Anda di halaman 1dari 24

Struktur Aljabar

Grup Permutasi Finite


(Buku Linda Gilbert Elements of Modern Algebra bagian 4.1 halaman 191)

Nama : Muhammad Zia Alghar


NIM : 200108220005
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Definisi Permutasi
“Permutasi dari sebuah himpunan A adalah fungsi dari A ke A yang berkorespondensi
satu-satu dan onto”.

“Grup permutasi adalah himpunan permutasi dari A yang membentuk grup dibawah
operasi komposisi.”

Misalkan 𝐴 adalah sebuah himpunan yang dibatasi 𝑛 elemen


𝐴 = 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 .

Permutasi 𝑓 pada 𝐴 ditentukan dengan pilihan-pilihan untuk nilai 𝑛


𝑓 𝑎1 , 𝑓 𝑎2 , … , 𝑓(𝑎𝑛 )

Terdapat 𝑛 pilihan untuk 𝑓(𝑎1 ), kemudian 𝑛 − 1 pilihan dari 𝑓(𝑎2 ), kemudian 𝑛 − 2


pilihan untuk 𝑓(𝑎3 ) dan begitu seterusnya. Sehingga terdapat 𝑛! cara dimana 𝑓 bisa
terdefinisi. Setiap elemen 𝑓 di 𝑆(𝐴) dapat dipresentasikan dengan sebuah matriks

𝑎1 𝑎2 … 𝑎𝑛
𝑓 = 𝑓(𝑎 ) 𝑓(𝑎 ) … 𝑓(𝑎 )
1 2 𝑛
Setiap permutasi 𝑓 di 𝐴 dapat dibentuk sebagai korespodensi pada sebuah
permutasi 𝑓′ di 𝐵 = *1, 2, … , 𝑛+ dengan mengganti 𝑎𝑘 dengan 𝑘 untuk 𝑘 =
1, 2, … , 𝑛:

1 2 … 𝑛
𝑓′ =
𝑓′(1) 𝑓′(2) … 𝑓′(𝑛)

Pemetaan 𝑓 → 𝑓′ adalah sebuah isomorfisme dari 𝑆(𝐴) menuju 𝑆(𝐵),

Kita akan misalkan sebuah permutasi pada sebuah himpunan yang terdiri dari 𝑛
element sebagaimana yang ditulis pada himpunan 𝐵 = *1, 2, … , 𝑛+.

Grup 𝑆 𝐵 dikenal sebagai grup simetri pada 𝑛 element, dan dinotasikan dengan 𝑆𝑛 .
Contoh

Contoh 1:

Kita daftarkan sebuah permutasi 𝑎 pada himpunan yang anggotanya 1,2,3,4


dengan menetapkan 𝑎 1 = 2, 𝑎 2 = 3, 𝑎 3 = 1, dan 𝑎 4 = 4

Dapat dituliskan permutasi 𝑎 dengan membentuk matriks barisan sebagai berikut

1 2 3 4
𝑎=
𝑎 1 𝑎 2 𝑎 3 𝑎 4

1 2 3 4
𝑎=
2 3 1 4

Permutasi ini dapat dinotasikan dengan cycle, yaitu (1, 2, 3)(4)


Contoh

Sebuah ilustrasi dari reperentasi pada matriks

1 2 3 4 5
𝑓=
3 5 1 4 2

Mengindikasikan bahwa 𝑓 adalah sebuah elemen dari 𝑆5 dan bahwa


𝑓 1 = 3, 𝑓 2 = 5, 𝑓 3 = 1, 𝑓 4 = 4, dan 𝑓 5 = 2.

Jika dituliskan dalam notasi cycle menjadi (1, 3)(2, 5)(4)


Definisi Sikel (Cycle)
Sebuah element 𝑓 pada 𝑆𝑛 adalah sebuah sikel jika terdapat sebuah himpunan
*𝑖1 , 𝑖2 , … , 𝑖𝑟 + pada bilangan bulat yang berbeda sedemikian sehingga

𝑓(𝑖1 ) = 𝑖2 , . 𝑓 𝑖2 = 𝑖3 , … , . 𝑓(𝑖𝑟;1 ) = 𝑖𝑟 , . 𝑓(𝑖𝑟 ) = 𝑖1 ,

dan 𝑓 membiarkan semua elemen lainnya tetap.

𝑖1 𝑖2 … 𝑖𝑟
𝑓=
𝑓 𝑖1 𝑖3 … 𝑖1

Berdasarkan definisi 𝑓 memetakan elemen-elemen tersebut berdasarkan pola dari


sikel dan 𝑓 membiarkan elemen lainnya tetap.

𝒊𝟏 → 𝒊𝟐 → 𝒊𝟑 → ⋯ → 𝒊𝒓;𝟏 → 𝒊𝒓

Sebuah sikel dapat ditulis dalam bentuk

𝑓 = 𝑖1 , 𝑖2 , … , 𝑖𝑟 ,

Dapat dipahami bahwa 𝑓 𝑖𝑘 = 𝑖𝑘:1 untuk 1 ≤ 𝑘 < 𝑟, dan 𝑓 𝑖𝑟 = 𝑖1


Contoh
Permutasi
1 2 3 4 5 6 7
𝑓=
5 6 3 7 1 4 2

Dapat ditulis secara sederhana sebagai

𝑓 = (1, 5)(2, 6, 4, 7)(3)

Pernyataan (2, 6, 4, 7) tidak tunggal karena

𝑓 = 2, 6, 4, 7 , jika kita memulai dari 2


= 6, 4, 7, 2 , jika kita memulai dari 6
= 4, 7, 2, 6 , jika kita memulai dari 4
= (7, 2, 6, 4), jika kita memulai dari 7

Adapun sikel yang panjangnya 1 merupakan identitas, umumnya tidak ditulis


𝑓 2
𝑓 1 3

7 𝑓 𝑓
6
𝑓
𝑓
𝑓 5
4
Invers pada Sikel
Karena 𝑓 𝑖𝑘 = 𝑖𝑘:𝑖 , berarti 𝑓 ;1 (𝑖𝑘:1 ) = 𝑖𝑘 ,

Sehingga invers pada sikel hanya perlu membalikkan pola urutan dari sikel.

Misalkan

𝑓 = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 ,
Maka inversnya
𝑓 ;1 = 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1

Bisa ditulis juga


𝑓 ;1 = 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2
Contoh
Permutasi
1 2 3 4 5 6 7
𝑓=
5 6 3 7 1 4 2

Dapat ditulis sebagai


𝑓 = 1, 5 2, 6, 4, 7 (3)

1 𝑓 2 3
𝑓

𝑓 𝑓 7
6
𝑓
𝑓
5 𝑓
4

Maka Inversnya
𝑓 ;1 = 5, 1 7, 4, 6, 2 (3)
1 𝑓 ;1 2 3
𝑓 ;1

𝑓 ;1 𝑓 ;1 6
7
𝑓 ;1

5 𝑓 ;1
𝑓 ;1
4
Sikel Saling Lepas (Disjoint)
Tidak semua elemen dari 𝑆𝑛 adalah sikel-sikel, tapi setiap permutasi dapat ditulis
sebagai sebuah hasil dari sikel yang saling lepas (disjoint).

1 2 3 4 5 6 7 8 9
𝑓=
3 8 2 6 7 4 9 1 5

Ketika kita menggunakan representasi yang sama dengan 𝑓(𝑘) ditulis di bawah 𝑘,
hasil dari penyusunan kembali tetap merepresentasikan 𝑓

1 3 2 8 4 6 5 7 9
𝑓=
3 2 8 1 6 4 7 9 5

Penataan ulang ini berdasarkan pola berikut:

1→3→2→8→1
4→6→4
5→7→9→5

Dengan demikian 1, 3, 2, dan 8 dipetakan pada pola yang berputar;


begitu pula 4 dan 6, serta 5, 7, dan 9.
Hal ini menyebabkan pemisahan dari elemen-elemen di *1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9+ ke
dalam subset disjoin 1, 3, 2, 8 , 4, 6 , dan *5, 7, 9+

Subset disjoin 1, 3, 2, 8 , 4, 6 , dan *5, 7, 9+ disebut sebagai orbit dari 𝑓.

Jika setiap orbit dari 𝑓, didefinisikan sebagai sikel yang jalurnya seperti orbit pada 𝑓,
maka:
𝑔1 = 1, 3, 2, 8
𝑔2 = 4, 6
𝑔3 = (5, 7, 9)

Perhatikan bahwa sikel-sikel yang dibentuk adalah disjoin, karena orbitnya disjoint juga.
Selain itu, apabila sikel-sikel itu saling berkomposisi, maka hasilnya adalah 𝑓

𝑓 = 𝑔1 𝑔2 𝑔3

(1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) = (1, 3, 2, 8)(4, 6)(5, 7, 9).

Sehingga sikel-sikel ini bersifat komut satu dengan lainnya karena elemen-elemennya
disjoint (saling asing)
integral power dari sebuah sikel 𝑓 adalah 𝑓 𝑚 yang memetakan setiap bilangan bulat
pada sikel secara onto sejauh 𝑚. Sebagai contoh pada 𝑆9 , jika
𝑓 = (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)

Maka 𝑓 2 memetakan setiap element secara onto kepada element yang lain
sepanjang dua tempat,
𝑓 2 = 1, 3, 5, 7, 9, 2, 4, 6, 8 .

Secara sama, 𝑓 3 memetakan setiap element secara onto sepajang tiga tempat, dan
seterusnya.
𝑓 3 = 1, 4, 7 2, 5, 8 3, 6, 9
𝑓 4 = (1, 5, 9, 4, 8, 3, 7, 2, 6)
𝑓 5 = (1, 6, 2, 7, 3, 8, 4, 9, 5)
𝑓 6 = (1,7, 4)(2,8,5)(3, 9, 6)
𝑓 7 = (1, 8, 6, 4, 2, 9, 7, 5, 3)
𝑓 8 = (1, 9, 8,7, 6, 5, 4, 3, 2)
𝑓 9 = (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
Sehingga pada 𝑓 9 akan memiliki sikel yang sama dengan 𝑓 (ordernya 9)

Kemudian kita mencatat bahwa order dari sebuah sikel-r (sebuah sikel dengan r
element) adalah r.
order dari sebuah sikel-r (sebuah sikel dengan r element) adalah r.

Sementara order dari sikel-sikel yang saling asing (disjoint) adalah dengan mencari
KPK dari masing-masing order pada sikel.

Contoh:
𝜌 = (1, 2, 3, 4)(5, 6, 7, 8, 9, 10)

Maka order dari 𝜌 adalah 12, yang merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari 4
dan 6.

Contoh:
𝜋 = (1, 2, 3, 5)(2, 3, 6, 1)

Karena sikel-sikelnya tidak saling asing (non disjoint), maka kita komposisikan
terlebih dahulu kedua sikelnya, sehingga

𝜋 = (1, 3, 6, 2, 5)

Sehingga 𝜋 adalah sikel-5, sehingga ordernya adalah 5


Sikel Tidak Saling Lepas (Not Disjoint)
Sikel-sikel yang tidak saling asing elemennya tidak akan komut, tetapi hasil (perkailan)
mereka didefinisikan menggunakan pemetaan fungsi komposisi.

Sebagai contoh, ambil 𝑓 = (1, 3, 2, 4) dan 𝑔 = (1, 7, 6, 2). Terdapat bilangan 1 dan 2
yang ada pada kedua sikel.
Maka
𝑓𝑔 = 1, 3, 2, 4 1, 7, 6, 2

= (1, 7, 6, 4)(2, 3)

Karena
𝑔 𝑓
1→ 7→ 7
𝑔 𝑓
7→ 6→ 6
𝑔 𝑓
6→ 2→ 4
𝑔 𝑓
4→ 4→ 1
𝑔 𝑓
2→ 1→ 3
𝑔 𝑓
3→ 3→ 2
𝑔 𝑓
5→ 5→ 5
Sikel Tidak Saling Lepas (Not Disjoint)
Perhitungan dari 𝑓𝑔 akan lebih mudah untuk diamati menggunakan diagram berikut:

𝑓𝑔 = 1, 3, 2, 4 1, 7, 6, 2

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
𝑓𝑔 =
3 4 2 1 5 6 7 7 1 3 4 5 2 6

1 2 3 4 5 6 7
=
7 3 2 1 5 4 6
= (1, 7, 6, 4)(2, 3)

Diagram serupa untuk 𝑔𝑓 dapat dilihat sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
𝑔𝑓 =
7 1 3 4 5 2 6 3 4 2 1 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7
=
3 4 1 7 5 2 6
= (1,3)(2, 4, 7, 6)

Dengan demikian 𝑔𝑓 ≠ 𝑓𝑔
Kita notasikan bahwa sebuah sikel seperti (5) tidak perlu ditulis.
Transposisi
Definisi:
Suatu sikel yang hanya terdiri dari dua elemen disebut transposisi.

Setiap permutasi dapat dituliskan sebagai sebuah hasil (perkalian) dari transposisi

dapat ditulis sebagai

𝑖1 , 𝑖2 , … , 𝑖𝑟 = 𝑖1 , 𝑖𝑟 𝑖1 , 𝑖𝑟;1 ⋯ (𝑖1 , 𝑖3 )(𝑖1 , 𝑖2 )


Sebagai contoh

1, 3, 2, 4 = 1, 4 (1, 2)(1, 3)
Transposisi
Perhatikan perhitungan 𝑓𝑔, dimana 𝑓 = (1, 3, 2, 4) dan 𝑔 = (1, 7, 6, 2).

Perhitungan ini dapat ditulis dalam bentuk transposisi sebagai berikut

1, 3, 2, 4 1, 7, 6, 2 = (1, 3)(1, 2)(1, 4)(1, 7)(1, 6)(1, 2)

Dan juga sebagai

1, 3, 2, 4 1, 7, 6, 2 = 1, 7, 6, 4 2, 3
= (1, 4)(1, 6)(1, 7)(2, 3)

Meskipun hasil pada transposisi adalah tidak tunggal, banyaknya dari transposisi yang
digunakan untuk sebuah permutasi tertentu juga selalu ganjil atau selalu genap.
Permutasi Ganjil Genap
Sebuah permutasi dapat dinyatakan sebagai sebuah hasil dari transposisi genap disebut
sebagai permutasi genap, dan sebuah permutasi dapat dinyatakan sebagai hasil
transposisi ganjil disebut permutasi ganjil.

Contoh
𝑓 = (1, 3, 2, 4) permutasi genap, transposisinya = (1, 3) (1, 2)(1, 4) adalah ganjil
𝑔 = (1, 7, 6, 2) permutasi genap, transposisinya = (1, 7)(1, 6)(1, 2) adalah ganjil

𝑓𝑔 = 1, 3, 2, 4 1, 7, 6, 2 = (1, 4)(1, 2)(1, 3)(1, 2)(1, 6)(1, 7) [genap]

Dan juga sebagai

𝑓𝑔 = 1, 3, 2, 4 1, 7, 6, 2 = 1, 7, 6, 4 2, 3
= (1, 4)(1, 6)(1, 7)(2, 3) [genap]

Hasil 𝑓𝑔 di ditulis sebagai sebuah hasil dari enam transposisi dan kemudian sebagai
sebuah hasil dari empat transposisi, dan 𝑓𝑔 adalah sebuah permutasi genap.
Permutasi Ganjil Genap
Faktorisasi dari sebuah sikel-r (𝑖1 , 𝑖2 , … , 𝑖𝑟 ) sebagai

𝑖1 , 𝑖2 … , 𝑖𝑟 = 𝑖1 , 𝑖𝑟 𝑖1 , 𝑖𝑟;1 ⋯ (𝑖1 , 𝑖3 )(𝑖1 , 𝑖2 )

menggunakan transposisi 𝑟 − 1.

Hal ini menunjukkan bahwa sebuah sikel-r adalah sebuah permutasi genap jika 𝑟
adalah ganjil, dan sebuah permutasi ganjil jika 𝑟 adalah genap.

Sementara dentitas adalah sebuah permutasi genap karena 𝑒 = (1,2)(1,2).

Hasil dari dua permutasi genap itu jelas sebuah permutasi genap. Karena setiap
permutasi dapat ditulis sebagai sebuah hasil dari sikel disjoin,

Karena inverse dari sebuah sikel-r adalah sikel-r, maka invers dari sebuah permutasi
genap adalah sebuah permutasi genap.

Hal ini menunjukkan himpunan 𝐴𝑛 dari semua permtuasi genap di 𝑆𝑛 adalah sebuah
subgrup dari 𝑆𝑛 . Ini disebut sebagai alternating group (grup pertukaran/ grup selang-
seling) dari elemen 𝑛
Konjugasi Elemen
Jika 𝑎 dan 𝑏 adalah elemen-elemen dari grup 𝐺, konjugasi dari 𝑎 oleh 𝑏 adalah
element dari 𝑏𝑎𝑏 ;1 . Kita katakana bahwa 𝑐 ∈ 𝐺 adalah sebuah konjugasi dari 𝑎 jika
dan hanya jika 𝑐 = 𝑏𝑎𝑏 ;1 untuk beberapa 𝑏 di 𝐺.

Jika 𝐺 adalah grup abelian, maka


𝑏𝑎𝑏 ;1 = 𝑏𝑏 ;1 𝑎 = 𝑒𝑎 = 𝑎 untuk semua 𝑏 ∈ 𝐺.
Konjugasi Elemen
Contohnya ika
𝑓 = (1, 3, 6, 9, 5)(2, 4, 7)
𝑔 = (1, 2, 8)(3, 6)(4, 5, 7)
Maka
𝑔;1 = (8, 2, 1)(6, 3)(7, 5, 4)

𝑔𝑓𝑔;1 mungkin didapatkan sebagaimana berikut ini:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
𝑓𝑔;1 =
3 4 6 7 1 9 2 8 5 8 1 6 7 4 3 5 2 9

1 2 3 4 5 6 7 8 9
𝑓𝑔;1 =
8 3 9 2 7 6 1 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
𝑔𝑓𝑔;1 =
2 8 6 5 7 3 4 1 9 8 3 9 2 7 6 1 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9
𝑔𝑓𝑔;1 =
1 6 9 8 4 3 2 5 7

𝑔𝑓𝑔;1 = (2, 6, 3, 9, 7)(4, 8, 5)


Konjugasi Elemen
𝑔𝑓𝑔;1 = (2, 6, 3, 9, 7)(4, 8, 5)

Kita amati antara 𝑓 dengan 𝑔𝑓𝑔;1

𝑓 = 1, 3, 6, 9, 5 2, 4, 7

𝑔𝑓𝑔;1 = 2, 6, 3, 9, 7 8, 5, 4
= 2, 6, 3, 9, 7 4, 8, 5

Panah mengindikasikan pergantian dari 𝑖 oleh 𝑔(𝑖). Hasil ini akan diuji dengan
menghitung langsung dari 𝑔;1 dan hasil 𝑔𝑓𝑔;1 .

Hasil Panah = (1, 2)(3, 6)(6, 3)(9, 9)(5, 7)(2, 8)(4, 5)(7, 4)
= (1, 2)(3, 6)(5, 7)(2, 8)(4, 5)(7, 4)
= (1, 2, 8)(3, 6)(5, 7, 4) sama dengan nilai 𝑔

Prosedur dari perhitungan konjugasi ditunjukkan bahwa setiap konjugat dari


permutasi yang diberikan 𝑓 memiliki tipe faktorisasi yang sama pada sikel disjoin
sebagaimana 𝑓 melakukannya. Jika permutasi 𝑓 dan 𝑕 diberikan sesuai, prosedurnya
juga mengindikasikan bagaimana 𝑔 mungkin ditemukan sehingga 𝑔𝑓𝑔;1 = 𝑕.
Konjugasi Elemen
Jika permutasi 𝑓 dan 𝑕 diberikan sesuai, prosedurnya juga mengindikasikan
bagaimana 𝑔 mungkin ditemukan sehingga 𝑔𝑓𝑔;1 = 𝑕. Hal ini diilustrasikan pada
contoh berikut

Misalkan 𝑓 = 1, 4, 2 3, 5 , 𝑕 = (6, 8, 9)(5, 7) dan kita berharap untuk


menemukan 𝑔 sedemikian sehingga 𝑔𝑓𝑔;1 = 𝑕.

Gunakan panah untuk mengindikasikan pergantian pada jalur yang sama seperti
contoh sebelumnya,
𝑓 = 1, 4, 2 3, 5

𝑕 = 𝑔𝑓𝑔;1 = (6, 8, 9)(5, 7)

Dari diagram tersebut akapat diamati

𝑔 = 1, 6 4, 8 2, 9 (3,5)(5,7)
𝑔 = 1, 6 4, 8 2, 9 (3,5, 7)

Sehingga nilai 𝑔 = (1, 6, 4, 8, 2, 9)(3,5, 7)


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai