TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Embodied cognition merupakan teori yang mengatakan apakah manusia atau
lainnya, dibentuk oleh aspek dari seluruh tubuh organisme. kognisi termasuk
konstruksi mental tingkat tinggi (seperti konsep dan kategori) dan kinerja pada
berbagai tugas kognitif (seperti penalaran atau penilaian). Aspek tubuh termasuk
sistem motorik, sistem perseptual, interaksi tubuh dengan lingkungan (situatedness)
dan asumsi tentang dunia yang dibangun ke dalam struktur organisme.
Apakah otak kita bertanggung jawab untuk pikiran kita? Bagaimana dengan
tubuh kita? Mungkinkah pikiran dan perilaku berasal dari suatu tempat selain otak
kita? Psikolog yang mempelajari kognisi yang diwujudkan mengajukan pertanyaan
serupa. Teori kognisi yang diwujudkan menunjukkan bahwa tubuh kita juga
bertanggung jawab untuk berpikir atau memecahkan masalah.
2.5 Ingatan
Sebuah penelitian yang meneliti ingatan dan embodied cognition
menggambarkan bahwa orang-orang lebih mengingat inti dari sebuah cerita ketika
mereka secara fisik memerankannya. Peneliti membagi peserta perempuan secara
acak ke dalam 5 kelompok, yaitu "Hanya Baca," "Menulis," "Diskusi Kolaboratif,"
"Diskusi Independen," dan "Improvisasi." Semua peserta menerima monolog tentang
6
kecanduan remaja dan diberitahu untuk memperhatikan detail tentang karakter dan
tindakan dalam monolog. Para peserta diberi waktu 5 menit untuk membaca
monolog dua kali, tidak mengetahui tes penarikan di masa depan. Dalam kondisi
"Hanya Baca", peserta mengisi kuesioner yang tidak terkait setelah membaca
monolog. Dalam kondisi "Penulisan", peserta menanggapi 5 pertanyaan tentang
cerita dari perspektif karakter dalam monolog. Mereka memiliki 6 menit untuk
menjawab setiap pertanyaan. Dalam kondisi "Diskusi Kolaboratif", peserta
menanggapi dari perspektif karakter ke pertanyaan yang sama dengan kelompok
"Menulis", tetapi dalam kelompok 4 atau 5 wanita. Mereka juga diberikan 6 menit
per pertanyaan dan semua orang berpartisipasi dalam menjawab setiap pertanyaan.
Kondisi "Diskusi Independen" sama dengan "Diskusi Kolaboratif," kecuali 1 orang
menjawab setiap pertanyaan. Dalam kondisi "Perbaikan" peserta melakukan 5
adegan dari monolog dalam kelompok 5 wanita.
Para peneliti menyarankan bahwa kondisi ini melibatkan kognisi yang
terwujud dan akan menghasilkan memori yang lebih baik untuk monolog. Setiap
peserta memainkan karakter utama dan karakter pendukung satu kali. Peserta diberi
petunjuk singkat dari garis di monolog, yang dikeluarkan dari tes memori. Peserta
memiliki 2 menit untuk memilih karakter dan 4 menit untuk improvisasi. Tes recall
adalah monolog dengan 96 kata atau frasa yang hilang. Para peserta harus mengisi
bagian yang kosong seakurat mungkin.
Peneliti memberikan tes recall kepada kelompok yang tidak membaca
monolog. Mereka mendapat nilai lebih rendah dari kelompok lain, yang
mengindikasikan bahwa menebak itu tidak mudah. [36] Dalam pengkodean jawaban
untuk tes recall, kata-kata yang tepat diberi label "Verbatim", dan konten yang benar
tetapi kata-kata bervariasi diberi label "Gist". Kombinasi "Verbatim" dan "Gist"
disebut "Total Memory." Kelompok "Improvisasi" memiliki lebih banyak memori
"inti" daripada kelompok lain dan memiliki lebih banyak "Memori Total" daripada
kedua kelompok diskusi. Hasilnya sesuai hipotesis peneliti bahwa kelompok
"Improvisasi" akan mengingat lebih banyak karena mereka secara aktif melatih
informasi dari monolog. Meskipun kelompok-kelompok lain juga secara rumit
menyandikan informasi, kelompok "Improvisasi" ingat secara signifikan lebih dari
7
kelompok diskusi dan sedikit lebih daripada kelompok "Hanya Baca" dan
"Penulisan". Cukup mengalami monolog dengan cara yang aktif membantu
mengingat "Gist." Tidak ada perbedaan antar kelompok untuk memori "Verbatim",
yang mereka sarankan bisa memakan waktu lebih lama daripada waktu yang terbatas
selama percobaan untuk berkembang.
10