Anda di halaman 1dari 49

Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Mobilitas Fisik


di RSUD. dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Putri Astari
132500109

PROGRAM STUDI DIII


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2016

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Mobilitas Fisik dengan Diagnosa Diabetes Mellitus di RSUD. dr. Pirngadi
Medan “ yang merupakan salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan
DIII Kperawatan Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kurang dan jauh dari kesmpurnaan karena keterbatasan, kemampuan, dan
serta pengalaman penulis. Karena itu Penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna untuk dijadikan
pedoman bagi penulis di kemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Sekretaris Pembantu Dekan
I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes, selaku Sekretaris Program Studi DIII Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku dosen pembimbing saya yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan
KTI.
6. Asrizal, S.Kep, Ns, WOC(ET)N, selaku dosen penguji saya.
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Keperawatan khususnya DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penuis selama
proses perkuliahan dan staff non akademik yang telah banyak membantu
penils dibagian administrasi.
8. Terstimewa buat ayah Sangkot Sitorus Pane dan ibu tersayang Rospita
Panjaitan yang telah mendidik saya, memberikan saya motivasi dan

Universitas Sumatera Utara


selalu mendo’akan saya sehingga saya mampu menyelesaikan
perkuliahan saya.
9. Serta kelompok KTI ( Lily Putri Marito, Ilham Wahyu Putra Sinaga dan
Bastian Simbolon) dengan Pembimbing bapak Setiawan yang selalu
memberikan saya bimbingannya, serta semangat dan motivasi dari
kelompok KTI saya
10. Kepada teman saya Nur Hidyah Nasution, Mega Dwi Nanda, Nurhakiki,
Rizky Arisfa, Riri Antika,Rara Sintia Lubis, Ridho Syahputra, dan
seluruh kerabat DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara Stambuk
2013 yang selalu memberukan dukungan serta motivasi kepada saya
sehingga saya mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, 30 Juni 2016

Putri Astari

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi .................................................................................................. iv
Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 2
1.3. Manfaat ...................................................................................... 3
Bab II Pengelolaan Kasus ...................................................................................... 4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Mobilitas Fisik ...................................................................................... 4
1. Pengkajian ..................................................................................... 14
2. Analisa Data ..................................................................................... 18
3. Rumusan Masalah ..................................................................................... 19
4. Perencanaan Keperawatan ....................................................................... 19
B. Asuhan Keperawatan Kasus ....................................................................... 21
1. Pengkajian .................................................................................................. 21
2. Analisa Data ............................................................................................ 28
3. Perencanaan Keperawatan ....................................................................... 29
4. Pelaksanaan Keperawatan ...................................................................... 31
Bab III Penutup ....................................................................................................... 32
3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 32
3.2. Saran ........................................................................................................ 33
Dafatar Pustaka ....................................................................................................... 34
Lampiran .........................................................................................................35
Catatan Perkembangan ......................................................................................... 35
Catatan Perkembangan ........................................................................................ 36
Catatan Perkembangan ......................................................................................... 37

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2003), diabetes mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakkan jangka panjang, disfusi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama
mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Sedangkan sebelumnya World
Health Organization (WHO) 1980 berkata bahwa diabetes mellitus merupakan
suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat
tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomikdan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Di Indonesia penyandang Diabetes Mellitus tipe I sangat jarang. Demikian
pula di negara tropis lainnya. Hal ini ada hubungannya dengan letak geografis
Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa. Lain halnya dengan Diabetes
Mellitus tipe II yang meliputi lebih 90% dari semua populasi diabetes.
Kekerapan Diabetes tipe 1 di negara Barat ± 10% dari Diabetes Mellitus tipe
II. Di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul
pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balig. Tetapi ada juga
yang timbul pada masa dewasa. Diabetes Mellitus tipe II adalah jenis yang paling
banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 tahun.
Banyak penderita Diabetes Mllitus yang tidak menyadari dirinya
mengidap penyakit gula atau yang sering disebut dengan kencing manis. Hal ini
mungkin disebabkan minimnya informasi tentang diabetes terutama gejala-
gejalanya.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas
bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan
mobilisasi yang mengacu pada ketidak mampuan seseorang untuk bergerak bebas
(Perry dan Potter, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas, dan imobilisasi mengacu pada ketidak mampuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan
banyak tingkatan imobilisasi parsial diantaranya, beberapa klien mengalami
kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi tetapi
pada klien lain, beradapada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai
jangka waktu tidak terbatas (Perry dan Potter,2005).
Gangguan mobilisasi atau imobilisasi fisik didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosa Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika
individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik (kim et al,
1995).
Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi
pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama
penggunaan alat bantu eksternal (mis. gips atau traksi rangka), pembatasan
gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik.
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh berisiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien,
dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang
dialaminya. Misalnya, perkembangan perkembangan pengaaruh imobilisasi lansia
berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan klien yang lebih muda (perry dan
Potter, 1994).
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
dasar mobilitas fisik pada Tn.A dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus dan
Ganggren di ruang Dahlia 1, kamar 10 di RSUD. dr.Pirngadi Medan dengan
menggunakan asuhan keperawatan.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengtahui pemenuhan kebutuhan dasar mobilisasi pada Tn.A di
ruangan Dahlia 1, kamar 10 RSUD dr. Pirngadi Medan
2. Untuk mengetahui kebutuhan dasar yang terkait dengan masalah mobilisasi
pada Tn.A.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Manfaat
1. Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan serta menjadi sumber informasi
bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukkan bagi perawat yang ada di rumah sakit untuk
mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pasien dengan diabetes mellitus
3. Pasien dan Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang diabetes mellitus serta
meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri
sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan
kepada keluarga yang mengalami diabetes mellitus
4. Dapat memperoleh tentang pengalaman dan pengetahuan dalam
melaksanakan asuhan k eperawatan pada psien diabetes mellitus serta
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Massalah Kebutuhan Dasar
Mobilitas Fisik

2.1. Konsep Dasar Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik padda diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Pada keadaan normal glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang
diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga kadarnya di dalam darah selalu dalam
batas aman, baik pada keadaan puasa maupun sudah makan. Batasan kadar gula
darah, yaitu :
- Kadar glukosa sewaktu ≥200mg/dl
Glukosa sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir.
- Kadar glukosa darah puasa ≥126mg/dl
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
- Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan ≥200mg/dl
Adapun penyebab dari Diabetes Mellitus ini sebenarnya terdapat 2 macam
katagori, ditinjau dari efek yang ditimbulkannya, yaitu : Diabetes Mellitus tipe 1
dan Diabetes Mellitus tipe 2.
- Diabetes Mellitus tipe 1, pada jenis ini timbul resksi otoimun yang
disebabkan adanya peradangan pada sel β insulin. Ini menyebabkan timbulnya

Universitas Sumatera Utara


anti bodi terhadap sel β yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen
dengan antibodi yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel β.
- Diabetes Mellitus tipe 2, jumlah insulin normal malah mungkin lebih
banyak tetapi jumlah reseptor insulin terdapat pada permukaan insulin yang
kurang . pada keadaan ini jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk sel akan sedikit. Sehingga sel akan kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) DM dibagi 2
berdasarkan ada tidaknya tanda gejala khas:
- Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan
menurun tanpa sebab yang jelas.
- Gejala tidak khas DM terdiri dari lemas, kesemutan, luka yang sulit
sembuh, gatal-gatal, mata kabur, disfugsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita),
gairah seks menurun, dan pada ibu-ibu yang melahirkan bayi lebih dari 4Kg.
Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel β,
defek kerja insulin, penyakit eksokrin pankrean, endokrinopati, karena obat atau
zat kimia, infeksi, sebab immonologi yang jarang dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus Gestasional juga merupakan tipe diabetes yang lain.
Diabetes Mellitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini
meliputi 2-5% dari pada seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui
karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
Tentang masalah ini PERKENI sudah mempunyai konsensus yang mudah-
mudahan dapat dilaksanakan.
Adapun kelompok dengan resiko tinggi untuk menderita Diabetes Mellitus,
antara lain:
- Usia ≥ 40 tahun
- Obesitas (kegemukan)
- Tekanan darah tinggi > 140/90 mmHg
- Riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus
- Riwayat melahirkan dengan berat badan bayi >400gram

Universitas Sumatera Utara


- Riwayat Diabetes dalam kehamilan
- Kadar HDL rendah < 35 mg/dl dan kadar lipid dalam darah tinggi >250
mg/dl.
Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diit dan olahraga. Apabila dengan
langkah pertama ini tujuan penatalaksanaaan belum tercapai, dapat
dikombinasikan dalam langkah farmakologi berupa terapi insulin atau terapi obat
hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya. Terapi tanpa obat, yaitu berupa :

1) Pengaturan diet
Penderita diabetes sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai
yang dianjurkan karena terapi diit adalah penatalaksanann gizi paling penting
pada penderita diabetes, tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta
kualitas makanan sepanjang hari, sulit mengontrol kadar gula darah agar tetap
dalam batas normal. Pada dasarnya penyusunan program diet diabetes adalah
penghitungan jumlah kalori perhari sesuai kebutuhan setiap penderita, mengarah
ke berat badan normal, menunjang pertumbuhan, mempertahankan kadar glukosa
darah dalam batas normal, mencegah atau memperlambat berkembangnya
komplikasi vesikuler, sesuai dengan kemampuan daya beli setiap penderita,
komposisi sesuai dengan pola makan penderita sehari-hari. Standar komposisi
makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), lemak
(20-25%), jumlah kandungan serat ± 25 gram/hari. Penentuan jumlah kalori
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang ditentukan dengan rumusan IMT =
Berat Badan (kg)/Tinggi Badan (m2), dimana IMT < 18,5 (kurus) : BB x 40-60
kalori, IMT = 18,5-22,9 (normal) = BB x 30 kalori, IMT ≥ 23 (lebih/gemuk) = BB
x 20 kalori, IMT > 25 (sangat gemuk) = BB x 10-15 kalori.
2) Latihan fisik
Prinsip yang disarankan latihan fisik yang dilakukan tidak perlu
olahraga berat, olahraga ringan yang disesuaiakan dengan kemampuan klien asal
dilakukan secara teratur sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang
disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Edurance Training). Contoh olahraga yang disarankan antara lain
jalan pagi, bersepeda dan berenang dan lain sebagainya. Dengan olahraga teratur

Universitas Sumatera Utara


sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik, sehingga insulin yang ada
walaupun relatif kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif. Penderita DM
dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur 3-4 kali/minggu, setidaknya
20-30 menit.
3) Ramuan tradisional untuk pengobatan Diabetes Melitus
Obat tradisional kembali populer dipilih sebagai obat untuk
menyembuhkan berbagai penyakit karena disamping harganya trejangkau, tanpa
efek samping juga khasiatnya cukup menjanjikan. Salah satu tanaman obat
tersebut adalah aloe vera atau lazim disebut lidah buaya.
Dalam laporannya, Fujio L, seorang peneliti dan pemerhati tanaman obat,
mengatakan bahwa kemampuan lidah buaya tak lain karena tanaman ini memiliki
kandungan nutrisi yang cukup bagi tubuh manusia. Menurut Purbaya (2003), di
dalam aloe vera terdapat kandungan bahan aktif yang tinggi berupa glukomanan
yang berfungsi menormalkan kadar gula darah sehingga baik untuk penderita
diabetes. Cara pengolahannya yaitu dengan 2 batang lidah buaya, dicuci,
kemudian dikupas dan dipotong-potong dan direbus dengan 3 gelas air sampai
tinggal separoh dari semula. Kemudian disaring dan diminum ½ gelas 3 kali
sehari. Manfaat dari aloe vera diantaranya membantu menyembuhkan luka,
memar dan mencegah kanker.
Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga)
belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah, maka perlu diberikan terapi
obat-obatan, baik dalam bentuk terapi Obat Hipoglikemik (OHO), terapi insulin
atau kombinasi keduanya.
Untuk mencegah penyakit diabetes yang telah ada menjadi komplikasi yang lebih
parah maka penderita diabetes harus melakukan :
- Merubah pola hidup

- Pengaturan diet (perencanaan makan)

- Latihan jasmani : dianjurkan untuk melakukan latihan dengan teratur 3-4


kali seminggu selama ± 20-30 menit. Latihan yang dianjurkan adalah jalan kaki,
jogging, lari, senam, renang, bersepeda dan mendayung.

- Periksa kadar gula darah secara teratur.

Universitas Sumatera Utara


2.2. Konsep Dasar Mobilitas Fisik
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem
muskuloskeletal dan sistem pernafasan. Gerak tubuh secara keseluruhan diatur
dengan prinsip-prinsip fisiologis. Adanya pergerakan otot-otot memungkinkan
tulang ikut bergerak melalui persendian. Tubuh dapat melaksanakan aktivitas,
gerakan dengan cepat dan tepat serta adanya pengaturan postur karena ada
koordinasi gerakan tubuh di otak yaitu karena aktivitas integrasi mulai dari tingkat
spinal, medulla oblongata, dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan
memungkinkan terjadinya gerakan terkoordinasi. Untuk menggerakkan sebuah
anggota badan, otak harus merencanakan gerakan yang sesuai dengan berbagai
sendi pada saat yang sama, dan menyesuaikan gerakan dengan membandingkan
rencana yang ada (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat kompleks yang melibatkan
sistem muskuloskeletal dan saraf. Mekanisme gerak dapat dibedakan menjadi
gerak yang disadari (volunter) dan gerak yang tidak disadari (involunter) atau
yang disebut dengan refleks. Proses gerak yang disadari mekanismenya melalui
jalur yang panjang mulai dari reseptor, saraf sensorik, kemudian dibawa ke otak
untuk selanjutnya diasosiasi menjadi respon yang akan dibawa oleh saraf motorik
ke efektor. Perintah untuk gerakkan volunter berasal dari area asosiasi korteks.
Gerakkan direncanakan di korteks, basal ganglia, dan dibagian lateral dari
hemisfer serebelum kemudian diperintahkan ke otot melalui jalur kortikospinal
dan kortikobulbaris. Gerakkan diperhalus di serebelum bagian medial dan
intermedial (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Pada gerakan dalam pengaturan postur tubuh dikendalikan melalui jalur
spinoserebelum yang berproyeksi ke batang otak. Jalur batang otak utama dalam
pengaturan postur adalah traktus rubrospinalis, retikulospinalis, tektospinalis,
vestibulospinalis, serta neuron-neuron di batang otak. Serat jalur kortikospinalis
pada batang otak membentuk-membentuk piramida yang disebut piramidalis.
Sedangkan jalur lain pada batang otak yang tidak melewati piramid, tetapi
berperan dalam kontrol postur disebut sistem ekstrapiramidalis. Sedangkan
gerakkan refleks berjalan dengan sangat cepat dan respon terjadi secara otomatis

Universitas Sumatera Utara


terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak (Tarwoto & Wartonah,
2010).

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan, yaitu :
a. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan memengaruhi tingkat perkembangan neuromuskular dan tubuh
secara proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi secara
optimal.
b. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh immobilisasi akan memengaruhi pergerakan tubuh.
c. Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
d. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat memengaruhi aktivitas tubuh seseorang.
Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudian
sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas.
e. Kelemahan neuromuskular dan skeletal
Adanya postur abnormal seperti skoliosis, lordosis dan kifosis dapat
berpengaruh terhadap pergerkan.
f. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh.
Faktor-faktor yang memengaruhi kurangnya pergerakan (Immobilisasi)
1. Gangguan muskuloskeletal
a. Osteoporosis
b. Atrofi
c. Kontraktur
d. Kekakuan dan sakit sendi
2. Gangguan kardiovaskular
a. Hipotensi postural

Universitas Sumatera Utara


b. Vasodilatasi vena
c. Peningkatan penggunaan valsava manuver
3. Gangguan sistem respirasi
a. Penurunan gerak pernafasan
b. Bertambahnya sekresi paru
c. Atelektasis
d. Pneumonia hipostasis.

Gangguan mobilisasi fisik didefinisikan oleh suatu sebagai keadaan ketika


individu mengalami atau beresiko mengalami keaterbatasan fisik (kim et al,
1995).
Imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju
metabolik; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit; ketidaksseimbangan kalsium; dan ganguan pencernaan.
Keberadaan proses infeksius pada klien imobilisasi mengalami peningkatan BMR
diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka. Demam dan penyembuhan
luka meningkatkan kebutuhan oksigen seluler (McCance dan Huether, 1994).
Gangguan mobilisasi atau imobilisasi fisik didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosa Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika
individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik (kim et al,
1995).
Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi
pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama
penggunaan alat bantu eksternal (mis. gips atau traksi rangka), pembatasan
gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik.
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh berisiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien,
dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang
dialaminya. Misalnya, perkembangan perkembangan pengaaruh imobilisasi lansia
berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan klien yang lebih muda (perry dan
Potter, 1994).

Universitas Sumatera Utara


Immobilisasi merupakan keadaan seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakkan (aktivitas),misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas dan sebagainya (Aziz, 2009).
Immobilitas dapat mempengaruhi fisiologis sistem tubuh yang abnormal
dan patologis seperti perubahan sistem muskuluskelektal, sistem kardiovaskular,
sistem respirasi, sistem urinaria dan endokrin, sistem integument, sistem
neourosensori, perubahan metabolisme dan nutrisi, perubahan eliminasi bowel,
perubahan sosial, emosi dan intelektual (Kozier & Erb, 1987).
Immobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif yang dapat dialami
setiap individu dengan tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total,
tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Masalah
immobilisasi dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun
psikologis. Secara psikologis, immobilisasi dapat menyebabkan penurunan
motivasi, kemunduruan kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan
konsep diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidak sesuaian antara
emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang
diekspresikan dengan perilaku menarik diri dan apatis (Murbarak & Chayatin,
2008).
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan
teraturuntuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mebolisasi yang
mengacu pada ketidakmampuan seseorrang untuk bergerak dengan bebas (Potter
& Perry, 2006).
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan terratur dengan tujuan untuk kebutuhan aktivitas, guna
mempertahankan kesehatannya (Aziz, 2009).

