S dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Kebersihan Diri
Skabies Di Lingkungan I Kelurahan
Siti Rejo IIKecamatan
Medan Amplas
KaryaTulisIlmiah (KTI)
DisusundalamRangkaMenyelesaikan
Oleh
132500014
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Salam
penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah membawa ke alam
yang penuh cahaya ilmu seperti saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kebersihan Diri Skabies Di lingkungan I
Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas” yang merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Keperawatan di
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan
arahan dari semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak,Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.DselakuDekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Evi Karota, S.Kp., M.N.S selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, pemikiran dan sabar memberikan bimbingan.
5. Bapak Ismayadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji yang telah
meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-
sarannya.
6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
7. Keluarga kelolaan saya yang telah memberikan waktunya untuk
melakukan Asuhan Keperawatan.
8. Teristimewa buat kedua orangtua tercinta Partogi Sitohang, S.Pd dan
Ronna Nababan, S.Pd, Saudari saya tercinta Cantry Sitohang, S.E.,
Catherine Sitohang, S.P., Kelly Sitohang dan Sarah Sitohang yang telah
mendukung dan memberi motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
ini. Semua ini kupersembahkan buat keluarga tersayang.
9. Buat seluruh rekan-rekan DIII Keperawatan angkatan tahun 2013
khususnya teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan pada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu Dewinta Purba
dan Nova Hibelda.
10. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
C. Manfaat.........................................................................................................4
LAMPIRAN
Catatan Perkembangan
Leaflet
Satuan Acara Penyuluhan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku hidup bersih dan sehat yang popular dengan istilah PHBS menjadi
salah satu program pemerintah yang diharapkan mampu menyelesaikan berbagai
penyakit dan masalah kesehatan.Terciptanya PHBS tersebut tentunya tidak bisa
dilaksanakan secara sendirian oleh masyarakat.Dalam hal ini dibutuhkan peran
kerjasama dengan berbagai pihak terkait.Peran tenaga kesehatan dalam hal ini
menjadi sesuatu yang amat penting. Dengan lingkungan yang kurang bersih dan
kurang nya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat maka akan
menimbulkan dampak buruk di lingkungan serta pribadi setiap individu.
Lingkungan yang kumuh juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit
menular seperti diare, demam berdarah, thypoid, muntaber dan sebagainya
(Rahayu dkk, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai tempat, misalnya
di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat
umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat baik di dalam rumah tangga, di lingkungan
pendidikan maupun di tempat-tempat umum. Terdapat beberapa indikator
perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pendidikan, diantaranya adalah
tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa, tersedia air bersih
atau air keran yang mengalir di setiap kelas, tidak ada sampah yang berserakan
dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi (Azizah, 2012).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m² dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastic dan
sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda , dari kulit yang berwarna terang
(fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan
bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitaliaa orang dewasa. Demikian pula
kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastic dan
longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang
terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa.Kulit yang tipis terdapat pada muka,
yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala
(Djuanda, 2008).
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m². Rata-rata
tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan
paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu
epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap,
2000).
Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat.Terutama di negara berkembang. Beberapa penyebab penyakit kulit
antara lain karena terinfeksi bakteri, jamur ataupun virus. Di indonesia penyakit
kulit menempati urutan ke -3 setelah infeksi saluran napas dan diare. Penyakit
kulit tidak dapat disembunyikan dan tidak mengenal usia. Oleh karena itu dewasa
maupun anak-anak dapat terkena penyakit ini.Kondisi geografis Indonesia yang
merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi juga
memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga penyakit kulit karena terinfeksi jamur
juga banyak ditemukan (Prakoso, 2009).
Pada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh dan daerah pemukiman rentan
terjadinya infeksi virus pada kulit salah satunya yaitu skabies. Maka itu perlu
adanya pergerakan dari tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi dan
perawatan pada klien yang menderita penyakit kulit seperti skabies.
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Skabies
telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Skabies dapat menjangkiti
semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi. Angka kejadian
skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun. Kejadian
skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang maupun juga terjadi pada
negara maju, seperti di Jerman skabies terjadi secara sporadik atau dalam bentuk
endemik yang panjang. Angka kejadian skabies di India adalah 20,4%. Menurut
Depkes RI berdasarkan data dari puskesmas seluruh indonesia tahun 2008, angka
kejadian skabies adalah 5,6-12,95%. Skabies di indonesia menduduki urutan
ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Prabowo, 2016).
Pada manusia gejala klinis skabies yang ditimbulkan adalah gatal-gatal
terutama pada malam hari, yang dapat mengganggu ketenangan tidur. Gatal-gatal
ini disebabkan karena sensitiasi terhadap ekskret dan sekret tungau pada bagian
yang terinfeksi yang didahului dengan timbulnya bintik-bintik merah (rash).
Tempat predileksi terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis seperti jari
tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar, lipatan ketiak depan,
pusar, daerah pantat, alat kelamin bagian luar pada laki-laki dan aerola pada
wanita. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat
predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dan panjang
yang bervariasi, rata-rata 1 cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan
ini ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder, di ujung terowongan dapat
ditemukan vesikel atau papula kecil (Iskandar, 2000).
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan
dengan kejadian skabies di kelurahan sitirejo I lingkungan II.
Tujuan Khusus :
Mengetahui gambaran personal hygiene di kelurahan sitirejo I lingkungan II.
Mengetahui gambaran kejadian skabies di kelurahan sitirejo I lingkungan II.
Mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies di
kelurahan sitirejo I lingkungan II.
C. MANFAAT
PENGELOLAAN KASUS
1. Pengertian Skabies
3. Etiologi Skabies
4. Klasifikasi Skabies
5. Patofisiologi Skabies
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota
keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan
masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam
melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya
pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah
penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang
masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan
lingkungan yang telah ada.
Penularan biasanya melalu Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi
atau kadang-kadang oleh larva. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang
tinggal secara bersama-sama di satu tempat yang relatif sempit. Penularan
skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang
sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan
fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas kesehatan yang
dipakai oleh masyarakat luas, dan fasilitas umum lain yang dipakai secara
bersama-sama di lingkungan padat penduduk(Harahap, 1984).
Penyakit skabies ini dapat dicegah dengan cara pemberian obat topikal
yaitu dengan pemberian Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar
4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-
kadang menimbulkan iritasi.
Pemberian Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
Obat topikal Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan=gammexane)
kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat
ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena
toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
Pemberian obat topikal Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga
merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti
gatal: harus di jauhkan dari mata, mulut dan uretra.
Obat topikal yang lain adalah Permetrin dengan kadar 5% dalam krim,
kurang toksik dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya
sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah
seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan (Djuanda, 2008).
Selain pemberian obat terapi ada beberapa cara yang dapat diterapkan
agar mencegah terjadi penyakit kulit skabies adalah dengan memperhatikan
kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja dan berbagai sarana umum.
Kebersihan tempat tinggal dapat dilakukan dengan membersihkan jendela,
menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan makan, membersihkan
kamar serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga
kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan didepan rumah
(Azizah, 2012).
9. Diagnosis Skabies
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya
perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2003).
Menurut Pratomo (1986) personal higiene dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tingkatan apabila diberikan skor dalam penilaiannya yaitu dapat dikatakan
baik apabila skor nya diatas 75%, dikatakan sedang apabila skornya mencapai
40% sampai dengan 75% dan dikatakan kurang baik apabila skor dibawah
40%.
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya.Seseorang
dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan
kebersihan genitalia (Badri, 2008).
Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri,
memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan
diri dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003). Usaha kesehatan pribadi
adalah: daya upaya dari seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatannya sendiri (Entjang, 2000).
Usaha–usaha tersebut meliputi:
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang kurang baik atau bermasalah akan
mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik
yang sering dialami seseorang yang kebersihannya tidak terjaga dengan baik
adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003).
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan
sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar.Kulit berfungsi untuk
melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan
kotoran-kotoran tertentu.Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh
tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet.Mengingat pentingnya kulit sebagai
pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga
kesehatannya.Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman,
parasit hewani dan lain-lain.Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
parasit adalah Skabies (Djuanda, 2010).
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan
kebersihan kulit.Mandi yang baik adalah dengan cara mandi satu sampai dua
kali sehari, bagi yang sering melakukan olahraga atau pekerjaan lain
dianjurkan untuk segera mandi setelah melakukan aktivitas, menggunakan
sabun yang lembut dan membersihkan badan khususnya daerah genitalia dan
anus dibersihkan dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal
dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi.
b. Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya
menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain
sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit
ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk
kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas.
Cara-cara menjaga kebersihan tangan dan kuku dapat dilakukan dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan
menggunakan sabun dan mencuci tangan harus meliputi area antara jari
tangan, kuku dan punggung tangan. Menggunakan handuk yang di cuci dan di
ganti setiap hari serta jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti
telinga, hidung.
c. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak
kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya
akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami penyakit kulit
pada daerah tertentu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah
terserang penyakit kulit tersebut, karena area genitalia merupakan tempat yang
lembab dan kurang sinar matahari.
Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya
bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti
penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya
menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah,
pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi.
Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke
dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan pengetahuan sejak
dini.Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana, pastikan celananya
dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman
akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu
dianjurkan untuk sering menganti celana dalam (Safitri, 2008).
2. Definisi Kebersihan diri
1. Pengkajian
2. Analisa Data
Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh
perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status
kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu (Nursalam, 2009).
2. Data objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat
badan, tingkat kesadaran (Nursalam, 2009). Dan terdiri dari tiga
karakteristik data sebagai berikut :
a. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi
masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan
selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai
masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut :
Apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau
disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-
hal yang patologis? Bagaimana respon pasien mengapa tidak mau
makan (Nursalam, 2009).
3. Rumusan Masalah
4. Perencanaan
1. Pengkajian
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga :Tn. T
2. Alamat : Gg. Patri Sitirejo II Lingk. I
3. Telepon :-
4. Pekerjaan : Wirausaha
5. Pendidikan :Tamat SMA
2. Susunan anggota keluarga
No Nama Umur L/ Hub. Agama Pendidikan Imunisasi
. P
1. Tn. T 60 Thn L KK Islam SMA Lengkap
2. Ny. S 59 Thn P Istri Islam SMA Lengkap
3. Tn. T 30 Thn L Menantu Islam SMA Lengkap
4. Ny. M 25 Thn P Anak Islam SMA Lengkap
5. An. A 5 Thn P Cucu Islam PELAJAR Lengkap
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga :
Keluarga Ny. S dalam berkomunikasi dengan anak maupun
menantunya yaitu dengan bermusyawarah.
2. Struktur kekuatan keluarga :
Keluarga Ny. S menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan
norma yang ada, percaya bahwa penyakitnya bisa diobati dan
pengobatannya tidak ada hubungannya dengan guna-guna,
3. Struktur Peran :
Peran Ny. S di keluarga adalah sebagai Ibu rumah tangga dan Tn. T
suami Ny. S berperan sebagai Kepala Keluarga yang bekerja sebagai
wirausaha.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif :
Dalam keluarga Ny. S anak-anak diajarkan untuk saling menghargai
antar sesama.
2. Fungsi sosialisasi :
Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetangga dan
lingkungan sekitar. Hidup berdampingan dan merasa tentram.
3. Fungsi perawatan kesehatan :
1) Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk
pauk dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada
anggota keluarga yang sakit, keluarga merawat dan
memeriksakannya ke Puskesmas.
2) Kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga mengatakan
Ny. S sering mengeluh gatal disertai nyeri karena penyakit kulit
yang dideritanya dan adanya sakit rheumatoid (asam urat).
3) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan, bila Ny. S
sakit langsung di bawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan ke
rumah.
4) Merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat Ny. S,
masih memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga
yang lainnya, pola tidur juga masih belum sesuai dan waktunya
kurang lama.
5) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat.
Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, mengepel 1 minggu
sekali dan lantai kamar mandinya sedikit licin kurang bersih dan
kurang terawat.
6) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan
kesehatan di masyarakat. Keluarga jarang melakukan pemeriksaan
kesehatan ke pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
4. Fungsi reproduksi :
Jumlah anak Tn. T dan Ny. S 1 orang yang sudah menikah dan
memiliki 1 orang anak dan masih TK.
5. Fungsi ekonomi :
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari dan biaya
untuk berobat.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/i
Respirasi : 22 x/i
Suhu Tubuh : 36,9ºC
Berat Badan : 56 Kg
Tinggi Badan : 155 Cm
b. Pemeriksaan Cepalo Caudal
Kepala :
Rambut sedikit kotor dan berbau, warna hitam beruban dan rambut
rontok.
Hidung :
Lubang hidung ada 2 dan tidak adanya cuping hidung ketika bernapas.
Telinga :
Telinga ada 2 kiri dan kanan. Daun telinga ada dan telinga sedikit
kotor.
Mata :
Conjungtiva berwarna merah muda, sklera putih dan terdapat
gambaran tipis pembuluh darah.
Dada/ Thoraks
Bentuk dada kiri dan kanan sama. Suara paru sonor pada semua lapang
paru, suara jantung pekak dan suara nafas vesikuler.
Pemeriksaan Abdomen
Bentuk perut datar, bising usus 12x/menit, hepar dan lien tidak teraba,
suara perut timpani.
Ekstremitas Atas dan Bawah
Jumlah jari tangan ada lengkap ada 10 dan jumlah jari kaki lengkap
ada 10. Tidak adanya oedema pada bagian ekstremitas atas maupun
ekstremitas bawah.
Harapan Keluarga :
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar selalu meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah pada Ny. S.
2. Analisa Data
DO :
Di sekitar tangan
klien tampak
banyak lecet dan
bekas garukan.
Tampak lingkaran
hitam hitam di
sekitar mata klien.
Klien tampak
lelah.
TTV :
TD : 130/80 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i
T : 37ºc
DO :
Klien tampak bingung
untuk menjelaskan
apa yang sedang
dialaminya.
TTV :
TD : 120/90 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i
T : 37ºc
3. Rumusan Masalah
MASALAH KEPERAWATAN
4. Menganjurkan memakai
pakaian yang longgar dan
mampu menyerap keringat
tujuannya supaya gatal tidak
meradang dan tidak lengket
apabila adanya gatal yang
masih bernanah.
Pencegahan :
Gunakan air bersih untuk
mandi, mencuci dan
kepentingan lainnya.
Menjaga kebersihan diri,
pakaian dan lingkungan.
Menghindari kontak dengan
penderita (bersentuhan dan
tidur bersama).
Menghindari saling
meminjam pakaian, sarung
selimut dan handuk.
Perawatan :
Minimalkan terjadinya luka
terbuka pada daerah yang
gatal :
a. Hindari menggaruk
b. Pelihara kuku agar tetap
pendek dan bersih
Pengobatan dilakukan pada
penderita dan disertai upaya
pembasmian (pakaian,
sarung, selimut, handuk dan
sprei direndam dalam air
panas, kasur harus dijemur).
Pengobatan dilakukan pada
semua penderita (terutama
yang tinggal serumah).
Pergunakan sabun belerang,
air bersih dan air hangat
saat mandi.
BAB III
A. KESIMPULAN
Pengkajian yang telah dilakukan terhadap Ny. S pada tanggal 24 Mei 2016
dengan kebutuhan dasar kebersihan diri yaitu perawatan diri dengan diagnosa
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema, pola tidur yang tidak
beraturan dan rasa cemas ditandai dengan gatal dan merah yang dirasakan pada
kulit klien, tampak merah pada kulit klien dan kelihatan basah dengan TD :
130/80 mmHg, HR : 78 x/menit dan RR : 20 x/menit. Kemudian dilakukan
implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama tiga hari dan
hasil evaluasi diperoleh semua diagnosa teratasi sebagian.
B. SARAN
Muttaqin, Arif, (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika
Potter, Patricia A. Dan Anne Griffin Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC
Djuanda, Adh. Hamzah, Mochtar. Dan Aisah, Siti, (2008). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: FKUI
Catatan Perkembangan
Evaluasi :
S : Klien mengatakan kulit sudah tidak
memerah dan sudah mulai mengering.
P : Intervensi dilanjutkan.
2. Jumat/ 10.20 1. Mengkaji waktu tidur klien seperti klien
27 Mei WIB mengatakan tidur pada pukul 10 malam
2016 dan sering terbangun pada malam hari
apabila merasa gatal kulit dan sulit untuk
memulai tidur lagi.
11.30 2. Menanyakan klien masih sering
WIB terbangun pada malam hari atau tidak.
Ny. S mengatakan setelah teratur
mengoleskan salap pada pagi hari dan
sore hari setelah mandi menggunakan
sabun dan air bersih, tidak menggaruk
lesi dan gatal dengan menggunakan
tangan yang bersih dan kuku yang tidak
panjang, gatal yang dirasakan pada
malam hari berkurang.
Evaluasi :
S : Klien mengatakan istirahat tidur
terpenuhi, klien dapat tidur nyenyak dan
rasa gatal berkurang atau hilang.
O : Tidak ditemukan lingkaran hitam di
sekeliling mata klien dan wajah klien
tampak segar.
TD : 120/80 mmHg HR :84 x/i
RR : 22 x/i
P : Intervensi dilanjutkan.
3. Sabtu/ 10.00 Memberikan pendidikan kesehatan kepada
28 Mei WIB Ny. S dan keluarga klien dengan
2016 menggunakan leaflet yang isinya adalah :
Pengertian Skabies yaitu Skabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau
scabies (Sarcoptes scabei).
Masyarakat umum lebih mengenalnya
sebagai penyakit budug atau kudis.
Evaluasi :
S : Klien mengatakan setelah diberikan
edukasi klien sudah mampu mengatasi
penyakit yang dialaminya, melakukan
pengobatan sesuai program yang telah
direncanakan dan dapat istirahat dengan
tenang.
P : Intervensi dilanjutkan.
LEAFLET
DIII-KEPERAWATAN
USU
MEDAN
2016
Gatal-gatal terutama malam hari Gunakan air bersih untuk mandi, Minimalkan terjadinya luka
pada daerah sela jari, mencuci dan kepentingan terbuka pada daerah yang gatal :
pergelangan tangan, daerah lipat lainnya. a. Hindari menggaruk
paha dan daerah sekitar Menjaga kebersihan diri, pakaian b. Pelihara kuku agar tetap
kemaluan. dan lingkungan. pendek dan bersih
Dapat terjadi pernanahan pada Menghindari kontak dengan Pengobatan dilakukan pada
kulit dengan luka terbuka. penderita (bersentuhan dan tidur penderita dan disertai upaya
bersama). pembasmian (pakaian, sarung,
Menghindari saling meminjam selimut, handuk dan sprei
pakaian, sarung selimut dan direndam dalam air panas, kasur
handuk. harus dijemur).
Pengobatan dilakukan pada
semua penderita (terutama yang
tinggal serumah).
Pergunakan sabun belerang, air
bersih dan air hangat saat mandi.
Pergunakan sabun belerang, air
bersih dan air hangat saat mandi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses penyuluhan, Ny. S dan keluarga dapat mengerti dan
mampu menjelaskan tentang penyakit kulit Skabies.
2. Tujuan Khusus
Setelah proses penyuluhan, Ny. S dan keluarga dapat mengerti dan
mampu menjelaskan tentang :
Pengertian Skabies
Penyebab dan Kejadian Skabies
Tanda dan Gejala Skabies
Pencegahan Skabies
Perawatan Diri pada Skabies
B. Materi : (terlampir)
C. Metoda : Ceramah dan Tanya jawab
D. Media : Leaflet dan poster
2. Memberikan 2. Mengajukan
kesempatan untuk beberapa
bertanya. pertanyaan.
I. Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat yang popular dengan istilah PHBS
menjadi salah satu program pemerintah yang diharapkan mampu
menyelesaikan berbagai penyakit dan masalah kesehatan.Terciptanya
PHBS tersebut tentunya tidak bisa dilaksanakan secara sendirian oleh
masyarakat.Dalam hal ini dibutuhkan peran kerjasama dengan berbagai
pihak terkait.Peran tenaga kesehatan dalam hal ini menjadi sesuatu yang
amat penting. Dengan lingkungan yang kurang bersih dan kurang nya
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat maka akan
menimbulkan dampak buruk di lingkungan serta pribadi setiap individu.
Lingkungan yang kumuh juga akan menimbulkan berbagai macam
penyakit menular seperti diare, demam berdarah, thypoid, muntaber dan
sebagainya (Rahayu dkk, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai
tempat, misalnya di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan
maupun di tempat-tempat umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan individu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat baik di
dalam rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat
umum. Terdapat beberapa indikator perilaku hidup bersih dan sehat di
lingkungan pendidikan, diantaranya adalah tersedia jamban yang bersih
dan sesuai dengan jumlah siswa, tersedia air bersih atau air keran yang
mengalir di setiap kelas, tidak ada sampah yang berserakan dan
lingkungan sekolah yang bersih dan serasi (Azizah, 2012).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa
1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ
yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastic dan sensitive, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh. Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang
(fair
skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan
bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitaliaa orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit
yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit
yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa.Kulit
yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan
yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2008).
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat
dan terluas ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-
1,75 m². Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di
telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit
terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium dan
jaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).
Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat.Terutama di negara berkembang. Beberapa penyebab penyakit
kulit antara lain karena terinfeksi bakteri, jamur ataupun virus. Di
indonesia penyakit kulit menempati urutan ke -3 setelah infeksi saluran
napas dan diare. Penyakit kulit tidak dapat disembunyikan dan tidak
mengenal usia. Oleh karena itu dewasa maupun anak-anak dapat terkena
penyakit ini.Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis
dengan suhu dan kelembaban yang tinggi juga memudahkan tumbuhnya
jamur, sehingga penyakit kulit karena terinfeksi jamur juga banyak
ditemukan (Prakoso, 2009).
Pada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh dan daerah
pemukiman rentan terjadinya infeksi virus pada kulit salah satunya yaitu
skabies. Maka itu perlu adanya pergerakan dari tenaga kesehatan untuk
melakukan edukasi dan perawatan pada klien yang menderita penyakit
kulit seperti skabies.
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei.
Skabies telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Skabies dapat
menjangkiti semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi.
Angka kejadian skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus
per tahun. Kejadian skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang
maupun juga terjadi pada negara maju, seperti di Jerman skabies terjadi
secara sporadik atau dalam bentuk endemik yang panjang. Angka kejadian
skabies di India adalah 20,4%. Menurut Depkes RI berdasarkan data dari
puskesmas seluruh indonesia tahun 2008, angka kejadian skabies adalah
5,6-12,95%. Skabies di indonesia menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering (Prabowo, 2016).
Pada manusia gejala klinis skabies yang ditimbulkan adalah gatal-
gatal terutama pada malam hari, yang dapat mengganggu ketenangan
tidur. Gatal-gatal ini disebabkan karena sensitiasi terhadap ekskret dan
sekret tungau pada bagian yang terinfeksi yang didahului dengan
timbulnya bintik-bintik merah (rash). Tempat predileksi terutama terjadi
pada lapisan kulit yang tipis seperti jari tangan, pergelangan tangan bagian
dalam, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, pusar, daerah pantat, alat
kelamin bagian luar pada laki-laki dan aerola pada wanita. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat predileksi dapat
ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dan panjang yang
bervariasi, rata-rata 1 cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok.
Terowongan ini ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder, di ujung
terowongan dapat ditemukan vesikel atau papula kecil (Iskandar, 2000).
c. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak
kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat
reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah
mengalami penyakit kulit pada daerah tertentu maka garukan di area
genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit tersebut, karena
area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar
matahari.Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga,
misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar.
Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air
bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke
depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih
mudah terkena infeksi.Penyebabnya karena kuman dari belakang
(dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus
diberikan pengetahuan sejak dini.Kebersihan genital lain, selain cebok,
yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia
mengenakan celana, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila
alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan
itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu dianjurkan untuk
sering menganti celana dalam (Safitri, 2008).