Anda di halaman 1dari 21

Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.

id Fakultas Keperawatan
Kertas Karya Diploma 2017 Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Gangguan Rasa Aman Nyaman: Nyeri pada kasus Difusi Peritonitis di RSUP H. Adam Malik Sihite, Putri
Surya Ramadani http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2917 Downloaded from Repositori
Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Aman Nyaman: Nyeripada kasus Difusi Peritonitis di RSUP H. Adam
Malik Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program studi DIII Keperawatan
Oleh Putri Surya Ramadani Sihite 142500127 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera
Utara Universitas Sumatera Utara ii KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Gangguan Rasa Aman Nyaman : Nyeri pada Kasus Difuse Pertonitis di RSUP H. Adam Malik”.
Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil Karya Tulis Ilmiah dalam
rangka menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penyusunan
laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan yang baik ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Setiawan, S.Kp,
MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Sri Eka Wahyuni,
S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. 3.
Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan. 4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.kep, Sp.Mat selaku Pembantu
Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. 5. Mahnum Lailan Nsution, S.Kep,
Ns, M.Kep ketua Program Studi DIII Keperawatan Sumatera Utara Medan. 6. Asrizal, S.Kep, Ns, M.Kep,
WOC(ET)N selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran, serta dengan sabar
memberikan bimbingan dan saran-saranya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Rosina Tarigan,
S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan
dalam Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. 9. Yang terhormat dan yang paling saya sayangi kedua orang tua saya, Ayahanda (Alm.
A. Sihite), Ibunda (Ch. Purba) dan seluruh keluarga saya Universitas Sumatera Utara iii yang tidak pernah
lelah mencurahkan do’a dan cintanya kepada saya, serta dukungan moril maupun materi sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 10. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan stambuk 2014 yang telah
berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Semua pihak yang penulis
tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran sehingga laporan ini dapat
terselesaikan. Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan
untuk perbaikan dikemudian hari. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan kiranya ALLAH SWT selalu melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada kita semua. Medan,
Juli 2017 Penulis, Putri Surya Ramadani Sihite 142500127 Universitas Sumatera Utara iv DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ............................................................................................... i Kata Pengantar
...................................................................................................... ii Daftar Isi
................................................................................................................. iv Daftar Tabel
........................................................................................................... vi Daftar Gambar
....................................................................................................... vii Bab I : Pendahuluan 1.1 Latar
Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan
.................................................................................................... 3 1.3 Manfaat Penelitian
................................................................................. 3 Bab II : Pengelolaan Kasus 2.1 Konsep Dasar Nyeri
................................................................................ 5 2.1.1 Defenisi Nyeri
.............................................................................. 5 2.1.2 Penyebab Nyeri
............................................................................ 6 2.1.3 Fisiologi Nyeri
............................................................................. 6 2.1.4 Klasifikasi Nyeri
.......................................................................... 6 2.1.5 Teori-teori Nyeri
.......................................................................... 8 2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
.................................. 9 2.1.7 Nyeri pada Difuse Peritonitis ....................................................... 11 2.1.8
Penilaian Nyeri ............................................................................. 11 2.2 Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri ......................................................................... 14
2.2.1 Pengkajian ..................................................................................... 14 2.2.2 Analisa Data
................................................................................. 15 2.2.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan
................................................ 15 2.2.4 Perencanaan .................................................................................
16 2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ................................................................... 21 2.3.1 Pengkajian
.................................................................................... 21 2.3.2 Analisa Data
................................................................................. 27 2.3.3 Masalah Keperawatan
............................................................29 2.3.4 Diagnosa Keperawatan
................................................................ 29 2.3.5 Perencanaan Keperawatan dan Rasional
...................................... 29 2.3.6 Implementasi dan Evaluasi .......................................................... 32
Universitas Sumatera Utara v Bab III : Penutup 3.1 Kesimpulan
............................................................................................ 41 3.2 Saran
....................................................................................................... 41 Daftar Pustaka Lampiran Universitas
Sumatera Utara vi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Skala Nyeri Menurut Hayward
............................................................... 12 Tabel 2.2 Analisa Data
............................................................................................ 27 Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan dan
Rasional ................................................. 29 Tabel 2.4 Implementasi dan Evaluasi
...................................................................... 32 Universitas Sumatera Utara vii DAFTAR GAMBAR Gambar
2.1 Skala FACES ....................................................................................... 13 Gambar 2.2 Skala Intensitas
Nyeri Numerik ........................................................... 13 Gambar 2.3 Skala Analog Visual
............................................................................ 13 Gambar 2.4 Skala Deskriptif Verbal............
........................................................... 13 Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR
BELAKANG Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik,universal, dan bersifat individual. Dikatakan
individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa di samakan dengan
yang lainnya. Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu tergantung presepsinya. Walaupun demikian,
ada satu kesamaan mengenai presepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu
sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan
adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang
akhirnyaakan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain ( Asmadi, 2008 ). Salah satu penyakit
yang sering menimbulkan nyeri adalah difusi peritonitis. Difusi peritonitis atau sering disebut radang
selaput rongga perut merupakan peradangan gawat dan mendadak pada selaput yang melapisi dinding
rongga perut atau pada kantong yang membungkus usus. Peradangan ini terjadi jika usus lainnya pecah
atau robek. Jika terjadi peradangan selaput perut sudah lanjut, dinding perut menjadi keras seperti
papan. Penderita merasa sakit perut yang hebat ketika perutnya di sentuh meskipun secara ringan (
David dkk, 2010 ). Nyeri pada penyakit difusi peritonitis disebabkan karena terjadi peradangan pada
membran mukosa pada abdomen dan organ viscera peritoneum yang dapat disebabkan oleh perforasi
apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal, ruptura saluran cerna, obstruksi dan strangulasi
saluran cerna. Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular akibat adanya
darah dalam cavitas peritoneum ( Suratun, 2010 ). Akibat infiltrasi dan proliferasi mikroorganisme
menyebabkan edema jaringan dan terjadi eksudasi cairan ke rongga peritoneum. Peristaltik usus
menurun dan bahkan dapat hilang sehingga memicu terjadinya ileus paralitik. Usus menjadi atonia dan
meregang sehingga kekurangan cairan menjadi semakin hebat. Oleh karena terjadinya Universitas
Sumatera Utara 2 perpindahan cairan yang masif ke ruang cavitas abdomen ( intersisiel ) maka terjadi
hipovolemia dan dapat menimbulkan syok. Klien akan merasakan nyeri hebat apabila terjadi rangsangan
peritoneum, maka menimbulkan keluhan nyeri tiba-tiba atau mendadak , nyeri yang hebat pada
abdomen mengganggu pola tidur klien. Klien juga mengalami mual muntah karena proses patologis
organ viseral ( obstruksi usus ) secara sekunder akibat iritasi peritoneal sehingga menyebabkan
penderita kekurangan asupan nutrisi dari kebutuhan ( Suratun dan Lusianah, 2010 ). Nyeri akut
terkadang disertai oleh aktivitas sistem saraf simpatis yang akan memperlihatkan gejala-gejala seperti,
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Klien yang
mengalami nyeri akut akan memperhatikan respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang,
kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai. Klien akan melaporkan secara verbal adanya ketidak
nyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. ( Prasetyo, 2010 ). Respon perilaku terhadap nyeri
dapat mecakup pernyataan verbal, perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan
orang lain, atau perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat
menangis, merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau menarik diri. Individu
yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang
berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan
membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis jika perilaku demikian merupakan respon
normal terhadap nyeri ( Brunner & Suddarth, 2002 ). Ada beberapa metode dan teknik yang dapat
dilakukan dalam upaya mengatasi ketidak nyamanan nyeri antara lain, distraksi yaitu tindakan
mengalihkan perhatian klien dari nyeri, melakukan teknik relaksasi salah satunya menarik napas dalam (
Asmadi, 2008 ). Kenyamanan adalah konsep tentang kiat keperawatan. Berbagai teori keperawatan
menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupan tujuan pemberian asuhan
keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Kolcaba ( 1992 )
mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Sehingga
penting bagi perawat untuk Universitas Sumatera Utara 3 memahami makna nyeri bagi setiap individu
karena individu bersifat subjektif dan individual ( Potter & Perry, 2005 ). Walaupun telah banyak
intervensi untuk mengatasi nyeri baik secara farmakologis maupun non-farmakologis namun hasilnya
belum sepenuhnya memuaskan. Penyelesaian masalah nyeri pada klien masih menghadapi kendala baik
dari pasien, tenaga kesehatan ataupun rumah sakit. Oleh karena itu nyeri tetap menjadi masalah yang
paling sering dikeluhkan oleh klien. 1.2 TUJUAN 1. UMUM Mampu memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan prioritas masalah gangguan rasa aman nyaman: Nyeri dengan penyakit difusi
peritonitis. 2. KHUSUS 1. Mampu mengkaji derajat nyeri klien. 2. Mampu merumuskan tindakan rencana
tindakan selama melakukan asuhan keperawatan. 3. Mampu melakukan rencana tindakan selama
melakukan asuhan keperawatan. 4. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi selama memberikan
tindakan keperawatan. 1.3 MANFAAT 1. Bagi penulis Mendapatkan pengalaman melakukan Asuhan
Keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan rasa aman nyaman: Nyeri.
Universitas Sumatera Utara 4 2.Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan referensi terkait penerapan
Asuhan Keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan rasa aman nyaman : Nyeri. 3.
Bagi lahan praktek Memberikan informasi kepeda lahan praktek mengenai Asuhan Keperawatan dengan
prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan rasa aman nyaman : Nyeri. Universitas Sumatera Utara 5
BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Kebutuhan Rasa Aman
Nyaman: Nyeri 2.1.1 Definisi Nyeri Nyeri adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya
sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun
tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang
dialaminya (Hidayat, 2008). Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan (Potter & Perry, 2005). McCaffery (1980) menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu
yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan
merasakan nyeri. Defenisi ini menempatkan seorang pasien sebagai expert (ahli) di bidang nyeri, karena
hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat
subjektif, tidak ada ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang
paling akurat dan tepat dalam mendefinisikan nyeri (Prasetyo, 2010). Nyeri merupakan sensasi yang
rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu
terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa di samakan dengan yang lainnya. Nyeri diartikan
berbeda-beda antar individu tergantung presepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai
presepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau
faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, Universitas Sumatera Utara 6 menderita yang akhirnya
akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Asmadi, 2008). Nyeri abdomen merupakan
sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut
biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan durasi pendek. Nyeri
abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam
waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut
(Grace & Borley, 2007). 2.1.2 Penyebab Nyeri Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua
golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan psikis. Secara fisik misalnya
penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma,
peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara psikis penyebab nyeri dapat terjadi oleh
karena adanya trauma psikologis (Asmadi, 2010). 2.1.3 Fisiologi Nyeri Munculnya nyeri sangat berkaitan
erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kantong empedu. Reseptor dapat
memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi,
termal, listrik atau mekanis (Alimul, 2008). 2.1.4 Klasifikasi Nyeri A. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah
dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6
bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
Universitas Sumatera Utara 7 2) Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang
menetap sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi
dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2005). B. Klasifikasi
Nyeri Berdasarkan Asal 1) Nyeri Nosiseptif Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh
aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan
stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus
yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013). 2) Nyeri
neuropatik Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada
struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013). C. Klisifikasi Nyeri
Berdasarkan Lokasi 1) Supervicial atau kutaneus Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus
kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai
sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan
luka potong kecil atau laserasi. 2) Viseral Dalam Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi
organ-organ internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat
menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan berkaitan dengan
mual dan gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi
terbakar seperti pada ulkus lambung. Universitas Sumatera Utara 8 3) Nyeri Alih (Referred pain) Nyeri
alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri.
Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dandapat terasa dengan
berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada
infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan
nyeri ke selangkangan. 4) Radiasi Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal
cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri
terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri
punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik. 2.1.5 Teori – Teori Nyeri 1. The Specificity theory (Teori
Spesifik) Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-
ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang
berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke
spesifik pusat nyeri di talamus (Asmadi, 2008). 2. The Intensity Theory (Teori Intensitas) Nyeri adalah
hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk
menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat (Asmadi, 2008). 3. The Gate Control Theory (Teori
Kontrol Pintu) Teori ini menjelaskan tentang transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung pada aktivitas
seraf saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel saraf di substansia
gelatinosa. Aktivitas seraf yang berdiameter besar menghambat Universitas Sumatera Utara 9 transmisi
yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan seraf saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi
yang artinya “pintu dibuka” (Asmadi, 2008). 2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri Nyeri yang
dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri,
ansietas, usia, dan pengharapan tentang penghilang nyeri (efek plasebo). Faktor-faktor ini dapat
meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap
nyeri dan pengaruh sikap respons terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2001). 1. Pengalaman Masa Lalu
dengan Nyeri Cara seseorang berespons terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama
rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak
terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. Individu yang mengalami
nyeri berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat menjadi mudah marah, menarik diri, dan depresi
(Smeltzer & Bare, 2001). Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya
menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri.
Jika nyerinya teratasi dengan cepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap
nyeri dimasa mendatang dan mampu mentoleransi lebih baik Ansietas dan Nyeri (Smeltzer & Bare,
2001). 2. Ansietas dan nyeri Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,
mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keaadan. Riset tidak memperlihatkan sutu hubungan
yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres
praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun ansietas yang relevan atau berhubungan
dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Secara umum, cara yang lebih efektif
ntuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan pada nyeri ketimbang ansietas
Budaya dan Nyeri (Smeltzer & Bare, 2001). Universitas Sumatera Utara 10 3. Budaya dan Nyeri Budaya
dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespons terhadap nyeri (Bagaimana
nyeri diuraikan atau seseorang berprilaku dalam berespons terhadap nyeri). Namun, budaya dan etnik
tidak mempengaruhi persepsi nyeri (Zatzick dan Dimsdale, 1990). Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang
dimiliki seseorang dan memehami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya
membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan nilai
budaya seseorang. Namun demikian sama pentingnya untuk menyamaratakan pasien secara budaya.
Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang
nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respons-respons perilaku terhadap nyeri
juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer & Bare, 2001). 4. Usia dan Nyeri Pengaruh usia
pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin
sulit karena perubahan fisiogis dan psikologis yang menyertai proses penuaan. Cara lansia berespons
terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara berespons orang yang lebih muda. Atau nyeri pada lansia
mungkin dialihkan jauh dari tempat cedera atau penyakit. Penilaian tentang nyeri dan keadekuatan
pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda nyeri ketimbang didasarkan pada
usia (Smeltzer & Bare, 2001). 5. Efek Plasebo Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap
pengobatan atau tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tidakan tersebut
memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut benar-benar beakerja. Efek plasebo
timbul dari produksi alamiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden. Efek ini merupakan
respons fisiologis sejati yang dapat diputar balik oleh nalokson, suatu antagonis narkotik (Smeltzer &
Bare, 2001). Universitas Sumatera Utara 11 2.1.7 Nyeri pada Difusi Peritonitis Nyeri peritonitis lebih
terlokalisir karena peritoneum parientalis kaya akan persarafan sensori. Contoh klasik pada nyeri
peritonitis ditemukan pada apendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan didaerah periumbilikal dan bersifat
kolik akibat peradangan organ viseral di daerah midgut. Kemudian peradangan menyebar dan terjadi
peritonismelokal dengan nyeri tekan persisten pada fossa iliaka kanan. Bila kemudian terjadi perforasi
akan menjadi peritonitis generalisata dengan nyeri yang hebat diseluruh perut jika tidak ditanganni
(Davey, 2005). Nyeri pada penyakit difuse peritonitis disebabkan karena terjadi peradangan pada
membran mukosa pada abdomen dan organ viscera peritoneum yang dapat disebabkan oleh perforasi
apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal, ruptura saluran cerna, obstruksi dan strangulasi
saluran cerna. Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular akibat adanya
darah dalam cavitas peritoneum (Suratun dan Lusianah, 2010). Akibat infiltrasi dan proliferasi
mokroorganisme menyebabkan edema jaringan dan terjadi eksudasi cairan ke rongga peritoneum.
Peristaltik usus menurun dan bahkan dapat hilang sehingga memicu terjadinya ileus paralitik. Usus
menjadi atonia dan meregang sehingga kekurangan cairan menjadi semakin hebat. Oleh karena itu
terjadi perpindahan cairan yang masifke ruang cavitas abdomen (intersisiel) maka terjadi hipovolemia
dan dapat menimbulkan syok. Klien akan merasakan nyeri hebat apabila terjadi rangsangan peritoneum,
maka menimbulkan keluhan nyeri yang tiba-tiba atau mendadak, nyeri yang hebat pada perut
menyebabkan pola tidur klien, apabila klien merasakan nyeri pada saat sedang tidur klien langsung
terbangun dan tidak dapat tidur kembali. Klien juga mengalami mual muntah karena proses patologis
organ viseral (obstruksi usus) secara sekunder akibat iritasi peritoneal sehingga menyebabkan penderita
kekurangan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan (Suratun dan Lusianah, 2010). 2. 1. 8 Penilaian Nyeri
Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer) dengan skala longitudinal yang
pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa nyeri) dan ujung lainnya nilai 10
(untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk Universitas Sumatera Utara 12 mengukurnya, penderita
memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir
kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas
nyeri ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, konsentrasi,
jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah
skala nyeri dengan beberapa kategori. Tabel 2.1 Skala Nyeri Menurut Hayward Skala Keterangan 0 1-3 4-
6 7-9 10 Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Sangat Nyeri, tetapi masih dapat di kontrol dengan
aktivitas yang biasa di lakukan Sangat Nyeri dan tidakbisa dikontrol Sedangkan skala nyeri McGill (McGill
scale) mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu : 0 = tidak nyeri 1 = Nyeri
ringan 2 = Nyeri sedang 3 = Nyeri berat 4 = Nyeri sangat berat 5 = Nyeri hebat Selain kedua skala di atas,
ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan untuk klien tidak mampu
menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu
berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan berkomunikasi.
Universitas Sumatera Utara 13 Gambar 2.1 Skala Faces Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10)
Gambar 2.3 Skala Analog visual (VAS) Gambar 2.4 Skala Deskriptif Verbal Universitas Sumatera Utara 14
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri 2.2.1 Pengkajian
Pengkajian untuk gangguan rasa nyaman nyeri meliputi pengkajian tentang bagaimana klien merasakan
nyeri. 1. Intensitas nyeri. Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal
(misal, tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat) atau perawat memberikan skala nyeri
dari 0-10, dimana skala nyeri menurut hayward : 0 = tidak nyeri,1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-
9 = sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan, 10 = Sangat nyeri
dan tidak bisa dikontrol (Smeltzer & Bare, 2001). 2. Karakteristik nyeri. Menggunakan metode PQRST, P
(Provocative) dimana perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien. Q
(Quality) perawat mengkaji tentang kualitas nyeri misal, nyeri seperti di tusuk, seperti terbakar, sakit,
nyeri seperti digencet. R (Region) lokasi nyeri, apakah klien merasakan nyeri di satu titik atau menyebar.
S (Severity) tingkat keparahan nyeri, perawat meminta klien menggambarkan nyeri yang dirasakan
apakah ringan , sedang atau berat. T (Time) perawat menanyakan pada klien untuk menentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri (Prasetyo, 2010). 3. Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya, gerakan,
kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dan sebagainya). Dan apa
yangdipercaya klien dapat membantu mengatasi nyerinya. Banyak orang yang mempunyai ide-ide
tertentu tentang apa yang akan menghilangkan nyerinya. Perilaku ini sering didasarkan pada
pengalaman atau trial and error (Smeltzer & Bare, 2001). 4. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan
sehari-hari misalnya, tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja
dan aktivitas-aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis dengan
depresi (Smeltzer & Bare, 2001). 5. Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai
masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra
diri (Smeltzer & Bare, 2001). Universitas Sumatera Utara 15 2.2.2 Analisa Data (Wilkinson, 2011) a. Data
Subjektif Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat. b. Data Objektif Posisi
untuk menghindar nyeri Perubahan tonus otot ( dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai
kaku) Respons autinomik (misalnya, diaforesis, perubahan tekanan darah, pernapasan atau nadi, dilatasi
pupil) Perubahan selera makan Perilaku ekspresi (misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menghela nafas panjang) wajah topeng (nyeri) Perilaku
menjaga atau sikap melindungi Berfokus pasa diri sendiri Gangguan pola tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan menyeringai) 2.2.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang dapat terjadi pada masalah nyeri (Wilkinson, 2011)
adalah: 1. Nyeri kronik yang berhubungan dengan : − Kontrol nyeri yang tidak adekuat − Distensi
abdomen : peradangan rongga selaput perut 2. Ketidakseimbangan nutrisi: resiko kurang dari
kebutuhan yang berhubungan dengan − Mual dan muntah − Hilang nafsu makan 3. Gangguan pola tidur
yang berhubungan dengan : − Nyeri abdomen regio hypochondriac sinistra Universitas Sumatera Utara
16 Saat menuliskan pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan lokasinya (mis, nyeri pada
pergelangan tangan kanan). Lebih lanjut, karena nyeri dapat mempengaruhi banyak aspek pada fungsi
individu, kondisi tersebut dapat pula menjadi etiologi untuk diagnosis keperawatan lain. 2.2.4
Perencanaan (Wilkinson, 2011) 1. Nyeri kronik Berhubungan dengan: − Kontrol nyeri yang tidak adekuat
− Distensi abdomen : peradangan rongga selaput perut Tujuan : − Memperlihatkan pengendalian nyeri,
yang dibuktikan oleh indikator misalnya mengenalin awitan nyeri. − Menunjukkan tingkat nyeri yang
dibuktikan oleh indikator : ekspresi nyeri pada wajah, gelisah, durasi nyeri. − Nyeri teratasi/terkontrol
Kriteria Hasil : − Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi. − Metode lain untuk meningkatkan
kenyamanan. − Skala nyeri 0-2. − Ekspresi wajah klien rileks. Intervensi dan rasional : Mandiri − Gunakan
laporan dari klien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian.
Universitas Sumatera Utara 17 Rasional : Perawat dapat mengidentifikasi nyeri. − Dalam mengkaji nyeri,
gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan klien. Rasional : Klien mengerti cara
penyampaian nyeri yang dirasakan. − Bantu klien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif,
seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin. Rasional : Meningkatkan relaksasi dan
meningkatkan kemampuan koping klien dengan memfokuskan perhatian. − Bantu klien untuk lebih
berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui
televisi, radio, tape, dan interaksi pengunjung. Rasional : Klien tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.
Kolaborasi − Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi berat. Rasional : Mengurangi
intensitas nyeri klien − Pemberian terapi analgetik sesuai indikasi Rasional : Meredakan nyeri klien.
Penyuluhan Kesehatan − Informasikan kepada klien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang disarankan. Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang nyeri
− Manajemen nyeri (NIC) : Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur. Rasional : Meningkatkan pengetahuan
klien tentang nyeri. Universitas Sumatera Utara 18 2. Ketidakseimbangan nutrisi: resiko kurang dari
kebutuhan Berhubungan dengan : − Mual dan muntah − Hilang nafsu makan Tujuan : − Memperlihatkan
status gizi : asupan makanan dan cairan − Pemenuhan nutrisi yang adekuat Kriteria Hasil : − Mual dan
muntah hilang − Nutrisi parenteral total − Berat badan normal Intervensi dan Rasional : Mandiri −
Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan. Rasional : Frekuensi makan klien 3x sehari −
Manajemen nutrisi (NIC) : Mengetahui makanan kesukaan klien. Rasional : Meningkatkan hubungan
saling percaya antara klien dan perawat. − Identifikasi faktor pencetus mual dan muntah Kolaborasi −
Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makanan
melalui selang, atau nutrisi parenteral total. Rasional : Agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan. − Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai indikasi. Universitas Sumatera Utara 19
Rasional : Mengurangi mual dan muntah. Penyuluhan Kesehatan : − Ajarkan metode untuk perencanaan
makan. Rasional : Meningkatkan nafsu makan klien. − Manajemen Nutrisi (NIC) : Berikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Rasional : Meningkatkan pengetahuan
klien tentang nutrisi. − Instruksikan klien agar menarik napas dalam, perlahan, dan menelan secara sadar
untuk mengurangi mual dan muntah. Rasional : Mengurangi mual dan muntah klien. 3. Gangguan pola
tidur Berhubungan dengan : − Nyeri abdomen regio hypochondriac sinistra Tujuan : − Pasien dapat tidur
6-8 jam setiap malam − Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar. Kriteria hasil: − Pola
tidur 6-8 jam setiap malam. − Lebih rileks dan segar. Intervensi dan rasional : Mandiri − Lakukan kajian
masalah gangguan tidur klien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur. Rasional : Memberikan
informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan. Universitas Sumatera Utara 20 − Lakukan
persipan untuk tidur malam seperti jam 9 malam sesuai dengan pola tidur klien. Rasional : Mengatur
pola tidur. − Lakukan mandi air hangat sebelum tidur. Rasional : Meningkatkan tidur. − Anjurkan makan
yang cukup satu jam sebelum tidur. Rasional : Meningkatkan tidur. − Berikan susu hangat sebelum tidur.
Rasional : Meningkatkan tidur. − Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.
Rasional : Meningkatkan tidur. − Bunyi telfon, alarm dikecilkan. Rasional : Mengurangi gangguan tidur. −
Berikan pengobatan seperti analgetik dan sedatif setengah jam sebelum tidur. Rasional : Mengurangi
ganngguan tidur. Universitas Sumatera Utara 21 2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2.3.1 Pengkajian I.
Biodata Nama : Tn. B Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 65 Tahun Status Perkawinan :Sudah menikah
Agama : Islam Pendidikan : Tamat SLTP Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jln. Ikan Tongkol KL IV Tanah
Tinggi Binjai Timur Tanggal Masuk RS : 27 April 2017 No. Register :03.02.01.201700007532.001
Ruangan/kamar : HCU Golongan Darah : O Tanggal pengkajian :9 Mei 2017 Tanggal Operasi : 11 Mei
2017 ( Operasi Laparatomy) Diagnosa Medis :Peritonitis II. Keluhan Utama : Tn. B mengeluh perutnya
terasa tegang dan sangat nyeri di daerah sebelah kiri dan rasanya tajam seperti di tusuk-tusuk, saat klien
ingin bergerak atau ingin duduk terasa sangat nyeri sehingga klien sulit untuk duduk dan bergerak tetapi
klien selalu mencoba untuk bergerak agar rasa nyerinya berkurang. Dan klien berharap bisa melakukan
aktivitasnya. Universitas Sumatera Utara 22 III. Riwayat Kesehatan Sekarang A. Provocative/palliative 1.
Apa Penyebabnya : Penyebab nyeri klien akibat dari penyakit difusi peritonitis.klien sering merasakan
nyeri di daerah sebelah kiri jika terlalu banyak bergerak dan terlalu banyak beraktivitas. 2. Hal-hal yang
memperbaiki keadaan : Nyeri yang dirasakan klien akan hilang jika istirahat sejenak atau mendapatkan
terapi obat farmakologi, nyeri yang dirasakan klien bisa timbul secara mendadak atau tiba-tiba. B.
Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan Nyeri yang dirasakan seperti kembung dan menyebar sampai
ke pinggang dan punggung. 2. Bagaimana dilihat Jika klien merasakan nyeri, wajah klien terlihat pucat
dan dan meringis kesakitan saat dikaji nyeri berada pada skala 4. C. Region 1. Dimana lokasinya Di
sekitar abdomen sebelah kiri. 2. Apakah menyebar Menyebar sampai ke pinggang dan punggung. D.
Severity Keadaan ini sangat mengganggu aktivitas klien, pola tidur klien dan sering mual karena nyeri ulu
hati, karena nyeri dapat timbul secara tiba-tiba. Universitas Sumatera Utara 23 E. Time Hal ini sudah
dirasakan klien sejak seminggu sebelum klien dibawa ke RS. IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Klien
mempunyai sakit maag sejak dua tahun yang lalu, sehingga klien hanya sakit maag biasa. Klien sering
pergi ke puskesmas untuk mengurangi rasa sakit perutnya, klien hanya mendapatkan injeksi dan obat
oral. Klien belum pernah masuk RS sebelum nya dan klien juga belum pernah di operasi. Klien tidak
memiliki riwayat alergi, dan klien mengatakan tidak tahu apakah pernah imunisasi atau tidak. V. Riwayat
Kesehatan Keluarga Saat dilakukan pengkajian tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
serius dalam tahun terakhir ini, tidak ada penyakit keturunan, dan tidak ada anggota keluarga yang
memiliki penyakit yang sama seperti yang di derita klien. Kedua orang tua klien sudah meninggal dunia
akibat proses penuaan. VI. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum B. Tanda – tanda vital - Suhu tubuh :
37℃ - Tekanan darah : 130/70 mmHg - Nadi : 84×i - Pernapasan : 20×i - Skala nyeri : 4-5 - TB :160 cm -
BB : 50 kg C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut - Bentuk : Simetris - Ubun – ubun : Normal -
Kulit kepala : Bersih Universitas Sumatera Utara 24 Rambut - Penyebaran dan keadaan rambut : Normal
- Bau : Tidak berbau - Warna kulit : Normal Wajah - Warna kulit :Normal - Struktur wajah : Simetris Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Normal - Palpebra : Normal - Konjungtiva dan sklera : Normal - Pupil :
Normal - Cornea dan iris : Normal - Visus : Normal - Tekanan bola mata : Normal Hidung - Tulang hidung
dan posisi septum nasi : Normal - Lubang hidung : Normal - Cuping hidung : Normal Telinga - Bentuk
telinga : Normal - Ukuran telinga : Normal - Lubang telinga : Normal - Ketajaman pendengaran : Normal
Mulut dan faring - Keadaan bibir :Simetris dan lembab - Keadaan gusi dan gigi : Bersih dan sehat -
Keadaan lidah : Normal Universitas Sumatera Utara 25 - Orofaring : Normal Leher - Posisi trachea :
Normal - Thyroid : Normal - Suara :Normal - Kelenjar limfe : Normal - Vena jugularis : Normal - Denyut
nadi karotis : Normal Pemeriksaan integumen - Kebersihan : Baik - Kehangatan : Baik - Warna : Normal -
Turgor : Baik - Kelembaban : Baik - Kelainan pada kulit : Tidak ada Pemeriksaan thorask / dada - Inspeksi
thoraks : normal, simetris - Pernapasan : 20 kali/menit - Tanda kesulitan bernapas : tidak ada kesulitan
bernapas Pemeriksaan paru - Palpasi getaran suara :normal - Perkusi : resonan - Auskultasi : vesikuler
Pemeriksaan abdomen - Inspeksi :simetris, tidak ada benjolan dan massa yang terlihat, tetapi terjadi
distensi abdomen. - Auskultasi :peristaltik usus ada tapi lemah - Palpasi : terdapat nyeri tekan pada
hypochondriac kiri. Universitas Sumatera Utara 26 Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas -
Kesimetrisan : ekstremitas lengkap dan simetris - Kekuatan otot : lima - Edema : tidak ada edema VII.
Pola Kebiasaan Sehari-hari A. Pola makan dan minum - Frekuensi makan /hari :3 kali sehari -
Nafsu/selera makan : kurang selera makan - Nyeri ulu hati : terdapat nyeri ulu hati - Alergi : tidak ada
alergi - Mual dan muntah : tidak mengalami mual dan muntah - Jumlah dan jenis makanan :setengah
piring setiap hari, jenis makana lembek - Waktu pemberian minum : minum setiap haus saja - Masalah
makan dan minum : tidak ada kesulitan menelan B. Perawatan diri - Kebersihan tubuh : bersih -
Kebersihan gigi dan mulut : terjaga klien menyikat gigi 1 kali sehari - Kebersihan kuku kaki dan tangan :
dipotong ketika panjang C. Pola kegiatan/aktivitas Klien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
dan terkadang klien membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas. Walaupun keluhan nyeri
dirasakan klien tapi klien selalu berusaha untuk bergerak. Klien susah tidur karena klien merasa nyeri
pada abdomen regio hypochondriac sinistra, serta keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, frekuensi
tidur 3-4 jam pada malam hari, susah untuk memulai tidur kembali. D. Pola eliminasi Klien biasanya BAB
satu kali sehari. Karakter feses lembek, tidak pernah ada perdarahan, tidak mengalami diare. Klien BAK
5-6 kali per hari dengan karakteristik urine kuning dan tidak ada nyeri pada kelamin saat BAK, tidak ada
kesulitan saat BAK, dan tidak terdapat riwayat penyakit batu ginjal. Universitas Sumatera Utara 27 2.3.2
Analisis Data Tabel 2.2 ANALISIS DATA No. Data Etiologi Masalah Keperawatan 1. DS : Klien mengeluh
nyeri pada bagian abdomen sebelah kiri atas saat beraktivitas dan “nyeri timbul secara tibatiba”.Klien
mengatakan lama nyeri terjadi selama 10-15 menit. Nyeri yang dirasakan menyebar sampai kepinggang
dan punggung. DO : a. Inspeksi: simetris b. Palpasi: terdapat nyeri tekan pada hypochondriac kiri c.
Auskultasi: peristaltik usus ada tapi lemah d. Perkusi:Nyeri ketuk dan bunyi timpani terjadi akibat adanya
flatulen. Klien takut bergerak terlalu banyak Klien sangat berhati-hati ketika ingin bergerak Klien tampak
meringis ketika merasa nyeri Skala nyeri 4 Akibat infiltrasi dan proliferasi mikroorganismeberasal dari
penyakit saluran gastrointestinal.menyebabkan edema jaringan dan terjadi eksudasi cairan ke rongga
peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan. Nyeri Universitas Sumatera Utara 28 TD :
130/70 mmhg HR : 84×/i, RR : 20×/i T : 37℃ 2. DS : Klien mengeluh tidak enak makan dan sering mual
juga, klien minum jika klien haus, klien punya penyakit MAAG yang akut. DO : Klien jarang menghabiskan
nasi atau makanan yang di berikan. Makanan akan habis jika di pantau oleh keluarga atau perawat
Pucat, Lemas. BB sebelum MRS : 55 kg BB setelah MRS: 50 kg TB : 160 cm IMT = BB/TB(m) = 50/(1,6) =
50/2.56 = 19.53 ( underweight ) Peristaltik usus menurun dan bahkan dapat hilang sehingga memicu
terjadinya ileus paralitik. Hipovolemia akan bertambah berat dengan adanya peningkatan suhu (
demam), intek yang adekuat serta muntah. Ketikseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 3. DS
: Klien mengeluh sulit untuk tidur bila malam hari, dan suka terbangun Nyeri yang timbul secara
mendadak atau tiba-tiba menyebabkan pola tidur klien Gangguan pola tidur Universitas Sumatera Utara
29 dan sulit untuk tidur kembali, klien hanya bisa tidur 3-4 jam pada malam hari. Klien tidur pada siang
hari selama 1- 2 jam saja. DO : Sering menguap pada siang hari Tampak lingkaran hitam di bawah mata
klien Mengantuk di siang hari. terganggu, apabila klien merasa nyeri pada saat sedang tidur klien
langsung terbangun dan tidak dapat tidur kembali. 2.3.3 Masalah Keperawatan 1. Gangguan rasa
nyaman nyeri 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Gangguan pola tidur 2.3.4
Diagnosa Keperawatan ( Prioritas ) 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan difusi
peritonitis ditandai dengan skala nyeri 4, klien tampak takut bergerak terlalu banyak, klien tampak
meringis kesakitan, gelisah dan cemas, berhati-hati jika ingin bergerak. 2. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan oral, mual, muntah, stres
ditandai dengan klien jarang menghabiskan makanannya, makan akan habis jika di pantau oleh perawat
atau keluarga, klien tampak pucat dan lemas. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada
abdomen sebelah kiri ditandai dengan sering menguap, sulit tidur, tampak lingkaran gelap dibawah
mata, mengantuk di siang hari, frekuensi tidur 3-4 jam pada malam hari, sulit untuk memulai tidur
kembali jika terbangun. Universitas Sumatera Utara 30 2.3.5 Perencanaan Tabel 2.3 PERENCANAAN
KEPERAWATAN DAN RASIONAL No. Dx Perencanaan Keperawatan 1. Tujuan : Nyeri teratasi/terkontrol
Kriteria Hasil : - Memperlihatkan teknik relaksasi. - Metode lain untuk meningkatkan kenyamanan -
Mempertahankan skala nyeri 0-2 - Ekspresi wajah klien rileks. Rencana Keperawatan: a. Kaji keluhan
nyeri, catat lokasi, lama, intensitas ( skala nyeri 4) dan karakteristiknya. b. Pertahankan posisi tidur semi
fowler sesuai indikasi. c. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan punggung, napas dalam, latihan
relaksasi). d. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi klien, sehingga dapat beristirahat dengan
tenang. Rasional : a. Perubahan dalam lokasi/intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi. Nyeri cenderung menjadi konstan, lebih menyebarke atas ; nyeri dapat lokal bila
terjadi abses. b. Memudahkan drainase cairan karena gravitasi dan meminimalkan nyeri karena gerkan.
c. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping klien dengan memfokuskan perhatian.
d. Menurunkan laju metabolik yang dapat menghilangkan nyeri. e. Menghilangkan nyeri Universitas
Sumatera Utara 31 e. Berikan terapi analgetik, narkotik sesuai indikasi. f. Berikan terapi antipiretiksesuai
program medik. abdomen. f. Menurunkan ketidak nyamanan sehubungan dengan demam. No. Dx
Perencanaan Keperawatan 2. Tujuan : Pemenuhan nutrisi yang adekuat. Kriteria Hasil : - Mual, muntah
hilang - Makan habis 1 porsi - Berat badan normal Rencana Keperawatan a. Pantau/catat adanya
muntah/ diare. b. Auskultasi bising usus, catat ada nya hiperaktivitas usus. c. Ukur lingkar abdomen
setiap hari. d. Lakukan penimbangan BB secara rutin dan catat hasil penimbangan. e. Kaji abdomen
dengan sering : adanya distensi, peristaltik usus, kelancaran flatus. f. Berikan diet sesuai indikasi, secara
bertahap mulai dari diet cairan dan meningkatkan Rasional : a. Muntah/ diare diduga terjadi obstruksi
usus. b. Hiperaktivitas usus kemungkinan terjadinya inflamasi/ iritasi usus. c. Memnerikan bukti
perubahan distensi gaster, usus, akumulasi asites. d. Kehilangan/ peningkatan dini BB menunjukkan
perubahan hidrasi. e. Identifikasi kembalinya fungsi usus dan kemampuan untuk memulai masukan
peroral. f. Memberikan diet yang hiti-hati dapat menurunkan risiko iritasi gaster. Universitas Sumatera
Utara 32 secara bertahap. g. Berikan perawatan mulut yang sering. h. Berikan terapi antipiretik sesuai
program medik g. Menurunkan mual/ muntah, yang dapat meningkatkan nyeri intraabdomen h.
Menurunkan mual/ muntah No Dx Perencanaan Keperawatan 3. Tujuan : Pasien dapat tidur 6-8 jam
setiap malam dan secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar. Kriteria Hasil : - Pola tidur
6-8 jam setiap malam. - Lebih rileks dan segar. Rencana Keperawatan a. Lakukan kajian masalah
gangguan tidur klien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur. b. Lakukan persiapan untuk tidur malam
setiap jam 9 malam sesuai dengan pola tidur klien. c. Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan
bantal yang nyaman. d. Bunyi telefon, dan alaram diperkecil e. Berikan pengobatan seperti analgetik dan
sedatif setengah jam sebelum tidur. Rasional a. Memberikan informasi dasar dalam menentukan
rencana perawatan. b. Mengatur pola tidur c. Meningkatkan tidur d. Mengurangi gangguan tidur. e.
Mengurangi gangguan tidur. 2.3.6 Pelaksanaan Keperawatan Universitas Sumatera Utara 33 Tabel 2.4
PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/ Tanggal No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi ( SOAP ) Rabu,
10 Mei 2017 1 Mandiri a. Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas ( skala nyeri 4 ) dan
karakteristiknya. b. Mempertahankan posisi tidur semi fowler sesuai indikasi. c. Mengajarkan klien
teknik relaksasi. d. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi klien, sehingga dapat beristirahat
dengan tenang. Kolaborasi a. Memberikan terapi analgetik, sesuai indikasi. ( injeksi ketorolac 1 amp/ 24
jam ) S : - Klien mengatakan nyeri berkurang. - Klien sudah mau banyak bergerak. O : - Skala nyeri 4 -
Durasi 10-15 menit - TD : 120/80 mmhg - HR : 82 x/i - RR : 22 x/i A : - Nyeri bisa timbul secara mendadak
atau tiba-tiba ketika klien melakukan aktivitas. P : Intervensi dilanjutkan - Memberi terapi analgetik
sesuai indikasi ( injeksi ketorolac 1 amp/24 jam) - Membantu klien dalam merubah posisi dari supinasi
menjadi semi fowler. Universitas Sumatera Utara 34 2. 3. Mandiri a. Memantau keadaan umum klien. b.
Mengobservasi ada nya muntah/ diare. c. Mengkaji abdomen dengan sering : adanya distensi, peristaltik
usus. d. Perawatan mulut yang sering Kolaborasi a. Memberikan diet klien ( M II bubur ). b. Memberikan
terapi antipiretiksesuai program medik. ( injeksi ranitidin 1 amp/ 24 jam) Mandiri a. Memantau keadaan
umum klien b. Menganjurkan klien untuk tidur ketika ngantuk c. Memfasilitasi keadaan tempat tidur
yang nyaman, dersih, dan S : Klien mengatakan sudah mau menghasilkan 1 porsi makanan. Tapi tetap
mual dan mau muntah ketika makan. O : - Makanan selalu dihabiskan - BB kelihatan tetap - Membran
mukosa lembab A : Masih tetap mual dan muntah, tetapi klien sudah menghabiskan 1 porsi makanan
nya. P : Intervensi dilanjutkan - Memberikan terapi antipiretik sesuai program medik ( injeksi ranitidin 1
amp/ 24 jam ) S : - Klien mengatakan tetap terbangun pada malam hari - Klien mengatakan bisa tidur di
malam hari. O : - Klien tampak tenang. Universitas Sumatera Utara 35 bantal yang nyaman d. Bunyi
telepon dan alaram diperkecil. - Mata klien tampak ada lingkaran hitam di bawah mata - Durasi tidur
siang hari 1-2 jam A : - Pola tidur tidak teratur - Masih sering terbangun di malam hari P : Intervensi
dilanjutkan - Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang melelahkan - Menganjurkan klien
untuk menggunakan teknik relaksasi. Kamis, 11 Mei 2017 1. Mandiri a. Mengkaji keluhan nyeri, catat
lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya. b. Mengobservasi tandatanda vital c. Mempertahankan
posisi tidur semi fowler sesuai indikasi d. Mengajarkan klien teknik relaksasi S : - Klien mengatakan nyeri
berkurang - Klien sudah mau banyak bergerak O : - Skala nyeri 4 - TD : 120/80 mmhg - HR : 80 ×/i - RR :
20 ×/i - T : 37℃ A : - Nyeri masih tetap Universitas Sumatera Utara 36 2. Kolaborasi a. Memberikan
terapi analgetik, sesuai indikasi. ( injeksi ketorolac 1 amp/ 24 jam) Mandiri a. Mengobservasi adanya
muntah/diare b. Mengkaji abdomen dengan sering : adanya distensi, peristaltik usus c. Memberikan
perawatan mulut yang sering Kolaborasi a. Memberikan diet klien ( M II bubur b. Memberikan terapi
antipiretik sesuai program medik. ( injeksi pada skala 4. - Nyeri selalu timbul saat klien beraktivitas
dengan durasi nyeri 10-15 menit. - Nyeri timbul secara tiba-tiba. P : Intervensi dilanjutkan - Memberikan
terapi analgetik sesuai indikasi ( injeksi ketorolac 1 amp/24 jam) - Membantu klien dalam merubah
posisi dari supinasi menjadi semi fowler. S : Klien mengatakan sudah mau menghabiskan 1 porsi
makanan. Tapi tetap mua dan mau muntah ketika makan. O : - Makanan selslu di habiskan - BB kelihatan
tetap - Membran mukosa lembab A : Masalah teratasi sebagian Masih tetap mual dan mau Universitas
Sumatera Utara 37 3. ranitidin 1 amp/ 24 jam) Mandiri a. Memantau keadaan unun klien b.
Menganjurkan klien untuk tidur ketika ngantuk c. Memfasilitasi keadaan tempat tidur yang nyaman,
bersih dan bantal yang nyaman d. Bunyi telepon dan alaram dikecilkan muntah P : Intervensi dilanjutkan
- Menganjurkan klien untuk menghabiskan makanannya - Memberi terapi antipiretik sesuai program
medik. ( injeksi ranitidin 1 amp/24 jam ) S : - Klien mengatakan tetap terbangun pada malam hari - Klien
mengatakan sudah bisa tidur di siang hari O : - Klien tampak tenang - Durasi tidur siang 1-2 jam A :
Masalah teratasi sebagian - Pola tidur tidak teratur - Masih sering terbangun di malam hari P : Intervensi
dilanjutkan Universitas Sumatera Utara 38 - Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang
melelahkan - Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi misalnya mendengarkan musik
ketika mau tidur Jum’at, 12 Mei 2017 1. Mandiri a. Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas,
karakteristiknya. b. Mempertahankan posisi tidur semi fowler sesuai indikasi c. Memberikan tindakan
kenyamanan d. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi klien, sehingga dapat beristirahat
dengan tenang Kolaborasi a. Memberikan terapi analgetik, sesuai indikasi. ( injeksi ketorolac 1 amp/24
jam) S : - Klien mengatakan nyeri berkurang. - Klien sudah mau banyak bergerak O : - Skala nyeri 3 - TD :
120/80 mmhg - HR : 84 ×/i - RR : 22 ×/i A : Masalah teratasi sebagian - Nyeri berkurang jika klien
beristirahat dan ketika klien melakukan teknik relaksasi. P : Intervensi dilanjutkan - Memberi terapi
analgetik sesuai indikasi ( injeksi ketorolac 1 amp/24 Universitas Sumatera Utara 39 2. Mandiri a.
Memantau apakah ada muntah/ diare b. Mengkaji abdomen dengan sering : adanya distensi, peristaltik
usus c. Memberi kan perawatan mulut yang sering Kolaborasi a. Memberikan diet sesuai toleransi,
secara bertahap mulai dari diet cair dan meningkatkan secara bertahap b. Memberikan terapi antipiretik
sesuai program medik. (injeksi ranitidin 1 amp/24 jam) jam) - Membantu klien dalam merubah posisi
dari supinasi menjadi semi fowler. S : Klien mengatakan sudah mau menghabiskan 1 porsi makanan.
Tetapi tetap mual dan mau muntah ketika makan. O : - Makanan selalu di habiskan - BB kelihatan tetap -
Membran mukosa lembab A : Masalah teratasi sebagian Masih tetap mual dan mau muntah P :
Intervensi dilanjutkan - Menganjurkan klien untuk menghabiskan makanannya. - Memberikan terapi
antipiretik sesuai program medik (injeksi ranitidin 1 amp/24 jam) Universitas Sumatera Utara 40 3.
Mandiri a. Memantau keadaan umum klien. b. Menganjurkan klien tidur dan istirahat ketika ngantuk. c.
Memfasilitasi keadan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman. d. Bunyi telepon dan
alaram dikecilkan S : - Klien mengataakan tetap terbangun pada malam hari. - Klien dapat tidur disiang
hari O : - Klien tampak tenang - Durasi tidur siang 1-2 jam A : Masalah belum teratasi - Pola tidur tidak
teratur - Masih sering terbangun di malam hari P : Intervensi dilanjutkan - Menganjurkan klien untuk
melakukan aktivitas yang melelahkan - Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
misalnya mendengar musik saat mau tidur. Universitas Sumatera Utara 41 BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN 3.1 Kesimpulan Hasil pengkajian pada Tn. B diperoleh keluhan utama yang dimana Tn. B
mengatakan nyeri pada bagian abdomen sebelah kiri. Berdasarkan pengkajian dapat diperoleh data
sabjektif yaitu pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen sebelah kiri saat klien beraktivitas dan
nyeritimbul secara tiba-tiba, klien mengeluh tidak enak makan dan sering mual, kemudian klien
mengeluh sulit untuk tidur bila malam hari dan sering terbangun dan sulit untuk tidur lagi, klien hanya
bisa tidur 3-4 jam pada malam hari. Data objektif yaitu klien kelihatan gelisah, lemah, takut bergerak
terlalu banyak, skala nyeri 4, klien jarang menghabiskan makanannya, klien kelihatan pucat, lemas,
tampak lingkaran hitamdibawar mata klien dan sering menguap. Setelah dilakukan analisis data penulis
mendapatkan masalah keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan rasa aman nyaman :
Nyeri. Kemudian diberi intervensi dan implementasi selama 3 hari. Diagnosa utama yang penulis angkat
Gangguan rasa aman nyaman : Nyeri pada penderita penyakit peritonitis. Setelah intervensi di susun
dan implementasi dilakukan maka ada beberapa masalah yang berhasil diatasi seperti klien mengatakan
sudah dapat menghabiskan makanannya, klien lebih tenang dan ada juga masalah yang belum teratasi
seperti klien belum bisa tidur denagn nyaman, Nyeri belum teratasi sepenuhnya dan keadaan klien
tampak lemah, maka intervensi dilanjutkan. 3.2 Saran 3.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Rumah sakit,
melalui perawat yang ada diruangan lebih aktif dalam meningkatkan mutu asuhan keperwatan pada
klien dengan gangguan rasa aman nyaman : Nyeri. Universitas Sumatera Utara 42 3.2.2 Bagi Institusi
Peendidikan Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional
agar tercipta perawat yang profesional, terampil, inovatif, aktif dan bermutu yang dapat memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan. 3.2.3 Bagi Penulis Perlu
untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien
denagan masalah gangguan rasa aman nyaman : Nyeri serta perlu memperbaiki agar karya tulis ini lebih
sempurna. Universitas Sumatera Utara 43 DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. 2008. Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Andarmoyo, S. 2013.
Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Asmadi.2008. Teknik Prosedural
Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Brunner &
Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-BedahEdisi 8 Vol.2. Jakarta: EGC Davey. P . 2005. Medicine At A
Glance. Alih Bahasa: Rahmalia. A,dkk. Jakarta: Erlangga David, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Jakarta : Buku kedokteran. EGC. Grace &Borley. 2008. At a Glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta:
Gelora Aksara Pratama Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol 1 edisi 4. Jakarta:
EGC. Prasetyo, S . 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S. C & Bare, B G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:
EGC. Suratun &Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: Trans Info Media. Wilkinson, M Judith. 2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC edisi 9. Jakarta: EGC. Universitas Sumatera
Utara 44 Lampiran IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari/ Tanggal No Dx Implementasi Keperawatan
Evaluasi ( SOAP ) Sabtu 13 mei 2017 1 Mandiri - Mengkaji keluhan nyeri, lokasi, lama,intensitas,
karakteristik nyeri. - Mengkaji keadaan umum klien - Mengajarkan teknik relaksasi - Menciptakan
lingkungan yang nyaman bagi klien sehingga klien dapat beristirahat dengan tenang Kolaborasi -
Memberikan terapi analgetik sesuai indikasi. ( injeksi ketorolak 1 amp/24 jam) S : - Klien mengatakan
tidak takut lagi bergerak karena nyeri sudah mulai berkurang O : - Skala nyeri 3 - TD : 120/80 mmhg - HR
: 82 ×/i - RR : 22 ×/i A : Masalah teratasi sebagian - Nyeri sudah mulai berkurang P : Intervensi
dilanjutkan - Memberikan terapi analgetik sesuai indikasi ( injeksi ketorolac 1 amp/24 jam) -
Mengajarkan teknik relaksasi dan membantu mengatur posisi klien senyaman mungkin. Universitas
Sumatera Utara 45 2. 3. Mandiri - Memantau keadaan umum klien - Mengkaji abdomen : adanya
distensi, peristaltik usus - Memantau apakah ada muntah/ diare. Kolaborasi - Memberikan terapi
antipiretik sesuai indikasi ( injeksi ranitidin 1 amp/24 jam) - Memberikan sesuai toleransi, secara
bertahap. Mandiri - Memantau keadaan umum klien - Memfasilitasi keadaan tempat tidur yang nyaman,
bersih, dan bantal yang nyaman. S : Klien mengatakan sudah dapat menghabiskan makanannya 1 porsi.
Mual yang dirasakan klien sudah mulai berkurang. O : - Makanan selalu dihabiskan - Membran mukosa
lembab - BB kelihatan tetap A : Masalah teratasi sebagian BB belum meningkat Masih ada mual
walaupun jarang P : Intervensi dilanjutkan - Memberikan terapi antipiretik sesuai indikasi (injeksi
ranitidin 1 amp/24 jam) S : Klien mengatakan sudah dapat tidur pada malam hari walaupun masih
sesekali terbangun pada malam hari Klien dapat tidur disiang hari O : - Klien dampak tenang Universitas
Sumatera Utara 46 - Menciptakan - lingkungan yang nyaman, sehingga klien dapat beristirahat dengan
tenang - Durasi tidur siang 1-2 jam A : Masalah teratasi sebagian - Klien dapat tertidur pada malam hari
walaupun masi sesekali terbangun dimalam hari. P : Intervensi dilanjutkan - Menganjurkan klien
menggunakan teknik relaksasi seperti mendengankan musik sebelum tidur - Menciptakan lingkungan
yang nyaman. Minggu, 14 mei 2017 1. Mandiri - Mengkaji keluhan nyeri, lokasi, lama,intensitas,
karakteristik nyeri. - Mengkaji keadaan umum klien - Mengajarkan teknik relaksasi - Menciptakan
lingkungan yang nyaman bagi klien sehingga klien dapat beristirahat dengan S : Klien mengatakan nyeri
sudah berkurang. Klien mengatakan tidak takut beraktivitas O : - Skala nyeri 2 - TD : 120/70 mmhg - HR :
82 ×/i - RR : 22 ×/i A : Masalah teratasi sebagian Nyeri sesekali timbul dengan durasi 10-15 menit dengan
skala Universitas Sumatera Utara 47 2. tenang - Kolaborasi - Memberikan terapi analgetik sesuai
indikasi. ( injeksi ketorolak 1 amp/24 jam) Mandiri - Memantau keadaan umum klien - Mengkaji
abdomen : adanya distensi, peristaltik usus - Memantau apakah ada muntah/ diare. - Kolaborasi -
Memberikan terapi antipiretik sesuai indikasi ( injeksi ranitidin 1 amp/24 jam) - Memberikan sesuai
toleransi, secara bertahap. nyeri ringan yaitu skala nyeri 2 ketika klien banyak beraktivitas. P : Intervensi
dilanjutkan - Memberikan terapi analgetik sesuai indikasi ( injeksi ketorolac 1 amp/24 jam) S : - Klien
mengatakan mual nya sudah berkurang - Klien mengatakan selera makannya sudah meningkat O : -
Makanan selalau dihabiskan - Membran mukosa lembab A : Masalah teratasi sebagian - Sesekali klien
masih mual P : Intervensi dilanjutkan - Memberikan terapi antipiretik sesuai indikasi ( injeksi Universitas
Sumatera Utara 48 3. Mandiri - Memantau keadaan umum klien - Memfasilitasi keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman. - Menciptakan lingkungan yang nyaman, sehingga klien
dapat beristirahat dengan tenang ranitidin 1 amp/24 jam) - Menganjurkan klien menghabiskan
makanannya. S : - Klien mengatakan sudah dapat tidur pada lam hari. - Klien mengatakan bahwa klien
juga dapat tidur disiang hari O : - Klien memiliki durasi tidur siang 1-2 jam - Klien tampak segar, nyaman
dan tenang A : Masalah teratasi P : Intervensi masih dilanjutkan Untuk mencegah klien terbangun pada
malam hari - Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menganjurkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi seperti mendengarkan musik sebelum tidur Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai