Anda di halaman 1dari 14

Contoh, beberapa peneliti lebih menyerukan perubahan di dalam metafora dan pengonsepsian memori

dan bukannya perubahan di dalam setting riset. Metafora tradisional tentang memori sebagai tempat
penyimpanan, di mana memori dipahami se bagai tempat penyimpanan informereka kepada per. baba
tak mau akan mengarahkan mereka kepada per soalan mengenai kuantitas. Pertanyaannya kalau dari
atau yang dipakai dalam peristiwa tertentu (Koriat & Goldsmith, 1996a, 1996b)? Seting laborato rum
adalah yang paling cocok dengan pendekatan ini, membiarkan pengontrolan terhadap variabel variabel
kuantitas. Sebaliknya, pendekatan sehari hari atau berbasis dunia nyata memerlukan lebih banyak
metafora korespondensi. Memori lalu dipahami sebagai wahana bagi interaksi dengan dunia nyata. Di
titik ini, pertanyaannya jadi bergeser menuju ke- akuratan dalam merepresentasikan peristiwa-peris-
tiwa di masa lalu. Seberapa dekatnya memori berkait- an dengan kejadian-kejadian tertentu? Untuk
men- jawabnya kita harus melihat memori sebagai sebuah struktur yang memenuhi tujuan tertentu di
dalam interaksi kita dengan dunia.

Kita bisa melihat tren baru ini meluas ketika se- makin banyak peneliti menjadi semakin tertarik kepada
ciri-ciri fungsional memori. Yang jelas bebe- rapa pandangan baru yang menjanjikan tentang memori
sudah menawarkan sejumlah usulan konkret bagi struktur memori. sebuah pandangan menyoroti sistem
memori berdasarkan interaksi tubuh dan lingkungan (Glenberg, 1997). Oleh karena itu, korespondensi
dengan dunia nyata dicapai lewat pe representasian yang mencerminkan hubungan struk tural antara
tubuh dan dunia eksternal, lebih daripada pengodean representasi-representasi simbolis abstrak.

Entah pendekatan ini akan mengarahkan riset memori ke arah baru atau ditaklukkan oleh daya dorong
model penyimpanan atau laboratorium, metafora di atas masih tetap relevan. Apa pun kasusnya,
metafora- metafora dan kontroversi-kontroversi baru sangat esensial bagi kelangsungan bidang studi ini.
Tanpa aliran konstan pada gagasan-gagasan baru atau pe mikiran-ulang terhadap gagasan-gagasan
lama, ilmu akan mandek dan mati. Pendekatan lain yang sudah mulai mendominasi kebanyakan riset
memori saat adalah studi neuropsikologis tentang memori. Se indian, studi ini berkembang dari
penelitian terhadap individu-individu dengan memori eksepsional.

MEMORI EKSEPSIONAL DAN NEUROPSIKOLOGI

Sampai titik ini, diskusi tentang memori telah ber fokus kepada tugas-tugas dan struktur-struktur yang
melibatkan pemfungsian normal memori. Namun, begitu, ada sejumlah kasus yang cukup jarang tentang
individu-individu dengan memori eksep sional (entah yang berkembang pesat atau merosot tajam) yang
menyediakan beberapa pandangan me narik tentang hakikat memori secara umum. Studi tentang
memori eksepsional mengarah langsung kepada penelusuran neuropsikologis terhadap meka nisme-
mekanisme fisiologis memori yang mendasar.
Memori yang Menakjubkan: Mnemonis

Contoh, beberapa peneliti lebih menyerukan perubahan di dalam metafora dan pengonsepsian memori
dan bukannya perubahan di dalam setting riset. Metafora tradisional tentang memori sebagai tempat
penyimpanan, di mana memori dipahami se bagai tempat penyimpanan informereka kepada per. baba
tak mau akan mengarahkan mereka kepada per soalan mengenai kuantitas. Pertanyaannya kalau dari
atau yang dipakai dalam peristiwa tertentu (Koriat & Goldsmith, 1996a, 1996b)? Seting laborato rum
adalah yang paling cocok dengan pendekatan ini, membiarkan pengontrolan terhadap variabel variabel
kuantitas. Sebaliknya, pendekatan sehari hari atau berbasis dunia nyata memerlukan lebih banyak
metafora korespondensi. Memori lalu dipahami sebagai wahana bagi interaksi dengan dunia nyata. Di
titik ini, pertanyaannya jadi bergeser menuju ke- akuratan dalam merepresentasikan peristiwa-peris-
tiwa di masa lalu. Seberapa dekatnya memori berkait- an dengan kejadian-kejadian tertentu? Untuk
men- jawabnya kita harus melihat memori sebagai sebuah struktur yang memenuhi tujuan tertentu di
dalam interaksi kita dengan dunia.

Kita bisa melihat tren baru ini meluas ketika se- makin banyak peneliti menjadi semakin tertarik kepada
ciri-ciri fungsional memori. Yang jelas bebe- rapa pandangan baru yang menjanjikan tentang memori
sudah menawarkan sejumlah usulan konkret bagi struktur memori. sebuah pandangan menyoroti sistem
memori berdasarkan interaksi tubuh dan lingkungan (Glenberg, 1997). Oleh karena itu, korespondensi
dengan dunia nyata dicapai lewat pe representasian yang mencerminkan hubungan struk tural antara
tubuh dan dunia eksternal, lebih daripada pengodean representasi-representasi simbolis abstrak.

