Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DALAM BIDANG KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial Lanjut

Dosen pengampu:
Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., M.A.

Disusun oleh kelompok 8


1. Sania Pangesti 15000119130222
2. Raisha Khairuliza 15000119140273
3. Dina Agustin 15000119120034
4. Oinike Patricia Putri 15000119120022
5. Aulia Rukhiyati Aulad 15000119140170
6. Maulana Fathur R 15010116130173

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kami rahmat, hidayah dan kesehatan untuk menyusun makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi. Kami berterima
kasih kepada Ibu Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., M.A. yang senantiasa membantu kami dalam
kegiatan belajar mengajar yang mana membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
tak lupa pula rekan-rekan yang telah mencurahkan tenaga, waktu dan pikirannya untuk
menyusun makalah ini.

Tiada gading yang tak retak, kami tim penyusun makalah mengetahui bahwa
dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan perlu adanya perbaikan.
Kami memohon maaf jika masih ada kata-kata atau hal yang tidak sesuai sehingga saran
dan kritik yang dapat membangun kami agar kedepannya kami bisa melakukan yang
lebih baik. Sekian dari kami, apabila ada salah kata kami mohon maaf.

Semarang, 30 Oktober 2020

Kelompok 8

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Fenomena di Bidang Kesehatan...............................................................................5
B. Penerapan Psikologi Sosial dalam Bidang Kesehatan..............................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada lingkungan organisasi pelayanan kesehatan, pasien diasumsikan sebagai
konsumen. Menjamin kepuasan pasien adalah prioritas utama yang ditetapkan oleh
berbagai organisasi kesehatan. Kualitas memiliki peranan penting ketika pasien
mulai memilih penyedia pelayanan kesehatan berdasarkan mutu pelayanan dan
tingkat kepuasan dari pengalaman sebelumnya. Berdasarkan Institute of Medicine
(IOM), kualitas adalah sejauh mana layanan kesehatan populasi dan individu
meningkatkan kemungkinan hasil perawatan kesehatan yang diinginkan serta
konsisten dengan pengetahuan profesional saat ini. Tingkat kenyamanan yang
diberikan oleh penyedia jasa sangat mempengaruhi kepuasan maupun ketidakpuasan
seseorang terhadap proses pelayanan yang diterimanya. Oleh karena itu,proses
pelayanan kesehatan yang diberikan pihak rumah sakit hendaknya mampu
menunjang kesembuhan pasien. Selain itu, hendaknya juga dapat meningkatkan
kepercayaan diri pasien untuk berusaha melawan penyakit yang diderita olehnya.
Dengan demikian, jasa kesehatan harus terjangkau oleh masyarakat dan tersedia
secara merata (Sunaringtyas, 2014).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi teori psikologi sosial yang ada dalam aplikasinya menunjang
peningkatan mutu pelayanan kesehatan?

C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui bagaimana aplikasi teori psikologi sosial yang ada dalam aplikasinya
menunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
A.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fenomena di Bidang Kesehatan


Ketimpangan jumlah tenaga kerja dengan jumlah penduduk akan memberikan
dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat. Jumlah yang tidak seimbang
antara tenaga kesehatan (dokter) dengan jumlah penduduk (pasien) tentunya akan
memberikan pengaruh yang besar pada proses interaksi sosial maupun ekonomi di
antara kedua pihak. Interaksi sosial ekonomi seperti ini antara dokter dengan pasien
memiliki hubungan dengan pelayanan kesehatan yang termasuk di dalamnya
pemeriksaan dan pengobatan. Interaksi yang terjadi antara dokter dengan pasien ini
tidak bisa dilepas dengan orang-orang yang ikut serta dalam proses pelayanan
kesehatan, khususnya pada seorang dokter dan pasien itu sendiri.
Petugas kesehatan atau lebih yang dikenal dengan sebutan dokter, merupakan
kunci utama dalam proses pengobatan atau penyembuhan penyakit pasiennya.
Sedangkan bagi masyarakat biasa, seorang dokter merupakan “agent of treatment”
yang mempunyai kemampuan serta pengetahuan dalam mendiagnosa dan
menyembuhkan berbagai penyakit, sehingga seorang dokter memiliki kekuasaan
dalam melakukan suatu tindakan kepada pasiennya demi keberlangsungan
penyembuhan pasiennya. Sesuai dengan keinginan dan pandangan pasien mengenai
peranan dokter tersebut, dapat terjadi interaksi antara dokter dengan pasien. Namun,
dalam beberapa hal sering terjadi interaksi yang tidak seimbang, dimana seorang
dokter lebih aktif untuk menyampaikan hasil diagnosa dan pengobatan pasien,
sedangkan si pasien secara pasif menerima hasil dan sarannya serta acuh tak acuh
terhadap arahan yang diberikan oleh dokter.
Hal yang sebaliknya juga sering terjadi, dimana seorang pasien yang sudah
mengikuti arahan, namun dokter yang acuh tak acuh terhadap kondisi dan
perkembangan pasiennya. Interaksi antara dokter dengan pasien yang tidak seimbang
ini bisa dikarenakan pasien yang tidak banyak mengetahui hal medis dan membuat

4
mereka menjadi takut untuk bertanya kepada dokter, sedangkan dokter yang
memiliki waktu yang mendesak dan tidak sabar saat berkomunikasi dengan
pasiennya. Interaksi seperti ini terkadang seperti menunjukkan peran dokter yang
mengetahui segala hal mengenai medis dan pasien yang hanya mengikuti arahannya
sehingga bersifat paternalistik atau seperti tindakan merendahkan di satu pihak.
Menurut Katz (2006) dalam bukunya “The Silent World of Doctor and Patient”
berpendapat bahwa pola paternalistik terjadi karena pencitraan seorang dokter yang
merupakan sosok yang sangat sempurna dalam mengobati pasiennya, sehingga hal
itu membuat pasien akan menyerahkan dirinya pada dokter. Terkadang seorang
dokter juga menyadari akan hal itu sehingga secara tidak disadari dokter tersebut
akan selalu mempertahankan citranya dan bersikap seolah-olah sempurna dan lebih
mengetahui segalanya dari pasiennya, dan pasien akan berserah diri kepada dokter.

B. Penerapan Psikologi Sosial dalam Bidang Kesehatan


Psikologi telah cukup dalam terlibat dalam mempromosikan kesehatan,
perawatan dan pencegahan penyakit, dan juga meningkatkan sistem perawatan
kesehatan (Matarazzo, 1980). Psikologi sosial menurut Allport (dalam Franzoi,
2005) merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk memahami bagaimana pikiran,
perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh kehadiran orang lain yang nyata,
dibayangkan atau tidak langsung.

Psikologi sosial dapat memainkan peranannya dalam bidang kesehatan, seperti:


1. Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Persuasi
Mempengaruhi orang lain berhenti merokok, mempelajari bentuk komunikasi
antara dokter dan pasiennya, dan juga menelaah bagaimana hubungan interpersonal
dapat mempengaruhi kesehatan dan proses penyembuhan seseorang. Secara khusus
Psikologi Sosial berusaha memberikan insight literal dan praktis pada praktek dunia
medis seperti misalnya: konstruksi perilaku gender, dukungan sosial, interaksi dokter
dan pasien yang melibatkan konsep peran, peningkatan keefektifan komunikasi dan
strategi kepatuhan pada “regim” medis.

5
Lebih dari 90 tahun yang lalu, Durkeim (1897-1951) menggambarkan bahwa
kemunculan masyarakat industri dan teknologi telah membawa manusia kehilangan
integrasi sosial seperti misalnya mulai pudarnya ikatan antar individu dan keluarga
besarnya, dengan komunitasnya bahkan institusi keagamaannya. Oleh Karena itu
tidaklah heran apabila hal-hal tersebut menjadi penyebab terjadinya bunuh diri.

2. Social Support
Merupakan faktor yang memainkan peranan penting dalam morbiditas (penyakit)
dan mortalitas (kematian). Kaplan dan kawan-kawan (1989) menyatakan bahwa
individu yang berada dalam situasi dukungan sosial yang rendah dan terjadi secara
menerus akan berada pada resiko buruknya kesehatan. Hal yang lebih buruk akan
terjadi ketika kondisi seperti itu disertai dengan keadaan yang sangat tertekan.
Beberapa hasil studi menyatakan bahwa tingkat dukungan sosial juga berpengaruh
terhadap kesehatan dan proses penyembuhan seseorang. Sebagai contoh orang yang
memiliki pasangan hidup lebih cenderung untuk lebih sedikit mengalami proses
pengobatan dan lebih cepat sembuh dari operasi yang telah dijalankan (Kuli dan
Maher, dalam Sadava dan McCreary, 1997).
Rendahnya dukungan sosial ternyata berhubungan dengan tingginya tingkat
kematian dan lebih lamanya proses kesembuhan pasien jantung. Studi yang lain juga
menemukan bahwa proses penyembuhan penyakit jantung koroner dipercepat
dengan adanya dukungan sosial, yang dalam hal ini ditunjukkan dengan rendahnya
tingkat kesepian pasien (Fontana, et al. dalam Sadava dan McCreary, 1997).

3. Peran Gender
Membuktikan bahwa ada perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan
berkaitan dengan perawatan kesehatan. Lebih banyak kaum perempuan yang masuk
ke sekolah perawat daripada laki-laki (Lewis, dan Sadava dan McCreary, 1997).
Pasien perempuan juga cenderung untuk lebih menerima informasi yang lebih
banyak dan lebih jelas daripada pasien laki-laki (Waitzkin, 2002). Stewart (dan
Sadava dan McCreary, 1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa pasien perempuan
cenderung untuk lebih mampu mengekspresikan apa yang dirasakannya. Secara

6
umum perempuan cenderung lebih cakap dalam keterampilan berkomunikasi
sehingga tidak mengherankan apabila kepuasan lebih dirasakan oleh kaum
perempuan daripada laki-laki. Di lain pihak dokter perempuan cenderung untuk
menggunakan waktu konsultasi yang lebih lama dengan pasiennya, terlebih terhadap
pasien perempuan. Hall dan kawan-kawan (1998) mendapatkan bahwa dokter
perempuan cenderung untuk lebih menyukai pasiennya bila pasien tersebut
menderita sakit yang tidak terlalu serius, puas dengan perawatan yang diberikan dan
tentunya pasien laki-laki.

4. Teori Akomodasi Percakapan Interpersonal


Sementara itu, permasalahan interaksi antara dokter dan pasien dapat dipecahkan
dengan teori akomodasi percakapan interpersonal, yaitu:
a. Speech maintenance
Muncul ketika kedua pihak berbicara seperti apa adanya, tidak memperhatikan
pola bicara antara kedua pihak.
b. Speech divergence
Terjadi ketika salah satu pihak mendominasi percakapan yang mengakibatkan
adanya perbedaan sosial.
c. Speech convergence
Terjadi ketika salah satu pihak berusaha untuk menyelaraskan pola bicara partner
interaksinya. Pola ini berusaha sedemikian rupa untuk meminimalkan perbedaan
sosial dan mempertahankan sosial harmoni antara kedua pihak.

5. Pola Komunikasi Antara Pasien dan Dokter


Pola komunikasi yang lebih jelas lagi membedakan hubungan antara pasien dan
dokter adalah:
a. Doctor-centered
Komunikasi doctor-centered berisikan pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang
sederhana dan ditujukan untuk dengan cepat mendiagnosa dengan tepat keadaan
pasien.
b. Patient-centered

7
Menekankan pada strategi pertanyaan terbuka (open-ended questions) kepada
pasien. Pasien memiliki kebebasan untuk menjelaskan permasalahan yang dihadapi
dengan kata-kata yang dirangkai sendiri. Pendekatan yang terakhir sangat
memfasilitasi tercapainya informasi penyakit dan perawatan yang sangat ingin
diketahui pasien. Dokter akan lebih baik dalam mendiagnosis penyakit dan pasien
merasa puas dengan proses komunikasi yang ada. Hubungan antara dokter dan
pasien juga dapat menciptakan harapan positif akan pengobatan yang dilakukan.

6. Placebo Effect
Konsep placebo effect sekiranya dapat menjelaskan fenomena ini. Banyak
proses medikasi yang berhasil karena didalamnya terdapat fondasi placebo.
Meskipun konsep placebo effect dijelaskan sebagai mobilisasi harapan, kekuatan
sugesti dan self- fulfilling prophecy, namun diyakini bahwa kesemuanya terletak
pada komunikasi antara pasien dan dokternya. Tidak dapat disangkal bahwa pasien
dan dokter yang tidak saling percaya satu sama lainnya akan mengalami proses
perawatan yang tidak efektif.

7. Prinsip Psikologi Sosial Yang Dapat Membantu Individu Memahami Proses


Kepatuhan
Prinsip-prinsip psikologi sosial sekiranya dapat membantu individu untuk
lebih baik dalam memahami proses kepatuhan (Cialdini et al., 1999). Beberapa
prinsip psikologi sosial yang dapat dipertimbangkan secara praktis oleh kaum medis
antara lain:
a. Orang cenderung untuk memiliki konsistensi dalam sikap dan tindakannya. Secara
khusus, suatu tindakan cenderung untuk menimbulkan perasaan komitmen bagi
tindakan dimasa mendatang yang konsisten dengan tindakan pertamanya. Freedman
dan Fraser (dalam Baron dan Byrne, 2004) mendapatkan bahwa seseorang yang
mematuhi permintaan kecil, cenderung untuk memenuhi permintaan yang lebih besar
di masa mendatang. Konsep ini dikenal dengan teknik foot-in-the-door. Profesional
dalam kesehatan tentunya dapat menerapkan teknikini dengan pertama kali

8
merekomendasikan perubahan perilaku yang kecil terlebih dahulu sebelum
memasuki perubahan gaya hidup yang lebih besar lagi.
b. Orang cenderung untuk membenarkan pilihan sikap dan tindakan mereka dengan
cara membandingkan dirinya dengan orang lain dalam situasi yang sama. Para
profesional kesehatan tentunya dapat menggunakan konsep social comparison
process ini melalui misalnya mempublikasikan perubahan perilaku yang diharapkan
seperti misalnya menurunnya jumlah perokok pada kelompok tertentu dalam suatu
masyarakat.
c. Rekomendasi lebih mungkin dipatuhi ketika berasal dari sumber yang dapat
dipercaya. Dokter pada umumnya dipersepsi sebagai sumber yang dapat dipercaya
terlebih bila ia berpengalaman.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketimpangan jumlah tenaga kerja dengan jumlah penduduk akan
memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat. Jumlah yang
tidak seimbang antara tenaga kesehatan (dokter) dengan jumlah penduduk
(pasien) tentunya akan memberikan pengaruh yang besar pada proses interaksi
sosial maupun ekonomi di antara kedua pihak. Interaksi sosial ekonomi seperti ini
antara dokter dengan pasien memiliki hubungan dengan pelayanan kesehatan
yang termasuk di dalamnya pemeriksaan dan pengobatan. Interaksi yang terjadi
antara dokter dengan pasien ini tidak bisa dilepas dengan orang-orang yang ikut
serta dalam proses pelayanan kesehatan, khususnya pada seorang dokter dan
pasien itu sendiri.
Psikologi bersinggungan dengan kesehatan, keperawatan & pencegahan
penyakit, dan juga ,meningkatkan sistem perawatan kesehatan melalui promosi -
promosi yang dilakukan (Matarazzo, 1980). Psikologi sosial menurut Allport
(dalam Franzoi, 2005) merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami
bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh kehadiran
orang lain yang nyata, dibayangkan atau tidak langsung.
Psikologi sosial dapat memainkan peranannya dalam bidang kesehatan
seperti mengaplikasikan prinsip-prinsip persuasi untuk mempengaruhi orang lain
berhenti merokok, mempelajari bentuk komunikasi antara dokter dan pasiennya,
dan juga menelaah bagaimana hubungan interpersonal dapat mempengaruhi
kesehatan dan proses penyembuhan seseorang. Secara khusus Psikologi Sosial
berusaha memberikan insight literal dan praktis pada praktek dunia medis seperti
misalnya: konstruksi perilaku gender, dukungan sosial, interaksi dokter dan
pasien yang melibatkan konsep peran, peningkatan keefektifan komunikasi dan
strategi kepatuhan pada “regime” medis.

10
B. Saran
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak cukup diusahakan oleh
tenaga medis semata, masyarakat sebagai pasien pun dapat turut membantu
peningkatan kualitas pelayanan ini dengan sikap patuh, mengikuti apa yang
dokter instruksikan, memberikan dukungan sosial, mempelajari pola komunikasi
dan aktif dalam proses komunikasi, tetap menjaga kesehatan, sehingga
kesejahteraan masyarakat sebagai pasien serta kepuasan dokter sebagai tenaga
medis dapat tercapai dengan merata.
A.

11
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A. & Byrne, Donn. (2004). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Cialdini, R.B., Wosinska, W., Barrett, D.W., Butner, J. & Gornik-Durose, M. (1999).
Compliance with a request in two cultures: The differential influence of social
proof and commitment/consistency on collectivists and individualists, Personality
and Social Psychology Bulletin. 25, 1242-1253.
Franzoi, S. L. (2005). Social psychology. New York: McGraw-Hill.
Hall, J.A., Epstein, A.M., & Mc Neil, B.J. (1998). Physicians liking for their patients:
More evidence of the role of affect in medical care. Health Psychology, 12, 140-
146.
Kaplan, R., & Kaplan, S. (1989). The experience of nature: A psychological perspective.
Cambridge: Cambridge University Press.
Katz, Jay. (2006). The silent world of doctor and patient. New York: Free Press
Matarazzo, J. D. (1980). Behavioral health and behavioral medicine: Frontiers for a new
health psychology. American Psychologist, 35(9), 807–817.
https://doi.org/10.1037/0003-066X.35.9.807
McCreary, D. R., & Sadava, S. W. (1998). Stress, drinking, and the adverse
consequences of drinking in two samples of young adults. Psychology of
Addictive Behaviors, 12(4), 247–261. https://doi.org/10.1037/0893-164X.12.4.247
Sunaringtyas, Rachmawati. (2014). Studi Kualitas Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit
dengan Menggunakan Metode Six Sigma. Jurnal MHB, Volume 2.
Waitzkin, H. (2002). Information giving in medical care. Journal of health and social
behavior. 26, 81-101.
Yani, Achmad. (2009). Interaksi Sosial Ekonomi Dokter dan Pasien dalam Pelayanan
Kesehatan (Studi Mengenai Interaksi Sosial Ekonomi Dokter dan Pasien dalam
Pelayanan Kesehatan Gratis di Poliklinik Al Wustho, Surakarta). Skripsi. F.ISIP
Jur. Sosiologi. UNS. Surakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai