Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI KOGNITIF SOSIAL JULIAN ROTTER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi kepribadian

Dosen pengampu : Aprilia Mega Rosdiana, M.Si

DISUSUN OLEH :
KHARISMA INDAH C. 200401110013
MUNIROH MAYA DWI P. 200401110278
MAS'UD QOWIM 200401110224
FATMA RIANI 200401110281
NOVITA FEBRIYANI 200401110291

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
KATA
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena telah

melimpahan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga

memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan tugas

makalah ini.

Didalam makalah ini kami selaku penyusun memohon maaf karena

hanya sebatas ilmu yang bisa kami sajikan, dengan judul “TEORI

KOGNITIF JULIAN ROTTER”. Dimana didalam topik tersebut ada

beberapa hal yang kami pelajari, utamanya kami dapat mengetahui teori

belajar kognitif sosial.

Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat khususnya bagi

kami, dan umumnya bagi para pembaca. Makalah ini setidaknya untuk

sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang teori belajar kognitif sosial.

Dengan demikian, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Gresik, 12 Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi kepribadian adalah ilmu yang mencakup upaya sistematis untuk


mengungkapkan dan menjelaskan pola teratur dalam pkiran, perasaan, dan perilaku
nyata seorang yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Dalam Psikologi
kepribadian mempelajari berbagai teori, salah satunya adalah teori belajar kognitif
sosial.

Teori belajar kognitif sosial dari Julian Rotter, Teori ini berasumsi bahwa
faktor kognitif seseorang membantu membentuk bagaimana manusia akan bereaksi
terhadap dorongan dan lingkungannya. Pakar teori ini tersebut menolak penjelasan
Skinner yangmenyatakan bahwa perilaku terbentuk oleh penguatan langsung, malah
menyebutkan bahwa ekspektasi seseorang atas kejadian yang akan datang adalah
determinan utama dari suatu perilaku (Feist & Feist, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum Teori Konitif Sosial Rotter?
2. Siapakah tokoh Teori Belajar Kognitif Sosial?
3. Bagaimana Rotter mengasumsikan Teori Kognitif Sosialnya?
4. Bagaimana Rotter memprekdisikan kepribadian/erilaku manusia dalam Teori
Belajar Kognitif Sosialnya?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui Teori Belajar Kognitif Sosial yang dapat diaplikasikan


dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Teori Belajar Kognitif Sosial

Teori pembelajaran sosial atau kognitif sosial dari Julian Rotter, berlandaskan
asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia akan
bereaksi terhadap dorongan dari lingkungannnya. Pakar teori tersebut menolak
penjelasan Skinner yang menyatakan bahwa perilkau terbentuk oleh penguatan
langsung, malah menyebutkan bahwa ekspetasi seseorang atas kejadian yang akan
datang adalah determinan untama dari suatu perilaku

Rotter beragumen bahwa perilaku manusia paling dapat diprediksikan melalui


pemahaman dari interaksi antara manusia dengan lingkungan yang berarti untuk
mereka sebagai interaksionis. Rotter yakin bahwa tidak ada satu pun individu ataupun
lingkungan itu sendiri yang sepenuhnya bertanggung jawab atas perilaku. Bahkan,
Rotter beragumen bahwa kognisi manusia, sejarah masa lalu dan ekspetasi terhadap
masa depan adalah kunci utama untuk memprediksi perilaku. Dalam hal ini, ia
berbeda dari Skinner yang meyakinin bahwa penguatan pada dasarnya berasal dari
lingkungan.

Teori kognitif sosial Rotter memiliki kesamaan dengan teori kognitif sosial
Bandura dan teori belajar sosial Mischel. Seperti Bandura dan Mischel, Mischel yakin
bahwa faktor kognitif, seperti ekspetasi, persepdi subjektif, nilai, tujuan, dan standart
peronal mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan Kepribadian.
Kontribusi fantor kognitif terhadap teori kepribadian telah berkembang dari penelitian
mengenai penundaan kepuasan, pada pemenelitian mengenai konstitensi dan
ketidakkonsistenan kepribadian, dan baru-baru ini bekerja sama dengan Yuichi Shoda
dalam pengembangan sistem kepribadian kognitif-afektif.

2. Biografi Julian Rotter


Julian Rotter lahir pada tahun 1916 di Brooklyn, New York. Putra dari
seorang imigran Yahudi yang sukses, dengan masa kanak-kanan yang dipenuhi
dengan kenyamanan. Selama masa depresi yang hebat, bagaimanapun bisnis
keluarganya gagal dan beberapa tahun kemudian keluarga Rotter terus berjuang
untuk membangun kembali usaha mereka. Pada masa inilah, perjuangan Rotter
dipengaruhi oleh rasa keadilan sosial yang mendalam, serta ketertarikan yang
muncul dalam diri akibat dari berbagai situasi lingkungan yang dialaminya
(Hanifah, 2016).

Rotter, pada masa kecilnya ia merupakan seorang anak yang gemar membaca
novel dan buku-buku Psikologi dan merasa tertarik pada beberapa hasil karya dari
Freud dan Adler. Selama duduk di bangku sekolah menengah atas, Rotter
menginterpretasikan mimpi-mimpi orang lain dan membuat tulisan berdasarkan
karya dari Freud yaitu Freud’s Psychopathology of Everday Life. Rotter diterima di
Brooklyn College, namun ia memilih ilmu kimia bukan Psikologi, karena dianggap
lebih memberikan peluang karir yang menjanjikan. Ketika lulus dari Brooklyn
College, pada kenyataannya Rotter lebih diakui dalam bidang Psikologi
dibandingkan dengan ilmu kimia yang dipilih sebagai jurusannya (Hanifah, 2016).

Rotter memperoleh gelar master di Universitas Iowa pada tahun 1938 dan
memilih praktek klinis di Worcester State Hospital di Massachusetts. Selanjutnya,
Rotter memperoleh gelar doktor dalam bidang Psikologi Klinis pada tahun 1941 dari
Universitas Indiana. Semasa Rotter berada di Ohio State University, ia
mengembangkan ide-ide pada teori pembelajaran sosial. Rotter dan George Kelly
merupakan dua anggota Departemen Psikologi yang terkemuka, mereka memiliki
pengaruh yang kuat dalam bidang teori pembelajaran kognitif dan sosial. Rotter
telah menarik perhatian banyak lulusan mahasiswa yang cerdas, termasuk salah
satunya adalah Walter Mischel. Julian Rotter berhak menerima pengakuan minimal
seperti halnya Albert Bandura yang telah membuat teori pembelajaran sosial (sosial
learning theory). Rotter selalu fokus pada aspek kognitif dalam pembelajaran sosial,
dimana Bandura mempertimbangkan aspek tersebut pada karir selanjutnya (Hanifah,
2016).

Baru-baru ini teorinya telah membantu mendefinisikan harapan umum yang


dimiliki orang-orang tentang kemampuan mereka mengendalikan suasana hati yang
tidak menyenangkan yang memprediksi bagaimana mereka mengatasi kejadian-
kejadian menyedihkan dan dampaknya dalam hal suasana hati dan kesehatan
(Engler, 2014).

3. Pengantar Teori Kognitif Sosial


Menurut Feist & Feist, 2016, Teori belajar sosial berlandaskan lima hipotesis
dasar, yaitu:

1. Manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti untuknya.

2. Kepribadian manusia bersifat dipelajari

3. Kepribadian mempunyai kesatuan mendasar.

4. Motivasi terarah berdasarkan tujuan.

5. Manusia mampu untuk mengantisipasi kejadian.

4. Memprekdisikan Perilaku

4.1 Memprediksikan Perilaku Spesifik

Memulai dengan lima asumsi untuk tadi, Rotter kemudian membangun teori
kepribadian yang berusaha memprediksikan perilaku manusia. Rotter mengajukan
empat variable yang harus dianalisis untuk membuat prediksi yang akurat dalam
situasi yang spesifik, yaitu:

a) Potensi Perilaku
Suatu respon akan terjadi pada suatu tempat. Potensi perilaku dalam situasi
apapun adalah suatu fungsi dari nilai penguatan. Beberapa potensi perilaku ddegan
berbagai kekuatan berada dalam situasi psikologis apapun. Sebagai contoh, saat
Rama berjalan menuju sebuah restoran, ia mempunyai beberapa potensi perilaku. Ia
mungkin akan melewatinya tanpa memperhatikan restoran tersebut untuk makan,
berpikir unutk berhenti direstoran tersebut untuk makan, tetapi kemudian terus
berjalan, memperhatikan bangunan dan isinya dengan asuatu perhitungan unutk
membelinya, atau berhenti, masuk ke dalam, dan merampok kasirnya. Bagi Rama,
dalam situasi ini, potensi dari beberapa perilaku ini mungkin mendekati
ketidakmungkinan dan beberapa menjadi sangat memungkinkan, dan yang lainnya
akan berada diantara kedua titik ekstrem. Bagaimana seorang manusia dapat
memprdiksikan perilaku apa yang paling mungkin atau paling tidak mungkin untuk
terjadi?

Potensi perilaku dalam situasi apa pun adalah suatu fungsi dari ekspektasi dan
nilai penguatan. Sebagai contoh, apabila seseorang berharap untuk mengetahui
kemungkinan bahwa megan akan merampok kasir daripada membeli restoran atau
berhenti untuk makan, kita dapat mengasumsikan bahwa ekspetasi bersifat konstan
dan nilai penguatan bervariasi. Apabila salah satu dari potensi perilaku ini membawa
70% ekspetasi unutk diberikan penguatan, maka seseorang dapat membuat prediksi
mengenai kemungkinan relatif dari kejadian yang didasari hanya dari nilai penguatan
masing-masing perilaku. Apabila menodong kasir membawa penguatan positif lebih
besar daripada memesan makanan atau membeli restoran ersebut, maka perilaku
terseut memiliki tensi unutk terjadi paling besar.

Pendekatan kedua atas prediksi adalah untuk mengasumsikan bahwa nilai


penguatan bersifat konstan dan ekspektasi bervariasi. Apabila total penguatan dari
setiap perilaku yang mungkin dilakukan bernilai sama, maka satu perilaku yang
memiliki ekspetasi untuk diberi penguatan paling tinggi akan menjadi yang paling
mungkin untuk terjadi. Lebih spesifiknya lagi, apabila penguatan dari merampok
kasir, membeli bisnis restoran, dan memesan makan malam dinilai sama, mamka
respons yang paling mungkin untuk menghasilkan penguatan mempunyai potensi
perilaku yang paling tinggi.

Rotters menggunakan definisi yang luas untuk perilaku, yang merujuk pada
respons apa pun, implisit atau eksplisit, yang dapat diobservasi atau diukur secara
langsung atau tidak langsung. Konsep konprehensif ini memberikan jalan pada Rotter
unutk menganggap konstruk hipotesis, seperti menggeneralisasikan, memecahakn
masalah, berpikir, menganalisis dan lain-lain sebagai perilaku.

b) Ekspetasi
Ekspetasi seseorang bahwa suatu penguatan spesifik akan terjadi dalam suatu
situasi. Probabilitas tidak ditentukan oleh sejarah individu dengan penguatan, tetapi
ditentukan secara subjektif oleh masing-masing orang. Ekspektasi dapat bersifat
umum maupun spesifik. Ekspektsi umum (generalized expectancies – GE) dipelajari
melalui pengalaman terdahulu dari suatu respons tertentu atau respons yang mirip,
dan didasari oleh keyakinan bahwa suatu perilaku tertentu akan diikuti oleh
penguatan positif. Sebagai contoh, mahasiswa yang sebelumya bekerja keras telah
mendapatkan penguatan dari nilai yang tinggi, dan akan mempunyai ekspetasi umum
mengenai penghargaan dimasa depan dan bekerja keras dalam berbagaisituasi
akademis.

Ekspetasi spesifik ditentukan sebagai E’ (E prime). Dalam situasi apapun,


ekspetasi unutk menguatan tertentu ditentukan oleh kombinasi dari ekspertasi spesifik
(E’) dan ekspetasi Umum (GE). Sebagai contoh, seorang siswa mungkin mempunyai
ekspetasi umum bahwa suatu tingkatan tugas akademis akan memberikan
penghargaan berupa nilai yang baik, tetapi ia dapat meyakini bahwa jumlah kerja
keras yang sama dalam kelas bahasa Prancis tidak akan mendapatkan penghargaan
sama sekali

c) Nilai Penguatan
Yaitu kecenderungan pilihan yang dijatuhkan seseorang pada suatu penguatan
tertentu saat probabilitas terjadinya penguatan yang berbeda-beda setara. Saat
variabel ekspektasi dan situasional diasumsikan sebagai konstan, perilaku dibentuk
oleh preferensi seseorang terhadap penguatan yang mungkin untuk didapatkan,
yaitu nilai penguatan. Dalam kebanyakan situasi, ekspektsi jarang sekali setara, dan
prediksi menjadi sulit karena ekspektasi serta nilai penguatan sama-sama dapat
bervariasi (Feist & Feist, 2016).
Nilai penguatan dapat diilustrasikan melalui interaksi seorang wanita dengan
sebuah mesin penjual makanan yang memberikan beberapa makanan yang dapat
dipilih, dengan harga yang sama untuk masing-masing makanan. Wanita tersebut
mendekati mesin dengan kemampuan dan keinginan untuk membayar 75 ribu untuk
dapat memperoleh sebungkus makana ringan. Mesin penjual makan berada dalam
konsidi kerja yang baik, sehingga probabilitas bahwa respons tersenut akan diikuti
oleh sutau bentuk pengutaan berjumlah 100%. Oleh karena itu, ekspektasinya atas
penguatan, dalam bentuk persen, keripik jagung, keripik kentang, berondong, keripik
tortilla dan roti Danish, semuanya setara. Respons dari wantia tersebut yaitu tombol
apa yang akan ia tekan ditetntukan oleh nilai penguatan dari masing-masing makanan
ringan.

d) Situasi Psikologis
Sebagai bagian dari dunia internal dan eksternal yang direspons oleh manusia.
Situasi psikologis tidak sama dengan stimulus eksternal walaupun peristiwa fisik
biasanya penting bagi situasi psikologis. Situasi psikologi adalah “kumpulan yang
kompleks dari tanda-tanda yang saling berinteraksi, yang beroperasi pada seseorang
dalam periode waktu spesifik” (Rotter, 1982, hlm 318).

Perilaku bukanlah hasil dari kejadian didalam lingkungan ataupun sifat


pribadi, melainkan berasal dari interaksi antara manusia daengan lingkungan yang
berarti untuknya. Apabila stimulus fisik sendiri menentukan perilaku, maka dua
individu akan beraksi dalam cara yang sama terhadap stumulus yang identik apabila
sifat pribadi adalah satu-satunya yang dapat bertanggung jawab atas perilaku, maka
seseorang akan selalu bereaksi dalam bentuk yang konsisten dan berkarakteristk
walaupun dalam peristiwa yang berbeda. Oleh karena tidak satupun dari kondisi ini
yang valid, sesuatu selain lingkungan dan sifat pribadi harus menjadi yang
membentuk perilaku. Teori Kognitif sosial Rotter memberikan hipotesis bahwa
interkasi antar manusia dan lingkungan adalah faktor penting dalam membentuk
perilaku.

d.2 Memprediksi Perilaku Secara Umum


Untuk mempredisikan perilaku umum, kita akan melihat David, yang telah
bekerja di Hoffman’s Hardware Store selama 18 tahun.
a) Ekspektasi Umum
Oleh karena kebanyakan dari kemungkinan perilaku David adalah sesuatu
yang baru untuknya, bagaimana kita dapat memprediksikan apa yang di lakukannya?
Pada kondisi tersebut, konsep dari generalisasi dan ekspektasi umum masuk ke dalm
teori Rotter. Apabila dimasa lalu, David terbiasa mendapatkan penghargaan atas
perilakunya yang telah meningkatkan status sosialnya, maka kecil probabilitasnya
bahwa ia akan memohon pada Mr. Hoffman untuk suatu pekerjaan, karena
bertentangan dengan status sosialnya. Di sisi lain, apabila usahanya terdahulu dalam
perilaku bertanggung jawab dan mandiri telah terbiasa mendapatkan penguatan, dan
apabila ia mempunyai kebebasan dalam bergerak yaitu kesempatan untuk melamar
pekerjaan lain, kemudian mengasumsikan bahwa ia membutuhkan pekerjaan, maka
tinggi probabilitasnya bahwa ia akan melamar untuk pekerjaan lain atau apabila tidak,
ia akan tetap berprilaku secara mandiri. Memprediksikan reaksi dari David atas
kemungkinan kehilangan pekerjaan, berarti mengetahui bagaiamana ia melihat
pilihan-pilihan yang tersedia untuknya dan juga status dari kebutuhannya saat ini.
b) Kebutuhan

Kebutuhan adalah perilaku atau seperangkat perilaku yang dilihat orang dapat
menggerakan mereka ke arah suatu tujuankebutuhan bukan suatu kondisi kekurangan
atau ransangan, tetapi indikator dari tujuan perilaku. Perbedaan antara kebutuhan dan
tujuan hanya bersifat semantik. Saat fokus berada pada lingkungan, Rotter akan
berbicara mengenai tujuan saat fokus berada pada manusianya, ia akan berbicara
mengenai kebutuhan.

Rotter dan Hochreich (1975) membuat daftar enam kategori umum dari
kebutuhan, dengan setiap kategori mempresentasikan sekelompok perilaku yang
berkaitan secara fungsional, yaitu perilaku yang mengarah kepada penguatan yang
sama atau serupa, yaitu:

 Pengakuan-Status. Kebutuhan untuk diakui orang lain dan untuk


mendapatkan status dimata orang lain adalah kebutuhan yang kuat untuk
kebanyakan orang. Pengakuan-status meliputi kebutuhan untuk dapat
dengan baik hal-hal yang dianggap penting oleh orang tersebut, misalnya
sekolah, olahraga, pekerjaan, hobi, dan penampilan fisik.
 Dominasi. Kebutuhan untuk mengendalikan perilaku orang lain disebut
dengan dominasi. Kebutuhan ini meliputi seperangkat perilaku yang
terarah untuk mendapatkan kekuasaan atas hidup teman-teman, keluarga,
kolega, atasan, dan bawahan. Memersuasi kolega untuk menerima ide kita
adalah contoh spesifik dari dominasi.
 Kemandirian. Kemandirian adalah kebutuhan untuk bebas dari dominasi
orang lain. Kebutuhan ini meliputi perilaku-perilaku yang ditujukan untuk
meraih kebebasan membuat pilihan, bergantung pada diri sendiri, dan
mencapai tujuan tanpa bantuan dari orang lain. Menolak bantuan dalam
memperbaiki sebuah sepeda mendemonstrasikan kebutuhan atas
kemandirian.
 Perlindungan-Ketergantungan. Seperangkat kebutuhan yang hampir
sangat berkebalikan dengan kemandirian adalah kebutuhan untuk
perlindungan dan ketergantungan. Kategori ini meliputi kebutuhan untuk
diperhatikan orang lain, untuk dilindungi dari rasa frustasi dan sesuatu
yang menyakitkan, serta untuk memuaskan kategori kebutuhan lainnya.
 Cinta dan Afeksi. Kebanyakan orang mempunyai kebutuhan yang kuat
untuk cinta dan afeksi, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh orang lain
yang lebih dari sekedar pengetahuan dan status, untuk dapat memasukan
beberapa indikasi bahwa orang lain mempunyai perasaan positif yang
penuh kasih saying untuk mereka. Kebutuhan untuk cinta dan afeksi
meliputi perilaku-perilaku yang ditujukan untuk mendapatkan perhatian
yang bershabat, minat dan kesetiaan dari orang lain.
 Kenyamanan Fisik. Kenyamanan fisik mungkin adalah kebutuhan yang
paling mendasar karena kebutuhan lain dipelajari atas kaitannya dengan
kebutuhan ini. Kebutuhan ini meliputi perilaku-perilaku yang diarahkan
untuk mendapatkan makanan, kesehatan yang baik dan keamanan fisik.

Kebutuhan kompleks mempunyai tiga komponen penting, yaitu Potensi


Kebutuhan, Kebebasan Bergerak, dan Nilai Kebutuhan.

 Potensi Kebutuhan (Need Potensial-NP). Merujuk pada kemungkinan


terjadinya seperangkat perilaku yang berhubungan secara fungsional,
yang terarah untuk memenuhi tujuan yang sama atau serupa.
 Kebebasan Bergerak (Freedom of Movement-FM). Kebebasan
bergerak adalah ekspektasi keseluruhan untuk diberikan penguatan yang
dimiliki seseorang untuk dapat melakukan perilaku yang diarahkan untuk
memuaskan beberapa kebutuhan umum.
 Nilai Kebutuhan (Need Values-NV). Nilai kebutuhan seseorang adalah
sejauh mana ia memilih seperangkat penguatan daripada yang lainnya.

c) Kontrol Internal dan Eksternal dari Penguatan


Dua skala Rotter yang paling populer untuk mengukur mengenai ekspektasi
umum adalah Internal-External Control Scale dan Interpersonal Trust Scale. Skala I-
E berusaha mengukur sejauh mana seseorang mempresepsikan hubungan kualitas
antara usahanya sendiri dengan konsekuensi dari lingkungan.
Orang-orang yang mempunyai skor yang tinggi dalam kontrol internal, pada
umumnya yakin bahwa sumber kontrol berada dalam diri mereka sendiri dan mereka
melakukan kontrol personal yang cukup tinggi dalam kebanyakan situasi. Orang-
orang yang mempunyai skor yang tinggi dalam kontrol eksternal, pada umunya yakin
bahwa hidup mereka banyak dikendalikan oleh dorongan-dorongan diluar diri
mereka, seperti keberuntungan, takdir, atau perilaku dari orang lain.
d) Interpersonal Trust Scale

Rotter melihat kepercayaan antarpribadi sebagai keyakinan dalam


berkomunikasi dengan orang lain ketika tidak ada bukti untuk tidak meyakini hal
tersebut, sementara sifat mudah percaya berarti meyakini kata-kata orang lain secara
naif atau bodoh. Rotter (1980) menyimpulkan hasil penelitian-penelitian yang
mengindikasikan bahwa orang-orang yang mempunyai skor yang tinggi dalam
kepercayaan antarpribadi, berkebalikan dengan skor yang rendah.

1. Tidak mungkin untuk berbohong


2. Mungkin lebih tidak akan berlaku curang atau mencuri
3. Lebih mungkin untuk memberikan kesempatan kedua untuk orang lain
4. Lebih mungkin untuk menghrgai hak orang lain
5. Lebih tidak mungkin untuk tidak menjadi bahagia, banyak berkonflik,
ataupun tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain.
6. Lebih disukai dan populer
7. Lebih dapat dipercaya
8. Tidak lebih ataupun kurang mudah dipercaya
9. Tidak lebih atau kurang cerdas.

Dengan perkataan lain, orang dengan kepercayaan yang tinggi tidak mudah
percaya ataupun naïf, dan daripada disakiti dengan sikap dapat dipercaya mereka,
mereka terlihat memiliki banyak karakteristik yang dianggap orang lain sebagai
positif atau diinginkan.

5. Perilaku Maladaptif

Dalam teori belajar sosial Rotter, perilaku maladaptif adalah perilaku bertahan
apapun yang gagal menggerakkan seseorang untuk menjadi lebih dekat dengan tujuan
yang diinginkan. Perilaku ini sering kali, walaupun kadang dapat dihindari muncul
dari kombinasi antara nilai kebutuhan yang tinggi dan kebebasan bergerak yang
rendah; atau bersal dari tujuan yang ditetapkan dengan terlalu tinggi atau tidak
realistis apabila tidak dikaitkan dengan kemampuan orang tersebut dalam
mencapainya (Rotter, 1964). Sebagai contoh, kebutuhan akan cinta dan afeksi adalah
realistis, tetapi beberapa orang mempunyai tujuan yang tidak realistis untuk dapat
dicintai oleh semua orang. Oleh karena itu, nilai kebutuhan mereka tentu saja akan
melebihi kebebasan bergerak mereka sehingga menghasilkan perilaku yang
kemungkinan akan bersifat defensif atupun maladaptive.

Menetapkan tujuan terlalu tinggi adalah salah satu dari beberapa kontributor
yang dapat menyebabkan perilaku maladaptif. Penyebab yang sering terjadi lainnya
adalah kebebasan bergerak yang rendah. orang mungkin mempunyai ekspektasi yang
rendah untuk berhasil karena tidak mempunyai cukup informasi atau kemampuan
untuk melakukan prilaku yang akan diikuti oleh penguatan positif. Kesimpulannya,
seseorang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik biasanya dicirikan oleh
tujuan-tujuan yang tidak realistis, perilaku yang tidak tepat, kemampuan yang tidak
mencukupi, atau ekspektasi yang terlampau rendah untuk dapat melakukan perilaku
yang dibutuhkan untuk dapat penguatan positif.

6. Psikoterapi
Bagi Rotter (1964), permasalahan psikoterapi adalah permasalahan bagaimana
membuat perubahan pada perilaku melalui interaksi antara satu orang dengan orang
lain. Secara umum, tujuan dari terapi Rotter adalah untuk membawa kebebasan
bergerak dan nilai kebutuhan agar selaras, sehingga akan mengurangi perilaku yang
defensive atau menghindar.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Teori Belajar Kognitif Sosial dari Julian Rotter berusaha untuk membuat teori
kekuatan penguatan dengan memakai teori kognitif. Menurut Rotter, perilaku
manusia dalam situasi yang spesifik adalah fungsi dari ekspektasi mereka atas
penguatan dan kekuatan dari kebutuhan yang terpuaskan oleh penguatan tersebut.
Unit Kognitif-Afektif meliputi strategi econding, atau cara mereka menginterpretasi
dan menggolongkan informasi; kompetensi dan rencana regulasi diri, atau apa yang
dapat mereka lakukan dan strategi mereka untuk melakukannya; ekspektasi dan
keyakinan mereka mengenai persepsi konsekuensi dari tindakan mereka; tujuan dan
nilai; serta respons afektif mereka.

Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis agar dapat mengerti secara dalam tentang teori kognitif sosial Rotter.
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., & Feist, G. J. (2016). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba


Humanika. Engler, B. (2014). Personality Theories: An Introduction,
Ninth Edition. USA:
Wadsworth.
Hanifah. (2016). Modul Perkuliahan: Psikologi Kepribadian Kontemporer.
Jakarta: Mercu Buana.

http://tiffany191193.blogspot.com/2012/11/pengertian-psikologi-kepribadian-
dari.html. Di akses pada tanggal 12 Oktober 2021
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tepat!

1. Siapakah tokoh dari teori kognitif sosial?


a. Sigmund Freud
b. Julian Rotter
c. Erik H. Erikson
d. Karen Horney
2. Pada tanggal berapakah tokoh dari teori ini lahir?
a. 12 Oktober 1916
b. 22 Oktober 1919
c. 22 Oktober 1916
d. 21 Oktober 1916
3. Apa salah satu hipotesis yang menjadi rujukan pada teori ini?
a. Semua perilaku manusia datang dengan sendirinya
b. Kepribadian manusia dapat dipelajari
c. Motivasi manusia ada di orangtua
d. Semua tindakan manusia berdasarkan insting
4. Apasajakah 3 kebutuhan kompleks yang menjadi komponen peting?
a. Cinta, afeksi, dan sentuhan
b. Ego, superego, dan insting
c. Kecemasan dasar, permusuhan dasar, dan pengaruh social
d. Potensi Kebutuhan, kebebasan bergerak, dan nilai kebutuhan.
5. Menetapkan tujuan terlalu tinggi adalah salah satu dari beberapa kontributor
yang dapat menyebabkan perilaku…
a. Maladaptif
b. Adaptif
c. Cemas
d. Halusinasi
6. Dipelajari melalui pengalaman terdahulu dari suatu respons tertentu atau
respons yang mirip, dan didasari oleh keyakinan bahwa suatu perilaku
tertentu akan diikuti oleh pengutan positif adalah pengertian dari…
a. Ekspetasi spesifik
b. Penguatan psikologis
c. Ekspektsi umum
d. Kognitif social
7. Apa nama dua skala Rotter yang paling umum untuk mengukur ekspetasi?
a. Skala likert dan skala Guttman
b. Internal-External Control Scale dan Interpersonal Trust Scale
c. Skala Kognitif dan skala Kompetitif
d. Skala ukur kepribadian dan skala ukur Potensi
8. Dari enam kebutuhan, kebutuhan manakah yang paling mendasar?
a. Kenyamanan fisik
b. Cinta dan afeksi
c. Kemandirian
d. Pengakuan status
9. Dimanakah Julian Rotter dilahirkan?
a. Jerman
b. Polandia
c. Iran
d. Brooklyn New York
10. Apakah definisi kebebasan bergerak pada teoeri kognitif sosial?
a. Ekspektasi keseluruhan untuk diberikan penguatan yang dimiliki
seseorang untuk dapat melakukan perilaku yang diarahkan untuk
memuaskan beberapa kebutuhan umum
b. Individu bebas dalam memilih
c. Seseorang bebas dalam berpendapat
d. Sejauh mana seseorang memilih seperangkat penguatan daripada yang
lainnya.
Kunci jawaban:

1. B
2. C
3. B
4. D
5. A
6. C
7. B
8. A
9. D
10. A

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

1. Apa yang kamu ketahui tentang teori kognitif sosial Julian Rotter?

Jawab : Teori yang menunjukkan bahwa perilaku manusia dapat di pelajari

2. Ada berapakah hipotesis dasar yang dijadikan landasan oleh Rotter mengenai

rujukannya? Sebutkan!

Jawab: ada 5 hipotesis dasar, yaitu:

- Manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti untuknya


- Kepribadian manusia bersifat dipelajari
- Kepribadian mempunyai kesatuan mendasar
- Motivasi terarah berdasarkan tujuan
- Manusia mampu untuk mengantisipasi kejadian.
3. Apa tujuan dari psikoterapi pada teori ini?
Jawab: untuk membawa kebebasan bergerak dan nilai kebutuhan agar selaras,
sehingga akan mengurangi perilaku yang defensive atau menghindar
4. Apa yang kamu ketahui tentang Dominasi?
Jawab: Dominasi adalah kebutuhan untuk mengendalikan perilaku orang lain
disebut dengan dominasi. Kebutuhan ini meliputi seperangkat perilaku yang
terarah untuk mendapatkan kekuasaan atas hidup teman-teman, keluarga,
kolega, atasan, dan bawahan.
5. Ada berapakah cara untuk memprediksi perilaku pada teori ini?
Jawab: ada 2 yaitu memprediksi perilaku secara umum dan memprediksi
perilaku secara spesifik

Anda mungkin juga menyukai