Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Vitalisme

Vitalisme adalah paham di dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada
dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irrasional atau tidak rasional.
Vitalisme percaya bahwa seluruh seluruh aktivitas atau perilaku manusia pada dasarnya
merupakan perwujudan dari energi-energi atau kekuatan-kekuatan yang tidak rasional dan
instingtif. Manusia merasa bahwa perilakuya seolah-olah dilandasi oleh keputusan-keputusan
yang rasional, tetapi sesungguhnya didasari oleh energi, naluri, atau nafsu yang tidak rasional.
Rasio hanyalah alat yang berfungsi untuk merasionalisasikan hal-hal atau keputusan-keputusan
yang sebetulnya tidak rasional. Acuan vitalisme terutama adalah ilmu biologi dan sejarah.
Biologi mengajarkan bagaimana kehidupan ditentukan bukan oleh rasio, melainkan oleh
kekuatan untuk bertahan hidup (survive) yang sifatnya tidak rasional dan instingtif. Agar
organisme tetap bisa survive, maka tidak ada dan tidak diperlukan pertimbangan rasional,
melainkan naluri untuk mempertahankan hidup. Sejarah pun membuktikan hal yang sama:
peristiwa-peristiwa penting yang menentukan jalannya sejarah dan peradaban umat manusia,
seperti revolusi-revolusi, hampir selalu digerakkan oleh dorongan-dorongan atau energi-energi
yang sangat tidak rasional dan instingtif.

Vitalisme adalah paham atau aliran dalam filsafat manusia yang beranggapan bahwa
kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat iirasional
atau tidak rasional. Dengan memberi tekanan pada kenyataan yang tidak rasional, maka vitalisme
berbeda dari idealisme dan materialisme. Vitalisme percaya bahwa kenyataan sejati pada
dasarnya adalah berupa adalah energi, daya, kekuatan, non fisik yang tidak rasional dan instingtif
(liar). Setiap keputusan atau perilaku mausia yang dianggap rasional pada dasarnya adalah
rasionalisasi saja dari keputusan-keputusan yang tidak rasional tersebut. Menurut aliran ini rasio
hanyalah alat yang berfungsi untuk merasionalisasikan hal-hal atau keputusan-keputusan yang
sebetulnya tidak rasional. Tokoh dalam aliran ini adalah Nietzsche, Arthur Schopenheur.

Vitalisme atau filsafat hidup dianut oleh seorang kelahiran Perancis yaituHenri Bergson


(1958-1941). Vitalisme merupakan suatu doktrin yang menyatakan adanya kekuatan di luar
alam. Kekuatan tersebut memiliki peranan yang esensial mengatur segala sesuatu yang terjadi di
alam semesta ini (misalnya Tuhan).Pendapat ini ditantang oleh beberapa orang lain karena dalam
ilmu alamiah dikatakan bahwa segala sesuatunya harus dapat dianalisis secara eksperimen.
Vitalisme juga dapat diartikan sebagai ajaran yang mempercayai bahwa setiap benda hidup
dalam dirinya terdapat/memiliki kekuatan yang tidak terlihat atauenergi yang menyebabkan
benda tersebut dinyatakan hidup. Orang-orang yangmempercayai doktrin tersebut mengatakan
bahwa hukum fisika dan kimia tidaksepenuhnya mampu menjelaskan mengenai kehidupan
berbagai makhluk dan proses kehidupan makhluk-makhluk tersebut.Henry Bergson (1958-1941)
menyebutkan Elan Vital. Dikatakan bahwa Elan Vital  merupakan sumber dari sebab kerja dan
perkembangan dalam alam.Elan Vital adalah istilah yang dikemukakan oleh Bergson untuk
menunjuk suatusemangat hidup bergelora, berdaya cipta dan dorongan yang kuat. Asas hidup
inimemimpin dan mengatur gejala hidup dan menyesuaikannya dengan tujuan hidup.(Surajiyo,
2012: 121)

Pemikiran Vitalisme
Adapun menurut Praja (2003: 175) buah pikiran Bergson dalam aliranVitalisme ini antara
lain hidup, naluri, akal, intuisi, dan agama.
1) Hidup
Hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal dunia yang berkembang
dengan melaaawan penahanan atau penentangan materi (yaitusesuatu yang lamban yang
menentang gerak, dan di pandang oleh akal sebagaimateri atau benda).manakala gerak
perkembangan dalam hidup itu di gambarkansebagai gerak ke atas, materi adalah gerak
ke bawah yang menahan gerak ke atasitu. Dalam perkembangannya sebagai gerak
ke atas, hidup mempunyai penahanangerak ke bawah. Hal ini mengakibatkan hidup
terbagi-bagi menjadi arus yangmenuju banyak jurusan, yang sebagian ditundukkan oleh
materi sedangkan sebagian lainnya tetep memiliki kecakapannya untuk berbuat secara
bebas dan dengan terus berjuang keluar dari genggaman materi.Bergson (dalam Praja,
2003: 176) yakin adanya evolusi dalam kehidupan. Evolusi tersebut menggambarkan
sebagai perkembangan linear (segaris) yang satu sesudah yang lain dengan manusia
sebagai puncaknya. Menurut Bergson (dalamPraja, 2003: 176) evolusi adalah suatu
perkembangan yang menciptakan, yangmeliputi kesadaran, segala hidup, segala
kenyataan, yang dalam perkembangannya itu terus menerus menciptakan bentuk- bentuk
yang baru dan menghasilkan kekayaan baru.
2) Naluri
Naluri adalah tenaga naluri bawaan kelahiran guna memanfaatkan alat-alat organis
tertentu dengan cara tertentu. Kerja naluri terjadi otomatis, tanpamemberi tempat pada
spontanitas atau pembaruan (naluri burung mebuatsarangnya). Naluri semata- mata
diarahkan dengan kepentingan kelompok danrumpunnya. Oleh karena itu, sifat individual
ditaklukkan kepada sikap kelompok. Naluri adalah pembawaan alami yang tidak disadari
atau tidak perludipelajari karena memang sudah fitrah atau kodrat dari sang Pencipta.
Nalurimendorong seseorang unutk berbuat sesuatu.
3) Akal
Akal yang dimiliki manusia merupakan kecakapan untuk menciptakanalat- alat kerja bagi dirinya
dan secara bebas mengubah- ubah pembuatan alat- alatkerja itu. Akal mencakapkan manusia
untuk menyadarkan diri akan kepentingantiap individu. Akan tetapi akal tidak dapat dipakai
untuk mendefinisikan hakikatyang sebenarnya dari segala kenyataan, karena akal adalah adalah
hasilperkembangan dalam rangka proses hidup. Akal itu tumbuh karena penyesuaianmanusia.
Dengan akalnya manusia dapat menyesuaikan diri dengan duniasekitarnya .
4) Intuisi
Intuisi adalah tenaga ruhani, suatu kecakapan yang dapat melepaskan diridari akal,
kecakapan untuk meyimpulkan serta meninjau dengan sadar. Intuisiadalah naluri yang
mendapat kesadaran diri, yang telah dicakapkan untukmemikirkannya serta memperluas
sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
5) Agama
Bergson membagi agama menjadi dua macam yaitu agama yang statis danagama yang
dinamis.
a) Agama yang statis adalah agama yang timbul karena hasil karya perkembangan. Di
dalam perkembangan ini alam telah memberikan kepadamanusia kecakapam untuk
menciptakan dongeng- dongeng yang dapatmengikat manusia satu dengan lainnya.
Karena dengan akalnya, manusia tahu bahwa ia harus mati. Karena akalnya juga manusia
tahu ada rintangan-rintangan yang tak terduga sehingga menghalangi usahanya untuk
mencapaitujuannya. Alam telah membantu manusia untuk memikul kesadaran yang pahit
ini dengan khayalan- khayalan. Dengan demikian, agama dapatdigunakan sebagai alat
bertahan terhadap segala sesuatu yang dapatmenjadikan manusia putus asa. 
b) Agama yang dinamis adalah agama yang diberikan oleh institusi. Dengan perantaraan
agama inilah manusia yang dapat berhubungan dengan asas yang lebih tinggi yang lebih
berkuasa dari dirinya sendiri. Bentuk agama yang plaingtinggi adalah mistik yang secara
sempurna terdapat dalam agama Kristen.Itulah filsafat hidup Bergson yang besar sekali
pengaruhnya di Perancis. Ketikaia membahas agama Kristen yang berarti
sebagai pengangan hidup karena iaagama yang paling tinggi.

Anda mungkin juga menyukai