Di Susun Oleh :
NIM : (7210043)
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas PKK (Praktek Klinik Kebidanan) III dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa puji dan syukur
saya panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena telah membawa perdamaian dan kebenaran
kepada umat manusia terutama umat Islam.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan program PKK
III di Prodi DIII Kebidanan Darul ‘Ulum Jombang. Selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan semua pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA selaku Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang.
2. Dr. H.M Dzulfikar As’ad, MMR. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi
Darul’Ulum Jombang.
3. Ninik Azizah, SST,M.Kes selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Pesantren Tinggi Darul ’Ulum Jombang.
4. Suyati, M.Kes Selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan dan masukan
dalam praktek klinik kebidanan III.
5. Heni susilowati, Amd.Keb selaku kepala ruangan kandungan (merak) di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
6. Hj. Warsiti suherman selaku KEPER IRNA OBGYN di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
7. Rossi marlina, Amd.Keb selaku pembimbing praktek di ruang kandungan (merak) di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
8. Orang tua yang selalu memberikan bantuan baik materi maupun dukungan moril
Semoga bimbingan, arahan, dan dukungan yang telah diberikan selama Praktek klinik kebidanan III,
semoga mendapat balasan yang sepadan dari Allah SWT. Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan laporan berikutnya. Semoga laporan ini
berguna bagi semua pihak guna menambah wawasan. Amien. Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kanker leher rahim (kanker servik) adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim/ servik (bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker servik biasanya menyerang wanita
berusia 35-53 tahun, 90% dari kanker servik berasal dari sel skuamosa yang melapisi servik dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servik yang menuju kedalam rahim.
Karsinoma servik biasanya timbul pada zona transional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan
epitel sel koiumnar.
Sesungguhnya penyakit ini bisa dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan
diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitarnya 500.000 penderita baru diseluruh dunia dan
umumnya terjadi di Negara berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang
perubahan prilaku sel epitel servik. Pada saat ini dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya
pencegahan dan terapi utama penyakit ini dimasa mendatang. Resiko terinveksi virus HPV dan beberapa
kondisi lain seperti prilaku seksual, kontrasepsi atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker
servik.
Mekanisme tumbuhnya kanker servik merupakan suatu proses yang komplek dan sangat variasi hingga
sulit untuk dipahami. Insiden dan mortalitas kanker servik didunia menepati urutan kedua setelah kanker
payudara. Sementara itu, dinegara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian akibat kanker pada usia reproduksi hampir 80% khusus berada di Negara berkembang,
sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan khususnya turun
secara derasti semenjak diperkenalkan teknik skrining pap smear oleh pagnika namun sayang hingga
program skrining belum lagi memasyarakat.
2. TUJUAN
Untuk memberikan Asuhan kebidanan pada ibu dengan kanker servik di Ruang Kandungan (Merak) RSUD
Dr. Soetomo Surabaya.
2.2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CA SERVIKS
2.1. Pengertian
Ca serviks adalah sel-sel serviks dengan karakteristik histology, proses perubahan pertama menjadi
tumor ini dimulai dengan terjadi pada sel-sel squamocolumnar junction (Reeder, 1997).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana dalam keadaan ini
terdapatnya sekelompok sel yang abnormal terbentuk dari sel jaringan yang tumbuh terus menerus dan
tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga sel-sel sekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya
perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal (Lucman,1995).
Tahapan stadium klinis dari kanker serviks menurut The Federation of Gynecologic and Obstetrics tahun
1978 yang berdasarkan pemeriksaan klinis, radiology, kuretasi endoserviks dan biopsi
(Winjosastro,1999), yaitu :
Tahapan Lesi
Lokasi
Tahap 0 (prainvasif)
karsinoma in situ, karsinoma intra epitel. Kanker terbatas hanya pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti
invasi
Tahap invasive
Tahap I
karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks. Ukuran bukan merupakan criteria
Tahap IA
mikroinvasiv. Bila membran basalis telah rusak dan sel tumor telah memasuki stroma >3mm dan sel
tumor tidak terdapat dalam pembuluh darah
Tahap IB
Tahap II
kanker menyebar ke vagina. Lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina 2/3 proksimal
tapi tidak melibatkan pelvis
Tahap IIA
Tahap IIB
Tahap III
kanker mengenai bagian 1/3 bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis
Tahap IIIA
penyebaran sampai 1/3 bagian distal vagina sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asalkan tidak
sampai panggul
Tahap IIIB
penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, sudah ada gangguan fungsi ginjal
Tahap IV
Tahap IVA
Tahap IVB
kanker menyebar ke organ lain yang lebih jauh seperti paru, otak, tulang, dan hepar
Kanker serviks pertama kali terjadi dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks dan endoserviks yang
disebut dengan squamocolumnar junction (SJC). Pada wanita muda SJC berada diluar ostium uteri
eksternum dan pada wanita >35 tahun berada didalam kanalis servikalis.
Eksofitik : mulai dari SJC kearah lumen vagina sebagai masa ploriferasi yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis.
Endofitik : mulai dari SJC tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi
jadi ulkus.
Ulserasif : mulai dari SJC dan cenderung merusak jaringan serviks dengan awal fornises vagina untuk
menjadi ulkus yang luas.
Etiologi dari kanker belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang diduga dapat
mengindikasi terjadinya kanker ini, diantaranya :
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan
bukan hanya dilihat dari dia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel
mukosa yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang
setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks
pada usia remaja paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan
kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum
matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari luar.
Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di
atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Oleh karena masih
rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel, selalu berubah setiap saat, mati dan
tumbuh lagi. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker.
b. Multiparitas
Pada multiparitas berarti serviks nya sering mengalami perlukaan, sehingga terjadilah proses inflamasi
pada sel epitel.
Virus ini menginfeksi membrana basalis serviks. Setelah menginfeksi sel epitel serviks sebagai upaya
untuk berkembang biak, virus ini akan meningalkan sekuensi genomnya pada sel inang. Infeksi ini terjadi
melalui kontak langsung. Tipe virus risiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6
dan E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel serviks. P53 dan pRb
adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat kelangsungan siklus sel. Dengan tidak
aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa
harus memperbaiki kelainan DNA nya. Ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar
utama terjadinya kanker.
Peningkatan radikal bebas yang menyebabkan terjadinya mutasi sel meningkat, sehingga terjadi kanker
serviks.
f. Merokok
Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan
jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim). Nikotin
membuat semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa
tenggorokan, paru-paru, juga serviks. Sayangnya tak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin
dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik
tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari kanker
Pada wanita umur 35-60 tahun mengalami perubahan keseimbangan streroid endogen yaitu progesdiol
dan estradiol. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan sel diamana terjadinya gangguan proliferasi sel
epitel serviks.
h. Keturunan
i. Pencucian vagina
Banyak orang yang melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu. Alasannya
beragam, entah untuk “kosmetik” atau kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan
kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. Douching atau cuci vagina
menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya
perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker. Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia
tak dilakukan secara rutin. Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang memerlukan
pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun seharusnya atas saran dokter. Artinya, jangan sembarangan
membeli obat-obatan pencuci vagina. Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh
kuman-kuman. Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk
mempertahankan pH vagina. Kita tahu, bila pH tidak seimbang lagi di vagina, maka kuman lain, seperti
jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat tersebut. Ini akan bisa menimbulkan
penyakit-penyakit lain.
j. Kurang vitamin C
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang tersebut melupakan zat-zat
gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa
menyebabkan timbul kanker serviks. Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki atau
memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan mempermudah rangsangan sel-
sel mukosa tadi menjadi kanker.Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam
buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.
2.4. Patofisiologi
Munculnya penyakit ini diakibatkan oleh sel dinding (epitel) rahim berkembang tidak normal. Dan seperti
penyakit kanker lainnya, pemicu dari kanker serviks ini belum diketahui secara pasti. Tapi dari beberapa
penelitian diketahui adanya virus papilloma sebagai penyebab lain dari kanker ini. Kebanyakan penelitian
menemukan bahwa infeksi human papilloma virus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker
serviks. Virus ini hidup pada suasana lembab di cairan vagina yang dialami oleh penderita keputihan
(leukore). Dalam waktu yang lama apabila keputihan yang diderita tersebut tidak kunjung membaik,
umumnya berisiko pada kanker rahim. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keputihan
yang disertai bau yang tidak sedap, dan perdarahan yang keluar dari alat genital. Tapi ada kalanya kanker
yang dialami muncul tanpa gejala – gejala sakit tersebut.
Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasi akibat saling mendesaknya kedua jenis
epitel yang melapisi. Dengan adanya pemaparan terhadap faktor resiko dan masuknya mutagen,
metaplasi yang awalnya berlangsung secara normal/fisiologis akan berubah jadi patologik (displatik-
diskariotik) yang terjadi dengan beberapa tahap. Mulai dari tahap prainvasiv sampai invasiv dan menuju
keganasan. Kira-kira dibutuhkan waktu 10-15 tahun dari tahap prainvasive menjadi invasive.
Orang yang menikah pada usia dini, perkembangan dan kematangan serviksnya belum sempurna dan
lebih rentan terhadap rangsangan zat-zat kimia, sehingga sel mukosa berkembang menjadi sel kanker.
Usia 35-60 tahun juga dapat merangsang terbentuknya sel-sel kanker karena terjadi perubahan
keseimbangan steroid endrogen dan gangguan proliferasi sel-sel epitel.
Ganti-ganti pasanngan dapat menyebabkan penyebaran kuman pada reproduksi wanita, sehingga terjadi
infeksi sel epadinya proses inflamaitel dan gangguan proliferasi sel epitel yang dapat menimbulkan
keganasan pada serviks.
Defisiensi vitamin C, beta karoten dan juga asam folat bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan
perbaikan mukosa serviks. Hal ini akan merangsang pertumbuhan sel yang tidak normal di servik.
Infeksi HPV adalah salah satu faktor resiko yang dapat menginduksi untuk terjadinya kanker serviks.
Kanker dapat muncul segera atau bisa bertahun-tahun setelah infeksi. Untuk menculnya suatu kanker
tidak selalu disebabkan oleh salah satu faktor resiko, ada kalanya kanker muncul karena pengaruh
berbagai faktor resiko. Teori mengatakan bahwa HPV mensintesis sel serviks bersama dengan agen
mutagen lain seperti merokok yang dapat menyebabkan penurunan efektivitas sistem imun untuk
melawan virus yang masuk, sehingga terjadi keganasan oportunitis, yang merangsang timbulnya kanker.
Tahap dimana metaplasi sel yang abnormal terjadi disebagian SJC saja ini dikenal dengan tahap
prainvasive yang umumnya tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Ini dikenal dengan 2 bentuk yaitu :
CIN (carcinoma intraepitel neoplasia) dan CIS (carcinoma in situ).
Kelanjutan tahap ini adalah tahap invasive. Tahap invasive ini terdiri dari beberapa tahap :
a. Tahap I dimana kanker hanya terbatas pada serviks saja tapi telah mengalami invasi ke stroma
serviks. Akibat invasi pada stoma serviks, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur serviks.
Kerusakan tersebut menyebabkan ulserasi yang disertai dengan perdarahan spontan setelah coitus serta
tejadi anemia. Selain itu, ulserasi juga menyebabkan sekresi serviks yang berlebihan, sehingga timbul
keputihan yang berbau khas. Ini akan dapat berlanjut ke tahap II
b. Tahap II sudah ada perluasan kanker kearah bawah serviks tapi tidak melibatkan dinding panggul
dan telah mengenai daerah vagina dan akan terjadi nekrosis pada vagina dan juga akan adanya
pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk dan juga dapat disertai dengan terjadinya perdarahan.
c. Tahapan III penyebaran ke vagina yang lebih luas dan juga mengalami penyebaran pada dinding
panggul.
d. Pada tahap ini kanker meluas ke sistem perkemihan, pencernaan, pernapasan, dan otak. Metastasis
pada sistem perkemihan dapat menyebabkan penyumbatan ureter atau penuhnya kandung kemih yang
dapat menyebabkan terjadinya gangguan eliminasi urine. Metastasis pada bagian pencernaan dapat
menyebabkan terbentuknya ulkus dan terjadinya perdarahan. Selain itu, juga dapat terjadi peningkatan
asam lambung yang merangsang mual dan muntah. Metastasis pada sistem pernapasan menyebabkan
gangguan pengembangan paru sehingga terjadi gangguan pertukaran gas. Dan metastasis pada bagian
otak menyebabkan terjadinya kerusakan sistem saraf sehingga terjadi stoke dan kematian.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan oleh perdarahan yang eksesif dan gagal
menahun akibat uremia oleh karena obstruksi ureter.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prognosis kanker serviks yaitu :
Umur penderita
Keadaan umum
Pada fase permulaan kanker serviks terdapat kemungkinan bahwa penderita belum mempunyai keluhan
dan diagnosis. Dalam fase yang lebih lanjut sebagai akibat nekrosis (kematian sel) dan perubahan-
perubahan poliferatif jaringan serviks timbul keluhan-keluhan.
Tidak ada gejala yang spesifik untuk kanker ini. Perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata,
tapi ini sering tidak terjadi pada awal penyakit sehingga kanker telah lanjut saat ditemukan. Gejala paling
dini yang dapat muncul antara lain :
a. Keputihan
f. nyeri
g. lemah
h. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)
2.6. PEMERIKSAAN
Pap Smear (pemeriksaan serologi) adalah satu teknik pemeriksaan yang dapat menggambarkan keadaan
tingkat perubahan serviks. Selain untuk deteksi keganasan, Pap Smear dapat pula untuk menilai keadaan
hormon dan mengatahui adanya mikroorganisme (Tricimonas Vaginalis dan Candida Albicans), tapi HPV
tidak selalu dapat dideteksi dengan teknik ini (Reeder, 1995). Hasil Pap Smear dapat dipisahkan sebagai
berikut:
Hasil Pap Smear yang mencurigakan perlu untuk dilakukan pengulangan Pap Smear dalam 3 bulan.
Walaupun Pap Smear sendiri tidak memberikan penilaian yang adekuat.
Kolposkopi dan biopsi adalah teknik yang dapat untuk mendeteksi penyakit yang lebih serius. Wanita
dengan CIN dan CIS membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Kolposkopi, biopsi, dan
endoservikal kuratase adalah bentuk penanganan yang teknik penanganan yang dapat dilakukan yang
diikuti dengan teknik yang dapat menghancurkan jaringan dan juga pergantian jaringan. Wanita dengan
infeksi mikroorganisme ditangani dengan pemberian obat yang cocok dan diikuti dengan Pap Smear
ulangan dalam 3 bulan. Jika kondisi abnormal masih ada kolposkopi dan biopsi dapat langsung dilakukan
(Reeder, 1995).
2.6.3. Servikologi
Sebuah kamera khusus yang digunakan untuk mengambil gambar dari servik setelah servik tersebut
diberi asam asetat. Kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilihat apakah teridentifikasi kanker atau
tidak. Penanganan medis yang dilakukan terhadap kanker serviks tergantung pada perluasan CIN yang
terjadi. Jika sel endoservikal bebas dari penyakir dan hasil Pap Smear menunjukkan CINsebagian dan CIS,
teknik penanganan yang diberikan adalah yang bertujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan
permukaan yang abnormal. Teknik yang dapat digunakan diantaranya adalah Cyrosurgery, terapi laser,
conizatiuon dan elektroutery (Reeder, 1995).
Ketika CIN telah berubah menjadi tahapan mikroinvasive, surgical conization adalah bentuk penanganan
yang dapat dilakukan. Ini dilakukan ketika kolposkopi dan biopsi gagal untuk menghancurkan kondisi
abnormal tersebut. (Reeder, 1995).
Kanker serviks tahap invasive adalah tahap dimana perluasan telah berkembang jadi stroma dan juga
telah mengalami perluasan pada organ lain seperti vagina, rektum, kandung kemih, ginjal dan juga
terjadi metastasis. Kondisi seperti ini ditangani dengan dilakukan histerektomi, radioterapi, kemoterapi.
Semua tindakan yang akan dilakukan tergantung pada perluasan penyakit, umur wanita tersebut,
kesehatan secara umum dan kondisi abnormal lainnya (Reeder, 1995).
Kanker serviks adalah bentuk keganasan yang sering dijumpai pada wanita. Sama halnya dengan
keganasan yang lainnya prognosis dari penyakit ini setelah pengobatan akan makin baik jika lesi
ditemukan dan diobati lebih dini. Tingkat harapan kesmbuhan dapat mencapai 85% untuk tahap I, 50-
60% untuk tahap II, 30% untuk tahap III, dan 5-10% untuuk tahap IV (Prince & Wilson, 1995).
Untuk mengetahui diagnosa secara dini, maka seorang wanita walaupun tidak merasakan keluhan, perlu
untuk melakukan pemeriksaan. Untuk wanita usia kurang dari 30 tahun dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan genitalia sekali setahun, lebih dari 30 tahun 6 bulan sekali dan sekurang –
kurangnya satu kali pada wanita yang hamil (Purnawan dkk, 1982). Pemilihan pengobatan tergantung
kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan
pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan umu penderita. Metoda Pengobatan :
Cone biopsy : Mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan.
Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel – sel yang
mengalami perubahan.
b. Terapi penyinaran : Terapi penyinaran merupakan terapi lkal, hanya menyerang sel-sel kanker
pada daerah yangdikenainya. Pada stadium I, II, dan III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan.2
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah
pembedahan (untuk membunuh sisa sel – sel kanker yang tersisa)
c. Kemoterapi : Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon ke
sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor
hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim.
TINJAUAN PUSTAKA
KEMOTERAPI
1. PENGERTIAN
Komoterapi adalah penggunaan obat-obatan sintostatika dalam terapi kanker (Otto, 2005).
Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan cepat dan aplikasi baru,
bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotostik yang bekerja dalam berbagai cara pada sel-sel spesifik
selama berbagai fase kehidupan sel, sebagai obat digunakan hanya untuk menghancurkan jenis sel
kanker tertentu ( Gruendemen, 2006).
a) Pengobatan
3. CARA PEMBERIAN
Kemoterapi dapat diberikan dengan 5 cara antara lain injeksi. Injeksi diberikan melalui suntikan diotot,
lengan, paha kiri, perut dsb.
4. MACAM-MACAM
a) Kemoterapi induksi, yaitu pemberian obat kemoterapi sebagai terapi primer untuk posten yang
tidak memiliki alternative terapi lain.
b) Kemoterapi neoadjuvan yaitu pembarian untuk mengngecilkan ukuran sel tumor atau kanker.
Sebelum dilakukan pembedahan pengangkatan tumor atau kanker.
c) Kemoterapi adjuvan yaitu seri kemoterapi yang digunakan sebagai tambahan dengan modialitas
terapi lainnya (pembedahan, nidasi, dan bioterapi) dan bertujuan untuk mengobati mikrometostosis.
d) Kemoterapi kombinasi yaitu pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi kanker yang
menyebabkan aksi obat lainya atau bertindak secara sinergis.
5. EFEK SAMPING
a) Efek samping kemoteapi segera terjadi (immediate side effect) yang timbul dalam 24 jam pertama
pemberian, misalnya :
1) Gejala gastrointestinal, seperti mual muntah, diare, konstipasi, foringiris, esophogiris dan mukositis.
2) Supresi sumsum tulang, penurunan jumlah sel darah putih (leucopenia) sel trombosit
(trombositopenia) dan sel darah merah (anemia)
b) Efek samping yang awal terjadi (early eide effecte) yang timbul dalam beberapa hari sampai
beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, reuroparti.
c) Efek samping yang terjadi belakang (delayed side effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai
beberapa bulan misalnya neuropati ferifer, neuropati.
d) Efek samping yang terjadi kemudian (late side effets) yang timbul dalam beberapa bulan sampai
beberapa tahun, misalnya keganasan sekunder.
6. OBAT-OBAT SITOTASIKA
a) Methorexat
b) Cyclophos pamida
c) Cisplatin
d) Carboplotin
e) Acrynomycin
f) Bleomyein
g) Vincristiane
h) Vinblastine
i) Eroposide
j) Parlitakxel
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “S” USIA 37 TAHUN DENGAN CARCINOMA SERVIK IIIB DALAM
KEMOTERAPI CIYSPLATIN
A. SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny “S”
Umur : 37 tahun
Agam : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendiidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Banyuwangi
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Banyuwangi
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan setiap BAK sering merasa nyeri sereta nyeri perut bagian bawah.
3. Riwayat sekarang
Ibu mengatakan perdarahan selama ± 7 bulan, keputihan sebelum perdarahan ± 2-3 bulan berbau, gatal
dan berwarna putih serta nyeri perut bagian bawah.
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit diabetes dan menjalani perawatan di rumah sakit di
Banyuwangi.
Ibu mengatakan dalam kelurganya ada yang menderita penyakit diabetes, tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit darah tinggi, paru, ginjal, tumor dan kanker.
6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
· Menarche : 15 tahun
· Lamanya : 5 hari
· Flour albus : ya
No
Anak ke
Jenis persalinan
Penolong
P/L
BB/PB
UK
ASI
KB
Spontan
Bidan
2800
32
YA
II
Spontan
Bidan
2800
32
YA
III
Spontan
Bidan
2800
32
YA
7. Riwayat perkawinan
Menikah ke : I
8. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah mengunakan alat kontrasepsi pil dan berhenti 1 tahun yang lalu.
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola istirahat
Sebelum MRS :
Sebelum MRS : mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti baju 2x/hari.
Saat MRS : mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, belum pernah keramas, ganti baju 2x/hari.
e. Pola psikologi
Saat MRS : ibu menerima dan ikhlas dengan penyakitnya namun ibu merasa cemas ketika
mengeluarkan keputihan terlalu banyak.
B. OBYEKTIF
Kesadaran : composmentis
N = 88x/mnt
RR = 24x/mnt
S = 36,4 C
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi
Pemeriksaan penunjang
Tanggal :01-04-2013
Jam : 10.06
No
Parameter
Hasil
Nilai rujukan
104 mg/dl
Dewasa
Normal : <100
Dm : >126
2
Glukosa darah 2 JPP
247
Dewasa
Normal : <140
Dm : >200
SGOT
SGPT
Albumin
BUN
Kreatin serum
Kalium
Natrium
klorida
12 U/L
15 U/L
3,8 g/dl
7 mg/dl
0,8 mg/dl
4,0 mmol/l
137 mmol/l
103 mmol/l
15-37
12-78
3,4-5,0
7-18
0,6-1,3
3,5-5,1
136-145
98-107
Advis dr vet :
Terapi :
Dexa : 2 amp
Ondan : 8 mg
Sisp :120,50 mg
C. ASSASMENT
Ny “S” PIII-III dengan carcinoma servik III B ProER-AFL, HN sedang, DM + dalam kemoterapi Cysp III
D. PENATALAKSANAAN
08.00
08.30
09.00
Melakukan observasi:
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36 0 C
RR : 24 x/mnt
09.30
10.00
10.30
13.00
Memasang kemoterapi cisplatin 120,50 mg tetesan lancar dan tidak ada reaksi kemoterapi
14.00
Catatan perkembangan
Tanggal :04-04-2013
Jam : 08.00
S : Ibu mengatakan sedikit mual
N = 80 mnt
S = 36,5 0 C
RR = 24 x/mnt
Terpasang kateter
A : Ny “S” dengan carcinoma servik III B Pro ER-AFL Dm + post semoterapi cysplatin
P :
08.00
08.30
09.00
Melakukan observasi
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,5 0 C
RR : 24x/mnt
09.30
Melepas kateter
10.00
Melepas temvlon
13.00
Member KIE tentang nutrisi, jadwalkan control ulang di sepakati ibu kembali tenggal 25-4-2013
DAFTAR PUSTAKA
Rumli, Mukhlis, dkk (2005), deteksi dini kanker, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta.
Triningsih, Ediati (2007), makalah servik, Refrensi Pap smear bagi bidan, yayasan kanker Indonesia
cabang D.I Yogyakarta