Entah pendekatan ini akan mengarahkan riset memori ke arah baru atau ditaklukkan oleh daya dorong
model penyimpanan atau laboratorium, metafora di atas masih tetap relevan. Apa pun kasusnya,
metafora- metafora dan kontroversi-kontroversi baru sangat esensial bagi kelangsungan bidang studi ini.
Tanpa aliran konstan pada gagasan-gagasan baru atau pe mikiran-ulang terhadap gagasan-gagasan
lama, ilmu akan mandek dan mati. Pendekatan lain yang sudah mulai mendominasi kebanyakan riset
memori saat adalah studi neuropsikologis tentang memori. Se indian, studi ini berkembang dari
penelitian terhadap individu-individu dengan memori eksepsional.

Bayangkan apa jadinya hidup Anda jika ternyata Anda memiliki kemampuan mengingat luar biasa.
Katakanlah Anda sanggup mengingat setiap kata yang dicetak di buku ini dengan tepat. Kondisi demikian
disebut mnemonis, yaitu seseorang yang menunjuk kan bentuk kemampuan mengingat yang menakjub
kan, biasanya didasari oleh penggunaan teknik teknik khusus peningkatan memori. Mungkin mnemonis
yang pernah dikenal dunia saat ini adalah seorang pria yang berinisial 'S'.
Seorang psikolog Rusia, Alexander Luria (1968) menceritakan bahwa suatu hari S datang ke labora
torium dan meminta agar memorinya diuji. Luria pun mengetesnya. Dia lalu menemukan bahwa memori
pria ini tidak memiliki batasan. S dapat mengucapkan kembali serangkaian kata yang sangat panjang
tidak peduli sudah berapa lama kata-kata itu pernah di bacakan padanya. Luria kemudian mempelajari S
selama 30 tahun. Dia lalu menemukan bahwa meski pun memori S diukur 15 atau 16 tahun setelah se
buah sesi tes di mana S diminta mempelajari beberapa kata, pria ini masih bisa mengingatnya dan meng
ucapkan dengan baik kata-kata tes tersebut. S akhir nya menjadi seorang penghibur profesional. Dia
membuat penontonnya takjub dengan kemampuan nya mengingat apa saja yang ditanyakan padanya.

Apakah trik yang digunakan S? Bagaimana dia bisa mengingat begitu banyak? Tampaknya, dia sangat
mengandalkan kemampuan mnemonik pem bayangan visual. Dia mengubah materi yang perlu
diingatnya menjadi imaji-imaji visual di otaknya, Contoh, dia menyatakan bahwa ketika diminta untuk
mengingat kata hijau, dia akan memvisualisasikannya

sebagai pot bunga hijau. Untuk kata merah, dia mem visualisasikan seorang pria dengan kaos berwarna
merah sedang datang ke arahnya. Bahkan, angka juga diingatnya dengan imaji visual. Contoh, angka 1 di
visualkannya sebagai seorang pria dewasa penuh ke banggaan. Angka 3 divisualkannya sebagai
seseorang yang muram. Angka 6 divisualkannya sebagai se orang pria dengan kaki bengkak, dan
seterusnya.

Bagi S, sebagian besar imaji visualisasinya di dalam memori diingat tanpa intensi apa pun. Sebalik nya,
ini adalah hasil dari sebuah fenomena psikologis yang cukup langka. Fenomen ini, yang disebut sineste
sia, adalah pengalaman terhadap cerapan-cerapan indra di dalam sebuah modalitas sensoris yang ber
beda dari cerapan indra yang distimulasikan secara fisik. Contoh, S secara otomatis akan mengubah
sebuah bunyi menjadi sebuah impresi visual. Dia bahkan mengaku telah mengalami cita rasa dan bobot
dunia. Setiap kata yang dipanggil kembali dari ingatannya membangkitkan sebuah sensasi, dan karena
kata itu berangkaian dengan kata lain, maka sensasi yang dibangkitkannya menjadi kompleks. Secara
otomatis, semua sensasi ini mendatangi S ketika dia perlu mengingat kata tersebut dan rangkai-

annya. Mnemonis lain menggunakan strategi berbeda. VP, seorang imigran Rusia, dapat mengingat
serang- kaian panjang materi seperti baris dan kolom angka (Hunt & Love, 1972). Jika S mengandalkan
pem- bayangan visual, VP lebih banyak mengandalkan ter- jemahan verbal. Dia mengaku dapat
mengingat angka- angka dengan mengubahnya menjadi tanggal-tanggal. Dengan begitu dia tinggal
memikirkan apa saja yang sudah terjadi pada hari itu.

Mnemonis lain lagi, SF, mengingat serangkaian panjang angka dengan membaginya menjadi kelom- pok-
kelompok angka yang masing-masing terdiri atas tiga atau empat digit. Dia lalu mengodekannya menjadi
jalannya waktu dengan kecepatan yang ber beda-beda (Ericsson, Chase & Faloon, 1980). Sebagai
seorang pelari jarak jauh yang berpengalaman, SF akrab dengan perbedaan waktu tempuh yang dihasil
kan dari perbedaan kecepatannya berlari. SF tidak pernah menjalani tes laboratorium yang ketat sebagai
seorang mnemonis. Bahkan, ketika harus menjalani tes kecerdasan dan kemampuan memori di kampus
nya, dia termasuk kategori mahasiswa rata-rata pada umumnya.

Ingatan awal SF terhadap serangkaian angka kir kira berkisar 7 digit, sama seperti rata-rata kemamp an
mahasiswa yang lain. Setelah menjalani 200 se praktik selama 2 tahun, SF berhasil meningkatkan
memorinya terhadap angka menjadi lebih dari 10 digit per kelompok. Keseluruhan total angka bisa
diingatnya mencapai 80 digit. Namun memorinya lalu mengalami kerusakan berat ketika para peneliti
melatih dia mengingat urutan angka yang sulit diterjemahkan SF menjadi waktu tempuh lari. Penelitian
terhadap SF ini menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kemampuan memori rata rata dapat
secara prinsipiil diubah menjadi seseorang yang memiliki kemampuan mengingat yang cukup
menakjubkan. Sekurang-kurangnya, kemampuan di wilayah memori tertentu setelah melakukan prak
latihan yang teratur dan sistematis. yang sayang

Kebanyakan dari kita ingin sekali memiliki memon seperti yang dimiliki S atau VP. Dengan kondig seperti
itu kita yakin dapat melewati ujian tanpa harus bersusah-payah mengingat materi pelajaran. Namun
begitu, kita juga harus tahu kalau S sendiri tidak ter lalu bahagia dengan hidupnya. Sebagian alasannya
disebabkan oleh memori eksepsional yang dimilik nya. Dia sering mengeluhkan bahwa sinestesianya
yang kebanyakan beroperasi tanpa dikehendaki mengganggu kemampuannya mendengarkan orang
berbicara. Suara-suara yang sampai di otaknya telah membangkitkan seribu nuansa sensasi dalam
dirinya Semakin banyak yang didengarnya, semakin besat gangguan sensasi itu bagi kemampuannya
mengikuti percakapan. Selain itu, karena S terlalu banyak meng andalkan imaji, dia menjadi kesulitan
untuk me mahami konsep-konsep abstrak. Contoh, dia me nemukan sangat sulit untuk memahami
konsep konsep seperti ketak-terbatasan atau ketiadaan. Kon sep-konsep ini jelas sulit sekali dipadankan
dengan visualisasi imaji apa pun. Kadang-kadang dia jug merasa seperti kelelahan saat membaca sesuatu
Memori-memori awal yang sudah tersimpan kadang kala muncul kembali dan tumpang-tindih deng
memori-memori barunya. Tentunya kita tidak bisa mendata di sini masalah apa saja yang dalam
hidupnya karena memiliki memori ekseps nal seperti itu. Namun, yang jelas S sendiri yakink dialami 5
memori eksepsionalnya terkadang menurun drast dan terkadang naik memuncak. Sehingga itulah yar
kalat membuatnya sulit menghindar atau meminta p tolongan.

Kasus mengenai para mnemonis eksepsional ini memberi kita sejumlah pengertian tentang proses-
proses memori. Masing-masing dari ketiga mnemonis yang digambarkan di sini kurang lebih melakukan
hal yang sama-sadar dan hampir-hampir otomatis. Setiap dari mereka menerjemahkan informasi yang
gamang, abstrak dan tak berarti menjadi sebuah informasi yang lebih berarti atau lebih konkret secara
indrawi. Entah informasi diterjemahkan berbentuk waktu tempuh suatu lintasan lari, tanggal-tanggal
dan kejadian-kejadian, ataupun imaji-imaji visual, kunci nya adalah makna informasi tersebut bagi
mnemonis- nya.
Jika Anda tidak sanggup melatih memori yang Anda butuhkan, apakah itu berarti Anda sudah me-
lupakannya? Tidak selalu. Para psikolog kognitif telah mempelajari sebuah fenomena yang disebut
hiper- mnesia, yaitu proses pemroduksian-ulang memori- mori serius. memori yang sudah dilupakan
(Erdelyi & Goldberg, 1979; Holmes, 1991; Turtle & Yuille, 1994). Hiper mnesia terkadang disebut juga
sebagai 'tidak melupa kan' (unforgetting), meskipun terminologi ini tidak benar sepenuhnya karena
memori yang dilatih tidak pernah tidak tersedia (artinya dilupakan), sulit diakses (artinya sulit untuk
dilatih), Hipermnesia biasanya dapat dicapai dengan mengusahakan banyak petunjuk beragam untuk
memunculkan se buah ingatan. Terapi psikodinamik, contohnya, kadang-kadang digunakan untuk
mencapai hiper mnesia. Terapi ini juga menunjukkan risiko dari upaya untuk mencapai hipermnesia.
Individu bisa menciptakan sebuah memori baru dan meyakininya sebagai memori lama, jadi bukan
memori lama yang sesungguhnya.

Kita biasanya menerima begitu saja kemampuan untuk mengingat, sama seperti kita menerima begitu
saja udara yang dihirup. Namun, sama seperti kita sadar mengenai pentingnya udara saat tidak merasa
kan cukup udara untuk dihirup, kita juga mulai tidak mau menerima memori kita begitu saja saat meng
amati orang-orang yang memiliki kelemahan me

Memori yang Menurun

Beberapa sindrom berbeda dari uraian di atas adalah hilangnya memori. Yang paling terkenal adalah
amnesia.melainkan

172 Psikologi Kognitif

Amnesia

Amnesia adalah hilangnya sebagian besar memori eksplisit (Mayes & Hunkin, 2003). Salah satu jenisnya
adalah amnesia retrogradis, individu-individunya kehilangan memori yang berguna bagi peristiwa
peristiwa yang terjadi sebelum trauma yang menye babkan hilangnya memori (Squire, 1999). Bentuk
bentuk halus amnesia retrogade bisa umum terjadi ketika seseorang berada dalam kondisi setengah
sadar. Biasanya, kejadian-kejadian yang mendahului episode setengah sadar tersebut tidak bisa diingat
dengan baik
W. Ritchie Russell dan P.W. Nathan (1946) me laporkan sebuah kasus amnesia retrogradis yang berat.
Seorang aktivis lingkungan berusia 22 tahun terlempar dari motornya Agustus 1933. Seminggu setelah
kecelakaan, pria muda ini masih sanggup ber cakap-cakap dengan penuh perasaan. Tampaknya dia
sudah sembuh. Namun setelah itu, dengan cepat menjadi tampak jelas kalau dia telah mengalami ke-
hilangan ingatan yang cukup berat mengenai peris- tiwa-peristiwa yang terjadi sebelum trauma. Ketika
ditanya, ditemukan bahwa dia menganggap sekarang itu adalah Februari 1922. Dia yakin dirinya masih
siswa SD. Dia tidak memiliki kenangan apa pun tentang tahun-tahun sesudahnya. Beberapa minggu
kemudian, memorinya tentang kejadian-kejadian di masa lalu setelah usia SD-nya mulai kembali secara
bertahap. Sepuluh minggu setelah kecelakaan, memorinya sudah pulih untuk sebagian besar kejadi an di
tahun-tahun berikutnya. Akhirnya, dia sanggup mengingat kembali apa pun yang terjadi sampai
beberapa menit sebelum kecelakaan. Di dalam amnesia retrogradis, memori-memori yang kembali
biasanya mulai dari masa yang agak jauh ke belakang. Kemudian secara bertahap memori-memori
tersebut bergerak maju sampai ke waktu terjadinya trauma, Namun begitu, kejadian-kejadian tepat
sebelum trauma biasanya sering kali tidak teringat.

Jenis amnesia yang lain adalah amnesia yang kita pernah mengalaminya. Amnesia infantil, disebut
demikian, karena ketidakmampuan mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi saat kita masih
kecil dulu (Spear, 1979). Umumnya kita dapat mengingat sedikit saja bahkan tidak sama sekali apa yang
sudah terjadi sebelum usia 5 tahunan. Sangat jarang kita bisa mengingat banyak memori sebelum usia 3
tahun. Memori yang bisa diakses kanak-kanak biasanya berkaitan dengan peristiwa tertentu yang

sangat penting seperti kelahiran adik kematian orang tua (Fivush & Hamond, 1991). Beberapa orang
dewasa yang diteliti bisa mengingat keramahan orang tua atau kelahiran adik hanya sejauh sampai
ketika mereka berusia 2 tahun. Kematian orang tua bana bisa diingat kembali hanya ketika anak sudah
injak usia 3 tahun (Usher & Neisser, 1993). meng

Keakuratan memori anak telah menjadi topa penelitian yang hangat dewasa ini. Faktanya, banyak
psikolog menyatakan bahwa keakuratan rekoleksi anak-anak terhadap peristiwa harus dipertanyakan
bahkan tidak lama setelah peristiwa tersebut terjad (contoh, Ceci & Bruck, 1993). Memori secara khusus
dicurigai jika anak-anak terbukti menutupi atau me lebih-lebihkan materi yang diingat. (Tidak bisa diper
cayainya memori kita mengenai peristiwa akan d bahas secara lebih utuh di bab berikutnya.)

Salah satu kasus amnesia yang paling terkenal adalah kasus HM (Scoville & Milner, 1957). HM menjalani
bedah otak untuk menyelamatkannya dari serangan epilepsi berkelanjutan yang sering kambuh Operasi
dilakukan pada 1 September 1953. Operas itu sendiri adalah sebuah eksperimen, jadi hasil-hasil nya
tidak bisa ditebak sama sekali. Saat menjalani operasi ini, HM berusia 29 tahun dan memilik tingkat
kecerdasan di atas rata-rata. Setelah menjalani operasi, pemulihan kesehatannya tidak bermasalah
kecuali satu persoalan yang mengganjal. Dia men derita amnesia anterogradis berat, yaitu ketidak
mampuan mengingat kejadian-kejadian yang muncul setelah peristiwa traumatik (operasi). Yang dapat
diingat hanya kejadian sebelum operasi, meski tidak dengan sempurna. Hilangnya kemampuan memori
HM ini sangat mengganggu hidupnya. D suatu kejadian, dia melontarkan sebuah pengakua "Setiap hari
adalah hari yang baru, apa pun kegem biraan yang sudah saya alami, dan apa pun kesedihan yang sudah
saya rasakan kemarinnya" (Milne Corkin & Teuber, 1968, hlm. 217). Tampaknya, kehilangan kemampuan
untuk mengingat-kembal memori baru apa pun setelah menjalani operas Akibatnya, dia selalu hidup
dalam kekinian abadi HM

Amnesia dan Pemilahan Memori Eksplisit-Implisit

Para psikolog peneliti mempelajari pasien-pasir amnesia sebagian untuk memperoleh pengertian
tentang fungsi memori secara umum. Salah satu p ngertian umum yang diperoleh dengan mempel

korban-korban amnesia adalah menyoroti perbedaan antara memori-eksplisit dan memori-implisit.


Memori-eksplisit biasanya mengalami kerusakan di dalam amnesia. Memori-implisit, seperti efek-efek
petandaan bagi tugas-tugas melengkapi-kata dan memori-prosedural bagi tugas-tugas berbasis-ke
mampuan, biasanya tidak rusak. Tampaknya dua jenis kemampuan perlu dibedakan di sini yang per-
tama adalah kemampuan untuk merefleksikan secara sadar pengetahuan sebelumnya, yang dibutuhkan
bagi tugas-tugas yang melibatkan memori-eksplisit dari pengetahuan-deklaratif. Yang kedua adalah ke
mampuan untuk membuktikan pembelajaran yang diingat dengan suatu cara yang tampaknya berjalan
otomatis, tanpa rekoleksi sadar terhadap pembelajar- an (Baddeley, 1989).

Korban-korban amnesia menunjukkan performa yang sangat buruk bagi sebagian besar tugas-tugas
memori-eksplisit. Namun, mereka bisa menunjukkan performa yang normal atau hampir normal pada
tugas-tugas memori-implisit seperti menyelesaikan tugas mengingat berdasarkan petunjuk tertentu
(Warrington & Weiskrantz, 1970) dan tugas meleng- kapi-kata (Baddeley, 1989). Yang terjadi pada tugas
melengkapi-kata adalah sebagai berikut. Ketika pen- derita amnesia ditanya apakah mereka pernah me-
lihat sebelumnya kata baru yang saya ingin mereka tela dak be arjalengkapi, mereka menjawab bisa
mengingat peng- yaalaman khusus melihat kata tersebut (Graf, Mandler & Haden, 1982; Tulving,
Schachter & Stark, 1982). Namun begitu, pasien-pasien amnesia ini tidak bisa mengenali secara eksplisit
kata-kata yang sudah mereka lihat tadi dalam tingkatan di atas kebetulan. Meskipun pemilahan antara
memori-implisit dan memori-eksplisit sudah banyak diamati pada pen- derita amnesia, namun baik
partisipan amnesia maupun normal menunjukkan kemampuan me mori-implisit yang setara.

mer, 1
Sat

dan a

kejata

ya k

Tamp

Selain itu, korban-korban amnesia juga menun jukkan performa yang paradoks di bidang lain. Berikut ini
dua jenis tugas yang diberikan pada mereka. Tugas-tugas pengetahuan-prosedural melibat- kan
mengetahui bagaimana', seperti bagaimana cara mengendarai sepeda. Sedangkan tugas-tugas
pengetahuan-deklaratif berisi tentang 'mengetahui hagaimana, seperti menyerap informasi faktual dari
suatu buku teks psikologi. Di satu sisi, pasien amnesia bisa melakukan tugas-tugas memori tradisional
dengan sangat buruk karena

memerlukan pengingatan atau pengenalan kembali memori tentang pengetahuan-deklaratif. Di sisi lain,
mereka dapat menunjukkan perbaikan di dalam per forma yang dihasilkan dari pembelajaran -yaitu
praktik yang diingat ketika terlibat di dalam tugas tugas yang memerlukan pengetahuan prosedural.
Tugas-tugas ini mencakup menyusun puzle, belajar membaca tulisan yang terbalik atau menguasai ke
mampuan-kemampuan motorik (Baddeley, 1989).

Amnesia dan Neuropsikologi

Berbagai studi terhadap penderita amnesia telah memberitahu kita banyak hal tentang jalan tempat
memori bergantung kepada pemfungsian efektif struktur-struktur khusus otak. Dengan mencari
kesesuaian di antara lesi-lesi khusus di dalam otak dan penurunan-penurunan tertentu dari fungsinya,
para peneliti mulai mengerti bagaimana cara memori normal berfungsi. Oleh karena itu, ketika mem
pelajari berbagai jenis proses kognitif di dalam otak, para neuropsikolog sering kali mencari disosiasi
disosiasi fungsi. Di dalam disosiasi, individu normal menunjukkan hadirnya fungsi tertentu di dalam
memori-eksplisit sedangkan individu dengan lesi otak tidak. Namun, individu dengan lesi otak
menunjukkan fungsi di wilayah lain, yaitu memori implisit, tetap normal.
Dengan mengamati individu-individu dengan fungsi memori yang terganggu, kita tahu bahwa ingatan
mudah menguap. Hal ini bisa disebabkan oleh sebuah benturan pada kepala, gangguan di dalam
kesadaran, atau sejumlah lesi atau penyakit lain di otak. Namun, kita tidak bisa menentukan hubungan
sebab-akibat yang spesifik antara lesi struktural tertentu dan penurunan memori tertentu. Fakta bahwa
struktur atau wilayah tertentu dikaitkan dengan gangguan fungsi ini tidak berarti hanya wila yah itu yang
bertanggung jawab bagi pengontrolan fungsi tersebut. Sebaliknya, fungsi itu didukung oleh beragam
struktur atau wilayah. Sebuah analogi fisio logis yang luas bisa membantu kita menjelaskan ke sulitan
dari penentuan lokalisasi yang diperoleh dari pengamatan terhadap penurunan kemampuan memori ini.
Pemfungsian normal salah satu bagian otak-sistem pengaktifan retikularis (RAS)- sangat esensial bagi
kehidupan. Namun, hidup bergantung kepada lebih dari sekadar berfungsinya otak. Jika Anda
meragukan pentingnya struktur-struktur lain,

174

Psikologi Kognitif

cobalah periksa pasien yang menderita penyakit jantung atau saluran pencernaan. Jadi meskipun RAS
sangat esensial bagi hidup, kematian seseorang bisa jadi merupakan akibat dari malfungsi di dalam struk
tur-struktur tubuh yang lain. Pelacakan disfungsi di dalam otak di bagian struktur atau wilayah tertentu
juga menunjukkan persoalan yang sama.

Terhadap observasi disosiasi-disosiasi yang seder hana, banyak hipotesis alternatif berusaha menjelas
kan kaitan antara lesi tertentu dan penurunan fungsi tertentu. Dukungan terbesar bagi hipotesis fungsi
fungsi kognitif berasal dari pengamatan terhadap disosiasi-rangkap (double dissociatons). Pada disosiasi-
rangkap, individu dengan jenis-jenis kondisi neuro patologis yang berbeda menunjukkan pola-pola pe-
nurunan yang berkebalikan. Bagi sejumlah fungsi dan sejumlah wilayah otak, neuropsikolog telah ber
usaha mengamati kehadiran dari disosiasi-rangkap ini. Contoh, beberapa bukti yang membedakan
memori jangka-pendek dari memori jangka-panjang berasal dari pengamatan tentang disosiasi-rangkap
ini (Schachter, 1989b). Individu-individu dengan lesi di lobus parietalis kiri menunjukkan
ketidakmampuan menyimpan informasi di dalam memori jangka pendek. Namun, mereka tidak
menunjukkan ke- rusakan pada memori jangka-panjangnya. Mereka masih dapat mengodekan,
menyimpan dan menge- informasi dari memori jangka-panjang, bahkan tampaknya tidak mengalami
kesulitan (Shallice & Warrington, 1970; Warrington & Shallice, 1972). Sementara itu, individu-individu
dengan lesi di wilayah temporal medialis otak menunjukkan memori jangka-pendek yang relatif normal
mengenai materi-materi verbal seperti huruf dan kata. Namun, mereka menunjukkan ketidakmampuan
serius untuk menyimpan materi-materi verbal baru di dalam memori jangka-panjang (Milner, Corkin &
Teuber, 1968; Shallice, 1979; Warrington, 1982).
Disosiasi-rangkap menawarkan dukungan yang kuat terhadap konsep bahwa struktur-struktur ter tentu
pada otak memainkan peranan vital tertentu di dalam memori (Squire, 1987). Gangguan-ganggu- an
atau lesi-lesi di wilayah-wilayah ini menyebabkan penurunan besar di dalam pembentukan memori.
Namun, kita tidak

Penyakit Alzheimer

Meskipun amnesia adalah sindrom yang kebanyakan berkaitan dengan hilangnya memori, namun
amnesia sering tidak begitu merusak ketimbang penyakit yang mencakup hilangnya memori sebagai
salah satu simtomnya. Penyakit Alzheimer adalah hilangnya fungsi intelektual yang cukup berat untuk
menggang gu hidup sehari-hari seseorang. Hilangnya memon di dalam penyakit Alzheimer bisa dilihat
dari per bandingan pemindaian otak individu yang menderita Alzheimer dan tidak. Perhatikan Gambar
5.7, bahwa ketika penyakit ini menyebar, terjadi penurunan aktivitas kognitif di wilayah-wilayah otak
yang ber

Penyakit ini diidentifikasi pertama kali oleh Alos Alzheimer pada 1907. Biasanya penyakit Alzheime
terkenal dengan hilangnya fungsi intelektual dalam hidup sehari-hari. Namun, diagnosis yang paling past
baru bisa dilakukan hanya setelah si pasien meninggal Otak individu yang menderita penyakit ini menu
jukkan sejumlah lipatan dan gumpalan yang tidal ditemukan pada otak normal. Lipatan adalah kumpu an
padat yang ditemukan di luar sel saraf otal Mereka adalah struktur-struktur sferik dengan in padat
protein amyloid-a (Kensinger & Corkin, 2008 Lipatan adalah pasangan-pasangan filamen yan saling
berjalinan satu sama lain. Mereka ditemuk di dalam sel tubuh dan dendrit-dendrit neuro neuron dan
sering kali berbentuk seperti nyala a (Kensinger & Corkin, 2003). Penyakit Alzheimerd diagnosis ketika
memori mengalami kerusakan, min mal terjadi disfungsi di wilayah bahasa, mote

176 Psikologi Kognitif

memori-semantik juga mulai terganggu. Jika mereka yang tidak terserang penyakit ini cenderung meng-
ingat informasi yang dimasukkan secara emosi lebih baik ketimbang informasi yang dimasukkan secara
emosi, berarti pasien Alzheimer tidak menun jukkan perbedaan dalam kedua jenis ingatan tersebut
(Kensinger dkk., 2002). Sebagian besar memori non deklaratif masih bisa bertahan di dalam penyakit
Alzheimer sampai di penghujung usia penyakit itu. Akhir dari semua itu adalah kematian kecuali indi-
vidu meninggal lebih dulu karena sebab-sebab lain.

Peran Hipokampus dan Struktur-struktur


Lain

Di bagian otak manakah memori disimpan, dan apakah struktur dan wilayah otak yang terlibat di dalam
proses-proses memori, seperti pengodean dan penyimpanan? Kebanyakan riset awal untuk me
lokalisasikan memori tidak berguna. Contoh, setelah menelaah ratusan eksperimen, neuropsikolog
terkenal, Karl Lashley, akhirnya menyatakan kalau dia tidak bisa menemukan lokasi spesifik di dalam
otak bagi proses-proses memori tertentu. Beberapa dekade sejak pernyataan Lashley itu, para psikolog
sudah mampu melokasikan banyak struktur otak yang terlibat di dalam kerja memori. Contoh, mereka
akhirnya mengetahui peran penting hipokampus dan struktur-struktur lain di sekitarnya. Namun penge
tahuan kita mengenai struktur fisiologis mungkin tidak akan menjadi seperti sekarang jika saja kita tidak
menelusuri lokalisasi otak yang sulit dipahami Lashley berfungsi mendukung kerja ide, pikiran atau
kejadian spesifik dalam memori. Bahkan, temuan temuan Penfield yang mengaitkan stimulasi listrik dan
memori-episodik peristiwa-peristiwa masih terus diselidiki lagi sampai sekarang.

Beberapa studi menunjukkan dukungan, meski hanya berupa pendahuluan, bagi temuan-temuan yang
terkait dengan struktur-struktur yang tampak nya terlibat di berbagai aspek memori. Pertama, sifat sifat
cerapan-indra spesifik dari pengalaman tertentu tampaknya bisa diorganisasikan di sepanjang wilayah
yang beragam dari kulit otak (Squire, 1986). Contoh, sifat-sifat visual, spasial dan bau dari sebuah peng
alaman bisa disimpan dengan cara yang berbeda di setiap wilayah kulit otak yang bertanggung jawab
bagi pemrosesan setiap tipe cerapan-indra tersebut. Oleh karena itu, kulit otak tampaknya berperan

penting bagi memori sebagai tempat simpanan jangka-panjang informasi (Zola & Squire, 2000; Zo
Morgan & Squire, 1990). Selain itu, hipokampus dan beberapa struktu

otak yang terkait di sekitarnya tampaknya penting bagi kerja memori-eksplisit mengenai pengalaman
dan informasi deklaratif lainnya. Hipokampu tampaknya juga memainkan peranan penting bag
pengodean informasi deklaratif (Squire & Zola Morgan, 1991; Thompson, 2000; Thompson & Krup 1994;
Zola-Morgan & Squire, 1990). Fungsi utama hipokampus, tampaknya, adalah pengintegrasian dan
pengonsolidasian informasi indra yang terpisah, pisah (Moscovitch, 2003). Yang paling penting, hip
kampus terlibat di dalam pentransferan informasi sintesis baru ke dalam struktur-struktur jangka
panjang yang mendukung pengetahuan-deklaratit Mungkin transfer itu menyediakan cara-cara me
nyimpan informasi referensi-silang di bagian-bagian otak yang berbeda (Reber, Knowlton & Squire,
199% Squire, 1986; Squire, Cohen & Nadel, 1984). Selam itu, hipokampus memainkan peran krusial di
dalam proses pembelajaran yang kompleks (McCormick & Thompson, 1984). Amigdala tampaknya juga
ber peran penting di dalam pengonsolidasian memor khususnya ketika pengalaman emosional terlibat
(Cahill dkk., 1995; Cahill & McGaugh, 1996; Ledoux 1996; McGaugh, 1999; Packard, Cahill & McGaugh
1994; McGaugh, Cahill & Roozendaal, 1996).
Dari sudut pandang evolusi, struktur-struktur otak di atas (utamanya kulit otak dan hipokampus)
merupakan perkembangan yang relatif baru. Memori-deklaratif juga bisa dianggap sebaga fenomena
yang relatif baru. Pada waktu yang sama struktur-struktur memori lain juga bertanggung jawab bagi
bentuk-bentuk non-deklaratif memor Contoh, ganglia basalis tampaknya menjadi struktur utama bagi
pengontrolan pengetahuan prosedural (Mishkin & Petri, 1984). Namun mereka tidak terlibat di dalam
pengontrolan efek petandaan (Heindel Butters & Salmon, 1988), karena efek ini dipengaru juga oleh
beberapa jenis memori yang lain sepert respons-respons yang dikondisikan secara klasik d kontribusi
terhadap sebagian besar tugas-tuga kognitif umum (Cabeza & Nyberg, 1997; Thompson 1987). Oleh
karena itu, beragam bentuk memori no deklaratif tampaknya mengandalkan perbeda

yang digunakan saat ini adalah Aricept. Setelah bukti- bukti riset dipadukan, Fischman (2004)
menyatakan bahwa paling baik Aricept hanya bisa melambatkan progresi penyakit itu, tidak
membalikkannya. Obat yang lebih baru, memantin (dijual dengan nama Namenda), dapat melengkapi
Aricept dan melambat- kan progresi penyakit lebih efektif. Dua obat ini memiliki mekanisme yang
berbeda. Aricept me lambatkan perusakan neurotransmiter asetilkolin di dalam otak, sedangkan
memantin menghambat zat kimia yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak sehingga
menghindarkan pasien dari percepatan ke rusakan sel dan kematian (Fischmen, 2004).

Serangan mematikan penyakit Alzheimer me ningkat seiring pertambahan usia (Kensinger & Corkin,
2003). Serangan pada usia 70-75 tahun kira- kira 1% per tahun. Namun, di antara usia 80-85 tahun,
serangannya meningkat lebih dari 6% per tahun. Pada usia 70 tahun, 30-50% para lansia menunjukkan

simtom Alzheimer, dan setelah usia 80 tahun, persentasenya lebih dari 50%.

Salah satu jenis tertentu penyakit Alzheimer di sebut Alzheimer genetik, atau Alzheimer dini. Jenis ini
berkaitan erat dengan mutasi genetik. Individu dengan mutasi genetik selalu mengembangkan pe nyakit
ini setiap saat. Oleh karena itu, simtom Alzheimer bisa muncul lebih dini, bahkan sebelum usia 50 tahun,
dan terkadang lebih muda lagi, sekitar 20 tahunan (Kensinger & Corkin, 2003). Alzheimer normal,
sebaliknya, muncul sebagai akibat dari jalin an kompleks pengaruh-pengaruh genetik dan ling kungan,
meski tak satu pun dari unsur tersebut yang dominan.

Tanda-tanda awal penyakit Alzheimer biasanya berupa kerusakan pada memori-episodik. Pasien
mengalami gangguan untuk mengingat item-item yang sudah dipelajari dalam konteks ruang maupun
waktu. Ketika penyakit ini mengalami progres,

Dari pemahaman-pemahaman awal terkait struktur-struktur memori di tingkatan-makro ini, kita mulai
memahami tingkatan-mikro struktur memori. Contoh, kita tahu bahwa stimulasi berulang- ulang
terhadap jalan saraf tertentu cenderung me- nguatkan kemungkinan pengapiannya. Khususnya, di
dalam sinapsis tertentu, terdapat perubahan-per- ubahan fisiologis di dalam dendrit-dendrit neuron
penerima. Perubahan-perubahan ini menjadikan sel saraf sanggup meraih ambang batas pengapiannya.

Kita juga tahu kalau sejumlah neurotransmiter mengganggu simpanan memori, sedangkan neuro
transmiter yang lain mengembangkan simpanan memori. Baik serotonin maupun asetilkolin tampak-
nya meningkatkan transmisi neuron yang berkaitan dengan memori. Norepifreprin juga turut bekerja di
dalamnya. Konsentrasi tingkat tinggi asetilkolin di temukan di dalam hipokampus orang normal (Squire,
1987), namun pada penderita Alzheimer, konsentrasi asetilkolinnya rendah. Faktanya, penderita
Alzheimer memang menunjukkan hilangnya banyak jaringan otak yang memproduksi asetilkolin.

Tes-tes memori bisa diberikan untuk menilai apakah seorang individu terserang penyakit Alzheimer atau
tidak. Namun, diagnosis yang pasti hanya bisa dilakukan lewat analisis jaringan otak yang, seperti sudah
disebutkan sebelumnya, menunjukkan tiwa tersebut. gumpalan dan lipatan tidak normal. Di sebuah tes,
individu melihat selembar kertas yang mengandung empat kata (Buschke dkk., 1999). Setiap kata
melekat pada kategori yang berbeda. Penguji menyebutkan nama kategori salah satu kata. Partisipan
harus me- nyebutkan kata yang lain dengan tepat. Contoh, jika kategorinya hewan, individu harus
menunjuk gambar sapi. Beberapa menit setelah kata-kata disaji kan, individu diminta mengingat kembali
semua kata-kata yang sudah dilihat. Jika mereka tidak bisa mengingat satu kata pun, maka mereka
diberitahu kategori tempat kata itu melekat. Beberapa individu tidak bisa mengingat kata-kata, bahkan
meski sudah dibantu dengan petunjuk kategorinya. Skor pasien Alzheimer sangat buruk di dalam tes ini
ketimbang individu normal.

Para peneliti sanggup melacak lebih baik pe nyebab bentuk disfungsi memori yang lain. Namun kan
defisit yang tidak bisa dihindari ini. Pengonsum- kanda tidak menemukan cara untuk menghilang sian
alkohol terbukti sanggup menghalangi aktivitas serotonin. Dia tampaknya bisa merusak

bisa merusak pembentuk

an memori (Weingartner dkk., 1983). Faktanya, ke canduan alkohol yang berat atau lama bisa mengarah
pada sindrom Korsakoff, salah satu bentuk paling merusak dari amnesia anterogradis. Sindrom ini sering
kali disertai oleh minimal sejumlah amnesia retrogradis (Parkin, 1991; Shimamura & Squire, 1986).
Sindrom Korsakoff sudah dikaitkan dengan kerusakan pada diensefalon otak (wilayah yang terdiri atas
talamus dan hipotalamus) (Jernigan dkk., 1991; Langlais, Mandel & Mair, 1992). Sindrom ini juga
berkaitan dengan disfungsi atau kerusakan di wilayah lain (Jacobson & Lishman, 1990), seperti dalam
lobus frontalis (Parsons & Nixon, 1993; Squire, 1982) dan lobus temporalis (Blansjaar dkk, 1992) dari
kulit otak.
Faktor-faktor fisiologis lain juga memengaruhi fungsi memori. Beberapa hormon alamiah juga men
stimulasikan peningkatan ketersediaan glukosa di dalam otak yang meningkatkan fungsi memori.
Hormon-hormon ini sering diasosiasikan dengan peristiwa-peristiwa yang membangkitkan derajat emosi
tinggi. Contoh peristiwa ini adalah trauma, pen capaian, pengalaman pertama kali (seperti ciuman
pertama yang mendebarkan), krisis, atau momen momen puncak lainnya (seperti mengambil keputus an
besar). Hormon-hormon ini berperan penting dalam kemampuan kita mengingat peristiwa-peris

Amigdala sering dikaitkan dengan peristiwa peristiwa yang berkaitan dengan emosi, sehingga per
tanyaan alamiah yang harus adalah, di dalam tugas-tugas mengingat, adakah keterlibatan amigdala di
dalam memori bagi kejadian-kejadian yang kental nuansa emosinya. Di dalam sebuah studi, partisipan
melihat dua presentasi video di dua hari yang berbeda (Cahill dkk., 1996). Setiap presentasi melibatkan
duabelas kisah, separuhnya memiliki kandungan emosi yang relatif tinggi, dan separuh yang lain relatif
tidak melibatkan kandungan emosi sedikit pun. Ketika partisipan melihat kisah-kisah di video itu,
aktivitas otaknya dipindai lewat teknik PET (Bab 2). Setelah jeda waktu 3 minggu, partisipan kembali ke
laboratorium dan diminta menceritakan kembali kisah-kisah tersebut. Saat mengingat kisah kisah yang
berkadar emosi relatif tinggi, jumlah aktivasi di amigdala meningkat seiring dengan upaya mengingat-
kembali kisah-kisah tersebut, sedangkan bagi kisah-kisah yang relatif tidak bermuatan emosi, tidak ada
aktivasi amigdala saat partisipan berusaha Pola hasil-hasil temuan ini.

Anda mungkin juga menyukai