Anda di halaman 1dari 15

196 Psikologi Kognitif

proaktif). Pencampuradukan proaktif terjadi ketika campur materi bukannya sete lah, pembel
ajaran materi yang diingat, Pencampur- adukan proaktif dan retroaktif berperan penting di da
lam memori jangka-pendek (Keppel & Under- wood, 1962). Oleh karena itu, pencampuraduk
an retroaktif tampaknya cukup penting (Reitman, 1971; Shiffrin, 1973; Waugh & Norman, 19
65), meskipun bukan satu-satunya faktor.

Beberapa psikolog awal menyadari perlunya mempelajari memori yang dipanggil ini terhada
p teks-teks yang terkait, jadi bukan hanya terhadap rangkaian acak angka, kata atau suku k
ata yang tidak bermakna. Di sebuah studi, partisipan diminta mem pelajari sebuah teks dan
diminta untuk mencerita kannya kembali sesuai ingatan mereka (Bartlett, 1932). Partisipan d
i Inggris belajar apa yang bagi ini. mereka aneh mengenai sebuah legenda suku Indian Ame
rika Utara yang sulit mereka pahami. Legenda ini berjudul The War of the Ghosts atau Pepe
rangan Para Ruh' (teks lengkapnya ditulis di Tabel 6.3).

Partisipan mendistorsi pemanggilan-kembali ingatan mereka agar membuat ceritanya muda


h di- pahami bagi diri mereka. Dengan kata lain, penge- tahuan dan ekspektasi awal mereka
memiliki efek yang substansial bagi pemanggilan-kembali ingatan mereka. Tampaknya, parti
sipan membawa ke dalam tugas mengingatnya skema pemikiran yang sudah dimiliki, atau st
ruktur pengetahuan yang terorganisasikan secara relevan, sehingga membuat a mengingat
hal-hal yang sudah dipelajari. Penelit berikutnya yang menggunakan paradigma Brows the P
Peterson mendukung konsep bahwa pengetahua sebelumnya memiliki pengaruh besar terh
adap m mori, bahkan terkadang mengarah kepada p campuradukan dan distorsi.

Namun, metode lain juga sering digunakan untuk menentukan penyebab-penyebab pelupaa
n yang ditarik dari kurva posisi-berseri, yaitu kurye yang merepresentasikan probabilitas dari
menginga kata yang diberikan, berdasarkan posisi bersen (un urutan penyajian) di dalam da
ftar. Anggaplah Anda diberikan sebuah daftar kata-kata dan diminta unt mengingatnya. And
a bisa mencoba sendiri deng kotak 'Menginvestigasi Psikologi Kognitif berikut

Jika Anda seperti orang-orang pada umumnya, Anda akan menemukan kalau Anda bisa me
nginga kata-kata yang paling baik di awal dan di akhir date Ingatan kedua terbaik Anda adal
ah huruf di deka huruf awal daftar, dan yang paling buruk adala huruf di tengah daftar. Kurva
posisi-berseri yang tip kal ini bisa dilihat pada Gambar 6.3.

Efek resensi mengacu pada keunggulan meng ingat kata-kata di ujung atau dekat akhir daft
ar ka Efek primasi mengacu pada keunggulan menginga kata-kata di dan di dekat permulaa
n daftar kat Seperti ditunjukkan pada Gambar 6.3, baik ek

Katakanlah daftar kata-kata berikut ini sekali saja bagi diri Anda sendiri, setelah ihr, coba ing
atlah semua kata-kata, dalam urutan apa pun, tanpa melihat kembali daftar tersebut. Meya
Atoan, Buku, Polton, Kaes, Kucing, Cahaya, Bangku, Kapur, Hunga, Jam. Keleizwer, Perma
dam, Sabun, Bantal.

MENGINVESTIGASI PSIKOLOGI KOGNITIF


resensi (recency effect) maupun efek primasi (primacy buruk, maka semakin ke tengah sem
akin bur

effect) tampaknya memengaruhi pemanggilan-kem- jadinya. bali ingatan. Kurva posisi-berse


ri jadi masuk akal jika Jumlah pencampuradukan proaktif umumn adukan tersebut. Oleh kar
ena itu, mengingat bagian kat (Greenberg & Underwood, 1950).

dilihat dari teori pencampuradukan. Kata-kata di meningkat seiring panjangnya waktu antara
akhir daftar dipengaruhi oleh pencampuradukan informasi dipresentasikan (dan dikodekan),
dans proaktif, bukannya retroaktif. Sebaliknya, kata-kata informasi dipanggil-kembali (Under
wood, 195 di awal daftar dipengaruhi oleh pencampuradukan Anda juga bisa melihat kalau p
encampuradukan retroaktif, bukannya proaktif. Kata-kata di bagian aktif meningkat seiring d
engan jumlah pembela tengah daftar dipengaruhi oleh dua jenis pencampur- awal-dan penc
ampuradukan potensial-men tengah daftar kata menunjukkan performa paling pencampurad
ukan proaktif tampaknya mend

BAB 6 Proses-proses memori 197


TABEL 6.3

LEGENDA BARTLETT

Bacalah legenda yang dituliskan di tabel ini, kemudian balikkan buku sebentar, cobalah ingat kisah
nya, dan ceritakan legenda itu secara keseluruhan. Setelah itu bandingkan cerita Anda dengan kolo
m (B)

(A) MITOS INDIAN YANG ASLI (B) INGATAN SEORANG SISWA DI INGGRIS

Peperangan Para Ruh Peperangan Para Ruk

Suatu malam, dua pemuda dari suku Egulak tur Dua laki-laki dari suku Egulak pergi memancing.
un ke sungai untuk berburu anjing laut, dan saat Ketika berada di sungai, mereka mendengar sua
mereka ada di dalam sungai, tiba-tiba suasana j ra ribut di kejauhan.
adi berkabut dan hening Kemudian mereka men
dengar teriakan-teriakan perang sehingga mere "Bunyinya seperti teriakan," kata yang pertama,
ka jadi berpikir: "Mungkin itu suara pesta perang dan kemudian muncul beberapa orang di kano y
Mereka segera naik ke darat dan bersembunyi d ang mengajak mereka untuk ikut rombongan pet
i belakang sebatang pohon yang tum bang Seka ualangan mereka. Salah satu pemuda itu menol
rang mereka melihat beberapa kano muncul dan ak, karena ikatan keluarganya, namun yang lain
dalam kabut, dan mereka mendengar bunyi day menawarkan diri untuk ikut pergi.
ung yang ramai, dan melihat salah satu kano dat
ang meng arah kepada mereka. Ada lima laki-la "Namun tidak ada busur dan panah," katanya.
ki di setiap kano, dan mereka berkata: "Busur dan panah sudah ada di dalam kano," p
ara pria di kano itu menjawab.
"Apa yang kalian pikirkan? Kami datang untuk m
enjemput kalian. Ayo kita seberangi sungai untu Dia pun naik kano itu sedangkan temannya pula
k berperang dengan suku lain." ng ke rumah. Rombongan pun mulai dengan me
nyusuri sungai menuju Kaloma, dan mulai mera
Salah satu dari pemuda itu berkata, "Saya tidak pat di tepi sungai, Musuh tiba-tiba datang meng
membawa busur dan panah." "Busur dan panah epung mereka. dan sejumlah pertempuran heba
sudah ada di dalam kano," jawab t pun terjadi. Tiba tiba seseorang terluka dan teri
akan pun dipekikkan bahwa musuh-musuh itu a
mereka. dalah ruh-ruh.

"Saya tidak mau ikut. Saya bisa terbunuh nanti.


Keluarga saya tidak tahu ke mana saya pergi se
karang. Tapi kamu kata pemuda itu berpaling ke
pada teman nya, "bisa ikut bersama mereka."

Jadi salah satu dari pemuda itu ikut naik kano u


ntuk berperang, sedangkan yang satunya pulan
g ke rumah. Dan para kesatria pemberani itu pu
n pergi me nyeberangi sungai menuju sebuah k
ota di seberang sungai Kalama. Para prajurit kot
a itu segera turun ke sungai, dan mereka mulai
berperang, dan banyak dari mereka yang terbun Rombongan itu kembali lagi menyusuri sungai, d
uh. Namun, si pemuda tiba-tiba mendengar sala an pemuda itu sampai di rumah dengan perasaa
h satu kesatria itu berkata kepada yang lain "Ce n tidak ada hal buruk pada pengalamannya baru
pat, ayo kita pulang si Indian ini sudah terkena p san. Ke esokan paginya ketika fajar menyingsin
anah Sekarang pemuda itu berpikir: "Oh, jadi m g, dia men ceritakan kisah petualangannya sem
ereka semua ruh." Dia tidak merasa sakit, tetapi alam. Saat dia ber cerita, sesuatu yang hitam m
mereka berkata bahwa dia sudah terkena pana uncul dari mulutnya. Tiba-tiba dia berteriak dan t
h. umbang Teman-teman

Jadi kano itu kembali lagi ke Egulak, dan pemud nya datang mengelilingi dia.. Namun dia sudah
a a langsung terjun ke darat, berlari ke rumah da meninggal.
n segera menyalakan api unggun. Dia lalu berce
rita kepada setiap orang dan berkata: "Saudara-
saudaraku, perhatikan ceritaku, baru saja aku p
ergi bersama-sama dengan para ruh, dan kami
berperang. Banyak dari pihak kami yang terbunu
h, dan banyak dari pihak musuh juga ter bunch.
Mereka berkata saya sudah terkena panah, teta
pi saya tidak merasakan sakit."

Dia lalu menceritakan seluruh kisah peperangan


itu kepada mereka, dan kemudian dia terdiam. K
etika fajar nyingsing, pemuda itu pun roboh. Ses
uatu yang hitam keluar dari mulutnya. Wajahnya
mulai berubah benik Orang-orang suku itu seger
a melompat ke arah nya dan menangis.
Pemuda itu meninggal.

The war of the Gross, dari Remembering A Study in Experimental and Social Psychology cle
h FC. Bartet. Dikutip atas selin Cambridge University Free 1832.

198 Psikologi Kognitif

Posisi bersen Katika diminta mengingat sebuah daftar katta, sering kali kita menunjukkan pe
ngingatan yang lokal nga (kats-kata yang dekat dengan daftar (efek reserai), pengingatan ya
ng cukup baik terhadap kata-kata yang dekat dengan awal daftar (efek prmasi), dan penging
atari yang bak terhadap beberapa kala di bagian tengah daftar

nasi di bawah kondisi-kondisi yang pemanggilan kembali ingatannya tertunda. Namun, penc
ampur- adukan proaktif dan retroaktif sekarang dilihat sebagai fenomena pelengkap. Berikut
ini teori lain yang berusaha menjelaskan kenapa kita melupakan informasi, yaitu teori kemer
osotan.

Teori kemerosotan menyatakan bahwa infor- masi menjadi dilupakan karena hilangnya, buk
annya penggantian, secara gradual jejak-jejak memori. Jadi teori kemerosotan memandang
potongan asli infor- masi menghilang secara bertahap kecuali sesuatu di- lakukan untuk me
njaganya tetap utuh. Pandangan ini bertentangan dengan teori pencampuradukan seperti di
bahas di atas, di mana satu atau lebih ke- pingan informasi menghalangi pengingatan kepin
gan informasi yang lain.

Teori kemerosotan menjadi sangat sulit untuk dites. Kenapa? Pertama, dalam kondisi norma
l, men cegah partisipan untuk melakukan pengulangan sangatlah sulit. Lewat pengulangan,
partisipan oto matis akan mempertahankan informasi yang diingat di dalam memori. Biasany
a partisipan tahu kalau Anda sedang mengetes memori mereka. Mungkin mereka berusaha
melatih informasi itu atau mereka bahkan melatihnya secara tidak langsung agar bisa tampil
baik selama pengetesan. Namun begitu, jika Anda benar-benar mencegah mereka dari mela
tih nya, kemungkinan pencampuradukan akan muncul. Tugas yang Anda pakai untuk mence
gah pengulang an bisa jadi campur aduk secara retroaktif dengan memori aslinya.

Contoh, coba jangan pikirkan gajah-gajah pus saat Anda membaca dua halaman berikut. Ke
ti diminta untuk tidak memikirkan hal tertentu, Anda sebenarnya merasa kesulitan untuk tida
k melak kannya. Kesulitan tetap muncul bahkan meski And berusaha mengikuti instruksi ters
ebut. Apalagi unt mengetes teori kemerosotan, eksperimen sendin membahas gajah putih, s
ehingga mencegah pane sipan untuk melakukan pengulangan seperti m sangatlah sulit.

Di luar kesulitan-kesulitan ini, masih memung kinkan untuk mengetes teori kemerosotan. Te
ss ini mencakup pemakaian tugas pencampuradukan antara pembelajaran dan pengetesan
yang (1) mm cegah partisipan melatih ingatannya dan (2) me nampilkan pembelajaran yang
tidak bercampur aduk. Di dalam studi ini, tugas pencampuradukan yang meminta partisipan
mendeteksi nada, memeria kan upaya dan atensi besar-besaran namun tidak ada pembelaj
aran yang baru (Reitman, 1971, 1974). Pat sipan mendengar sebuah nada yang sangat puc
at d sajikan lewat earphone. Mereka lalu diminta menelan sebuah tombol setiap kali menden
gar nada itu. Tent nya diusahakan agar partisipan tidak akan semp melatihnya. Dipastikan ju
ga semua informasi akan diblokir agar tidak memasuki memori jangka pend Meskipun begitu,
tes dibuat sedekat mungkin deng kondisi ideal namun tetap bisa serealistik mungkin Partisi
pan melihat lima kata (Reitman. Tampilan bertahan 2 detikan. Sesegera tampil menghilang,
partisipan terlibat di dalam tugas 1976.
pendeteksian nada selama 15 detik, dan sesudahnya mereka berusaha untuk mengingat se
banyak mung- kin kelompok-kelompok 5 kata semampu mereka. Pemanggilan-kembali ingat
an ini ternyata merosot tajam kira-kira 24% hanya dalam waktu 15 detik. Reitman menginter
pretasikan penurunan ini sebagai bukti teori kemerosotan.

Namun, bukti ini ternyata mendukung teori pencampuradukan maupun teori kemerosotan, m
inimal dalam kemampuan memori jangka pendeknya. Bukti bagi teori kemerosotan memang
tidak kedap udara, namun sangat meyakinkan Bukti bagi pencampuradukan jauh lebih kuat,
namun kapan pencampuradukan menjadi retroaktif, proaktif atau keduanya masih tidak jelas
Selain itu, gangguan juga memengaruhi materi di dalam me mori jangka-panjang, mengara
h kepada pendistorsi an memori yang lebih jauh.

SIFAT KONSTRUKTIF MEMORI

Pelajaran penting mengenai memori adalah penge luaran informasi dari memori tidak hanya
bersifat rekonstruktif, yaitu melibatkan penggunaan ber- bagai strategi (penelusuran petunju
k, penyimpulan gambaran) untuk menarik jejak-jejak memori asal dari pengalaman-pengala
man kita dan kemudian membangun-kembali pengalaman-pengalaman orisinil sebagai dasa
r pengeluaran informasi (lihat Kolodner, 1983, bagi model kecerdasan buatan me- ngenai m
emori rekonstruktif). Sebaliknya, dalam situasi hidup nyata, memori juga bersifat konstruk- tif,
bahwa pengalaman terdahulu memengaruhi cara kita mengingat hal-hal dan apa saja yang
bisa kita ingat dari memori tersebut (Grant & Ceci, 2000; Sutton, 2003). Mari kita kembali ke
pada studi 1982, 1996). Bransford dan Johnson (1972) yang dikutip di awal bab ini. Dalam st
udi ini partisipan dapat mengingat se buah paragraf mengenai prosedur laundry jika mereka
tahu bahwa bacaan itu mengenai prosedur laundry.

Dalam demo yang lebih jauh mengenai sifat kon- struktif memori, partisipan membaca sebu
ah para- graf ambigu yang bisa diinterpretasikan mengandung makna tertentu lewat dua car
a (Bransford & Johnson, 1973), yaitu menonton sebuah konvoi damai dari lantai empat pulu
h sebuah bangunan atau perjalanan rangkasa ke planet yang tidak berpenghuni. Parti- sipa
n diberikan detail yang berbeda, tergantung ke pada apa

Bab 6 199

Proses-proses Memori

tersebut. Contohnya, sebuah kalimat yang menye butkan bahwa atmosfer tidak memerlukan
peng gunaan pakaian khusus. Partisipan akan lebih siap untuk mengingatnya jika mereka m
enganggap uraian yang dibacanya berbicara tentang perjalanan ke luar angkasa ketimbang
membayangkannya sebagai konvoi damai.

Coba kita lihat demo pembanding di wilayah yang berbeda (Bower, Karlin & Dueck, 1975). P
eneliti memperlihatkan kepada partisipan 28 gambar ber beda yang tidak masuk akal sehing
ga bisa diinter pretasikan secara berbeda-beda (lihat juga Bab 10, Gambar 10.2). Separuh d
ari partisipan dalam eks perimen diberikan sebuah interpretasi di mana mereka dapat melab
eli apa yang mereka lihat. Separuh yang lain tidak menerima sebuah interpre tasi yang men
desakkan sebuah label. Partisipan-parti sipan di dalam kelompok label menghasilkan denga
n benar hampir 20% lebih gambar itu ketimbang parti sipan dalam kelompok terkontrol.

Memori Autobiografis
Memori autobiografis mengacu kepada memori tentang sejarah hidup individu. Memori auto
biografis bersifat konstruktif. Kita tidak akan bisa ingat dengan persis apa yang sudah terjadi.
Sebaliknya, kita hanya bisa mengingat konstruksi atau rekonstruksi memori mengenai apa y
ang sudah terjadi. Memori-memori autobiografis umumnya cukup baik. Meskipun demikian,
mereka rentan terhadap distorsi (akan diuraikan berikutnya). Memori jenis ini biasanya sang
at baik dalam periode kehidupan tertentu. Orang-orang dewasa sering kali mengingat peristi
wa dari masa lalu mereka yang paling dekat (Rubin,

Satu cara untuk mempelajari memori auto biografis adalah lewat studi-studi buku harian. Dal
am studi-studi ini, individu, sering kali peneliti, menjaga detail autobiografinya (Linton, 1982;
Wagenaar, 1986). Seorang peneliti, contohnya, mempertahan kan periode penelitian selama
6 tahun (Lonton, 1982). Dia merekam minimal dua pengalaman per hari pada kartu-kartu ind
eks. Kemudian, setiap bulan dia me milih dua kartu secara acak dan berusaha mengingat ke
jadian yang sudah ditulisnya di kartu itu sepersis mungkin. Kemudian dia merating setiap me
mori ber dasarkan keakuratan dan kandungan emosionalnya. Yang mengejutkan, rating pelu
paannya terhadap ke

200 Psikologi Kognitif

jadian ternyata berbentuk grafik linear, bukannya grafik kurva seperti biasanya. Dengan kata
lain, kurva memori biasanya menunjukkan pelupaan substansial pada interval jangka-pende
knya dan kemudian se buah pelambatan di dalam rating pelupaan pada interval jangka panj
angnya. Namun, kurva pelupaan Linton tidak menunjukkan pola seperti itu. Rating pelupaan
nya kira-kira sama di seluruh interval 6 tahun itu. Dia juga menemukan sedikit saja kaitan an
tara rating kejelasan memori dan kandungan emosi memorinya di satu sisi, dan kemampuan
mengingat nya, di sisi lain. Jadi, dia terkejut dengan apa yang bisa dan tidak bisa diingatnya.

Di dalam studi memori otobiobiografis yang lain. seorang peneliti berusaha mengingat infor
masi terkait performa yang dilakukan di rumah Opera Metropoli tan selama 25 tahun (Schuls
ter, 1989). Total performa yang dipelajari berjumlah 284. Hasilnya lebih segaris dengan eksp
ektasi-ekspektasi tradisional. Opera opera yang dilihat di awal dan di akhir 25 tahun periode
bisa diingat lebih baik (efek posisi-berseri). Performa yang penting juga bisa diingat lebih bai
k ketimbang yang kurang penting

Distorsi-distorsi Memori

Manusia memiliki kecenderungan untuk mendistorsi memori-memori mereka (Ayers & Reder,
1998; Balota dkk., 1999, Garry dkk, 1996, Goff & Roediger, 1998; Heaps & Nash, 1999; Joh
nson & Raye, 1998; Norman & Schachter, 1997; Roediger & McDermott, 2000; Schacter, 19
95b: Schacter & Curran, 2000). Contoh, hanya dengan mengatakan sesuatu sudah terjadi p
ada Anda akan membuat Anda berpikir hal itu benar-benar terjadi pada Anda. Ini benar, ent
ah hal itu terjadi atau tidak (Ackil & Zaragoza, 1998). Ada tujuh cara spesifik yang di dalamn
ya distorsi distorsi ini cenderung muncul (Schacter, 2001, me nyebutnya 'tujuh dosa memor
i'). Berikut ini 'tujuh dosa' Schacter:

1. Kesementaraan. Memori bisa hilang dengan cepat. Contoh, meskipun banyak orang tahu
kalau O.J. Simpson dibebaskan dari tuduhan kriminal membunuh istrinya, namun mereka tid
ak ingat bagaimana proses pembebasannya itu terjadi. Suatu saat mereka bisa mengingatn
ya, tetapi saat ini tidak lagi.

2. Tanpa berpikir. Kita terkadang menyikat gigi padahal sudah menyikatnya, atau masuk ke

sebuah ruangan untuk mencari sesuatu cum untuk menemukan bahwa kita telah l yang ingi
n dicari. lupa

3. Penghalangan. Kita terkadang memiliki s yang harus diingat namun tidak bisa menging ny
a. Hal ini seolah-olah informasi tersebut s berada di ujung lidah namun tidak bisa dikelue ka
n. Contoh, kita dapat melihat seseorang yg mereka kenal tetapi namanya terlupakan. A mer
eka berusaha untuk memikirkan sebuah sinonim bagi sebuah kata, mengetahui baha kata it
u memiliki sinonim yang jelas, nam tidak sanggup memanggil-kembali ingat tersebut.

4. Kekeliruan mengaitkan. Kita sering tidak bisa mengingat kapan mendengar apa yang dide
ng atau membaca apa yang dibaca. Terkadang kita berpikir sudah melihat sesuatu yang seb
enam tidak kita lihat atau mendengar sesuatu yang tidak didengar. Contoh, pernyataan saks
i mata kadang-kadang diselimuti oleh apa yang menka anggap sudah dilihat dan didengar, d
an buk apa yang sebenarnya sudah dilihat dan diden Rentan terhadap saran. Kita rentan ter
hadap saran, sehingga jika kita disarankan telah melihat sesuatu, kita akan mudah untuk ber
pikir telah melihatnya. Contoh, para partisipan di Belanda ditanya apakah mereka pernah m
elihat berita di televisi yang menayangkan film tentang kecelaka an pesawat yang menabrak
bangunan, banyak yang menjawab pernah melihatnya. Padaha tidak pernah ada berita yang
menayangkan dokumentasi semacam itu (sebelum kasus WTO 6. Bias. Kita sering kali men
galami bias saat meng ingat. Contoh, orang-orang yang sedang men alami rasa sakit kronis
dalam hidup mereka jauh lebih kuat mengingat rasa sakit di masa lala entah pernah mengal
aminya atau tidak. Akit tetapi, orang-orang yang tidak mengalami ras sakit kurang begitu me
ngingat rasa sakit di mas lalu, bahkan tidak begitu detail dengan masa lal

yang aktual tersebut. Persistensi. Kita terkadang mengingat yang berkaitan sebagai hubung
an sebab-ak padahal di dalam konteks yang lebih luas dal demikian. Contoh, meskipun sese
orang dap mengingat banyak keberhasilan, namun seb kegagalan bisa diingatnya lebih baik
ketimba semua keberhasilannya itu.

Lalu apakah cara-cara khusus untuk mempelajari distorsi-distorsi memori ini?

Paradigma Pernyataan Saksi Mata Sebuah survei terhadap kasus yang ditangani para penu
ntut umum AS menemukan bahwa sekitar 77.000 tersangka yang ditangkap setiap tahun dii
den tifikasikan oleh saksi mata (Dolan, 1995). Studi-studi terhadap lebih dari 1.000 keyakina
n yang terbukti keliru telah menunjukkan kekeliruan pengidentifi- kasian saksi mata sebagai
"faktor terbesar yang mengarah pada keyakinan yang keliru" (Wells, 1993, hlm. 554). Berap
a persen proporsi pengidentifikasian yang keliru oleh saksi mata? Jawaban bagi pertanyaan
ini sangat beragam ("dari yang paling rendah, hanya sekian persen, sampai yang terbesar, l
ebih dari 90%"; Wells, 1993, hlm. 554), namun bahkan perkiraan paling konservatif bagi pro
porsi ini menunjukkan ke mungkinan yang menakutkan.

Coba kita perhatikan kisah tentang seorang pria yang bernama Timothy. Pada 1986, Timoth
y dituduh membunuh secara brutal ibu dan dua adik perempu annya (Dolan, 1995). Dia kem
udian dijatuhkan hukuman mati, sehingga selama 2 tahun 4 bulan, Timothy dikurung di temp
at para napi yang akan dieksekusi. Meskipun bukti fisik tidak mengarah kepada Timothy, na
mun pernyataan saksi mata me letakkan dia di dekat TKP saat terjadinya pembunuh an. Akh
irnya, polisi menemukan seorang pria yang mirip Timothy sering mengunjungi lingkungan ko
rban pembunuhannya terlebih dahulu, sehingga Timothy mendapat kesempatan untuk menj
alani persidangan kedua dan akhirnya dibebaskan.

Beberapa bukti paling kuat bagi sifat konstruktif memori dihasilkan oleh mereka yang telah
mem pelajari keakuratan pernyataan saksi mata. Dalam sebuah studi klasik, partisipan melih
at rangkaian Courtesy of Dc Erah LounElizabeth Loftus adalah profesor psikologi di Universit
y of California, Irvine. Dia membuat kontribusi utama bagi studi tentang memori manusia, kh
ususnya di bidang pernyataan saksi mata dan wilayah yang disebut memori yang terekspres
i, yang me nurutnya bisa ditanamkan di dalam pikiran individu secara tidak di- sengaja sehin
gga individu tersebut percaya mereka sungguh mengingat kejadian-kejadian yang sebenarn
ya tidak pernah dialami.

Bab 6 201

Proses-proses Memori

slide berisi 30 gambar yang menampilkan gambar mobil Datsun merah sedang melintasi jala
n, berhenti di tanda berhenti, berbelok ke kanan, dan kemudian terlihat menabrak seorang p
ejalan kaki di garis penye berangan (Loftus, Miller & Burns, 1978). Setelah gambar selesai di
tayangkan, partisipan harus men jawab serangkaian pertanyaan mengenai kecelakaan terse
but. Salah satu pertanyaan berisi informasi yang harus mereka tentukan apakah konsisten d
engan gambar yang mereka lihat atau tidak. Contoh, se paruh partisipan ditanya: "Apakah m
obil lain ber gerak menyalip Datsun merah saat Datsun berhenti di tanda berhenti?" Separuh
partisipan yang lain me nerima pertanyaan yang sama, kecuali kata 'saat' di ganti oleh kata
sehingga, membuat pertanyaannya berbunyi: "Apakah mobil lain bergerak menyalip Datsun
merah sehingga Datsun berhenti di tanda ber henti?" Dengan kata lain, informasi di dalam p
er tanyaan memberikan kepada partisipan sebuah pe tunjuk yang tidak konsisten dengan ya
ng sudah di lihat partisipan.

Berikutnya, setelah terlibat di dalam aktivitas yang tidak berkaitan, semua partisipan diperlih
atkan dua gambar slide lagi dan ditanya apa yang sudah mereka lihat. Gambar pertama beri
si mobil yang ber henti di tanda berhenti, sedangkan gambar kedua ter kesan mobil itu harus
berhenti di tanda berhenti karena suatu sebab. Akurasi tugas ini adalah 34% lebih baik dimili
ki partisipan yang menerima infor masi yang konsisten (pertanyaan pertama di atas) ke timb
ang partisipan yang menerima informasi tidak konsisten (pertanyaan kedua di atas). Eksperi
men ini dan eksperimen yang lain (Loftus, 1975, 1977) telah menunjukkan kerentanan besar
partisipan untuk mendistorsi pernyataan kesaksian mata mereka. Distorsi ini bisa saja diseb
abkan oleh fenomena lain, jadi bukan hanya sekadar disebabkan oleh memori konstruktif. N
amun, eksperimen juga menunjukkan bahwa kita mudah sekali mengarah pada pengon stru
ksian memori yang berbeda dari apa yang se benarnya terjadi. Contoh, Anda mungkin tidak
cocok dengan teman sekamar atau seorang teman perihal pengalaman yang dialami oleh A
nda berdua bersama di waktu dan tempat yang sama. Namun, bagaimana masing-masing d
ari kalian bisa mengingat pengalam an tersebut dengan cara yang berbeda tajam. Apalagi k
alian berdua yakin sudah mengingat pengalaman tersebut dengan benar dan akurat.

202

Psikologi Kognitif

Ada beberapa masalah serius tentang keyakinan yang keliru saat menggunakan pernyataan
saksi mata sebagai satu-satunya dasar, bahkan paling utama untuk menuduh seseorang me
lakukan kejahatan (Loftus & Ketcham, 1991; Loftus, Miller & Burns, 1987; Wells & Loftus, 19
84). Selain itu, pernyataan saksi mata sering kali menjadi penentu utama apakah juri akan m
enyetujui dakwaan terhadap tertuduh atau tidak. Efek ini tampak sangat menyolok jika saksi
mata terlihat sangat yakin dengan pernyataannya. Hal ini benar bahkan meski saksi mata ter
sebut menye diakan beberapa detail persepsi atau menawarkan respons-respons yang sang
at bertentangan dari olah bukti TKP. Kita terkadang menganggap bisa meng- ingat hal-hal te
rtentu padahal tidak lain dan tidak bukan dikarenakan kita sudah membayangkan dan memi
kirkannya lebih dulu (Garry & Loftus, 1994), Diperkirakan sebanyak 10.000 orang per tahun t
elah meyakini secara keliru berdasarkan kekeliruan pernyataan saksi mata ini (Cutler & Penr
od, 1995; Loftus & Ketcham, 1991). Secara umum, kalau begitu, kita sangat rentan terhadap
kekeliruan saksi mata, karena pada umumnya saksi mata sering kali membayangkan sudah
melihat sesuatu yang sebenar- nya tidak mereka lihat (Loftus, 1998).

Barisan orang yang harus diidentifikasikan di kantor polisi juga dapat mengarahkan kita pad
a ke- simpulan keliru (Wells, 1993). Saksi mata berasumsi pelaku berada di barisan itu, nam
un hal ini tidak selalu benar. Ketika pelaku suatu kejahatan tidak ada di dalamnya, partisipan
cenderung menunjuk sese- orang yang lain, padahal dia bukan pelaku kejahatan sesungguh
nya. Dengan cara ini, mereka yakin me nyadari seseorang di dalam barisan sudah melakuka
n kejahatan. Identitas bukan pelaku kejahatan juga dapat memengaruhi penilaian saksi mata
(Wells, Luus & Windschitl, 1994). Dengan kata lain, entah sese orang tertentu diidentifikasik
an sebagai pelaku dapat juga dipengaruhi oleh siapa saja orang-orang yang berada di baris
an pengidentifikasian tersebut. Polisi sendiri bisa saja tanpa sadar telah memengaruhi ke- m
ungkinan apakah pengidentifikasian benar atau tidak, dan juga apakah pengidentifikasian ya
ng keliru bisa terjadi atau tidak.

Pengidentifikasian saksi mata khususnya lemah saat mengidentifikasikan seseorang yang ra


snya ber- beda dari ras saksi mata (Bothwell, Brigham & Malpass, 1989, Brigham & Malpass,
1985; Shapiro & Penrod, 1986). Bahkan, bayi tampaknya juga sudah

terpengaruh oleh informasi pasca kejadian saat meng ingat sebuah pengalaman, seperti ditu
njukkan oleh perilaku mereka di dalam eksperimen-eksperimen pengondisian-operan (Rove
e-Collier dkk., 1993) Namun begitu, tidak semua peneliti melihat p

nyataan saksi mata dengan skeptisisme seperti t per (contoh Zaragoza, McCloskey & Jamis,
1987). Masih tidak jelas apakah informasi tentang kejadian asli di gantikan oleh, atau hanya
sekadar bersaing dengan informasi keliru berikutnya. Beberapa peneliti ber pendapat bahwa
psikolog perlu mengetahui lebih banyak kondisi-kondisi yang mengganggu pernyata an saks
i mata sebelum meloloskan kesaksian itu d hadapan juri (McKenna, Treadway & McCloskey,
1992). Dewasa ini, keputusan tentang benar-tidakma pernyataan saksi mata masih belum bi
sa diuji leb jauh. Hal yang sama juga bisa dikatakan mengena benar-tidaknya memori yang
direpresi (dibahas setelah ini).

Seandainya jika pernyataan saksi mata yang sudah dewasa masih bisa dianggap valid, bag
aimana dengan pernyataan saksi mata yang masih anak-anak? Beberapa peneliti sangat m
encurigai kebenaran sak mata yang masih anak-anak (Ceci & Bruck, 1993 1995). Rekoleksi
anak-anak sangat rentan distoni Distorsi yang dimaksud adalah ketika mereka di tanyai pert
anyaan yang terlalu tajam, seperti yang selalu terjadi di ruang pengadilan. Berikut ini bebe ra
pa fakta yang relevan (Ceci & Bruck, 1995). Per tama, semakin muda seorang anak, kesaksi
annya semakin kurang bisa diandalkan. Khususnya, anak anak pada usia pra-sekolah (di ba
wah 7 tahun) lebih rentan dengan pertanyaan sugestif yang berusaha menyetir mereka kepa
da respons tertentu ketimbang anak usia sekolah atau orang dewasa. Kedua, saat pemberi
pertanyaan begitu menekan atau tampa seperti menginginkan satu jawaban, anak-anak bisa
terdorong untuk menyediakan yang diinginkan s penanya. Berdasarkan tekanan yang terdap
at di dalam ruang pengadilan, bentuk-bentuk pertanyaan sepert itulah yang lebih berhasil. K
etiga, anak-anak cende rung yakin sudah mengingat hal-hal tertentu jika orang lain mengata
kan bahwa dia memang melihatnya. Dengan kata lain, mereka mendengar sebuah cerita ten
tang sesuatu yang terjadi dan kemudian percaya bahwa mereka sudah melihat ha sudah itu
terjadi. Lebih dari pernyataan saksi mata dewas kesaksian anak-anak harus diinterpretasika
n dengan kehati-hatian besar.
DI DALAM LABORATORIUM ELIZABETH LOFTUS

Bab 6 203

Proses-proses Memori

Ingatkah ketika Anda masih kecil dan keluarga Anda pergi ke Disneyland? Coba ba yangkan
perjalanan Anda itu dan bertemu Mickey Mouse yang menjabat tangan Anda. Masih ingatka
h Anda?" Para ahli pemasaran sering meng- gunakan iklan autobiografis jenis ini untuk me
n- ciptakan nostalgia bagi produk-produk mereka. Bersama dua rekan peneliti yang lain, Kat
hy Braun dan Rhiannon Ellis, kami telah mengeksplorasi apakah pengacuan seperti itu dapa
t menyebabkan mereka percaya sudah memiliki pengalaman ter tentu ketika masih anak dul
u seperti yang di- tambahkan peneliti (Braun, Ellis & Loftus, 2002). Di dalam studi pertama k
ami, partisipan melihat sugesti tambahan tentang Disney seolah- olah ketika masih kecil dul
u pernah berjabat tangan dengan Mickey Mouse. Berikutnya, mereka diminta menjawab pert
anyaan-pertanyaan tentang pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak mereka di Disney.
Dalam kondisi terkontrol. sugesti tambahan ini benar-benar bisa meningkat- kan keyakinan
mereka, entah terkait dengan (1) kemiripan memori lain dengan memori yang benar, atau
(2) penciptaan memori baru yang keliru. Karena beberapa partisipan mungkin pemah berte
mu Mickey Mouse di Disneyland, dua kemungkinan ini bisa terjadi.Oleh karena itu, kami mel
akukan studi kedua untuk menentukan apakah sugesti tambahan yang diyakini partisipan be
nar atau palsu. Untuk mengecek apakah mereka sungguh pernah berjabat tangan dengan
Mickey Mouse di Disney, kami memunculkan karakter lain yang mustahil ada di sana-Bugs
Bunny. Sekali lagi, dalam kondisi terkontrol, sugesti tambahan ini meningkatkan keyakinan b
ahwa mereka pernah berjabat tangan langsung dengan karakter yang mustahil ini di Disneyl
and saat masih kecil. Meskipun jawaban ini tidak mungkin terjadi karena Bugs Bunny tokoh
kartun ciptaan Warner Brothers dan tidak akan pernah hadir sampai kapan pun di Disneylan
d, namun sekitar 16% subjek merasa telah mengingat atau tahu bahwa kejadian ini sunggu
h-sungguh terjadi pada mereka. Courtesy of Dr Erabe Lo

Di riset berikutnya, kami meneliti apakah mode penghadiran informasi yang keliru akan
memengaruhi kemungkinan subjek ikut keliru juga. Dalam studi asli kami, Bugs Bunny diper
kenalkan baik secara visual maupun dalam bentuk teks tambahan. Namun, dalam riset yang
lebih baru, kami menyiapkan tiga sugesti tambahan palsu mengenai Bugs Bunny (Braun-La
Tour, LaTour, Pickrell & Loftus, 2004/2005). Dalam kon disi gambar, sugesti tambahan ditar
uh di bawah gambar Bugs yang mencirikan kedekatannya dengan partisipan.

Dalam kondisi 'teks', Bugs di perkenalkan dengan judul berupa sugesti tambah an. "Bugs m
engatakan inilah waktu untuk meng ingat keajaiban", dan kemudian di dalam teks mengulan
gi lagi sugesti tambahan bahwa karakter ini telah bersalaman dengan partisipan. Di kedua k
ondisi ini, sugesti tambahan mengandung baik gambar maupun teks. Sekali lagi, sugesti tam
bah an ini mendorong banyak orang untuk meng klaim bahwa mereka pernah bertemu secar
a pri badi dan bersalaman dengannya, apalagi jika di sertai gambar. Jadi kami menemukan
bahwa me masukkan gambar Bugs secara substansial me ningkatkan efek memori yang keli
ru. Gambar dapat mengarahkan partisipan kepada tingkatan memori keliru yang lebih tinggi
ketimbang jika hanya disajikan dalam teks saja (48% versus 17%). 'Kedua' kondisi ini memu
nculkan hasil yang medium saja, jauh dari ekspektasi kami bahwa dengan menghadirkan ga
mbar plus teks akan menjadi yang paling efektif. Hasil medium se benarnya tidak jauh berbe
da dari dua kondisi pe nelitian yang lain (kondisi Mickey Mouse, dan kondisi Bugs Bunny ga
mbar versus teks).

Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa iklan yang mengandung acuan autobiografis dapat
memengaruhi memori-memori pribadi kita saat kanak-kanak. Para pengiklan bukan menye b
utkan detail-detail yang keliru, melainkan yang bisa keliru, meskipun detail-detail ini tidak per
nah benar bagi setiap orang. Anda mungkin telah me lihat sebuah gambar Mickey Mouse sa
at ke Disney. namun Anda tidak pernah bertemu dengannya atau bersalaman dengannya. S
ebuah sugesti tambahan bisa membuat Anda berpikir sudah me lakukannya. Karena melihat
ribuan iklan setiap bulan, bisa jadi partisipan terlarut tanpa sengaja di sebuah eksperimen ya
ng mendistorsi memori secara massal.
204

Psikologi Kognitif.

Paradigma Roediger-McDermott (1995), yang diadaptasikan dari kerja Deese (1959), menu
njukkan efek-efek dari distorsi memori. Partisipan menerim sebuah daftar berisi 15 kata yan
g diasosiasikan dengan kuat dengan kata-kata kritis namun tidak ditampi kan. Contoh, partis
ipan membaca 15 kata yang sangat erat kaitannya dengan kata 'tidur' namun tidak pernah m
embaca kata 'tidur. Hasilnya, tingkat pe ngenalan terhadap kata yang tidak ditampilkan (dala
m kasus ini kata 'tidur') bisa ditangkap dan di mengerti partisipan dari kata-kata yang ditampi
lkan

Memori-memori yang Direpresi

Pernahkah Anda mengalami sebuah kejadian trau- matis saat masih kanak-kanak, namun k
arena saking traumatisnya sehingga Anda tidak bisa mengingat- nya? Beberapa psikoterapi
s telah mulai menggunakan hipnosis dan teknik terkait untuk mendapatkan dari pasien apa s
aja isi dari memori yang direpresinya. Memori yang direpresi adalah memori yang dipen- 19
96). dam ke bawah, menuju alam bawah sadar, karena suatu tekanan terhadap emosi yang
diakibatkan oleh memori tersebut. Memori ini, menurut pandangan psikolog yang memercay
ai keberadaannya, tidak bisa diakses sama sekali, namun bisa digali ke luar (Briere & Conte,
1993).

Hasil ini sudah direplikasi berulang kali (McDermott, 1996; Schacter, Verfaellie & Pradere
Kenapa manusia begitu lemah untuk membede kan apa yang sudah mereka dengar dari ap
a yang tidak mereka dengar? Salah satu kemungkinan ketika seseorang melekatkan sebuah
memori ya adalah kekeliruan pemonitoran-sumber, yang munc Marcia Johnson dan kolega-
koleganya (Johnson diambil dari satu sumber kepada sumber lain. Rist 1996; Johnson, Has
htroudi & Lindsay, 1993; Linds dan Johnson, 1991) menunjukkan kalau manusi sering kali m
engalami kesulitan dalam memo sumber, atau memetakan akar-akar sebuah memo Mereka
bisa saja yakin telah membaca sebuah arti di koran terkenal, New York Times contohnya, pa
dal faktanya dia cuma melihatnya sekilas di tabli pajangan supermarket saat mengantri pem
bayar

Sungguhkah memori-memori yang direpresi ini ada? Banyak psikolog ragu terhadap kebera
daannya (Ceci & Loftus, 1994; Lindsay & Read, 1994; Loftus & Ketcham, 1994; Pennebaker
& Memon, 1996; Roediger & McDermott, 1995, 2000). Psikolog yang lain malah sangat skep
tis (Bowers & Farvolden, 1996). Alasannya, pertama, beberapa terapis tanpa sengaja telah
menanamkan ide-ide tertentu ke pikiran klien mereka. Dengan cara ini, bisa jadi mereka sed
ang.

Langkah-langkah tertentu bisa diambil untuk meningkatkan pengidentifikasian benar-tidakny


a pernyataan saksi mata. Kita dapat mulai mengguna kan metode-metode yang mereduksi b
ias-bias poten sial, mereduksi tekanan agar memilih seorang ter sangka dari jumlah pilihan y
ang terbatas, dan me mastikan bahwa setiap anggota dari barisan tersangka benar-benar co
cok dengan deskripsi yang diberikan saksi mata, bukannya memengaruhi saksi mata denga
n deskripsi barisan tersangka, atau menawar kan cara-cara lain lagi yang lebih efektif (lihat
Wells, 1993). Selain itu, beberapa psikolog (seperti Loftus, 1993a. 1993b) dan banyak pemb
ela yakin kalau juri mestinya dinasihatkan untuk mengamati tingkat ke yakinan saksi mata at
au tingkat akurasi pengiden- tifikasiannya mengenai terdakwa. Pada saat yang sama, beber
apa psikolog (seperti Egeth, 1993; Yuille, 1993) dan banyak penggugat yakin kalau bukti yan
g sudah ada yang didasarkan kepada studi-studi simu lasi saksi mata dan bukannya kepada
pernyataan aktual saksi mata, tidak cukup kuat untuk menye- rang kredibilitas pernyataan sa
ksi mata jika kesaksian itu akhirnya mengirimkan penjahat yang sesungguh- nya ke penjara,
atau mencegah seseorang dari me lakukan kejahatan berikutnya.

Pen menciptakan memori yang keliru mengenai kejadian yang tidak pernah dialami klien. Se
baliknya, p ciptaan memori-memori yang keliru relatif mudah bahkan pada mereka yang tida
k mengalami p Memori-memori seperti itu bahkan dapat ditanam campuradukan psikologis d
alam memorinya kan dengan menggunakan stimuli biasa tanpa kan dungan emosi sedikit pu
n (Roediger & McDermon 1995). Kedua, membuktikan bahwa memori y sudah ditanamkan t
ersebut keliru sering kali su untuk dilakukan. Kejadian traumatis yang dilaporka yang tidak m
encapai kata sepakat di manakah eksisten syang sering kali berakhir, seperti dalam kasus p
enganiay an seksual masa kanak-kanak, dengan perbantaha internal kata per kata (Schoole
r, 1994). Saat ini, tida ada bukti kuat untuk menunjukkan keberadaan memori-memori terseb
ut. Namun, para psikolog ju memori-memori tersebut bisa dipastikan secara de nitif. Oleh ka
rena itu, tidak ada kesimpulan jelas y bisa dicapai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai