Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN KANKER OVARIUM

DI RUANG POLI OBGYN RSUD DR. SAIFUL ANWAR

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH :

MUHAMMAD FIQRI HIDAYATURRAHMAN

NIM. 202310461011010

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2024
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KANKER OVARIUM

DI RUANG SINGKARAK RSUD DR. SAIFUL ANWAR

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Fiqri Hidayaturrahman

NIM : 202310461011010

Telah disetujui

Pada Tanggal :

Pembimbing
Akademik
Pembimbing Lahan

Ririn
Harini,S,Kep.Ns. ( )
M.Kep
A. Pengertian
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh di sel ovarium, kanker ovarium
terdiri dari sel yang terus tumbuh dan sel ini dapat menghancurkan jaringan
disekitarnya, sel kanker dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh yang lain,
kanker ovarium juga merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi
tiga jenis utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan epithelial
ovarium cancer (Asiah. 2019.).
Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan
menjadi tiga tipe utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan
epithelial ovarian cancer (EOC). Mayoritas kanker ovarium yang sering ditemukan
adalah tipe EOC dan memiliki beberapa subtipe, antara lain: mucinous, clear cell,
endometroid, low-grade serous, dan high-grade serous carcinoma (HGSC). Subtipe
HGSC merupakan jenis kanker epitel yang paling banyak dan juga paling agresif. Hal
ini karena banyak wanita didiagnosis telah memasuki stadium lanjut (stadium III atau
IV) dengan nilai 5 tahun ketahanan hidup (5 years survival rate) antara
20-40% (Asiah. 2019.).

B. Etiologi
Hipotesis incessant ovulation yang diperkenalkan oleh Fathalla yang
menjelaskan hubungan antara ovulasi terus menerus terhadap terjadinya peradangan
dan karsinogenesis ovarium epitel. Hal ini disebabkan karena folikel yang matang
tidak pecah menyebabkan oocyte tidak dilepaskan yang dapat mengakibatkan
terjadinya lonjakan luteinizing hormon (LH) yang menginduksi ekspresi gen
prostaglandin sintase 2 (PGS-2), kemudian akan mengkodekan enzim yang
aktivitasnya sangat penting untuk ruptur folikel. Hal ini dapat mempengaruhi
kerusakan DNA melalui tekanan oksidatif pada cortical inclusion cysts (CIC) di
ovarium, adanya kerusakan berulang pada lapisan permukaan ovarium saat ovulasi
menyebabkan perubahan pada gen yang mengatur pembelahan sel ovarium sehingga
terjadi pembelahan sel yang berlebihan dan menimbulkan sel kanker (Asiah. 2019.).

C. Stadium Kanker Ovarium


Stadium kanker ovarium ditentukan berdasarkan pada penemuan yang dilakukan saat
melakukan eksplorasi. Stadium kanker ovarium menurut International Federation of
Gynecology and Obstetrics (FIGO) tahun 2014, berdasarkan pada hasil evaluasi
pembedahan terhadap tumor ovarium primer dan penemuan penyebarannya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Stadium Kriteria
I Pertumbuhan tumor terbatas pada ovarium.
Ia Pertumbuhan tumor terbatas pada satu ovarium kapsul utuh cairan
ascites ataupun cairan peritoneum tidak mengandung sel-sel ganas,
dan tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan luar ovarium.
Ib Pertumbuhan tumor pada satu atau dua ovarium, kapsul utuh, cairan
ascites ataupun bilasan peritoneum tidak mengandung sel-sel ganas,
dan tidak ada pertumbuhan tumor pada peiniukaan luar tumor.
Ic Tumor pada stadium la atau lb tetapi dengan pertumbuhan tumor pada
permukaan luar dari satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, cairan
ascites atau cairan bilasan peritoneum mengandung sel-sel ganas, dan
terdapat pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium.
II Pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan
ke rongga pelvis.
IIa Penyebaran dan atau metastasis ke uterus dan atau tuba fallopi, tidak
ada sel-sel ganas di cairan asites ataupun cairan peritoneal.
IIb penyebaran tumor ke organ pelvis lainnya, tidak ada sel-sel ganas di
cairan asites ataupun cairan peritoneal.
IIc Tumor dengan stadium Ila atau lib, tetapi dengan pertumbuhan tumor
pada pemukaan luar dari satu atau kedua ovarium atau kapsul pecah
atau cairan ascites atau cairan-cairan peritoneum mengandung sel-sel
ganas.
III lumor melibatkan satu atau kedua ovarium dengan implantasi di luar
pelvis dan secara mikroskopis dapat dipastikan adanya metastasis dari
peritoneal ke luar pelvis.
IIIa Tumor secara mikroskopis melebihi pelvis namun belum terlihat tanda
makroskopis tumor.
IIIb Pada pemeriksaan makroskopis terlihat jelas adanya metastasis dari
peritoneal melebihi pelvis ±2 cm.
IIIc Pada pemeriksaan makroskopis terlihat jeias adanya metastasis dari
peritoneal melebihi pelvis ±2 cm dan terjadi metastasis kelenjar limfe
regional..
IV Pertumbuhan tumor meliputi satu atau kedua ovarium dengan
metastase yang luas.

D. Manifestasi klinis
Sebagian besar pasien kanker ovarium tidak merasakan keluhan (95%) dan
keluhan-keluhan pada penderita kanker ovarium tidak spesifik seperti perut
membesar, atau pasien yang mangalami kanker ovarium dapat merasakan seperti ada
tekanan, dispareunia, berat badan pada penderita kanker ovarium dapat meningkat ini
dikarenakan adanya asites atau massa (Aziz,2019).
Gejala kanker ovarium umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik pada
stadium awal, gejala kanker ovarium pada stadium awal dapat berupa konstipasi dan
sering berkemih ini dikarenakan apabila kanker ovarium telah menekan rektum atau
kandung kemih, selain itu gejala kanker ovarium pada stadium awal dapat berupa
nyeri pada saat bersenggama, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium dapat
menimbulkan gejala berupa asites, penyebaran kanker ke omentum, kembung, mual
gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan kecil, dan dapat juga terjadi
gejala sesak nafas ini disebabkan karena penumpukan cairan dirongga dada
(Lisnawati, 2019).

E. Patofisiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral. Resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan faktor lingkungan, reproduksi dan
genetik. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium epiteliel
terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insidentertinggi terjadidiindustri
barat.Kebiasaanmakan,kopidanmerokok, adanya asbestos dalam lingkungan, tidak
hamil dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina,semua itu dianggap mungkin
menyebabkan kanker (Aziz,2019).
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih
berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen-gen supresor
tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada
beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan
variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker
ovarium. Bila yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50 %
kesempatan untuk menderita kanker ovarium (Aziz,2019).
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker ovarium
dikelompokkan dalam tiga kategori besar ; (1) tumor-tumor epiteliel ;(2) tumor
stroma gonad ;dan (3) tumor-tumor sel germinal. Keganasan epiteliel yang paling
sering adalah adenomakarsinoma serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai
berkembang dari permukaan epitelium,atau serosa ovarium (Aziz,2019).
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya dapat timbul
pada semua permukaan intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga
merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan
kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium
dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik
(Aziz,2019).
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi.pada beberapa
perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia
endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan
testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen
dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau torsi
ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis
rutin (Aziz,2019).
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang teraba
bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista
fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada
perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa berukuran berapapun,
disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah.
Walaupun laparatomi adalaha prosedur primer yang digunakan untuk menentukan
diagnosis, cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan pelvis)
sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran (Aziz,2019).
Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad ; 2
% dari jumlah ini menjadi keganasan ovarium. WHO (World Health Organization),
mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan subbagian yang
multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 % hingga 33 % tardiri dari kista
dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari bagian kista dermoid. Eksisi bedah
adalah pengobatan primer untuk semua tumor ovarium, dengan tindak lanjut yang
sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas (Aziz,2019).

F. Pathways
G. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis stadium dini pada kanker ovarium masih kurang spesifik dan sensitif
(Adisasmita. 2020). Hal ini disebabkan karena terdapat pengaruh gejaia yang tidak
muncul pada stadium dini. Selain dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik,
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu:

1. USG
Pemeriksaan ini dapat membedakan tumor kistik dengan tumor padat.
Disamping itu, pemeriksaan ini relatif murah dibandingkan pemeriksaan
lainnya. Pada tumor yang padat, risiko keganasan semakin meningkat dan
menurun pada masa yang kistik (Adisasmita. 2020).
Pada pemeriksaan dengan USG transvaginal akan memiliki hasil yang
tajam, karena melalui pemeriksaan ini dapat dijabarkan morfoiogi dari kanker
ovarium dengan baik. Tiga kategori morfoiogi yang dijabarkan adalah
volume, struktur dinding, dan struktur septum kanker (Adisasmita. 2020).

2. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)


Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui ukuran kanker primer,
metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke
dinding perut. Namun, terdapat beberapa kekurangan dari CT-Scan, yaitu
terdapatnya risiko radiasi, reaksi alergi terhadap kontras, kurang tegas dalam
membedakan tumor kistik dan padat, dan biaya yang mahal (Adisasmita.
2020).

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRl dan CT-Scan memiliki fungsi yang hampir sama, namun MRI
tidak lebih baik dalam hal diagnostik, menggambarkan perjalanan penyakit
dan dalam menentukan lokasi tumor di abdomen atau pelvis. Dengan
demikian, dalam melakukan evaluasi kanker ovarium lebih dianjurkan dengan
pemeriksaan CT-Scan (Adisasmita. 2020).
4. Pemeriksaan Tumor Markers
CA 125 merupakan antigen yang terkait dengan keganasan dari epitel
ovarium. Permukaan epitel ovarium tidak menghasilkan CA 125, kecuali pada
keadaan kista inklusi, terjadinya metaplasia pada epitel ovarium, dan yang
mengalami pertumbuhan papiler (Adisasmita. 2020).

5. Pemeriksaan sitology
Pemeriksaan ini terutama dilakukan pada sitologi dari asites. Pada
pemeriksaan ini paling sering ditemukan adanya sel adenokarsinoma.

6. Laparaskopi
Pemeriksaan ini membantu deteksi dini kanker ovarium. Fungsinya
adalah sebagai diagnostik kanker yang masih belum ditegakkan. Ketika
pemeriksaan USG dan CA 125 yang masih mencurigakan keganasan dan hasil
pemeriksaan sitologi yang masih belum dalam menentukan penyebabnya,
dapat dilakukan laparoskopi untuk lebih memastikannya (Adisasmita. 2020).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kaker ovarium meliputi tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk pengobatan dan penentuan stadium surgical. Terapi pembedahan termasuk
histerektomi, salpingo-ooforektomi, omentektomi, pemeriksaan asites, bilasan
peritoneum, dan mengupayakan debulking optimal ini dilakukan jika tumor residu
kurang dari 1 cm, limfadenektomi (pengambilan sampel untuk pemeriksaan
histopatologi) pada stadium awal, stadium I A dan I B derajat 1 dan 2, atau semua
stadium pada jenis tumor potensial rendah pada ovarium. Kemudian dilakukan
observasi dan pengamatan lanjut dengan pemeriksaan CA-125 (Adisasmita. 2020).

Pasien dengan stadium I A derajat 1 dan 2 jenis epitel mempunyai kesintasan


hidup 5 tahun 95% dengan atau pemberian kemoterapi. Setelah selesai pengobatan
dengan kemoterapi, ada 3 pilihan yang diterapkan pada pasien kanker ovarium yaitu:
Observasi, kemudian teruskan pengobatan, apabila tumor regresi tapi belum hilang
seluruhnya maka dilakukan terapi dengan kemoterapi lain. Biasanya diberikan
hexamethimalamin agar tidak menimbulkan tumor yang residif (Adisasmita. 2020).

penataksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium kanker dan


keadaan umum penderita. Adapun pcnatalaksanaan kanker ovarium adalah sebagai
berikut:

1. Terapi operasi
Teradapat beberapa teknik operasi :

a. Laparatomi
Untuk memastikan stadium kanker ovarium. Operasi ini termasuk
pengangkatan uterus dan sepasang adneksanya, omentum mayus,
pembersihan kelenjar limfe pelvis, dan para-aorta abdominal, serta
pemeriksaan sitologi kavum abdomen (asites) Adisasmita. 2020).

b. Operasi sitoreduksi
Operasi ini bertujuan untuk mengangkat sebagian besar ataupun
seluruh kanker. Keberhasilan dinyatakan alas dasar tertinggalnya lesi
dengan diameter kurang dari 2 cm. Keberhasilan ini berhubungan dengan
pemulihan kekuatan anti kanker tubuh, kondisi kondusif bagi radioterapi,
kemoterapi dan Iain-lain (Adisasmita. 2020).

c. Operasi eksploratif kedua


Tujuan dilakukan operasi ini adalah memberikan dasar bagi
penghenlian kemoterapi atau mengubah kemoterapi dan metode terapi,
serta mengangkat lesi ganas yang telah ditemukan (Adisasmita. 2020).

2. Kemoterapi
Kemoterapi pada tindakan penyembuhan kanker ovarium sangatlah
penting. Tindakan ini akan lebih efektif pada pasien yang telah berhasil
menjalani operasi sitoreduksi. Karena kanker ovarium pada umumnya
menyebar pada rongga abdomen dan pelvis, maka setelah operasi dilakukan
kemoterapi gabungan intra-abdomen dan inlravena. Agar dalam
pemberiannya obat dapal merata pada kavum abdomen, cairan infus intra-
abdomen diberikan sebanyak 2000 ml. Selain itu dapat dilakukan pemberian
obat secara intra-arleri. Fungsinya untuk meninggikan konsentrasi obat pada
arteri. Untuk melakukan terapi metastasis parenkim hati dapat dengan
kemoterapi menggunakan kateterisasi per kutan arteri gastroepiploika dekstra
hingga mencapai arteri hepatika komunis atau kateterisasi per kutan arteri
femoralis ke arterti hepatika. Terapi umumnya diberikan dalam jumlah 6-8
kuur (Adisasmita. 2020).

3. Radioterapi
Tidak semua kanker dapat disembuhkan dengan terapi radiasi,
sehingga metode ini bukanlah metode yang utama. Namun pada kanker
disgerminoma dapat disembuhkan dengan cara radioterapi, karena kanker ini
sangat peka terhadap radiasi (Adisasmita. 2020)
I. Komplikasi
Menurut smart patient (2019), komplikasi umum dari ca. ovarium adalah sebagai
berikut :
1. Pecahnya tumor menyebabkan gejala sakit perut, mual, dan muntah yang parah.
2. Torsi tumor (twist) : drainase vena terhalang oleh tumor yang menyebabkan
penyumbatan. Penderita diserang rasa sakit yang parah di perut bagian bawah
disertai dengan rasa mual, muntah, dan syok bila kondisinya menjadi lebih parah.
3. Infeksi : demam, sakit perut, distensi perut, peningkatan jumlah sel darah putih,
dan peningkatan suhu tubuh yang akan menyebabkan perbedaan perioritas
(radang pada lapisan dalam perut yang melapisi organ tubuh).
4. Perubahan tumor jinak menjadi ganas : tumor tumbuh dengan cepat dalam waktu
singkat. Pasien merasa kembung dibagian perut atau lambung, kehilagan nafsu
makan.
5. Gejala anemia : pasien stadium lanjut mengalami gejala pendarahan, kehilangan
nafsu makan, obstruksi usus, penurunan berat badan, kehilangan energy, rasa
tidak nyaman pada perut.

J. Pengkajian keperawatan
1. Anamneses
a. Identitas pasien
meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche atau
diatas 45 tahun (Brunner. 2021).

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada
wanita usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk
stadium awal (Brunner. 2021). Pada stadium lanjut akan mengalami
pembesaran massa yang disertai asites (Reeder,dkk. Brunner. 2021)
Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2019) yaitu:
a) Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau
merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan menetap
b) Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan
pelvis, distensi abdomen,penurunan berat badan dan nyeri pada
abdomen.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara
dan kanker endometrium (Bulechek.G, dkk.2019).

c. Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50% (Bulechek.G, dkk.2019).

d. Riwayat haid atau status ginekologi


Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi
gangguan siklus menstruasi (Hutahaean,2019).

e. Riwayat obstetric
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan sistem
hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia > 35 tahun
(Bulechek.G, dkk.2019).

f. Data keluarga berencana


Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral sementara
karena kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker ovarium yang
ganas (Bulechek.G, dkk.2019).

g. Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus
asa,menarik diri dan gangguan seksualitas (Bulechek.G, dkk.2019).

h. Data aktivitas atau istirahat


Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas dan
istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.

i. Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.

j. Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang menekan
pelvis
k. Data makanan/cairan
Pasien biasanya tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen sehingga akan
mengalami gangguan gastrointestinal.

l. Data nyeri/kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis

m. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien
sadar, tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan
dyspnea.
b) Kepada dan rambut
Tidak ada gangguan yaitusimetris,tidak ada benjolan,tidakada hematom
dan rambut tidak rontok.
c) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada
lesi.
d) Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+,
pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi
mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan.
e) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid
f) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris
g) Paru-paru
 Inspeksi
Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada
 Palpasi
Fremitus kiri dan kanan sama
 Perkusi
Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada
 Auskultasi
vesikuler
h) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada
saat pemeriksaan di jantung :
 Inspeksi
Umumnya pada saat inspeksi, ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi ictus cordis teraba
 Perkusi
pekak
 Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah penutupan
bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2 adalah
penutupan katup aorta dan pulmonalis secara bersamaan.
i) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papilla mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
j) Abdomen
 Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya pembesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat
adanya asites dan perbesaran massa di abdomen.
 Palpasi
Pada stadium awal Ca. ovarium, belum adanya pembesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut, ketika di raba akan terasa seperti
karet atau batu massa di abdomen.
 Perkusi
Hasilnya suara hypertympani karena adanya massa atau asites yang
telah bermetastase ke organ lain.
 Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5-30 kali/mnit
k) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat
hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stadium
lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi.
l) Ekstremitas
Tidak ada udema, tidak ada luka and CRT kembali <2 detik. Pada
stadium lanjut akan ditandai dengan kaki udema (Reeder, dkk. 2019).
K. Diagnose keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker ovarium
adalah sebagai berikut:
1. Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Konstipasi berhubungan dengan tumor
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan factor biologis
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh
g. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
2. Post operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi radiasi


c. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
(Herdman.H.T&Kamitsuru.S(2020))
L. Intervensi keperawatan
1. Pre operasi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Manajemen Nyeri
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri

b. Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri


Reduksi Ansietas
Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu,
stresor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu

2. Post operasi
a. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive
Pencegahan Infeksi
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk

b. Gangguan intergritas kulit b.d efek samping terapi radiasi


Perawatan Integritas Kulit
Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis: perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
Terapeutik
 Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis: lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2021. What is Ovarian Cancer?. (Http://www.cancer.org)

Asiah. 2019. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Kesehatan


Reproduksi Ibu Rumah Tangga di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
FKIP Unsiyah Darussalam Banda Aceh. Aceh, Indonesia.

Aziz, MF., 2019. Gynecological Cancer in Indonesia. J Gynecol Oncol. United State
of America.

Adisasmita, Asri, Dkk. 2020. Hubungan antara Menyusui dengan Risiko Kanker
Ovarium.IndonesianJurnalofCancer,Volume10,nomor 3.

Arania, Windarti. 2019. Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung, Volume 5, nomor 9.

Brunner. 2021. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta :
EGC.

Bulechek.G, dkk.2019.Nursing InterventionsClassification (NIC)(edisi6). Mosby:


LawaCity

Herdman. H.T & Kamitsuru. S. 2019. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017Edisi10.Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. A. 2019. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah (Edisi 2).

Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:TransInfoMedia.

Anda mungkin juga menyukai