BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Serviks uteri terdiri dari porsio vagina eksternal (ektoserviks) dan jalur
skuamosa terletak di tengah tepat dijalur kecil yang disebut external os yang
kolumnar, epitel penghasil musin (Gambar 2.1) (Rosen, 2009; Ellenson dan Pirog,
2015). Titik dimana terjadi pertemuan antara epitel skuamosa dan epitel kolumnar
Crum, 2010).
Gambar 2.1
Squamocolumnar junction dengan sel matur, epitel skuamosa dengan glikogen,
sel-sel skuamosa metaplastik yang immatur, dan epitel kelenjar endoserviks
berupa sel kolumnar (Ellenson dan Pirog, 2015).
1
2
Gambar 2.2
Zona transformasi serviks. Skema zona transformasi (atas) gambar diferensiasi
squamocolumnar junction (panah vertikal) area ini (dari kiri - kanan), sel
skuamosa dan diferensiasi sel kolumnar (Nucci dan Crum, 2010).
Karsinoma serviks uteri merupakan tumor ganas yang berasal dari serviks
uteri. Karsinoma serviks uteri dapat berasal dari bermacam-macam jenis sel. SCC
adalah karsinoma yang paling sering terjadi (76%) (Stoler et al., 2014), diikuti
2.2.1 Klasifikasi
serviks uteri dapat dibagi menjadi tumor epitelial, lesi menyerupai tumor, tumor
germinal, tumor mieloid, limpoid dan tumor sekunder (Tabel 2.1) (Kurman et al.,
Tabel 2.1 Klasifikasi karsinoma sel skuamosa serviks uteri berdasarkan WHO
1. Keratinizing
2. Non keratinizing
3. Basaloid
4. Verukosa
5. Kondilomatosa
6. Papiler
7. Lymphoepithelioma-like
8. Squamotransitional carcinoma
(CAP) tahun 2014, protokol penanganan spesimen pasien karsinoma serviks uteri
2.2.2 Epidemiologi
Karsinoma serviks uteri adalah kanker terbanyak kedua atau ketiga yang
terjadi pada wanita dengan kira-kira 0,5 juta kasus didunia setiap tahun (Stoler et
al., 2014). Di literatur lain mengatakan di seluruh dunia kanker serviks uteri
adalah penyakit kedua yang paling sering pada wanita setelah kanker payudara,
Gambar 2.3
Frekuensi jumlah kanker terbanyak pada wanita: berdasarkan insiden dan
mortalitas (Lindstrom, 2010)
SCC lebih sering terjadi yaitu 76% dari semua kanker serviks (Stoler et
al., 2014). Adenocarcinoma adalah keganasan kedua yang paling sering setelah
kanker serviks. Secara geografis terdapat insiden yang bervariasi mulai dari
kira 60% pada dekade terakhir, sejak dilakukan program deteksi dini dan terapi
dan menduduki urutan ketiga diseluruh dunia. Dengan angka mortalitas 55%.
Angka mortalitas ini bervariasi mulai dari wilayah dengan resiko rendah dengan
prognosis yang baik, sedangkan pada negara berkembang banyak kasus yang tidak
mencapai 80%, seperti di Sub-Sahara Afrika, dan merupakan salah satu negara
dengan angka kematian tertinggi di dunia karena kanker serviks (Lindstrom, 2010,
Anonim, 2014).
mencapai angka 27,5 % kasus setelah kanker payudara mencapai 29,2% kasus
(Anonim, 2009). Pada tahun 2010 kanker serviks uteri mencapai urutan tertinggi
pertama dengan angka 28,2 % kasus diikuti 25,3% kasus kanker payudara
(Anonim, 2010). Pada tahun 2011 kanker serviks uteri mencapai angka 21,8`%
kasus setelah kanker payudara dengan angka 28,2 % kasus (Anonim, 2011)
(Gambar 2.4). Kanker serviks uteri relatif sering ditemukan pada usia
6
Gambar 2.4
Grafik insiden karsinoma serviks uteri dibandingkan dengan karsinoma payudara
selama tahun 2009-2011 di Indonesia (Anonim, 2009; Anonim, 2010; Anonim,
2011).
pertengahan, dengan usia puncak pada usia 45-54 tahun. Walaupun demikian
kanker serviks dapat ditemukan pada anak-anak dibawah usia 15 tahun yaitu
2.2.3 Etiologi
penyebab terbanyak penyakit menular seksual pada pria dan wanita di seluruh
dunia. HPV berhubungan dengan berbagai kondisi klinis yang bervariasi, mulai
dari lesi yang tidak berbahaya sampai kanker (Hwang et al., 2012).
pada hampir semua vertebra, termasuk mamalia, reptil, dan burung. Papilomavirus
7
kecil, tidak berkapsul, memiliki diameter 55 nm, sirkular, doble stranded DNA
genom yang berefleksi dalam inti sel pejamu, melepaskan virion dengan kapsid
ditetapkan sebagai tanda patognomonik efek HPV dan hasil langsung dari
menilai kemungkinan HPV bisa menjadi suatu neoplasma serviks uteri. Seseorang
individu akan mempunyai risiko terinfeksi HPV risiko tinggi (faktor risiko mayor)
yang lebih besar jika mempunyai pasangan seksual multipel, atau mempunyai satu
intraepithelial neoplasia (CIN) dan kanker invasif dari 5 menjadi 10. Diantara
wanita dengan DNA-HPV yang positif, pengguna kontrasepsi baik IUD maupun
oral dalam jangka waktu yang lama, paritas yang tinggi, merokok dan sudah pasti
adanya infeksi melalui aktifitas seksual, seperti adanya klamidia trakomatis, yang
terjadinya kanker serviks (Wells et al., 2014). Wanita dengan riwayat keluarga
8
2.2.5 Patogenesis
Siklus hidup HPV bergantung dari proses maturasi dari sel epitel
skuamosa normal. Heterogenitas tipe HPV, spesies yang terkena, dan jarangnya
enam protein awal (E1, E2, E4-E7) dan dua protein akhir (L1 dan L2) yang
diperlukan untuk replikasi virus DNA di dalam inti sel pejamu dan untuk
berkumpulnya partikel virus yang baru diproduksi dalam sel yang terinfeksi
DNA dengan mengontrol transkripsi open reading frames (ORF). URR juga
mengandung berbagai variasi genom virus (Munoz et al., 2006; Stanley, 2010).
(Paavonen, 2007). HPV risiko tinggi merupakan virus yang paling sering
ditemukan pada lesi pre kanker dan kanker, sebaliknya LR-HPV jarang ditemukan
pada lesi tersebut. Sebagai catatan, kebanyakan infeksi HR-HPV akan secara
9
spontan menghilang dan tidak berkembang menjadi lesi displasia dan kanker. Tipe
HR-HPV yang klasik adalah HPV 16 dan HPV 18, sedangakan tipe LR-HPV
epitel kolumnar endoserviks dan epitel skuamosa ektoserviks, dimana pada tempat
terbanyak tersebut terjadi pada saat pubertas, kehamilan pertama, dan menurun
setelah menopause. (Stolen et al., 2014). Kondisi predisposisi non herediter adalah
kondisi klinis tertentu yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kanker
yang tengah berkembang. Kondisi ini dibagi dua yaitu inflamasi kronik dan
mengalami transformasi (Gambar 2.5) (Hellweg et al., 2006; Stricker dan kumar,
2008).
Gambar.2.5
Hubungan infeksi HPV dengan kanker serviks uteri.
(Hellweg et al., 2006)
10
memiliki gejala. Gejala sering kali tidak terlihat sampai timbul kanker invasif.
perdarahan yang hilang timbul, atau masa menstruasi yang panjang. Perdarahan
setelah pemeriksaan klinis juga bisa terjadi. Gejala lain yaitu adanya cairan yang
keluar dari vagina yang bisa mengandung darah dan nyeri saat berhubungan seks
juga merupakan gejala dari kanker serviks (25%79%) (Eze et al., 2013).
dengan melakukan Pap smear. Bila ditemukan ada lesi prekanker maka
massa tumor dan adanya perluasan kanker apakah sampai ke otak atau ke spinal
penyebaran tumor ke kelenjar limfa, ke hati, paru-paru, atau bagian tubuh yang
2.2.7 Morfologi
Squamous cell carcinoma yaitu suatu karsinoma invasif yang disusun oleh
dengan lesi eksofitik, dan tumbuh dari permukaan, sering juga dengan struktur
papiler atau polipoid (Rosen 2009; Witkiewicz et al., 2011; Weels et al., 2014).
paling mencolok adalah keratin yang banyak disebut mutiara keratin diantara
sarang sel epitel yang neoplastik, individual keratin (diskeratosis) kadang juga
bisa ditemukan. Sel epitel neoplastik berupa sel matur dengan jembatan antar sel
jelas dan inti yang besar, sitoplasma yang luas, membran inti irregular,
sering di infiltrasi sel radang kronik kadang dengan giant cell benda asing.
neoplastik dengan batas antar sel yang tidak jelas, inti tidak terlalu besar, inti lebih
mitosis lebih banyak dari grade 1, mutiara keratin jarang ditemukan tetapi
A B C
Gambar 2.6
A. Well differentiated squamous cell carcinoma, B. Moderately squamous
cell carcinoma, C. Poorly differentiated squamosa cell carcinoma
(Hellweg et al., 2006; Witkiewicz et al., 2011; Stoler et al., 2014).
anak inti menonjol, mirip dengan high grade squamous intra epithelial lesion
(HSIL). Bisa ditemukan sel bizar, sel raksasa, banyak mitosis dan bisa ditemukan
carcinoma dan tipe lainnya. Keratinizing squamous cell carcinoma serupa dengan
adalah sarang karsinoma sel skuamosa tanpa adanya mutiara keratin, inti bulat
oval, kromatin clumping, dan dapat ditemukan mitosis. Squamous cell carcinoma
tipe lain yaitu tipe basaloid yaitu kanker sel skuamosa dengan tipe sel basal
tersusun atas sarang-sarang dengan tipe sel immatur, dengan sitoplasma sempit.
Squamous cell carcinoma tipe verukosa yaitu tumor dengan diferensiasi yang
atipia dan fibrovascular core. Squamous cell carcinoma tipe papiler yaitu tumor
sebagian tumor dengan fibrovascular core (Hellweg et al., 2006; Rosen 2009;
Yang digunakan penelitian ini adalah SCC berdasarkan AJCC/UICC TNM 7th ed
TNM FIGO
0,7 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma lebih dari 3 mm dan tidak lebih dari 7 mm.
T1b IB Secara klinis lesi terlihat dan secara mikroskopis lesi lebih
dari T1a/IA2.
T2a1 IIA1 Lesi yang terlihat secara klinis kurang dari 4,0 cm.
T2a2 IIA2 Secara makroskopis lesi terlihat ukuran lebih dari 4 cm.
juga berdasarkan faktor klasik yang digunakan untuk mendiagnosis kanker serviks
uteri yaitu faktor klinis mengacu pada TNM Classification dan FIGO Staging
System for Cervical Carcinoma, yaitu: tumor primer, Regional Lymph Nodes (N),
dengan tindakan operasi maupun paliatif (Anonim, 2014 a). Atas dasar
menyelidiki obat sebagai target terapi molekul potensial pada manusia lainnya
pasien, dan stadium IB dan IIA FIGO, berdasarkan kedalaman invasi, invasi
limfovaskular, apakah ada metastasis atau penyebaran sel ganas ke organ lain
(Stoler et al., 2014). Kelangsungan hidup pasien karsinoma serviks dalam 5 tahun
juga berdasarkan stadium yaitu 77% pada semua stadium, kelangsungan hidup
pasien 100% pada stadium IA1, terdapat 93% angka kelangsungan hidup pasien
pada stadium IA2, angka kelangsungan hidup pasien 89% pada stadium IB1,
terdapat 83% angka kelangsungan hidup pasien pada stadium IB2, angka
kelangsungan hidup pasien 49% pada stadium II, 34% angka kelangsungan hidup
16
pasien pada stadium III, dan 3% pada pasien stadium IV (Wilbur et al., 2014).
2.3 HER-2/neu
onkogen yang termasuk dalam golongan famili gen EGFR atau ERB berlokasi di
kromosom 17q12-q21. Gen HER-2/neu ini menyandi suatu trans membran, HER-
sel, yang berfungsi sebagai reseptor yang memiliki aktivitas tirosin kinase
intrinsik. Reseptor ini termasuk kedalam kelompok yang sama dengan EGFR
(Gambar 2.8). Protein ini termasuk famili protein reseptor kinase klas I yang
paling banyak diekspresikan pada sel-sel epitelial. Overekspresi protein ini pada
apoptosis, proses motilitas dan adesi sel (Fritz, 2005; Iqbal, 2014; Arman et al.,
2014). Yang termasuk family ini adalah EGFR, HER-2/neu, HER-3, dan HER- 4.
17
Gambar 2.7
Resptor ErbB mempunyai struktur yang terdiri dari ektraseluler ligand-binding
domain, transmembran domain, intraseluler sitoplasmik domain yang terdiri dari
carboxyl-terminal dan tyrosine kinase domain (Mulyana, 2014).
Ke empat protein ini memiliki struktur yang mirip satu sama lainnya, yaitu
carboxy tail yang mengandung tyrosine phosphorilation site. Aktivasi dari salah
selanjutnya akan terjadi fosforilasi satu sama lainnya yang diikuti dengan ikatan
(Fuchs et al., 2007; Iqbal dan Iqbal, 2014; Mulyana, 2014; Arman et al., 2014).
Sampai saat ini belum diketahui adanya molekul yang dapat mengaktivasi HER-
2/neu dan HER-3 mempunyai aktivitas tirosin kinase yang efektif. Meskipun
signal yang sangat poten dari sepasang reseptor yang secara tunggal merupakan
reseptor yang inaktif (Fuchs et al., 2007; Iqbal dan Iqbal, 2014; Arman et al.,
2014)
langsung dapat mengaktifkan ligan dan heterodimer bersama dengan family HER
dan protein kinase C (PKC) yang dihasilkan oleh proliferasi sel, kelangsungan
lebih kuat dari homodimer, memiliki ligan HER2/neu yang sangat tinggi dan
- HER3 adalah stimulator yang paling ampuh di jalur hilir, khususnya PI3K / Akt,
19
sebagai pengatur pertumbuhan sel dan kelangsungan hidup. Selain itu dimerisasi
perkembangan siklus sel. HER2/neu juga dapat diaktifkan dengan sempurna pada
Gambar 2.9 menunjukkan jalur transduksi utama diatur oleh empat anggota
keluarga HER yaitu EGFR, HER2/neu. HER3, dan HER4 (Iqbal, 2014). Reseptor
menjadi mitra dimerisasi sebagai satu famili. PI3K / AKT aksis (yang diatur oleh
Gambar 2.8
Jalur transduksi utama HER
(Iqbal dan Iqbal, 2014).
20
PTEN melibatkan efektor utama lainnya seperti NFkB dan mTOR) dan kaskade
Raf / MAPK sebagai dua jalur downstream signaling yang paling penting dan
paling ekstensif dipelajari yang diaktifkan oleh reseptor HER. Ras berada pada
Faktor ketiga yang memiliki peranan yang penting dalam jaringan adalah
PKC, yang diaktifkan oleh PLC. Sebagai hasil dari jalur sinyal ini, faktor inti yang
berbeda direkrut dan dimodulasi oleh transkripsi gen yang berbeda, dan
spontan karena adanya molekul dalam jumlah yang banyak. Pada sel kanker
fosforilasi tirosin basal yang tinggi. Famili reseptor tirosin kinase ini berperan
pada berbagai proses pada sel neoplastik, termasuk proliferasi, migrasi, invasi
menghambat apoptosis yang diinduksi oleh Tumor Necrosis Factor (TNF) melalui
tumor (Kumar et al., 2010; Arman et al., 2014). HER2/neu juga menekan p53
21
melalui mekanisme yang berbeda secara tidak langsung yang dimediasi oleh
menunjukkan adanya disregulasi beberapa gen pro - apoptosis yang terlibat dalam
jalur apoptosis intrinsik (Gambar 2.10) (Ceran, 2012; Arman et al., 2014).
Gambar 2.9
Overekspresi HER2/neu pada kanker (Ceran, 2012)
endometrial serous uteri, head and neck dan esofagus. Peranan HER2/neu pada
yang invasif, dan sebagai faktor prognosis dan prediksi. Kanker payudara
dapat memiliki hingga 25-50 salinan gen HER2/neu bahkan sampai 40-
berkorelasi dengan hasil yang buruk dan penyakit yang lebih agresif.
pada sebuah studi dengan ditemukan pada 23 % dari 200 tumor yang
7. Pada keganasan di serviks uteri masih kontroversi, dan masih akan terus
serviks.
Pemeriksaan IHK HER-2/neu sudah merupakan suatu prosedur standar pada kasus
agresif, prognosis yang buruk dan resistensi terapi pada sebagian besar keganasan,
termasuk pada kanker serviks uteri (Barbu et al., 2013; Joseph dan Raghuveer,
2015).
dengan prognosis masih kontroversi (Costa et al., 2009). Pada satu temuan
dimana terdapat hubungan prognostik yang signifikan antar reseptor HER (HER1-
SCC, didapat hasil overekspresi 49 kasus (63%) pada HER1, 17 kasus (21,8%)
24
pada HER-2/neu, 58 kasus (74,4%) pada HER3 dan 62 kasus (79,5%) pada
HER2/neu dan HER3 terdapat hubungan yang signifikan yaitu berkaitan dengan
prognostik yang buruk dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara staging
signifikan berkaitan dengan faktor prognostik. Pada temuan ini dikatakan bahwa
overekspresi HER2/neu dan HER3 pada karsinoma serviks uteri sama dengan
yang ditemukan pada kanker payudara yaitu menunjukkan faktor prognostik yang
buruk (Fuchs et al., 2007). Masih terdapat perdebatan ekspresi HER2/neu pada
kanker seviks uteri yang menyatakan bahwa ekspresi HER2/neu ditemukan pada
29,7% kasus, 40%, dan ada hanya 3,2 % kasus yang mengekspresi HER2/neu
pada SCC (Shen et al., 2008). Temuan terbaru lain yaitu adanya hubungan
prognostik beberapa IHK pada 13 kasus adenocarcinoma serviks uteri yaitu pada
musinus, endometrioid, dan tipe serosa. IHK yang dipakai adalah CD105
meningkat pada tumor. Dimana beberapa IHK ini dapat dipakai sebagai target
tipe histologi, grading dan staging tumor pada CIN dan karsinoma serviks uteri
differentiated SCC yang terpulas +3, dan 4 kasus +2, pada moderately
differentiated SCC terdapat 3 kasus terpulas +3, dan 1 kasus +2. Berdasarkan
staging FIGO, pada SCC stage 2 terdapat masing-masing 5 kasus yang terpulas
+2 dan +3, pada stage 3 terdapat masing-masing 3 kasus terpulas +2 dan +3, stage
dikembangkan. Terapi ini awalnya diberikan pada pasien kanker payudara yang
trastuzumab menjadi pilihan terapi yang penting pada setiap kanker payudara
26
dengan HER-2/neu yang positif (Fritz dan Cabbrera., 2005). Pada satu temuan
serviks uteri primer dan metastasis ke kelenjar limfa berimplikasi sebagai target
HER2/neu pada 53 blok parafin dari tumor primer dan adanya metastasis ke
overekspresi (+2 atau +3) EGFR pada 34 kasus (64%) pada tumor primer serviks
uteri dan terdapat 32 kasus (60%) pada metastasis ke kelenjar limfa. Tidak
satupun dari tumor primer serviks uteri dan nodul yang metastasis ke kelenjar
target potensial radioterapi yang buruk terhadap penanganan kanker serviks uteri.
Ekspresi EGFR merupakan target potensial radioterapi yang baik pada kanker
sebagai target terapi potensial pada kanker serviks. Pada penelitian lain ditemukan
terpulas positif, dan pola pulasan pada membran sel. Gambaran karakteristik
pulasan di skoring sebagai berikut; 0 jika tidak ada pewarnaan atau menunjukkan
pewarnaan membran yang tidak lengkap dan samar / nyaris tak terlihat 10 %
dari sel-sel tumor. +1 jika pewarnaan membran tidak lengkap dan samar / nyaris
tak terlihat > 10 % dari sel-sel tumor, + 2 pewarnaan melingkar yang tidak
lengkap dan / atau lemah / sedang pada > 10 % sel-sel tumor atau bila pewarnaan
pewarnaan lengkap memenuhi membran pada > 10 % sel-sel tumor (Joseph dan
Raghuveer, 2015).
A B
C D
Gambar 2.10
Ekspresi HER2/neu, A. Nilai skor 0, B. Nilai skor +1, C. Nilai skor +2, D. Nilai
skor +3 (Iqbal dan Iqbal, 2014).
28
Penilaian ekspresi HER2/neu negatif jika skor 0 dan +1 (ditandai dengan angka 1
pada rencana tabel hasil), positif jika skor +2 dan +3 (ditandai dengan angka 2
pada rencana tabel hasil) ( Gambar 2.10) (Iqbal dan Iqbal, 2014).
BAB III
menimbulkan kematian utama di Bali, terutama karena serviks uteri pada stadium
stadium lanjut, penanganannya juga menjadi sulit dan prognosis menjadi lebih
buruk. Infeksi HPV dan beberapa faktor risiko juga mempengaruhi timbulnya
karsinoma serviks. SCC adalah keganasan yang paling sering terjadi pada
karsinoma serviks uteri di Bali. SCC dapat dibagi berdasarkan derajat diferensiasi
yaitu well differentiated (grade 1), moderately differentiated (grade 2) dan poorly
yang mempunyai peranan penting terhadap sel normal. HER2/neu termasuk famili
protein reseptor kinase klas I yang paling banyak diekspresikan pada sel-sel
proses proliferasi sel, proses apoptosis, proses motilitas dan adesi sel. Pada
dan masih menjadi kontroversi. Famili reseptor tirosin kinase ini berperan pada
29
30
menghambat apoptosis yang diinduksi oleh Tumor Necrosis Factor (TNF) melalui
tumor. HER2/neu juga menekan p53 melalui mekanisme yang berbeda secara
Pemeriksaan ekspresi HER2/neu pada SCC derajat diferensiasi I, II, III dapat
SCC, yang kelak dapat membantu memprediksi ekspresi HER2/neu pada setiap
kasus berdasarkan parameter yang ada. Dengan penelitian lanjutan dapat pula
dinilai apakah HER2/neu juga berperan pada target terapi dan prognosis secara
independen pada pasien SCC serviks uteri berdasarkan derajat diferensiasi dengan
target HER2/neu.
31
karsinoma serviks dipengaruhi oleh faktor risiko mayor yaitu HPV risiko tinggi
dan faktor risiko minor yaitu seks bebas, infeksi, IUD, genetik dan lain-lain.
Karsinoma in situ
HER2/neu
u
Gambar 3.1
Konsep Penelitian
32