Anda di halaman 1dari 72

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

S dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Kebersihan Diri
Skabies Di Lingkungan I Kelurahan
Siti Rejo IIKecamatan
Medan Amplas

KaryaTulisIlmiah (KTI)

DisusundalamRangkaMenyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Cindy Christine Sitohang

132500014

PROGRAM STUDI DIIIKEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI2016

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Salam
penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah membawa ke alam
yang penuh cahaya ilmu seperti saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kebersihan Diri Skabies Di lingkungan I
Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas” yang merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Keperawatan di
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan
arahan dari semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak,Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.DselakuDekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Evi Karota, S.Kp., M.N.S selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, pemikiran dan sabar memberikan bimbingan.
5. Bapak Ismayadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji yang telah
meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-
sarannya.
6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
7. Keluarga kelolaan saya yang telah memberikan waktunya untuk
melakukan Asuhan Keperawatan.
8. Teristimewa buat kedua orangtua tercinta Partogi Sitohang, S.Pd dan
Ronna Nababan, S.Pd, Saudari saya tercinta Cantry Sitohang, S.E.,
Catherine Sitohang, S.P., Kelly Sitohang dan Sarah Sitohang yang telah
mendukung dan memberi motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
ini. Semua ini kupersembahkan buat keluarga tersayang.
9. Buat seluruh rekan-rekan DIII Keperawatan angkatan tahun 2013
khususnya teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan pada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu Dewinta Purba
dan Nova Hibelda.
10. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis


Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak untuk
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan dan
arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan
profesi keperawatan.

Medan, 24 Juni 2016

Cindy Christine Sitohang


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
C. Manfaat.........................................................................................................4

BAB II PENGELOLAAN KASUS


A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Kebersihan Diri
1. Pengkajian............................................................................................18
2. Analisa Data.........................................................................................19
3. Rumusan Masalah................................................................................23
4. Perencanaan..........................................................................................24

B. Asuhan Keperawatan Kasus


1. Pengkajian...........................................................................................25
2. Analisa Data........................................................................................32
3. Rumusan Masalah................................................................................34
4. Perencanaan........................................................................................35
5. Implementasi......................................................................................38
6. Evaluasi..............................................................................................38

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...................................................................................................43
B. Saran.............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................44

LAMPIRAN
Catatan Perkembangan
Leaflet
Satuan Acara Penyuluhan
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perilaku hidup bersih dan sehat yang popular dengan istilah PHBS menjadi
salah satu program pemerintah yang diharapkan mampu menyelesaikan berbagai
penyakit dan masalah kesehatan.Terciptanya PHBS tersebut tentunya tidak bisa
dilaksanakan secara sendirian oleh masyarakat.Dalam hal ini dibutuhkan peran
kerjasama dengan berbagai pihak terkait.Peran tenaga kesehatan dalam hal ini
menjadi sesuatu yang amat penting. Dengan lingkungan yang kurang bersih dan
kurang nya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat maka akan
menimbulkan dampak buruk di lingkungan serta pribadi setiap individu.
Lingkungan yang kumuh juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit
menular seperti diare, demam berdarah, thypoid, muntaber dan sebagainya
(Rahayu dkk, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai tempat, misalnya
di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat
umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat baik di dalam rumah tangga, di lingkungan
pendidikan maupun di tempat-tempat umum. Terdapat beberapa indikator
perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pendidikan, diantaranya adalah
tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa, tersedia air bersih
atau air keran yang mengalir di setiap kelas, tidak ada sampah yang berserakan
dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi (Azizah, 2012).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m² dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastic dan
sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda , dari kulit yang berwarna terang
(fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan
bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitaliaa orang dewasa. Demikian pula
kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastic dan
longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang
terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa.Kulit yang tipis terdapat pada muka,
yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala
(Djuanda, 2008).
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m². Rata-rata
tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan
paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu
epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap,
2000).
Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat.Terutama di negara berkembang. Beberapa penyebab penyakit kulit
antara lain karena terinfeksi bakteri, jamur ataupun virus. Di indonesia penyakit
kulit menempati urutan ke -3 setelah infeksi saluran napas dan diare. Penyakit
kulit tidak dapat disembunyikan dan tidak mengenal usia. Oleh karena itu dewasa
maupun anak-anak dapat terkena penyakit ini.Kondisi geografis Indonesia yang
merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi juga
memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga penyakit kulit karena terinfeksi jamur
juga banyak ditemukan (Prakoso, 2009).
Pada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh dan daerah pemukiman rentan
terjadinya infeksi virus pada kulit salah satunya yaitu skabies. Maka itu perlu
adanya pergerakan dari tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi dan
perawatan pada klien yang menderita penyakit kulit seperti skabies.
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Skabies
telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Skabies dapat menjangkiti
semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi. Angka kejadian
skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun. Kejadian
skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang maupun juga terjadi pada
negara maju, seperti di Jerman skabies terjadi secara sporadik atau dalam bentuk
endemik yang panjang. Angka kejadian skabies di India adalah 20,4%. Menurut
Depkes RI berdasarkan data dari puskesmas seluruh indonesia tahun 2008, angka
kejadian skabies adalah 5,6-12,95%. Skabies di indonesia menduduki urutan
ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Prabowo, 2016).
Pada manusia gejala klinis skabies yang ditimbulkan adalah gatal-gatal
terutama pada malam hari, yang dapat mengganggu ketenangan tidur. Gatal-gatal
ini disebabkan karena sensitiasi terhadap ekskret dan sekret tungau pada bagian
yang terinfeksi yang didahului dengan timbulnya bintik-bintik merah (rash).
Tempat predileksi terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis seperti jari
tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar, lipatan ketiak depan,
pusar, daerah pantat, alat kelamin bagian luar pada laki-laki dan aerola pada
wanita. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat
predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dan panjang
yang bervariasi, rata-rata 1 cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan
ini ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder, di ujung terowongan dapat
ditemukan vesikel atau papula kecil (Iskandar, 2000).

B. TUJUAN

Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan
dengan kejadian skabies di kelurahan sitirejo I lingkungan II.

Tujuan Khusus :
 Mengetahui gambaran personal hygiene di kelurahan sitirejo I lingkungan II.
 Mengetahui gambaran kejadian skabies di kelurahan sitirejo I lingkungan II.
 Mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies di
kelurahan sitirejo I lingkungan II.
C. MANFAAT

1. Bagi Pelayanan Kesehatan


Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat kontribusi bagi pelayanan
kesehatan/keperawatan secara komprehensif melalui pemberian asuhan
keperawatan.
2. Bagi Masyarakat
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk
menjalankannya.
BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Diri Pada Penyakit Skabies.

a. Konsep Dasar Skabies

1. Pengertian Skabies

Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes


scabei var. hominis.Penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar kulit,
terutama di antara anggota keluarga dan melalui kontak seksual pada dewasa
muda.Kadang terjadi epidemic dip anti asuhan dan institusi perawatan serupa
lainnya, tempat skabies menyebar melalui kontak orang-ke-orang dan
kemungkinan melalui busana dan sprei yang tercemar.Diagnosis sering
terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk waktu yang lama (Goodheart,
2013).
Penyakit skabies pada manusia dapat menimbulkan gejala klinis gatal, oleh
karena itu dapat menyebabkan kegelisahan pada penderita.Penyakit ini banyak
dijumpai di daerah tropis terutama dikalangan anak-anak dari masyarakat yang
hidup dalam lingkungan yang tertutup atau berkelompok, dengan tingkat
sanitasi dan sosial ekonomi yang relative rendah.Timbulnya penyakit ini
disebabkan oleh pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan benar, salah
satu faktor yang dominan yaitu, penyediaan air yang kurang atau kehidupan
bersama dengan kontakyang relative erat (Martadinata, 2000).
Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch,
gudikan, gatal agogo, budukan, penyakit ampera.Skabies adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabei varian hominis, yang
penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap, 2000).
Pada sebuah komunitas, kelompok atau keluarga yang terkena skabies
akan menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan
dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Penderita selalu mengeluh gatal,
terutama pada malam hari. Gatal yang terjadi terutama di sela-sela jari tangan,
di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola (area sekeliling
putting susu) dan permukaan depan pergelangan, sehingga akan timbul
perasaan malu karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang (Aminah
dkk, 2015).
Skabies sering di jumpai pada orang-orang yang seksual-aktif.Namun
demikian, infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena
kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat
menimbulkan infeksi.Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang
terinfeksi atau sering berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber
infeksi.Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan
pasien skabies juga dapat terinfeksi (Muttaqin dkk, 2011).
Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
penanganannya rendah, namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat
menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti infeksi sekunder. Hal inilah
yang harus di cegah dalam pola perilaku masyarakat yang menganggap enteng
suatu penyakit yang padahal bisa menjadi penyakit lain yang lebih serius.
Untuk itu, perlu sekali tindakan berupa penyuluhan untuk menambah wawasan
masyarakat dan juga tindakan pencegahan dari masyarakat agar keadaan tidak
menjadi memburuk (Prabowo, 2016).
Diagnosis skabies perlu dipertimbangkan jika seseorang mengeluh gatal
hebat dan menetap, terutama jika anggota keluarga lain, pasangan, atau sesama
penghuni suatu institusi, misalnya panti asuhan maupun sekolah, mengalami
gejala serupa.Meskipun skabies paling sering dijumpai pada kondisi
lingkungan yang kumuh dan padat namun penyakit ini terdapat di seluruh
dunia dan tidak terbatas pada mereka yang kurang mampu atau yang hygiene
perorangannya kurang.Orang Amerika-Afrika dan Afro-Karibia janrang
terjangkit skabies; penyebabnya tidak diketahui (Goodheart, 2013).
2. Epidemiologi Skabies

Skabies merupakan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan diri.Angka


kejadian skabies meningkat pada kelompok masyarakat yang hidup dengan
kondisi kebersihan diri dan lingkungan di bawah standar (Prabowo dkk, 2016).
Insiden skabies di Negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang
sampai saat ini belum dapat dijelaskan.Interval antara akhir dari suatu
epidemic dan permulaan epidemic berikutnya kurang lebih 10-15
tahun.Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah
kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah,
demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidennya di Indonesia
masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.
Amiruddin dkk., dalam penelitian skabies di Rumah Sakit Dr. Soetomo
Surabaya, menemukan insidens penerita skabies selama 1983-1984 adalah 2,7
%. Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan
insidens skabies 0,67 % (1987-1988) (Harahap, 2000).

3. Etiologi Skabies

Menurut Marwali Harahap (2000) penyebab timbulnya penyakit kulit


skabies adalah scabiesditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui
kontak fisik yang erat.Penularan melalui pakaian dalam, handuk, sprei, tempat
tidur, perabot rumah, jarang terjadi.Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3
hari dan pada suhu kamar 21°c dengan kelembaban relative 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina,
dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke
dalam epidermis; kemudian membentuk terowongan di dalam stratum
korneum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari.Dua hari setelah
fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu
dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian
kutu mati di ujung terowongan.Terowongan lebih banyak terdapat di daerah
yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea
(Harahap, 2000).
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna putih
kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240
mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat
(Djuanda, 2008).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina
yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir
sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang
kaki.Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari (Djuanda, 2008).

4. Klasifikasi Skabies

Skabies berdasarkan tingkat keparahannya yaitu diantaranya :

4.1 Skabies pada orang bersih


Skabies pada orang yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya
cukup bisa salah didiagnosis.Biasanya sangat sukar ditemukan
terowongan.Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
4.2 Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.Pada bayi,
lesi terdapat di muka.

4.3 Skabies yang ditularkan oleh hewan


Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang
pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut.Misalnya peternak dan
gembala.Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi
terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila
menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.

4.4 Skabies noduler


Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas.Tempat yang sering dikenai
adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila.Lesi ini dapat menetap beberapa
minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.

4.5 Skabies incognito


Obat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
skabies, sementara infestasi tetap ada.Sebaliknya, pengobatan dengan steroid
topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.

4.6 Skabies terbaring di tempat tidur (bed-ridden)


Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

4.7 Skabies krustosa (Norwegian scabies)


Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata,
eritema, dan distrofi kuku.Krusta terdapat banyak sekali.Krusta ini melindungi
Sarcoptes scabiei di bawahnya.Bentuk ini mudah menular karena populasi
Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.Bentuk ini sering
salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah
penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak.Sering terdapat pada
orang tua dan orang yang menderita retardasi mental (Down’s syndrome),
sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis), penderita
penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita
imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan
glukokortikoid atau sitotoksik jangka panjang) (Harahap, 2000).

5. Patofisiologi Skabies

Tungau skabies penderita


sendiri dan digaruk

Kontak kulit kuat (bersalaman


dan bergandengan)

Timbul Lesi pada pergelangan


tangan

Gatal yang menyebabkan


sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah


infestasi

Timbul papul, vesikel, urtika timbul erosi, eks koriosi,


krusta

Digaruk infeksi sekunder

Kelainan kulit dermatitis


menyebar luas

Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi


mereka bukan penyebab infestasi persisten.Cara penularan yang paling efisien
adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu yang
terinfeksi.Kutu skabies dapat bertahan hingga tiap hari pada kulit manusia
sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber
alternative untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan
kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total
60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva
dan kutu dewasa.Kurang dari 10 % dari telur yang dapat menghasilkan kutu
dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegradasi stratum korneum. Scybala
(kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui
epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang. Populasi
pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk pasien
dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun
sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk (Mutaqqin,2011).

6. Gejala Klinis Skabies

Menurut Djuanda (2008) ada 4 tanda cardinal terjadinya


scabiesdiantaranya :
 Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas.
 Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang keluar anggota keluarnya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
 Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu :sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan
dan telapak kaki.
 Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

7. Penularan Penyakit Skabies

Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota
keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan
masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam
melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya
pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah
penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang
masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan
lingkungan yang telah ada.
Penularan biasanya melalu Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi
atau kadang-kadang oleh larva. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang
tinggal secara bersama-sama di satu tempat yang relatif sempit. Penularan
skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang
sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan
fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas kesehatan yang
dipakai oleh masyarakat luas, dan fasilitas umum lain yang dipakai secara
bersama-sama di lingkungan padat penduduk(Harahap, 1984).

8. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Skabies

Penyakit skabies ini dapat dicegah dengan cara pemberian obat topikal
yaitu dengan pemberian Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar
4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-
kadang menimbulkan iritasi.
Pemberian Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
Obat topikal Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan=gammexane)
kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat
ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena
toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
Pemberian obat topikal Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga
merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti
gatal: harus di jauhkan dari mata, mulut dan uretra.
Obat topikal yang lain adalah Permetrin dengan kadar 5% dalam krim,
kurang toksik dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya
sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah
seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan (Djuanda, 2008).
Selain pemberian obat terapi ada beberapa cara yang dapat diterapkan
agar mencegah terjadi penyakit kulit skabies adalah dengan memperhatikan
kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja dan berbagai sarana umum.
Kebersihan tempat tinggal dapat dilakukan dengan membersihkan jendela,
menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan makan, membersihkan
kamar serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga
kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan didepan rumah
(Azizah, 2012).

9. Diagnosis Skabies

Diagnosis skabies ditegakkan atas dasar yaitu adanya terowongan


yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya
beberapa milimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula
atau pastula.
Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan
bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, aerola mamae, sekitar umbilikus,
abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang
terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan
pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota
keluarga menderita gagal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam
hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas
kutu meningkat (Harahap, 2000).

b. Konsep Dasar Perawatan Diri Pada Skabies

1. Definisi Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya
perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2003).
Menurut Pratomo (1986) personal higiene dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tingkatan apabila diberikan skor dalam penilaiannya yaitu dapat dikatakan
baik apabila skor nya diatas 75%, dikatakan sedang apabila skornya mencapai
40% sampai dengan 75% dan dikatakan kurang baik apabila skor dibawah
40%.
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya.Seseorang
dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan
kebersihan genitalia (Badri, 2008).
Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri,
memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan
diri dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003). Usaha kesehatan pribadi
adalah: daya upaya dari seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatannya sendiri (Entjang, 2000).
Usaha–usaha tersebut meliputi:
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang kurang baik atau bermasalah akan
mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik
yang sering dialami seseorang yang kebersihannya tidak terjaga dengan baik
adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003).
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan
sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar.Kulit berfungsi untuk
melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan
kotoran-kotoran tertentu.Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh
tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet.Mengingat pentingnya kulit sebagai
pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga
kesehatannya.Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman,
parasit hewani dan lain-lain.Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
parasit adalah Skabies (Djuanda, 2010).
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan
kebersihan kulit.Mandi yang baik adalah dengan cara mandi satu sampai dua
kali sehari, bagi yang sering melakukan olahraga atau pekerjaan lain
dianjurkan untuk segera mandi setelah melakukan aktivitas, menggunakan
sabun yang lembut dan membersihkan badan khususnya daerah genitalia dan
anus dibersihkan dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal
dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi.
b. Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya
menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain
sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit
ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk
kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas.
Cara-cara menjaga kebersihan tangan dan kuku dapat dilakukan dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan
menggunakan sabun dan mencuci tangan harus meliputi area antara jari
tangan, kuku dan punggung tangan. Menggunakan handuk yang di cuci dan di
ganti setiap hari serta jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti
telinga, hidung.
c. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak
kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya
akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami penyakit kulit
pada daerah tertentu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah
terserang penyakit kulit tersebut, karena area genitalia merupakan tempat yang
lembab dan kurang sinar matahari.
Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya
bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti
penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya
menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah,
pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi.
Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke
dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan pengetahuan sejak
dini.Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana, pastikan celananya
dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman
akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu
dianjurkan untuk sering menganti celana dalam (Safitri, 2008).
2. Definisi Kebersihan diri

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat


penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
individu dan kebiasaan.Jika seseorang sakit, biasanya disebabkan oleh
masalah kebersihan yang kurang di perhatikan.Hal ini terjadi karena kita
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal
tersebut di biarkan terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum (Wartonah, 2003).
Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan mandi setiap hari
minimal 2x sehari secara teratur dengan menggunakan sabun, tangan harus
dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum makan dan
sesudah buang air besar atau pun buang air kecil. Menggunting kuku agar
tidak melukai kulit atau menjadi sumber infeksi. Perlunya mengganti pakaian
sehabis mandi dengan pakaian yang habis di cuci bersih dengan
sabun/detergen.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi Perilaku Personal Hygiene
yaitu Body image, gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli terhadap kebersihannya. Status sosial-ekonomi,personal hygiene
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo dan alat
mandi semua memerlukan uang untuk menyediakannya. Pengetahuan,
perlunya pengetahuan dalam melakukan Personal Hygiene karena
pengetahuan yang baik sangat penting dan dapat meningkatkan
kesehatan(wartonah, 2003).

3. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Kebersihan Diri Skabies

 Mengenali hak-hak klien untuk dapat melakukan pengkajian dan


penanganan masalah kebersihan diri yang sesuai.
 Mengkaji tekanan darah, status pernapasan dan status mental.
 Mendokumentasikan hasil pengkajian yang telah dilakukan sebagai
data dasar untuk pengkajian dan tindak lanjut.
 Memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan kepada klien beserta
anggota keluarga mengenai penanganan kebersihan diri.
 Menjelaskan atau mengenalkan kebutuhan klien terhadap penanganan
kebersihan diri (Prasetyo, 2010).

1. Pengkajian

Menetapkan masalah pemenuhan kebutuhan klien yang dapat di peroleh


melalui analisis dari suatu pengkajian. Pengkajian ini memegang peran
penting sebagai parameter yang mendasari seluruh tindakan yang akan
dilakukan.
Pengkajian merupakan bagian dari proses keperawatan, menduduki
urutan pertama dari langkah dalam melakukan proses keperawatan tersebut.
Agar dapat melakukan pengkajian dengan baik, maka diperlukan
pemahaman, latihan dan keterampilan untuk mengenal tanda serta gejala
dari suatu gangguan nyata/aktual juga resiko yang ditampilkan oleh klien.
Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian atau skill seperti
wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi. Hasil pengumpulan data
kemudian di klasifikasikan dalam data subjektif dan objektif
(Tarwoto&Wartonah, 2006).
Pada pengkajian anamnesis skabies, penyakit ini sering didapatkan pada
orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi higiene di bawah standar,
walaupun juga sering terdapat di antara oramg-orang yang sangat bersih.
Pada pengkajian riwayat bisa didapatkan dalam satu rumah/komunitas yang
terkena lebih dari 1 (satu) pasien.
Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun
demikian, infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena
kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan dan sentuhan tangan dapat
menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman
yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi
sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama
dengan pasien skabies juga dapat terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan
superfisial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan
pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan
memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya dua hingga tiga butir
sehari sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur)
menetas dalam waktu 3 hingga 4 hari dan berlanjut memasuki stadium
larva, kemudian nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10
hari.
Diperlukan waktu ±4 minggu sejak terjadi kontak hingga timbulnya
gejala pada pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat
reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada
pemeriksaan, pasien ditanyakan dimana gatal-gatal tersebut terasa paling
hebat. Terowongan yang dibuat oleh kutu skabies dapat berupa lesi yang
multipel, lurus atau bergelombang, berwarna cokelat atau hitam dan
menyerupai benang, yang terlihat terutama di antara jari-jari tangan, serta
pada pergelangan tangan.
Lokasi lainnya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki,
ujung-ujung sendi siku, daerah di sekitar puting susu, lipatan aksila,
dibawah payudara yang menggantung dan pada atau di dekat lipat paha atau
lipat gluteus, serta penis atau skrotum.

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status


kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon
klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter&Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan
informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi
yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,
serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.
Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial
assessment), selama pasien dirawat secara terus-menerus (ongoing
assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah atau melengkapi data
(re-assessment) (Potter&Perry, 2005).

Tujuan Pengumpulan Data :


1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya.

Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh
perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status
kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu (Nursalam, 2009).

2. Data objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat
badan, tingkat kesadaran (Nursalam, 2009). Dan terdiri dari tiga
karakteristik data sebagai berikut :

a. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi
masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan
selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai
masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut :
Apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau
disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-
hal yang patologis? Bagaimana respon pasien mengapa tidak mau
makan (Nursalam, 2009).

b. Akurat dan Nyata


Perawat harus berpikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan
benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur
melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang
mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau
kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka
perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti.
Misalnya, pada observasi : “pasien selalu diam dan sering menutup
mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak
pasien berkomunikasi, tetapi pasien selalu diam dan tidak menjawab
pertanyaan perawat. Jika keadaan pasien tersebut ditulis oleh
perawat bahwa pasien depresi berat, maka hal itu merupakan
perkiraan dari perilaku pasien dan bukan data yang aktual.
Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi
pasien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada
saat pengkajian (Nursalam, 2009).
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak
sekali data yang harus disampaikan. Kondisi seperti ini bisa
diantisipasi dengan membuat data komprehensif tetapi singkat dan
jelas (Nursalam, 2009). Dengan mencata data yang relevan sesuai
dengan masalah pasien merupakan data fokus terhadap masalah
pasien dan sesuai dengan situasi berdasar sumber data terdiri dari :

1. Sumber data primer


Pasien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat
menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah
kesehatan pasien (Nursalam, 2009).
2. Sumber data sekunder
Informasi dapat diperoleh melalui orang terdekat pasien seperti,
orangtua, suami dan istri, anak dan teman pasien. Jika pasien
mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau
kesadaran yang menurun, misalnya pasien dalam kondisi tidak
sadar (Nursalam, 2009).
3. Sumber data lainnya
a. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.
Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber
informasi yang dapat mendukung rencana tindakan
keperawatan (Nursalam, 2009).
b. Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan
riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang
diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi
patologis dan untuk menentukan rencana tindakan
keperawatan (Nursalam, 2009).
c. Konsultasi
Terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim
kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa
medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan
medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
menegakkan diagnosa (Nursalam, 2009).
d. Hasil pemeriksaan diagnostik
Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik,
dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat
disesuaikan dengan masalah kesehatan pasien. Hasil
pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan
(Nursalam, 2009).
e. Perawat lain
Jika pasien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya,
maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang
telah merawat pasien sebelumnya (Nursalam, 2009).
f. Kepustakaan
Data dasar pasien yang komprehensif, perawat dapat
membaca literature yang berhubungan dengan masalah
pasien (Nursalam, 2009).

3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi


kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat
diarahkan pada pemilihan diagnosa untuk mengidentifikasi kebutuhan klien,
perawat terlebih dahulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan
apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter&Perry, 2005).

4. Perencanaan

Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan


menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah
teori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan
hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Pentingnya
berkolaborasi dengan klien dan keluarganya untuk menelaah literature yang
berkaitan memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang relevan
tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien (Potter&Perry, 2005).
B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI LINGKUNGAN I KELURAHAN


SITIREJO II KECAMATAN MEDAN AMPLAS

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga :Tn. T
2. Alamat : Gg. Patri Sitirejo II Lingk. I
3. Telepon :-
4. Pekerjaan : Wirausaha
5. Pendidikan :Tamat SMA
2. Susunan anggota keluarga
No Nama Umur L/ Hub. Agama Pendidikan Imunisasi
. P
1. Tn. T 60 Thn L KK Islam SMA Lengkap
2. Ny. S 59 Thn P Istri Islam SMA Lengkap
3. Tn. T 30 Thn L Menantu Islam SMA Lengkap
4. Ny. M 25 Thn P Anak Islam SMA Lengkap
5. An. A 5 Thn P Cucu Islam PELAJAR Lengkap

3. Tipe keluarga (Di isi oleh petugas) :


4. Suku Bangsa :Indonesia
5. Agama :Islam
6. Status sosial ekonomi keluarga :Sumber pendapatan keluarga
diperoleh dari KK ±1.500.000/bulan. Kebutuhan yang diperlukan
keluarga yaitu makan, bayar listrik/PDAM, dll. Barang-barang yang
dimiliki keluarga adalah 1 buah TV, 1 buah lemari es dan 1 buah kipas
angin. Pada ruang tamu terdapat kursi tamu dan lemari. Pada kamar
terdapat tempat tidur dan lemari pakaian.
7. Aktivitas rekreasi keluarga :Rekreasi keluarga digunakan
untuk mengisi kekosongan waktu dirumah dengan menonton TV
bersama dirumah, sedangkan rekreasi diluar rumah kadang-kadang ikut
rombongan pengajian.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :


Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini yaitu dalam tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa. Tahap ini dimulai
dari sejak anak berusia 20 tahun dan berakhir pada usia 35 tahun. Pada
fase ini pada umumnya keluarga mencapai fase jumlah anggota
keluarga yang minimal. Tugas perkembangan yaitu sebagai berikut :
membantu sosialisasi anak, tetangga, sekolah, lingkungan dan
mempertahankan keintiman pasangan memenuhi kebutuhan gaya hidup.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tidak ada yang belum terpenuhi, namun tugas keluarga yang belum
dapat dicapai saat ini adalah memberi figur yang baik bagi anak-anak.
3. Riwayat keluarga sebelumnya :
Tn. T sebagai kepala keluarga jarang sakit, tidak mempunyai masalah
dengan istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak
mempunyai penyakit keturunan dan penyakit menular. Pada saat
pengkajian TD 120/80 mmHg. Ny. S menderita Asam Urat dan penyakit
kulit sejak 3 bulan belakangan ini, sering mengeluh nyeri dan gatal.
Gatal sering di rasakan pada malam hari. TD 130/80 mmHg. Keluarga
jarang melakukan pemeriksaan kesehatan ke Puskesmas.
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah :
Luas rumah lebar 3 meter, panjang 8 meter terdiri dari 2 kamar dan 1
kamar mandi. Bangunan rumah lantai dan dari plester. Kurang adanya
pencahayaan yang masuk ke rumah. Jendela rumah cuma ada 1. Tidak
adanya jendela di kamar cuma ada ventilasi saja. Banyak barang yang
sudah tidak layak pakai didalam maupun di luar rumah.
2. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Tetangga sering berkunjung ke rumah Ny. S begitu juga sebaliknya
apabila bosan di rumah Ny. S sering berkunjung ke rumah tetangga.
Ny. S aktif dan selalu mengikuti pengajian maupun perwiritan.
3. Sistem pendukung keluarga :
Yang merawat dan menemani Ny. S adalah suami, anak, menantu dan
cucunya, jarak rumah dengan puskesmas ±500 meter sehingga Ny. S
jarang memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga :
Keluarga Ny. S dalam berkomunikasi dengan anak maupun
menantunya yaitu dengan bermusyawarah.
2. Struktur kekuatan keluarga :
Keluarga Ny. S menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan
norma yang ada, percaya bahwa penyakitnya bisa diobati dan
pengobatannya tidak ada hubungannya dengan guna-guna,
3. Struktur Peran :
Peran Ny. S di keluarga adalah sebagai Ibu rumah tangga dan Tn. T
suami Ny. S berperan sebagai Kepala Keluarga yang bekerja sebagai
wirausaha.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif :
Dalam keluarga Ny. S anak-anak diajarkan untuk saling menghargai
antar sesama.
2. Fungsi sosialisasi :
Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetangga dan
lingkungan sekitar. Hidup berdampingan dan merasa tentram.
3. Fungsi perawatan kesehatan :
1) Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk
pauk dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada
anggota keluarga yang sakit, keluarga merawat dan
memeriksakannya ke Puskesmas.
2) Kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga mengatakan
Ny. S sering mengeluh gatal disertai nyeri karena penyakit kulit
yang dideritanya dan adanya sakit rheumatoid (asam urat).
3) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan, bila Ny. S
sakit langsung di bawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan ke
rumah.
4) Merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat Ny. S,
masih memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga
yang lainnya, pola tidur juga masih belum sesuai dan waktunya
kurang lama.
5) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat.
Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, mengepel 1 minggu
sekali dan lantai kamar mandinya sedikit licin kurang bersih dan
kurang terawat.
6) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan
kesehatan di masyarakat. Keluarga jarang melakukan pemeriksaan
kesehatan ke pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
4. Fungsi reproduksi :
Jumlah anak Tn. T dan Ny. S 1 orang yang sudah menikah dan
memiliki 1 orang anak dan masih TK.
5. Fungsi ekonomi :
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari dan biaya
untuk berobat.

F. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor yang dimiliki :
Sejak 3 bulan yang lalu, penyakit kulitnya timbul dan Ny. S malas
untuk melakukan kegiatan apapun karena Ny. S juga menderita
penyakit Asam Urat. Keluarga juga membutuhkan biaya untuk
pengobatan cucu Ny. S yang menderita Leukimia.
2. Kemampuan keluarga :
Berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan kesehariannya dan
dianggap cobaan agar anak Ny. S lebih giat untuk bekerja.
3. Strategi koping :
Keluarga menerima ini apa adanya dan selalu melibatkan anak
tertuanya untuk pengambilan keputusan.
4. Strategi adaptasi :
Sering mengingatkan anak tertuanya untuk tidak merokok terus-
menerus.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
a. Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 78 x/i
 Respirasi : 22 x/i
 Suhu Tubuh : 36,9ºC
 Berat Badan : 56 Kg
 Tinggi Badan : 155 Cm
b. Pemeriksaan Cepalo Caudal
 Kepala :
Rambut sedikit kotor dan berbau, warna hitam beruban dan rambut
rontok.

 Hidung :
Lubang hidung ada 2 dan tidak adanya cuping hidung ketika bernapas.

 Telinga :
Telinga ada 2 kiri dan kanan. Daun telinga ada dan telinga sedikit
kotor.

 Mata :
Conjungtiva berwarna merah muda, sklera putih dan terdapat
gambaran tipis pembuluh darah.

 Mulut, gigi, lidah, tonsil :


Bibir lembab, tidak ada stomatitis dan terdapat caries bibir.

 Leher dan tenggorokan :


Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan pada vena
jugularis.

 Dada/ Thoraks
Bentuk dada kiri dan kanan sama. Suara paru sonor pada semua lapang
paru, suara jantung pekak dan suara nafas vesikuler.

 Pemeriksaan Abdomen
Bentuk perut datar, bising usus 12x/menit, hepar dan lien tidak teraba,
suara perut timpani.
 Ekstremitas Atas dan Bawah
Jumlah jari tangan ada lengkap ada 10 dan jumlah jari kaki lengkap
ada 10. Tidak adanya oedema pada bagian ekstremitas atas maupun
ekstremitas bawah.

Harapan Keluarga :
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar selalu meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah pada Ny. S.
2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1. DS : Kurangnya Gangguan rasa nyaman
Klien mengeluh merah pengetahuan serta
dan basah yang terasa kemampuan financial
gatal pada kulit.
Hygiene yang buruk
DO :
Tampak merah pada Liur dan secret dari
kulit klien dan kutu masuk ke
kelihatan basah dan dalam kulit
klien menggaruknya
dengan kuku. Merangsang respon
gatal pada tubuh
TTV :
TD : 130/80 mmHg Timbul rasa gatal
HR : 78 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,9ºc

No. Data Etiologi Masalah keperawatan


2. DS : Gatal Gangguan pola istirahat
 Klien mengatakan tidur
gatal dan sering Mengaktifasi RAS
terjadi pada malam
hari. Klien terjaga
 Klien mengatakan
apabila sudah Klien sulit tidur
terbangun karena
gatal akan sulit
untuk memulai
tidur lagi.
 Klien mengatakan
tidurnya kurang.

DO :
 Di sekitar tangan
klien tampak
banyak lecet dan
bekas garukan.
 Tampak lingkaran
hitam hitam di
sekitar mata klien.
 Klien tampak
lelah.

TTV :
TD : 130/80 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i
T : 37ºc

No. Data Etiologi Masalah keperawatan


3. DS : Kurangnya sumber Ansietas
 Klien mengatakan informasi
cemas dengan
penyakit kulit yang Kurangnya
dialaminya. pengetahuan
 Klien mengatakan
tidak tau jenis
penyakit yang
dideritanya dan
prosedur
pengobatannya

DO :
Klien tampak bingung
untuk menjelaskan
apa yang sedang
dialaminya.

TTV :
TD : 120/90 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i
T : 37ºc

3. Rumusan Masalah

MASALAH KEPERAWATAN

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.


Masalah yang muncul berdasarkan prioritas yang didasari kriteria yang harus
ditangani dan segera. Berikut beberapa masalah yang muncul berdasarkan
analisa data :
1. Gangguan rasa nyaman
2. Gangguan pola istirahat tidur
3. Ansietas
5. Perencanaan Keperawatan

Hari/tanggal No. Dx Perencanaan keperawatan


24 Mei 1. Tujuan :
2016 Integritas kulit klien membaik dan dapat
dipertahankan.
Kriteria Hasil :
Gatal pada kulit klien tidak menyebar, lesi dan rasa
gatal pada kulit klien berkurang.
Rencana Tindakan Rasional
1. Siapkan jadwal pemberian 1. Agar dapat
obat. meningkatkan
efektivitas obat
dengan pemberian
secara tepat dan
teratur.
2. Bantu klien untuk 2. Agar tidak terjadi
pemberian obat topical kerusakan kulit
untuk daerah yang sulit dengan pemberian
dijangkau. obat topical secara
menyeluruh pada
daerah yang susah
di jangkau klien.
3. Ajarkan teknik-teknik 3. Agar tidak terjadi
mencegah infeksi yaitu infeksi yang
tidak menggaruk lesi dan disebabkan oleh
menjaga kebersihan kulit. kerusakan
integritas kulit.
4. Anjurkan memakai 4. Agar tidak menekan
pakaian yang longgar dan dan memberikan
mampu menyerap keringat. rasa
nyaman.
5. Kolaborasi dalam 5. Membantu
pemberian obat sesuai mencegah terjadinya
program pengobatan. infeksi.

Hari/tanggal No. Dx Perencanaan keperawatan


24 Mei 2. Tujuan :
2016 Istirahat tidur terpenuhi karena berkurangnya rasa
gatal.
Kriteria Hasil :
Rasa gatal berkurang dan klien dapat tidur nyenyak
pada malam hari.
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji waktu tidur klien. 1. Mengetahui apakah
kebutuhan tidur klien
terpenuhi.
2. Klien tidak sering 2. Untuk memenuhi
terbangun pada malam kebutuhan istirahat
hari. tidurnya.
3. Ciptakan suasana yang 3. Agar klien istirahat
membuat klien merasa dengan tenang.
nyaman misalnya tempat
tidur yang bersih dan rapi
Hari/tanggal No. Dx Perencanaan keperawatan
24 Mei 3. Tujuan :
2016 Cemas berkurang karena meningkatnya pengetahuan
tentang penyakit.
Kriteria Hasil :
Klien dapat merasa tenang dan mengetahui tentang
penyakit yang dilaminya.
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji rasa cemas klien. 1. Klien merasa tenang.
2. Berikan kesempatan 2. Klien kooperatif
kepada klien untuk dengan program
mengungkapkan rasa perawatan dan
cemasnya. pengobatan.
3. Berikan edukasi kepada 3. Pengetahuan klien
klien mengenai : meningkat tentang
 Kondisi penyakitnya penyakit yang
 Program perawatan dialaminya, tanda-
dan pengobatan yang tanda, kondisi yang
akan dilakukan dialami serta
 Hubungan istirahat kemungkinan yang
dengan kondisi akan terjadi.
penyakitnya.
6. Implementasi

Hari/ No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)


tanggal
Rabu/ 1. 1. Menyiapkan jadwal S : Klien mengatakan
25 Mei pemberian obat yaitu dengan kulit sudah tidak
2016 melibatkan klien dan keluarga memerah dan sudah
Ny. S dalam pemberian mulai mengering.
jadwal pengobatan dengan
salap yang digunakan adalah O : Lesi dan bekas
Ultrasiline. Jadwal pemberian gatal sudah tidak
obat yaitu pada saat pagi hari memerah lagi dan tidak
setelah mandi dengan air ditemukan tanda-tanda
yang bersih dan pada sore menyebarnya lesi.
hari setelah mandi. TD : 130/80 mmHg
HR : 78 x/i
2. Membantu klien untuk RR : 20 x/i
pemberian obat topical untuk
daerah yang sulit dijangkau A : Masalah teratasi
seperti pemberian salap pada sebagian.
daerah punggung klien.
P : Intervensi di
3. Mengajarkan teknik-teknik lanjutkan.
mencegah infeksi yaitu tidak
menggaruk lesi dan menjaga
kebersihan kulit dengan cara
tidak menggaruk lesi ataupun
daerah yang gatal dengan
menggunakan kuku yang
panjang dan kotor sebaiknya
menggunakan sarung tangan
yang bersih dan mencuci
tangan terlebih dahulu
sebelum mengoleskan salap
pada daerah yang gatal.

4. Menganjurkan memakai
pakaian yang longgar dan
mampu menyerap keringat
tujuannya supaya gatal tidak
meradang dan tidak lengket
apabila adanya gatal yang
masih bernanah.

5. Melakukan kolaborasi dalam


pemberian obat sesuai
program pengobatan seperti
bekerja sama dengan klien
maupun keluarga klien untuk
rutin memberikan obat salap.
2. 1. Mengkaji waktu tidur klien S : Klien mengatakan
seperti klien mengatakan istirahat tidur
tidur pada pukul 10 malam terpenuhi, klien dapat
dan sering terbangun pada tidur nyenyak dan rasa
malam hari apabila merasa gatal berkurang atau
gatal kulit dan sulit untuk hilang.
memulai tidur lagi.
O : Tidak ditemukan
2. Menanyakan klien masih lingkaran hitam di
sering terbangun pada malam sekeliling mata klien
hari atau tidak. Ny. S dan wajah klien tampak
mengatakan setelah teratur segar.
mengoleskan salap pada pagi TD : 120/80 mmHg
hari dan sore hari setelah HR :84 x/i
mandi menggunakan sabun RR : 22 x/i
dan air bersih, tidak
menggaruk lesi dan gatal A :Masalah teratasi
dengan menggunakan tangan sebagian.
yang bersih dan kuku yang
tidak panjang, gatal yang P :Intervensi
dirasakan pada malam hari dilanjutkan.
berkurang.
3. Memberikan pendidikan S : Klien mengatakan
kesehatan kepada Ny. S dan setelah diberikan
keluarga klien dengan edukasi klien sudah
menggunakan leaflet yang mampu mengatasi
isinya adalah : penyakit yang
dialaminya, melakukan
Pengertian Skabies yaitu pengobatan sesuai
Skabies adalah penyakit kulit program yang telah
yang disebabkan oleh tungau direncanakan dan dapat
scabies (Sarcoptes scabei). istirahat dengan tenang.
Masyarakat umum lebih
mengenalnya sebagai penyakit O : Ketika menjelaskan
budug atau kudis. apa yang dirasakan
klien tidak lagi bingung
Penyebab dan kejadian setelah menjalani
skabies adalah Skabies pengobatan dan
disebabkan oleh tungauscabies pemberian edukasi.
(sarcoptes scabei). TD : 130/80 mmHg
Lebih sering terjadi pada orang HR : 80 x/i
yang kurang menjaga RR : 22 x/i
kebersihan diri/pakaian ;
seperti jarang mandi, baju A : Masalah teratasi
jarang dibersihkan, sprei jarang sebagian.
dicuci, tukar menukar pakain
bersama teman. P : Intervensi
Sering terjadi ditempat-tempat dilanjutkan.
dimana orang tidur secara
berdesakan/bersama, seperti
asrama, panti asuhan,
pesantren, penjara,dll.

Tanda dan gejala terjadinya


skabies adalah :
1. Gatal-gatal terutama malam
hari pada daerah sela jari,
pergelangan tangan, daerah
lipat paha dan daerah
sekitar kemaluan.
2. Dapat terjadi pernanahan
pada kulit dengan luka
terbuka.

Pencegahan :
 Gunakan air bersih untuk
mandi, mencuci dan
kepentingan lainnya.
 Menjaga kebersihan diri,
pakaian dan lingkungan.
 Menghindari kontak dengan
penderita (bersentuhan dan
tidur bersama).
 Menghindari saling
meminjam pakaian, sarung
selimut dan handuk.
Perawatan :
 Minimalkan terjadinya luka
terbuka pada daerah yang
gatal :
a. Hindari menggaruk
b. Pelihara kuku agar tetap
pendek dan bersih
 Pengobatan dilakukan pada
penderita dan disertai upaya
pembasmian (pakaian,
sarung, selimut, handuk dan
sprei direndam dalam air
panas, kasur harus dijemur).
 Pengobatan dilakukan pada
semua penderita (terutama
yang tinggal serumah).
 Pergunakan sabun belerang,
air bersih dan air hangat
saat mandi.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pengkajian yang telah dilakukan terhadap Ny. S pada tanggal 24 Mei 2016
dengan kebutuhan dasar kebersihan diri yaitu perawatan diri dengan diagnosa
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema, pola tidur yang tidak
beraturan dan rasa cemas ditandai dengan gatal dan merah yang dirasakan pada
kulit klien, tampak merah pada kulit klien dan kelihatan basah dengan TD :
130/80 mmHg, HR : 78 x/menit dan RR : 20 x/menit. Kemudian dilakukan
implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama tiga hari dan
hasil evaluasi diperoleh semua diagnosa teratasi sebagian.

B. SARAN

1. Bagi institusi pendidikan


Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan buku yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar kebersihan diri sebagai bahan
acuan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa DIII Keperawatan.
2. Bagi praktik keperawatan
Para praktisi keperawatan dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebersihan diri.
3. Bagi mahasiswa
Agar menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan kebutuhan dasar kebersihan diri khususnya perawatan diri pada
skabies.
Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif, (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Patricia A. Dan Anne Griffin Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC

Djuanda, Adh. Hamzah, Mochtar. Dan Aisah, Siti, (2008). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: FKUI

Goodheart, Herbert, (2013). Buku Ajar Diagnosis Fotografik


Dan Penatalaksanaan Penyakit Kulit. Jakarta: EGC

Nursalam, (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep & Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Hartanti.meilani.co.id, 2014. Asuhan Keperawatan pada Skabies.


Diakses pada tanggal 27 Mei 2016.

Azizah.umi.co.id, 2012. Skabies pada Manusia.


Diakses pada tanggal 28 Mei 2016.

Wartonah.go.id, 2003. Asuhan Keperawatan pada Skabies.


Diakses pada tanggal 01 Juni 2016.

Repository.unand.ac.id, 2010. Laporan Kasus pada Skabies Kepaniteraan Klinik.


Diakses pada tanggal 01 Juni 2016.
LAMPIRAN

Catatan Perkembangan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. DX Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan


tanggal
1. Kamis/ 10.00 1. Menyiapkan jadwal pemberian obat
26 Mei WIB yaitu dengan melibatkan klien dan
2016 keluarga Ny. S dalam pemberian jadwal
pengobatan dengan salap yang
digunakan adalah Ultrasiline. Jadwal
pemberian obat yaitu pada saat pagi hari
setelah mandi dengan air yang bersih
dan pada sore hari setelah mandi.
10.50 2. Membantu klien untuk pemberian obat
WIB topical untuk daerah yang sulit
dijangkau seperti pemberian salap pada
daerah punggung klien.
11.45 3. Mengajarkan teknik-teknik mencegah
WIB infeksi yaitu tidak menggaruk lesi dan
menjaga kebersihan kulit dengan cara
tidak menggaruk lesi ataupun daerah
yang gatal dengan menggunakan kuku
yang panjang dan kotor sebaiknya
menggunakan sarung tangan yang bersih
dan mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum mengoleskan salap pada daerah
yang gatal.
12.05 4. Menganjurkan memakai pakaian yang
WIB longgar dan mampu menyerap keringat
tujuannya supaya gatal tidak meradang
dan tidak lengket apabila adanya gatal
yang masih bernanah.
12.15 5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian
WIB obat sesuai program pengobatan seperti
bekerja sama dengan klien maupun
keluarga klien untuk rutin memberikan
obat salap.

Evaluasi :
S : Klien mengatakan kulit sudah tidak
memerah dan sudah mulai mengering.

O : Lesi dan bekas gatal sudah tidak


memerah lagi dan tidak ditemukan tanda-
tanda menyebarnya lesi.
TD : 130/80 mmHg HR : 78 x/i
RR : 20 x/i

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.
2. Jumat/ 10.20 1. Mengkaji waktu tidur klien seperti klien
27 Mei WIB mengatakan tidur pada pukul 10 malam
2016 dan sering terbangun pada malam hari
apabila merasa gatal kulit dan sulit untuk
memulai tidur lagi.
11.30 2. Menanyakan klien masih sering
WIB terbangun pada malam hari atau tidak.
Ny. S mengatakan setelah teratur
mengoleskan salap pada pagi hari dan
sore hari setelah mandi menggunakan
sabun dan air bersih, tidak menggaruk
lesi dan gatal dengan menggunakan
tangan yang bersih dan kuku yang tidak
panjang, gatal yang dirasakan pada
malam hari berkurang.

Evaluasi :
S : Klien mengatakan istirahat tidur
terpenuhi, klien dapat tidur nyenyak dan
rasa gatal berkurang atau hilang.
O : Tidak ditemukan lingkaran hitam di
sekeliling mata klien dan wajah klien
tampak segar.
TD : 120/80 mmHg HR :84 x/i
RR : 22 x/i

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.
3. Sabtu/ 10.00 Memberikan pendidikan kesehatan kepada
28 Mei WIB Ny. S dan keluarga klien dengan
2016 menggunakan leaflet yang isinya adalah :
Pengertian Skabies yaitu Skabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau
scabies (Sarcoptes scabei).
Masyarakat umum lebih mengenalnya
sebagai penyakit budug atau kudis.

Penyebab dan kejadian skabies adalah


Skabies disebabkan oleh tungauscabies
(sarcoptes scabei).
Lebih sering terjadi pada orang yang
kurang menjaga kebersihan diri/pakaian ;
seperti jarang mandi, baju jarang
dibersihkan, sprei jarang dicuci, tukar
menukar pakain bersama teman.
Sering terjadi ditempat-tempat dimana
orang tidur secara berdesakan/bersama,
seperti asrama, panti asuhan, pesantren,
penjara,dll.

Tanda dan gejala terjadinya skabies


adalah :
1. Gatal-gatal terutama malam hari pada
daerah sela jari, pergelangan tangan,
daerah lipat paha dan daerah sekitar
kemaluan.
2. Dapat terjadi pernanahan pada kulit
dengan luka terbuka.
Pencegahan :
 Gunakan air bersih untuk mandi,
mencuci dan kepentingan lainnya.
 Menjaga kebersihan diri, pakaian dan
lingkungan.
 Menghindari kontak dengan penderita
(bersentuhan dan tidur bersama).
 Menghindari saling meminjam pakaian,
sarung selimut dan handuk.
Perawatan :
 Minimalkan terjadinya luka terbuka
pada daerah yang gatal :
a. Hindari menggaruk
b. Pelihara kuku agar tetap pendek dan
bersih
 Pengobatan dilakukan pada penderita
dan disertai upaya pembasmian
(pakaian, sarung, selimut, handuk dan
sprei direndam dalam air panas, kasur
harus dijemur).
 Pengobatan dilakukan pada semua
penderita (terutama yang tinggal
serumah).
 Pergunakan sabun belerang, air bersih
dan air hangat saat mandi.

Evaluasi :
S : Klien mengatakan setelah diberikan
edukasi klien sudah mampu mengatasi
penyakit yang dialaminya, melakukan
pengobatan sesuai program yang telah
direncanakan dan dapat istirahat dengan
tenang.

O : Ketika menjelaskan apa yang dirasakan


klien tidak lagi bingung setelah menjalani
pengobatan dan pemberian edukasi.
TD : 130/80 mmHg HR : 80 x/i
RR : 22 x/i

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.
LEAFLET

PENYEBAB DAN KEJADIAN


SKABIES PENGERTIAN

(KUDIS) Skabies disebabkan oleh tungau


Skabies adalah penyakit kulit yang scabies (sarcoptes scabei).
disebabkan oleh tungau scabies
(Sarcoptes scabei). Lebih sering terjadi pada orang yang
kurang menjaga kebersihan
Masyarakat umum lebih diri/pakaian ; seperti jarang mandi,
mengenalnya sebagai penyakit baju jarang dibersihkan, sprei jarang
OLEH budug atau kudis. dicuci, tukar menukar pakain
CINDY C SITOHANG bersama teman.
132500014
Sering terjadi ditempat-tempat
dimana orang tidur secara
berdesakan/bersama, seperti asrama,
panti asuhan, pesantren, penjara,dll.

DIII-KEPERAWATAN
USU
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


TANDA DAN GEJALA PENCEGAHAN PERAWATAN

 Gatal-gatal terutama malam hari  Gunakan air bersih untuk mandi,  Minimalkan terjadinya luka
pada daerah sela jari, mencuci dan kepentingan terbuka pada daerah yang gatal :
pergelangan tangan, daerah lipat lainnya. a. Hindari menggaruk
paha dan daerah sekitar  Menjaga kebersihan diri, pakaian b. Pelihara kuku agar tetap
kemaluan. dan lingkungan. pendek dan bersih
 Dapat terjadi pernanahan pada  Menghindari kontak dengan  Pengobatan dilakukan pada
kulit dengan luka terbuka. penderita (bersentuhan dan tidur penderita dan disertai upaya
bersama). pembasmian (pakaian, sarung,
 Menghindari saling meminjam selimut, handuk dan sprei
pakaian, sarung selimut dan direndam dalam air panas, kasur
handuk. harus dijemur).
 Pengobatan dilakukan pada
semua penderita (terutama yang
tinggal serumah).
 Pergunakan sabun belerang, air
bersih dan air hangat saat mandi.
 Pergunakan sabun belerang, air
bersih dan air hangat saat mandi
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Gangguan Integumen


Sub Pokok Bahasan : Penyakit Kulit Skabies
Sasaran : Keluarga / Pasien
Tempat : Di rumah klien (Ny. S)
Hari/Tanggal : Rabu/ 25 Mei 2016
Waktu : 30 menit

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses penyuluhan, Ny. S dan keluarga dapat mengerti dan
mampu menjelaskan tentang penyakit kulit Skabies.
2. Tujuan Khusus
Setelah proses penyuluhan, Ny. S dan keluarga dapat mengerti dan
mampu menjelaskan tentang :
 Pengertian Skabies
 Penyebab dan Kejadian Skabies
 Tanda dan Gejala Skabies
 Pencegahan Skabies
 Perawatan Diri pada Skabies

B. Materi : (terlampir)
C. Metoda : Ceramah dan Tanya jawab
D. Media : Leaflet dan poster

Universitas Sumatera Utara


E. Strategi pelaksanaan

No Kegiatan Penyuluh Klien


1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.

2. Memperkenalkan diri. 2. Menerima dengan


baik.

3. Menjelaskan tujuan. 3. Menyimak dengan


baik.
2. Kegiatan inti 1. Menjelaskan materi 1. Menyimak dengan
tentang Skabies. baik.

2. Memberikan 2. Mengajukan
kesempatan untuk beberapa
bertanya. pertanyaan.

3. Menjawab pertanyaan 3. Menyimak dengan


yang diajukan. baik.
3. Penutup 1. Mengulang kembali 1. Mampu menjawab
materi yang pertanyaan yang
disampaikan dengan diajukan.
mengajukan
pertanyaan.

2. Mengucapkan salam. 2. Menjawab salam.

F. Evaluasi: Lisan dengan mengajukan beberapa pertanyaan :


 Jelaskan pengertian Skabies ?
 Sebutkan penyebab Skabies ?
 Apa saja tanda dan gejala dari Skabies ?
 Bagaimana cara penanggulangan Skabies ?
MATERI PENYULUHAN

I. Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat yang popular dengan istilah PHBS
menjadi salah satu program pemerintah yang diharapkan mampu
menyelesaikan berbagai penyakit dan masalah kesehatan.Terciptanya
PHBS tersebut tentunya tidak bisa dilaksanakan secara sendirian oleh
masyarakat.Dalam hal ini dibutuhkan peran kerjasama dengan berbagai
pihak terkait.Peran tenaga kesehatan dalam hal ini menjadi sesuatu yang
amat penting. Dengan lingkungan yang kurang bersih dan kurang nya
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat maka akan
menimbulkan dampak buruk di lingkungan serta pribadi setiap individu.
Lingkungan yang kumuh juga akan menimbulkan berbagai macam
penyakit menular seperti diare, demam berdarah, thypoid, muntaber dan
sebagainya (Rahayu dkk, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai
tempat, misalnya di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan
maupun di tempat-tempat umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan individu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat baik di
dalam rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat
umum. Terdapat beberapa indikator perilaku hidup bersih dan sehat di
lingkungan pendidikan, diantaranya adalah tersedia jamban yang bersih
dan sesuai dengan jumlah siswa, tersedia air bersih atau air keran yang
mengalir di setiap kelas, tidak ada sampah yang berserakan dan
lingkungan sekolah yang bersih dan serasi (Azizah, 2012).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa
1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ
yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastic dan sensitive, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh. Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang
(fair
skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan
bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitaliaa orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit
yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit
yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa.Kulit
yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan
yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2008).
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat
dan terluas ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-
1,75 m². Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di
telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit
terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium dan
jaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).
Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat.Terutama di negara berkembang. Beberapa penyebab penyakit
kulit antara lain karena terinfeksi bakteri, jamur ataupun virus. Di
indonesia penyakit kulit menempati urutan ke -3 setelah infeksi saluran
napas dan diare. Penyakit kulit tidak dapat disembunyikan dan tidak
mengenal usia. Oleh karena itu dewasa maupun anak-anak dapat terkena
penyakit ini.Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis
dengan suhu dan kelembaban yang tinggi juga memudahkan tumbuhnya
jamur, sehingga penyakit kulit karena terinfeksi jamur juga banyak
ditemukan (Prakoso, 2009).
Pada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh dan daerah
pemukiman rentan terjadinya infeksi virus pada kulit salah satunya yaitu
skabies. Maka itu perlu adanya pergerakan dari tenaga kesehatan untuk
melakukan edukasi dan perawatan pada klien yang menderita penyakit
kulit seperti skabies.
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei.
Skabies telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Skabies dapat
menjangkiti semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi.
Angka kejadian skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus
per tahun. Kejadian skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang
maupun juga terjadi pada negara maju, seperti di Jerman skabies terjadi
secara sporadik atau dalam bentuk endemik yang panjang. Angka kejadian
skabies di India adalah 20,4%. Menurut Depkes RI berdasarkan data dari
puskesmas seluruh indonesia tahun 2008, angka kejadian skabies adalah
5,6-12,95%. Skabies di indonesia menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering (Prabowo, 2016).
Pada manusia gejala klinis skabies yang ditimbulkan adalah gatal-
gatal terutama pada malam hari, yang dapat mengganggu ketenangan
tidur. Gatal-gatal ini disebabkan karena sensitiasi terhadap ekskret dan
sekret tungau pada bagian yang terinfeksi yang didahului dengan
timbulnya bintik-bintik merah (rash). Tempat predileksi terutama terjadi
pada lapisan kulit yang tipis seperti jari tangan, pergelangan tangan bagian
dalam, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, pusar, daerah pantat, alat
kelamin bagian luar pada laki-laki dan aerola pada wanita. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat predileksi dapat
ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dan panjang yang
bervariasi, rata-rata 1 cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok.
Terowongan ini ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder, di ujung
terowongan dapat ditemukan vesikel atau papula kecil (Iskandar, 2000).

II. Penyebab Skabies

Menurut Marwali Harahap (2000) penyebab timbulnya penyakit


kulit skabies adalah scabiesditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi,
melalui kontak fisik yang erat.Penularan melalui pakaian dalam, handuk,
sprei, tempat tidur, perabot rumah, jarang terjadi.Kutu dapat hidup di luar
kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21°c dengan kelembaban
relative 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu
betina, dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan
menggali lobang ke dalam epidermis; kemudian membentuk terowongan
di dalam stratum korneum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari.
Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang
kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian
menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira
30 hari. Kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih
banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea (Harahap, 2000).
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk
melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut
dan keempat berakhir dengan alat perekat (Djuanda, 2008).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-
kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali
oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur
akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari (Djuanda, 2008).
III. Tanda dan Gejala Skabies

Menurut Djuanda (2008) ada 4 tanda cardinal terjadinya


scabiesdiantaranya :
 Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
 Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang keluar anggota
keluarnya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
 Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
:sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus,
bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
 Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

IV. Pencegahan Skabies

Penyakit skabies ini dapat dicegah dengan cara pemberian obat


topikal yaitu dengan pemberian Belerang endap (sulfur presipitatum)
dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena
tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh
kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
Pemberian Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap
semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
Obat topikal Gama Benzena Heksa Klorida
(gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk
obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6
tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.
Pemberian obat topikal Krotamiton 10% dalam krim atau losio
juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies
dan anti gatal: harus di jauhkan dari mata, mulut dan uretra.
Obat topikal yang lain adalah Permetrin dengan kadar 5% dalam
krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi
hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan
(Djuanda, 2008).
Selain pemberian obat terapi ada beberapa cara yang dapat
diterapkan agar mencegah terjadi penyakit kulit skabies adalah dengan
memperhatikan kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja dan berbagai
sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dapat dilakukan dengan
membersihkan jendela, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan
makan, membersihkan kamar serta membuang sampah. Kebersihan
lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan
membersihkan jalan didepan rumah (Azizah, 2012).
V. Perawatan Diri pada Skabies

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang


artinya perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2003).
Menurut Pratomo (1986) personal higiene dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tingkatan apabila diberikan skor dalam penilaiannya yaitu
dapat dikatakan baik apabila skor nya diatas 75%, dikatakan sedang
apabila skornya mencapai 40% sampai dengan 75% dan dikatakan kurang
baik apabila skor dibawah 40%.
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikisnya.Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila,
orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi
kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia (Badri, 2008).
Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan
diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan
kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003). Usaha
kesehatan pribadi adalah: daya upaya dari seorang untuk memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatannya sendiri (Entjang, 2000).
Usaha-usaha tersebut meliputi :
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang kurang baik atau bermasalah akan
mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial.
Dampak fisik yang sering dialami seseorang yang kebersihannya tidak
terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah,
2003).Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti
rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari
luar.Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara
suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu.Kulit juga
penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar
ultraviolet.Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ
tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya.Penyakit
kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan
lain-lain.Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah
Skabies (Djuanda, 2010).Sabun dan air adalah hal yang penting untuk
mempertahankan kebersihan kulit. Mandi yang baik adalah dengan
cara mandi satu sampai dua kali sehari, bagi yang sering melakukan
olahraga atau pekerjaan lain dianjurkan untuk segera mandi setelah
melakukan aktivitas, menggunakan sabun yang lembut dan
membersihkan badan khususnya daerah genitalia dan anus dibersihkan
dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus
dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi.

b. Kebersihan Tangan dan Kuku


Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya
menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja
dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat mudah
penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu,
butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan
sesudah beraktivitas.Cara-cara menjaga kebersihan tangan dan kuku
dapat dilakukan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun dan mencuci
tangan harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung
tangan. Menggunakan handuk yang di cuci dan di ganti setiap hari
serta jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga,
hidung.

c. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak
kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat
reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah
mengalami penyakit kulit pada daerah tertentu maka garukan di area
genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit tersebut, karena
area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar
matahari.Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga,
misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar.
Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air
bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke
depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih
mudah terkena infeksi.Penyebabnya karena kuman dari belakang
(dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus
diberikan pengetahuan sejak dini.Kebersihan genital lain, selain cebok,
yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia
mengenakan celana, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila
alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan
itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu dianjurkan untuk
sering menganti celana dalam (Safitri, 2008).

Anda mungkin juga menyukai