Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP INFORMATION PROCESSING II


Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah Psikologi Belajar Anak Usia Dini
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Iis Rodiah, S.Pd.I., M.MPd.

Disusun oleh :
Santi Nopitasari Faudziah
Widaningsih
KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS – JAWA BARAT
2019 M/ 1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Information
Processing II”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Anak dalam Keluarga yang berisi tentang “Konsep Information
Processing II”.
Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang
menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah. Landasan Teori yang
menjelaskan berbagai macam teori tentang Konsep Information Processing II,
Pembahasan yang menjelaskan Konsep Information Processing II, penutup yang
berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah kami. Makalah ini juga
kami lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan
dalam penyusunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang
membaca.

Ciamis, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 2
A. Teori Pemrosesan Informasi ........................................................... 2
1. Riwayat Hidup Robert Mills Gagne .......................................... 2
2. Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran .................... 3
B. Long Term Memory ........................................................................ 6
1. Karakteristik Long Term Memory ............................................ 6
2. Storage (menyimpan) ................................................................ 7
3. Retrieval (menimbulkan kembali)............................................. 7
4. Forgetting (kelupaan) ................................................................ 8
C. Mental Imagery ............................................................................... 9
1. Komponen-komponen Mental Imagery .................................... 10
2. Proses terjadiny Mental Imagery............................................... 11
D. Instructional Application................................................................. 12
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 13
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 16
A. Kesimpulan ..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau
instruksi. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan,
diproses atau ditransmisikan. Irwanto (1999) mendefinisikan pengolahan informasi
sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di
masa yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan pengolahan informasi sebagai
suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni: penyimpanan
(storage), retensi, dan pengumpulan informasi (information gathering).
Informasi akan mudah didapat jika kita dapat mengidentifikasi dan
mengapresiasi hal-hal yang kita sukai. Caranya yakni dengan melakukan komunikasi
dengan banyak orang supaya kita banyak mendapatkan informasi. Dengan adanya
komunikasi kita akan melihat apa yang belum kita lihat, mendengar apa yang belum
kita dengar dan merasakan apa yang belum kita rasakan. Tentu saja hal itu akan
menjadi sumber informasi untuk kita yang akan kita simpan dalam memori kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Memproses Informasi?
2. Apa yang dimaksud dengan Long Term Memory?
3. Apa yang dimaksud dengan Mental Imagery?
4. Apa yang dimaksud dengan Instructional Application?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Teori Memproses Informasi.
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Long Term Memory.
3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Mental Imagery.
4. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Instructional Application.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Pemrosesan Informasi


1. Riwayat Hidup Robert Mills Gagne
Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuwan psikologi yang lahir pada tahun
1916 di North Andover, MA dan meninggal pada tahun 2002. Tahun 1937 Gagne
memperoleh gelar A.B. dari Yale dan tahun 1940 gelar Ph.D. pada bidang psikologi
dari Brown University gelar Prof. diperoleh ketika mengajar di Connecticut College
For Women dari tahun 1940-1949. Demikian juga ketika di Penn State University
dari tahun 1945-1946 dan terakhir diperolehnya dari Florida State University.
Antara tahun 1949-1958 Gagne menjadi Directur Perceptual and Motor Skills
Laboratory US Air Force pada waktu inilah mengembangkan teori “Conditions of
Learning” yang mengarahkan pada hubungan tujuan pembelajaran dan
kesesuaiannya dengan desain pengajaran. Teori ini di publikasikan pada tahun 1965
(Anonim,1; Gagne,1). Dia juga dikenal sebagai seorang psikolog eksperimental yang
berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran. Pada awal karirnya, Gagne seorang
behaviorist. Kontribusi Gagne dalam bidang pengembangan pengajaran adalah
tulisan-tulisannya tentang: Instructional Sistem Design, the Condition of Learning
(1965) dan Princeples of Instructional Design.
Gagne merupakan pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya
dalam training pilot AU Amerika. Munculnya teori pemrosesan informasi berawal
dari modifikasi teori matematika, yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan
untuk menilai dan meningkatkan pengiriman pesan.
Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian dan penerimaan informasi
pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses pembelajaran yang secara
langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena itu teori pemrosesan
informasi memberikan perspektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan
menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam teori
ini akan ditemukan persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka

2
panjang. Sehingga pada akhirnya teori ini akan perpengaruh terhadap siswa dalam
pemecahan masalah.1

2. Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran


Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar
sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik
adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi
sibernetik mengkaji proses belajar, namun yang lebih penting dari kajian proses
belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada
akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Asumsi ini didasarkan pada
suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Dengan
penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu proses dan
siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama namun dengan proses
belajar yang berbeda.
Pemrosesan informasi itu sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses
yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan
menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya
lebih kepada proses memori dan cara berpikir. Dalam teori pemrosesan informasi,
terdapat beberapa model mengajar yang akan mendorong pengembangan
pengetahuan dalam diri siswa dalam hal mengendalikan stimulus yaitu
mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari dan memecahkan masalah,
mengembagkan konsep sehingga mampu menggunakan lambang verbal dan non
verbal dalam penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada modelnya mengarah
kepada kemampuan siswa dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang
akan didapatkannya.2
Menurut Gagne (dikutip oleh Siti Rahmi), bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan

1
Moh. Ismail, “Teori Pemrosesan Informasi”,
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/teori-pemrosesan-informasi-robert-
mills.html?m=1
2
Ibid

3
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar dan proses kognitif yag terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau
pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat , untuk
menyimpan informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan
strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).
Berbeda dengan Piaget, dalam Zigler & Stevenson, 1993 (dikutip oleh Siti
Rahmi), para pakar psikologi pemrosesan informasi tidak menggambarkan
perkembagan kognitif dalam tahap-tahap atau serangkaian subtahap tertentu.
Sebaliknya, teori pemrosesan informasi lebih menekankan pentingnya proses-proses
kognitif atau menganalisis perkembangan keterampilan kognitif, seperti perhatian,
memori, metakognisi, dan strategi kognitif. Teori pemrosesan informasi ini
setidaknya didasarkan atas tiga asumsi umum, pertama, pikiran dipandang sebagai
suatu sistem penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua, individu-individu
memproses informasi dari lingkungan, dan ketiga, terdapat keterbatasan pada
kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan pada asumsi-asumsi diatas, dapat dipahami bahwa teori pemrosesan
informasi lebih menekankan pada bagaimana individu memproses informasi tentang
dunia mereka, bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi
diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti
memecahkan masalah dan berpikir. Jadi inti pendekatan dari pemrosesan informasi
ini adalah proses memori dan proses berpikir.3
Menurut Gagne (dikutip oleh Moh. Ismail) tahapan proses pembelajaran
meliputi delapan fase. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang
dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu
proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan
dibawah ini, yaitu:

3
Siti Rahmi, “Teori Pemrosesan Informasi”,
https://www.academia.edu/8975414/TEORI_PEMROSESAN_INFORMASI

4
1. Fase Motivasi: siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase Pengenalan: siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang
esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase Perolehan: apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia
telah siap untuk menerima pelajaran.
4. Fase Retensi: informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori
jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan
kembali.
5. Fase Pemanggilan: pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-
kaitan antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan
sebelumnya.
6. Fase Generalisasi: biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat
diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase Penampilan: tingkah laku yang dapat diamati. Belajar tejadi apabila
stimulus mempengaruhi individu sedemikian rupa sehingga performacenya
berubah dari situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase Umpan balik: para siswa harus memperoleh umpan balik tentang
penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum
mengerti tentang apa yang diajarkan.4
Beberapa model telah dikembangkan diantaranya oleh Gagne (1984), Gage dan
Berliner (1988) serta Lenfrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu:
Sensory Memory atau Ingatan Indrawi, Ingatan Jangka Pendek atau Short-term/
working memory, Ingatan Jangka Panjang atau Long-term Memory.5
Penerapan teori yang salah dalam situasi pembelajaran mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu
guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung dalam satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Penggunaan hukuman
yang sangat dihindari para tokoh behavioristik dianggap metode paling efektif untuk
menertibkan siswa.6

4
loc.cit.
5
Zulkifli Muhtar, “Teori Pemrosesan Informasi”,
https://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/amp/
6
loc.cit.

5
B. Long Term Memory
Memori adalah suatu proses yang aktif yang melibatkan sejumlah besar area di
otak dan sejumlah area memiliki fungsi lebih dominan dibandingkan area lain.7
Memori Jangka Panjang (Long Term Memory) adalah sebuah sistem penyimpanan
untuk informasi yang tersimpan dalam waktu jangka panjang (lama).8
Menurut Jeanne Ellis Ormrod dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan
bahwa Memori Jangka Panjang adalah tempat di mana pembelajar menyimpan
pengetahuan dan keyakinan umum mereka tentang dunia, hal-hal yang telah mereka
pelajari di sekolah, dan ingatan mereka tentang berbagai peristiwa dalam kehidupan
pribadi mereka. Disanalah juga tempat mereka menyimpan pengetahuan tentang
bagaimana melakukan berbagai hal, seperti bagaimana mengendarai sepeda,
mengayunkan tongkat bisbol, dan menyelesaikan soal pembagian yang panjang.9

1. Karakteristik Long Term Memory


Ada 3 karakteristik dalam memori LTM:
1. Dalam artian ingatan tersebut tidak akan hilang meskipun ada banyak informasi-
informasi baru yang akan diterima oleh ingatan.
2. Hilang, tertutup. Memori hilang, tertutup maksudnya adalah memori yang telah
terekam dalam otak kita itu hanya bersifat sementara yang kemudian hilang atau
lupa disebabkan oleh banyaknya informasi baru yang di dapat oleh manusia.
3. Rusak karena syarafnya terganggu. Sudah kita ketahui bahwa di dalam otak
manusia tersusun syaraf-syaraf yang membuat kita mampu berfikir, mampu
mengingat dan lainnya. Namun apabila syaraf tersebut terganggu bahkan jika
rusak maka memori-memori yang telah di peroleh secara otomatis akan hilang.
Tidak semua informasi yang diperoleh manusia akan menjadi memori yang
bersifat LTM. Berikut ini adalah hal-hal yang termasuk dalam LTM:
1. Pengetahuan;
2. Kepercayaan;

7
Iip Rif’atul Mahmudah, “Long Therm Memory”,
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-memori-dan-memori-
jangka-panjang/
8
Husnul Khatimah, “Long Term Memory”,
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-memori-dan-memori-
jangka-panjang/
9
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), hlm. 282.

6
3. Sistem Nilai;
4. Bahasa dan Seni;
5. Keterampilan motorik;
6. Spatial Mode (ruangan);10

2. Storage (Menyimpan)
Long Term Memory: Storage atau Penyimpanan Memori Jangka Panjang
merupakan memori yang memiliki kapasitas yang tidak terbatas dan dapat menahan
informasi dalam jangka waktu yang lebih lama, namun sering kali memerlukan usaha
yang keras agar dapat memasukan informasi ke memori ini.
Sesuatu yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak
(traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut
memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka
memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan
ini yang disebut dengan kelupaan (forgetting).
Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal yang penting
yang dapat dicatat, yaitu mengenai interval atau waktu antara memasukkan dan
menimbulkan kembali. Masalah interval dapat dibedakan atas lama interval dan isi
interval:
1. Lama interval, yaitu berkaitan dengan lamanya waktu pemasukan bahan (act of
remembering). Lama interval berkaitan dengan kekuatan retensi. Makin lama
intervalnya, makin kurang kuat retensinya, atau dengan kata lain kekuatan
retensinya menurun.
2. Isi interval, yaitu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi
interval. Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau
mengganggu memory traces, sehingga kemungkinan individu akan mengalami
kelupaan.

3. Retrieval (menimbulkan kembali)


Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan
informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila dibutuhkan.
10
Solikhatun Nisa’, “Teori-teori Memori dan Memori Jangka Panjang (LTM)”,
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-memori-dan-memori-
jangka-panjang/

7
Mekanisme dalam proses mengingat kembali sangat membantu organisme dalam
menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “Belajar dari
Pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah
diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi saat ini
juga.
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat menggunakan cara:
1. Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu
tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama
seseorang tanpa kehadiran orang yang dimaksud.
2. Recognize, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari
melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat
nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan.
3. Reintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai
informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks. Proses
mengingat reintegrative terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya
Siti Nurbaya (tokoh sinetron), maka akan teringat banyak hal dari tokoh tersebut
karena orang tersebut telah menontonnya berkali-kali.

4. Forgetting (kelupaan)
Kelupaan terjadi karena materi yang disimpan dalam ingatan itu jarang
ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran yang akhirnya mengalami kelupaan. Hal
itu dikarenakan interval merupakan titik pijak dari teori-teori tentang kelupaan. Ada
5 teori lupa, yaitu:
1. Decay Theory (Atropi), teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin
aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal).
Informasi yang disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak (memory
trace) yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam
alam kesadaran, akan rusak atau menghilang.
2. Teori Interfensi, teori ini menitikberatkan pada isi interval. Teori ini
beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka
panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan), akan
tetapi jejak-jejak ingatan saling bercampur aduk, mengganggu satu sama lain.

8
Bisa jadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat
yang lama, tetapi juga terjadi sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima menyebakan kita sulit mencari informasi
yang sudah ada dalam memori kita, maka terjadilah interfensi retroaktif.
Sedangkan, bila informasi yang kita terima sulit untuk diingat karena adanya
pengaruh ingatan yang sama, maka terjadi proses interfensi proaktif.
3. Teori Retrieval Failure, teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interfensi
bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada,
tetapi kegagalan untuk mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya
petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi
(disajikan petunjuk), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat
kembali.
4. Teori Motivated Forgetting, menurut teori ini, seseorang akan cenderung
berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang
menyakitkan atau tidak menyenangkan ini akan cenderung ditekan atau tidak
diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Jadi, teori ini beranggapan bahwa
informasi yag telah disimpan masih selalu ada.
5. Lupa karena sebab-sebab Fisiologis, para peneliti sepakat bahwa setiap
penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak.
Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan
mengakibatkan lupa yang mengakibatkan amnesia. Bila yang dilupakan adalah
berbagai informasi yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu, yang
bersangkutan disebut menderita amnesia retrogard. Bila yang dilupakan adalah
informasi yang baru saja diterimanya, maka orang tersebut menderita amnesia
anterograd.11

C. Mental Imagery
Menurut Korn & Johnson (1983: 203) (dikutip oleh Rachmoez Jack), Mental
Imagery adalah aktivitas menggambarkan suatu hasil tertentu sebelum hasil tersebut
dicapai. Dengan visualisasi seseorang seolah-olah membuat rancangan gambar
secara abstrak tentang hasil yang ingin dicapai.
11
Tanpa Nama, “Ingatan (Memory)”,
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-memori-dan-memori-
jangka-panjang/

9
Richardson (1969) & Thomas (2003) (dikutip oleh Rachmoez Jack) menjelaskan
bahwa Mental Imagery adalah sebuah proses atau peristiwa ketika individu
merasakan dengan nyata terhadap suatu objek, kejadian, atau bahkan suasana
tertentu, padahal objek, kejadian, dan suasana tersebut sebenarnya tidak ada secara
inderawi pada saat terjadinya proses penggambaran mental berlangsung.
Kemudian Shepard (1978: 125-137) (dikutip oleh Rachmoez Jack)
mengemukakan Mental Imagery merupakan kemampuan manusia untuk
menggambarkan kesan dalam pikiran sesudah stimuli original pada pandangan
keluar. Sedangkan menurut Thomas (2010) (dikutip oleh Rachmoez Jack) Mental
Imagery, secara literal sering dirujukkan sama seperti visualisasi, melihat dengan
mata bayangan, mendengar sesuatu di dalam kepala, mengimajinasikan perasaan,
dan sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayangan mental (Mental Imagery)
didefinisikan sebagai suatu representasi mental mengenai objek atau peristiwa yang
tidak eksis pada saat terjadinya proses pembayangan. 12

1. Komponen-komponen Mental Imagery


Menurut Finke (1989: 47) (dikutip oleh Rachmoez Jack) terdapat Tiga
komponen Mental Imagery. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Stimulus, merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu, seperti
kejadian, peristiwa, atau sebuah objek biasa.
b. Panca indera, organ-organ tubuh yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu via serabut saraf menuju otak sehingga perasaan atau sensasi
yang diterima dapat ditafsirkan.
c. Memory, sebagai sebuah proses pengkodean (encoding), penyimpanan
(storage), dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) atau masa lalu oleh
mental manusia. Encoding adalah pemberian inisial dan registrasi terhadap
informasi. Storage adalah penyimpanan informasi yang telah dikodekan tadi.
Sedangkan retrieve adalah proses dalam penggunaan informasi yang telah
tersimpan (stored information).13

12
Rachmoez jack, “Pengertian Mental Imagery dan Penjelasannya”,
http://dominique122.blogspot.com/2015/05/pengertian-mental-imagery-dan.html?m=1
13
Ibid.

10
2. Proses Terjadinya Mental Imagery
Guna memahami pengalaman yang terjadi dalam keseharian, individu
membentuk representasi mental terkait dengan pengalamannya. Proses terjadinya
representasi mental atau mental imagery ialah merupakan sebuah kegiatan yang
melibatkan stimuli, panca indera, dan memori. Mata dan telinga yang menerima
informasi dari stimuli dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditorik secara
berturut-turut (Solso dkk, 2008: 182) (dikutip oleh Rachmoez Jack).
Kemudian dikirimkan lagi untuk di proses secara mendalam terhadap informasi
yang diterima ke area frontal di otak untuk menemukan apakah suatu kata
mendeskripsikan benda hidup atau benda mati. Selanjutnya seiring pemrosesan
informasi berlangsung, informasi-informasi yang sudah berhasil dipahami maknanya
kemudian akan masuk atau tersimpan di dalam Short term memory (STM) sebagai
tempat penyimpanan transitorik atau sementara (Solso, 2008: 181) (dikutip oleh
Rachmoez Jack).
Ketika seseorang merasa informasi yang telah diterimanya tersebut merupakan
pengalaman yang menyenangkan ataupun yang bersifat traumatik karena mudah
diingat dibandingkan pengalaman yang lain, maka informasi yang tersimpan di
dalam STM akan di rehearsed (diulang-ulang) untuk kemudian di simpan ke dalam
long term memory (LTM). LTM juga berfungsi sebagai kemampuan manusia untuk
memahami masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk mengolah “masa
kini” atau menghubungkan pengalaman di masa lalu dengan pengalaman sekarang.
Teknik mnemonic ialah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan
pengambilan kembali informasi dalam memori (Solso, 2008: 226) (dikutip oleh
Rachmoez Jack).
Dari proses inilah manusia dapat membayangkan atau menggambarkan ulang
kembali dan menampilkan kembali suatu informasi maupun kejadian di masa lalu
dalam ingatan memori serta menghubungkannya dengan kejadian di masa sekarang
ataupun masa depan. Hal ini sesuai dengan pengertian dari Mental Imagery itu
sendiri., yaitu suatu representasi mental mengenai objek atau peristiwa yang tidak
eksis pada saat terjadinya proses pembayangan (Solso, 2008: 297) (dikutip oleh
Rachmoez Jack).14

14
Ibid.

11
D. Instructional Application
Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dan pembelajaran, kita dapat
mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dan fakta
sampai pemecahan masalah, serta tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke tinggi,
dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto (dikutip oleh Siti Rahmi)
tentang pelajaran melukis seperti berikut ini:
1. Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk menggambar
berwarna (fakta).
2. Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).
3. Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna
tersebut akan saling berpengaruh (prinsip).
4. Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang harmonis (pemecahan
masalah).15
Selain itu, ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas dalam
kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi. Diantaranya:
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik.
b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang dibahas.
c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran.
d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang.
e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.
f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab
berdasarkan pengalamannya.16

15
loc.cit.
16
Aminah Rehalat, “Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi”, Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, Volume 23, hlm. 9-10.

12
BAB III
PEMBAHASAN

Teori Pemrosesan Informasi merupakan bagian dari Teori Sibernetik. Dimana


menurut teori ini belajar merupakan pengolahan informasi. Maksudnya pengolahan
informasi disini adalah ketika seseorang sedang melakukan pembelajaran pasti akan
ada informasi yang di serap dan di dapat. Informasi tersebut akan diolah dan di
simpan baik itu dalam memori jangka pendek atau memori jangka panjang.
Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Jadi, setiap siswa
mempunyai cara masing-masing dalam penerimaan dan pengolahan sebuah
informasi. Saat seorang siswa mendapatkan informasi dengan satu proses belajar,
siswa yang lainnya pun mendapatkan hal yang sama namun dengan proses belajar
yang berbeda.
Menurut Gagne, terdapat delapan fase tahap pembelajaran yang di alami oleh
setiap siswa dalam proses pembelajaran. Diantaranya:
1. Fase Motivasi
2. Fase Pengenalan
3. Fase Perolehan
4. Fase Retensi
5. Fase Pemanggilan
6. Fase Generalisasi
7. Fase Penampilan
8. Fase Umpan Balik
Setelah siswa memproses dan mengolah informasi yang didapatnya, informasi
tersebut akan di simpan di memori jangka pendek jika tidak dilakukan pengulangan
kembali dan hanya akan bertahan beberapa waktu saja. Lain hal nya apabila
informasi tersebut selalu di ulang-ulang, sering di ingat-ingat, maka informasi
tersebut akan di simpan di memori jangka panjang dan akan bertahan lebih lama
dibandingkan dengan memori jangka pendek.
Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang tidak terbatas dalam
menyimpan informasi yang di dapat oleh seseorang dan dapat menahan informasi
dalam jangka waktu yang lebih lama, namun seringkali memerlukan usaha yang

13
keras agar dapat memasukkan informasi ke memori ini. Seperti harus banyak
melakukan pengulangan supaya memori tersebut tidak mudah lupa dan mudah untuk
di ingat kembali apabila kita memerlukannya.
Jika informasi yang sudah di simpan dalam memori jangka panjang jarang
ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, maka akan terjadi kelupaan. Maksud
kelupaan disini adalah informasi tersebut jarang sekali diingat dan karena banyak
informasi-informasi lain yang masuk jadi informasi tersebut hilang dan terjadilah
kelupaan.
Apabila telah terjadi kelupaan, maka kita bisa melakukan pemanggilan kembali
atau Retrieval terhadap informasi tersebut apabila kita sedang memerlukannya.
Menimbulkan kembali atau pemanggilan kembali informasi yang sudah disimpan
dapat menggunakan Tiga cara, yaitu: Recall (proses mengingat kembali informasi
yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme),
Recognize (proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu
petunjuk yang dihadapkan pada organisme), dan Reintegrative (proses mengingat
dengan menghubungkan berbagai infromasi menjadi suatu konsep atau cerita yang
cukup kompleks).
Dalam teori pemrosesan informasi ada yang disebut dengan Mental Imagery dan
Instructional Application. Mental Imagery merupakan aktivitas menggambarkan
suatu hasil tertentu sebelum hasil tersebut dicapai, atau bisa juga disebut dengan
visualisasi, membayangkan, mendengar sesuatu dalam kepala, atau berimajinasi.
Mental imagery ini merupakan kegiatan yang melibatkan stimuli, panca indera, dan
memori. Dimana mata dan telinga yang menerima informasi kemudian informasi
tersebut dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditori secara berturut-turut,
kemudian dikirimkan lagi untuk proses yang lebih mendalam ke area frontal di otak.
Seiring pemrosesan informasi berlangsung, informasi-informasi yang sudah berhasil
dipahami maknanya akan masuk atau tersimpan di memori jangka pendek sebagai
tempat penyimpanan transitorik atau sementara.
Selanjutnya dalam teori pemrosesan informasi, kita dapat mengaplikasikannya
dalam pembelajaran sehari-hari. Contohnya tentang pelajaran melukis berikut ini:
1. Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk menggambar
berwarna (fakta).
2. Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).

14
3. Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna
tersebut akan saling berpengaruh (prinsip).
4. Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang harmonis (pemecahan
masalah).
Itulah sedikit pembahasan mengenai teori pemrosesan informasi, memori jangka
panjang, penyimpanan, pemanggilan kembali, kelupaan, mental imagery, dan
aplikasi dalam pembelajaran.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori memproses informasi yakni pengolahan informasi yang di dapat dari
belajar, pengalaman, atau berbentuk perintah. Informasi akan melalui memori otak
manusia dengan jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Memori
akan tersimpan lebih lama jika masuk ke memori jangka panjang (Long Term
Memory). Dimana LTM bisa menyimpan informasi yang tidak terbatas dan dalam
jangka waktu yang lebih lama. Artinya informasi yang telah masuk tidak akan mudah
terhapus dan lupa. Selain itu, LTM juga harus di bangun dengan Visualisai dan
pengulangan juga dengan pengaplikasian supaya tidak terjadi kerusakan atau
kelupaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Moh. (2016). Teori Pemrosesan Informasi. Di akses pada


http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/teori-
pemrosesan-informasi-robert-mills.html?m=1
Jack, Rahmoez. (2015). Pengertian Mental Imagery dan Penjelasannya. Di akses
pada http://dominique122.blogspot.com/2015/05/pengertian-mental-imagery-
dan.html?m=1
Khatimah, Husnul. (2016). Long Term Memory. Di akses pada
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-
memori-dan-memori-jangka-panjang/
Mahmudah, IR. (2016). Long Therm Memory. Di akses pada
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-
memori-dan-memori-jangka-panjang/
Muhtar, Zulkifli. (2011). Teori Pemrosesan Informasi. Di akses pada
https://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-
informasi/amp/
Nisa, Solikhatun. (2016). Teori-teori Memori dan Memori Jangka Panjang (LTM).
Di akses pada
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-
memori-dan-memori-jangka-panjang/
Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Rahmi, Siti. (tt). Teori Pemrosesan Informasi. Di akses pada
https://www.academia.edu/8975414/TEORI_PEMROSESAN_INFORMASI
Rehalat, Aminah. (2018). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosial. 23: 9-10.
15410208. (2016). Ingatan (Memory). Di akses pada
https://psikologikognitifduinmaliki.wordpress.com/category/teori-teori-
memori-dan-memori-jangka-panjang/

Anda mungkin juga menyukai