Oleh
Khairunnisa
142500044
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat dan berkah berupa kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Asuhan
Kepewaratan pada Tn.I dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan
Rasa Nyaman: Nyeri pada Post Op Appendiktomi”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan
program DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penyusun laporan ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB sebagai Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S,Kp, M.Kep, Sp.Mat sebagai Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum L Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Koordinator DIII
Keperawatan yang membantu jalannya kegiatan Karya Tulis Ilmiah ini dan
kepada seluruh dosen staf pengajar dan staf administrasi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumtera Utara yang memberikan bantuan dan
kelancaran selama proses Karya Tulis Ilmiah berlangsung.
6. Ibu Nurbaiti, S.Kep, Ns, M.Biomed sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan yang berharga bagi perbaikan KTI ini.
7. Ibu Rika Endah, S.Kp, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun selama menguji Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teristimewa kepada orang tua saya tercinta Ayahanda Soebardjo M dan
Ibunda Nurlela yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi,
ii
Universitas Sumatera Utara
memberikan semangat, dan memberikan dukungan baik berupa moril maupun
materil kepada penulis.
9. Teruntuk kepada kakak-kakak kandung saya Ika Anggraini, S.Pd, Fatwa
Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed dan Sofia Fadhzilla, Amd. Atas doa dan
dukungan, bimbingan dan arahannya kepada penulis.
10. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika program DIII
Keperswatan USU yang telah member bimbingan selama perkuliahan.
11. Semua pihak yang ada dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu yang telah banyak membantu penulis baik dalm penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas
Keperawatan USU.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfat utuk ilmu
pengetahuan, khususnya Ilmu Keperawatan. Penulis sangat mengaharapkan
adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik.
Penulis
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
terbanyak tahun 2006. Kelompok usia yang umumnya mengalami apendisitis
yaitu pada usia antara 10 sampai 30 tahun. Satu orang dari 15 orang pernah
menderita apendisitis dalam hidupnya (Eylin,2009). Setiap tahun sekitar 700.000
pasien dengan usus buntu atau apendisitis diruang gawat darurat untuk
pengobatan termasuk apendiktomi (Clynton, 2009).
Dari beberapa literatur menyebutkan bahwa tindakan apendiktomi ini dapat
timbul berbagai masalah keperawatan, salah satu diantaranya nyeri. Nyeri pasca
bedah mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi. Pada setiap keluhan nyeri,
terdapat suatu nosisepsidisuatu tempat pada tubuh yang disebabkan oleh suatu
noksa, baru kemudian mengalami sensasi nyeri.
Akhirnya, timbul reaksi terhadap sensasi nyeri dalam bentuk sikap dan
perilaku verbal maupun non-verbal untuk mengemukakan apa yang dirasakannya
(Sjamsuhidajat dkk, 2005).
Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada seorang individu. Nyeri
merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien mampu bagi tenaga kesehatan.
Assosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri ((Internasional Association for the
Study of Pain), IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan” (IASP, 1979). Nyeri dapat merupakan factor utama
yang menghambat kemampuan dan kegiatan individu untuk pulih dari suatu
penyakit (Potter Perry,2005).
Nyeri merupakan kondisi dimana ketidaknyamanan yang bersifat individual.
Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering dibidang medis,
nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang
merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita upaya untuk menghilangkan atau
mengembalikan kenyamanan (Portter Perry, 2005).
Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang
membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya. Banyak teori
berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri. Bagaimanapun, tidak ada
satu teoripun yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan
2
Universitas Sumatera Utara
atau dicerap, tidak juga menjelaskan kompleksitas dari cara yang mempengaruhi
transmisi impuls nyeri, sensasi nyeri, dan perbedaan individual dalam sensasi
nyeri. Penatalaksanaan efektif nyeri pasien membutuhkan pemahaman tentang
persepsi nyeri, juga disebut sebagai nosisepsi. Selain itu, penting artinya
memahami strategi pengkajian nyeri dan intervensi yang digunakan untuk
meredakan nyeri individu, juga tentang keuntungan, kerugian, dan keterbatasan
dari setiap intervensi (Brunner & Suddarth, 2002).
Dari hasil pengamatan penulis saat melakukan praktek keperawatan
diberbagai rumah sakit, sebagian besar pasien dengan tindakan pembedahan
mengakibatkan munculnya masalah nyeri dan selama pengelolaan di RSUD Dr.
Pringadi Medan, penulis menjumpai pasien dengan post-operasi apendiktomi hari
ke-I dengan keluhan nyeri pada Tn.I didukung oleh data subyektif “Pasien
mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi,
nyeri terasa perih dan tertusuk-tusuk, skala nyeri 6 (0-10), nyeri yang dirasakan
hilang timbul” dan data obyektif “Pasien tampak lemah dan meringis kesakitan”.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan pengelolahan kasus
keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Nyeri Pada Tn.I Dengan Post-Operasi Apendiktomi Hari Ke-I di
Ruang Melati III RSUD Dr. Pringadi Medan.
1.2 Tujuan
Adapun Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah merumuskan tujuan, antara lain:
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan perawatan klien dengan gangguan kebutuhan dasar aman dan
nyaman (nyeri) yang dirawat di ruang Melati III RSUD. Dr. Pringadi Medan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan tahap pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.I dengan
perioritas masalah nyeri akibat post op Appendisitis.
2. Mampu menetapkan diagnose keperawatan pada Tn.I dengan perioritas
masalah nyeri akibat post op Appendisitis.
3. Mampu menetapkan rencana intervensi asuhan keperawatan pada Tn.I dengan
perioritas masalah nyeri akibat post op Appendisitis.
3
Universitas Sumatera Utara
4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn.I dengan perioritas
masalah nyeri akibat post op Appendisitis.
5. Mampu melakukan evaluasi pada Tn.I dengan perioritas masalah nyeri akibat
post op Appendisitis.
1.3 Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka untuk mengembangkan ilmu
keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin
mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Sebagai pengembangan wawasan keperawatan tentang cara memberikan
asuhan keperawatan secara komperhensif kepada klien dengan gangguan
kebutuhan dasar aman dan nyaman (nyeri) di ruang Melati III RSUD Dr.
Pringadi Medan.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Mendapaktan pengetahuan tentang nyeri meningkatnya kemandirian dan
pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga
untuk melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami nyeri.
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
5
Universitas Sumatera Utara
Nyeri merupakan kondisi dimana ketidaknyamanan yang bersifat individual.
Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering dibidang medis,
nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang
merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita upaya untuk menghilangkan atau
mengembalikan kenyamanan (Portter Perry, 2005).
Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada seorang individu. Nyeri
merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien mampu bagi tenaga kesehatan.
Assosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (Internasional Association for the
Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan” (IASP, 1979). Nyeri dapat merupakan factor utama
yang menghambat kemampuan dan kegiatan individu untuk pulih dari suatu
penyakit (Potter Perry, 2005).
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Fisiologis Nyeri
Fisiologis nyeri terdiri atas 3 fase, yaitu resepsi, presepsi, dan reaksi (Potter
& Perry, 2005). Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut
saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didslam masa berwarna abu-abu di
medulla spinalis. Pesan nyeri dapat beribteraksi dengan sel-sel inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak dan ditransmiter tanpa
hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pemngetahuan yang lalu serta
asosiasi kebudayaan dalam mempresepsikan nyeri (McNair, 1990 dalam Potter &
Perry, 20005)
7
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh factor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik
pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Potter&Perry,
2005).
3. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana beraksi terhadap nyeri
(Calvino dan Flaskerud, 1991).
4. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dilakukan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempresepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
member kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan
(Potter&Perry, 2005)
5. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering kali
meningkatkan presepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan
ansietas (Girl, 1990).
6. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya pengalihan (dikstraksi) dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun (Girl, 1990).
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan presepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
8. Pengalaman Sebelumnya.
Setiap individu belajar dari pengaalaman nyeri. Pengalaman nyeri
sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri
dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila seorang klien
tidak pernah merasakan nyeri, maka presepsi pertama nyeri dapat
mengganggu koping terhadap nyeri.
8
Universitas Sumatera Utara
9. Gaya Kopping
Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan control terhadap
lingkungan atau kehilangan control terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, gaya kopping mempengaruhi
kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri.
10. Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu dari kelompok social budaya yang berbeda memiliki harapan yang
berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan mereka tentang
nyeri (Meinhart dan Mc.Caffery,1983). Individu yang mengalami nyeri
seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan.
keluarga dan
dukungan sosial
pengalaman
jenis kelamin
terdahulu
pengalaman
nyeri
ansietas kebudayaan
9
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Pengukuran Skala Nyeri
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
yang dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2006).
10
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Pengkajian
Pengkajian keperawatan dalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi
dan komunikasi data tentang kien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan
dasar data tentang, kebutuhan masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan gaya hidup
yang dilakukan klien (Potter & Perry, 2005).
Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap tingkat kenyamanan
klien. Apabila nyeri bersifat akut atau parah, ada kemungkinan klien dapat
memberi penjelasan yang terinci tentang pengalaman nyerinya secara
keseluruhan. Selama episode nyeri akut, tindakan perawat yang utama adalah
mengkaji perasaan klien, menetapkan respon fisiologi klien terhadap nyeri dan
lokasi nyeri, tingkat keparahan, dan kualitas nyeri. Untuk klien yang mengalami
nyeri kronik, cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan
pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif, perilaku dari pengalaman
nyeri dan pada riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri tersebut (NIH, 1986;
McGuire, 1992).
Pengkajian nyeri yang dilakukan meliputi pengkajian data subjektif dan data
objektif.
1. Data Subjektif
a. Intensitas (skala) nyeri
Karakteristik nyeri yang paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang, atau parah. Namun,
makna istilah tersebut berbeda bagi klien dan perawat.
b. Karakteristik nyeri
Laporan tunggal klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indikator
tunggal yang dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan
apapun yang berhubungan dengan ketidaknyamanan (NIH, 1986).
Pengkajian karakteristik nyeri antara lain; awitan dan durasi (kapan,
berapa, lama, terjadi pada waktu yang sama atau tidak, kekambuhan
nyeri), lokasi nyeri, irama (terus-menerus, hilang timbul, periode
bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri), dan
kualitas nyeri (seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri seperti ditekan).
11
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor yang meredakan nyeri, misalnya gerakan, kurang bergerak,
pengerahan tenaga, istirahat, obat-obatan bebas dan apa yang dipercaya
pasien dapat membaantu mengatasi nyerinya.
d. Efek nyeri terhadap klien
Apabila klien mengalami nyeri maka perawat perlu mengkaji kata-kata
yang diucapkan, respon verbal (meringis, menangis), gerakan wajah dan
tubuh. (meringis sambil mengguling ke kiri, melindungi area nyeri),
interaksi sosial klien, dan aktivitas klien. Pada aktivitas sehari-hari nyeri
menyebabkan klien kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin.
Seperti pada kehidupan sehari-hari, misalnya tidur, nafsu makan,
Konsentari, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan
aktivitas-aktivitas santai.
e. Kekhawatiran klien tentang nyeri.
Dapat meliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi,
prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Smeltzer &
Bare, 2001).
2. Data Objektif
Data objektif didapatkan dengan mengobservasi respon pasien terhadap
nyeri. Menurut Taylor (1997), respon pasien terhadap nyeri berbeda-berbeda,
dapat dikategorikan sebagai:
a. Respon perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pertanyaan verbal,
perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang
lain, atau perubahan respon terhadap lingkungan. Klien yang mengalami
nyeri akan menangis, merapatkan gigi, mengepalkan tangan, melompat
dari satu sisi ke sisi lain, memegang area nyeri, gerakan terbatas,
menyeringai, mengerang, pernyataan verbal dengan kata-kata. Perilaku
ini beragam dari waktu ke waktu (Berger, 1992).
b. Respon fisiologik
Respon fisiologik anatara lain seperti meningkatnya pernafasan dan
denyut nadi, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya ketegangan
otot, dilatasi pupil berkeringat wajah pucat, mual dan muntah (Berger,
12
Universitas Sumatera Utara
1992). Respon fisiologik ini dapat digunakan sebagai pengganti untuk
laporan verbal dari nyeri pada klien tidak sadar (Smeltzer & Bare, 2001).
c. Respon Afektif
Respon afektif seperti cemas, marah, tidak nafsu makan, kelelahan, tidak
punya harapan, dan depresi juga terjadi pada klien yang mengalami
nyeri. Cemas sering disosiasikan sebagai nyeri akut dan frekuensi dari
nyeri tersebut dapat diantisipasi. Sebagai depresi sering diasosiasikan
sebagai nyeri kronis (Taylor, 1997).
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Perencanaan
1. Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) akut beruhubungan dengan agen
cedera fisik (pembedahan apendiktomi).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Nyeri berkurang
b. Mampu beraktivitas,tidur,dan istirahat
c. Klien merasa nyaman
Implementasi
a. Mengobservasi, catat, lokasi, lamanya intesitas nyeri (skala 0-10) dan
penyebaran. Memperhatikan tanda non verbal, contohnya memperhatikan
tanda-tanda vital, gelisah
b. Kaji lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, dan tingkat keparahan.
c. Dorong klien menyatakan perasaan tentang nyeri.
d. Perhatikan keluhan peningkatan nyeri dan anjurkan pasien untuk
istirahat, serta batasi aktifitas klien.
e. Ajarkan menggunakan teknik relaksasi dengan meningkatkan istirahat,
latihan napas, dan memusatkan kembali perhatian.
f. Anjurkan klien melakukan tirah baring, biarkan klien melakukan posisi
yang nyaman.
g. Ajarkan klien melakukan disktraksi: pengalihan pada hal-hal lain seperti
membayangkan hal yang indah, membaca buku dan mendengarkan
music.
h. Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi seperti keterolac.
Rasional :
1) Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat mencetus ketakutan, gelisah dan
ansietas berat.
2) Membatu mengatasi nyeri ketika muncul berdasarkan karakterirstik,
lokasi, durasi dan tingkat keparahannya.
3) Takut/masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan
ambang presepsi nyeri.
14
Universitas Sumatera Utara
4) Membantu menstimulus rasa sakit dan relaksasi.
5) Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra
abdomen namun pasien akan melakukan posisi menghilangkan nyeri
secara alamiah.
6) Meningkatkan istirahat memusatkan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping.
7) Tindakan ini dapat mengurangi/mengalihkan perasaan nyeri yang akan
muncul.
8) Antibiotika untuk membunuh/ menghambat pertumbuhan agen pathogen
biologic.
15
Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PASIEN
2.2.1 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 17 Tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Sepat No.9c Kec.Medan Area
Tanggal Masuk RS : 01/05/2017 Jam 10.00 Wib
No. Register : 707380
Ruang/Kamar : Ruang Rindu A2
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2017 Jam 14.00 Wib
Tanggal Operasi : 03/05/2017
Diagnosa Medis : Appendisitis
16
Universitas Sumatera Utara
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/pallitative
1. Apa penyebabnya
Pasien mengatakan nyeri perut pada bagian kanan bawah atau bagian
yang habis dioperasi.
17
Universitas Sumatera Utara
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Nyeri tekan di abdomen kanan bawah, hal ini dialami kurang lebih dari
5hari.Awalnya 2 minggu lalu os mengeluh nyeri pada epigastrium. Kemudian
menjalar ke umbilicus lalu keperut kanan bawah. Klien sering mengeluh mual
dan muntah.
B. Pengobatan /tindakan
Klien mengatakan, belum pernah berobat ke rumah Sakit dan apabila perut
terasa sakit klien hanya pergi ke warung atau apotek membeli obat
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan belum pernah dirawat ataupun di operasi sebelumnya.
D. Alergi
Klien mengatakan tidak mengalami riwayat alergi baik makanan maupun
obat-obatan.
E. Imunisasi
Dari keterangan keluarga klien mendapatkan imunisasi yang lengkap
18
Universitas Sumatera Utara
B. Konsep diri
Gambaran diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
Ideal diri : Klien mengatakan dirinya pasti cepat sembuh
Harga diri : Klien tidak merasa malu dengan kondisinya sekarang
Peran diri : Klien berperan sebagai anak
Identitas : Klien anak ke empat dari empat bersaudara
C. Keadaan emosional
Klien masih mampu mengontrol emosinya dengan baik.
D. Hubungan sosial
Orang yang berarti : Orang tua dan saudaranya
Hubungan dengan keluarga : Baik, tidak ada masalah
Hubungan dengan orang lain : Baik, tidak ada masalah
Hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain : Tidak ada hambatan
E. Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien berkeyakinan atau
beragama islam
Kegiatan ibadah : Klien sering berdoa diatas tempat
tidur
19
Universitas Sumatera Utara
Waham : tidak ada waham
Memori : tidak ada gangguan
20
Universitas Sumatera Utara
Pupil : Reflek terhadap cahaya
Kornea dan iris : Tidak katarak dan tidak ada
peradangan
Visus : Dapat membaca dalam jarak
lebih kurang 6 m
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris
Lubang hidung : Bersih, tidak ada polip
Cuping hidung : Pernafasan cuping hidung (+)
Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan/kiri
Ukuran telinga : simetris kanan/kiri
Lubang telinga : Bersih
Ketajaman pendengaran : Normal
Pemeriksaan integument
Kebersihan : Kulit bersih
Kehangatan : 36,5 oC
Turgor : < 3 detik
Kelembaban : Keadaan kulit lembab
Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada
Infeksi thoraks : Bentuk normal
Pernafasan (frekuensi, irama) : 24 kali/menit, reguller
Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada kesulitan dalam
bernafas
Pemeriksaan abdomen
Infeksi (bentuk, benjolan) : Simetris, tidak ada benjolan
Auskultasi : Peristaltik usus 8 kali/menit
Perkusi : Timpani
21
Universitas Sumatera Utara
Pemerikssan neurologi
Nerfus Olfaktorius/N I:
Kemampuan menghidu klien cukup baik
Kemampuan Optikus/N II:
Klien mampu membaca dengan jarak lebih kurang 6 m
Nervus Okulomotorius/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI:
Klien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal
Nervus Trigeminus/N Vl:
Klien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran
dan rabaan
Nervus Fasialis/N VII:
Klien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot wajah
Nervus Akustik/N VIII:
Keseimbangan klien saat berjalan dan berdiri terjaga
Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/N X:
Klien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut, dan positif
Nervus Aksesorius/N XI:
Klien mengangkat bahu dan menahan tekanan pada bahunya
Nervus Hipoglasus/N XII:
Klien tidak mampu melakukan pronasi dan supinasi dengan baik pada
telapak tangannya
Fungsi motorik: normal dan tidak ada kelainan
Fungsi sensorik: normal dan tidak ada kelainan
22
Universitas Sumatera Utara
Waktu pemberian makananan : Pagi 08:00 wib, Siang 13:00 wib,
Malam 19:00 wib
Jumlah dan jenis makanan : Satu porsi, nasi, sayur, lauk, dan
buah
Waktu pemberian cairan/minuman : Melalui infuse (RL 20 tetes/menit)
dan minum apabila haus
Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah makan dan
minum
2. Perawatan diri/Personal hygine
Kebersihan tubuh : Tubuh bersih, klien hanya di lap
dengan waslap 2 kali sehari oleh
keluarganya
Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut cukup bersih
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih, kuku kaki dan tangan akan
di potong ketika panjang
3. Pola kegiatan/akivitas
Tabel 2.1 Pola Kegiatan/Aktivitas
Kegiatan Mandiri Sebahagian Total
Mandi √
Makan √
BAB √
BAK √
Ganti Pakaian √
Klien sulit tidur karena adanya rasa panas atau terbakar pada bagian perut,
serta keterbatasan aktivitas akibat nyeri saat bergerak, frekuensi tidur 4-5 jam
pada malam hari, susah untuk memulai tidur kembali, dan klien hanya berdoa
selama perawatan di Rumah Sakit.
23
Universitas Sumatera Utara
4. Pola eliminasi
BAB
Pola BAB : Normal
Karakter feses : Kuning dan lembek
Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan
BAB terakhir : 05 Mei 2014
Diare : Tidak ada diare
Penggunaan laksatif : tidak ada menggunakan
laksatif
BAK
Pola BAK : Normal
Karakter urin : Warna kuning dan tidak keruh
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan BAK
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada
Penggunaan diuretik : Tidak menggunakan diuretic
5. Mekanisme koping
Adaptif
Bicara dengan orang lain
Olahraga
Maladaptip
Reaksi lambat / berlebihan
24
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. Ds : Kerusakan dan Nyeri
Klien mengeluh nyeri perubahan struktur
diabdomen kanan bawah, abdomen kanan bawah
sejak 2 minggu lalu. ↓
Do : Terasa nyeri dibagian
Nyeri tekan (+) abdomen kanan bawah
Skala nyeri 6 dari 0-10 ↓
Hypertimani Nyeri Akibat Luka Post
TD : 120/70 mmHg Op Apendisitis
o
T : 36,5 C ↓
N : 80x/i Gangguan Rasa Nyaman:
RR : 24x/i Nyeri
2. Ds: Mual/Muntah Resiko Nutrisi
Klien mengeluh mual mual, ↓ Kurang dari
dan tidak nafsu makan serta Akibat reaksi obat kebutuhan
lemas. analgesik tubuh
Do: ↓
Mukosa bibir kering Penurunan selera makan
Muntah (+) ↓
Klien tampak lemas Asupan nutrisi tidak
Klien tampak pucat. adekuat
3. Ds: Badannya terasa lemah Intoleran
Klien mengatakan badannya ↓ Aktivitas
terasa lemas Akibat Post Op
Klien tidak mampu Apprndisitis
memenuhi kebutuhannya ↓
secara mandiri Kelemahan fisik
Do: ↓
Keadaan Umum : Lemah Pembatasan aktivitas
25
Universitas Sumatera Utara
Klien hanya berbaring saja ↓
ditempat tidur Intoleran Aktivitas Fisik
TTV
TD : 120/70 mmHg
T : 36,5 °c
N : 80 x/menit
RR: 24 x/m
26
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
No.
Hari/Tanggal Perencanaan Keperawatan
Dx
Selasa, 02 Mei 2017 1. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dalam 3x24 diharapkan nyeri klien
berkurang atau hilang
Kriteria hasil:
Mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri
mampu menggunakan tekhnik
nonfarmakologi (memperlihatkan
tekhnik relaksasi secara individual yang
efektif untuk mencapai kenyamanan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (Skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Rencana Tindakan Rasional
A. Lakukan pengkajian nyeri A. Mengetahui perkembangan klien dan
secara komprehensif membantu dalam evaluasi gejala nyeri
termasuk lokasi, gastritis. Penggunaan skala rentang
karakteristik, durasi, membantu klien dalam mengkaji tingkat
frekuensi, kualitas dan faktor nyeri dan memberikan alat untuk
presipitasi, observasi TTV evaluasi keefektifan analgesik,
B. Ajarkan metode distraksi meningkatkan kontrol nyeri,
selama nyeri akut (bernafas Mengetahui perkembangan nyeri klien
dengan teratur) B. Mengurangi rasa nyeri
C. Ajarkan tindakan nyeri yang C. Mengurangi rasa nyeri dan penghematan
noninvasive. energi, meningkatkan kemampuan
D. Relaksasi (nafas koping, Analgetik dapat memblok
27
Universitas Sumatera Utara
dalam/mandi air hangat dan reseptor nyeri pada SSP
aroma terapi lavender), D. Membuat klien menjadi lebih baik dan
Bantu pasien saat minum melupakan nyeri menghilangkan
obat pereda rasa sakit yang ketidaknyamanan dan meningkatkan
optimal dengan analgesic efek terapeutik analgesik dan usupaya
E. Berikan informasi yang keluarga mengetahui merawat klien
akurat untuk meluruskan yang sakit
kesalahan konsep pada
keluarga (Pendidikan
Kesehatan) (Nurarif,
Kusuma 2015) (Carpenito,
juall, 2009),
(Kusumaningtyas, 2015).
No.
Hari/Tanggal Perencanaan keperawatan
Dx
Selasa, 2 Mei 2017 2. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien mampu nafsu makan klien
membaik
Kriteria hasil:
BB klien menunjukkan peningkatan
Rencana Tindakan Rasional
A. Anjurkan klien dalam posisi A. Mengurangi respon mual akibat gaya
semi fowler gravitasi
B. Anjurkan makan sedikit B. Memenuhi kebutuhan energi
tetapi sering C. Dapat menambah nafsu makan
C. Beri makan selagi hangat D. Dapat mempengaruhi nafsu makan atau
D. Hindari makanan yang pencernaan dan membatasi masukan
menimbulkan gas nutrisi
E. Kolaborasi dengan ahli gizi E. Diet yang sesuai dapat mempercepat
dalam pemberian diet penyembuhan
28
Universitas Sumatera Utara
No.
Hari/Tanggal Perencanaan Keperawatan
Dx
Selasa, 2 Mei 2017 3. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien mampu
Kriteria hasil:
Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan
Rencana Tindakan Rasional
A. Observasi sejauh mana klien A. Mengetahui aktivitas apa yang akan
dapat beraktivitas dilakukan
B. Menjelaskan pada klien B. kLien mengetahui manfaat pentingnya
bahwa aktivitas itu penting beraktivitas
C. Memberikan lingkungan C. Meningkatkan istirahat klien
yang tenang D. Membantu bila perlu, harga diri di
D. Berikan bantuan dalam tingkatkan bila klien melakukannya
aktivitas sendiri.
E. Kaji respon emosi , social,
dan spiritual terhadap
aktivitas
F. Menganjurkan klien untuk
melakukan pergerakan
miring kanan dan miring kiri.
G. Evaluasi motivasi dan
keinginan pasien untuk
meningkatkan aktivitas.
29
Universitas Sumatera Utara
2.2.6. Implementasi
No Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi (Soap)
Dx Keperawatan
Selasa, 1. Mengkaji TTV S:
02 Mei 2017 TD: 120/70 mmHg Klien mengatakan nyerinya
Pkl: 15:15 wib RR: 24x/menit sudah berkurang
HR: 80x/menit O:
T : 36 °c Klien terlihat gelisah dan
Menanyakan intensitas meringis kesakitan
nyeri (1-10) dengan KU lemah
memberi pada pasien TTV
gambar skala TD : 120/70 mmHg
pengukuran Numerik N : 82 x/menit
Rating Scale (NRS) RR: 24x/menit
dan menanyakan di T : 36,5 °c
skala berapa nyeri A:
dirasakan pasien Masalah belum teratasi,
Mengobservasi adanya nyeri masih tetap dalam
tanda-tanda nyeri skala 6
nonverbal seperti: P:
wajah, gelisah, Intervensi dilanjutkan,
meringis, menangis observasi skala nyeri dan
Menganjurkan pasien pemberian analgesik:
untuk beristirahat Infuse RL 0,5%/28 tpm
Menganjurkan kepada Injeksi keterolac: 30
pasien untuk mg/8 jam
melakukan tekhnik Injeksi ranitidin 50
relaksasi tarik nafas mg/12 jam
dalam
Melakukan kolaborasi
dalam pemberian
analgesik
30
Universitas Sumatera Utara
Selasa, 2. Menganjurkan klien S:
02 Mei 2017 dalam posisi Semi Klien mengatakan tidak
Pkl: 15:15 wib Fowler nafsu makan karena mual
Menganjurkan makan O:
sedikit tetapi sering KU: Lemah
dan memberikan Mukosa bibir kering
makanan selagi hangat Klien hanya
menghabiskan 5-6
sendok dari porsi yang
diberikan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Selasa, 3. Mengobservasi sejauh S:
02 Mei 2017 mana klien bisa Klien mengatakan
Pkl: 15:15 wib melakukan aktivitas badannya terasa lemah
Menjelaskan O:
pentingnya KU lemah
beraktivitas bagi klien A:
(melatih gerak) Masalah belum teratasi
Membantu klien dalam P:
beraktivitas (duduk Intervensi dilanjutkan
semi Fowler)
Rabu, 1. Mengkaji TTV S:
03 Mei 2017 TD: 120/60 mmHg Klien mengatakan nyerinya
Pkl : 10:00 RR: 27x/menit sudah berkurang
HR: 85x/menit O:
T : 36,5 °c Klien terlihat gelisah dan
Menanyakan intensitas meringis kesakitan
nyeri (1-10) dengan KU lemah
memberi pada pasien TTV
31
Universitas Sumatera Utara
gambar skala TD : 120/60 mmHg
pengukuran Numerik N : 85 x/menit
Rating Scale (NRS) RR: 27x/menit
dan menanyakan di T : : 36,5 °c
skala berapa nyeri A:
dirasakan pasien Masalah sedikit teratasi,
Mengobservasi adanya tetapi nyeri masih tetap
tanda-tanda nyeri dalam skala 5
nonverbal seperti: P:
wajah, gelisah, Intervensi dilanjutkan,
meringis, menangis observasi skala nyeri dan
Menganjurkan pasien pemberian analgesik:
untuk beristirahat Infuse RL 0,5%/28 tpm
Menganjurkan kepada Injeksi keterolac: 30
pasien untuk mg/8 jam
melakukan tekhnik Injeksi ranitidin 50
relaksasi tarik nafas mg/12 jam
dalam
Melakukan kolaborasi
dalam pemberian
analgesik
Kamis, 1. Mengkaji TTV S:
04 Mei 2017 TD: 110/70 mmHg Klien mengatakan nyerinya
Pkl : 13.00 RR: 28x/menit sudah berkurang
HR: 90x/menit O:
T : 36 °c Klien terlihat gelisah dan
Menanyakan intensitas meringis kesakitan
nyeri (1-10) dengan KU lemah
memberi pada pasien TTV
gambar skala TD : 110/70 mmHg
pengukuran Numerik N : 90 x/menit
Rating Scale (NRS) RR: 28x/menit
32
Universitas Sumatera Utara
dan menanyakan di T : : 36 °c
skala berapa nyeri A:
dirasakan pasien Masalah teratasi, nyeri
Mengobservasi adanya dalam skala 3
tanda-tanda nyeri
nonverbal seperti: P:
wajah, gelisah, Intervensi dilanjutkan,
meringis, menangis observasi skala nyeri dan
Menganjurkan pasien pemberian analgesik:
untuk beristirahat Infuse RL 0,5%/28 tpm
Menganjurkan kepada Injeksi keterolac: 30
pasien untuk mg/8 jam
melakukan tekhnik Injeksi ranitidin 50
relaksasi tarik nafas mg/12 jam
dalam
Melakukan kolaborasi
dalam pemberian
analgesik
Kamis, 2. Menganjurkan klien S:
04 Mei 2017 dalam posisi Semi Klien mengatakan tidak
Pkl : 13.00 Fowler nafsu makan karena mual
Menganjurkan makan O:
sedikit tetapi sering KU: Lemah
dan memberikan Mukosa bibir kering
makanan selagi hangat Klien hanya
menghabiskan 5-6
sendok dari porsi yang
diberikan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
33
Universitas Sumatera Utara
Kamis, 3. Mengobservasi sejauh S:
04 Mei 2017 mana klien bisa Klien mengatakan
Pkl : 13.00 melakukan aktivitas badannya terasa lemah
Menjelaskan O:
pentingnya KU lemah
beraktivitas bagi klien A:
(melatih gerak) Masalah belum teratasi
Membantu klien dalam P:
beraktivitas (Berjalan Intervensi dilanjutkan
Kecil)
34
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Proses pengkajian yang penulis lakukan yaitu melalui wawancara kepada
klien dan keluarga klien, juga dengan pemerikasaan fisik langsung pada klien.
Sehingga dapat diperoleh data yang sesuai dengan kaadaan klien dapat
mempermudah dalam merencanakan tindakan keperawatan. Dalam melakukan
tindakan keperawatan kepada klien, penulis menggunakan komunikasi teraupetik
agar tercapai hubungan yang baik antara penulis terhadap klien dan keluarga
klien.
Dengan adanya karya tulis ilmiah dan studi kasus diharapkan pasien merasa
lebih nyaman dan nyeri yang dirasakan klien semakin berkurang atau hilang. Serta
klien memiliki kemampuan untuk mengatasi nyeri yang mencakup pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan untuk melakukan aktifitas yang dianjurkan .
Dari hasil evaluasi teknik relaksasi dan menejemen nyeri yang dilakukan
pada klien, diperoleh hasil bahwa pasien mengalami penurunan nyeri, dengan
tingkat penurunan nyeri dengan skala 6 menjadi 3. Maka dapat disimpulkan
bahwa teknik relaksasi dan menejemen nyeri yang dilakukan untuk mengurangi
nyeri berguna untsuk pasien yang mengalami nyeri. Perawat keluarga pasien
diharapkan mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan pemberian terapi.
3.2 Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Perawat dapat memberikan dan mengembangkan teknik-teknik relaksasi
mengurangi nyeri. Dengan perawat melakukan terapi relaksasi pada pasien
dan keluarga dapat mengerti serta dapat memanajemen nyeri ketika nyeri
muncul baik saat masih berada dirumah sakit ataupun setelah pulang
kerumah.
35
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi agar memperkaya konsep tentang pengetahuan asuhan
keperawatan dengan konsep kebutuhan dasar manusia aman dan nyaman
nyeri.
Berdasarkan Karya Tulis Ilmiah dan Studi Kasus ini mahasiswa dapat
memahami konsep Asuhan Keperawatan Nyeri dimulai dari pengkajian,
analiasa data, rumusan masalah, diagnose keperawatan, dan perencanaan.
36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan, edisi 4. Jakarta.
EGC.
37
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI
Hari/ No.
Implementasi Keperawatan
Tanggal Dx
Selasa, 1. Mengkaji TTV
02 Mei 2017 TD: 120/70 mmHg
Pkl: 15:15 wib RR: 24x/menit
HR: 80x/menit
T : 36 °c
Menanyakan intensitas nyeri (1-10) dengan
memberi pada pasien gambar skala pengukuran
Numerik Rating Scale (NRS) dan menanyakan di
skala berapa nyeri dirasakan pasien
Mengobservasi adanya tanda-tanda nyeri
nonverbal seperti: wajah, gelisah, meringis,
menangis
Menganjurkan pasien untuk beristirahat
Menganjurkan kepada pasien untuk melakukan
tekhnik relaksasi tarik nafas dalam
Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgesik
Selasa, 2. Menganjurkan istirahat sebelum makan
06 Mei 2017 Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak
Pkl: 15:15 wib selama fase akut
Menganjurkan makan sedikit tetapi sering dan
memberikan makanan selagi hangat
Selasa, 3. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan
07 Mei 2017 aktivitas
Pkl: 15:15 wib Menjelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien
(melatih gerak)
Membantu klien dalam beraktivitas
38
Universitas Sumatera Utara
Rabu, 1. Mengkaji Keadaan nyeri os
03 Mei 2017 Menganjurkan os untuk istirahat
Pkl : 10.00 wib Menganjurkan os untuk melakukan teknik
relaksasi dikstrasi
Memberikan terapi obat analgesic.
(injeksi. Keterolac 2mg/8jam)
Mangkaji TTV
TD: 120/60 mmHg
RR: 28x/menit
HR: 85x/menit
T : 36,5 °c
Rabu, 2. Mengobservasi intake output
03 Mei 2017 Mengkaji mual & muntah
Pkl : 10.00 wib Mual (+)
Muntah (-)
Memberikan terapi obat mual
(injeksi. Ranitidin 2gr/8jam)
Menganjurkan klien untuk oral hygine
Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi
sering.
Rabu, 3. Mengobservasi keadaan aktivitas klien
03 Mei 2017 Memberikan penkes pada klien tentang
Pkl : 10.00 wib pentingnya aktivitas untuk melatih gerak
Menganjurkan klien untuk melakukan
pergerakan-pergerakan kecil.
Menganjurkan os untuk istirahat.
39
Universitas Sumatera Utara
Kamis, 1. Mengkaji TTV klien
04 Mei 2017 TD: 120/80 mmHg
Pkl : 13.00 wib RR: 22x/menit
HR: 78x/menit
T : 36,5°c
Mengkaji keadaan nyeri klien
Menganjurkan klien untuk istirahat
Menganjurkan klien relaksasi dikstraksi
Kamis, 2. Mengobservasi intake output
04 Mei 2017 Mengkaji mual & muntah
Pkl : 13.00 wib Mual (+)
Muntah (-)
Memberikan terapi obat mual
(injeksi. Ranitidin 2gr/8jam)
Menganjurkan klien untuk oral hygine
Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi
sering.
Kamis, 3. Mengobservasi keadaan aktivitas klien
04 mei 2017 Memberikan penkes pada klien tentang
Pkl : 13.00 wib pentingnya aktivitas untuk melatih gerak
Menganjurkan klien untuk melakukan
pergerakan-pergerakan kecil.
Menganjurkan os untuk istirahat.
40
Universitas Sumatera Utara