Anda di halaman 1dari 14

A9

1. Pengertian Emosi
Emosi terdiri dari sedih, takut, jijik, sedih dan terkejut dan lain sebagainya. Emosi
bukanlah marah, melainkan marah adalah bagian dari emosi. Emosi berkembang karena
motif dan derajat perasaan.1[1]
Bentuk-bentuk emosi seperti ketakutan, meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognisi
(situasi berbahaya), kesigapan untuk melakukan tindakan (menghindar), dan perasaan.
Kesigapan untuk melakukan tindakan bergantung pada sistem syaraf autonom ( sistem saraf
yang mengkontrol gerakan tak sadar dan mengatur fungsi tubuh seperti detak jantung,
pencernaan, tingkat pernapasan, buang air kecil, dll ) yang memiliki dua percabangan yaitu
sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik.
Sistem saraf simpatetik memepersiapkan tubuh untuk merespon yang singkat, intens,
dan melawan atau melarikan diri yang penuh semangat, selain itu juga dapat mempercepat
denyut jantung sehingga menyebabkan tekanan darah dan lain. Saraf simpatetik itu terletak
di medula spinalis ( sumsum tulang belakang) didaerah dada dan juga pinggang. Sedangkan
sistem saraf parasimpatetik itu meningkatkan pencernaan dan proses lainya yang bertujuan
mengonservasi energi serta merta menyiapkan diri untuk peristiwa berikutnya. 2[2]
Jadi emosi merupakan perubahan mental dan fisik secara komplek, termasuk gejala
psikologi meliputi perasaan, proses kognitif, ekspressi yang terlihat, reaksi tingkah laku
khusus yang yang terjadi dalam merespon situasi yang diterima secara signifikan.

2. Komponen Emosi
Komponen emosi menurut Rita L. Atkinson, Edward Smith, Richard C. Atkinson dan
Daryl J. Bem, antara lain:
a. Respon Tubuh Internal, terutama yang melibatkan sistem saraf otonomik
b. Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif tertentu
c. Ekspresi wajah
d. Reaksi terhadap emosi. 3[3]

3. Rangsangan dan Emosi


Jika mengalami suatu emosi yang kuat, seperti rasa takut atau marah, mungkin merasakan
sejumlah perubahan pada tubuh, termasuk denyut jantung dan pernapasan yang cepat, rasa
kering di tenggorokan dan mulut, berkeringat, gemeteran dan perasaan tertekan di lambung.
Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi selama rangsangan emosional terjadi akibat
aktivasi cabang simpatik dan sistem saraf otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan
tindakan darurat. Sistem simpatik bertanggung jawab untuk terjadinya perubahan-perubahan
berikut:
a. Tekanan darah dan kecepatan denyut jantung meningkat
b. Pernafasan menjadi lebih cepat
c. Pupil mata mengalami dilatasi
d. Keringat meningkat sementara sekresi saliva dan mukus menurun
e. Kadar gula darah meningkat untuk memberikan lebih banyak energi
f. Darah membeku lebih cepat untuk persiapan kalau-kalau terjadi luka
g. Motilitas saluran gastrointestinal menurun, darah dialihkan dari lambung dan usus ke otak
dan otot rangka
h. Rambut di kulit menjadi tegak, menyebabkan merinding. 4[4]
Sistem saraf simpatis mempersiapkan organisme untuk mengeluarkan energi. Saat emosi
menghilang, sistem parasimpatik yaitu sistem penghemat energi mengambil alih dan
mengembalikan organisme ke keadaan normalnya.
Aktivitas sistem saraf otonomik tersebut dipicu oleh aktivitas di daerah otak tertentu,
termasuk hipotalamus yang memiliki peranan penting dalam banyak motif biologis
dan sistem limbik. Impuls dari area-area tersebut ditransmisikan ke nuklei di batang otak yang
mengendalikan fungsi sistem saraf otonomik. Sistem otonomik kemudian bekerja langsung
pada otot dan organ internal untuk menimbulkan beberapa perubahan tubuh yang dijelaskan
sebelumnya, dan bekerja secara tidak langsung dengan menstimulasi hormon adrenal untuk
menimbulkan perubahan tubuh lainnya.
Karakteristik untuk keadaan emosional seperti marah dan ketakutan, selama organisme
harus bersiap-siap melakukan tindakan, misalnya untuk melawan dan melarikan diri.
Beberapa respons yang sama juga terjadi selama pengalaman yang menyenangkan atau
rangsangan seksual. Tetapi, selama emosi seperti kesedihan atau dukacita, sebagian proses
tubuh mungkin tertekan, atau menjadi lambat.5[5]
4. Ekspresi Dan Emosi
Ekspresi wajah dalam Atlas Ekham dan Friesen adalah foto-foto para model yang
diinstruksikan untuk untuk mengontraksikan otot-otot wajah tertentu berdasarkan analisis
Ekham dan Friesen. Sebagai contoh, untuk menghasilkan ekspresi wajah kaget , model
diinstruksikan untuk menarik alis dan mengangkat dahi dan membuka mata lebar-lebar,
sehingga bagian putih mata berada dibawah iris, untuk mengendurkan otot diseputar
mulutnya, dan menjatuhkan rahangnya.
1. Universalitas ekspresi wajah
Ekspresi wajah manusia khas untuk spesies itu, secara luas diyakini bahwa ekspresi wajah
itu dipelajari dan variable secara cultural. Beberapa studi empiris menunjukan bahwa orang
dari budaya yang berbeda memang membuat ekspresi-ekspresi wajah yang serupa dalam
situasi-situasi yang serupa dan bahwa mereka dapat mengidentifikasi dengan benar
signifikasi emosional berbagai ekspresi wajah yang ditunjukan oleh orang dari luar
budayanya sendiri.

2. Ekspresi wajah primer


Ekham dan fiesen menyimpulkan bahwa ekspresi wajah keenam emosi atau ekspresi
primer (terkejut, marah, sedih, muak, takut, dan senang) semua ekspresi wajah lain dari emosi
murni terdiri atas campuran yang dapat diprediksi. 6[6]
3. Hipotesis umpan balik fasial poligrafi
Hipotesis bahwa ekspresi wajah kita mempengaruhi pengalaman emosional kita (facial
fadeback hypotesis) dalam sebuah tes terhadap hipotesis umpan balik fasial, Rutledgedan
Hupka menginstruksikan subjek untuk membuat salah satu diantara dua pola kontraksi wajah
selama mereka menonton berbagai tayangan slide, pola-pola itu berkorespondensi dengan
wajah bahagia atau marah meskipun subjek tidak menyadarinya, subjek mengatakan bahwa
slide-slide itu membuat mereka lebih bahagia dan tidak begitu marah ketika mereka sedang
membuat wajah bahagia dan kurang bahagia dan lebih marah ketika mereka sedang membuat
wajah marah.
4. Kontrol ekspresi wajah yang disengaja
Kita dapat mengontrol otot wajah kita secara sengaja, maka dimungkinkan untuk
menghambat ekspresi wajah asli dan menggantinya dengan ekspresi wajah palsu. Ada dua
cara untuk membedakan antara ekspresi wajah asli dengan wajah palsu , pertama mikro
ekspresi, ekspresi wajah yang sangat singkat. Sebuah emosi riil seringkali menerobos
diantara ekspresi wajah palsu. Mikro ekspresi hanya berlangsung sekitar 0,95 detik, tetapi
dengan latihan, mereka dapat dideteksi tanpa bantuan fotografi gerak lambat. Kedua, sering
kali ada perbedaan subtil antara ekspresi wajah asli dan palsu yang dapat dideteksi oleh
pengamat ahli.
5. Ekspresi wajah : perspektif mutakhir
Hasil studi Ekhnam tentang ekspresi wajah dimulai sebelum perekaman video lazim
digunakan. Sekarang perekaman video memberikan akses yang nyaris tak terbatas ke
berbagai ekspresi wajah alamiah sebagai respons terhadap berbagai situasi kehidupn nyata,
yang direkam secara langsung. Sebagai hasilnya, sekarang menjadi jelas bahwa ekspresi
wajah primer ekham jarang muncul dalam bentuk murni, mereka adalah ekspresi-ekspresi
ideal dengan banyak variasi subtil. Ketidakseimbangan memunculkan pandangan bahwa
semua emosi positive memiliki ekspresi yang wajah sama.7[7]

B. STRESS
1. Pengertian Stres
Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu.Sebagian individu
mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan ataurespon emosional.Para psikolog juga
mendefinisikan stres dalam berbagaibentuk.Stres bisa mengagumkan, tetapi bisa juga
fatal.Semuanyatergantung kepada para penderita.
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu
peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan
individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan)
atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang
menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh
individu.8[8]
Siagian (2003) mengemukakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang
berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang.9[9]
Sarafino (1994) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang disebabkan oleh
interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-
tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang.10[10]
Bishop (1994) menyatakan bahwa stres adalah interaksi antara individu dengan
lingkungan, menimbulkan suatu tekanan dalam diri individu akibat adanya suatu tuntutan
yang melebihi batas kemampuan individu untuk menghadapinya dan memberikan respon
fisik maupun psikis terhadap tuntutan yang dipersepsi.11[11]
Rathus dan nevid, stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat
adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan.12[12] Menurut Hans Selye dalam bukunya
Hawari (2001) stress adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau
lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjelaskan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan
penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai
keluhankeluhan psikis.Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak
yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.13[13]
Atwarter (1983) bahwa stres merupakan tuntutan penyesuaian yang memerlukan
respon adaptif dari individu.14[14] Dari defenisi stres di atas dapat disimpulkan bahwa stres
merupakan suatu keadaan yang disebabkan adanya tuntutan-tuntutan internal dan eksternal
yang menyebabkan individu tersebut harus bereaksi secara psikologis dabn fisiologis dan
berusaha melakukan strategi untuk mengatasi situasi tersebut.

2. Aspek-Aspek Yang Dapat Mempengaruhi Stress


Aspek-aspek stres menurut Sarafino (1994) ada dua, yaitu :
a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu
antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan
kulit dan produksi keringat yang berlebihan.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain:
1. Gejala kognisi
Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres
cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi.
2. Gejala emosi
Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami
stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, merasa sedih dan depresi.
3. Gejala tingkah laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif
sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal.15[15]

3. Factor-Fktor Yang Dapat Mempengaruhi Stress


Menurut Smet (1994), faktor yang mempengaruhi stres antara lain:
a. Variabel dalam diri individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin,
temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi.
b. Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum,
kepribadian ketabahan, locus of control, kekebalan, ketahanan.

c. Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dan
kontrol pribadi yang dirasakan.
d. Hubungan dengan lingkungan social
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima dan integrasi
dalam hubungan interpersonal.
e. Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran
untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan
ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar.16[16]

4. Jenis-Jenis Stress
Tidak semua stres itu buruk.Kenyataannya, banyak orang yang setuju kalau kita
memang membutuhkan stres sampai derajat tertentu agar tetap sehat. Namun, bagaimana
stres bisa menjadi sesuatu yang baik?Apabila stres dianggap sebagai sebuah motivasi positif,
stres dapat dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan.Apabila melebihi poin optimal
yang menguntungkan ini, stres ternyata lebih membawa keburukan daripada kebaikan.
Menurut (National Safety Council 2004), stres dibagi dalam dua jenis yaitu :
a. Stres baik (eustress).
Yaitu segala situasi dan kondisi apapun yang menurut anda dapat memotivasi atau
memberikan inspirasi.Promosi jabatan dan cuti yang dibayar adalah contoh-contoh dari stres
baik.
b. Stres buruk (distress). 17[17]
Adalah stres yang membuat anda menjadi marah, tegang, bingung, cemas, merasa bersalah,
atau kewalahan. Stres buruk (distress) dibagi menjadi dua bentuk yaitu stres akut dan stres
kronik.
1. Stres Akut(Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal
dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat
terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah
dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain:
a. Kebisingan
b. Keramaian
c. pengasingan,
d. lapar,
e. bahaya,
f. infeksi, dan
g. bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak
aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon
relaksasi (relaxation response).
2. Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi stres
berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis
antara lain:
a. kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
b. problem-problem hubungan jangka panjang,
c. kesepian, dan
d. kekhawatiran finansial yang terus-menerus.

5. Ciri-Ciri Stres
Ciri-ciri stres yang baik:
a. Mengahadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut dalam diri.
b. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang padat itu ada
aktivitas yang sangat diharapkandan sangat dinikmati.
c. Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang Anda sayangi. Misalnya: pernikahan,
menjadi seorang ayah/ibu, menjadi pekerja, atau menjadi pegawai negeri.
d. Bekerja dengan tujuan tertentu dan Anda tahu kecepatan Anda saat bergerak akan berkurang
saat tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.
e. Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan menyelesaikan tugas yang
akan Anda hadapi.
f. Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan menikmati tidur yang lelap
dan nyaman.
Ciri-ciri stres yang jahat:
a. Menghadapi segala sesuatu dengan perasan takut, resah, gelisah dan khawatir.
b. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang dapat Anda nikmati dan mau
tidak mau, harus Anda penuhi kewajiban itu.
c. Merasa bahwa semua yang Anda lakukan tidaklah penting, tidak memenuhi seluruh
kebutuhan Anda, dan tak sebanding dengan tenaga, pikiran dan waktu yang Anda curahkan.
d. Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panic seakan-akan tidak ada jalan keluar
untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada selesainya, dan merasa tidak ada yang
membantu menyelesaikannya.
e. Merasa lebih baik bekerja daripada berhenti/istirahat sejenak saat jam kerja.
f. Memiliki tidur yang tidak lelap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit punggung dan
mempunyai sakit yang sifatnya menahun.

6. Sumber-Sumber Stres (Sterssor)


Fieldman (1984) menyatakan bahwa stressor merupakan semmua kejadian yang
sifatnya dapat mengancam kesejahteraanseseorang.Menurut Atwater (1983) sumberstres
dalam kehidupan sehari-hari dapat Stressor fisik seperti suhu yang panas atau lukapada
tubuh. Selain itu ada pula sumber stress psikologis atau psikososial yang berbentukinternal
dan dirasakan individu. Contohnyaadalah ketakutan, tekanan dan kecemasan yang
mengggangu individu.18[18] Menurt Roediger(dalam Mulamawitri, 2002), ada empat macam
sumber stres yang umum dihadapi individu,yaitu :
a. Perubahan Hidup
Sumber stres adalah adanyaperubahan dalam hidup seseorang.Perubahan apapun dalam
kehidupan yang menuntut adaptasi dapat mengakibatkanstres walaupun perubahan itu
sebenarnyamengutungkan.Semakin tinggi intesitasperubahan dan penyesuain yangdibutuhkan
maka semakin besar stres yangdialami.
b. Gangguan-Gangguan Minor Sehari-Hari
Penelitian yang dilakukan Lazarus(dalam Mulamawitri, 2002) menyatakanbahwa gangguan-
ganggguan kecil yangdialami sehari-hari dapat mempengaruhikeadaan psikologis dan fisik
individu,gangguan-ganggguan tersebut dapat berupa klekhawatiran terhadap beratbadan,
kesehatan angggota keluarga daninflasi. Dari penelitian tersebut jugadidapatkan bahwa
semakin tinggi frekuensi dan intesitas gangguanganggguanminor tersebut maka
akanmemperburuk kesehatan mental.
c. Ganggguan Kronik
Selain perubahan hidup, adanyagangguan-ganggguan dalam kadar tingggiyang dialami dalam
waktu yang panjangakan membuat stres individu. Misalnya,polusi yang berlebihan di kota
besar.
d. Konflik
Keadaan psikologis konflik munculketika individu merasa tertekan untukberespon terhadap
dua atau lebih motivasi atau kecenderungan bertingkah laku yang bersaing untuk
dipenuhi.Dalam studipsikologisk, konflik biasanya ditandaidengan nilai negatif dan positif
terhadappilihan yang tersedia.19[19]

C. KESEHATAN
1. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Wikipedia).
Sedangkan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental,
dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
Dalam undang-undang no 9 tahun 1960 bab 1 pasal 2 menyebutkan bahwa kesehatan
meliputi kesehatan badan, rohani (mental), sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan.

2. Jenis-Jenis Kesehatan
a. Kesehatan Psikis atau Mental
Kemampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan perkembangan
sesuai usianya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya sendiri, seperti
menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah, dan lingkungan dan masyarakat, serta
teman sebaya.
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup
seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesehatan mental dari para ahli, yaitu
sebagai berikut:
1. Hadfield menyatakan bahwa, kesehatan mental adalah upaya memelihara mental yang sehat
dan mencegah agar mental tidak sakit.
2. Alexander Schneiders menyatakan bahwa, kesehatan mental adalah suatu seni yang praktis
dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis.

3. Carl Witherington menyatakan bahwa, kesehatan mental adalah ilmu pemeliharaan kesehatan
mental atau sisitem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang
sehat.

b. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik adalah keadaa baik, artinya bebas dari sakit, seluruh badan serta bagian-
bagiannya. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
3. Cara Menjaga Kesehatan
a. Kesehatan psikis
Adapun cara menjaga kesehatan psikis, antara lain:
1. Menerima dan menghargai diri sendiri
2. Menjaga hubungan baik
3. Bercerita kepada orang lain
4. Tekun beribadah dan berakhlak mulia
5. Banyak latihan mengendaliakan diri,seperti tidak pemarah,tidak cemas, berfikir positif ,
mudah memafkan
b. Kesehatan fisik
Adapun cara menjaga kesehatan fisik, antara lain:
1. Berolahraga
2. Tidur yang cukup
3. Kurangi menonton televisi, film dan video/online gam
4. Mengapresiasi dan membuat karya seni
5. Lakukan kegiatan yang membangun rasa percaya diri.

D. PENGARUH EMOSI DAN STRESS TERHADAP KESEHATAN


Emosi dan stress dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, baik secara fisik maupun
psikologis. Taylor (1986) telah menjelaskan empat jalur yang berbeda : jalur langsung, jalur
interaktif, jalur perilaku sehat, dan jalur perilaku sakit, adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Jalur langsung
Respon fisiologis yang dialami tubuh saat menghadapi suatu stresor mungkin
memiliki efek negatif dan langsung pada kesehatan fisik jika respon ini dipertahankan secara
kronis. Rangsangan berlebihan (overarousal) jangka panjang sistem simpatis atau sistem
korteks adrenal dapat menyebabkan kerusakan pada arteri dan sistem organ. Stres juga
memiliki efek langsung pada kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
b. Jalur interaktif
Seperti yang telah kita ketahui, tidak semua orang yang terpapar dengan situasi stres
akan menjadi sakit. Juga, tidak semua orang dengan sifat kepribadian maladaptif (tidak
mampu mengekspresikan kemarahan) mengalami penyakit fisik atau psikologis. Terdapat
cukup banyak bukti bahwa penyalit akan muncul hanya jika situasi stres dan kepribadian
berinteraksi satu sama lain, atau dengan kerentanan biologis yang telah ada sebelumnya
(Cohen & Williamson, 1991). Tipe model interaktif ini sering dinamakan sebagai model
kerentanan stres, atau model diatesis stres. Diatesis adalah kerentanan atau predisposisi
terhadap suatu penyakit. Kerentanan menjadikan individu peka terhadap gangguan tertentu,
tetapi hanya terjadi jika ia menemukan stres sehingga gangguan benar-benar berkembang.
c. Jalur perilaku tidak sehat
Jika kita merasa stres, kita sering kali tidak memperhatikan diri kita sendiri secara
baik. Siswa yang mengikuti ujian begadang sepanjang malam, sering kali selama beberapa
malam secara berturut-turut. Mereka mungkin lupa makan, dan hanya mengudap junk-food.
Banyak pria yang istrinya meninggal tidak tahu bagaimana memasak untuk diri sendiri, dan
dengan demikian mungkin sedikit makan atau malahan tidak makan sama sekali. Di dalam
dukacitanya sebagian pria meningkatkan konsumsi alkohol dan merokok. Orang dalam stres
mungkin tidak melakukan kebiasaan olahraga normalnya. Masing-masing dari perilaku tidak
sehat itu mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit dan fungsi umumnya,
dan berperan dalam perkembangan penyakit. Jadi, stres dapat secara tidak langsung
mempengaruhi kesehatan dengan menurunkan perilaku kesehatan positif dan meningkatkan
perilaku negatif.

c. Jalur perilaku sakit


Model terakhir dalam hubungan stres-penyakit adalah model perilaku sakit. Stresor
menyebabkan sejumlah gejala yang tidak menyenangkan seperti gelisah, depresi, lelah,
gangguan tidur, gangguan lambung. Sebagian orang menginterpretasikan gejala tersebut
sebagai gejala penyakit dan mencari bantuan medis. Selanjutnya, perhatian yang mereka
dapatkan dari profesional dapat memperkuat perilaku sakit tersebut, artinya mereka lebih
sering untuk mencari perhatian medis untuk gejala stres mereka di kemudian hari. Penerapan
penting dari model perilaku sakit adalah bahwa laporan seseorang tentang penyakitnya
mungkin tidak memberikan informasi akurat tentang penyakit aktualnya. Orang yang
mendapatkan penguatan untuk perilaku penyakitnya mungkin melaporkan lebih banyak
penyakit dibandingkan yang sesungguhnya mereka derita. Kemungkinan laporan individu
tentang penyakitnya ini menjadikan penting bagi pemeriksa stres dan kesehatan untuk
memasukkan penilaian kesehatan yang objektif. 20[20]

Anda mungkin juga menyukai