Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya pengendalian penduduk merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara,

baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.Pertumbuhan penduduk

dunia meningkat dengan pesat dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.Indonesia

sendiri merupakan negara ke 4 dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Amerika Serikat

(BPS, 2015).

Indonesia masih menduduki urutan ke empat dengan penduduk terbanyak di dunia

setelah Amerika, India dan China. Kementerian kesehatan mengestimasi jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2015 sebesar 255.461.686 jiwa, yang terdiri atas 128.366.718 jiwa

penduduk laki-laki dan 127.094.968 jiwa penduduk perempuan. Maka dengan meningkatnya laju

pertumbuhan penduduk menunjukkan akan terjadi ledakan penduduk (Kemenkes RI,2016).

Laju pertumbuhan penduduk yang tidak dapat dikendalikan mengakibatkan banyak

dampak terhadap penduduk yaitu menderita kekurangan makanan dan gizi sehingga

mengakibatkan tingkat kesehatan memburuk, mempunyai pendidikan yang rendah, dan banyak

penduduk yang pengangguran. Indonesia terancam mengalami ledakan penduduk jika tidak ada

program Keluarga Berencana . Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup

tinggi ( Kemenkes RI, 2016).

Dukungan membuat keluarga mampu melaksanakan fungsinya, karena anggota keluarga

memang seharusnya saling memberikan dukungan dan saling memperhatikan keadaan dan

kebutuhan kesehatan istri. Dukungan suami terdiri dari 4 bentuk, yaitu dukungan informasional,
penilaian, instrumental, dan emosional. Kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa adanya

kerjasama suami dan saling percaya. Idealnya pasangan suami istri harus memilih metode

kontrasepsi yang terbaik, saling bekerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran

untuk kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian (Hartanto, 2010).

kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

kehamilan yang mengandung preparat estrogen dan progesterone, kedua hormon tersebut

bekerja sebagai penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon

sehingga dapat menghambat proses konsepsi (muslihati et al., 2016). Berdasarkan jenis dan

cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal yaitu : kontrasepsi oral atau

pil, kontrasepsi suntikan, kontrasepsi implan) (marmi, 2016).

Penggunaan kontrasepsi hormonal yang lama akan menimbulkan efek samping

diantaranya meningkatnya berat badan, timbunan kolestrol, hipertensi dan bahkan diabetes

sehingga terjadi peningkatan jumlah hormon progesteron dan estrogen didalam tubuh

(hermiyanty, wandira ayu bertin, 2017).

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi

(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron

saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Pada umumnya

akseptor lebih memilih metode kontrasepsi suntik, karena alasan praktis yaitu sederhana dan

tidak perlu takut lupa. Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi bila penyuntikan

dilakukan secara teratur dan sesuai jadwal yang telah ditentukan (handayani,2010)

Pemilihan kontrasepsi oleh wanita usia subur yang sesuai keinginan sangat penting, salah

satu kontrasepsi yang banyak dipilih adalah kb suntikan baik 1 bulan maupun 3 bulan, karena
suntik merupakan alat kontrasepsi yang praktis, aman,murah. Faktor yang mempengaruhi

dalam menggunakan kb suntik, antara lain yaitu: pengetahuan, pendidikan, umur, media

informasi, ketersediaan alat, petugas kesehatan, dukungan suami. (astuti,2010).

Kontrasepsi yang dipilih oleh sebagian besar WUS adalah jenis hormonal yaitu suntik

dan pil sehingga Jumlah wanita usia subur di 20 desa kecematan sawang berjumlah 3891

orang, dengan jumlah ibu yang berhasil hamil sebanyak 442 orang dan yang tidak berhasil

hamil 3449 orang, di wilayah kerja Puskesmas babah buloh masih sering dijumpai keluarga

yang memiliki anak lebih dari 2, ini sangat bertolak belakang dengan visi yang diusung oleh

pemerintah dalam program keluarga nasional yaitu “2 anak cukup”. Penyuluh keluarga

berencana harus memiliki wawasan yang luas agar dipercaya masyarakat ketika melakukan

sebuah penyuluhan dan konseling, berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi pada

pasangan usia subur di wilayah kerja puskesmas babah buloh.

1.1 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang makan yang akan jadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “apakah ada faktor pendukung WUS (wanita usia subur) dalam pemilihan

menggunakan KB hormonal di wilayah kerja puskesmas babah buloh sawang”

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor pendukung WUS (wanita usia subur) dalam pemilihan

menggunakan KB hormonal di wilayah kerja puskesmas babah buloh sawang

1.3 Mamfaat Penelitian

1.3.1. Bagi peneliti


Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada wanita usia

subur dan dapat meningkatkan kualitas pada wanita usia subur dalam menggunakan KB

hormonal

1.3.2 Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi responden, baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam hal untuk pemilihan KB hormonal

1.3.3. Instansi tempat penelitian

Penelitian ini dapat menjadi bahan edukasi dengan kasus yang berkaitan faktor

pendukung WUS (wanita usia subur) dalam pemilihan menggunakan KB hormonal di

wilayah kerja puskesmas babah buloh sawang

1.3.4. penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan akan memperbanyak wawasan ilmu keperawatan dan menjadi

bahan masukan untuk peneliti lebih lanjut yang terkait faktor pendukung WUS (wanita usia

subur) dalam pemilihan menggunakan KB hormonal.

Anda mungkin juga menyukai