2.2.2. Jenis-jenis Mobilisasi


Berdasarkan jenisnya, menurut (Aziz, 2009) mobilisasi terbagi atas dua
jenis, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan tidak jelas dan mampu bergerak secara bebas tanpa
adanya gangguan pada bagian tubuh.
2. Mobilisasi sebahagian
Mobilisasi sebahagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk
bergerak secara bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada daerah tubuhnya. Mobilisasi sebahagian
terbagi atas dua jenis, yaitu:
- Mobilisasi sebahagian temporer, merupakan kemampuan individu
bergerak dengan
batasan yang tidak menetap. Hal tersebut dinamakan sebagai batasan yang
bersifat reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya: adanya
dislokasi pada sendi dan tulang.

- Mobilisasi seebahagian permanen merupakan kemampuan individu untuk


bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap, contohnya: terjadinya
kelumpuhan karena stroke, lumpuh karena cedera tulang belakang,
poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

2.2.3. Rentang Gerak dalam Mobilisasi


Menurut Carpenito (2000) mobilisasi terdapat tiga gerak, yaitu :
1. Rentang Gerak Pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara
pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien.
2. Rentang Gerak Aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif, misalnya
pada saat berbaring pasien menggerakkan kakinya.

Universitas Sumatera Utara


3. Rentang Gerrak Fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan.

2.2.4. Mobilisasi Selama Ganggren Diabetik


Imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakkan (aktivitas), misalnya
mengalami luka (ganggren) pada kaki kanan, dan sebagainya. Jenis imobilitas
antara lain (A. Aziz alimul, 2009).
1. Imobilitas fisik, merupakan kondisi ketika seseorang mengalami
keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun
kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual, merupakan kondisi yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana, misalnya
pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emosional, merupakan kondisi yang dapat terjadi akibat
pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial, merupakan kondisi individu yang mengalami
hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan
penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
2.2.5. Tingkat Mobilisasi Diabetes Gangren Diabetik
1. Imobilitas komplet, dimana imobilitas ini dilakukan pada individu yang
gangguan tingkat kesadaran.
2. Imobilitas persial, dimana imobilitas ini dilakukan pada klien yang
mengalami ganggren ektremitas bawah (kaki).
3. Imobilitas karena pengobatan, dimana imobilitas ini dilakukan pada
individu yang menderita gangguan pernapasan (misalnya, sesak napas)
atau pada penderita penyakit jantung. Pada kondisi tirah baring (bedrest)
total, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan
ke kamar mandi atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada klien yang tirah
baring tidak total, klien masih diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur
dan berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah : pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Tujuan dari
pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan,
pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan klien. Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar
untukmengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan dan
memperbaiki sepanjang waktu asuhan keperawatan untuk klien.
Suatu pengamatan awal terhadap situasi klien memungkinkan perawat
menggunakan data yang penting untuk berespons terhadap prioritas. Jika klien
dalam ruangan kedarruratan mengalami gawat napas, perawat harus mengenali
tanda dan gejala serta berespons dengan cepat. Setelah situasi klien distabilkan
baru mungkin diperlukan untuk mengumpulkan lebih banyak data. Data dasar
klien yang komprehensip mencakup riwayat kesehatan keperawatan, pemeriksaan
fisik, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, dan informasi dari anggota
tim kesehatan serta keluarga klien. Data yang dikumpulkan harus relavan dan
sesuai (Potter & Perry, 2010).
Pada tahap pengkajian ini dilakukan pengumpulan data yang dimaksudkan
untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada klien sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Adapun data yang harus
dikaji meliputi data inti yaitu identitas klien (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, alamat), keluhan utama klien
saat ini, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu,
riwayat sehari-hari (presepsi klien terhadap penyakitnya, kebiasaan, pola nutrisi,
pola tidur, pola eliminasi, kebiasaan olahraga, kemampuan melakukan aktivitas,
riwayat sosial, riwayat spiritual dan kultural, pemeriksaan fisik (keadaan umum,
tanda-tanda vital) dan pemeriksaan head to toe.

Universitas Sumatera Utara


Hal-hal yang harus dikaji dalam asuhan keperawatan mobilisasi menurut
(Potter & Perry, 2005). sebagai berikut:
a. Rentang gerak
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan
tranversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan
kebelakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan prontal
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan
belakang. Potongan trasversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh
menjadi bagian atas dan bawah (Potter & Perry, 2005).
Gerak Sendi Derajat Rentang Normal
Bahu
Abduksi : Gerakkan lengan ke lateral dari posisi 180
samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap posisi yang jauh.
Siku 150
Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan dan
kearah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi : Tekuk jari-jari tangan kearah bagian 80-90
dalam lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan dari 80-90
posisi fleksi.
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan kearah 70-90
belakang sejauh mungkin.
Abduksi : Tekuk pergelangan tangan kesisi ibu 0-20
jari ketika telapak tangan menghadap ke atas.
Adduksi :
Tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, 30-50
telapak tangan menghadap ke atas.
Tangan dan jari :
Fleksi : buat kepalan tangan. 90

Universitas Sumatera Utara


Ekstensi : Luruskan jari. 90
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan 90
kebelakakang sejauh mungkin.
Abduksi : Kembangkan jari tangan. 20
Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan dari psisi 20
abduksi

b. Gaya berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya
ketika berjalan (Fish & Nielsen, 1993). Dengan mengkaji gaya berjalan klien
memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan,
postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan. Mekanika gaya
berjalan manusia mengikuti kesesuaian system skeletal, syaraf dan otot tubuh
manusia (Fish & Nielsen, 1993)
c. Latihan dan Toleransi Aktivitas
Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh meningkatkan
kesehatan, dan mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan
sebagai terapi membetulkan deformitas atau mengembalikan seluruh tubuh ke
status kesehatan maksimal. Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan
atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas
diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau
aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik.
d. Kesejajaran tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri,
duduk atau berbaring. Pengkajian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
- Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
- Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuhh yang disebabkan
postur yang buruk.
- Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan
kesejajaran tubuh yang benar.
- Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot atau disfungsi saraf.

Universitas Sumatera Utara


- Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah
psikologis.
Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien
pada posisi istirahat sehingga tidak nampak dibuat-buat atau posisi kaku.
e. Kemampuan Mobolisasi
Pengkajian mobilisasi dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan
gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Katagori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Mobilitas Katagori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan, atau pengawasan orang
lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan.

f. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan keuatan secara bileteral
atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat di tentukan dengan:
Skala Persentasi Kekuatan normal karakteristik
0 0 Paralisis sempurna
1 1 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topang
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan yang normal melawan

Universitas Sumatera Utara


gravitasi, dan melawan tahanan
maksimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
melawan gravitasi dan tahanan penuh

2. Analisa Data
Analisa kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data
dengan keluhan yang dirasakan klien secara subjektif dan objektif sehingga dapat
diketahui masalah yang dihadapi oleh klien baik itu masalah kesehatan atau
masalah keperawatan. Data subjektif bersifat subjektif yaitu data yang dapat
diperoleh dari keluhan yang dirasakan klien, sedangkan data objektif yaitu data
yang diperoleh dengan melakukan pengukuran. Misalnya, mengukur tanda-tanda
vital (TD, RR, HR, suhu tubuh, BB, dan TB) yang hasilnya berbentuk angka. Data
objektif juga bisa dilihat langsung dengan mata, misalnya melihat secara langsung
bagaimana kondisi klien (Potter & Perry, 2010).
Klien tampak berbaring ditempat tidur, klien tidak dapat menggerakkan
tangan kanan dan tungkai kanannya karena lemah tidak dapat di gerakkan akibat
dari penyakit yang di deritanya (Hidayat, 2006).
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka dapat diketahui masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien selanjutnya dapat
dilakukan intervensi. Namun, masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin
dapat sekaligus. Oleh karena itu, perawat harus membuat prioritas masalah.
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan dasar manusia
(Bambang, 2009).
4. Perencanaan
Perencanaan adalah katagori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan dibuat
prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat harus
berkonsultasi dengan tim perawatan kesehatan lainnya, menelaah literatur yang
berkaitan, memodivikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan perawatan kesehatan klien dan peenatalaksanaan klinik (Potter &
Perry, 2010).
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang
bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko.
Perawat merencanakan terapi sesuia dengan derajat risiko klien dan perencanaan
bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan dan gaya
hidup (Hidayat, 2006).
Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan
ketika klien mempunyai masalah atau perubahan multipel (Capenito, 1995).
- Kriteria hasil
Kriteria hasil adalah suatu yang diharapkan dari suatu tujuan dan rencena
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan.
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2010) intervensi dan rasional dari
pengkajian diatas adalah :
Tabel 2.1 intervensi dan Rasional
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan postur tubuh dan Mencegah iritasi dan komplikasi
posisi yang nyaman
2. Cegah pasien jatuh, berikan Mempertahankan keamanan pasien
pagar pengaman pada tempat
tidur
3. Lakukan latihan aktif maupun Meningkatkan sirkuasi dan mencegah
pasif kontraktur
4. Lakukan fisioterapi dada dan Meningkatkan fungsi paru
postural drainase
5. Monitor kulit yang tertekan, Memonitor gangguan integritas kulit
amati kemungkinan dekubitus
6. Tingkatkan aktivitas sesuai Mempertahankan tonus otot
batass toleransi
7. Berikan terapi nyeri, jika ada Mengurangi rasa nyeri
indikasi nyeri sebelum atau
setelah latihan

Universitas Sumatera Utara


8. Pertahankan nutrisi yang Nutrisi diperlukan untuk energi
adekuat dengan kolaborasi ahli
diet
9. Kolaborasi dengan fisioterapi Kerja sama dalam perawatan holistik
dalam program latihan
10. Lakukan pengetahuan kesehatan Memberikan pengetahuan tentang
tentang : perawatan diri
 Pencegahan konstipasi
 Mekanika tubuh dan
posisi
 Latihan dan istirahat
11. Lakukan kerja sama dengan Meneruskan perawatan setelah pulang
keluarga dalam perawatan klien dari rumah sakit
12. Bantu pasien dalam Menentukan pilihan yang tepat dalam
memutuskan penggunaan alat penggunaan alat
bantu berjalan
13. Lakukan ambulasi sebanyak Imobilisasi yang lama dapat
mungkin jika memungkinkan menimbulkan dekubitus

Universitas Sumatera Utara


B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN di RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 37 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Akademi
Pekerjaan : PNS
Alamat : Dusun Sederhana Sekip
Tanggal Masuk RS:23 Mei 2016
No. Register : 00.99.84.60
Ruangan/kamar : Dahlia I/k.10
Golongan darah : -
Tanggal Pengkajian:30 Mei 2016
Tanggal operasi : -
Diagnosa Medis : Diabetes mellitus + Ganggren

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan butuh bantuan saat melakukan aktivitas sehari-hari, mudah
lapar, sering BAK, sering haus yang berlebihan dan sering kesemutan, ada luka
ganggren di sebelah kaki kanan pasien, klien mengatakan risih dan kurang
nyaman terhapat luka ganggren tersebut

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
KGD yang menaik 270 gl/dl
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Universitas Sumatera Utara


Minum obat gula, namun setelah minum obat gula jantung berdebar
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Ada luka ganggren di kaki sebelah kanan
2. Bagaimana dilihat
Pasien terlihat lemas dan lesu
C. Region
1. Dimana lokasinya
Ada luka di kaki sebelah kanan
2. Apakah menyebar
Tidak
D. Severity
Iya, akibatnya pasien dibantu dalam melakukan aktivitas
E. Time
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas setiap saat

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASALALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Hipertensi
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Tidak ada
C. Pernah dirawat/dioprasi
Tidak pernah
D. Lama dirawat
Tidak pernah di rawat
E. Alergi
Tidak ada riwayat alergi
F. Imunisasi
Tidak ingat

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang tua
Hipertensi
B. Saudara kandung
Tidak ada
C. Penyakit keturunan yang ada
Hipertensi
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada
E. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada
F. Penyebab meninggal

Universitas Sumatera Utara


Tidak ada keluarga yang meninggal

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien yakin bahwa penyakit diabetes yang dialami nya bisa
disembuhkan
B. Konsep diri
- Gambaran diri
Pasien merasakan bahwa dia adalah seorang suami dan ayah yang
baik untuk istri dan anaknya
- Ideal diri
Pasien mengharapkan menjadi ayah dan suami yang lebih baik untuk
anak dan istrinya, serta penyakitnya dapat sembuh dengan cepat
- Harga diri
Pasien tidak mengalami gangguan harga diri
- Peran diri
Sewaktu belum sakit pasien berperan sebagai kepala rumah tangga,
namun setelah sakit pasien tidak dapat berperan apa-apa
- Identitas diri
Pasien seorang PNS serta berperan sebagai seorang suami dan ayah
C. Keadaan emosi
Menurut hasil wawancara dari istrinya, pasien sering terlihat sedih akan
keadaannya sekarang
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti
Keluarga
- Hubungan dengan keluarga
Sangat baik
- Hubungan dengan orang lain
Baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada
E. Spritual
- Nilai dan keyakinan
Percaya dengan ajaran agama islam
- Kegiatan ibadah
Sewaktu pasien belum sakit, pasien melaksanakan sholat 5 waktu.
Namun, setelah sakit pasien terkadang sholat dan terkadang tidak
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Pasien terlihat lemas

Universitas Sumatera Utara


B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37 oc
- Tekanan darah : 140/70 mmHg
- Nadi : 100x/menit
- Pernafasan : 22x/menit
- Skala nyeri : 4-7 (nyeri sedang)
- TB : 180 Cm
- BB : 78 Kg
C. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
- Bentuk : Simetris dan oval
- Ubun-ubun : Tepat ditengah
- Kulit kepala : Putih dan kotor
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Merata, hitam
- Bau : Agak berbau karena jarang
dibersihkan
- Warnah kulit : Putih
Wajah
- Warna kulit : Putih
- Struktur wajah : Simetris, Oval
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, simetris
- Palpebra : Normal
- Konjungtiva dan sklera : Normal
- Pupil : Refleks terhadap cahaya normal
- Cornea dan iris : Cornea sedikit keruh
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris
- Lubang hidung : Normal, simetris dan
ada rambut hidung
- Cuping hidung : Tidak ada
Telinga
- Bentuk telinga : Normal dan simetris
- Ukuran telinga : Normal
- Lubang telinga : Normal dan cukup bersih
- Ketajaman pendengaran : Normal
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Mukosa bibir sedikit kering

Universitas Sumatera Utara


- Keadaan gusi dan gigi : Gigi normal dan tidak ada
pendarahan pada gusi
- Keadaan lidah : Sedikit kotor
Leher
- Posisi trachea : Normal, simetris
- Thyroid : Tidak ada kelenjar thyroid
- Suara : Normal
- Kelenjar limfe :-
- Vena jugularis : Teraba, kuat
- Denyut nadi karotis : Teraba, kuat
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Kulit pasien kurang bersih
- Kehangatan ; Agak dingin
- Warna : Putih
- Turgor : < 3 menit
- Kelembaban : Sedikit kering
- Kelainan pada kulit : Terdapat kerusakan pada kulit
dibagian ekstremitas bawah akibat luka (ganggren)
Pemeriksaan dada
- Inspeksi dada : Normal
- Pernafasan : 22x/menit
- Irama : Teratur
- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan
bernafas
Pemeriksaan Paru
- Palpasi : Teraba keseluruh tangan
- Perkusi : Resonan
- Auskultasi : Normal
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : Tidak ada pembengkakan
- Palpasi : Tidak ada kelainan
- Perkusi : Dullness
- Auskultasi : Bunyi jantung (lup-dup,
frekuensi 100x/menit)
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan) : Simetris, tidak ada terdapat
benjolan
- Auskultasi : Paristaltik usus
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia (rambut pubis, lubang uretra): Terdapat rambut pubis,
normal
- Anus dan perineum : Normal, tidak ada kelainan

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitasnya(kesimetrisan,
kekuatan otot, edema)
Otot simetris, tidak ada edema, ekstremitas bagian bawah terdapat
luka ganggren
Pemeriksaan Neurologi
- Nervus Olfaktoris/N I
Pasien mampu mengidentifikasi bau dengan baik
- Nervus Optikus/ N I
Pasien cukup mampu membaca hingga jarak 1 meter
- Nervus Okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI
Mampu menggerakkan bola mata dengan baik
- Nervus Trigeminus/N V
Pasien mampu membedakan panas/dingin , tajam/tumpul, getaran
pada ekstremitas sinistra.
- Nervus Fasialis/N VII
Pasien mampu menggerakkan otot wajah.
- Nervus Vestibulocochlearis/N VIII
Pasien cukup mampu mendengar dengan baik dari jarak 1m
dengan menggunakan detik jam tangan.
- Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X
Pasien mampu menelan, mengunyah dan membuka mulut
- Nervus Aksesorius/N XI
Pasien mampu menggerakkan bahu
- Nervus Hipoglossus/N XII
Kekuatan otot lidah pasien kuat
Fungsi Motorik
Pasien tidak bisa menggerakkan ekstremitas bagian bawah, kaki
sebelah kanan.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 2-3 kali/hari
- Nafsu/selera makan : Berkurang
- Nyeri ulu hati : Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


- Alergi : Tidak ada riwayat alergi
makanan
- Mual dan muntah : Terkadang saat makan ada rasa
mual
- Tampak makan memisahkan diri : Tidak
- Waktu pemberian makan : Pagi, siang, sore
- Jumlah dan jenis makanan : MD
- Waktu pemberian minum : Sesuai keinginan minum
- Masalah makan dan minum : Tidak ada kesulitan menelan atau
pun mengunyah
- Tidur : Pasien mengatakan mudah
mengantuk terutama pada pagi hari
2. Pola kegiatan/aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, ganti pakaian dilakukan
secara mandiri, sebahagiaan, atau total
Mandi : Pasien dibantu
Makan : Pasien melakukannya secara
mandiri
Ganti pakaian : Pasien melakukannya dengan
dibantu
- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Pasien melakukan ibadah dengan berbaring di atas tempat tidur

3. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1-2 Kali/ hari
- Karakter feses : Normal
- Riwayat Pendarahan : Tidak ada riwayat pendarahan
- BAB terakhir : Pagi hari
- Diare : Tidak ada diare
- Penggunaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksatif
2. BAK
- Pola BAK : 9-12 kali/ hari
- Karakter urin : Keruh/kuning
- Nyeri : Tidak ada
- Penggunaan deuretik : Tidak ada
4. Mekanisme koping
1. Adaptif
o Bicara dengan orang lain
2. Maladaptif
o Merokok

Universitas Sumatera Utara


ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


Keperawatan
1 DS : Pasien KGD menaik Hambatan
mengatakan butuh mobilitas fisik
bantuan saat
melakukan aktivitas Deformitas
sehari-hari, mudah
lapar, sering BAK,
sering haus yang Ekstremitas bawah tidak
berlebihan dan dapat berfungsi dengan
sering kesemutan, baik
DO : ada luka
ganggren di sebelah
kaki kanan
Keterbatasan mobilitas
fisik

2 DS : klien Kondisi ketidak Kerusakkan


mengatakan tidak seimbangan nutrisi integritas kulit
nyaman atas luka
ganggren pada kaki
sebelah kanan Kondisi gangguan
DO : luka ganggren metabolik
dibaluti elastis

Penurunan sirkulasi

Kerusakan integritas
kulit

Universitas Sumatera Utara


MASALAH KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik


2. Kerusakan integritas kulit

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Hambatan mobilitas fisik b/d menaiknya KGD d/d klien mengatakan sulit
bergerak khususnya pada kaki sebelah kanan, klien tampak tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, sebahagian aktivitas klien
dibantu keluarga dan perawat.
2. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan metabolik d/d penurunan sirkulasi
dan klien mengatakan risih dengan luka ganggren tersebut

Universitas Sumatera Utara


PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari / Tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan

31 Mei 2016 1 Tujuan dan Kriteria Hasil :


Tujuan :
- Memperlihatkan mobilitas yang dibuktikan oleh
indikator gangguan ekstremitas sedang (membutuhkan
bantuan orang lain dan alat bantu)
- Menunjukkan alat bantu secara benar dengan
pengawasan
- Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas, jika
diperlukan
- Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan
alat bantu kursi roda
Kriteria hasil :
- Penampilan yang seimbang
- Penampilan posisi tubuh
- Pergerakkan sendi dan otot
- Melakukan perpindahan
- Ambulasi : berjalan
- Ambulasi : kursi roda

Rencana Tindakan Rasional


1 • Tentukan tingkat • Mengidentifikasi
motivasi pasien kekuatan/kelemahandan dapat
untuk memberikan informasi
mempertahankan pemulihan.
atau meningkatkan
mobilitas sendi dan
otot

• Untuk mengurangi nyeri saat


• Berikan analgesik

Universitas Sumatera Utara


sebelum aktivitas beraktivitas
• Ubah posisi pasien • Menurunkan resiko terjadinya
minimal setiap 2 trauma jaringan.
jam
• Letakkan tombol • Untuk memudahkan pasien
pengubah posisi dalam mengatur tempat tidur
tempat tidur dan dan memudahkan pasien untuk
lampu pemanggil memanggil perawat jika
dalam jangkauan membutuhkan bantuan
pasien • Meniminakan atrofi otot,
• Dukung latihan meningkatkan sirkulasi,
ROM aktif membantu mencegah
kontraktur dan meningkatkan
pemulihan fungsi kekuatan
otot dan sendi

Universitas Sumatera Utara


PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari / Tanggal No. Perencanaan Keperawatan


Dx

31 Mei 2016 2 Tujuan dan Kriteria Hasil :


Tujuan :
- Menunjukan penyembuhan luka
Kriteria hasil :
- Pasien/keluarga menunjukkan perawatan kulit yang optimal

Rencana Tindakan Rasional


2 • Lakukan Pengkajian rasa aman • Membantu dalam
yang komprenshif meliputi mengidentifikasi derajat
lokasi, karakteristik, kualitas ketidak nyamanan dan
intensitas atau keparahan luka kebutuhan atau keefektifan
atau faktor prefisipitasinya analgesik.
• Lakukan perawatan luka/kulit • Menurunkan resiko
secara rutin yang dapat meliputi terjadinya trauma jaringan.
tindakan berikut : - miringkan
dan atur kembali posisi pasien
secara sering
• Bersihkan dan balut luka • Untuk menjegah terjadinya
menggunakan prinsip-prinsip infeksi pada luka
sterelitas atau tindakan aseptik
berikut :
- Gunakan sarung
tangan sekali pakai
- Bersihkan luka dari
daerah bersih ke kotor
- Gunakan cairan
antiseptik
- Gunakan balutan pada
interval waktu yang

Universitas Sumatera Utara


sesuai atau biarkan
terbuka sesuai dengan
instruksi
• Ajarkan keluarga melakukan • Agar keluarga bisa
perawatan luka seperti diatas melakukan perawatan luka
yang benar
• Konsultasikan pada ahli gizi • Untuk memenuhi
tentang makanan tinggi protein, kebutuhan nutrisi
mineral, kalori, dan vitamin
• Konsultasikan pada dokter • Untuk meningkatkan
tentang pemberian makanan dan penyembuhan luka
nutrisi secara enteral atau
parenteral untuk meningkatkan
penyembuhan luka

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari / No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan (SOAP)


Tanggal

01 JUNI 2016 1 • Menentukan tingkat motivasi S : Klien mengatakan masih belum


pasien untuk mempertahankan bisa melakukan aktivitas secara
atau meningkatkan mobilitas mandiri
sendi dan otot O:
• Memberikan analgesik sebelum TD : 130/80mmHg
aktivitas HR : 80x/menit
• Mengubah posisi miring kiri dan RR : 22x/menit
miring kanan pada pasien T : 37,4oC
minimal setiap 2 jam A : Hambatan

• Meletakkan tombol pengubah mobilitas fisik

posisi tempat tidur dan lampu P : Intervensi di lanjutkan


pemanggil dalam jangkauan - Menentukan tingkat

pasien motivasi pasien untuk

• Mendukung latihan ROM aktif mempertahankan atau


meningkatkan
mobilitas sendi dan otot
- Memberikan analgesik
sebelum aktivitas
- Mengubah posisi mika
dan miki pada pasien
minimal setiap 2 jam
- Meletakkan tombol
pengubah posisi tempat
tidur dan lampu
pemanggil dalam
jangkauan pasien
- Mendukung latihan
ROM aktif.

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari / No. Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan (SOAP)


Tanggal Dx

01 JUNI 2 • Melakukan Pengkajian rasa aman S : Klien mengatakan masih merasa


2016 yang komprenshif meliputi lokasi, risih dengan luka ganggren
karakteristik, kualitas intensitas atau O :
keparahan luka atau faktor TD : 130/80mmHg
prefisipitasinya HR : 80x/menit
• Melakukan perawatan luka/kulit RR : 22x/menit
secara rutin yang dapat meliputi T : 37,4oC
tindakan berikut : - miringkan dan atur A : integritas kulit
kembali posisi pasien secara sering P : Intervensi di lanjutkan
• Membersihkan dan balut luka - Melakukan pengkajian
menggunakan prinsip-prinsip sterelitas rasa aman
atau tindakan aseptik berikut : - Melakukan perawatan
- Menggunakan sarung tangan luka
sekali pakai - Membersihkan luka
- Membersihkan luka dari - Mengajarkan keluarga
daerah bersih ke kotor melakukan perawatan
- Menggunakan cairan dan pembersihan luka
antiseptik - Mengkonsultasikan
- Menggunakan balutan pada pada ahli gizi
interval waktu yang sesuai - Mengkonsultasikan
atau biarkan terbuka sesuai pada dokter tentang
dengan instruksi makanan yang

• Mengajarkan keluarga melakukan diberikan untuk

perawatan luka seperti diatas peningkatan

• Mengkonsultasikan pada ahli gizi penyembuhan luka

tentang makanan tinggi protein,

Universitas Sumatera Utara


mineral, kalori, dan vitamin
• Mengkonsultasikan pada dokter tentang
pemberian makanan dan nutrisi secara
enteral atau parenteral untuk
meningkatkan penyembuhan luka

Universitas Sumatera Utara


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran, penulis akan
menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan
memberi saran sesuai kemampuan penulis.

1. Data pengkajian yang meliputi penyebab masalah kesehatan pada Tn. A


dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik, klien
mengidap penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 dan ada luka ganggren di
kaki sebelah kanan. Klien mengatakan luka ganggren itu membuat klien
susah untuk melakukan pergerakkan dan lemas bila melakukan aktivitas
terlalu berlebihan. Wajah klien tampak pucat dan lemas.
TTV pada klien, TD : 130/70mmHg, HR : 80x/menit, RR : 22x/menit dan
T : 37oC
2. Implementasi asuhan keperawatan pada Tn. A yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat. Keenam intevensi telah dilakukan
dengan baik diantaranya, mengkaji kemampuan secara fungsional atau
luasnya kerusakan awal, mengubah posisi klien minimal 2 jam sekali, dan
mengukur TTV
3. Evaluasi hasil keperawatan telah berhasil dilakukan yaitu , klien sudah
tidak terlihat lemas dan TTV klien sudah dalam batas normal.

Universitas Sumatera Utara


3.2. Saran
1. Bagi instasi pendidikan
Bagi instasi pendidikan agar lebih banyak menyediakan referensi yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar mobilitas fisik sebagai
bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan
bagi mahasiswa DIII Keperawatan.
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan adanya perawat yang lebih sering memantau keadaan pasien di
ruangan Dahlia 1 demi meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
maksimal.
3. Bagi profesi keperawatan
Bagi profesi keperawatan agar lebih memperhatikan dan menjalankan
tindakan keperawatan sesuai dengan asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik pada pasien.
4. Bagi mahasiswa
Mahasiswa harus lebih mendalami dan memahami ilmu pengetahuan
tentang gangguan pemenuhan kebutuhan dasar mobilitas fisik.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Carpenitor, Lynda Juall (1999), Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan,


Edisi 2, Jakarta: EGC
Hidayat, A.Aziz, Alimul (2009), Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta:
Salemba Medika
Jonshon, Marily (1998), Diabetes; Terapi dan Pencegahannya, Jakarta: Indonesia
Publishing House Anggota IKAPI
Nanda internasional, (2015), Diagnosa Keperawatan Nanda 2015-2017, Jakarta:
EGC
Nanda internasional (2012), Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2015, Jakarta :
EGC
NOC Outocomes Eighhth Edition. United States of America : Pearson Preatice
Hall
Potter, Patrecia A. dan Anne Griffin, Perry (2005), Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4,Volume 2, Jakarta : EGC
Potter, Petricia A, Anne Graffin Perry (2005), Buku Ajar Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 1, Jakarta:EGC
Setiyohadi, Bambang (2010), Ilmu Penyaki Dalam, Edisi V, Jilid III, Jakarta:
Internal Publishing
Tarwoto & wartonah (2010), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: Salemba Medika

Universitas Sumatera Utara


Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Dx Hari / Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Tanggal
1 31 MEI 2016 09:00 • Perkenalan dengan klien S : klien memberi
09:10 • Pengkajian dengan klien respons yang positif
10:00 • Menanyakan keluhan O : klien mau
11:00 klien bekerjasama

• Mengukur TTV klien dalam proses


pengkajian
TD : 140/80mmHg
RR : 20x/menit
HR : 82x/menit
T : 37 oC
A : Hambatan
mobilitas fisik
P : Intervensi
dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Dx Hari / Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 01 JUNI 2016 08:00 • Menentukan tingkat motivasi S : Klien
s/d pasien untuk mempertahankan mengatakan masih
14:00 atau meningkatkan mobilitas belum bisa
sendi dan otot melakukan aktivitas
• Memberikan analgesik sebelum secara mandiri
aktivitas sesuai anjuran dokter O:
• Mengubah posisi pasien minimal TD : 130/80mmHg
setiap 2 jam RR : 22x/menit

• Meletakkan pengubah HR : 82x/menit


tombol
o
posisi tempat tidur dan lampu T : 37,4 C
pemanggil dalam jangkauan A : Hambatan
pasien mobilitas fisik

• Mendukung latihan ROM aktif P : Intervensi


dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Dx Hari / Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 02 JUNI 2016 08:00 • Menentukan tingkat motivasi S : Klien
s/d pasien untuk mempertahankan mengatakan masih
14:00 atau meningkatkan mobilitas belum bisa
sendi dan otot melakukan
• Memberikan analgesik sebelum aktivitas secara
aktivitas sesuai anjuran dokter mandiri
• Mengubah posisi pasien minimal O :
setiap 2 jam TD : 120/70mmHg

• Meletakkan pengubah RR : 20x/menit


tombol
posisi tempat tidur dan lampu HR : 84x/menit
o
pemanggil dalam jangkauan T : 37 C
pasien A : Hambatan

• Mendukung latihan ROM aktif mobilitas fisik


P : Intervensi
dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai