2018
Reliance, Ruth
Univesitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8440
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalani Terapi
Insulin Di RSUP H. Adam Malik Medan
SKRIPSI
oleh
Ruth Reliance
141101124
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
Pembimbing Penguji
Penguji I
ii
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Kepatuhan Pasien
Medan”.
bantuan, baik secara materi maupun secara moril, maka pada kesempatan ini
Utara.
iii
yang telah menuntun dan memberikan masukan serta saran selama saya
peneliti.
11. Seluruh pasien RSUP H. Adam Malik Medan yang telah bersedia
dan membantu, serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu-
persatu.
semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
(Ruth Reliance)
141101124
Bab 1. Pendahuluan……………………………………………………. 1
1. Latar belakang………………………………………………... 1
2. Perumusan masalah…………………………………………... 5
3. Pertanyaan penelitian………………………………………… 6
4. Tujuan penelitian……………………………………………... 6
5. Manfaat penelitian……………………………………………. 6
iv
Daftar pustaka…………………………………………………………… 51
iv
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vi
PENDAHULUAN
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
Melitus salah satu keadaan darurat kesehatan terbesar pada abad ke-21. Setiap
tahun, semakin banyak orang yang terkena penyakit ini sehingga dapat mengubah
kualitas hidup. Saat ini, 415 juta orang dewasa diperkirakan menderita penyakit
Diabetes Melitus dan 318 juta orang dewasa mengalami gangguan toleransi
glukosa yang menempatkan mereka pada risiko tinggi akan terkena penyakit ini di
masa mendatang.
negara dengan penduduk terbanyak yang mengalami diabetes melitus, yaitu 109,6
diabetes melitus terbanyak dengan total 10 juta orang dewasa. Menurut Pusat Data
Utara 1,8% dari 8.939.623 juta penduduk pernah terdiagnosis diabetes melitus
oleh dokter dan diperkirakan 160.943 juta penduduk mengalami diabetes melitus.
dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik)
oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi
dapat dicapai dengan perubahan pola hidup dan anti hiperglikemia oral, namun
bagi penderita diabetes melitus tipe 2 dapat dimulai untuk pasien dengan
kegagalan terapi oral, kendali glukosa yang buruk, gejala klasik diabetes dan
penurunan berat badan, glukosa darah puasa >250 mg/dL, glukosa darah sewaktu
>300 mg/dL, dan HbA1C >9%. Selain itu pemberian terapi insulin apabila
insulin lebih dari 5 tahun, dan penyandang diabetes melitus lebih dari 10 tahun
(Rismayanthi, 2010).
Banyak pasien yang diberikan terapi diet, olahraga, dan pengobatan yang
rumit termasuk beberapa obat oral dalam sehari untuk meningkatkan efektivitas
beberapa faktor seperti usia, depresi, masalah psikososial, dan modifikasi gaya
menerima obat sesuai dengan keadaan klinisnya, dengan dosis yang memenuhi
kebutuhan individualnya selama jangka waktu yang sesuai, serta biaya yang
Tepat pasien, 2) Tepat indikasi, 3) Tepat obat, 4) Tepat dosis, cara pemberian dan
praktek pengobatan yang rasional ini, kepatuhan pasien menjadi bagian yang
penting, karena walaupun dengan peresepan yang sudah tepat pasien, tepat
indikasi, dan tepat obat, apabila pasien tidak menggunakan obat tersebut secara
maupun mengalami efek samping, dan biaya terapi menjadi tidak efisien.
kurang tepat dalam memberikan obat sehingga kondisi pasien tidak membaik,
pemerintah. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji faktor-faktor yang paling
rentang nol (tidak patuh) hingga seratus (sangat patuh). Menurut penelitian yang
berada dalam kategori patuh (57,1%) dalam meminum obat. Menurut penelitian
minum obat paling banyak adalah kepatuhan tinggi sebanyak 61 orang (47,3%)
kadar gula darah (terkontrol) memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat
seseorang selama masa pengobatan, dan telah cukup banyak di lakukan penelitian
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil satu jenis pengobatan
sepanjang tahun 2016 di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Karena
banyaknya jumlah pasien, oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan
yang serius, salah satunya dengan pemberian terapi insulin. Untuk mencapai
menjalani terapi insulin, akan tetapi masih banyak pasien yang tidak patuh dalam
terapi insulin?
kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin di Rumah Sakit
Melalui pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar
untuk mengkaji faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam
menjalani pengobatan.
meningkatkan interaksi antara pasien dan perawat agar dapat mengatasi faktor
TINJAUAN PUSTAKA
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
yang terkena diabetes melitus mempunyai kadar glukosa yang tinggi di dalam
darah karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup, atau karena
tubuh tidak dapat merespon insulin yang dihasilkan. Menurut pengertian diatas
disebabkan oleh insulin yang tidak cukup diproduksi oleh tubuh atau karena tubuh
tidak dapat merespon insulin yang dihasilkan dengan baik sehingga menyebabkan
melitus menjadi tiga jenis, antara lain: diabetes melitus tipe 1, diabetes meli tus 2,
Penyakit ini bisa menyerang orang-orang dari segala usia, tapi biasanya
terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Orang yang mengalami diabetes
gejala seperti: kehausan dan mulut kering yang tidak normal, sering buang
bertubuh kurus pada saat didiagnosis dengan penurunan berat badan yang
glukosa dalam darah dan diikuti dengan adanya gejala seperti yang
melitus tipe 1 sering dianggap sebagai tanda dan gejala dari penyakit lain,
oleh karena itu pemeriksan kadar glukosa darah harus diukur ketika salah
satu tanda dan gejala diatas muncul. Ketika tipe diabetes melitus tidak
tipe1 dan tipe 2 atau dari diabetes melitus tipe lain. Dengan pengobatan
diet, dan gaya hidup sehat, penderita diabetes melitus tipe 1 dapat
masih belum jelas, tapi mungkin karena adanya perubahan dalam faktor
Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe yang paling sering terjadi dalam
diabetes. Tipe ini biasanya menyerang orang dewasa, namun saat ini
semakin meningkat pada anak-anak dan remaja. Pada diabetes melitus tipe
sehingga insulin menjadi tidak efektif bagi tubuh dan semakin lama kadar
Tanda dan gejala diabetes melitus tipe 2 meliputi : sering buang air
kecil, rasa haus berlebihan, penurunan berat badan, dan penglihatan kabur.
2013).
kondisi mereka pada waktu yang lama. Gejala yang tidak spesifik
membuat diabetes melitus tipe 2 ini lama terdeteksi. Karena tubuh sudah
3. Diabetes Gestasional
kehamilan.
Diabetes pada kehamilan mulai terjadi pada trimester kedua atau ketiga
janin lebih besar dari rata-rata), yang membuat kelahiran melalui vagina
kadar glukosa darah dengan melalukan diet yang sehat, olahraga ringan,
dan pemantauan gula darah. Dalam beberapa kasus, insulin atau obat oral
dapat diberikan.
Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional juga memiliki risiko
lebih tinggi terkena diabetes melitus tipe 2 saat remaja atau dewasa awal.
kompleks yang selalu terjadi dalam tubuh manusia. Setiap hari manusia
asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Zat-zat makanan tersebut akan
diserap oleh usus dan kemudian masuk ke pembuluh darah dan di edarkan ke
seluruh tubuh untuk digunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai “bahan
bakar” metabolisme. Zat makanan yang masuk kedalam sel dibantu oleh insulin
agar dapat berfungsi sebagai “bahan bakar”. Insulin yang dikeluarkan oleh sel
beta dapat di ibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya
glukosa kedalam sel. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel sehingga tubuh tidak mempunyai sumber energi untuk melakukan
metabolisme. Glukosa akan tetap berada dalam pembuluh darah sehingga kadar
menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.
protein makanan ke dalam sel. Pada waktu antara jam-jam makan dan pada saat
pelepasan glukosa dari hati. Pada mulanya hati menghasilkan glukosa melalui
membentuk glukosa dari pemecahan zat lain selain karbohidrat yang mencakup
glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil
kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria.
seperti:
b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, mata kabur, gatal, dan disfungsi ereksi
Tabel 2.1
Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus (PERKENI, 2015)
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
Atau
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)
umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai
toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam
<140 mg/dl;
setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl;
Tabel 2.2
Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan Pradiabetes
(PERKENI, 2015)
HbA1c (%) Glukosa Darah Puasa Glukosa Plasma 2 Jam
(mg/dl) Setelah TTGO (mg/dl)
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
diabetes melitus. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya perbedaan hasil
Tabel 2.3
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis Diabetes Melitus (mg/dl) (PERKENI, 2015)
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa Plasma Vena <100 100-199 ≥200
darah sewaktu
Darah Kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar glukosa Plasma Vena <100 100-125 ≥126
darah puasa
Darah Kapiler <90 90-99 ≥100
meliputi:
melitus.
meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan (terapi
gizi medis), meningkatkan aktifitas jasmani dan edukasi berbagai masalah yang
farmakologis meliputi pemberian obat anti diabetes oral dan penyuntikan insulin.
Terapi farmakologis diberikan jika penerapan terapi non farmakologis tetap tidak
dapat mengendalikan kadar gula darah seperti yang diharapkan. Pemberian terapi
a. Terapi Diet
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
insulin.
kalori, lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
8) Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram perhari yang berasal dari
faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktifitas, berat badan, dan lain-lain.
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT:
BB kurang <18,5
BB normal 18,5-22,9
BB lebih dengan risiko 23-24,9
BB lebih (obestitas I) 25-29,9
teratur 3-5 kali seminggu selama 30-45 menit, dengan total 150 menit
2. Terapi Farmakologis
Sulfonilurea
Glinid
hipoglikemia.
Metformin
dyspepsia.
Tiazolindindion (TZD)
sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
dosis kecil.
SGLT-2.
Tabel 2.4
Profil Obat Antihiperglikemia Oral yang Beredar di Indonesia
(PERKENI, 2015)
Golongan Obat Cara Kerja Utama Efek Samping Utama Penurunan
HbA1c
menambah sensitifitas
terhadap insulin
Penghambat Menghambat absorbsi Flatulen, tinja lembek 0,5-0,8%
Alfa- glukosa
Glukosidase
Tiazolindindion Menambah sensitifitas Edema 0,5-1,4%
terhadap insulin
Penghambat Meningkatkan sekresi Sebah, muntah 0,5-0,8%
DPP-IV insulin, menghambat
sekresi glukagon
Penghambat Menghambat Dehidrasi, infeksi 0,8-1%
SGLT-2 penyerapan kembali saluran kemih
glukosa di tubulus
ginjal
b. Terapi Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau
sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan
Sintesis dan sekresi insulin terjadi dalam sel beta. Proses ini melibatkan
insulin dapat disesuaikan dengan pola sekresi insulin endogen atau insulin
manusia dan insulin analog; dan berdasarkan cara kerjanya insulin terbagi
menjadi insulin kerja cepat, insulin kerja menengah, insulin kerja panjang,
Tabel 2.5
Kelebihan dan Kekurangan insulin manusia dan insulin analog
(Konsensus PERKENI, 2015)
Jenis Insulin Kelebihan Kekurangan Pemakaian
Efek samping:
kenaikan berat
badan
Insulin Insulin kerja cepat Efek samping: Pada individu
Analog segera bekerja letargi, kenaikan dengan
setelah disuntikkan berat badan kepatuhan diet
yang relatif
Insulin kerja tidak terlalu
panjang tidak baik
memiliki aktivitas
puncak sehingga
kerjanya mudah
diprediksi dan risiko
hipoglikemia lebih
rendah
Meminimalkan
kenaikan tajam
glukosa darah
segera setelah
makan
Tabel 2.6
Insulin dan Cara Kerjanya (Ernawati, 2013)
Jenis Insulin Nama Insulin Cara kerja Cara Pemberian
a. Kehamilan.
(GDP) > 250 mg/dL, glukosa darah sewaktu (GDS) > 300 mg/dL,
oral sebelumnya.
terkendali.
diturunkan.
dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit.
samping, kedua bagian lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid),
2.2 Kepatuhan
obat pasien bertepatan dengan maksud saran kesehatan yang telah diberikan
terutama pada pasien yang menderita penyakit kronis (Inamdar, Kulkarni, &
Ada banyak situasi dalam praktik klinis di mana kepatuhan sangat penting
tertentu
Menurut Inamdar, Kulkarni, & Karajgi et al., 2013 ada beberapa faktor
Menurut Inamdar, Kulkarni, & Karajgi et al., 2013 ada beberapa faktor
a. Demografi
mempengaruhi kepatuhan.
penyakit, serta kondisi penyakit yang kronis atau akut dapat juga
d. Faktor psikologi
Beberapa pasien merasa bersalah karena minum obat dimana orang lain
merasa bahwa akibat dari suatu penyakit dapat berdampak serius bagi
kesehatannya.
f. Faktor sosial
Faktor sosial seperti hubungan keluarga yang kuat, bantuan dari teman
PENELITIAN
Skema 3.1
Tinggi (skor 8)
Sedang (skor 6-7)
Rendah (skor<6)
Tabel 3.1
30
pertanyaan sedang
menggunakan skala (skor 6-7)
likert. Untuk skala 3. Kepatuhan
rendah(skor
dikotomi:
<6)
Ya = 0
Tidak = 1
a. Tidak Pernah
b. Sesekali
c. Kadang – kadang
d. Biasanya
e. Selalu
Keterangan :
Selalu : 7 kali
dalam seminggu
Biasanya : 4-6
kali dalam
seminggu
Kadang- kadang :
2-3 kali dalam
seminggu
Sesekali : 1 kali
dalam seminggu
Tidak Pernah :
Tidak pernah lupa
A = 1 B-E = 0
PENELITIAN
sectional, dimana variabel akan diobservasi pada waktu yang sama (Sumantri,
2011).
4.2.1 Populasi
keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien diabetes melitus yang dating ke Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan
dengan rata-rata kunjungan selama satu tahun selama tahun 2016 sebanyak 1.052
4.2.2 Sampel
Unit sampel dapat sama dengan populasi, tetapi dapat juga berbeda (Sumantri,
2011). Sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus di Rumah Sakit
32
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat kepercayaan
Perhitungan sampel :
Melalui rumus diatas, maka di dapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan ada
orang yang telah mengenal populasi yang akan diteliti (Sumantri, 2011).
Tempat penelitian dipilih karena merupakan di Rumah Sakit Haji Adam Malik
terdapat sediaan insulin dan banyak terdapat pasien diabetes melitus setiap
Waktu penelitian berlangsung selama 1 bulan yaitu pada bulan Juni 2018.
peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian kepada pihak Rumah
Sakit Haji Adam Malik, Medan. Setelah mendapat izin peneliti dapat melakukan
tujuan, prosedur, dan manfaat dari penelitian kepada calon responden. Calon
menerima, maka peneliti akan memberikan kuisoner dan inform concent. Selama
proses pengumpulan data, responden boleh mengundurkan diri. Peneliti juga akan
memberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang tidak dimengerti
meminta orang yang ahli, dalam hal ini peniliti akan mengkonsultasikannya
Setelah dilakukan uji validitas maka akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas
menggunakan Cronbach Alpha, dan hasil uji reliabilitas yang didapatkan adalah
0,716. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah reliabel.
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dan mendapatkan surat izin resmi dapat
menerima, maka peneliti akan memberikan kuisoner dan inform concent. Setelah
kelengkapan data sesuai dengan petunjuk. Tahap kedua coding, yaitu memberi
kode pada komponan variabel untuk mempermudah peneliti saat menginput data.
Tahap ketiga processing, yaitu memasukkan data hasil kuisoner yang sudah diberi
kode ke komputer. Tahap keempat cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang
(Notoatmodjo, 2010).
Analisis univariat yang akan digunakan adalah distribusi responden. Hasil dari
Melitus dalam Menjalani Terapi Insulin di RSUP H. Adam Malik Medan. Pada
pekerjaan, lama diabetes melitus, lama terapi insulin. Karateristik responden dapat
38
Jenis Kelamin
Laki-Laki 41 57,7%
Perempuan 30 42,3%
Usia
<60 44 62,0%
≥60 27 38,0%
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 38 53,5%
Pendidikan Tinggi 33 46,5%
Pekerjaan
Tidak Bekerja 41 57,7%
PNS 10 14,1%
Karyawan Swasta 20 28,2%
Lama DM
<5 tahun 26 36,6%
≥ 5 tahun 45 63,4%
≥ 5 tahun 17 23,9%
Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden
berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 41 orang, dengan usia mayoritas sebesar
yaitu sebesar 63,4%, dan sebanyak 76,1% pasien mendapatkan terapi insulin <5
tahun.
tingkat kepatuhan pasien masih dalam kategori sedang yaitu sebesar 49,3%,
Jenis Kelamin
Laki-Laki 26,8 51,2 22,0 100
Perempuan 23,3 46,7 30,0 100
Usia
<60 15,9 52,3 31,8 100
≥60 40,7 44,4 14,8 100
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 26,3 47,4 26,3 100
Pendidikan Tinggi 24,2 51,5 24,2 100
Pekerjaan
Tidak Bekerja 31,7 41,5 26,8 100
PNS 10,0 50,0 40,0 100
Karyawan Swasta 20,0 65,0 15,0 100
Lama DM
<5 tahun 26,9 53,8 19,2 100
≥5 tahun 24,4 46,7 28,9 100
beberapa alasan yang dapat menyebabakan pasien tidak menjalani terapi insulin,
NO Pernyataan Ya Tidak
Alasan n(%)
Lupa 33 (46,5%)
Kesal 26 (36,6%)
5.2 Pembahasan
seseorang dalam mematuhi terapi insulin yang telah dianjurkan oleh tenaga
tingkat pendidikan rendah memiliki prevalensi lebih tinggi untuk terkena diabetes
melitus. Hal yang sama juga berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh
angka penderita diabetes melitus pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
Menurut Susanti dan Tri (2013 dalam Purwanti 2016) hal ini dipengaruhi oleh
gaya hidup yang kurang sehat dan konsumsi gula yang berlebih, serta karena
faktor keturunan yang tidak bisa di hindari. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Yulia (2015), menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis
responden yang memliki tingkat pendidikan dasar cenderung lebih patuh dalam
Lukman Hakim (2016) juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu tingkat
kepatuhan pasien lebih tinggi pada pasien dengan pendidikan dasar sebanyak
63,4% dibanding dengan yang berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena
insulin selain pengetahuan. Faktor lain yang dapat memiliki hubungan yang
Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa kepatuhan tinggi dimiliki oleh responden
yang berusia ≥60 tahun, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh meningkatnya
semakin tua usia seseorang, maka ia akan lebih patuh dalam menerima instruksi
yang bekerja sebagai PNS ataupun karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Srikartika (2016) dimana responden yang tidak
bekerja memiliki kepatuhan paling tinggi sebesar 50%. Hal ini disebabkan oleh
adanya jadwal kerja yang padat pada pasien yang masih bekerja sehingga
sesuai dengan anjuran dokter (Adista et al., 2009 dalam Ainni, 2017). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Oktadiansyah & Yulia (2014) juga menunjukkan
bahwa pasien yang tidak bekerja memiliki tingkat kepatuhan yang paling tinggi
sebesar 54%. Hal ini terjadi karena pasien yang berkunjung rata-rata adalah
Pada Tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami diabetes
melitus <5 tahun memiliki kepatuhan yang lebih tinggi yaitu sekitar 26,9%
ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2015), dengan tingkat
kepatuhan pada responden yang mengalami diabetes melitus <5 tahun sebesar
77,3%. Hal ini terjadi karena penderita yang terdiagnosa diabetes melitus dalam
penderita yang baru mengalami diabetes melitus cenderung lebih patuh dalam
sudah lama menderita diabetes. Pasien yang mempunyai durasi penyakit lebih
lama cenderung merasa bosan dan lelah dengan pengobatan yang di dapatkannya.
Menurut Anggina (2010 dalam Yulia 2015) semakin lama waktu pasien
al., (2014 dalam Ainni 2017) penderita diabetes melitus baik yang lama ataupun
yang baru memiliki faktor yang tidak bisa dimodifikasi, yaitu emosi seperti rasa
kesal, marah, dan cemas, sehingga menyebabkan durasi penyakit dan lama
terapi insulin.
tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang mendapatkan terapi insulin ≥5 tahun
yang telah lama menggunakan insulin, kadar gula darah responden menjadi lebih
stabil dan aktivitas yang dilakukan juga lebih produktif setelah menggunakan
insulin dari pada ketika responden mengkonsumsi obat oral. Menurut Fibriana
(2014), pasien yang menjalani terapi insulin umumnya memiliki diet yang lebih
longgar dibandingkan dengan pasien yang mengkonsumsi obat oral karena terapi
insulin memulihkan massa otot dan lemak sehingga pasien yang sudah
8 dapat dikaji beberapa alasan mengapa pasien tidak patuh dalam menjalankan
terapi insulin, yaitu karena lupa, kesal, dan karena berpergian (Rasdianah,
Berdasarkan Tabel 5.5 didapatkan beberapa alasan pasien tidak patuh dalam
menjalani terapi insulin. Alasan utama adalah lupa (46,5%) hal ini diakibatkan
oleh beberapa hal, seperti terlalu sibuk atau sulit membedakan apakah sudah
menyuntikkan insulin atau belum. Sebagian besar responden yang lupa dalam
menjalankan terapi insulin berusia <60 tahun dan masih bekerja. Dalam hal ini
kesadaran diri pasien dalam menjalani insulin. Menurut Laoh, Lestari dan
kepatuhan pengobatan.
Alasan lainnya karena pasien merasa kesal (36,6%) hal ini disebabkan
pasien merasakan sakit ketika menyuntikkan insulin. Hal ini dapat dihindari
dengan cara, perawat dapat mengajarkan cara penyuntikkan insulin dan lokasi
insulin yang benar harus secara tegak lurus terhadap permukaan lipatan kulit,
setelah plunger sepenuhnya tertekan (pada pen) biarkan jarum di kulit selam 10
detik, tarik jarum dari kulit, lepaskan lipatan kulit, lalu buang jarum.
bagian lengan atas bagian luar, dan kedua paha bagian luar.
sebagian besar <60 tahun, memiliki durasi penyakit <5 tahun, dan mendapatkan
insulin <5 tahun. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena pasien belum memiliki
kesadaran dalam menjaga kesehatan tidak berjalan dengan baik. Menurut Laoh,
Lestari dan Rumampuk (2013), kesadaran diri dapat mengubah perilaku pasien
pengobatan.
6.1 Kesimpulan
Medan tentang kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin
pasien berjenis kelamin laki-laki, pasien dengan usia <60 tahun, pasien yang
di RSUP H. Adam Malik Medan sebagian besar masih dalam tingkat kepatuhan
sedang dengan persentase sebesar 49,3%, hal ini disebabkan oleh karena
responden lupa dalam menjalani terapi insulin dan merasa kesal akan penggunaan
insulin.
6.2 Saran
49
penggunaan insulin.
Ainni, Ayu Nissa (2017). Studi kepatuhan penggunaan obat pada pasien diabetes
melitus tipe-2 di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purwerejo.
Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,
Indonesia
Alfian, Riza (2016). Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan tentang
penggunaan insulin pada pasien diabetes melitus di poliklinik penyakit dalam
RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina,
Vol.1, No.1, 9-18
American Diabetes Association (2011). Standards of medical care in diabetes-
2011.Diaksespada November 14, 2017, from
http://dms.ufpel.edu.br/ares/bitstream/handle/123456789/92/S11.full.pdf?seq
uence=1
Banjarnahor, Eka & Sunny Wangko (2012). Sel beta pancreas sintesis dan sekresi
insulin. Jurnal Biomedik, Vol.4, No.3, 156-162
Ernawati (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Terpadu Dengan
Penerapan Teori Keperawatan Self Care Orem. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Fibriana, Reni (2014). Diabetes melitus dan terapi insulin. Jurnal PPSDM Migas
Cepu, Vol.1, No.2
Inamdar, S.Z., R.V. Kulkarni, S.R..Karajgi, F.V. Manvi, M.S. Ganachari, & B.J.
Mahendra Kumar (2013). Medication adhrence in diabetes mellitus: An
overview on pharmacist role. American Journal of Advanced Drug Delivery,
238-250
International Diabetes Federation (2015). Diabetes atlas seventh edition.
Diaksespada November 1, 2017 from
http://www.diabetesatlas.org/component/attachments/?task=download&id=11
6
Khairati, Syahrul, Sorimuda Sarumpaet, & Hiswani (2016). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan terapi insulin terhadap kadar hba1c penderita
diabetes melitus tipe 2 di rsup haji adam malik tahun 2016. Diakses pada Mei
20, 2018 from https://www.scribd.com/document/378920489/Faktor-faktor-
yang-memengaruhi-kepatuhan-terapi-insulin-terhadap-kadar-HbA1C-pada-
penderita-Diabetes-Melitus-Tipe-II-di-RSUP-h-Adam-Malik-Medan-Tahun
51
Riskesdas (2013). Situasi dan analisis diabetes. Diakses pada November 1, 2017,
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf
Rismayanthi, Cerika (2010). Terapi insulin sebagaial ternatif pengobatan bagi
penderita diabetes. Medikora Vol. VI, No 2 November 2010: 29-36
Srikartika, Valentina Meta, Annisa Dwi Cahaya, & Ratna Suci Wahyu Hardiati
(2016). Analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat
pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Vol.6 No.3 205-212
Sumantri, Arif (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana
Widodo, Cahyono, Didik Tamtomo, & Ari Natalia Prabandari (2016). Hubungan
aktifitas fisik, kepatuhan mengkonsumsi obat anti diabetic dengan kadar gula
darah pasien diabetes melitus di Fasyankes Primer Klaten. JSK, Vol.2 No.2,
63-69
Yulia, Siti (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
menjalankan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Skripsi, Universitas
Negeri Semarang, Semarang, Indonesia
N 2017 2018
UraianKegiatan
O Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst
1 Pengajuan judul
Bab 1 Pendahuluan
Instrumen Penelitian
4 SIDANG PROPOSAL
5 Perbaikan Proposal
9 Analisis Data
10 Penyusunan Laporan
13 Penyusunan Manuskrip
LEMBAR PENJELASAN
yang tertera di atas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase kepatuhan
pasien diabetes melitus dalam menjalani terapi insulin di RSUP H. Adam Malik
Medan.
Nama lengkap saya adalah Ruth Reliance dan saat ini saya sedang menjalani
Kuesioner yang akan saya berikan terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama berisi
Saya akan menjaga kerahasiaan data yang Bapak/Ibu isi dalam kuesioner ini.
Nama : ……………………………………………………………..
Usia : ……………………………………………………………..
program sarjana yang lain juga. Saya memahami bahwa penelitian ini menjunjung
persetujuan ini, berarti saya menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
Medan, 2018
Responden Peneliti,
Lampiran 3
INSTRUMENT PENELITIAN
Data Demografi
Isilah penyataan dibawah ini dengan tanda ceklis (√) sesuai dengan tempat yang
sudah disediakan.
Nama Responden :
KaryawanSwasta ( )
PetunjukPengisian
NO Pertanyaan Ya Tidak
Anda?
f. Tidak Pernah
g. Sesekali
h. Kadang – kadang
i. Biasanya
j. Selalu
Keterangan :
Selalu : 7 kali dalam seminggu
Biasanya : 4-6 kali dalam seminggu
Kadang- kadang : 2-3 kali dalam
seminggu
Sesekali : 1 kali dalam seminggu
TidakPernah : Tidak pernah lupa
Lampiran 4
LEMBAR PERSETU.JUAN
NIM : 141101124
Jurusan : Sl Keperawatan
lnstrumen ini telah diperiksa dan diuji kelayakannya serta dapat dilanjutkan untuk proses
penelitian selanjutnya.
G
Asrizal, S.Kep.,Ns.:M'.Kep.,CWCC
Lampiran 5
V = ∑ S/n (C-1)
Keterangan :
S : R-L0
P1 4 4-1=3 3/1x3 1
P2 4 4-1=3 3/1x3 1
P3 4 4-1=3 3/1x3 1
P4 4 4-1=3 3/1x3 1
P5 4 4-1=3 3/1x3 1
P6 4 4-1=3 3/1x3 1
P7 4 4-1=3 3/1x3 1
P8 4 4-1=3 3/1x3 1
Total Hasil 1
Lampiran6
Tembusan :
1. Yang bersangkutan
2. Pertinggal
Lampiran 7
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT H.ADAM MALIK
J l. Bun gs Lau :>io. 17!<don Tu ntun g•n K01. l2 Kotak Pos. 246
Telp. (061) 8360361 -83600405 - 8360143 -8360341-8360051- Fa x.(061) 8360255
\\'eb:"""· rsh:.m.co.id Email: a dmin o rsham.co.id
.\ l E D.\ '-"- 20136
Yang Terhormat,
Oekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Di
Tempat
Lampiran8
Nomor :1482/V/SP/2018
Hal :Persetujuan KomisiEtik Penelilian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU
telah dikaji dan diputuskan bahwa proposal penelitian tersebut tidak bertentangan dengan nilai dan
norma kemanusiaan.
Lampiran 9
Reliability
[DataSet1]
N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
,714 ,716 8
Item Statistics
P1 ,40 ,498 30
P2 ,20 ,407 30
P3 ,17 ,379 30
P4 ,17 ,379 30
P5 ,40 ,498 30
P6 ,10 ,305 30
P7 ,20 ,407 30
P8 ,20 ,407 30
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Item-Total Statistics
Scale Statistics
Data Demografi
1. 1 1 2 2 2 2 0 1 1 0 1 1 0 1
2. 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1 0 0 0 0
3. 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4. 1 1 2 1 2 1 0 0 0 1 1 1 0 1
5. 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1
6. 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7. 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
8. 1 1 2 1 2 2 0 0 1 0 0 1 1 0
9. 1 2 2 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1
10. 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
11. 2 2 2 1 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1
12. 2 2 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1
13. 2 2 1 1 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1
14. 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15. 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
16. 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
17. 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1
18. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
19. 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
20. 2 2 2 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1
21. 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1
22. 1 1 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1
23. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24. 1 1 1 2 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1
25. 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
26. 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
27. 2 1 1 3 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1
28. 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29. 1 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
30. 1 1 2 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
31. 2 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
32. 1 1 2 3 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1
33. 1 1 1 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1
34. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36. 1 1 1 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1
37. 2 2 2 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0
38. 1 2 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
39. 2 1 2 2 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0
40. 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1
41. 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
42. 2 1 1 3 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0
43. 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
44. 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1
45. 1 1 1 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1
46. 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
47. 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48. 2 1 2 2 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1
49. 1 1 1 3 2 2 0 1 1 1 1 1 0 1
50. 2 1 1 1 2 1 0 0 1 1 1 1 1 0
51. 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
52. 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
53. 2 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
54. 1 1 1 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1
55. 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
56. 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
57. 1 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
58. 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
59. 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
60. 2 2 1 1 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1
61. 2 2 1 1 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1
62. 1 1 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
63. 2 2 1 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1
64. 1 2 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1
65. 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
66. 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
67. 1 1 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1
68. 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
69. 1 1 1 2 2 1 0 0 0 1 1 1 1 0
70. 2 1 2 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0
71. 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1
Keterangan
Jenis Kelamin
1 = Laki-Laki
2 = Perempuan
Usia
1 = <60 tahun
2 = ≥60 tahun
Tingkat Pendidikan
1 = Pendidikan Dasar
2 = Pendidikan Tinggi
Pekerjaan
1 = Tidak Bekerja
2 = PNS
3 = Karyawan Swasta
Lama DM
1 = <5 tahun
2 = ≥5 tahun
Lama Insulin
1 = <5 tahun
2 = ≥5 tahun
Frequencies
[DataSet1]
Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Valid 71 71 71 71 71 71 71
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Range 1 1 1 1 1 1 1
Minimum 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 1 1 1 1 1 1 1
Statistics
P8
Valid 71
N
Missing 0
Mean ,87
Median 1,00
Variance ,112
Range 1
Minimum 0
Maximum 1
25 1,00
Percentiles 50 1,00
75 1,00
Frequency Table
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
Frequencies
[DataSet1]
Statistics
Valid 71 71 71 71 71
N
Missing 0 0 0 0 0
Range 1 1 1 2 1
Minimum 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 3 2
Statistics
LAMA INSULIN
Valid 71
N
Missing 0
Mean 1,24
Median 1,00
Variance ,185
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
25 1,00
Percentiles 50 1,00
75 1,00
Frequency Table
JENIS KELAMIN
USIA
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
LAMA DM
LAMA INSULIN
Frequencies
[DataSet1]
Statistics
kepatuhan_1
Valid 71
N
Missing 0
Mean 2,00
Median 2,00
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
25 1,00
Percentiles 50 2,00
75 3,00
kepatuhan_1
Crosstabs
Cases
kepatuhan_1 Total
Count 11 21 9 41
1
% within jeniskelamin 26,8% 51,2% 22,0% 100,0%
jeniskelamin
Count 7 14 9 30
2
% within jeniskelamin 23,3% 46,7% 30,0% 100,0%
Count 18 35 18 71
Total
% within jeniskelamin 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%
Crosstabs
Cases
kepatuhan_1 Total
Count 7 23 14 44
1
% within usia 15,9% 52,3% 31,8% 100,0%
usia
Count 11 12 4 27
2
% within usia 40,7% 44,4% 14,8% 100,0%
Count 18 35 18 71
Total
% within usia 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%
Crosstabs
Cases
kepatuhan_1 Total
Count 10 18 10 38
1
% within pendidikan 26,3% 47,4% 26,3% 100,0%
pendidikan
Count 8 17 8 33
2
% within pendidikan 24,2% 51,5% 24,2% 100,0%
Count 18 35 18 71
Total
% within pendidikan 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%
Crosstabs
Cases
kepatuhan_1 Total
Count 13 17 11 41
1
% within pekerjaan 31,7% 41,5% 26,8% 100,0%
Count 1 5 4 10
pekerjaan 2
% within pekerjaan 10,0% 50,0% 40,0% 100,0%
Count 4 13 3 20
3
% within pekerjaan 20,0% 65,0% 15,0% 100,0%
Count 18 35 18 71
Total
% within pekerjaan 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%
Crosstabs
Cases
kepatuhan_1 Total
Count 7 14 5 26
1
% within lamaDM 26,9% 53,8% 19,2% 100,0%
lamaDM
Count 11 21 13 45
2
% within lamaDM 24,4% 46,7% 28,9% 100,0%
Count 18 35 18 71
Total
% within lamaDM 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%
Crosstabs
Cases
kepatuhan_1 Total
Count 11 27 16 54
1
% within lamaInsulin 20,4% 50,0% 29,6% 100,0%
lamaInsulin
Count 7 8 2 17
2
% within lamaInsulin 41,2% 47,1% 11,8% 100,0%
Count 18 35 18 71
Total
% within lamaInsulin 25,4% 49,3% 25,4% 100,0%
Lampiran 12
Email : ruth_reliance03@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
Lampiran 13
TAKSASI DANA
Biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Uraian Total
eksemplar)
instrumen penelitian