Oleh:
DEVY SULIHATI
6661110847
Oleh:
DEVY SULIHATI
6661110847
- Cityscape -
kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk Nabi
karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti dapat
Dengan selesainya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung peneliti. Maka
1. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Skripsi ini.
2. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
4. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
i
5. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Skripsi II atas kebaikan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis
ini.
6. Semua Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
7. Mama Ida dan Papa Tikno, atas cinta kasih yang tulus tak terhingga dan
8. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon yang telah membantu serta
9. Mba Ika, Aa Ryan, Mba Erni serta Aa Ahan dan Ghiina, atas omelan
yang berfaedah dan menambah ruwet otak saya sehingga saya harus
menyelesaikan skripsi ini. Serta Mas Arman yang selalu siap, antar,
Resti Fitri, Shella Novianti, Doni Winarno serta teman-teman lain yang
i
Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan
dalam penyusunan skripsi ini sehingga peneliti dengan rendah hati menerima
masukan dari semua pihak agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Penulis
Devy Sulihati
i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
iii
3.8 Pengujian Keabsahan Data ......................................................................... 65
4.1.1 Sejarah Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon .............. 68
4.1.2 Tugas Pokok, Moto dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon............................................................................................... 70
4.1.3 Visi, Misi dan Strategi Rumah Umum Daerah Kota Cilegon .......... 70
4.1.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan dalam Rumah Sakit Umum
iii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tugas utama negara adalah memberi pelayanan kepada masyarakat
baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat
kemajuan sebuah negara, kualitas pelayanan publik dapat digunakan sebagai salah
satu indikator. Oleh karena itu, bila sebuah negara berada dalam posisi menuju
pada kemajuan, hal utama yang perlu diperbaiki adalah pelayanan publik di
negara tersebut. Indonesia sebagai negara yang sedang bergerak menuju negara
maju juga memprioritaskan pelayanan publik sebagai salah satu aspek yang perlu
masyarakat sudah mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu pelayanan yang
kesadaran.
kesehatan, utilitas dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik yang dialami
oleh negara-negara maju pada awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh tekanan
1
2
oleh pemerintah. Pelayanan publik yang dituntut bukan hanya sekedar servis
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Berangkat dari kesadaran
tersebut, rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia baik milik pemerintah
tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung lainnya seperti
dan tepat.
pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Akan tetapi, di satu sisi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai unit organisasi milik pemerintah
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat banyak. Tingginya harga obat dan
alat-alat medis merupakan contoh di mana sistem pelayanan kesehatan yang ada
3
dijangkau masyarakat. Kondisi ini akan memberikan dampak yang serius bagi
setiap hari, likuiditas keuangan merupakan hal utama dan dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dengan biaya yang murah, padahal tidak semua
Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa
sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan bersaing dengan
pelayanan kesehatan alternatif seperti dukun dan tabib. Pada keadaan demikian
pelayanan rumah sakit sebaiknya dikelola dengan dasar konsep manajemen yang
sakit akan berjalan lambat. Hal ini dapat diihat pada perkembangan aspek
buruk karena belum ada pemahaman bahwa sistem keuangan harus berdasarkan
sistem akuntansi yang benar, maka dalam kegiatan organisasi rumah sakit yang
kompleks pengalaman saja tidak cukup, penanganannya tak bisa lagi atas dasar
kira-kira atau selera, hal ini disebabkan oleh sumber daya yang makin sulit dan
mahal, era kompetisi yang menuntut pelayanan prima dan tuntutan masyarakat
terlatih pula secara benar dan tepat. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang
berorientasi pada pasien, dan menjaga mutu pelayanan perlu dengan manajemen
profesional yang handal, dengan demikian segala hal yang diperlukan akan
tersedia dalam bentuk tepat jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran. Walaupun dulu
manajemen banyak sebagai seni dari pada pengetahuan, tapi sekarang ini telah
dari keterpurukan sebagai lembaga jasa yang inferior. Hal inilah yang menjadi
Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat diperlukan
dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau instansi seperti
memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik rumah sakit,
hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi tentang
mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian
kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan
kesehatannya.
merupakan salah satu faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap organisasi
untuk memenangkan persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa
pelayanan kesehatan. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola
pemberian pelayanan yang bagus serta tindakan medis yang akurat dan
Pengelolaan rumah sakit pada masa lalu dipandang sebagai usaha sosial tetapi
rumah sakit itu sendiri. Persaingan global dan perubahan lingkungan mulai
nampak pada pengelolaan rumah sakit swasta multinasional yang terdapat di kota-
kota besar.
merupakan ancaman bagi rumah sakit pemerintah maupun nasional jika tidak
Indikator perusahaan yang selama ini digunakan dalam mengukur suatu kinerja
alat untuk memantau pencapaian suatu organisasi. Dengan adanya indikator ini
dapat juga diketahui tingkat kemajuan dalam suatu organisasi dan dapat dilakukan
Salah satu rumah sakit di Banten ialah Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon merupakan salah satu unit
optimal seperti yang diharapkan, dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam
RSUD Kota Cilegon sebagai rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan, di era
yang ada, seperti terbatasnya sumber daya yang dimiliki dan inventarisasi yang
belum memadai. Di lain pihak secara bersamaan juga dihadapkan pada kondisi
kesehatan yang prima bagi masyarakat perlu disusun visi, misi, tujuan, sasaran,
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon merupakan salah satu Rumah Sakit
profesional dan meningkatkan mutu terus-menerus. Oleh karena itu, RSUD Kota
dalam segi perencanaan, masih ada rencana-rencana yang tidak sesuai dengan
untuk masyarakat, hal ini diperjelas oleh Bapak Agus (Rabu, 04 Maret 2015 pukul
sehingga Bapak Agus melakukan uji laboratorium untuk penyakit yang diderita
orangtuanya harus dilakukan di luar Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.
Hal tersebut juga dipertegas kembali oleh Kasubag Perencanaan dan Pelaporan
RSUD Kota Cilegon (Jumat, 06 Maret 2015) bahwa memang masih banyak alat
kembali.
dilaksanakan dengan sukses. Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon
yang berklasifikasi kelas B, jumlah tenaga medis masih kurang jika dilihat dari
standarisasi jumlah tenaga medis untuk rumah sakit berklasifikasi kelas B. Berikut
jumlah tenaga medis RSUD Kota Cilegon disajikan pada tabel 1.1 dibawah.
8
9
Tabel 1.1
Medik Umum 24 10 - 34
1
Dasar Gigi 2 - - 2
Penyakit
4 - - 4
Medik Dalam
2 Spesialis Anak 4 - - 4
Dasar Bedah 2 - - 2
Obgyn 2 1 - 3
Mata 1 1 - 2
THT 2 - - 2
Syaraf 1 - - 1
Jantung 1 - - 1
Medik
Kulit
3 Spesialis
dan - 1 - 1
Lain
Kelamin
Paru 1 - - 1
Bedah
1 1 - 2
Ortopedi
Jumlah Keseluruhan 59
(Sumber: RSUD Kota Cilegon, 2015)
Dari tabel di atas berdasarkan data yang diperoleh dari pihak rumah sakit
tentang jumlah tenaga medis dalam Pelayanan Medik Dasar berbeda dengan apa
Pasal 11 Ayat 2 yang menyatakan bahwa pada Pelayanan Medik Dasar minimal
harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi
sebagai tenaga tetap sedangkan yang tersedia di RSUD Kota Cilegon memiliki
Dokter Gigi sebanyak 2 (dua) orang sebagai tenaga tetapnya. Sedangkan untuk
spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap, tetapi dalam
RSUD Kota Cilegon masih memiliki kekurangan tenaga medis (dokter spesialis)
pada pelayanan Medik Spesialis Dasar bagian Bedah dan Anak. Sedangkan jika
Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru,
Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik tetapi
dalam RSUD Kota Cilegon masih memiliki kekurangan satu Pelayanan Medik
Pasal 11 Ayat 5 menyatakan bahwa pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus
dengan 4 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda
sedangkan RSUD Kota Cilegon masih kurang dalam hal penyediaan dokter
spesialis yang belum banyak dan kurangnya tenaga medis tetap pada bidang
terutama dokter ahli/spesialis ketika mereka telah sampai untuk berobat dan
11
mereka terpaksa menunggu lama (wawancara dengan Ibu Fitria pada Senin, 12
pihak rumah sakit masih belum cukup untuk pasien terutama dalam hal
(kecuali Instalasi Gawat Darurat) memiliki waktu >60 menit, hal ini dapat
menjadi dampak tidak adanya kepastian pihak pasien dalam menerima pelayanan
yang efektif dikarenakan waktu tunggu yang tidak pasti. Terlebih dalam proses
pelayanan rawat jalan, banyak pasien yang menunggu lama karena loket yang
dibuka hanya satu serta kurangnya tenaga medis yang tersedia dan menyebabkan
pasien menumpuk di ruang tunggu serta tidak adanya tenaga medis pengganti
pengelolaan sumber daya Rumah Sakit yang dilakukan oleh satuan pengawasan
internal belum berjalan dengan baik hal ini ditunjukkan dengan pengawasan
terhadap pengelolaan tenaga medis yang belum mampu melayani pasien secara
maksimal. Serta masih banyak fasilitas, sarana dan prasarana yang belum
Kota Cilegon yang tidak lengkap sehingga pasien harus melakukan tes
laboratorium di luar rumah sakit (wawancara peneliti dengan bapak Agus pada
12
Rabu tanggal 4 Maret 2015 pukul 08.35 WIB). Kemudian sarana prasarana lain
yaitu ruang tunggu pasien, dimana rumah sakit mempunyai keterbatasan kursi di
dalam ruang tunggu tersebut. Adanya pasien yang berdiri saat melakukan
Hal serupa juga terjadi pada ruang bagian pendaftaran dimana keluarga pasien
dikarenakan hanya ada satu loket yang buka padahal di dalam ruang pendaftaran
tersebut ada empat loket yang tersedia tetapi hanya ada satu loket saja yang
berlangsung.
Selain itu, RSUD Kota Cilegon masih belum mendukung fasilitas untuk
penyandang cacat (difabel). Hal ini terlihat dari struktur bangunan yang bertingkat
tetapi masih belum tersedianya lift atau tangga berjalan (eskalator) untuk mereka,
sehingga menyebabkan kesulitan bagi pasien terutama pasien rawat jalan yang
merupakan bagian dari difabel (wawancara peneliti dengan Ibu Sri pada Senin, 12
Januari 2015 pukul 09:00 WIB). Jika dilihat berdasarkan UU RI No. 44 tahun
bangunan rumah sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
yang lebih baik lagi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon dengan
karena kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan saja, tetapi
juga dinilai dari aspek non-keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin
Jika dilihat dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang timbul
diantaranya:
Batasan masalah yang akan diambil dalam penelitian ini adalah manajemen
pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon yang lebih memfokuskan
pada manajemen pengelolaan rumah sakit dalam segi fasilitas dari segi material
maupun non-material, pelayanan serta sarana dan prasarana yang disediakan oleh
Kota Cilegon
terkait
Tirtayasa.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang
Umum Daerah Kota Cilegon sebagai salah satu rumah sakit umum di Banten,
rumah sakit.
“manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agree (melakukan), yang
setelah digabung menjadi kata manage (bahasa Inggris) berarti mengurus atau
orang lain. Pengelolaan juga dapat diartikan sebagai rangkaian pekerjaan atau
15
16
para ahli yang disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut
yang berbeda–beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,
mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab ini maka
organisasi maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan
atau orang lain agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Penekanan pengertian manajemen adalah pada dua kategori yaitu ilmu dan
penerapan ilmu dan seni dalam manajemen merupakan suatu model yang
kemampuan mengelolanya.
adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang ada melalui tindakan-
18
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang dapat diuraikan menjadi
itu. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan),
besar. Sebaliknya, jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk
19
akan termotivasi kalau tujuan ditetapkan jelas, realistis dan cukup menantang
untuk dicapainya.
tujuan ini dapat kita kaji dari beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:
pemiliknya;
a. Tujuan primer;
b. Tujuan sekunder;
d. Tujuan sosial.
memenuhi administrasi;
pencapaiannya;
keseluruhan;
setiap divisi;
manajer.
Hal ini disebabkan latar belakang ahli serta pendekatan yang dilakukan tidak
TABEL 2.1
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI
G. R. TERRY JOHN F. MEE LOUIS A. MC NAMARA
1. Planning 1. Planning ALLEN 1. Planning
2. Organizing 2. Organizing 1. Leading 2. Programming
3. Actuating 3. Motivating 2. Planning 3. Budgeting
4. Controlling 4. Controlling 3. Organizing 4. System
4. Controlling
HENRY HAROLD DR. P. PROF. DRUMAH
FAYOL KOONTS & SIAGIAN SAKIT. OEY
1. Planning CYRIL 1. Planning LIANG LEE
2. Organizing O’DONNEL 2. Organizing 1. Perencanaan
3. Commanding 1. Planning 3. Motivating 2. Pengorganisasian
4. Coordinatin 2. Organizing 4. Controling 3. Pengarahan
5. Controlling 3. Staffing 5. Evaluating 4. Pengkoordinasian
4. Directing 5. Pengontrolan
5. Controlling
W. H. LUTHER LYNDALL F. JOHN D.
NEWMAN GULLICK URWICK MILLET
1. Planning 1. Planning 1. Forecasting 1. Directing
24
kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa
visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang perlu dilakukan
organisasi dimasukkan sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak
dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna
yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek yang
dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran
diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara
26
dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia,
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
berikut:
dalam Hasibuan (2001:96), koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan. Definisi Terry ini berarti bahwa koordinasi adalah
hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
mereka mengetahui hal-hal yang telah dikerjakan oleh bawahan dan mereka
2008:160).
kejadian, lancar tidaknya aktivitas, apakah ada kemajuan atau tidak. Ini kebalikan
dari directing yang datang dari atasan ke bawahan sedang ini dari bawah keatas.
tentang apa yang sedang terjadi kepada atasannya, termasuk menjaga agar dirinya
inspeksi.
analisa terhadap data yang tersedia, potensi oprasional dan kondisi kondisi dimasa
yang akan datang. Forecasting juga mencoba untuk mengetahui lebih dahulu
situasi dari lingkungan sosial di masa yang akan datang dimana perusahaan akan
Facilitating, fungsi fasilitas meliputi pemberian fasilitas dalam arti luas yakni
memberikan kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang ide-ide dari
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
dalam mencapai tujan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat
dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai
(http://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html).
proses melakukan kegiatan tertentu dng menggerakkan tenaga orang lain; (3)
proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
Indonesia).
yang dilakukan oleh rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum (BLU) yang
berikut:
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya. Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit
bersifat nirlaba. Sedangkan Rumah Sakit Privat adalah rumah sakit yang
dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan
dan sumber luar negeri (PMA). Jenis Rumah Sakit yang kedua adalah
Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Khusus (mata,
paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dsb). Jenis Rumah Sakit yang
pemulihan kesehatan;
paramedis;
luas;
34
Kesehatan Anak.
hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca
diantaranya:
Sultan Ageng Tirtayasa yang ditulis oleh Gitry Wulanjani Tahun 2011
Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Serang, pada penelirian
yang digunakan dalam skripsi ini adalah Indikator Kualitas Pelayanan dari
oleh Dewi Ikasari pada Januari 2012 dengan judul Tingkat Standar
mendapatkan bahwa pelayanan rawat inap Rumah Sakit Haji Jakarta sudah
Sakit terdapat tiga (3) indikator yang belum sesuai, yaitu indikator pemberi
pelayanan di rawat inap, jam visite dokter spesialis, serta angka kematian
pasien lebih dari 48 jam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No. ITEM Peneliti A Peneliti B Peneliti C /
Mhs ybs
129/MENKES/SK/II
/2008 tentang
Standar
Pelayanan Minimal
Rumah Sakit dan
Peraturan Menteri
Kesehatan RI No:
340/MENKES/PER/
III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah
Sakit
Nomor
129/MENKES/SK/II
/2008 tentang
Standar Pelayanan
Minimal Rumah
Sakit terdapat 3
(tiga) indikator yang
belum sesuai
yaitu indikator :
pemberi
39
pelayanan di rawat
inap, jam visit dokter
spesialis, angka
kematian pasien
lebih
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam bidang pelayanan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan atau mementingkan
upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan
terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan
Cilegon juga merupakan salah satu unit bisnis pemerintah (sektor publik) yang
optimal tanpa tujuan mencari laba (non profit organization). Untuk memberikan
pengendalian yang baik. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon sebagai rumah
pemikiran ulang tentang bagaimana manajemen pengelolaan yang baik dan dapat
tersebut.
Daerah Kota Cilegon, peneliti menggunakan teori POAC dari G.R. Terry
Controlling. Karena untuk menjadikan sebuah Rumah Sakit yang berjalan dengan
tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-
sama dalam mengelola rumah sakit dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
(Sumber: Peneliti, 2015)
pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon masih belum berjalan optimal dan
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah yaitu objek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek
43
44
akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah Manajemen
Rumah Sakit Umum Daerah di Kota Cilegon, Provinsi Banten. Lokasi penelitian
dipilih karena ingin mengungkap masalah yang terjadi di daerah tersebut serta
nantinya memberi solusi yang berguna untuk perbaikan mutu pengelolaan Rumah
dimensi yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Pada
Umum Daerah Kota Cilegon yang akan diteliti menggunakan teori fungsi
(Terry, 2008:138).
pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-
akan diteliti dalam rincian yang terukur. Adapun dimensi dalam penelitian ini
tenaga medis;
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Fokus Sub Fokus
1. Planning (perencanaan) a. Tujuan;
b. Kebijaksanaan;
c. Prosedur;
d. Rule;
e. Program;
f. Budget;
2. Organizing a. Pembagian kerja;
(pengorganisasian) b. Sistem kerja;
c. Penetapan dan pengelompokan kerja;
d. Tata tertib;
e. Pendelegasian wewenang;
f. Unsur-unsur dan alat-alat organisasi;
g. Penempatan kerja.
3. Actuating (pelaksanaan) a. Pengarahan tujuan;
b. Perintah kerja;
c. Dorongan dan motivasi kerja;
d. Pemecahan masalah.
4. Controlling a. Penentuan standar-standar;
(pengendalian) b. Pengukuran hasil;
c. Membandingkan hasil dengan standar
yang ada;
d. Evaluasi.
(Sumber: Peneliti, 2015)
Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses
pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam
49
penelitian disebut juga instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa pada
dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri (human instrument). Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
terhadap bidang yang diteliti dan kesiapan peneliti untuk memasuki objek
validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman
terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti
dalam penelitian ini antara lain peneliti muat dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No. Kode
Nama Keterangan Kategori Informan
Informan
1 I1-1 Dr. Wakil Direktur RSUD Cilegon Key Informan
Meysuri Bagian Keuangan
2 I1-2 Edi Kepala Subbagian Perencanaan Key Informan
dan Pelaporan RSUD Cilegon
3 I1-3 Hindun Kepala Subbagian Key Informan
Kepegawaian RSUD Cilegon
4 I1-4 Tenaga Kesehatan RSUD Key Informan
Cilegon
5 I1-5 Teti Pegawai/Staf RSUD Cilegon Key Informan
Nurcahyati
6 I2-1 Ardiansyah Kepala Subbidang Key Informan
, SH Pengembangan Karir Badan
Kepegawaian Daerah Cilegon
7 I3-1 Suntani Inspektorat Kota Cilegon Key Informan
8 I4-1 - Badan Pemeriksa Keuangan Secondary Informan
Provinsi Banten (tidak bersedia di
wawancara)
9 I5-1 Sulastri Pasien Rawat Inap (BPJS) Secondary Informan
10 I5-2 Sukardan Pasien Rawat Inap (Non BPJS) Secondary Informan
11 I5-3 Suyatno Pasien Rawat Jalan (BPJS) Secondary Informan
12 I5-4 Septian Pasien Rawat Jalan (Non Secondary Informan
BPJS)
13 I5-5 Agus Masyarakat Sekitar / Keluarga Secondary Informan
Pasien
14 I5-6 Fitria Masyarakat Sekitar / Keluarga Secondary Informan
Pasien
(Sumber: Peneliti, 2016)
Dari tabel diatas peneliti akan menjelaskan peran informan pada penelitian ini:
mengevaluasi kinerja serta semua jenis pelaporan yang ada di Rumah Sakit
pemberhentian pegawai.
52
9. Pasien Rawat Inap, Pasien Rawat Jalan dan Masyarakat adalah sasaran dari
“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu:
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
1. Wawancara
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
No. Dimensi Sub Dimensi
1. Planning a. Tujuan;
(perencanaan) b. Kebijaksanaan;
c. Prosedur;
d. Rule;
e. Program;
f. Budget;
g. Metode;
h. Strategi.
2. Organizing a. Pembagian kerja;
(pengorganisasian) b. Sistem kerja;
c. Penetapan dan pengelompokan
kerja;
d. Tata tertib;
e. Pendelegasian wewenang;
f. Unsur-unsur dan alat-alat
organisasi;
g. Penempatan kerja.
55
2. Pengamatan/Observasi
3. Dokumentasi
Cilegon.
4. Studi Literatur/Kepustakaan
b) Transkip data
c) Pembuatan koding
d) Kategorisasi data
e) Penyimpulan sementara
f) Triangulasi
dokumentasi.
g) Penyimpulan akhir
59
Penyimpulan Penyimpulan
Triangulasi
Akhir Sementara
Gambar 3.1
Proses Analisis Data
(Sumber: Irawan, 2006:5)
menggunakan teknik triangulasi dan member check. Terdapat tiga macam teknik
Adapun pada penelitian ini, teknik triangulasi yang peneliti gunakan adalah teknik
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber
melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih dari satu
60
member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data agar informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Sakit Umum Daerah Kota Cilegon, peneliti sajikan pada Tabel 3.3 dibawah:
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
61
2015 2016 2015 2016 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2018 2018
Sep– Jan– Sep-
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Jan Jun Jul
Des Feb Des
Observasi Data
Pengumpulan
Data Awal
Pengajuan
Judul Proposal
Penyusunan
Proposal
Bimbingan
Proposal
Pengujian
Proposal
Revisi Ujian
Proposal
Analisis Data /
Turun ke
Lapangan
Penyusunan
Hasil Skripsi
Ujian Skripsi
Revisi Ujian
Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Cilegon yang berlokasi di Jalan Raya Merak – Jombang Kali Cilegon. Pada
saat itu masih berada dalam lingkungan dan pembinaan Dinas Kesehatan
Puskesmas:
61
62
RSU Kota Cilegon pada Tanggal 27 April 2001. Ijin Operasional dan SK
ditempatkan pada lokasi di desa Panggung Rawi (Km. 3). Sejalan dengan
Pendidikan.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Milik Pemerintah Kota Cilegon
Propinsi Banten, maka RSUD Cilegon ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas
Kelas III pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon, maka
Biaya Rawat Inap Kelas III di RSUD Kota Cilegon dinyatakan gratis.
4.1.2 Tugas Pokok, Motto dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon
63
Tugas pokok dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon adalah
4.1.3 Visi, Misi dan Strategi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon
Visi dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon adalah menjadi
4.1.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan dalam Rumah Sakit
a) Direktur
baik, efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
menyelenggarakan fungsi :
65
Pelayanan;
penunjang pelayanan;
penunjang pelayanan;
Pelayanan.
Bagian Umum, Bagian Keuangan dan Bagian Perencanaan dan Diklat, membagi
Keuangan, dan Bagian Perencanaan dan Diklat dan memberikan laporan kepada
Perencanaan dan Diklat berjalan dengan baik, efektif dan efisien dan sesuai
Keuangan;
dan Keuangan;
Keuangan;
2. Bagian Keuangan;
oleh peneliti dari hasil penelitian di lapangan. Data ini didapat dari hasil
selama penelitian. Data yang disajikan di bawah ini adalah data yang telah
direduksi. Deskripsi data menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari
dari sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Dalam
Cilegon ini, data didapat lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan orang
69
data utama ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan
tertulis dan melalui alat perekam yang terdapat di dalam handphone yang
dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan data berupa foto adalah
karena foto cukup berharga untuk dapat membantu menganalisis suatu objek
yang sedang diteliti. Selain itu juga foto dapat membantu untuk membuktikan
mana data yang diperoleh berupa deskripif yang berbentuk kata dan kalimat
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah model analisis data
yaitu merubah catatan dalam bentuk tulisan sesuai dengan apa yang ada; 3)
ketika data penelitian memang sudah jenuh, secara lebih jelas dapat dilihat
Penyimpulan Penyimpulan
Triangulasi
Akhir Sementara
Gambar 4.1
Proses Analisis Data
4.2.2 Data Informan Penelitian
Tabel 4.1
Data Informan Penelitian Setelah Observasi
No. Kode Kategori
Nama Keterangan
Informan Informan
1 I1-1 Dr. Meysuri Wakil Direktur RSUD Key Informan
Cilegon Bagian Keuangan
2 I1-2 Edi Kepala Subbagian Key Informan
Perencanaan dan
Pelaporan RSUD Cilegon
3 I1-3 Hindun Kepala Subbagian Key Informan
Kepegawaian RSUD
Cilegon
4 I1-4 Tenaga Kesehatan RSUD Key Informan
Cilegon
71
Pembahasan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
umum daerah di Kota Cilegon, menggunakan teori fungsi manajemen dari G.R
Terry (2008:17) di mana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Actuating (pelaksanaan);
4. Controlling (pengawasan).
72
dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan
yang matang sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan
yang baik adalah yang memiliki manfaat tidak hanya untuk organisasinya saja
“Dari bawah dong. Nah dari bawah , dari unit, instalasi gitu, dari
pelayanan itu dari smr, smr itu seperti apa unit juga tapi dari dokter-
dokter spesialisnya, misalnya bagian dari bagian radiologi langsung ke
bidang penunjang, dari bidang penunjang baru nanti ke perencanaan.
Begitu juga yang lainnya, dari unit, instalasi kemudian unit-unit
instalasi itu berkoordinasi di bidang apa, misalnya iprss, kemudian
sanitasi, kalau itu di penunjang. Unit-unit itu kalau mengajukan
anggaran atau perencanaan ke depan berkoordinasi dengan bidang
73
Direktur
Bagian
Bagian Keuangan Bagian Pelayanan
Perencanaan
Gambar 4.2
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Proses Pengambilan Keputusan
keputusan di "rumah sakit daerah Kota Cilegon diambil bottom up bukan dari top
down, sehingga segala perencanaan yang nantinya akan dibuat dan dituangkan
dalam rencana stragis rumah sakit dapat sesuai dengan kebutuhan yang ada,
Dari hasil wawancara di atas dengan infoman I1-2 dapat dianalisis bahwa
pengambilan keputusan yang dibuat oleh rumah sakit daerah umum daerah kota
cilegon diambil dari bawah ke atas (bottom up), setiap tahun rumah sakit daerah
kota cilegon menyusun rencana dengan melakukan kordinasi dengan PPTK yang
ada yang kemudian adan dituangkan dalam perencanaan rumah sakit daerah kota
cilegon.
manajement, seperti usulan – usulan dari tenaga medis, satff – staaf yang nantinya
akan dikordinasikan kepada kepala bagian atau PPTK yang ada dirumah sakit
daerah kota cilegon lalu di serahkan kebagian perencanaan yang kemudian akan
Gambar 4.3
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
depan rumah sakit yang dirasa oleh beberapa orang untuk saat ini belum terlalu
dibutuhkan dan bukan hal yang mendesak, mengakibatkan pro dan kontra yang
terjadi di sekitar rumah sakit. Kurangnya manfaat atau outcome yang dirasakan
masyarakat dengan adanya tampak muka depan rumah sakit ini. Dijelaskan oleh
“Nah itu sekalian. Dibawahnya tampak muka, lantai 1 lantai 2nya itu
poliklinik. Jadi nanti seperti ada gerbang, kemudian nurse station,
report-report disitu, kemudian banyaklah. Di atas itu poli apa saja, di
lantai 3 nya itu poli apa saja. Karna memang kita itu apa ya dengan
penigkatan kunjungan rumah sakit semakin banyak. Kalo dulu kan
tidak, nah sementara gedungnya ini untuk ruang perkantoran ini. Jadi
nanti poli-poli sudah pindah kesana dan mungkin lantai 2 kita pake
untuk rung perkantoran. Memang kita gak ada lobbyiya tidak ada
76
perkembangan rumah sakit yang begitu cepat membutuhkan identitas agar rumah
sakit daerah kota cilegon dapat dikenal dan diketahui oleh masyarakat daerah kota
cilegon dengan mudah., hal ini diperkuat oleh informan I1-2 seperti berikut:
“Membangun tampak depan, kita kan belum punya depan ini, masih
kaya kumuh gitu ngeliatnya, setidaknyaknya kita punya mukalah, oh
rumah sakit cilegon sekarang jadi kaya gini, kaya di serang jg kan ada
mukanya gt, depannya bagus, sebenernya hanya utk mencirikan saja”
bahwa pembangunan tampak depan rumah sakit daerah kota Cilegon dibangun
agar tidak terlihat kumuh dan terlihat bagus, juga sebagai ciri atau identitas bagi
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon itu sendiri. Kemudian penliti
“Itu untuk khas kita ya, sama kayak halnya rumah sakit - rumah sakit
lainnya punya tampak muka depan juga”
pembangunan tampak depan Rumah Sakit Daerah Kota Cilegon dibuat untuk
membuat ciri atau khas sendiri bagi Rumah Sakit Daerah Kota Cilegon sama
seperti halnya rumah sakit lain di daerah banten memilik ciri khas atau tanda
“Sebenarnya hanya untuk mencirikan saja kalau ini tuh adalah rumah sakit
umum daerah kota cilegon”
bahwa tujuan utama didirikannya bangunan tampak depan Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Cilegon untuk membuat ciri atau tanda tersendiri bagi Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Cilegon, agar mudah dikenali khususnya oleh masyarakat
Cilegon hanya untuk membuat tanda atau ciri tersendiri bagi Rumah Sakit Daerah
Kot Cilegon, manfaat bagi proses pelayanan dirumah sakit adalah untuk
Kota Cilegon.
dalam rumah sakit umum daerah Kota Cilegon kemudian peneliti menanyakan,
78
adakah program yang telah disusun namun belum terlaksanakan atau mendapat
daerah Kota Cilegon yang belum terlaksana adalah pemebangunan tampak muka
depan rumah sakit, kemudian peneliti menanyakan kepada informan lain terkait
program yang belum terlaksana, hal ini dijelaskan oleh informan I1-2;
“Untuk tahun ini baru pembangunan tampak muka depan rumah sakit aja
sih”
tampak depan rumah sakit daerah Kota Cilegon. Kemudian peneliti menanyakan
hambatan apa yang terjadi dalam proses pembangunan tampak depan rumah sakit,
Dari hasil informan di atas dapat diketahui bahwa hambatan yang terjadi
daerah Kota Cilegon, dalam proses pengadaan barang dan jasa ada proses lelang
yang harus dilalui, dalam hal ini rumah sakit umum daerah kota cilegon belum
menemuka pihak ketiga yang sesuai dengan kriteria pembangunan tampak depan
rumah sakit daerah Kota Cilegon. Hal ini diperjelas oleh Informan I1-2;
“Belum ada pihak ketiga yang sesuai dengan ketentuan kita ya, yang kita
minta”
79
pembangunan terkendala karena belum adanya pihak ketiga yang sesuai kriteria
untuk membangun tampak depan rumah sakit daerah Kota Cilegon. Sudah
seharusnya dalam proses pengadaan barang dan jasa unit layanan pelelangan
memilah-milah siapa yang akan menjadi pemenang, agar mendapat hasil yang
terbaik.
terlaksana dan hambatan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan perencanaan
adalah pembangun tampak depan rumah sakit umum daerah Kota cilegon karena
pembangunan tampak depan rumah sakit daerah Kota cilegon. Dalam hal ini
rumah sakit daerah Kota Cilegon sebagai unit layanan pelelangan harus berhati-
hati dalam memilih siapa yang akan mendapatkan lelang tersebut agar pada
pelaksanaanya nanti dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
sebelumnya.
tujuanya secara jelas dan logis, perencanaan meliputi tindakan memilih atau
mencapai hasil yang diinginkan. Penentuan rencana kerja ini dibatasi oleh
faktor penting yang harus dibahas secara matang dan penerapanya harus optimal.
“Anggaran rumah sakit itu dari APBD Kota Cilegon dan APBN”
yang telah disusun oleh rumah sakit bersumber dari APBD Kota Cilegon dan dari
APBN. Kemudian bagaimana agar anggaran yang ada dapat terserap secara efektif
Menurut hasil wawancara dengan I1-1 agar anggaran yang ada dapat
terserap secara efektif dan efisien pelaksanaan penggunaan anggaran harus sesuai
yang tersedia tidak boleh digunakan untuk kegiatan lain. Pertanyaan yang sama
“Ya biar terserap kita harus sesuai dengan apa yang kita inginkan dan
kita butuhkan, keinginan sama kebutuhan kan beda ya, misal
keinginan itu kita ingin mempercantik ruangan, memperindah ruangan
itukan keinginan ya, kalo kebutuhan itu seperti ada salah satu ruang yg
kurang komputernya maka akan kita sediakan, nah itu kebutuhan
namanya, nanti kita tulis, kita rencanakan, ntar kita tuangkan di
perencanaan untuk ke depannya gitu”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis agar anggara dapat terserap
secara efektif dan efisien pihak manajemen sebagai pengguna anggaran harus
menyusun anggaran sesuai dengan kebutuh yang ada dirumah sakit bukan
kebutuhan rumah sakit itu kemudian disususn dalam rencana kerja rumah sakit.
81
memandang kedepan akan akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukan
dimasa yang akan datang. Sehingga dalam pelaksanaanya, manajemen ini tinggal
kebutuhan yang menjadi prioritas utama dan kebutuhan lain. Didalam rumah sakit
daerah Kota Cilegon terdapat Satuan Pengawas Internal (SPI) yang ditunjuk oleh
dan pengawasan secara efektif dan efisien, dalam hal pembangunan tampak muka
pengelolaan rumah sakit dapat diawasi secara efektif dan efisien untuk
menghasilkan kegiatan pengelolaan yang baik dan benar. Terkait hal ini peneliti
“Mestinya tau, jadi ada tembusan mereka melaporkan juga mulai dari
perencanaan sampai tatanan pekerja, tapi untuk sekarang ini belum
ada laporan, bangunan tampak depan belum ada tembusan ke spi
anggaran aja belum tau. Normalnya sih spi tahu, nanti juga ada
tembusanya ke spi”
komunikasi yang baik antara pihak manajemen rumah sakit dengan Satuan
82
Pengawas Internal (SPI), dalam kegiatan perencanaan tampak muka depan rumah
bangunan tampak muka depan rumah sakit, seharusnya Satuan Pengawas Internal
mendapat laporan perencanaan tampak muka depan rumah sakit dari manajem
rumah sakit agar Satuan Internal Rumah sakit dapat melakukan penilaian dan
kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja
sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.
satunya adalah sumber daya manusia yang sangat menentukan suatu keberhasilan
organisasi tersebut, selain itu sumber daya finansial dan sumber daya waktu juga
Sakit Umum Daerah Kota Cilegon?, pertanyaan ini dijawab oleh I1-3;
Kota Cilegon sistem kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu untuk manajemen
kerja reguler senin sampai dengan sabtu sedangkan untuk tenaga medis bekerja
sesuai dengan shif, shift tersebut dibagi menjadi tiga yaitu pagi, siang dan malam.
“Kalo di rs khususnya ruang bersalin kerja team, shift pagi siang dan
malam, dalam satu shift ada ketua teamnya”
bekerja dalam tiga shift (pagi, siang, dan malam), utuk setiap shift di kepalai
oleh ketua shift yaitu kepala perawat. Yang nantinya akan berkordinasi
“Dibagi per shift ya kalo untuk suster, dalam 1 hari 3 shift, Sistem
kerjanya kita per shift itu dari jam 7 pagi smapai 2 siang, dari jam 2 –
21, malam dari jam 21 – 7 pagi”
satu hari kerja untuk tenaga medis dibagi dalam tiga shift kerja, pagi mulai
dari 07.00 sampai dengan 14.00, siang mulai dari 14.00 sampai dengan
21.00, dan malam mulai pukul 21.00 sampai dengan 07.00. Pertanyaan
kerjanya secara reguler, manajemen bekerja dari hari senin sampai dengan
hari sabtu secara reguler. Dari beberapa hasil wawancara penelitian di atas
Kota Cilegon dibagi kedalam dua kelompok kerja yaitu untuk manajemen
bekerja secara reguler senin sampai dengan sabtu sedangkan untuk tenaga
medis bekerja dalam shift yaitu shift pagi, siang, dan malam. Kemudian
“Ya tentu ada. Pegawai kita kan beda-beda ya, ada yang PNS, BLUD
dan TKK, nah kalo PNS itu udh diatur sama pusat jadi kita tinggal
sesuaikan saja, kalau BLUD karna kita yang rekrut, kita yang
berwenang degan mereka, aturan-aturan kita yang buat, kalau TKK itu
dari pemda kota cilegon”
yang mengatur sistem kerja RSUD Kota Cilegon disesuaikan terlebih dahulu
dari mana asal pegawai kemudian nanti aturannya disesuaikan oleh RSUD
peraturan yang mengatur sistem kerja pegawai RSUD Kota Cilegon didasari
oleh peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan peraturan yang dibuat
85
kerja seluruh pegawai RSUD Kota Cilegon sudah ditetapkan oleh top
yang kemudian disahkan oleh Direktur RSUD, setiap pegawai yang ada di
masuk dalam bagian RSUD Kota Cilegon harus menaati peraturan yang
sistem kerja di RSUD Kota Cilegon dapat disimpulkan bahwa, sistem kerja
yang ada dibuat dari latar belakang penerimaan pegawai (PNS, BLUD, dan
menyusun aturan yang mengatur sistem kerja SDM RSUD, aturan tersebut
harus sesuai dengan kebutuhan RSUD Kota Cilegon dan juga harus terjadi
dalam menerapkan sistem kerja tersebut?. Pertanyaan ini dijawab oleh I1-3;
“Sejauh ini tidak ada. Pegawai yang bekerja harus taat dengan
yang ada di RSUD Kota Cilegon harus taat pada peraturan tersebut, karena
“Belum ada masalah sih, peraturanya kan harus ditaati selama tidak
bertentangan dengan kode etik”
87
RSUD Kota Cilegon, peraturan yang ada dapat ditaati oleh pegawai selama
oleh I1-6;
I1-7;
peraturan sistem kerja di RSUD Kota Cilegon, peraturan yang ada menjadi
patokan dalam bekerja jadi peraturan tersebut harus ditaati. Dari beberapa
sistem kerja di RSUD Kota Cilegon tidak memiliki hambatan atau kendala
pekerjaanya, selama peraturan yang ada tidak menyalahi kode etik atau
oleh manajemen agar kebutuhan sumber daya dapat tercukupi dan tepat
dalam melayani pasien di RSUD Kota Cilegon, hal ini dijawab oleh I1-3;
“Ya sesuai dengan latar belakang pendidikan ya, jadi kalo dokter
ya kita tempatin untuk bagian tenaga medis, apoteker bagian
apotek, dan sebagainya”
kerja sudah sesuai dengan latar belakang pendidikannya, dalam satu hari
“Dalam satu shift ada ketua teamnya, ada anggota juga, dalam 1
hari ada 3 shift, jadi bergantian kerjanya”
satu hari kerja dibagi dalam tiga kelompok kerja (tiga shift), masing-masing
shift terdapat ketua teamnya dan anggotanya agar tercipta kordinasi yang
“Itu sudah diatur oleh kepala ruang dan kordinasi dengan kepala
perawat”
kerja diatur atau dibagi oleh kepala ruangan dengan cara berkordinasi
dengan kepala perawat maksudnya tenaga medis yang sedang bekerja dalam
satu shift tugas kerjanya diarahkan oleh kepala ruangan untuk melayani
untuk staff jam kerja ulai pukul 07.00 s/d 14.00 dan untuk tenaga medis tiga
RSUD Kota Cilegon dibagi kedalam kedua kelompok kerja, untuk staff
mulai kerja pukul 07.00 sampai dengan 14.00 susai dengan tupoksi masing-
masing sedangkan untuk tenaga medis dibagi kedalam tiga shift kerja (pagi,
siang dan malam). Dan untuk pengelompokan kerja tenaga medis dalam
I1-3;
“Paling jika ada yang tidak masuk kerja, tapi alasannya harus jelas
kenapa tidak bisa masuk kerja”
dihadapi terjadi ketika salah satu sumber daya manusia berhalangan hadir
karena alasan tertentu, kepala ruang atau kepala perawat harus segera
mencari pengganti yang memiliki fungsi yang sama dengan sumber daya
manusia yang berhalangan hadir kerja. Hal ini ditambahkan oleh I1-6;
“Tidak ada, Cuma mungkin kalo ada yang mau tidak masuk kerja,
dia harus cari pengganti atau kasih tau ke kepala ruangan”
dan pengelompokan kerja terjadi ketika ada salah satu sumber daya manusia
maka sumber daya manusia di RSUD Kota Cilegon harus tercukupi sesuai
dengan surat keputusan direktur, maka ketika ada yang berhalangan hadir
tertib yang diberlakukan dalam RSUD dalam sistem kerja, penetapan serta
oleh RSUD Kota Cilegon sendiri. Pertanyaan serupa peneliti berikan kepada
I1-4;
“Ada, tata tertib kerja seperti jam masuk kerja, jam pulang kerja
dan tata tertib dalam melaksanakan tugas kerja”
tertib di dalam RSUD Kota Cilegon mengatur tentang jam masuk kerja, jam
pulang kerja dan tata tertib dalam melaksanakan tugas kerja. Aturan-aturan
ini harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh pegawai RSUD Kota Cilegon
jawab atas peralatan kerja yang digunakan. Hal ini kemudian ditambahkan oleh
I1-6;
“Iya ada, itu udah ada aturannya dari atas, jam kerja, melayani
pasien dengan bertanggung jawab, tidak tidur saat kerja”
sudah diatur oleh atasan atau pihak management RSUD seperti aturan jam
94
kerja yang harus ditaati, melayani pasien dengan bertangung jawab, serta
tidak tidur ketika sedang bekerja. Karena jam kerja tenaga medis dibagi
dengan shift, pagi, siang, dan malam. Pada saat shift malam tenaga medis
sering tidur oleh karena itu pihak management rumah sakit membuat
bekerja sesuai waktu yang telah ditetapkan, tidak datang terlambat dan tidak
kesehatan hal ini juga berlaku untuk pengunjung RSUD agar tidak merokok
dilingkungan RSUD. Kemudian hal terkait tata tertib ini ditambahkan oleh
“Kalau untuk sistem kerja, terkait disiplin dan tata tertib, itu ada
aturannya, PP 53 Tahun 2010, nah ini juga kita lakukan
sosialisasikan ke semua SKPD bahwa ada PP baru, peraturan
tentang kedisiplinan, itu nanti akan di adopsi oleh semua SKPD
dan akan disesuaikan dengan masing-masing SKPD. Kalau rumah
sakit kan ada aturan lain tentang jam masuk dan jam pulang kantor,
ada jam piket juga, nah itu SKPD sendiri yang buat, tetapi untuk
95
Peraturan Pemerintah 53 Tahun 2010 tentang didiplin kerja pegawai negri sipil
juga Peraturan Walikota, merujuk pada peraturan tersebut RSUD Kota Cilegon
membuat aturan-aturan terkait jam masuk dan jam pulang kantor, juga jam
piket atau pebagian shift kerja, tata cara dalam melaksanakan tugas kerja dan
sangsi kepada pegawai yang tidak mematuhi dan melaksanakan tata tertib yang
oleh I1-3;
“Tiap-tiap unit pasti ada atasannya ya, prosedurnya kepala unit itu
yang mendelegasikan wewenang ke staff-staff bawahannya,
biasanya ada perintah atau wewenang dulu gitu misalnya dari pak
direktur, nanti kepala-kepala unit, kasubag sampaikan lagi ke staff-
staffnya, perintahnya di susun oleh bagian kepegawaian sesuai
dengan kulifikasi kerjanyan dalam surat pertintah kerja yang
disahkan pak direktur”
sesuai dengan kemampuan atau kualifikasi sumber daya manusia yang ada di
RSUD Kota Cilegon yang dituangkan dalam bentuk surat perintah kerja yang
96
telah disahkan dan di tanda tangani oleh direktur RSUD yang kemudian di
sampaikan kepada kepala unit atau kepala bagian yang kemudian di berikan
kepada staff atau anggota kerja dibawahnya. Kemudian pertanyaan yang sama
kerja yang berbeda, apa dan bagaimana cara kerja disesuaikan dengan
tangani oleh dokter yang bertugas. Wewenang diberikan harus sesuai dengan
memberikan dan untuk siapa wewenang itu diberikan. Hal ini ditambakan
oleh I1-6;
“Dari atasan langusng ya, kalau kita suster ya dari kepala suster
atau dokter, misalnya kapan kasih obat, ganti infus, cek kondisi
pasien”
pasien, hal ini diatur oleh kepala perawat atau dokter yang menangani yang
kemudia dilimpahkan kepada suster atau perawat yang sedang bertugas. Hal
perintah kerja, dibagian mana dan apa saja yang harus dikerjakan oleh
pegawai sudah diatur dalam surat perintah kerja. Hal ini diperkuat oleh I1-2;
sumber daya manusia, di bagian mana pegawai ditempatkan dan apa saja
pelayanan yang dituangkan kedalam bentuk Surat perintah kerja (SPK) yang
dokter langsung ke tenaga perawat atau bidan dengan surat persetujuan dokter
dokter bersangkutan.
berupa rumah sakit ini?. Rumah sakit sebagai penyedia layanan publik
market). Man adalah sumber daya manusia pada RSUD baik itu pihak
money, Uang atau anggaran menjadi alat perencanaan artinya anggaran yang
RSUD (berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh), dan
tempat tidur pasien dan lain-lain, machine adalah alat-alat kesehatan yang
menciptakan pelayanan kesehatan yang baik dan market karena RSUD adalah
masyarakat Cilegon adalah tujuan yang harus diciptakan oleh RSUD Kota
yang melayani masyarakat, dan budget atau anggaran yang berfungsi sebagai
dasar untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai
perencana, alat kordinasi, alat pengawasan, dan sebagai pedoman kerja dalam
dua kategori, penempatan pegawai negeri sipil dan pegawai badan layanan
umum daerah. Untuk pegawai negeri sipil proses seleksi dan besaran gaji
sedangkan untuk pegawai BLUD pihak RSUD Kota Cilegon sendiri yang
mengatur tahapan seleksi dan besaran gaji yang diberikan, RSUD Kota
di RSUD Kota Cilegon untuk tenaga medis penetapan kerjanya sudah sesuai
masih ada ketidak sesuaian antara pekerjaan dengan kualifikasi yang dimiliki
yang diminta oleh RSUD Kota Cilegon kepada Badan Kepegawaian Daerah
formasi yang telah diajukan, kemudian dengan dikeluarkan SK PNS dan surat
102
perintah kerja dari RSUD Kota Cilegon maka pegawai tersebut bekerja di
Gambar 4.5
Proses Penyusunan Formasi
pegawai RSUD Kota Cilegon sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan
diseleksi dengan kebutuhan RSUD dengan melihat alokasi tenaga kerja yang
oleh I1-4;
“Untuk dokter kan itu sudah memang memliki basic ya, jadi
sesuai penempatannya dengan keahliannya. Kan gak mungkin
juga dokter penyakit dalam ditempatkan menjadi dokter anak”
dokter penyakit dalam tidak dapat ditempatkan di poli anak, atau bagian
seperti pada tenaga medis, bidan yang memiliki ruang lingkup kerja pada bayi
dan anak (ruang bersalin, bayi, dan nifas) dalam beberapa kasus masih ada
104
bidan yang ditempatkan diluar dari ruang lingkup pekerjaanya seperti bidan
pegawai negri sipil sudah sesuai dengan kebutuhan dan keahlinya, namun
pekerjaannya, seperti pada tenaga medis bidan terjadi penempatan yang tidak
bersalin, anak, dan nifas namun terjadi penempatan di bagian umum dan
Apakah masih terdapat kekurangan pegawai, yang kemudian dijawab oleh I1-
1;
105
Cilegon, tenaga kerja yang kurang ini pada posisi tenaga medis. Tenaga
bahwa masih terjadi kekurangan pegawai di RSUD Kota Cilegon, hal ini
dikarenakan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak ada penambahan
dengan pertanyaan penelitian pegawai dalam bidang apa yang masih kurang?.
diketahui bahwa tenaga kerja yang masih kurang di RSUD Kota Cilegon
adalah tenaga medis khususnya dokter spesialis penyakit dalam. Hal ini
kerja, untuk tenaga medis RSUD Kota Cilegon yang kurang adalah dokter
spesialis, suster dan apoteker, dan untuk bagian perkantoran atau manajemen
Tabel 4.1
JUMLAH TENAGA MEDIS RSUD KOTA CILEGON
Jumlah
Jumlah
No Nama Pendidikan sesuai Kekurangan Ket.
