 18 71
Total
% within jeniskelamin 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\acer\Documents\SPSS Lengkap.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia * kepatuhan_1 71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%

Universitas Sumatera Utara


62

usia * kepatuhan_1 Crosstabulation

kepatuhan_1 Total

Baik Cukup Rendah

Count 7 23 14 44
1
% within usia 15,9% 52,3% 31,8% 100,0%
usia
Count 11 12 4 27
2
% within usia 40,7% 44,4% 14,8% 100,0%

Count 18 35 18 71
Total
% within usia 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\acer\Documents\SPSS Lengkap.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan * kepatuhan_1 71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%

Universitas Sumatera Utara


63

pendidikan * kepatuhan_1 Crosstabulation

kepatuhan_1 Total

Baik Cukup Rendah

Count 10 18 10 38
1
% within pendidikan 26,3% 47,4% 26,3% 100,0%
pendidikan
Count 8 17 8 33
2
% within pendidikan 24,2% 51,5% 24,2% 100,0%

Count 18 35 18 71
Total
% within pendidikan 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\acer\Documents\SPSS Lengkap.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan * kepatuhan_1 71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%

Universitas Sumatera Utara


64

pekerjaan * kepatuhan_1 Crosstabulation

kepatuhan_1 Total

Baik Cukup Rendah

Count 13 17 11 41
1
% within pekerjaan 31,7% 41,5% 26,8% 100,0%

Count 1 5 4 10
pekerjaan 2
% within pekerjaan 10,0% 50,0% 40,0% 100,0%

Count 4 13 3 20
3
% within pekerjaan 20,0% 65,0% 15,0% 100,0%

Count 18 35 18 71
Total
% within pekerjaan 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\acer\Documents\SPSS Lengkap.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lamaDM * kepatuhan_1 71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%

Universitas Sumatera Utara


65

lamaDM * kepatuhan_1 Crosstabulation

kepatuhan_1 Total

Baik Cukup Rendah

Count 7 14 5 26
1
% within lamaDM 26,9% 53,8% 19,2% 100,0%
lamaDM
Count 11 21 13 45
2
% within lamaDM 24,4% 46,7% 28,9% 100,0%

Count 18 35 18 71
Total
% within lamaDM 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\acer\Documents\SPSS Lengkap.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lamaInsulin * kepatuhan_1 71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%

Universitas Sumatera Utara


66

lamaInsulin * kepatuhan_1 Crosstabulation

kepatuhan_1 Total

Baik Cukup Rendah

Count 11 27 16 54
1
% within lamaInsulin 20,4% 50,0% 29,6% 100,0%
lamaInsulin
Count 7 8 2 17
2
% within lamaInsulin 41,2% 47,1% 11,8% 100,0%

Count 18 35 18 71
Total
% within lamaInsulin 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


67

Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ruth Reliance

Tempat/Tanggal Lahir : Duri, 03 Juli 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Berdikari No 37A/53 Kelurahan Titi Rante Padang

Bulan Medan, 20155

Email : ruth_reliance03@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDS Santo Yosef tahun 2002-2008

2. SMP Negri 1 Mandau tahun 2008-2011

3. SMAN 2 Mandau tahun 2011-2014

4. Fakultas Keperawatan USU tahun 2014-sekarang

Universitas Sumatera Utara


68

Lampiran 13

TAKSASI DANA

Biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Uraian Total

1 Penyusunan proposal penelitian : literature + Rp. 450.000,-

internet+ pengetikan + penggandaan + jilid (4

eksemplar)

2 Pengumpulan data + transportasi + penggandaan Rp. 300.000,-

instrumen penelitian

3 Penyusunan laporan hasil penelitian : pengetikan Rp. 700.000,-

+ penggandaan + jilid (4 eksemplar)

4 Biaya tak terduga Rp. 150.000,-

Total Biaya Rp.1.600.000,-

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai