Anda di halaman 1dari 15

PERSEPSI

Disusun untuk Memenuhi


Tugas Matakuliah Psikologi Kognitif

Oleh
MUHAMMAD ZIA ALGHAR
NIM. 20010822005

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
Abstrak
Pemrosesan informasi pada manusia dengan otak yang menjadi subjek utama, telah menarik
banyak peneliti untuk mengkaji lebih jauh di dalamnya. Pemrosesan informasi yang di mulai dari
alat indera hingga menuju ke otak dan sampai kepada respon yang diberikan, memiliki berbagai
banyak tahapan didalamnya. Sensasi, persepsi, dan atensi, menjadi bagian tak terpisahkan pada
pemrosesan informasi di otak. Tujuan makalah ini adalah membahas secara umum mengenai
proses, tahapan, serta contoh kondisi yang terjadi pada sensasi, persepsi dan atensi. Hasilnya,
terdapat beberapa aspek yang menjadi item kunci pada pemrosesan informasi.
Kata Kunci: Pemrosesan Informasi, Persepsi, Atensi

I. Pendahuluan
Psikologi kognitif sebagai salah satu sub-ilmu dari psikologi telah memiliki
dampak yang besar dalam penerapannya, baik dengan sub-ilmu psikologi lain
maupun keilmuan lainnya seperti teknologi, bisnis, hingga social dan budaya.
Salah satu pembahasan yang penting pada psikologi kognitif adalah mengenai
otak dan berbagai hal yang menarik di dalamnya. Seperti pada pemrosesan
informasi, di mana menjadi sebuah titik awal bagaimana manusia bisa mengetahui
terkait hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui olehnya. Oleh sebab itu,
pembahasan pemrosesan informasi akan menjadi topic menarik untuk dikaji
secara mendalam melalui makalah ini.

II. Pembahasan
A. Tahapan Pemrosesan Informasi
Pemrosesan informasi merupakan sebuah tahapan awal pada otak manusia,
dimana otak berperan dalam mempersepsi informasi mengenai lingkungannya,
memahami dunianya, dan memproses informasi. Otak adalah pusat dari
seluruh proses ini, karena otak mengolah dan memaknai proses yang diterima
dari system syaraf perifer. Adapun tahapan-tahapan dalam pemrosesan
informasi dijelaskan dalam bagan berikut

Gambar 1.1 Tahapan Pemrosesan Informasi


Seperti pada bagan di atas, energy fisik menstimulasi system sensorik yang
kemudian tertransduksi (diubah ke energi neural oleh organ-organ sensorik).
Energi neural ini disimpan sesaat di penyimpanan sensorik, dan selanjutnya
diproses oleh system saraf pusat dan disandikan. Selanjutnya mungkin dikirim
ke system memori untuk diprose lebih lanjut. Hasilnya dapat memicu
serangkaian respons yang diproses lebih lanjut sebagai bagian dari medan
stimulus. Secara umum, kondisi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sensasi,
persepsi, dan atensi.

B. Pengertian Persepsi
Secara terminologi pengertian persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu
serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan.
Sedangkan dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu
proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra
yang dimiliki sehingga menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada
dilingkungannya (Asrori, 2020). Persepsi adalah suatu proses penggunaan
pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk
memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh
alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Persepsi melibatkan kognisi
tingkat tinggi dalam penginterpretasian informasi sensorik (Solso et al., 2005).
Pada dasarnya, sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap stimuli,
sedangkan persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indra. Persepsi
terdiri dari beberapa proses, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan
perhatian (atensi).

C. Pencatatan Indera
Pencatatan indera disebut juga sensori register. Pencatatan indera merupakan
sistem ingatan yang dirancang untuk menyimpan sebuah rekaman (record)
mengenai informasi yang diterima sel-sel reseptor. Sel-sel reseptor merupakan
sistem yang terdapat pada alat indera organ tubuh yaitu mata, telinga, hidung,
lidah, dan kulit. Rekaman stimulus yang disimpan tersebut disebut sensory
trace. Sementara jumlah informasi yang dapat kita pahami dalam periode
pemaparan yang singkat disebut rentang perseptual (perseptual span), yang
merupakan komponen awal dalam pemrosesan informasi.
Terdapat tiga karakteristik pencatatan indera yang memungkinkan sistem
melakukan fungsi penyimpanan rekaman secara optimal, antara lain
a. Informasi disimpan didalam bentuk yang masih kasar (veridical form), dan
belum memiliki makna
b. Pencatatan indera memerlukan ukuran ruang yang cukup untuk
menyimpan informasi yang ditangkap oleh reseptor.
c. Informasi yang masuk ke dalam sistem pencatatan indera berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat.
Sistem pencatatan indera sebenarnya mencangkup lima macam, yaitu
penglihatan menggunakan mata, pendengaran menggunakan telinga,
penciuman menggunakan hidung, pengecapan menggunakan lidah, dan
perabaan menggunakan kulit. Kelimanya biasa disebut sebagai alat indera.
Pada alat indera, terdapat dua macam penyimpanan sensori yang sudah
ditemukan, antara lain
a. Penyimpanan ikonik
Memori ikonik (iconic memori) merupakan kemampuan kesan-kesan
visual untuk menetap selama jangka waktu singkat (sehingga dapat
diproses lebih lanjut). Memori ikonik melibatkan suatu penyimpanan
(storage), namun penemuan terbaru menunjukkan bahwa memori iconic
terpisah dari proses kognitif tingkat tinggi. Penyimpanan ikonik hanyalah
seperti arsip foto (snapshoot) tentang medan penglihatan. Setiap arsip
hanya bertahan sekitar satu detik. Tujuan ‘arsip foto’ tersebut adalah
memberikan otak kesempatan untuk menyamai kecepatan informasi visual
yang diterima dari mata. Penelitian yang dilakukan George Sperling (1960)
mengenai penyimpanan ikonik menghasilkan kesimpulan bahwa setidaknya
penyimpanan ikonik dapat menyimpan sembilan item. Selain itu, jangka
waktu penyimpanan memori ikonik adalah sebesar 250 milidetik, sebelum
informasi tersebut menghilang setelahnya (decay).
Contoh memori ikonik adalah ketika kita melihat gambar dalam
waktu 1 detik, kita hanya mampu merekam sekitar 4 atau 5 gambar saja.
Contoh lain misalnya ada 4 orang mahasiswa yang maju ke depan kelas
yang kemudian menyebutkan 4 angka berbeda secara bersamaan. Maka,
setiap mahasiswa yang ada di kelas hanya akan mampu mengingat sekitar 3
atau 4 angka saja (bukan seluruhnya), hal ini karena penyimpanan ikonik
hanya memiliki waktu penyimpanan 250 milidetik. Percobaan lain dapat
dilakukan seperti percobaan Sperling, dengan memberikan 9 item huruf
kepada responden yang ditayangkan selama 50 milidetik. Hasilnya, setiap
responden hanya mampu mengingat sekitar 4 sampai 5 huruf saja. Selain
itu, pencatatan indera dengan visual dipengaruhi oleh atensi individu.
(Sternberg et al., 2012)

Gambar 1.2 Percobaan Penyimpanan Ikonik George Sperling

b. Penyimpanan Ekhoik
Menurut Neisser, penyimpanan ekhoik mirip seperti penyimpanan ikonik.
Perbedaanya, jika penyimpanan iconic melalui indera visual seperti mata,
maka penyimpanan echoic berfokus pada pendengaran. Penyimpanan
echoic serupa dengan penyimpanan iconic dalam dua hal: (1) Informasi
sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan. (2) Jangka waktu
penyimpanannya sangatlah singkat, yaitu 250 milidetik. Selebihnya,
penyimpanan ekhoik berlangsung pada indera pendengaran. Penyimpanan
ekhoik memberikan waktu tambahan bagi seseorang untuk mampu
mendengar setelah stimuli audiotoriknya menghilang. Pengujian
keberadaan memori ekhoik dilakukan dengan percobaan Moray, Bates dan
Barenett dengan menempatkan partisipan ditengah-tengah empat
loudspeaker, untuk diuji seberapa banyak huruf yang bisa didengarnya
(Solso et al., 2005).
D. Pengenalan Pola
Proses pengenalan pola (pattern recognition) merupakan tahap lanjutan
setelah pencatatan indera. Pengenalan pola merupakan proses transformasi dan
mengorganisasikan informasi yang masih kasar, sehingga memiliki makna atau
arti tertentu. Pengenalan pola merupakan proses mengidentifikasi stimulus
indera yang tersusun secara rumit. Pengenalan pola melibatkan proses
membandingkan stimulus indera dengan informasi yang disimpan dalam
ingatan jangka panjang. Beberapa teori mengenai pengenalan pola antara lain,

a. Template-Matching Theory

Menurut teori template ini, pengenalan pola terjadi dengan cara


membandingkan satu stimulus dengan seperangkat pola khusus yang telah
disimpan di dalam ingatan jangka panjang (template). Setelah membandingkan
stimuli, kemudian dengan pola yang paling dekat dengan objek stimulus yang
ditangkap oleh alat indera. Contohnya adalah pada jigsaw puzzle, apabila
peletakannya tidak pas, maka tidak dapat diselesaikan dengan tuntas. Demikian
pula huruf Q tidak pas dengan template O, karena ada garis ekstra dibawahnya.
Teori ini akan berfungsi jika objek yang dikenali sesuai dengan template yang
digunakan. Selain itu, teori ini memiliki beberapa kelemahan, misalnya dalam
beberapa aspek persepsi huruf yang ukurannya di ubah. Kemudian,
menggunakan teori ini akan membutuhkan banyak kegiatan seperti menyimpan
mengatur ataupun mengambil banyak template.

Gambar 1.3 Contoh kegagalan pada teori template-matching


b. Prototype Theory

Menurut teori ini, seseorang menyimpan prototipe (bentuk dasar) yang


abstrak dan ideal di dalam ingatan. Ketika seseorang melihat suatu stimulus,
kemudian ia membandingkannya dengan prototipe tertentu yang cocok. Jika
pencocokan sudah sesuai, maka orang akan mengenal stimulus tersebut. Jika
belum cocok, ia akan mencoba membandingkan lagi dengan jenis prototipe
yang lain sampai diketemukan yang paling cocok. Kecocokan antara stimulus
dengan prototipe ini tidak perlu persis sama, melainkan dimungkinkan adanya
beberapa variasi kecil. Apabila kemiripannya sangat dekat, maka stimulus
dapat dikenali. Sebagai contoh adalah wajah sahabat kita. Secara abstrak, pola
yang dibayangkan adalah raut wajahnya, tinggi badannya, bentuk tubuhnnya,
tetapi tidak termasuk pakaian yang sedang dikenakan ataupun ekspresi
wajahnya. Prototipe wajah sahabat kita disimpan dalam bentuk ingatan, bukan
template. Sehingga kita akan tetap bisa mengenali sahabat kita meskipun
dengan pakaian yang berbeda ataupun ekspresi wajah yang berbeda.

Gambar 1.4 Penerapan prototype theory pada pengenalan wajah

c. Distinctive-Feature Theory

Teori atau model ini menyatakan bahwa orang yang membeda-bedakan di


antara berbagai objek atau huruf berdasarkan ciri-ciri khusus (karakteristik)
yang di miliki objek atau huruf itu. Ciri-ciri khusus yang membedakan antara
objek atau huruf yang satu dengan yang lainnya itu disebut distinctive feature.
Apabila menurut teori prototipe kita menyimpan abstraksi dan versi ideal setiap
huruf dalam ingatan kita, maka sebaliknya model ini menyimpan daftar
kompeonen-komponen yang menjadi ciri setiap huruf alphabetis. Misalnya
huruf G yang memiliki lengkung dan garis mendatar di tengahnya. Apabila kita
melihat huruf baru, maka huruf itu akan dibandingkan dengan daftar distictive-
features yang disimpan dalam ingatan.

Gambar 1.5 Penerapan Distinctive-Feature Theory pada huruf R

d. Recognition by Components Theory


Teori recognition by components atau pengenalan komponen, menjelaskan
kemampuan kita untuk melihat objek 3D dengan bantuan bentuk geometris
sederhana. Irving Biederman (1987) menyarankan agar kita mencapai ini
dengan memanipulasi sejumlah bentuk geometris 3-D sederhana yang
disebut geon. Geon ini termasuk benda-benda seperti batu bata, silinder,
irisan, kerucut, dan sumbu lengkungnya. Menurut teori Recognition-by-
components (RBC) Biederman, kita dengan cepat mengenali objek dengan
mengamati tepinya dan kemudian menguraikan objek menjadi geon. satu
set kecil huruf dapat dimanipulasi untuk menyusun kata dan kalimat yang
tak terhitung jumlahnya. Demikian pula, sejumlah kecil geon dapat
digunakan untuk membangun banyak bentuk dasar dan kemudian banyak
objek dasar. Misalnya, jika kita melihat mobil, Anda menganggapnya
terdiri dari sejumlah geon yang berbeda. Anda dapat mengenali mobil
meskipun kita tidak dapat melihat semua geon karena sebagian mobil
tertutup oleh objek lain di depannya. Kita juga akan mengenali mobil
bahkan jika Anda melihatnya dari samping atau dari belakang.

Gambar 1.6 Penerapan Recognition by Components Theory pada Benda 3D

e. Gestalt Theory

Menurut teori Gestalt secara alamiah manusia memiliki kecenderungan-


kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam
mengorganisasikan objek-objek persepsual. Stimulus dari lingkungan
cenderung diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu dengan cara-cara yang
sama oleh kebanyakan orang. Teori Gestalt mengajukan beberapa prinsip
tentang kecenderungan-kecenderungan orang didalam pengenalan pola yang
berkaitan dengan dengan objek atau informasi visual, antara lain

a. Prinsip kedekatan (proximity), objek-objek visual yang terletak


berdekatan atau tampil didalam waktu yang bersamaan cenderung
dipersepsikan sebagai satu kesatuan. Contohnya seperti pada logo
uniliver.
b. Prinsip kemiripan (similarity), objek-objek visual yang memiliki
struktur sama atau mirip cenderung di persepsi atau dilihat sebagai satu
kesatuan.
c. Prinsip searah (direction/continuity), objek-objek visual cenderung
dipersepsikan sebagai satu kesatuan apabila berada di dalam satu arah
tertentu ataupun terlihat bersambung. Contoh pada titik titik yang
terhubung.
d. Prinsip ketutupan (closure), persepsi individu yang memiliki
kencederungan untuk melengkapi suatu bentuk yang belum lengkap
ataupun mengisi suatu kekosongan yang ada. Contohnya gambar
persegi yang belum lengkap sisinya.
e. Prinsip pragnan (symetry), persepsi individu untuk memandang suatu
benda bernilai bagus apabila bentuknya simetris, sederhana dan stabil.
Contohnya pada logo olimpiade.

Gambar 1.7 Gestalt Theory

E. Perhatian (Atensi)
Perhatian (attention) adalah proses kosentrasi pikiran atau pemusatan
aktivitas mental (attention is a concentration of mental activity). Perhatian
melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu,
kemudian pada saat yang bersamaan pula seseorang memilih hanya satu objek,
sementara objek yang lain diabaikan. Perhatian dapat dibedakan menjadi 2
jenis antara lain,

a. Perhatian terbagi (divided attention), terjadi pada saat orang dihadapkan


pada lebih dari satu sumber pesan atau sumber informasi yang saling
berkompetisi, sehingga orang tersebut harus membagi perhatiannya.
Contoh pada waktu seseorang mengemudi mobil dijalan raya pusat kota
yang lalu lintasnya sangat padat, maka perhatian orang itu akan terbagi
kepada berbagai macam objek di dalam waktu yang bersamaan.
b. Perhatian terpilih atau selektif, terjadi pada waktu seserang dihadapkan
pada tugas atau lebih secara bersamaan waktunya. Orang tersebut harus
memusatkan perhatiannya kepada satu tugas saja dan mengabaikan tugas-
tugas yang lainnya.

Proses perhatian dibedakan menjadi dua macam, yaitu praperhatian dan


perhatian terfokus. Proses praperhatian merupakan tahap awal perhatian yang
melibatkan aktivitas pencatatan sifat-sifat objek secara otomatis, menggunakan
proses pararel terhadap semua medan visual. Sedangkan perhatian terfokus
(control processing) merupakan tahap kedua dalam proses perhatian. Perhatian
terfokus mencangkup serial atau berurutan di dalam mengidentifikasi objek-
objek yang ada pada saat itu.

Pada awalnya teori-teori mengenai perhatian menyatakan bahwa orang-


orang hanya sanggup memproses sejumlah informasi yang sangat terbatas pada
suatu waktu. Pandangan ini mengacu pada konsep sebuah leher botol namun
pandangan ini sekarang mulai mendapat kritikan karena dalam kenyataannya
kapasitas manusia bersifat fleksibel sangat terantung pada jenis tugas dan
banyaknya latihan yang pernah dilakukan, sebab otak manusia tidak pasif
melainkan bersifat aktif dan dapat berkembang.

Gambar 1.8 Atensi bersifat terbatas seperti botol

Adapun teori filter atau penyaringan beranggapan bahwa di dalam


perhatian terjadi proses seleksi atau memilih aspek-aspek tertentu dari stimulus
atau informasi. Teori atensi selektif terbagi menjadi dua model, yaitu

a. Model Broadbent
Teori yang dikemukakan oleh Broadbent ini disebut model penyaringan (model
filter). Teori ini berhubungan dengan teori saluran tunggal yang menyatakan
gagasan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas saluran yang
tersedia. Menurut anggapan teori ini, seleksi yang terjadi pada atensi
berlangsung pada tahap awal pemrosesan informasi (input), bukan pada tahap
ahkir proses yakni pada saat orang akan merespon (output). Proses perhatian
berlangsung seperti tombol untuk menghidupkan dan mematikan (on-off
switch) lampu listrik atau radio. Switch model ini dapat diterangkan bahwa
orang hanya dapat memusatkan perhatian pada satu informasi, sementara
informasi lain akan diabaikan pada waktu yang bersamaan.

Gambar 1.9 Model Broadbent

b. Model Atenuasi Treisman

Treisman mengajukan teori seleksi di awal yang lebih luas, didasarkan atas
berbagai macam tombol mekanis yang kini berkembang. Ia berpendapat bahwa
aktivitas perhatian beroperasi lebih menyerupai suatu alat pengendali yang
mengatur besar-kecilnya energi yang melewatinya. Model teori ini diasumsikan
bahwa proses perhatian bekerja pada saat respon keluaran (output), bukan
diawal proses (input). Semua informasi dianggap dapat membangkitkan
representasi ingatan jangka panjang. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
semua masukan informasi dapat diketahui dan dikenali (direkognisi). Sekalipun
begitu, sistem organisme manusia diasumsikan memiliki keterbatasan
kemampuan kognitif, sehingga sanggup meng-organisasikan satu respon dari
sejumlah masukan indera yang diterima. Oleh sebab itu, orang tidak sanggup
memusatkan perhatian kepada semua informasi yang mengaktifkan ingatan
jangka panjang, dan harus memilih beberapa bagian saja sehingga orang
tersebut dapat membuat respon.
Gambar 1.10 Model Atenuasi Treisman

F. Fenomena pada Persepsi


a. Persepsi bawah sadar (sublimical perception)
Persepsi terhadap suatu objek dapat terjadi tanpa disengaja atau disadari oleh
seseorang. Biasanya persepsi tersebut tertuju pada objek, gambar atau kata-kata
yang ditampilkan didalam waktu yang relatif singkat atau sedikit dalam
rangkaian suatu peristiwa. Persepsi subliminal terjadi apabila stimulus yang
tampaknya tidak diperhatikan atau tanpa disadari keberadaanya oleh seseorang
namun secara diam-diam stimulus itu mempengaruhi perilaku orang yang
bersangkutan dikemudian hari. Sebagai contoh adalah iklan popcorn pada saat
penayangan film di bioskop (Hutagalung, 2017).

b. Ilusi atau kesalahan persepsi (error of perception)


Kesalahan persepsi biasanya disebut ilusi (illusion) terjadi ketika seseorang
mempersepsi suatu obje secara tepat atau tidak sesuai dengan keadaan
semestinya (realitas objektif). Studi yang mempelajari hubungan antara
perubahan fisik di dunia dengan pengalaman-pengalaman psikologis akibat
perubahan tersebut, disebut psikofisika (psychophysics). Contoh ilusi yang
paling terkenal adalah ilusi Muller-Lyer ataupun ilusi ular berputar karya
Akiyoshi Kitaoka (Solso et al., 2005).

c. Menghindar dari persepsi (perceptual defence)


Fenomena menghindar atau menolak agar tidak terjadi suatu persepsi terhadap
stimulus yang dihadirkan pada seseorang, Seringkali kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Biasanya stimulus yang bermuatan emosi cenderung
kurang siap untuk dipersepsikan daripada stimulus yang netral (Eysenck, 1984)
contoh apabila kepada seseorang diucapkan kata tabu atau yang dapat
membangkitkan kenangan masa lalu yang traumatis, maka ia cenderung akan
menghindari untuk mempersepsi kata-kata itu. Biasanya dilakukan seseorang
dengan menutup telinganya, memalingkan muka atau mengalihkan
perhatiannya kepada pembicaraan yang lain untuk menghindari terjadinya
persepsi terhadap ucapan-ucapan itu. Situasi ini mengakibatkan stimulus itu
tidak berada dalam kesadaran penuh yang siap dipersepsikan oleh seseorang
melainkan diambang kesadaran (threshold) (Hutagalung, 2017).

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Hasil suatu presepsi atau interprestasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan
oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu
(bottom up) dengan pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan seseorang
yang relevan dengan stimulus itu (top-down). Berkaitan dengan pemikiran
tersebut maka ada dua informasi yang dapat digunakan untuk mempersepsi
dunia luar secara tepat, yaitu informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori
pada waktu itu dan pengetahuan serta pengalaman yang relevan dimiliki dan
telah tersimpan didalam ingatan seseorang (Matlin, 1994).

Berapa prinsip lain yang dapat ditambahkan berkaitan dengan persepsi antara
lain yaitu

a. Familiaritas, objek-objek yang sudah dikenal akrab akan lebih mudah


dipersepsi daripada objek-objek yang baru atau yang masih asing.
b. Ukuran, objek-objek yang ditampilkan dengan ukuran besar akan lebih
mudah dipersepsi atau dikenali daripada yang ukuran kecil.
c. Intensitas, objek-objek yang memiliki warna tajam atau mencolok akan lebih
mudah dikenali daripada objek-objek yang memiliki warna tipis atau kurang
tajam.
d. Gerak, objek-objek yang bergerak cenderung lebih mudah dipersepsi
daripada objek-objek yang diam atau pasif.

Sesuatu objek akan dipersepsi secara berbeda apabila konteks objek itu
berubah. Misalnya seseorang akan tampak lebih tua ketika berkumpul dengan
orang-orang yang masih muda begitu pula sebaliknya.
Daftar Pustaka
Asrori. (2020). Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner. CV. Pena
Persada.
Hutagalung, R. P. A. S. (2017). Modul Psikologi Kognitif. Universitas Mercu
Buana.
Matlin, M. W. (1994). Cognition (3rd ed). Harcourt Brace Publishers.
Solso, R. L., MacLin, M. K., & MacLin, O. H. (2005). Cognitive psychology (7th
ed). Pearson/A and B.
Sternberg, R. J., Sternberg, K., & Mio, J. S. (2012). Cognitive psychology (6th
ed). Wadsworth/Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai