DISUSUN OLEH :
KHARISMA INDAH C. 200401110013
MUNIROH MAYA DWI P. 200401110278
MAS'UD QOWIM 200401110224
FATMA RIANI 200401110281
NOVITA FEBRIYANI 200401110291
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
KATA
PENGANTAR
makalah ini.
hanya sebatas ilmu yang bisa kami sajikan, dengan judul “TEORI
beberapa hal yang kami pelajari, utamanya kami dapat mengetahui teori
kami, dan umumnya bagi para pembaca. Makalah ini setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang teori belajar kognitif sosial.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Teori belajar kognitif sosial dari Julian Rotter, Teori ini berasumsi bahwa
faktor kognitif seseorang membantu membentuk bagaimana manusia akan bereaksi
terhadap dorongan dan lingkungannya. Pakar teori ini tersebut menolak penjelasan
Skinner yangmenyatakan bahwa perilaku terbentuk oleh penguatan langsung, malah
menyebutkan bahwa ekspektasi seseorang atas kejadian yang akan datang adalah
determinan utama dari suatu perilaku (Feist & Feist, 2016).
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Teori pembelajaran sosial atau kognitif sosial dari Julian Rotter, berlandaskan
asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia akan
bereaksi terhadap dorongan dari lingkungannnya. Pakar teori tersebut menolak
penjelasan Skinner yang menyatakan bahwa perilkau terbentuk oleh penguatan
langsung, malah menyebutkan bahwa ekspetasi seseorang atas kejadian yang akan
datang adalah determinan untama dari suatu perilaku
Teori kognitif sosial Rotter memiliki kesamaan dengan teori kognitif sosial
Bandura dan teori belajar sosial Mischel. Seperti Bandura dan Mischel, Mischel yakin
bahwa faktor kognitif, seperti ekspetasi, persepdi subjektif, nilai, tujuan, dan standart
peronal mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan Kepribadian.
Kontribusi fantor kognitif terhadap teori kepribadian telah berkembang dari penelitian
mengenai penundaan kepuasan, pada pemenelitian mengenai konstitensi dan
ketidakkonsistenan kepribadian, dan baru-baru ini bekerja sama dengan Yuichi Shoda
dalam pengembangan sistem kepribadian kognitif-afektif.
Rotter, pada masa kecilnya ia merupakan seorang anak yang gemar membaca
novel dan buku-buku Psikologi dan merasa tertarik pada beberapa hasil karya dari
Freud dan Adler. Selama duduk di bangku sekolah menengah atas, Rotter
menginterpretasikan mimpi-mimpi orang lain dan membuat tulisan berdasarkan
karya dari Freud yaitu Freud’s Psychopathology of Everday Life. Rotter diterima di
Brooklyn College, namun ia memilih ilmu kimia bukan Psikologi, karena dianggap
lebih memberikan peluang karir yang menjanjikan. Ketika lulus dari Brooklyn
College, pada kenyataannya Rotter lebih diakui dalam bidang Psikologi
dibandingkan dengan ilmu kimia yang dipilih sebagai jurusannya (Hanifah, 2016).
Rotter memperoleh gelar master di Universitas Iowa pada tahun 1938 dan
memilih praktek klinis di Worcester State Hospital di Massachusetts. Selanjutnya,
Rotter memperoleh gelar doktor dalam bidang Psikologi Klinis pada tahun 1941 dari
Universitas Indiana. Semasa Rotter berada di Ohio State University, ia
mengembangkan ide-ide pada teori pembelajaran sosial. Rotter dan George Kelly
merupakan dua anggota Departemen Psikologi yang terkemuka, mereka memiliki
pengaruh yang kuat dalam bidang teori pembelajaran kognitif dan sosial. Rotter
telah menarik perhatian banyak lulusan mahasiswa yang cerdas, termasuk salah
satunya adalah Walter Mischel. Julian Rotter berhak menerima pengakuan minimal
seperti halnya Albert Bandura yang telah membuat teori pembelajaran sosial (sosial
learning theory). Rotter selalu fokus pada aspek kognitif dalam pembelajaran sosial,
dimana Bandura mempertimbangkan aspek tersebut pada karir selanjutnya (Hanifah,
2016).
4. Memprekdisikan Perilaku
Memulai dengan lima asumsi untuk tadi, Rotter kemudian membangun teori
kepribadian yang berusaha memprediksikan perilaku manusia. Rotter mengajukan
empat variable yang harus dianalisis untuk membuat prediksi yang akurat dalam
situasi yang spesifik, yaitu:
a) Potensi Perilaku
Suatu respon akan terjadi pada suatu tempat. Potensi perilaku dalam situasi
apapun adalah suatu fungsi dari nilai penguatan. Beberapa potensi perilaku ddegan
berbagai kekuatan berada dalam situasi psikologis apapun. Sebagai contoh, saat
Rama berjalan menuju sebuah restoran, ia mempunyai beberapa potensi perilaku. Ia
mungkin akan melewatinya tanpa memperhatikan restoran tersebut untuk makan,
berpikir unutk berhenti direstoran tersebut untuk makan, tetapi kemudian terus
berjalan, memperhatikan bangunan dan isinya dengan asuatu perhitungan unutk
membelinya, atau berhenti, masuk ke dalam, dan merampok kasirnya. Bagi Rama,
dalam situasi ini, potensi dari beberapa perilaku ini mungkin mendekati
ketidakmungkinan dan beberapa menjadi sangat memungkinkan, dan yang lainnya
akan berada diantara kedua titik ekstrem. Bagaimana seorang manusia dapat
memprdiksikan perilaku apa yang paling mungkin atau paling tidak mungkin untuk
terjadi?
Potensi perilaku dalam situasi apa pun adalah suatu fungsi dari ekspektasi dan
nilai penguatan. Sebagai contoh, apabila seseorang berharap untuk mengetahui
kemungkinan bahwa megan akan merampok kasir daripada membeli restoran atau
berhenti untuk makan, kita dapat mengasumsikan bahwa ekspetasi bersifat konstan
dan nilai penguatan bervariasi. Apabila salah satu dari potensi perilaku ini membawa
70% ekspetasi unutk diberikan penguatan, maka seseorang dapat membuat prediksi
mengenai kemungkinan relatif dari kejadian yang didasari hanya dari nilai penguatan
masing-masing perilaku. Apabila menodong kasir membawa penguatan positif lebih
besar daripada memesan makanan atau membeli restoran ersebut, maka perilaku
terseut memiliki tensi unutk terjadi paling besar.
Rotters menggunakan definisi yang luas untuk perilaku, yang merujuk pada
respons apa pun, implisit atau eksplisit, yang dapat diobservasi atau diukur secara
langsung atau tidak langsung. Konsep konprehensif ini memberikan jalan pada Rotter
unutk menganggap konstruk hipotesis, seperti menggeneralisasikan, memecahakn
masalah, berpikir, menganalisis dan lain-lain sebagai perilaku.
b) Ekspetasi
Ekspetasi seseorang bahwa suatu penguatan spesifik akan terjadi dalam suatu
situasi. Probabilitas tidak ditentukan oleh sejarah individu dengan penguatan, tetapi
ditentukan secara subjektif oleh masing-masing orang. Ekspektasi dapat bersifat
umum maupun spesifik. Ekspektsi umum (generalized expectancies – GE) dipelajari
melalui pengalaman terdahulu dari suatu respons tertentu atau respons yang mirip,
dan didasari oleh keyakinan bahwa suatu perilaku tertentu akan diikuti oleh
penguatan positif. Sebagai contoh, mahasiswa yang sebelumya bekerja keras telah
mendapatkan penguatan dari nilai yang tinggi, dan akan mempunyai ekspetasi umum
mengenai penghargaan dimasa depan dan bekerja keras dalam berbagaisituasi
akademis.
c) Nilai Penguatan
Yaitu kecenderungan pilihan yang dijatuhkan seseorang pada suatu penguatan
tertentu saat probabilitas terjadinya penguatan yang berbeda-beda setara. Saat
variabel ekspektasi dan situasional diasumsikan sebagai konstan, perilaku dibentuk
oleh preferensi seseorang terhadap penguatan yang mungkin untuk didapatkan,
yaitu nilai penguatan. Dalam kebanyakan situasi, ekspektsi jarang sekali setara, dan
prediksi menjadi sulit karena ekspektasi serta nilai penguatan sama-sama dapat
bervariasi (Feist & Feist, 2016).
Nilai penguatan dapat diilustrasikan melalui interaksi seorang wanita dengan
sebuah mesin penjual makanan yang memberikan beberapa makanan yang dapat
dipilih, dengan harga yang sama untuk masing-masing makanan. Wanita tersebut
mendekati mesin dengan kemampuan dan keinginan untuk membayar 75 ribu untuk
dapat memperoleh sebungkus makana ringan. Mesin penjual makan berada dalam
konsidi kerja yang baik, sehingga probabilitas bahwa respons tersenut akan diikuti
oleh sutau bentuk pengutaan berjumlah 100%. Oleh karena itu, ekspektasinya atas
penguatan, dalam bentuk persen, keripik jagung, keripik kentang, berondong, keripik
tortilla dan roti Danish, semuanya setara. Respons dari wantia tersebut yaitu tombol
apa yang akan ia tekan ditetntukan oleh nilai penguatan dari masing-masing makanan
ringan.
d) Situasi Psikologis
Sebagai bagian dari dunia internal dan eksternal yang direspons oleh manusia.
Situasi psikologis tidak sama dengan stimulus eksternal walaupun peristiwa fisik
biasanya penting bagi situasi psikologis. Situasi psikologi adalah “kumpulan yang
kompleks dari tanda-tanda yang saling berinteraksi, yang beroperasi pada seseorang
dalam periode waktu spesifik” (Rotter, 1982, hlm 318).
Kebutuhan adalah perilaku atau seperangkat perilaku yang dilihat orang dapat
menggerakan mereka ke arah suatu tujuankebutuhan bukan suatu kondisi kekurangan
atau ransangan, tetapi indikator dari tujuan perilaku. Perbedaan antara kebutuhan dan
tujuan hanya bersifat semantik. Saat fokus berada pada lingkungan, Rotter akan
berbicara mengenai tujuan saat fokus berada pada manusianya, ia akan berbicara
mengenai kebutuhan.
Rotter dan Hochreich (1975) membuat daftar enam kategori umum dari
kebutuhan, dengan setiap kategori mempresentasikan sekelompok perilaku yang
berkaitan secara fungsional, yaitu perilaku yang mengarah kepada penguatan yang
sama atau serupa, yaitu:
Dengan perkataan lain, orang dengan kepercayaan yang tinggi tidak mudah
percaya ataupun naïf, dan daripada disakiti dengan sikap dapat dipercaya mereka,
mereka terlihat memiliki banyak karakteristik yang dianggap orang lain sebagai
positif atau diinginkan.
5. Perilaku Maladaptif
Dalam teori belajar sosial Rotter, perilaku maladaptif adalah perilaku bertahan
apapun yang gagal menggerakkan seseorang untuk menjadi lebih dekat dengan tujuan
yang diinginkan. Perilaku ini sering kali, walaupun kadang dapat dihindari muncul
dari kombinasi antara nilai kebutuhan yang tinggi dan kebebasan bergerak yang
rendah; atau bersal dari tujuan yang ditetapkan dengan terlalu tinggi atau tidak
realistis apabila tidak dikaitkan dengan kemampuan orang tersebut dalam
mencapainya (Rotter, 1964). Sebagai contoh, kebutuhan akan cinta dan afeksi adalah
realistis, tetapi beberapa orang mempunyai tujuan yang tidak realistis untuk dapat
dicintai oleh semua orang. Oleh karena itu, nilai kebutuhan mereka tentu saja akan
melebihi kebebasan bergerak mereka sehingga menghasilkan perilaku yang
kemungkinan akan bersifat defensif atupun maladaptive.
Menetapkan tujuan terlalu tinggi adalah salah satu dari beberapa kontributor
yang dapat menyebabkan perilaku maladaptif. Penyebab yang sering terjadi lainnya
adalah kebebasan bergerak yang rendah. orang mungkin mempunyai ekspektasi yang
rendah untuk berhasil karena tidak mempunyai cukup informasi atau kemampuan
untuk melakukan prilaku yang akan diikuti oleh penguatan positif. Kesimpulannya,
seseorang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik biasanya dicirikan oleh
tujuan-tujuan yang tidak realistis, perilaku yang tidak tepat, kemampuan yang tidak
mencukupi, atau ekspektasi yang terlampau rendah untuk dapat melakukan perilaku
yang dibutuhkan untuk dapat penguatan positif.
6. Psikoterapi
Bagi Rotter (1964), permasalahan psikoterapi adalah permasalahan bagaimana
membuat perubahan pada perilaku melalui interaksi antara satu orang dengan orang
lain. Secara umum, tujuan dari terapi Rotter adalah untuk membawa kebebasan
bergerak dan nilai kebutuhan agar selaras, sehingga akan mengurangi perilaku yang
defensive atau menghindar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori Belajar Kognitif Sosial dari Julian Rotter berusaha untuk membuat teori
kekuatan penguatan dengan memakai teori kognitif. Menurut Rotter, perilaku
manusia dalam situasi yang spesifik adalah fungsi dari ekspektasi mereka atas
penguatan dan kekuatan dari kebutuhan yang terpuaskan oleh penguatan tersebut.
Unit Kognitif-Afektif meliputi strategi econding, atau cara mereka menginterpretasi
dan menggolongkan informasi; kompetensi dan rencana regulasi diri, atau apa yang
dapat mereka lakukan dan strategi mereka untuk melakukannya; ekspektasi dan
keyakinan mereka mengenai persepsi konsekuensi dari tindakan mereka; tujuan dan
nilai; serta respons afektif mereka.
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis agar dapat mengerti secara dalam tentang teori kognitif sosial Rotter.
DAFTAR PUSTAKA
http://tiffany191193.blogspot.com/2012/11/pengertian-psikologi-kepribadian-
dari.html. Di akses pada tanggal 12 Oktober 2021
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tepat!
1. B
2. C
3. B
4. D
5. A
6. C
7. B
8. A
9. D
10. A
1. Apa yang kamu ketahui tentang teori kognitif sosial Julian Rotter?
2. Ada berapakah hipotesis dasar yang dijadikan landasan oleh Rotter mengenai
rujukannya? Sebutkan!