1. WIWIN TINA
2. H.ASRORI
3. NURMALIANA
4. IRA SAPRINA
5. ARI ISKANDAR
6. MARSUDI
7. TRI ISTIADI PUTRA
8. SUWANDHI EKA PUTRA
9. HENRIKA PUTRA HASYIM
10. APRI WIJAYA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal dimana
sel-sel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada keganasan. Kanker ini
biasanya menyerang wanita yang pernah atau sedang berada dalam status sexually active.
Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada
wanita yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat
kehamilan. Terdapat kemungkinan 1 di antara 3000 kehamilan bagi seorang wanita penderita
kanker serviks. Namun, adanya kanker serviks memberi pengaruh yang tidak baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Kanker serviks dapat memicu terjadinya abortus akibat
pendarahan dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena pertumbuhan neoplasma tersebut.
Apabila penyakit ini tidak diobati lebih lanjut, pada kira-kira dua pertiga usia kehamilan
penderita menjelang cukup bulan, dapat terjadi kematian janin. (Wiknjosastro, Hanifa. 2005)
Pengaruh kanker serviks pada waktu persalinan, antara lain kekakuan serviks karena
jaringan kanker yang terbentuk, akan menghambat proses persalinan (khususnya Kala I). Bila
tumor yang terbentuk lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, pembukaan pada
waktu persalinan dapat menjadi lengkap dan bayi bisa lahir spontan. Dalam masa nifas,
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel
yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain : hubungan seksual pada usia dini (< 17
tahun), hubungan seksual multi partner, infeksi HPV (Human Papilloma Virus), dan genetik
2
(namun, persentasenya sangat kecil). Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi insiden
kanker serviks yaitu : usia, melahirkan lebih dari 3x, personal hygiene, status sosial ekonomi,
Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks, antara lain : keputihan
atau keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan, hematuria, anemia,
kelemahan pada ekstremitas bawah, timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian
bawah. Pada stadium lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim, sebanyak
80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita
di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi
di negara-negara berkembang. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian
besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. (Syaifullaoh Nur. 2012)
Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat
disembuhkan sampai hampir 100%. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah
kanker ini adalah melalui skrining yang dinamakan Pap Smear. Pap smear adalah suatu
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya
upaya deteksi dini ini, diharapkan angka kejadian kanker serviks dapat ditekan pada tahun -
tahun berikutnya.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut bagaimana asuhan
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervik ini bisa bermanfaat bagi
penulis secara pribadi dan juga bermanfaat bagi pembaca secara luas sebagai pembelajaran
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan maligna dalam setiap
bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit, dan berkembang dengan
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang
melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa columnar
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh
wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih
500 ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada
wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia
meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara
berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut.
Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di
Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.Setiap hari di
Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker serviks.
Kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui
perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan
adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker
5
serviks dapat diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan
tentang kanker serviks yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun
1. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak,daerah ini di
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh
labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri
atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di
6
mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia mayora,dengan
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora), maka
belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam vestibulum terdapat muara –
muara dari liang senggama (introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina. Pada
bagian ini bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada
yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu
jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang ditutupi
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma Virus
Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa
7
mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks dapat
Menurut Wiknjosastro Hanifa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan
hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian
para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun
mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva.
Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor
pendamping.
8
3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke
anaknya.
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping
merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren
yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi mediator
meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta
6. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi timbulnya infeksi,
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang sifatnya
9
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah tidak mempunyai
biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi
2.4 Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi
antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris
pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar
ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-
mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif
(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui
tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita.
Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan
epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi
spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari
10
Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel
11
2.6 Partway
12
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear
merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya
perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan
mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear yang
dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan
mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika
ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran
histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
b. Kolposkopi
secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi
akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-
lesi tersebut.
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan
praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan
13
lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi
dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak
normal.
d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm.
Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir
dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak
memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi dapat
sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-
masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat
di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana
tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat
e. Gineskopi
digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi
dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6%
dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan
gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai
berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative
value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut
14
memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan untuk mendeteksi
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif dalam
kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG
(Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar
HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan
plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang terjadi
pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan sel
endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan sitologi
Displasia
15
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan, sedang,
Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan mikroskopik.
2.9 PENATALAKSANAAN
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim
onkologi) (Wiknjosastro, 1997). Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks,
tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium
kanker serviks :
STADIUM PENATALAKSANAAN
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
Ib,Iia
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi
pasca pembedahan
IIb, III, IV
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb
Radiasi paliatif
Kemoterapi
16
Gambar 2.2 Stadium Karsinoma
Manajemen yang tepat diperlukan pada karsinoma insitu. Biopsi dengan kolposkopi oleh
terapi dilakukan. Pilihan terapi pada pasien dengan tumor insitu beragam bergantung pada
usia, kebutuhan fertilitas, dan kondisi medis lainnya. Hal penting yang harus diketahui juga
(HGSIL). Beberapa terapi yang dapat digunakan adalah loop electrosurgical excision
procedure (LEEP), konisasi, krioterapi dengan bimbingan kolposkopi, dan vaporisasi laser.
Pada seleksi kasus yang ketat maka LEEP dapat dilakukan selain konisasi. LEEP memiliki
keunggulan karena dapat bertindak sebagai biopsi luas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Keberhasilan eksisi LEEP mencapai 90% sedangkan konisasi mencapai 70-92%. Teknik lain
yang dapat dilakukan untuk terapi karsinoma insitu adalah krioterapi yang keberhasilannya
17
mencapai 80-90% bila lesi tidak luas (<2,5 cm), tetapi akan turun sampai 50% apabila lesi
luas (> 2,5 cm). Evaporasi laser pada HGSIL memberikan kerbehasilan sampai 94% untuk
lesi tidak luas dan 92% untuk lesi luas. HGSIL yang disertai NIS III memberikan indikasi
yang kuat untuk dilakukan histerektomi. Pada 795 kasus HGSIL yang dilakukan konisasi
Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 hanya dapat ditegakkan setelah biopsi cone dengan
batas sel-sel normal, trakelektomi, atau histerektomi. Bila biopsi cone positif menunjukkan
CIN III atau kanker invasif sebaiknya dilakukan biopsi cone ulangan karena kemungkinan
stadium penyakitnya lebih tinggi yaitu IB. Kolposkopi dianjurkan untuk menyingkirkan
definitif.
Stadium serviks IA1 diterapi dengan histerektomi total baik abdominal maupun vaginal.
Apabila ada VAIN maka vagina yang berasosiasi harus ikut diangkat. Pertimbangan fertilitas
pada pasien-pasien dengan stadium ini mengarahkan terapi pada hanya biopsi cone diikuti
dengan Pap’s smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan, dan 12 bulan bila hasilnya negatif.
Stadium serviks IA2 berasosiasi dengan penyebaran pada kelenjar limfe sampai dengan 10%
Pada stadium ini bila kepentingan fertilitas masih dipertimbangkan atau tidak ditemukan
bukti invasi ke kelenjar limfe maka dapat dilakukan biopsi cone yang luas disertai
Observasi selanjutnya dilakukan dengan Pap’s smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan dan
12 bulan.
18
Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal
Pasien-pasien dengan tumor yang tampak harus dilakukan biopsi untuk konfirmasi
toraks dan evaluasi fungsi ginjal sangat dianjurkan. Stadium awal karsinoma serviks invasif
adalah stadium IB sampai IIA (< 4cm). Stadium ini memiliki prognosis yang baik apabila
diterapi dengan operasi atau radioterapi. Angka kesembuhan dapat mencapai 85% sampai
90% pada pasien dengan massa yang kecil. Ukuran tumor merupakan faktor prognostik yang
Penelitian kontrol acak selama 5 tahun mendapatkan bahwa radioterapi atau operasi
menunjukkan angka harapan hidup 5 tahunan yang sama dan tingkat kekambuhan yang
sama-sama kecil untuk terapi karsinoma serviks stadium dini. Morbiditas terutama meningkat
apabila operasi dan radiasi dilakukan bersama-sama. Namun, pemilihan pasien dengan
penegakkan stadium yang baik dibutuhkan untuk menentukan terapi operatif. Jenis operasi
yang dianjurkan untuk stadium IB dan IIA (dengan massa < 4cm) adalah modified radical
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi pada jaringan hasil operasi dan bila didapatkan
penyebaran pada kelenjar limfe paraaorta atau sekitar pelvis maka dilakukan radiasi pelvis
dan paraaorta. Radiasi langsung dilakukan apabila besar massa mencapai lebih dari 4 cm
Penelitian kontrol acak menunjukkan bahwa pemberian terapi sisplatin yang bersamaan
dengan radioterapi setelah operasi yang memiliki invasi pada kelenjar limfe, parametrium,
atau batas-batas operatif menunjukkan keuntungan secara klinis. Penelitian dengan berbagai
dosis dan jadwal pemberian sisplatin yang diberikan bersamaan dengan radioterapi
menunjukkan penurunan risiko kematian karena kanker serviks sebanyak 30-50%. Risiko
19
juga meningkat apabila didapat ukuran massa yang lebih dari 4 cm walaupun tanpa invasi
pada kelenjar-kelenjar limfe,infiltrasi pada kapiler pembuluh darah, invasi di lebih dari 1/3
stroma serviks. Radioterapi pelvis adjuvan akan meningkatkan kekambuhan lokal dan
Ukuran tumor primer penting sebagai faktor prognostik dan harus dievaluasi dengan
cermat untuk memilih terapi optimal. Angka harapan hidup dan kontrol terhadap rekurensi
lokal lebih baik apabila didapatkan infiltrasi satu parametrium dibandingkan kedua
intrakaviter. Terapi variasi yang diberikan biasanya beruapa pemberian kemoterapi seperti
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
1. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen, OAINS (Obat
Anti-Inflamasi Non-Steroid)
2. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid ringan
3. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat seperti
Operasi
Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Bisa menggunakan bedah
mikrografik atau laser. Tujuan utamanya untuk mengangkat keseluruhan tumor / kanker.
20
Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan.
Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks dan kanal
serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa ataupun pengobatan
pra-kanker serviks
Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker serviks
dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung,
Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur, tuba falopi
Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif (stadium IA) biasanya
diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau
Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemoterapi.
21
Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin,
Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6
hari rata-rata) dan biaya juga lebih banyak. Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam,
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi ) justru lebih lama.
Perlu diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui
beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan : Pemeriksaan panggul
lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian
bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan
mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air
kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus
dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual)
biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu. Setelah menjalani histerektomi,
penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi
gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita
seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil
lagi.
22
Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa berupa obat yang
diminum, dimasukkan bersama cairan intravena, atau injeksi. Contoh obat yang diberikan
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuskuler. (Prayetni, 1997). Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel
jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang
dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain,
pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker
menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk
memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan
keuntungan yang memuaskan. (Gale & Charette, 2000). Contoh obat yang digunakan pada
kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adremycin Platamin), PVB
(Platamin Veble Bleomycin) dan lain - lain (Prayetni, 1997). Cara pemberian kemoterapi:
1. Ditelan
2. Disuntikkan
3. Diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal / bersama terapi radiasi
pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah : Cisplatin., Fluorouracil (5-FU). Sedangkan
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan untuk kanker serviks stage IVB / recurrent
23
bersama dengan cisplastin untuk kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi /
radiasi tidak dapat dilakukan atau tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul
dengan menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal dan mengurangi resiko
kekambuhan kanker.
Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang saat beristirahat,
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat anti mual
Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang diare sampai
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan sayur.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga.
24
Sariawan
Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah
kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan dan
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang
merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun.
Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah
terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah
trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
Anemia
25
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb
(Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah
Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah diatur voltasenya
Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel kanker.
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial
dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV diobati dengan radiasi.
Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau
paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke
sekitarnya dan atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan
pada stadium I sampai III B. Bila sel kanker sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi
hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Selama menjalani
radioterap, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa, terutama seminggu
sesudahnya.Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya
menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal, sering terjadi
kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal.
Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara
26
yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual.
Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa
menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita
diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air.
2.9 Komplikasi
Pendarahan
Kematian janin
Infertil
Obstruksi ureter
Hidronefrosis
Gagal ginjal
Pembentukan fistula
Anemia
Infeksi sistemik
Trombositopenia
2.10 Pencegahan
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi
karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas dasar
itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan rutin yang
dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila
ditemukan hasil yang mencurigakan.
27
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan
sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York
University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining
yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu
pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun 1943 untuk
mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani
pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak
pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru
kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan
pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini
suatu hari bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu
upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya :
1. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual (vaginal
intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat
pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi
prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang
akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat
jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
28
Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan
risiko kanker serviks.
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.
4. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali
2.11 Prognosa
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker serviks,
antara lain :
Usia penderita
Keadaan umum
29
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
30
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung zat –
zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari
kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat
pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat
31
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan yang
biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada Ibu yang
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada panca indra
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker
serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari
kanker serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan
perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien
menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa
nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta
adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
32
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
1. Data subyektif :
Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah
Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darah
2. Data obyektif
Nafas : 16 - 24 x / menit
33
Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg
Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah ditekan )
Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
Terjadi hematuria
34
3. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
6. Kerusakan eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan aktivitas
metabolik terhadap kanker
8. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker serviks
9. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
10. Inkontinensia alvi b/d peningkatan tekanan otot abdominal akibat nekrosis jaringan,
kerusakan neuromuscular
11. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular akibat infiltrasi kanker pada
serabut saraf lumbosakral
12. PK Gagal Ginjal
13. Gangguan pola tidur b/d depresi akibat penyakit kanker serviks
14. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit kanker
serviks, terapi, dan prognosisnya
15. Ansietas b/d krisis situasional
16. Berduka antisipasi b/d penyakit kronis yang diderita (kanker serviks) dan ancaman
kematian
17. Koping keluarga melemah b/d sakit yang berkepanjangan pada anggota keluarga
terdekat
18. Defisit perawatan diri b/d kelemahan
19. Risiko cedera pada ibu b/d penurunan jumlah trombosit
20. PK Anemia
21. Mual b/d kemoterapi
22. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status nutrisi dan kemoterapi
23. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit dan kemoterapi
24.HDR b/d bau busuk pada keputihan
Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan
35
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 jam diharapkan keseimbangan
Kriteria Hasil :
NO INTERVENSI RASIONAL
volume darah yang keluar melalui penggantian cairan yang perlu diberikan
oksigen.
36
6 Catat respon fisiologis individual pasien Simtomatologi dapat berguna untuk
terhadap pendarahan, misalnya mengukur berat / lamanya episode
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, pendarahan. Memburuknya gejala dapat
berkeringat / penurunan kesadaran menunjukkan berlanjutnya pendarahan /
tidak adekuatnya penggantian cairan
7 Kaji turgor kulit, kelembaban membran Merupakan indikator dari status hidrasi /
mukosa, dan perhatikan keluhan haus derajat kekurangan cairan
pada pasien
8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan IV sesuai indikasi derajat hipovolemia dan lamanya
pendarahan (akut / kronis). Cairan IV
juga digunakan untuk mengencerkan
obat antineoplastik pada penderita
kanker.
9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan memperbaiki jumlah darah dalm tubuh
trombosit sesuai indikasi ibu dan mencegah manifestasi anemia
yang sering terjadi pada penderita
kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme pembekuan
darah sehingga pendarahan lanjutan
dapat diminimalisir.
10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : kebutuhan resusitasi cairan dan
Hb, Hct, sel darah merah mengawasi keefektifan terapi
37
2.TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
3. Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam batas normal (4
- 9 103/µL)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
3 Kaji janin untuk melihat adanya tanda Deteksi dini terhadap reaksi
infeksi seperti takikardi dan penurunan infeksi yang bisa berdampak
keaktifan gerakan janin pada janin dan menghambat
pertumbuhan janin.
38
pertumbuhan sekunder patogen
Dx 3 :Perubahan Pola eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
Tujuan: :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, pola eliminasi urine
pasien kembali normal (adekuat)
Kriteria Hasil :1. Tidak terjadi hematuria
2.Tidak terjadi inkontinensia urine
3.Tidak terjadi disuria
4.Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
3 Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / Penyebaran kanker pada
tidaknya hematuria traktus urinarius (salah
satunya di vesika urinaria)
dapat menyebabkan jaringan
39
di vesika urinaria mengalami
nekrosis sehingga urine yang
keluar berwarna merah
karena bercampur dengan
darah
4 Observasi adanya bau yang tidak enak pada urine Identifikasi tanda - tanda
(bau abnormal) infeksi pada jaringan traktus
urinarius
6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, Indikator keseimbangan
pengisian kapiler, dan membran mukosa cairan dan menunjukkan
tingkat hidrasi
40
3.5 Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
3.6 Evaluasi
1. Keseimbangan volume cairan
2. Tidak ada tanda – tanda infeksi
3. Pola eliminasi uri ( bak ) normal
4. Nyeri berkurang / hilang / teratasi
5. Nafsu makan meningkat
6. Pengetahuan tentang penyakit kanker meningkat
7. Perhatian keluarga meningkat
8. Turgor kulit normal
9. Cairan yang keluar pervagina tidak berbau busuk
10. Berat badan stabil
11. Pola eliminasi alvi normal sehari sekali dengan konsistensi lembek
12. Mual dan muntah berkurang / hilang
13. Ekspresi wajah klien tenang
14. Pengisian kapiler cepat
15. Kulit lembab, rambut tidak rontok atau sudah tumbuh
41
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Selasa, 09 Juli 2019
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen
Sumber Informasi : Klien, keluarga klien, rekam medis klien
Dilakukan oleh : Rina Zulistin
42
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti melilit.
c. Lamanya keluhan : ± 7 bulan
d. Timbulnya keluhan : ( V ) Bertahap ( ) Mendadak
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri :-
Oleh orang lain : Suami pasien menyatakan pada bulan Agustus mencoba
berobat ke pengobatan cina tetapi tidak membaik dan kemudian
pasien mengeluh perdarahan.
3. Riwayat Keluarga
Genogram :
Keterangan :
: Laki – laki dan perempuan meninggal
: Pasien
43
b. Alergi : Tidak ada
c. Kebiasaan : merokok/ kopi/ obat/ alkohol/ lain-lain : Tidak ada
d. Obat-obatan :-
5. Reproduksi
Kehamilan G0P2A0Ah2
No. Ggn. Proses Lama Tempat Masalah Masala Keadaan
anak Kehamila persalina persalinan persalina persalina h bayi anak saat
n n n/ n ini
penolong
1. Tidak ada Spontan Tidak Bidan - - Masih
terkaji hidup
(pasien
lupa)
2. Tidak ada Spontan Tidak Bidan - - Masih
terkaji Hidup
(pasien
lupa)
Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 30 hari
Durasi : 3 – 5 hari
Haid terakhir : 2 Oktober 2015
Dismenore : Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum menstruasi
dan pada hari pertama menstruasi saja.
Menopause : Belum
Riwayat Menikah : 1x selama 30 tahun
Umur menikah : 17 tahun
Riwayat KB
Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi yaitu pil KB
44
Suami pasien mengatakan sebelum sakit di rumah makan makan 2 – 3 kali
dalam sehari yaitu dengan sayur dan lauk pauk. Pasien mengatakan saat
masih kerja di konveksi dengan teman – temannya sering makan mie
instan dan minum teh botol.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan diit dari rumah sakit tidak pernah dihabiskan. Suami
pasien mengatakan sejak sakit pasien tidak mau makan dan hanya minum
susu yang diberikan dari rumah sakit itupun tidak habis.
2) Pola Cairan dan Elektrolit
a) Sebelum sakit
Suami pasien mengatakan sebelum sakit di rumah minum air putih ± 7 – 8
gelas dalam sehari. Pasien mengatakan saat masih kerja suka minum teh
botol.
b) Selama sakit
Suami pasien mengatakan di rumah sakit minum air putih ±2 botol aqua
tanggung dalam sehari. Suami pasien mengatakan pasien semenjak sakit
susah makan dan minum.
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Pasien b.a.b teratur dan lancar 1 x sehari dengan WC jongkok. Warna
feses kuning dan berbentuk padat lunak. Pasien tidak pernah memakai obat
pencahar untuk melancarkan b.a.b. Klien b.a.k sebanyak 5 - 6 kali
(1500ml/hari) dengan warna urine bening dan berbau khas urin.
45
B. Analisa Data
DATA Masalah Etiologi
DS : Ketidakseimbangan Faktor
- Pasien mengatakan diit dari rumah sakit nutrisi kurang dari Psikologis
tidak pernah dihabiskan. kebutuhan tubuh
- Suami pasien mengatakan sejak sakit
pasien tidak mau makan dan hanya
minum susu yang diberikan dari rumah
sakit itupun tidak habis.
- Suami pasien mengatakan dahulu berat
badan pasien 52 kg
- Pasien mengatakan mules pada bagian
perut bawah, mules seperti melilit.
DO :
- BB : 40 Kg
- TB : 155
- IMT sekarang : 16,6 Kg / m2
- BB turun > 10 %
- Diit pasien terlihat selalu masih utuh
- KU : lemah
- BU : 26 x/menit
DS : - Resiko Infeksi Prosedur
DO : invasif
- Pasien terpasang kateter tunggal
- Pada tangan kanan terpasang infus 2 jalur
NaCl 20 Tpm dan Vascon 45 cc/jam
- Pada kaki kanan terpasang infus NaCl 20
Tpm
- Leukosit : 3.84 %
- Suhu badan : 37 °C
46
pasien hanya menangis dan diam. kronis
- Suami pasien mengatakan awalnya pasien
merahasiakan sakitnya
DO :
- Pasien terlihat sering melamun,
- Saat pengkajian saat ditanya tentang
sakitnya pasien menangis,
- Pasien jarang menatap perawat ketika
diajak bicara,
- Pasien jarang menjawab ketika ditanya
dan menjawab seperlunya.
- Berbicara pasien lirih
A. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor Psikologis ditandai dengan pasien mengatakan diit dari rumah sakit tidak
pernah dihabiskan, suami pasien mengatakan sejak sakit pasien tidak mau makan
dan hanya minum susu yang diberikan dari rumah sakit itupun tidak habis, suami
pasien mengatakan dahulu berat badan pasien 52 kg, pasien mengatakan mules
pada bagian perut bawah, mules seperti melilit, BB : 40 Kg, TB : 155, IMT
sekarang : 16,6 Kg / m2, BB turun > 10 %, Diit pasien terlihat selalu masih utuh,
KU: lemah, BU : 26 x/menit.
2. Ansietas berhubungan dengan mengalami penyakit kronis ditandai dengan Suami
pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya menangis dan diam, Suami
pasien mengatakan awalnya pasien merahasiakan sakitnya, Pasien terlihat sering
melamun, Saat pengkajian saat ditanya tentang sakitnya pasien menangis, Pasien
jarang menatap perawat ketika diajak bicara, Pasien jarang menjawab ketika
ditanya dan menjawab seperlunya, Berbicara pasien lirih.
47
48
C. Perencanaan Keperawatan
49
tentang sakitnya pasien ketingkat yang dapat diatasi
menangis 5. Dapat mengurangi rasa cemas
- Pasien jarang menatap pasien akan penyakitnya.
perawat ketika diajak
bicara, Pasien jarang
menjawab ketika ditanya
dan menjawab
seperlunya, Berbicara
pasien lirih.
2. Ketidakseimbangan nutrisi Selasa, 09 Juli 2019 Selasa, 09 Juli 2019 Selasa, 09 Juli 2019
kurang dari kebutuhan tubuh Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
berhubungan dengan faktor Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi intake makanan 1. Sebagai informasi dasar untuk
Psikologis ditandai dengan keperawatan selama 4 x 24 pasien perencanaan awal dan validasi
DS : jam diharapkan 2. Anjurkan pasien makan data terkait dengan nutrisi pasien
- Pasien mengatakan ketidakseimbangan nutrisi : sedikit tapi sering 2. Makan sedikit tapi sering dapat
diit dari rumah sakit kurang dari kebutuhan 3. Edukasi pasien untuk mengoptimalkan fungsi
tidak pernah tubuh teratasi dengan menghabiskan diet dari pencernaan dalam mengabsorbsi
dihabiskan, suami kriteria : Rumah Sakit makanan
pasien mengatakan - Pasien menghabiskan 4. Edukasi pasien pentingnya 3. Pemberian edukasi dapat
50
sejak sakit pasien diet dari Rumah Sakit asupan makanan bagi meningkatkan motivasi klien
tidak mau makan - BB badan pasien naik 1 kesehatan pasien 4. Edukasi dapat meningkatkan
dan hanya minum kg setiap minggu 5. Kelola diet yang sesuai untuk motivasi klien
susu yang diberikan pasien dengan ahli gizi 5. Ahli gizi dapat memberikan diet
dari rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan
itupun tidak habis pasien.
- Suami pasien
mengatakan dahulu
berat badan pasien
52 kg,
- Pasien mengatakan
mules pada bagian
perut bawah, mules
seperti melilit, BB :
40 Kg, TB : 155,
IMT sekarang : 16,6
Kg / m2, BB turun >
10 %, Diit pasien
terlihat selalu masih
51
utuh, KU: lemah,
BU : 26 x/menit
3. Resiko Infeksi berhubungan Selasa, 09 Juli 2019 Selasa, 09 Juli 2019 Selasa, 09 Juli 2019
dengan prosedur invasive Pukul 10.00WIB Pukul 10.00WIB Pukul 10.00WIB
ditandai dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda-tanda infeksi 1. Mengetahui penyebab terjadinya
keperawatan selama 3 x 24 (letargi, nafsu makan infeksi.
DO jam resiko infeksi tidak menurun, ketidakstabilan, 2. Teknik aseptik menurunkan
- Pasien terpasang terjadi dengan kriteria : perubahan warna kulit ) pertumbuhan bakteri pathogen
kateter tunggal, Pada - TTV dalam batas 2. Lakukan perawatan luka pada daerah luka
tangan kanan normal (Nadi : 115 dengan teknik aseptik 3. Cuci tangan dan tetap
terpasang infus 2 x/menit, Respirasi 30- 3. Edukasi pasien dan keluarga mempertahankan teknik aseptic
jalur NaCl 20 Tpm 40menit, Suhu : 36oC untuk cuci tangan bersih menurunkan resiko infeksi
dan Vascon 45 – 37,5oC) 4. Kelola pemberian terapi obat sekunder
cc/jam, Pada kaki - Tidak terdapat Ceftazidin 1 gr/ 8jam( IV ) 4. Ceftazidin dan gentamicin
kanan terpasang perdarahan, tidak Gentamicin 240 mg/24jam (IV) sebagai obat antibiotic yang
infus NaCl 20 Tpm, terdapat kemerahan mencegah timbulnya infeksi
leukosit : 3.84 %,
Suhu badan : 37 °C.
52
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
53