Korupsi telah menjadi budaya di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan
kasus korupsi yang cukup besar dimana pada akhirnya berdampak pada budaya dan
menimbulkan sistem baru yaitu dimana orang yang ber-duitlah yang berkuasa.Dan
kondisi yang terjadi pada saat ini, masyarakat Indonesia masih sulit membedakan, mana
tindakan yang korup dan mana tindakan yang bukan korup.
Korupsi menurut UU No.20 tahun 2001 adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan
negara atau perkonomian negara.
Ignatius Haryanto dalam artikelnya di harian Kompas mengajak kita mencatat prestasi
bangsa Indonesia : sebagai salah satu negara ter-korup selama bertaun-tahun.
Dengan skor IPK (Indeks Perilaku Korupsi) sebesar 37, Indonesia berada diperingkat 96
dari 180 negara yang disurvei. Skor IPK yang digunakan dalam survei TII ini berada
pada rentan 0-100 (Suara.com).
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kasus korupsi yang marak
terjadi di negeri ini, dengan demikian kita sebagai masyarakat harus yakin bahwa
meskipun kasus korupsi terjadi di Indonesia, sistem politik dan pemerintahan Indonesia
akan tetap terjaga. Kami dapat menyatakan demikian karena ada beberapa alasan.
Pembentukan KPK juga merupakan salah satu bukti keseriusan pemerintah dalam
memberantas korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan lembaga negara yang
dibentuk dengan tujuan mneingkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, sudah
pasti kinerjanya pun tidak pandang bulu.
Banyak pihak yang mencoba untuk meruntuhkan KPK dikarenakan kinerja yang
dilakukannya sangat mengancam banyak oknum korupsi. ICW menilai, KPK berhasil
membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap pemberantasan korupsi. Bahkan,
terdapat 11 prestasi KPK terkait pemberantasan korupsi. 11 prestasi tersebut adalah
keberhasilan KPK pada tingkat penuntutan mencapai 100% , dimana seluruh perkara
yang ditangani berhasil dibuktikan dipengadilan. Berdasarkan argumen tersebut,
masyarakat percaya bahwa pemerintah telah berhasil menanggulangi korupsi dengan
sebaik-baiknya.
Kesimpulannya, dari seluruh argumen yang telah kami bahas yaitu Pemerintah telah
melakukan berbagai upaya guna mencegah terjadinya kasus korupsi. Salah satunya
yaitu mengeluarkan peraturan perundang-undangan dan pembentukan Komisi
Pemberantasan Korupsi. Adanya tindakan tersebut adalah tahapan-tahapan guna
membuat negara Indonesia bersih dan terbebas dari KKN serta mempertahankan
kepercayaan rakyat kepada sistem politik dan pemerintahan.
Kasus korupsi merubah kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik dan
pemerintahan indonesia. Korupsi menjadikan beban hidup yang harus dipikul
melampaui kemampuan rakyat.
Apabila korupsi masih menjadi kasus yang terjadi di Indonesia, maka tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik dan pemerintahan Indonesia akan
berkurang. Dengan adanya korupsi pemerintah telah mencederai hak asasi manusia
karena :
Pertama, banyak hak-hak yang telah diingkari oleh para pelaku tindak pidana korupsi,
salah satuya adalah Hak Asasi Kemanusiaan. HAM sendiri, merupakan sesuatu yang
dilindungi oleh PBB dan ini juga mengacu pada Deklarasi Interasional yang dikeluarkan
PBB.
Pelaku tindak pidana korupsi telah mencederai dan menghilangkan hak orang banyak.
Entah itu dalam hak asasi manusia atau dalam hak-hak warga negara. Meskipun banyak
yang mecetuskan Hak Asasi Manusia bersifat mutlak tetapi dalam hal ini HAM yang
dilaksanakan di negara indonesia tidak bisa dilaksanakan secara mutlak dan perlu
diawasi pelaksanaanya agar setiap orang terjamin hak-haknya. karena pada dasarnya
hukum tidak memanusiakan manusia bagi manusia yang tidak manusiawi .
Terpampang jelas dalam pasal 27 ayat 1 UUD 1945 “ Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” Tetapi jika dilihat dari faktanya terlihat
jelas bahwa hukum di Indonesia timpang sebelah atau “Tumpul ke atas tajam ke
bawah” dan sudah menjadi rahasia umum bahwa hukum Indonesia ternyata bisa dibeli
alias dibayar sebagai pengganti hukum. Para pelaku tindak pidana korupsi masih banyak
yang bisa menikmati fasilitas yang mewah di sel tahanannya. Seperti tersangka kasus
korupsi e-ktp, tersangka korupsi kasus proyek satelit monitoring di Bakamla dan masih
banyak lagi.
Oleh karena itu, para pelaku korupsi telah menyebabkan banyak sekali hak-hak dari
masyarakat yang dirugikan. Dan peran pemerintahpun masih kurang untuk menangani
para pelaku.
Korupsi dapat meningkatkan kemiskinan karena tingkat korupsi yang tinggi dapat
menyebabkan kemiskinan setidaknya untuk dua alasan. Pertama, bukti empiris
menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Kedua,
ketimpangan pendapatan akan berefek buruk terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga
jumlah orang yang menjadi miskin akan bertambah ( Alesina dan Rodrik 1994; Persson
dan Tabellini, 1994)
Dengan ini, kurangnya pemerintah dalam menindak lanjuti para palaku korupsi dapat
mengakibatkan menurunnya tingkat perekonomian negara.
Kesimpulan dari argumen kami adalah, kami sangat tidak setuju jika pemerintah masih
mengizinkan para pelaku tindakan kriminal untuk berlalu-lalang di dalam tubuh
pemerintahan. Karena sudah sangat jelas bahwa pelaku tindak pidana tersebut sudah
menghancurkan kepercayaan kami dengan cara menikmati uang sebanyak 264 juta
penduduk hanya untuk kepentingan pribadi, tanpa mementingan kemakmuran
masyarakat. Padahal tujuan masyarakat memilih wakil rakyat tersebut supaya wakil
rakyat dapat menggunakan kekuasaannya guna kemaslahatan dan kemakmuran
bangsanya.