Disusun Oleh :
Kelompok 3
2.imron( 204103050004)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Psikologi Forensik" dengan
tepat waktu.
Makalah "Psikologi forensik" ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak
MUHAMMAD ALWI,M.A Mata Kuliah Kode Etik Psikologi di UIN KH Achmad Siddiq
Jember. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dimana masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan.
Mudah-mudahan apa yang penulis sajikan ini dapat diterima dan bermanfaat untuk
pembaca dengan segala kekurangan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
BAB I................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2
BAB III................................................................................................................................. 11
PENUTUP.......................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Psikologi Forensik berasal dari forum Latin. Artinya, alun-alun, ruang publik tempat
pengadilan umum berlangsung di zaman Romawi. Dengan demikian, psikologi forensik
merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari dan mengintervensi proses peradilan guna
menyediakan data dan pengetahuan yang membantu penyelesaian suatu kasus.
Profesional psikologi forensik adalah psikolog forensik, dan peran mereka adalah
mengumpulkan, mempelajari, dan menafsirkan dengan benar berbagai data psikologis yang
dapat memberikan elemen penting untuk uji coba.Profesi psikologi forensik selain lulusan
psikologi juga harus memiliki pengetahuan dan perangkat hukum yudisial, prosedural dan
pidana. Hal ini memungkinkan mereka memiliki latar belakang yang diperlukan untuk dapat
memahami proses peradilan secara akurat dan menerapkan teknik psikologis dengan benar di
bidang ini.
Psikolog forensik juga bisa bekerja sama dengan pengacara, ahli, jaksa, dan hakim. Faktanya,
psikolog forensik bertindak sebagai ahli ketika menawarkan kesaksian profesional mereka dalam
persidangan tertentu, memberikan data dan pengetahuan yang menarik untuk bekerja sama
dengan Kehakiman dan memastikan bahwa keadaan kasus dapat diklarifikasi, setidaknya dalam
hal apa yang menjadi perhatian. untuk aspek psikologis dan / atau psikopatologis tertentu dari
beberapa atau semua pihak yang terlibat.Seorang psikolog forensik bukan hanya seorang
psikolog yang melakukan tugas tugas tertentu dalam penyelenggaraan peradilan negara. Dalam
kenyataannya, ia merupakan dominator besar dari semua konsep, norma, dan dinamika sistem
hukum di mana ia ditemukan.
Psikolog forensik memiliki pemahaman yang luas tentang semua mekanisme hukum dan
prosedural. Faktanya, jika tidak demikian, dia dapat dengan mudah dikeluarkan dari proses
tertentu yang dia ikuti, karena kehilangan kredibilitas dari berbagai aktor yang terlibat dalam
persidangan. Sistem peradilan adalah sistem formal di mana metode dan prosedur sangat penting.
Oleh karena itu, psikolog forensik selain ahli di bidangnya juga harus mengetahui dan
menyesuaikan dengan baik regulasi tersebut.
Ada beberapa hal pada elemen dan faktor di mana psikologi forensik memainkan perannya
sebagaai kunci dalam konteks proses peradilan. Untuk membantu hakim membuat keputusan
yang tepat, psikolog forensik menyediakan serangkaian pengetahuan dan alat untuk kasus
tersebut.Salah satu fungsi yang paling umum mengacu pada studi yang dilakukan oleh psikolog
forensik tentang kemampuan mental dan kondisi psikologis dari salah satu pihak yang terlibat
dalam persidangan (tergugat, pengadu, dan bahkan saksi). Analisis ini membantu menjelaskan,
dalam kasus terdakwa, apakah mereka sepenuhnya menggunakan kemampuan mental mereka
pada saat mereka diduga melakukan kejahatan. Misalnya, jika ada terdakwa kasus pembunuhan,
psikolog forensik akan memiliki kemampuan untuk membuat laporan yang menunjukkan apakah
terdakwa sadar pada saat melakukan kejahatan.
Penelitian dan Publikasi dalam Kode Etik Psikologi Pasal 56: Hukum dan Komitmen
Terhadap Kode Etik Pasal ini menjelaskan pedoman umum terkait hukum dan komitment
terhadap kode etik terkait dengan hal hal forensik:
1. Definisi forensik Psikologi forensik adalah bidang psikologi yang berkaitan dan/atau
diaplikasikan dalam bidang hukum, khususnya peradilan pidana
2.Tugas psikolog forensik Adapun yang menjadi tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh
psikolog forensik:
3. Komitmen yang harus dimiliki: Kompetensi yang sesuia Memahami hukum di Indonesia dan
impl;ikasinya terhadap tanggung jawab, wewenang dan hak psikolog forensik .
1. Definisi praktik psikolog forensik Menangani pemeriksaan psikologi pada individu yang
terlibat kasus hukum atau terpidana
Wewenang :
Pasal 58 Kewajiban dan wenang Pasal ini menjelaskan kewajiban dan wewenang yang
dimiliki oleh psikolog forensik . Adapun yang termasuk kewajiban dari psikolog forensic
adalah:
a) Membantu proses peradilan pidana sesuai azas profesionalitas Adapun yang menjadi
wewenang dari psikolog forensic antara lain:
Adapun yang menjadi hak dari psikolog forensik adalah: Mendapatkan perlindungan dari
HIMPSI apabila terlibat masalah yang terkait dengan hukum, apabila ia sudah
menjalankan tugas sesuai dengan kode etik dan profesionalitas.
Pasal 59 Pernyataan sebagai saksi atau saksi ahli Adapun hal hal ynag terkait dengan
pernyataan saksi dan saksi ahli adalah:
C. Ketentuan apabila lebih dari satu saksi ahli psokolog Bila kemungkinan ada lebih dari
satu saksi atau saksi ahli psikolog, maka psikolog tersebut harus memegang teguh
prinsip hubungan profesional sesuai dengan pasal 19 buku kode etik ini.
E. Apabila terjadi konflik sesama psikolog dalam pemberian saksi Psikolog dapat meminta
bantuan HIMPSI untuk menyelesaikan masalah dengan melakukan pemeriksaan
psikologi sesuia standard dan kaedah ilmiah 6. HIMPSI dapat meminta pendapat dari
ikatan profesi lain yang kompeten untuk menyelesaikan konflik antara psikolog forensic.
Sistem pengadilan Indonesia mengenal beberapa barang bukti yang sah dalam persidangan.
Salah satunya adalah keterangan ahli dari saksi ahli. Dalam menghadirkan seorang saksi ahli
dalam persidangan, maka harus ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh saksi ahli agar dapat
dikatakan sebagai saksi ahli. Selain itu, saksi ahli juga harus mempunyai etika dan
profesionalisme dalam menjalan tugasnya sebagai seorang saksi ahli.Dalam sistem peradilan
yang ada di Indonesia, tahapan pembuktian adalah salah satu tahapan penting yang harus
dijalani. Karena pada tahapan pembuktian, akan menunjukkan apakah terdakwa terbukti bersalah
atau tidak atas kasus yang sedang dihadapi. Ketika proses pembuktian, akan ada tahapan
memperlihatkan barang bukti yang ada.Terkait hal-hal yang berpotensi menjadi barang bukti
dalam pengadilan, Indonesia telah mengaturnya dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana .
(2) Ketika menjadi saksi ahli dalam sebuah persidangan, maka harus ada etika dan
profesionalisme yang dijaga oleh para saksiahli. Untuk itu dalam paper ini, akan dibahas tentang
bagaimana etika dan profesionalisme yang harus dimiliki oleh para saksi ahli.
(3) Selain itu, dalam memberikan kesaksiannya, seorang saksi ahli juga hanya menyampaikan
apa yang menjadi bidang keahliannya yang ada hubungannya dengan perkara yang sedang
diperiksa.
Undang-undang dan aturan di Indonesia belum ada yang mengatur secara rinci tentang apa
saja syarat-syarat dan aturan untuk menjadi seorang saksi ahli, namun biasanya seorang saksi
ahli dapat dihadirkan dalam persidangan apabila mempunyai latar belakang pendidikan formal
maupun informal terhadap kasus yang akan dihadapi dan juga berdasarkan pengalamannya.
Nantinya, hakimlah yang akan menentukan diterima atau tidaknya saksi ahli ini dalam
persidangan.
Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus menghindari untuk menjalankan peran majemuk.
Bila peran majemuk terpaksa dilakukan kejelasan masing-masing peran harus ditegaskan sejak
awal dan tetap berpegang teguh pada azas profesionalitas, obyektivitas serta mencegah dan
meminimalkan kesalahpahaman. Hal-hal yang harus diperhatikan bila peran majemuk terpaksa
dilakukan:
Pasal 61 Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi yang me-lakukan layanan psikologi dapat
memberikan pernyataan pada publik melalui media dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Hanya psikolog yang melakukan pe-meriksaan psikologi terhadap kasus hukum yang
ditanganinya yang dapat memberikan pernyataan di media tentang kasus tesebut.
b) Psikolog dapat membuat pernyataan di media tentang suatu gejala yang terjadi di masyarakat.
Jika ia tidak melakukan pemeriksaan psikologis maka hal ini harus dinyatakan pada media dan
pernyataan yang disampaikan bersifat umum dan didasarkan pada kaidah prinsip psikologi sesuai
dengan teori dan/atau aliran yang diikuti. Pernyataan di media harus mempertimbangkan
kepentingan masyarakat, hak subjek yang diperiksa (seperti azas praduga tak bersalah pada
pemeriksaan psikologis pelaku, atau hak untuk tidak dipublikasikan), dan telah
mempertimbangkan batasan kerahasiaan sesuai dengan pasal 24 buku Kode Etik ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
psikologi forensik dapat membantu hakim untuk menentukan faktor psikologis tertentu dari
pihak-pihak yang terlibat dalam proses peradilan; ini dapat menjelaskan perilaku seseorang agar
lebih dapat dipahami bahwa dia adalah korban atau penyerang dalam keadaan tertentu. Informasi
ini diberikan kepada pengadilan agar pengadilan dapat mengambil keputusan berdasarkan
fakta.Namun, psikolog forensik tidak diberdayakan untuk membela atau bertindak sebagai
penuntut bagi salah satu pihak yang terlibat dalam sengketa hukum. Fungsinya deskriptif dan
informatif, dan oleh karena itu harus sepenuhnya netral.
3.2 Saran
Diharapakan untuk para pembaca juga memelajari tentang Psikologi Forensik Melalui
Sumber-sumber yang lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Cetakan Pertama, Juni 2010 Hasil Kongres XI Himpsi, 2010 di Surakarta Penerbit
dan Penanggung Jawab Pengurus Pusat Himpunan Psikologi IndonesiaJl. KH.
Muhasyim Raya 23 Cilandak Barat, Jakarta 12430 Indonesia Telp./Fax .: 021-
75818256 Website: http://www.himpsi.org
https://id.scribd.com/doc/305584173/MAKALAH-PSIKOLOGI-FORENSIK
https://intanayuda8.wordpress.com/category/psikologi-sosial/makalah-psikologi-
forensik/
https://psikologi.uma.ac.id/pengertian-psikologi-forensik-dan-fungsi/
http://repo.unsrat.ac.id/1349/2/Hal_42-52_Marchel_R._Maramis_No_7_Juli-
Desember_2015.pdf
https://ejurnal.umri.ac.id/index.php/coscitech/article/download/1679/1121
https://www.psikologimultitalent.com/2015/09/pedoman-hukum-forensik-dan-
pemberian.html?m=1