Tersedia
PMK
Medik Umum 34 12 √
1
Dasar Gigi 2 4 2
Medik Penyakit
2 4 3 √
Spesialis Dalam
107
Dasar Anak 4 3 √
Bedah 2 3 1
Obgyn 3 3 √
Mata 2
THT 2
Syaraf 1
Jantung 1
Paling
Kulit &
1 sedikit
Kelamin
berjumlah belum
Medik Kedokteran
- delapan sesuai
3 Spesialis Jiwa
pelayanan dengan
Lain Paru 1
dari tiga PMK
Orthopedi 2
belas
Urologi - pelayanan
Bedah
-
Syaraf
Bedah
-
Plastik
Forensik -
Paling
Spesialis
- sedikit
Bedah
berjumlah sudah
Medik
Penyakit dua sesuai
4 Sub 4
Dalam pelayanan dengan
Spesialis
Kesehatan dari mpat PMK
4
Anak subspesialis
Obgyn 2 dasar
5 Medik Anestesi 3 2 - √
108
Spesialis Radiologi 2 2 - √
Penunjang Patologi
1 2 1 -
Klinik
Patologi
- 2 2 -
Anatomi
Rehabilitasi
1 2 1 -
Medik
oleh I1-1;
“Ya kita harus rekrut pegawai baru, Ini juga sebenernya kita lagi
minta beberapa dokter spesialis ke BKD, katanya sih datengnya nanti
awal tahun depan, karna mereka lagi pelatihan dulu sekarang.”
cilegon harus segera merekrut pegawai baru, salah satu caranya adalah
bukan pegawai negeri sipil RSUD Kota Cilegon mencari sendiri, proses dan
2;
“Kalo di RSUD kan ada tiga jenis pegawai, pertama yg uda PNS itu
yang berwenang menempatkan dari pihak BKD langsung, kedua
BLUD bagian yang berwenang ada direktur, wakil direktur bagian
umum & kepegawaian, dan kepala subbagaian kepegawaian RSUD,
ketiga TKK yg berwenang itu PEMKOT Kota Cilegon sendiri dan
direktur”
110
Cilegon ada beberapa pihak yang berwenang, untuk pegawai negeri sipil yang
direktur RSUD, Wakil Direktur bagian umum dan kepegawaian dan kepala
“Untuk PNS BKD dan BLUD RSUD Kota Cilegon sendiri. Karena
RSUD kan memiliki wewenang untuk merekrut sendiri pegawai dari
yang bukan PNS, dan itu banyak ya jenisnya ada BLUD, TKK, THL,
dan lain-lain”
pegawai adalah RSUD Kota cilegon itu sendiri, untuk pegawai TKK dan lain-lain
yang berwenang menenmatkan ada pemerintah Kota Cilegon dan RSUD Kota
I1-1;
pegawai dan mencari pegawai untuk pegawai BLUD dan TKK dan juga
berkordinasi dengan badan kepegawaian Kota Cilegon untuk pegawai negeri sipil.
pegawai adalah Badan kepegawai daerah Kota Cilegon untuk pegawai negeri
sipil, sedangkan untuk pegawai yang bukan berstatus pegawai negeri sipil bagian
diketahui bahwa terjadi kordinasi antara RSUD Kota Cilegon dengan badan
kepegawai daerah Kota Cilegon terkait pegawai yang berstatus pegawai negeri
terjadi kordinasi yang baik anatara RSUD Kota Cilegon dengan badan
pusat agar pada periode pengangkatan yang akan datang formasi pegawai
113
urusan penambahan tenaga kerja pegawai negeri sipil. Kemudian lebih rinci
“Pertama kita cari dulu tenaga apa yang kita butuhkan, kita catet, trus
kita laporkan ke BKD, BKD yang memproses itu ke pusat, nanti kita
tinggal tunggu aja konfirmasi lagi sama kita”
Proses koordinasi yang terjadi antara RSUD Kota Cilegon dan badan
tenaga kerja yang ada yang kemudian diberikan atau dilaporkan ke bagian
“Karna semua yang terkait dengan pegawai itu BKD yang mengelola
jadi permasalahan personil di RSUD maupun SKPD lainnya itu selalu
diajukan ke BKD, yang pertama itu permohonan pengadaan
pegawainya, terus kenaikan pangkat, terus penempatannya, terus
permohonan pindah/mutasi”
penambahan tenaga kerja yang diajukan oleh RSUD Kota Cilegon kepada
ingin secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 2008:138).
daya manusia lebih difokuskan kepada berapa jumlah orang yang menjalankan
kebijakan tersebut, kualitas sumber daya manusia tersebut, dan juga kinerja
manajemen agar tujuan organisasi dapat berjalan sesuai dengan apa yang sudah di
“Karna rumah sakit itu luas sekali ya, biasanya pengarahan tujuan
dilakukan di tiap-tiap unit, misal kepala unit radiologi menyampaikan
arahan tertentu ke stafnya, kalo untuk kepala ruangan misalnya memberi
pengarahan untuk perawat-perawat”
tidak hanya dilakukan oleh Direktur RSUD Kota Cilegon, pengarahan juga
diberikan oleh kepala unit kepada staff atau bawahanya. Karena rumah sakit
diharapkan akan tepat sasaran sehingga tujuan organisasi yang diinginkan dapat
yang dilakukan di RSUD Kota Cilegon dilakukan secara top down, pengarahan
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Berikut peneliti gambarkan dalam bentuk
Top management
(Direktur/Pimpinan)
Middle management
(Kepala Bagian, Kepala
Seksi, Kepla Unit, Kepala
Ruangan, dll)
Gambar 4.6
Tingkatan Manajemen Berdasarkan Tanggung Jawab
*Ket: Semakin tinggi jabatan seseorang, maka jumlah akan semakin sedikit,
sedangkan tugas dan tanggung jawabnya akan semakin besar. Sedangkan semakin
rendah jabatan seseorang, maka jumlah pemegang jabatan tersebut akan semakin
oleh atasan ke bawahan maupun antar lini dalam melayani pasien. Hal ini di
“Tiap hari kan kita ada apel pagi, disitu sering dikasih arahan langsung
sama atasan”
diberikan oleh pimpinan diberikan setiap apel pagi diberikan secara langsung agar
Sakir Umum Daerah Kota Cilegon dalam menjalankan tugas dan fungsi untuk
melayani masyarakat atau pasien secara efektif dan efisien. Hal ini ditambahkan
oleh I1-3;
“Ada apel pagi, briefing juga, kadang kita juga rapat langsung dengan
direktur”
117
apel pagi ada juga briefing antara kepala unit dengan bawahan atau tenaga medis
yang diberikan sebelum memulai suatu pekerjaan hal ini bertujuan untuk
kesalahan sumber daya manusia yang ada di RSUD Kota Cilegon. Selain itu ada
juga rapat dengan direktur untuk mengevaluasi apakah pengarahan yang diberikan
kepada sumber daya yang ada di RSUD kota cilegon sudah dilaksanakan dengan
“ Tidak ada”
dilaksakan dengan baik oleh organisasi dengan baik, hal ini dipertegas oleh
wawancara dilanjutkan dengan adakah perintah kerja dalam rumah sakit ini, jika
ada apa bentuk perintah kerja tersebut, lisan atau tulisan? Dijawab oleh I1-1;
“Ya itu tadi seperti di apel pagi, kita kasih arahannya langsung secara
lisan, juga kepala bagian masing-masing kasih secara langsung”
Dari hasil wawancara di atas perintah kerja yang diberikan secara lisan,
perintah kerja diberikan ketika apel pagi, dan perintah kerja juga diberikan secara
“Ada yang lisan, ada juga yang tertulis. Kalo lisan ya semacam rapat-rapat,
kalo tertulis via memo atau pemberian surat perintah kerja langsung dari
direktur”
perintah kerja yang diberikan oleh manajemen atau atasan dari RSUD Kota
Cilegon. Bentuk pengarahan yang diberikan berupa lisan dan tertulis, dalam
bentuk lisan pengarahan diberikan di pada saat rapat atau apel pagi, sedangkan
dalam bentuk tulisan diberikan secara memo atau surat perintah kerja yang
Adakah motivasi kerja yang diterapkan di rs cilegon, jika ada berupa apakah
motivasi tersebut? Materi atau non materi. Pertayaan wawancara ini kemudian
Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa RSUD Kota
penilaian kerja kepada pegawainya, bentuknya berupa materi dan non materi.
Dalam bentuk materi ada insentif yang diberikan kepada pegawai-pegawai terbaik
di RSUD Kota Cilegon, sedangkan yang berupa non materi adalah dorongan-
dorongan semangat kerja dan ucapan terima kasih kepada pegawai, untuk
“Ada, kalau dari materi, kita beri insentif tambahan, untuk nonmaterinya,
kita beri dukungan ke pegawai”
motivasi kerja dalam bentuk materi dan non materi. Dalam hal materi RSUD Kota
Cilegon memberikan dalam bentuk insentif atau bonus kepada pegawai yang
berprestasi, sedangkan dalam bentuk non materi RSUD Kota Cilegon memberikan
“Dibahas dalam rapat atau briefing untuk dicari solusinya dan langsung
disampaikan”
terjadi di RSUD Kota Cilegon dilakukan melalui rapat-rapat dan brifing. Rapat
tersebut mencari masalah apa saja yang muncul di RSUD Kota Cilegon kemudian
120
“Kita sering agendakan perminggu itu ada rapat atau briefing, untuk
sharing masalah-masalah yang terjadi di rumah sakit, terus kita cari jalan
keluarnya bersama-sama”
untuk mencari masalah yang terjadi dan mencari jalan keluarnya dari masalah
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek
yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju
penyimpangan yang tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-
langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry,
2008:166).
121
manajemen yang sama pentingnya dengan fungsi yang lain, kendati dibeberapa
Pengendalian atau pengawasan ini pada dasarnya menjaga agar kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan yang diharapkan. Pada
penelitian ini peneliti menanyakan apa saja fungsi Satuan Pengawas Internal (SPI)
“yang diawasi oleh SPI itu bidang atau kerjaan yang meliputi
pelayanan dan keuangan, kalo di pelayanan yah rawat inap, rawat
jalan, rekam medis, farmasi, lab. Dan kalo keuangan semua
aspeknya.”
yang mencakup semua aspek dari rawat inap, rawat jalan, rekam medis, farmasi,
ketiga hal tersebut sebenarnya fungsi tugas Inspektorat secara general yang
122
dilakukan bukan hanya kepada RSUD Kota Cilegon tetapi diterapkan kepada
Gambar 4.7
Tahap Fungsi Pengawasan Inspektorat
fungsi pengendalian RSUD Kota Cilegon sudah dilakukan oleh dua pihak pertama
SPI dan yang kedua Inspektorat. Masing-masing memiliki peran dan fungsi yang
kurang lebih sama, hanya SPI merupakan unit di dalam struktur organisasi RSUD
sendiri sedangkan Inspektorat adalah unit eksternal atau diluar struktur organisasi
RSUD. Adapun aspek yang diawasi yaitu Pelayanan dan Keuangan. Kemudian
peneliti menanyakan hal apa saja yang telah dilakukan SPI dan Inspektorat dalam
kegiatan RSUD Kota Cilegon. Hal yang sama diajukan kepada I3-1
menjalankan fungsi pengawasan baik yang dilakukan oleh SPI maupun oleh
telah dilakukan oleh SPI dan Inspektorat yakni mengevaluasi pelayanan dan
mengajukan pertanyaan mengenai prosedur apa yang harus dilalui oleh SPI dan
“Melalui Surat Penugasan yang dibuat oleh Ketua SPI dan diserahkan
kepada Staff SPI yang menjalankan tugas pengawasan, misal
pengawasan keuangan prihal penggunaan atau penyusuna
laporannya.”
Dari wawancara di atas diketahui bahwa Prosedur yang diterapkan
melalui Surat Penugasan Ketua SPI yang diserahkan kepada Staff yang
pengawasan yang dilakukan oleh kedua unit audit tersebut berbeda satu dengan
lainnya, jika SPI hanya berdasarkan Surat Perintah atau penugasan saja, berbeda
“Jadi kita punya program kerja namanya rencanan kerja tahunan dan
rencana kerja semesteran yang ditanda tangani oleh direktur, jadi
direktur sudah mengetahui dari awal pekerjaan SPI itu, program kerja
itu sudah tahu yang mau dilaksanakan itu audit, evaluasi kerja SPI,
misalnya bulan ini audit keuangan, bulan depan audit yang lain.”
125
atas yakni SPI melaporkan rencana kerja tahunan kepada direktur, sehingga
sebenarnya pihak direktur mengetahui kapan atau agenda apa saja yang akan
proses pengendalian yang dilakukan oleh SPI dan Inspektorat, di mana SPI hanya
dengan RSUD Kota Cilegon tercangkup melalui satuan unit di struktur RSUD, di
penerima hasil laporan SPI, dan koordinasi SPI dengan Inspektorat pun berjalan
dengan baik hal tersebut di lihat dari penjelasan di atas yang menyatakan bahwa
SPI menjelaskan kegiatan mana saja yang telah di audit sehingga tidak menjadi
double job oleh Inspektorat dan hal ini bisa dikatakan efisien. Hal yang sama pun
selalu berkoordinasi secara horizontal dengan mitra terkait yakni SPI dan RSUD
bahwa Koordinasi antara RSUD dengan SPI dan Inspektorat berjalan baik hal
tersebut sebagaimana disampaikan oleh I1-8 dan I3-1 bahwa koordinasi tersebut agar
dalam mengawasi rumah sakit? Dari beberapa pihak yang berwenang melakukan
127
I1-8
“Ada Dewan Pengawas, Seperti yang sudah saya jelaskan tadi ya, SPI
itu berkoordinasi dengan dewan pengawas untuk mengaudit rumah
sakit.”
yakni Dewan Pengawas dan SPI pun pasti berkoordinasi dengan Dewan Pengawas
karena terdapat pelaporan kegiatan pengawasan yang disampaikan. Hal yang sama
penyelenggaraan daerah salah satunya yakni RSUD Kota Cilegon, dan Inspektorat
sebelumnya.
yang berwenang dalam melakukan pengawasan yaitu Dewan Pengawas dalam hal
ini SPI sebaga pelaksananya, dan Inspektorat sebagai pengawas ekternal, yang
128
pelaksanaan pengawasan tidak pasti atau bersifat tentatif karena direktur yang
“Waktunya tidak pasti kapan (bisa kapan saja), ada dua metode dalam
proses pengawasan, pengawasan langsung dan pengawasan tidak
langsung. Pengawasan langsung dilakukan secara pribadi oleh
pimpinan atau tim pengawas secara langsung ke lapangan (inspeksi).
Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-
laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis.”
Dari penjelasan di atas, sifat tentatif mengenai waktu sama hal nya
dengan SPI yakni tidak pasti waktunya. Hanya saja jika Inspektorat menjelaskan
hal keuangan.
pelaksaan secara pasti atau bersifat tentatif karena pada dasarnya pengawasan
yang baik tersebut tidak diketahui oleh pelaksana pelayanan sehingga kinerja yang
129
saran atas hasil evaluasi pelayanan dan keuangan RSUD Kota Cilegon, namun
untuk hal perencanaan SPI tidak bisa memberikan saran atau masukan. Hal yang
memberikan saran kepada RSUD Kota Cilegon, dan hanya terbatas sebagai
pengawas atau audit saja, adapun hasil dari pengawasan tersebut disampaikan
dilihat dari struktur dan fungsi memang SPI berada di dalam pengawasan internal
yang sudah sepatutnya dapat memberikan saran langsung kepada Direktur, Dewan
Pengawas, Manajemen, dan Pihak terkait yang berada di lingkungan RSUD Kota
yang bersifat eksternal dinilai sebagai penilai atas dasar hasil audit pengawasan
oleh karena itu yang berhak memberi saran atas hasil penilaian tersebut yakni
130
Wali Kota. Peneliti menanyakan kembali terkait jika melihat jumlah tenaga medis
di RSUD Kota Cilegon memang sudah cukup banyak, namun ada beberapa yang
masih belum sesuai dengan jumlah yang seharusnya ada dalam PERMENKES
“SPI pada dasarnya mengetahui hal itu, Cuma memang kami hanya
sebatas mengetahui adapun solusi terkait itu kembali lagi kepada
pimpinan dalam hal ini Direktur RSUD, Mudah-mudahan kedepanya
dapat teratasi.”
Dari keterangan yang disampaikan di atas dapat diketahui bahwa SPI
mengetahui bahwa terdapat kekurangan tenaga medis di RSUD Kota Cilegon atau
belum sesuai dengan ketentuan Permenkes Nomor 340, namun wewenang SPI
hanya sebatas mengetahui kondisi tersebut, dan tidak bisa mengambil suatu
kebijakan atau wewenang lebih lanjut. Hal yang sama disampaikan oleh I3-1
Dari apa yang disampakan oleh I3-1 di atas, dapat diketahui bahwa
medis yang belum cukup sesuai Permenkes Nomor 340, namun sama seperti hal
berkoordinasi dengan BKD apabila dirasa perlu untuk menamba tenaga medis.
tertentu yang jumlahnya belum sesuai dengan Permenkes Nomor 340, Hal ini
disadari pula bahwasanya kondisi tersebut tidak dapat diatasi oleh kedua unit ini
Cilegon seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan admnistrasi?
langsung menjalani proses pelayanan. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-2
“Ga tau, yang ngurus orang tua, saya kan kondisinya lagi sakit”
tidak langsung menjalani proses pelayanan. Hal yang sama kembali ditanyakan
kepada I5-3
kepada I5-4
132
“Tergantung antrian mba klo ini, klo lagi sedikit yang ngantri bisa
cepat”
Alur pelayanan pasien rawat jalan dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar 4.7
Alur Rawat Jalan
diakibatkan informan datang pada pukul 7 pagi, sedangkan loket dibuka pukul 8
133
pagi. Sehingga ada waktu tunggu selama satu jam. Dan Informan menyatakan
bahwa terkadang loket buka tidak tepat waktu yang ditentukan. Terkahir hal yang
“Wah saya sih ga ngitung berapa lamanya, saya juga baru dateng, baru
ambil nomer antrean, ini uda rame aja”
Pernyataan di atas, seperti hal nya penjelasan yang telah disampaikan oleh
informan I5-4 bahwa kondisi dan situasi jumlah pasien menjadi indikator penyebab
penyebab lama atau tidaknya waktu pelayanan, dan faktor penyebab waktu
mengajukan pertanyaan terkait apakah anda sering berobat disini? Dijawab oleh
I5-1
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Informan I5-1 sering berobat
sampai 3 kali berobat di RSUD Kota Cilegon. Hal yang sama pula ditanyakan
kepada I5-3
Kota Cilegon dikarenakan dekat dengan rumahnya. Hal yang sama ditanyakan
kepada I5-4
Dari pernyataan di atas, Informan I5-4 tidak sering berobat di RSUD Kota
Cilegon, dan mengharapkan yang terakhir untuk dirawat atau berobat di RSUD
yang menyatakan tidak sering berobat ke RSUD Kota Cilegon. Terakhir hal yang
“Bukan saya yang berobat, bapak saya check up hari ini, minggu lalu
dirawat di sini.”
Dari pernyataan di atas, tidak dapat jawaban seberapa sering atau tidaknya
mengantar atau menemani orang tuanya yang sudah dirawat atau check up.
bervariasi jawabannya terdapat dua informan yang sering dan selebihnya tidak,
yang sering dikarenakan dekat dengan rumah, dan yang tidak sering karena
“Karena saya udah percaya sih ya, dari dulu keluarga juga disini aja”
pelayanan kesehatan dari RSUD Kota Cilegon dan rekomendasi dari keluarga
mempengaruhi alasan informan untuk berobat di RSUD Kota Cilegon. Hal yang
Kota Cilegon sama hal nya dengan informan sebelumnya yakni, lokasi RSUD
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ada suatu pasien dirujukan
ada suatu hal yang tidak bisa ditangani oleh tim di Puskemas, pernyataan tersebut
136
berbeda dengan tanggapan informan sebelumnya. Hal yang sama pula ditanyakan
kepada I5-5
Dari parnyataan di atas, sama dengan pernyataan I5-2 dan I5-3 sebelumya
yakni mengenai lokasi RSUD yang berdekatan dengan rumah. Hal yang sama
Kota Cilegon dikarenakan rujukan dari Puskemas hal ini sama percis dengan apa
bahwa setidaknya ada dua alasan mengapa pasien beroba di RSUD Kota Cilegon,
yang pertama yakni karena lokasi yang berdeketan dengan rumah, dan kedua
“Bagus kok”
RSUD Kota Cilegon sudah tergolong bagus. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-
“Gatau, bukan saya yang ngurus. Tapi kayaknya sih cepet, soalnya saya
cepet dapet kamarnya”
administrasi RSUD Kota Cilegon termasuk dalam kategori bagus, didasari salah
137
satunya yakni cepat mendapatkan kamar untuk pasien. Hal yang sama
“Ya biasa pelayanan admistrasi mah gitu gitu aja, siapin ktp, kartu bpjs
terus ngantri”
“Biasa mba klo itu, klo udah punya KIB sih tinggal daftar mau ke poli apa
sesuai sama keluhanya, terus nanti diarain ke dokternya terus nunggu
panggilan.”
penggunaan KIB yang sudah bisa langsung daftar. Hal yang sama ditanyakan
kepada I5-5:
RSUD Kota Cilegon dinilai kurang bagus oleh informan dengan alasana daftar
tunggu yang banyak dan waktu antri yang lama. Hal yang sama ditanyakan
kepada I5-6:
“Ribet sih, uda ada surat check up tapi masih tetep ambil nomer
pendaftaran juga”
RSUD Kota Cilegon dinilai sulit dengan alasana sudah ada surat check up tetapi
dikarenakan daftar tunggu antrian yang lama. Peneliti menanyakan tentang apakah
sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon memadai, dijawab oleh I5-1
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana RSUD
Cilegon termasuk dalam kategori lengkap untuk ukuran pribadi informan, hal
Kota Cilegon cukup memadai. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-3
“Cukup, lumayanlah”
RSUD Kota Cilegon dinilai cukup memadai. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-
4 seperti berikut:
“Kurang sih kalo kata saya, soalnya saya ini padahal uda dateng pagi tapi
ga dapet tempat duduk buat nunggu panggilan nomer.”
sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon dinilai kurang memadai, dengan
“Kurang, alat lab nya kurang, saya masih harus ke luar, ke biomed untuk
periksa sisanya, karna alatnya ga ada disini”
RSUD Kota Cilegon dinilai kurang memadai dengan alasan peralatan kesehatan di
Dari enam hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana di RSUD Kota Cilegon memiliki jawaban yang variatif dengan empat
bagaiman kondisi sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon, dijawab oleh I5-1:
prasarana di RSUD Kota Cilegon dinyatakan atau dinilai bagus, bersih, dan rapih
memperhatikan terkait kondisi sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon, hal
sarana dan prasarana masih tergolong layak pakai. Hal yang sama pula ditanyakan
kepada I5-4
tunggu di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus karena kondisi ruangannya masih
Dari penyataan di atas dapat diketahui bahwa kondisi sarana dan prasarana
dinilai masih bagus walaupun terdapat prasarana seperti kursi yang masih kurang.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang
mengenai kondisi sarana dan prasaran di RSUD Kota Cilegon tergolong baik hal
ini diperkuat dari ruang pelayanan yang masih baru dan nyaman. Peneliti kembali
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tindakan tenaga medis baik
yang dilakukan oleh dokter maupun perawat dinilai baik oleh informan. Hal yang
RSUD Kota Cilegon dinilai baik oleh informan, hal serupa peneliti tanyakan
kepada I5-3
RSUD Kota Cilegon dinilai baik dan tepat dalam menangani pasien oleh
RSUD Kota Cilegon dinilai bagus dan cepat dan dirasa sesuai dengan keluhan
yang dirasakan oleh pasien. Hal yang sama ditanayakan kepada I5-5
“Gak tau, saya kan baru daftar ini, belum ketemu juga sama dokternya.”
informan I5-5 menyatakan ketidak tahuan nya terhadap kinerja tenaga medis di
RSUD Kota Cilegon dikarenakan baru sebatas daftar untuk berobat sehingga
belum dapat menilai tentang tenaga medis tersebut. Hal yang sama ditanyakan
kepada I5-6
RSUD Kota Cilegon dinilai bagus oleh informan, walaupun terdapat catatan
bahwa perawat yang bekerja pada shift malam dinilai berisik karena berdiskusi
atau ngobrol.
142
Dari keenam pernyataan yang telah dinyatakan oleh informan di atas dapat
disimpulkan bahwa tindakan tenaga medis baik dokter maupun perawat yang
berada di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus oleh Informan. Selanjutnya peneliti
“Iya, pertama kali saya ketemu pasti ditanya dulu sakitnya yg mana aja”
Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit
dibagian tubuh mana saja. Hal yang sama peneliti tanyakan kepada I5-2
atau informan mengenai keluhan atau sakit dibagian tubuh mana saja. Hal yang
“Iya mba, klo ngga nanya tau saya sakit dari mana, kan dokter nanya
dulu keluhanya baru ngasih tindakan”
Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit
dibagian tubuh mana saja. Hal yang sama peneliti tanyakan kepada I5-4
“Iya mba nanya dulu sakitnya apa, sakitnya dibagian apa gitu-gitu”
Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit
dibagian tubuh mana saja. Hal yang sama peneliti tanyakan kepada I5-5
143
Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit
di RSUD Kota Cilegon dalam memeriksa pasien selalu menanyakan keluhan atau
di bagian tubuh mana yang dirasa sakit. Peneliti kembali mengajukan pertanyaan
responsive dengan dinyatakan bahwa jika terdapat sesuatu hal pihak RSUD
langsung memberikan informasi kepada pasien atau keluarga pasien. Hal yang
keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus. Hal
keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus dengan
“Baik, tadi saya nanya terus dikasih tau harga kelas-kelas kamar klo mau
dirawat inap disini untuk pasien non bpjs”
keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus dengan
alasan informasi yang disampaikan jelas mengenai tarif atau biaya yang
“Ga tau”
keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon. Hal yang sama
“Bagus, soalnya disini ada alat lab yg gada, dikasih tau langsung ke
biomed”
dikarenakan jika ada kendala seperti rujukan ke lab di luar RSUD diberi
informasi.
Kota Cilegon dapat dinilai dalam kategori baik atau bagus dengan beberapa alasan
145
keluarga pasien. Pertanyaan terakhir peneliti tanyakan mengenai apakah obat yang
berada di RSUD Kota Cilegon ini sudah lengkap ? dijawab oleh I5-1
“Sejauh ini kalo saya berobat disini, obat yg saya terima ada terus”
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan obat di RSUD
Kota Cilegon dinilai sudah lengkap dan mencukupi. Hal yang sama ditanyakan
kepada I5-2
“Iya lengkap”
Kota Cilegon dinilai sudah lengkap, pernyataan ini sama dengan pernyataan yang
disampaikan oleh informan sebelumya. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-3
“Selama ini sih lengkap, obat yang dibutuhkan buat saya ada terus”
Kota Cilegon dinilai sudah lengkap, dengan alasan obat yang dibutuhkan selalu
Kota Cilegon dinilai sudah lengkap. Hal yang serupa kembali ditanyakan kepada
I5-5
“Ga tau”
obat di RSUD Kota Cilegon lengkap atau tidak dikarenakan belum menerima
146
melakukan cek kesehatan sehingga belum menerima obat. Hal yang sama
“Lengkap sih, tapi kadang kalo stoknya kosong kita harus nebus di luar”
Kota Cilegon dinilai sudah lengkap walaupun jika tidak ada pasien harus menebus
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Obat yang tersedia di RSUD Kota Cilegon
4.3 Pembahasan
penelitian di lapangan dengan dasar operasional yang telah ditetapkan sejak awal.
Pembahasan merupakan inti dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
Actuating, dan Controling) dari G.R Terry. Di mana teori tersebut digunakan
sebagai alat untuk menganalisis dan menilai sejauh mana pengelolaan RSUD Kota
tersebut.
merupakan badan publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak merupakan
147
suatu keharusan yang harus dijalankan dengan baik dan profesional. Karena
pengelolaan yang dilakukan secara baik dan profesional akan menghasilkan atau
output yang baik juga, dan hasil luaran atau outcome pun akan selaras yakni
menghasilkan produk yang baik yang amat sangat dirasakan oleh pasien / publik
merupakan termasuk jenis kota industri tentu menjadikan Kota Cilegon sebagai
masyarakat, kultur, dan sosial ekonomi tentu merupakan ciri khas dari suatu kota
industri. Dari keragaman itu tentu dibutuhkannya suatu fasilitas layanan untuk
msyarakatnya, baik itu fasilitas layanan pendidikan, kesehatan, olah raga, sentra
ekonomi, dan lain sebagainya. Dan tentunya fasilitas pelayanan publik itu
Dalam hal ini jenis pelayanan yang disediakan oleh Pemda Kota Cilegon
dan diteliti oleh peneliti adalah layanan kesehatan yang berupa RSUD Kota
Cilegon, Rumah Sakit yang tergolong dalam tipe B ini melayani segenap
Cilegon tersebut, di mana Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang
atau instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi
pemilik rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan
148
kepercayaan untuk mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua
hasil penilaian kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan
kesehatannya.
1. Perencanaan / Planning
hal apa saja yang sudah masuk dalam program perencaaan, agenda
mengetahui yaitu staff pelaksana atau staff dalam jajaran teknis bawahan.
Cilegon dapat diinventarisasi dan diketahui oleh pimpinan dalam hal ini
yang diperlukan baik yang bersifat rutin maupun tertentu, baik untuk hal
terakhir anggaran tersebut akan optimal secara efektif dan efisien apabila
ditetapkan.
2. Pengorganisasian / Organizing
pelaksanaan dapat berjalan dan berhasil guna. Dalam hal ini ada beberapa
temuan hasil dari penelitian ini yang pembahasannya meliputi banyak hal,
Pertama adalah sistem pembagian kerja yang meliputi waktu atau jam
kerja yaitu dibedakan antara dua bidang kerja, jika satuan manajemen
bekerja dalam jadwal hari senin sampai dengan sabtu mulai pukul 07.30
WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB, dan sabtu hanya dibatasi sampai
jam 12.00 WIB, sedangkan untuk satuan tenaga medis dibagi kedalam tiga
shift mulai shift 1 (pukul 07.00 s/d 14.00 WIB) shift 2 (pukul 14.00 s/d
21.00 WIB), dan shift 3 (pukul 21.00 s/d 07.00 WIB). Jadwal tersebut
Kota Cilegon.
RSUD Kota Cilegon dibedakan dalam tiga jenis, pertama yang berstatus
PNS aturannya langsung berasal dari pusat, jika melihat peraturan tata
melalui BKD Kota Cilegon, BLUD melalui Pimpinan RSUD dalam hal
Kendala yang ditemukan dalam hal ini yakni ada penempatan tugas dan
fungsi yang tidak sesuai seperti Bidan yang seharusnya ditugaskan terkait
Ibu dan Anak namun disini ditugaskan dalam bagian poliumum dan
administrasi.
3. Pelaksanaan / Actuating
dilakukan, jenis seperti apa dan apakah ada suatu motivasi untuk
salam struktur organisasi Rumah Sakit, dan Kepala Unit sebagai pimpinan
Ketiga, adalah perintah kerja yang ditunjukan kepada orang atau bagian
dalam bentuk tulisan maupun lisan yang selama ini dikerjakan, seperti
halnya dalam bentuk tulisan berupa diterbitkannya Surat Perintah (SP) dan
Memo.
4. Pengawasan / Controlling
terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Dari faktor pengawasan ini ada
sesuai dengan program kerja tahunan yang dibuat, dengan cara membuat
data, tanya jawab, konfirmasi pihak terkait, uji lapangan, dan membuat
kesimpulan).
Kedua, alur hubungan antara SPI dan RSUD yaitu melalui dewan
pengawas yang terdiri dari unsur pimpinan RSUD Kota Cilegon, dan alur
sewaktu-waktu.
154
situasi dan kondisi dari banyaknya pasien, jika semakin banyak maka
waktu pelayanan (waktu tunggu) semakin lama, jika tidak maka akan
menilai bagus. Akan tetapi dua informan menilai kurang bagus dengan
alasan antrian lama, dan merasa ribet karena harus mengambil nomor
dan prasarana pun sama yakni empat informan menilai cukup bagus, tetapi
dua informan menilai kurang karena tempat duduk yang belum mencukupi
Tabel 4.1
Hasil Penelitian
155
meeting dengan
Direktur atau Wadir
sebagai pimpinan
tertinggi
3. Reward diberikan
sesuai dengan hasil
kinerja masing-
masing pegawai
4. Punishment dilakukan
dengan verbal dan
non verbal, dilakukan
jika terdapat pegawai
yang melanggar
aturan yang telah
disepakati bersama
4. Controlling 1. Koordinasi yang 1. Koordinasi dengan SPI
dilakukan RS dengan kurang baik
pihak-pihak terkait 2. Antrian yang lama, waktu
seperti BKD dan tunggu yang tidak pasti,
Inspektorat sudah kurangnya tenaga medis
cukup bagus. Akan 3. Sarana prasarana kurang
tetapi tidak dengan layak bagi penyandang
SPI sebagai auditor cacat dan anak-anak, alat
internal dalam RS laboratorium kurang
2. Pelayanan RSUD
Kota Cilegon berjalan
lambat
3. Sarana dan Prasarana
kurang memadai
(Sumber: Peneliti, 2017)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berjalan dengan baik walaupun masih terdapat indikator yang harus diperbaiki
atau dioptimalkan.
Kota Cilegon sudah berjalan dengan optimal, hal ini dapat dilihat dari beberapa
pembuatan tampak muka depan rumah sakit yang sudah tertunda hingga 3 tahun
lamanya. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan di RSUD Kota Cilegon masih
belum optimal karena masih ada perencanaan yang belum terealisasikan. Dalam
pengorganisasian di RSUD Kota Cilegon sudah berjalan dengan baik, hal ini
dapat dilihat dari cukup banyaknya jumlah pegawai yang terdapat di RSUD Kota
pengaarahan, tidak ditemukan masalah atau kendala yang berarti, hal ini dapat
156
158
Koordinasi yang terjadi antara pihak manajemen RSUD Kota Cilegon dengan
Dinas maupun Badan terkait sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari adanya
pegawai khususnya tenaga medis yang berstatus PNS di RSUD, serta Inspektorat
yang telah mengetahui adanya perencanaan pembuatan tampak muka depan yang
5.2 Saran
peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak-
pihak yang terlibat dalam manajemen pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah
perencanaan yang menjadi prioritas utama dalam 3-5 tahun ke depan serta
tenaga medis dengan berkoordinasi melalui BKD Kota Cilegon atau pihak
tenaga medis yang memang dibutuhkan untuk RSUD Cilegon yang sesuai
optimal serta dapat melakukan perbaikan atas saran dan masukan dari SPI
158
Cilegon.
pada SOP yang berlaku, serta perbaikan SOP (waktu tunggu pelayanan)
6. Menambah sarana dan prasarana yang ramah untuk lansia dan penyandang
Buku
Amirullah dan Budiyono, Haris. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Garna, K. Judistira. 2009. Metoda Penelitian Kualitatif. Bandung: The Judistira
Garna Foundation dan Primako Akademika
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Hasibuan, H. Malayu S.P 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara
____________________. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara
Irawan, Prasetya. 2006. Metodelogi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas
Terbuka
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Siagian, Prof. DR. Sondang. 2007. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Terry, Goerge. R. 2008. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Artikel lain
http://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html di akses pada
tanggal 09 Mei 2015 pukul 13.15 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan di akses pada tanggal 09 Mei 2015 pukul
13.58 WIB
mobile.repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56162#sthashTTfV3y96.dpbs di
akses pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 15.10 WIB
Dokumen lain
UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
PERMENKES RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit di Indonesia
Kepmenkes RI No. 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
(
Nama : H rnt0clnj
Pekerjaan ,frJ9 - -
Menerangkan bahwa :
NIM :6661110847
Cilegon,
(
ffw .l-{ tN Dvrt )
SURAT PnRNYATAAN WAWANCARA
Nama ,
J+r Nut mri)/M
Feker.jaan I rqsuD @ {pp Dn
Jabatan SP, / f a\n" t1.tat44
ffrycrhcs 1
No. Telp/Hp e$ rTopTjg I
,s{
fa,muttput k^ I
Alarnat AAE"n -,hnba
Menerangkan bahwa :
Cilegon,
t&trvu,- &4,v
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 129/Menkes/SK/II/2008
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT
Kedua : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit sebagaimana tercantum
dalam lampiran ini.
Ketiga : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada Diktum Kedua agar digunakan sebagai pedoman bagi Rumah
Sakit dalam menjamin pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Keempat : Setiap Rumah Sakit agar menyesuaikan dengan Standar Pelayanan
Minimal ini dalam waktu 2 (dua) tahun sejak Keputusan ini
ditetapkan.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 6 Februari 2008
A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat ( l) perubahan Undang – undang
Dasar Negara Repubrik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap
orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat
(3) dinyatakan negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Ayat 8. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan
mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial
ekonomi dan pemerintahan.
2. Rumah Sakit:
adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kurative dan rehabilitatif
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Definisi Operasional:
1. Jenis Pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit kepada masyarakat.
2. Mutu Pelayanan adalah
3. Dimensi Mutu adalah suatu pandangan dalam menentukan penilaian
terhadap jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas, efisiensi,
keselamatan dan keamanan kenyamanan, kesinambungan pelayanan
kompetensi teknis dan hubungan antar manusia berdasarkan standa WHO.
4. Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau
barang kepada pelanggan.
5. Indikator Kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan
pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolak
ukur prestasi kuantitatif / kualitatif yang digunakan untuk mengukur
terjadinya perubahane terhadap besaran target atau standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
6. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan
sesuatu yang harus dicapai.
7. Definisi operasional: dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari
indikator
8. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari
sumber data untuk tiap indikator
9. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap
indikator kinerja yang dikumpulkan
10. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam
rumus indikator kinerja
11. Penyebut (denominator) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam
rumus indikator kinerja
12. Standar adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa
dicapai
13. Sumber data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan
dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan
D. PRINSIP PENYUSUPAN DAN PENETAPAN SPM
Di dalam menyusun SPM telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau
sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait yang secara
rinci terlampir dalam daftar tim penyusun;
2. Sederhana, SPM disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti dan
dipahami;
3. Nyata, SPM disusun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan
persyaratan atau prosedur teknis:
4. Terukur, seluruh indikator dan standar di dalam SPM dapat diukur baik
kualitatif ataupun kuantitatif;
5. Terbuka, SPM dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat:
6. Terjangkau, SPM dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan
dana yang tersedia;
7. Akuntabel, SPM dapat dipertanggung gugatkan kepada publik;
8. Bertahap, SPM mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampun
keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang Kesehatan,
2. Undang-Undang Nomor l7 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3. Undang-Undang Nomor I tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,,
5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program Pembangunan
Nasional tahun 2000 – 2005,
6. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenanga Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom,
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggara Pemerintah Daerah,
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2003 tentang
pedoman organisasi perangkat daerah (Lembaran Negara tahun 2001No.
14, tambahan lembaran negara No. 42621)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah.
10. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara RI sebagaimana
telah beberapa kali diiubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 62
Tahun 2005
I I . Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah,
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal,
14. Keputusan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2004
tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik,
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes/ SK /l/2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di
Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 / MenKes/SK/ III/ 2002 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minirnal Rumah Sakit Yang
Wajib Dilaksanakan Daerah
I7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes/ SK / II /2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
tentang penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan Minimal,
BAB II
SISTEMATIKA DOKUMEN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
RUMAH SAKIT
Penutup
Lampiran
BAB III
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
RUMAH SAKIT
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis
pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit.
I. Pengorganisasian:
a. Gubernur/Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan Minimal yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota
3. Pengawasan
a. Gubernur/Bupati/walikota melaksanakan pengawasan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal
rumahsakit di daerah masing-masing
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam Buku SPM ini akan ditetapkan
kemudian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
LAMPIRAN 1
6. Kepuasan Pelanggan 6. ≥ 70 %
2. Ketersediaan Pelayanan 2.
a. Klinik Anak
b. Klimik Penyakit dalam
c. Klinik Kebidanan
d. Klinik Bedah
3. Ketersediaan Pelayanan di 3.
RS Jiwa a. Anak Remaja
b. NAPZA
c. Gangguan Psikotik
d. Gangguan
e. Neurotik
f. Mental Retardasi
g. MentalOrganik
h. UsiaLanjut
6. Kepuasan Pelanggan 6. ≥ 90 %
7. a. Penegakan diagnosis TB 7. a. ≥ 60 %
melalui pemeriksaan
mikroskop TB
b. Terlaksananya kegiatan b. ≤ 60 %
pencatatan dan
pelaporan TB di RS
NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR
6. Pertolongan persalinan 6. ≤ 20 %
melalui seksio cesaria
8. Kepuasan Pelanggan 8. ≥ 80 %
NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR
6. Intensif 1. Rata rata pasien yang 1. ≤ 3 %
kembali ke perawatan
intensif dengan kasus yang
sama < 72 jam
4. Kepuasan pelanggan 4. ≥ 80 %
4. Kepuasan pelanggan 4. ≥ 80 %
3. Kepuasan Pelanggan 3. ≥ 80 %
3. Kepuasan pelanggan 3. ≥ 80 %
15. Pengelolaan Limbah 1. Baku mutu limbah cair 1. a. BOD < 30 mg/l
b. COD < 80 mg/l
c. TSS < 30 mg/l
d. PH 6-9
21. Pencegahan dan 1. Ada anggota Tim PPI yang Anggota Tim PPI yang terlatih
pengendalian infeksi (PPI) terlatih 75 %
8. Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam (khusus untuk rumah sakit dengan
pelayanan jiwa)
Judul Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam
Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menenangkan dan
menyelamatkan pasien jiwa dalam pelayanan gawat darurat kesehatan jiwa
Definisi Pasien dapat ditenangkan adalah pasien dengan gangguan jiwa yang dengan
Operasional intervensi medis tidaklagi menunjukkan gejala dan tanda agresif yang dapat
mencelakakan diri sendiri maupun orang lain sebagai akibat gangguan jiwa yang
diderita.
Frekuensi Tiga bulan
Pengumpulan
Data
11. Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS
Judul Pasien rawat Inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS
Dimensi Mutu Akses, efisiensi
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat Inap bagi pasein tuberkulosis dengan strategi
DOTS
Definisi Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah pelayanan
Operasional tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan tuberculosis nasional. Penegakan
diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis harus melalui pemeriksaan
mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus menggunakan paduan obat anti
tuberculosis yang sesuai dengan standar penanggulanagn tuberculosis nasional, dan
semua pasien yang tuberculosis yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan
penanggulangan nasional
Frekuensi Tiap tiga bulan
Pengumpulan
Data
12. Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa
Judul Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa
Dimensi Mutu Akses
Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat inap yang minimal harus ada di rumah sakit jiwa
Definisi Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
Operasional pasien tidak gaduh gelisah tetapi memerlukan penyembuhan aspek psiko patologis.
Frekuensi 3 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa 1 bulan jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan dikurangi jumlah kejadian
kematian pasien gangguan jiwa bunuh diri dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluru pasien yang dirawat dalam satu bulan
Sumber Data Rekam medis
Standar 100 %
Penanggung jawab Komite medik/mutu
14. Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam perawatan dalam waktu≤
1 bulan
Judul Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam perawatan
dalam waktu ≤ 1 bulan
Dimensi Mutu Efektifitas, Kompetensi tehnis
Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit jiwa yang efektif
Definisi Lamanya waktu pasien gangguan jiwa yang sudah dipulangkan tidak kembali
Operasional keperawatan di rumah sakit jiwa
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan
Data
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah operasi
Judul Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah
operasi
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan Kejadian tertinggalnya benda asing adalah kejadian dimana benda asing
sepertikapas, gunting, peralatan operasi dalam tubuh pasien akibat tundakan suatu
pembedahan
Definisi Kejadian salah satu tindakan pada operasi adalah kejadian pasien mengalami
Operasional tindakan operasi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
Frekuensi 1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan
Data
8. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pasien terhadap mutu pelayanan persalinan
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan persalinan.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam
prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar > 80%
Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu
VI. PELAYANAN INTENSIF
1. Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam
Judul Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang
sama < 72 jam
Dimensi mutu Efektifitas
Tujuan Tergambarnya keberhasilan perawatan intensif
Definisi operasional Pasien kembali keperawatan intensif dari ruang rawat inap dengan kasus yang
sama dalam waktu < 72 jam
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72
jam dalam 1 bulan.
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif dalam 1 bulan.
Sumber data Rekam medis
Standar < 3%
Penanggung jawab Komite mudik/mutu
4. Kepuasan pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan radiologi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan radiology
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang disurvei yang menyatakan puas
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar > 80 %
Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu
VIII. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
3. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan rehabilitasi medik
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan rehabilitas medik.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam
prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar >80 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitas Medik
X. FARMASI
1. Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan
Judul Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit
pelayanan
Dimensi mutu Akses
Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap masyarakat miskin
Definisi operasional Pasien Keluarga Miskin (GAKIN) adalah pasien pemegang kartu askeskin
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien GAKIN yang dilayani rumah sakit dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien GAKIN yang datang ke rumah sakit dalam satu bulan.
Sumber data Register pasien
Standar 100%
Penanggung jawab Direktur Rumah Sakit
XIV. REKAM MEDIK
6. Cost Recovery
Judul Cost recovery
Dimensi mutu Efisiensi, efektivitas
Tujuan Tergambarnya tingkat kesehatan keuangan di rumah sakit
Definisi operasional Cost recovery adalah jumlah pendapatan fungsional dalam periode waktu tertentu
dibagi dengan jumlah pembelanjaan operasional dalam periode waktu tertentu.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pendapatan fungsional dalam satu bulan
Denominator Jumlah pembelanjaan operasional dalam satu bulan
Sumber data Sub bagian kepegawaian
Standar >40%
Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha/Keuangan
3. Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan
ketentuan kalibrasi.
Judul Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat
waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi.
Dimensi mutu Keselamatan dan efektivitas
Tujuan Tergambarnya akurasi pelayanan laboratorium
Definisi operasional Kalibrasi adalah pengujian kembali terhadap kelayakan peralatan laboratorium
oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah seluruh alat laboratorium yang dikalibrasi tepat waktu dalam satu tahun
Denominator Jumlah alat laboratorium yang perlu dikalibrasi dalam 1 tahun
Sumber data Buku register
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
XX. PELAYANAN LAUNDRY
1. Tim PPI
Judul Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Tujuan Tersedianya anggota Tim PPI yang kompeten untuk melaksanakan
tugas-tugas Tim PPI
Definisi operasional Adalah anggota Tim PPI yang telah mengikuti pendidikan dan
pelatihan dasar dan lanjut PPI
Frekuensi Tiap 3 bulan
pengumpulan data
Periode analisis Tiap 1 bulan
Numerator Jumlah anggota tim PPI yang sudah terlatih
Denominator Jumlah anggota Tim PPI
Sumber data Kepegawaian
Standar 75%
Penanggung jawab Ketua Komite PPI
2. Koordinasi APD
Judul Tersedianya APD (Alat Pelindung Diri)
Dimensi mutu Mutu pelayanan, keamanan pasien, petugas dan pengunjung
Tujuan Tersedianya APD di setiap instalasi RS
Definisi operasional Alat terstandar yang berguna untuk melindungi tubuh, tenaga
kesehatan, pasien atau pengunjung dari penularan penyakit di RS
seperti masker, sarung tangan karet, penutup kepala, sepatu boots
dan gaun
Frekuensi Setiap hari
pengumpulan data
Periode analisis 1 bulan
Numerator Jumlah instalasi yang menyediakan APD
Denominator Jumlah instalasi di rumah sakit
Sumber data Survey
Standar 75%
Penanggung jawab Tim PPI
Keterangan :
ILO : Infeksi Luka Operasi
ILI : Infeksi Luka Infus
VAP : Ventilator Associated Pneumonie
ISK : Infeksi Saluran Kemih
MASUKAN TENTANG PENATALAKSANAAN TUBERCULOSIS
(TB) DI RS
A. RAWAT JALAN
1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB)
B. RAWAT INAP
1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB)
Judul Penegakan kegiatan TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
Dimensi mutu Efektivitas dan keselamatan
Tujuan Terlaksananya diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
Definisi operasional Penegakan diagnosis pasti T melalui pemeriksaan mikroskopis pada
pasien rawat inap.
Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis
TB dalam 3 minggu
Denominator Jumlah penegakan diagnosis TB dalam 3 bulan
Sumber data Rekam medik
Standar 60%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat inap
15. Kegiatan pencatatan dan pelaporan Tuberculosis (TB) di RS
Judul Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan Tuberculosis
(TB) di RS
Dimensi mutu Efektivitas
Tujuan Tersedianya data pencatatan dan pelaporan TB di RS
Definisi operasional Pencatatan dan pelaporan semua pasien TB yang berobat rawat inap
ke RS.
Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien TB rawat inap yang dicatat dan dilaporkan
Denominator Seluruh kasus TB rawat inap di RS
Sumber data Rekam medik
Standar 60%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan