Anda di halaman 1dari 131

MANAJEMEN TAMAN KOTA DALAM

RANGKA RUANG TERBUKA HIJAU


(Studi di Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan
dan Pertamanan Kota Kediri)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana


pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

WILLA LARASWATIE
145030101111131

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2018
MOTTO

“Jangan berhenti bermimpi, teruslah berusaha, berdoa, dan sabar

Insya Allah kau akan mencapai kesuksesanmu”

(Willa)
LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim, atas kehendak dan pertolongan Allah SWT yang selalu

memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada penulis dalam setiap langkah

pengerjaan skripsi ini. Saya mempersembahkan skripsi ini kepada beliau yang terpenting

dalam hidup saya, Ibu Winarti dan Bapak Didik Riyanto. Karena beliaulah yang selalu

bekerja keras dalam menghidupi pendidikan putri-putrinya. Beliau juga yang selalu

mendoakan anak-anaknya demi kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Serta, penulisan

skripsi ini juga penulis persembahkan kepada almamater tercinta, khususnya Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang yang telah mewadahi penulis untuk mengemban

pendidikan dan menjadikan penulis menjadi pribadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
RINGKASAN

Willa Laraswatie, 2017, Manajemen Taman Kota dalam Rangka Ruang Terbuka Hijau
Kota Kediri (Studi di Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri),
Prof. Dr. Agus Suryono, MS.
Kota Kediri merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang mengalami
perkembangan yang sangat signifikan dalam berbagai sektor. Dalam segala aktivitasnya, kota
memerlukan adanya udara yang sejuk yang dapat terpenuhi jika tersedianya ruang terbuka
hijau. Kota Kediri dalam melaksanakan pembangunan ruang terbuka hijau telah memiliki
peraturan mengenai pengelolaan ruang terbuka hijau Kota Kediri yang diatur dalam Peraturan
Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2014 mengenai tentang Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau di Kota Kediri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang fenomena atau
fakta mengenai manajemen taman kota di kota Kediri dalam rangka ruang terbuka hijau.
Serta faktor apa saja yang mempengaruhi manajemen ruang terbuka hijau yang dilaksanakan
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri. Karena sebagaimana
penulis ketahui bahwa yang menjadi masalah dalam manajemen taman kota saat ini adalah
adanya pengunjung yang kurang memperhatikan kebersihan dan meninggalkan sampah
sembarangan di are taman. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif, yaitu
kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau taman kota di Kota Kediri menurut Peraturan
Daerah Nomor 2 tahun 2014 terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan
pengendalian. Proses perencanaan dalam pengembangan RTH terlihat melalui adanya
perencanaan yang diilakukan dengan lintas instansi. Konsep pelaksanaan pengelolaan RTH
taman kota di kota Kediri. Pelaksanaan dapat dilihat dengan adanya kegiatan rutin harian
yang dilaksanakan oleh para pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan
Kota Kediri. Pemanfaatan dalam hal ini bisa dilihat dengan adanya pemanfaatan sarana
produksi dan sarana peralatan yang bisa digunakan untuk kepeluan mengelola taman. Serta
juga dapat dilihat dari adanya suatu organisasi atau komunitas yang ingin mengadakan
perkumpulan dan pertunjukan di taman maka bisa memanfaatkan taman tersebut. Selain itu,
pemanfaatan ini juga bisa dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas taman
dengan bijak dan sesuai dengan semestinya. Sedangkan untuk pengendalian dalam
pengelolaan taman di kota Kediri bisa dilihat dengan adanya kontrol pada pegawai yang
melakukan kegiatan harian dan pengendalian ini juga berguna untuk mengetahui dan
mengatasi suatu masalah yang terjadi, serta menjaga agar semua elemen taman dapat
terkendali dengan baik.
Kata Kunci : Manajemen Taman Kota, Ruang Terbuka Hijau Kota Kediri
SUMMARY

Willa Laraswatie, 2017, City Park Management in the Green Open Space Framework of
Kediri City (Study at Environment Department of Sanitation and Garden of Kediri City),
Prof. Dr. Agus Suryono, MS.
Kediri city is one of the cities in East Java Province which experienced a very
significant development in various sectors. In all its activities, the city requires a cool air that
can be fulfilled if the availability of green open space. Kediri City in implementing green
open space development has regulation on green open space management of Kediri City
which regulated in Local Regulation of City of Kediri Number 2 Year 2014 concerning about
Green Open Space Management in Kediri City.
The purpose of this study is to provided information about the phenomenon or problem
of education of city park in Kediri city in order to open green space. As well as any factors
that affect the management of green open spaces implemented by the Office of Environment
Sanitation and Garden City Kediri. Because including who is the problem in urban park
management today is the presence of visitors who pay less attention to cleanliness and litter-
free indiscriminate in the park. This research uses descriptive research type with qualitative
approach. This study uses an interactive data model analysis, namely data condensation, data
presentation, and withdrawal of conclusions.

The green open spaces management of city park in Kediri City according to regional
regulation number 2 year 2014 consists of planning process, implementation, utilization and
controlling. The planning process in the development of the open space is seen through the
existence of a cross-agency planning. The concept of implementing the management of
green parks in the Kediri city. Implementation can be seen with the daily routine activities
undertaken by Environment Department of Sanitation and Garden of Kediri City employees.
Utilization in this case can be seen with the use of production facilities and equipment that
can be used to manage the park. And also can be seen from the existence of an organization
or community who want to hold associations and performances in the park then can take
advantage of the park. In addition, this utilization can also be done by the community by
utilizing the park facilities wisely and in accordance with the appropriate. As for the control
of park management in Kediri city can be seen with the control of employees who perform
daily activities and control is also useful to know and solve a problem that occurs, and keep
all elements of the park can be well controlled.
Keywords: Urban Park Management, Kedung Green Open Space
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Skripsi dengan judul “Manajemen Taman Kota Dalam

Rangka Ruang Terbuka Hijau di Kota Kediri” dapat penulis selesaikan degan

baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam penelitian untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik pada

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesesmpatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya.

2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

4. Bapak Prof. Dr. Agus Suryono, MS. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing serta memberikan masukan pada peneliti selama proses

penyusunan skripsi.
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya.

6. Bapak Drs. Didik Catur HP, M.Si selaku Kepala DLHKP Kota Kediri, dan

Bapak Sunarko selaku kepala seksi Pertamanan beserta seluruh pegawai

DLHKP Kota Kediri yang telah bersedia memfasilitasi, memberikan

penjelasan, dan data-data selama proses penelitian.

7. Bapak Ir. Sunyata, MM., MT selaku Kepala DPUPR Kota Kediri, Ir. Asri

Andaryati, MT selaku kepala seksi tata ruang dan beserta seluruh pegawai

DPUPR Kota Kediri yang telah bersedia memfasilitasi, memberikan data-data

selama proses penelitian.

8. Keluarga dan para sahabat penulis : Rizma Windy, Kertas Tutupan

Squad,Tim Hore, Magang Squad, FP dan Kerang Ajaib Geng yang telah

menjadi keluarga dan teman berbagi penulis.

9. Serta seluruh pihak yang mendukung moril maupun materiil yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Demi kesempurnaan karya ini, saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangsih dalam perkembangan keilmuan dan bagi pihak yang

membutuhkan.

Malang, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................


MOTTO ............................................................................................................i
TANDA PENGESAHAN............................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN ............................................................................ iii
ORISINILITAS SKRIPSI .............................................................................iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... v
RINGKASAN .................................................................................................vi
SUMMARY.................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
D. Kontribusi Penelitian ......................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi dan Pembangunan ......................................................... 11
1. Pengertian Administrasi .................................................................. 11
2. Pengertian Pembangunan ................................................................ 12
3. Administrasi Pembangunan ............................................................ 12
4. Kebijakan Pembangunan Perkotaan ............................................... 13
5. Fungsi dan Tujuan Pembangunan Kota .......................................... 14
B. Pengertian Manajemen........................................................................ 15
1. Definisi Manajemen ........................................................................ 15
2. Fungsi-fungsi Manajemen .............................................................. 16
3. Unsur-unsur Manajemen................................................................. 20
C. Ruang Terbuka Hijau .......................................................................... 22
1. Ruang Terbuka Hijau ...................................................................... 22
2. Ruang Lingkup Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau ...................... 23
3.Fungsi dan Manfaat Ruang terbuka Hijau ....................................... 26
4. Tujuan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan ..................... 26
5. Jenis Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau ....................................... 27
6. Taman Kota ..................................................................................... 28
7. Fungsi Taman Kota ......................................................................... 29
8. Tujuan Pembangunan Taman Kota ................................................. 30
9. Peran Taman Kota........................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.................................................................................... 34
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 35
C. Lokasi dan Situs Penelitian ................................................................. 36
D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 36
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 39
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 41
G. Analisis Data ....................................................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penyajian Data Umum ........................................................................ 45
1. Gambaran Umum Letak Geografis Kota Kediri ............................. 45
2. Kependudukan Kota Kediri ............................................................ 48
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 50
1. Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan ................. 50
2. Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri .............................................. 66
3. Gambaran Umum Bappeda Kota Kediri ........................................ 68
C. Gambaran Umum Taman Kota di Kota Kediri ................................... 69
D. Penyajian Data Fokus Penelitian ........................................................ 75
1. Perencanaan .................................................................................... 75
2. Pelaksanaan .................................................................................... 79
3. Pemanfaatan ................................................................................... 83
4. Pengendalian .................................................................................. 90
5. Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen Taman Kota ...... 92
E. Analisis Data ....................................................................................... 94
1. Perencanaan .................................................................................... 95
2. Pelaksanaan .................................................................................... 98
3. Pemanfaatan ................................................................................... 98
4. Pengendalian .................................................................................. 99
5. Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen Taman Kota .... 101

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 104
B. Saran ................................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 108


LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Analisis Data ........................................................................ 42


Gambar 4.1 Peta Kota Kediri ................................................................... 48
Gambar 4.2 Struktur Organisasi DPU ...................................................... 67
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Bappeda ................................................ 69
Gambar 4.4 Foto Citra Persebaran RTH Kota Kediri ............................... 71
Gambar 4.5 Foto Citra Persebaran Taman Kota di Kota Kediri ............... 72
Gambar 4.6 Elemen Fasilitas Taman Kota di Kota Kediri ....................... 73
Gambar 4.7 Elemen Fasilitas Taman Kota di Kota Kediri ....................... 73
Gambar 4.8 Elemen Fasilitas Taman Kota di Kota Kediri ....................... 74
Gambar 4.9 Elemen Fasilitas Taman Kota di Kota Kediri ....................... 74
Gambar 4.10 Rencana RTH Kota KediriTahun 2030 ............................... 77
Gambar 4.11 Pelaksanaan Kegiatan Rutin pengelolaan RTH ................. 80
Gambar 4.12 Pelaksanaan Kegiatan Rutin pengelolaan RTH ................. 81
Gambar 4.13 Proses Pelaksanaan Kegiatan Rutin Mengelolaan taman .. 82
Gambar 4.14 Proses Pelaksanaan Kegiatan Rutin Mengelolaan taman .. 83
Gambar 4.15 Gambar Pemanfaatan Taman Kota ..................................... 87
Gambar 4.16 Gambar Pemanfaatan Taman Kota ..................................... 88
Gambar 4.17 Gambar Pemanfaatan Taman Kota ..................................... 89
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Presentase Perusahaan di Kota Kediri ......................................... 1


Tabel 1.2 Luas Taman Kota Kediri............................................................. 6
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Kediri .................. 47
Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Kediri .................. 47
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Tiap kecamatan .......................................... 49
Tabel 4.4 Grafik Jumlah Penduduk Per-Kecamatan ................................. 49
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data RTH Kota Kediri ........................................ 69
Tabel 4.6 Analisa Elemen Taman Kota ................................................... 73
Tabel 4.7 Tabel Pegawai DLHKP sesi RTH Pertamanan ...................... 103
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Interview Guide
2 Surat Penelitian dari Kampus
3 Surat Penelitian dari Instansi
4 Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2014
5 Curicullum Vitae
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Kediri merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang

mengalami perkembangan yang sangat signifikan dalam berbagai sektor, baik

sektor perdagangan, jasa, dan wisata. Perkembangan ini dipengaruhi oleh visi dan

misi kota Kediri salah satunya yaitu untuk menjadikan kota Kediri sebagai pusat

perdagangan, jasa, wisata, dan industry kecil. Menurut data BPS (Badan Pusat

Statistika) Kota Kediri pada tahun 2016 ada sekitar 12.322 perusahaan di Kota

Kediri yang baru terdaftar berbadan hukum. Seperti:

Tabel 1.1
Persentase Perusahaan di Kota Kedri

Persentase Berbentuk

70,87 Perusahaan berbadan hukum berbentuk perorangan

20,42 Comanditeare venoschaap/ firma

6,19 Perseroan terbatas

1,28 Koperasi

1,23 Lainnya

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kediri Tahun 2017

Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Kediri, pada tahun 2017

penduduk kota Kediri juga tergolong cukup banyak, yakni 281.978 jiwa. Dengan

banyaknya jumlah penduduk tersebut maka masyarakat sangat membutuhkan

ruang untuk berinterkasi, hal tersebut mengingat manusia merupakan makhluk

1
2

sosial yang sangat membutuhkan interaksi. Menyadari hal ini pemerintah kota

Kediri yang dibantu Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan sejak 3

tahun terakhir sudah berhasil mencukupi kebutuhan ruang publik seperti ruang

terbuka hijau yang dapat digunakan masyarakat untuk berinteraksi. Selain untuk

mencukupi kebutuhan untuk ruang interaksi masyarakat, adanya ruang publik

seperti ruang terbuka hijau juga sangat berguna untuk memperindah kawasan kota

dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan interaksi.

Ruang terbuka hijau merupakan interpretasi dari ruang publik dan

merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam pembangunan suatu

kota. Menurut Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, menyatakan bahwa ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur

dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait ruang, pengadaan

ruang terbuka hijau bisa juga digunakan sebagai penghijauan. Ruang terbuka hijau

juga dapat dianggap sebagai ruang terbuka / open space dan sangat berguna untuk

tempat berkumpul masyarakat atau komunitas serta dapat meningkatkan rasa

nyaman dari masyarakat yang berada di sekitar area tersebut. Selain itu, ruang

terbuka hijau berfungsi sebagai penyeimbang suatu kawasan agar terjadi

keseimbangan antara ekosistem dan perkembangan pembangunan di era global.

Ruang terbuka hijau sendiri terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang

terbuka hijau privat. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota setidaknya

paling sedikit 30% daru luas wilayah kota yang dibagi 20% untuk RTH public dan
3

10% untuk privat (Pasal 29 UU Nomor 26 tahun 2007) serta dalam dalam Pasal

14 Peraturan Daerah Kota Kediri No 1 tahun 2012.

Kota Kediri dalam melaksanakan pembangunan ruang terbuka hijau telah

memiliki peraturan mengenai pengelolaan ruang terbuka hijau Kota Kediri yang

diatur dalam Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2014 mengenai

tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Kediri. Disamping peraturan

daerah tersebut ada Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 1 tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri Tahun 2011-2030. Dalam peraturan

daerah tersebut terdapat pasal yang menjelaskan tentang ruang terbuka hijau.

Ruang terbuka hijau dalam peraturan daerah tersebut meliputi:

1. RTH jalur jalan, yaitu pada jalan arteri, kolektor dan lingkungan;
2. RTH taman persimpangan jalan, monumen dan gerbang kota;
3. RTH taman kota;
4. RTH pemakaman umum;
5. RTH hutan kota dan kebun bibit; dan
6. RTH pengaman jalur KA, SUTT, sungai, mata air dan buffer zone.

Kota Kediri mendapat sertifikat Adipura atas peningkatan kinerja dalam

pengelolaan lingkungan hidup perkotaan di tahun 2016-2017. Kota Kediri juga

dikenal sebagai kota Adipura, dan terpilih menjadi kota sehat. Pemerintah Kota

Kediri ingin menciptakan lingkungan yang sehat pula. Sehat dalam hal ini dengan

menciptakan berbagai fasilitas penunjang kehidupan masyarakat. Contohnya

taman yang bisa digunakan untuk sarana olahraga dan tempat beristirahat dari

penatnya hari. Selain itu, taman kota merupakan salah satu bentuk perwujudan

ruang terbuka hijau terdapat di Kota Kediri. Maka dari itu, penelitian ini terfokus

kepada taman kota yang terdapat pada Kota Kediri yang mana penulis ketahui
4

bahwasanya saat ini dalam partisipasi masyarakat masih dirasa kurang dalam

proses kesadarannya.

Kesadaran dalam hal ini terlihat dalam pemanfaatan taman Kota di kota

Kediri biasanya masyarakat kurang perduli terhadap sampah sehingga setelah

memanfaatkan area taman malah meninggalkan sampah secara sengaja di area

taman. Selain membuang sampah sembarangan, juga banyak anak kecil yang

sengaja memetik tumbuhan dan bunga yang ada di area taman. Maka dari inilah

pada fokus taman kota ini dimaksudkan agar suatu taman kota tetap terjaga dan

tidak mengalami kerusakan atau bahkan pengalihan fungsi lahan serta agar taman

kota dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat. Mengenai hal tersebut

maka perlu diadakan pengelolaan taman agar kebersihan dan pengendalian semua

elemen taman tetap terjaga. Pengelolaan taman sebenarnya merupakan upaya

yang dilakukan secara sistematis untuk melestarikan dan mencegah adanya

kerusakan ruang terbuka hijau. Pengelolaan ini menurut peraturan daerah kota

Kediri meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengendalian.

Masyarakat berhak menikmati hasil dari adanya pengelolaan ruang,

contohnya taman kota. Maka dari itu diperlukan penataan maupun pengelolaan

ruang publik agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Menurut Peraturan

Daerah Kota Kediri No 5 Tahun 2010 tentang pertamanan kota mengartikan

bahwa taman kota adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari ruang

terbuka hijau kota yang mempunyai batas tertentu, ditata dengan serasi, lestari dan

indah dengan menggunakan material taman, material buatan dan unsur-unsur alam

untuk menjadi fasilitas sosial kota, pengaman sarana kota dan mampu menjadi
5

areal penyerapan air. Beberapa fungsi dan manfaat dari adanya taman kota

sebagai perwujudan ruang terbuka hijau yaitu untuk memperindah kota,

memberikan dampak kesehatan bagi masayarakat yang berolahraga, serta dapat

memberi manfaat bagi masyarakat sekitar sebagai tempat rekreasi keluarga tanpa

perlu pergi jauh atau ke luar kota, dan juga bermanfaat sebagai tempat

bersosialisasi untuk warga dan tempat bertemunya berbagai komunitas di Kota

Kediri. Maka dari itulah adanya taman kota sangat memfasilitasi masyarakat

dalam melakukan aktifitasnya di area terbuka baik untuk berolahraga atau pun

untuk sekedar bersosialisasi dengan masyarakat lannya. Dengan begitu,

diperlukan adanya upaya pengelolaan RTH khususnya taman kota dimaksudkan

agar kedepannya taman kota bisa berfungsi dengan baik dan dapat memberikan

manfaat untuk masyarakat, pun agar taman tidak mengalami alih fungsi lahan atau

sudah tak terpakai dan dibiarkan begitu saja. Pengelolaan dimaksudkan untuk

melestarikan dan mencegah dari adanya kerusakan ruang terbuka hijau sehingga

taman kota tetap bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Maka dari itu

pemilihan Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2014 mengenai tentang

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Kediri sangat sesuai dikarenakan

penelitian ini terfokuskan pada pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas

Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri. Dalam

pengelolaannya, Kota Kediri memiliki jumlah taman kota yang cukup banyak,

diantaranya:
6

Tabel. 1. 2
Luas Taman Kota Kediri
No. Nama Ruang Terbuka Hijau (RTH) Luas (m²)

1 Taman Sekartaji 6255

2 Taman Kediri Memorial Park 2375

3 Taman Ngronggo 6995

4 Taman Aloon-aloon 773,02

5 Taman Harmoni 874,86

6 Taman Brantas On process

7 Hutan Kota Jayabaya On process

8 Taman Stasiun 366

9 Taman Bantaran 2054,7

10 Taman Adipura 21,6

11 Taman Pancasila 432,6

12 Taman Jembatan Lama (bag. Timur) 33,6

13 Taman Jam Gadang 24

14 Taman Lingkaran Sekartaji 344,87

15 Taman Garuda 102,02

16 Taman Pulau (perempatan Semampir) 126,6

17 Taman Pulau ( Pertigaan Semampir) 133,07

18 Taman Stadion Brawijaya 26250

19 Taman Kantor DKP 600,875


7

No. Nama Ruang Terbuka Hijau (RTH) Luas (m²)

20 Taman Goa Sudanco 996,47

21 Taman Panjat Tebing 743

22 Taman GOR 1631,25

23 Taman Relief 741,96

24 Taman Pulau Perempatan Jalan Kawi 55,79

25 Kebun Bibit 487,214

26 Taman Tempurejo On process

Sumber : Data Seksi Pertamanan DLHKP Kota Kediri per 2016

Taman-taman tersebut merupakan taman yang ada permanen di Kota Kediri.

Diantara Taman-taman yang telah disebutkan diatas, masih ada beberapa taman

yang masih dalam proses pengerjaan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan

penyumbangan ketiga taman tersebut sebagai penyumbang RTH terbesar di kota

Kediri. Dari keterangan diatas maka disini peneliti akan lebih memfokuskan pada

manajemen taman kota oleh Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan

Pertamanan Kota Dari uraian diatas, peneliti menilai bahwa begitu pentingnya

untuk mengetahui bagaimana manajemen taman kota yang dilakukan oleh dinas

tersebut agar seterusnya adanya taman kota bisa dimanfaatkan oleh warga Kota

Kediri. Maka peneliti akan menyusun skripsi dan mengambil judul: “Manajemen

Taman Kota dalam Rangka Ruang Terbuka Hijau (Studi di Dinas

Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri)”.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas maka peneliti menetapkan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen taman kota di Kota Kediri dalam rangka ruang

terbuka hijau?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam manajemen taman kota

di Kota Kediri dalam rangka ruang terbuka hijau?

C. Tujuan Penelitian

Perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana manajemen taman

kota di Kota Kediri dalam rangka ruang terbuka hijau.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung apa saja yang

dialami Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri

dalam mengelola taman kota dalam rangka ruang terbuka hijau.

D. Kontribusi penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan bidang

keilmuan terkait dengan manajemen taman kota di Kota Kediri.

b. Diharapkan dapat menjadi referensi dengan tema relevan sebagai acuan

perbandingan bagi peneliti lain.


9

2. Manfaat Praktis

a. Untuk mengetahui manajemen taman kota di Kota Kediri dalam rangka

ruang terbuka hijau;

b. Menjadikannya sebagai bahan evaluasi terkait yang telah dilakukan serta;

c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung apa saja yang

dialami dalam manajemen taman kota di Kota Kediri.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian Skripsi ini dilakukan untuk mengetahui secara singkat garis besar

yang akan dideskripsikan peneliti, maka dapat dilihat dalam sistematika

pembahasan sebagai berikut :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi

penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab kedua ini berisi tentang tinjauan pustaka

konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian

yang dilakukan serta teori yang dikutip dari berbagai

buku ilmiah, jurnal, maupun perwakilan penelitian

sebelumnya. Tinjauan pustaka memuat landasan teori

berupa teori manajemen (POSDCORB), ruang terbuka

hijau, serta teori-teori yang relevan dengan judul


10

Manajemen taman kota dalam Rangka Ruang Terbuka

Hijau

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ketiga ini berisi tentang bagaimana penelitian

akan dilaksanakan oleh peneliti. Metode penelitian

meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi dan

situs penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis

data.

4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan merupakan bagian inti

daripada penelitian yang menguraikan tentang fokus

yang diteliti terkait dengan Manajemen taman kota

dalam rangka Ruang Terbuka Hijau.

4. BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari

hasil temuan pokok penelitian dan memberikan saran

sebagai bahan perbaikan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi dan Pembangunan

1. Pengertian Administrasi

Administrasi menurut pernyataan Pasolong (2012:51), diartikan

sebagai pekerjaan terencana yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam

bekerjasama untuk mencapai tujuan atas dasar efektif, efisien, dan rasional.

Sedangkan The liang gie dalam Pasolong (2011:3) mendefenisikan administrasi

adalah rangkaian kegiatan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok

orang di dalam kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Pasolong (2011:3)

administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang

dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan atas dasar efektif, efesien dan rasional.

Selanjutnya ia menyatakan administrasi mempunyai dua dimensi yaitu dimensi

karakteristik dan dimensi unsure-unsur. Dimensi karakteristik yang melekat pada

administrasi yaitu efesien , efektif dan rasional sedangkan dimensi unsure-unsur

administrasi yaitu:

a. Adanya tujuan atau sasaran yang ditentukan sebelum melaksanakan suatu

pekerjaan.

b. Adanya kerjasama baik sekelompok orang atau lembaga pemerintah maupun

lembaga swasta.

c. Adanya sarana yang digunakan oleh sekelompok atau lembaga dalam

melaksanakan tujuan yang hendak dicapai.

11
12

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa administrasi adalah

proses pelaksanaan keputusan dari dua orang atau lebih dan dilaksanakan oleh

sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

2. Pengertian Pembangunan

Menurut Siagian dalam Suryono (2010: 2) pembangunan diartikan sebagai

suatu arah atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan

dilakukan suatu bangsa, negara dan pemerintah secara sadar menuju modernitas

dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan menurut Ponsioen

dalam Suryono (2010:2) berpendapat bahwa pembangunan bangsa adalah bagian

integral dari pembangunan nasional suatu negara. Lain halnya menurut

Tjokroamidjojo dalam Suryono (2010: 3) yang berpendapat bahwa pembangunan

merupakan proses pembaharuan yang kontinyu dan terus menerus dari suatu

keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Dari beberapa

pendapat ahli diatas dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu arah

dengan rangkaian usaha yang dilakukan oleh suatu bangsa secara trus menerus

dari suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

3. Administrasi Pembangunan

Administrasi pembangunan sendiri menurut Siagian (2003:5)

mendefenisikan adminstrasi pembangunan yaitu seluruh usaha yang dilakukan

oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan berubah secara

sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa

yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhirnya. Sedangkan

Mostopadidjaya dalam afiffudin (2010:51) menyatakan bahwa administrasi


13

pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana pembangunan suatu sistem

administrasi yang mampu menyelenggarakan berbagai fungsi pemerintahan dan

pembangunan secara efektif dan efesien. Dari pengertian administrasi

pembangunan diatas dapat dipahami sangat penting untuk kemajuan suatu negara

melalui usaha-usaha yang dilakukan pemerintah. Administrasi pembangunan

mempunyai fungsi dalam perumusan kebijakan dan program-program

pembangunan yang pelaksanaan diilakukan secara efekttif untuk kesejahteraan

rakyat.

4. Kebijakan Pembangunan Perkotaan

Kebijakan pembangunan perkotaan terus berlanjut secara bertahap dan

berencana menurut ilmu pengembangan wilayah berdasarkan suatu rencana tata

ruang yang menyeluruh meliputi pengamatan kota itu sendiri, daerah pedesaan

sekitamya dan kota-kota yang berdekatan (Andriani, 2016: 30). Pelaksanaannya

akan disesuaikan dengan urgensinya dikaitkan dengan fungsi hirarki kota yang

bersangkutan sebagai pusat pelayanan berbagai jasa bagi pengembangan wilayah

yang dilayaninya. Menurut llham dalam Andriani (2016: 30) secara keseluruhan

bentuk-bentuk usaha yang dilakukan antara lain:

a. Peningkatan kualitas hidup masyarakat kota, terutama bagi golongan


masyarakat rendah, seperti pembangunan sederhana, fasilitas air bersih dan
lain-lain.
b. Program penyehatan lingkungan pemungkinan, seperti sistem saluran air
hujan, sistem air buangan, sistem pengumpulan dan pembuangan sampah, dan
pengamanan kota dari kebakaran.
c. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan pelimpahan kegiatan
pembangunan perkotaan kepada pemerintah daerah terutama berkaitan
dengan pelayanan kota yang bersifat local nasional.
d. Penyusunan tata ruang dan tata kota, penyusunan kebijakan nasional
pertanahan perkotan.
14

e. Pembinaan kegiatan non formal daerah sendiri melalui kegiatan sektoral


maupun program pemerintahan daerah itu sendiri.
f. Program pendidikan aparatur negara.
g. Peningkatan status kota.
h. Peningkatan. lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat
perkotaan
i. Punyusunan rencana perundang-undangan perkotaan

Pembangunan perkotaan identik dengan perkembangan kota yang sangat

menekankan pada aspek-aspek fisik, seperti pembangunan sarana dan prasanan

serta peluasan wilayah kota. Perluasan wilayah kota sebnarnya merupakan

tuntutan yang dikarenakan adanya kebutuhan sarana dan prasarana serta penataan

kota. Pembangunan sarana dan prasarana merupakan hal yang mutlak.

5. Fungsi dan Tujuan Pembangunan Kota

Sebuah kota mempunyai fungsi majemuk antara lain menjadi pusat

populasi, perdagangan, pemerintahan, industri, maupun ciri budaya dari suatu

wilayah dalam Andriani (2016: 33). Untuk melakukan fungsi itu semua, maka

kota ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti ada kawasan

pemukiman, perdagangan, pemerintahan, industri, sarana kebudayaan, kesehatan,

dan lainnya (lrwan, 2005:33).

a. Secara umum dapat dikemukakan huhwa pembangunan kota mempuoyai


funsgi dan tujuan menurut Irwan (2005:34) yaitu:
b. kehadiran sebuah kota mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk agar dapat bertahan dan melanjutkan hidup serta meingkatkan
kualitas hidup.
c. Komponen-komponen kota adalah penduduk. pemerintah, pembangunan
fisik, sumber daya alam.
d. Penduduk kota mempunyai jumlah (dipengaruhi oleh tingkat kelahiran,
kematian, dan migrasi) dan kecenderumgan penyebaran (umur, jenis kelamin,
etnik, social ekonomi. agama, dan lainnya).
e. Kehadiran fora dan fanina sangat penting.
f. Pembangunan fisik yang meliputi tipe-bentuk, kepadatan, diforensiasi, dan
konektiviti.
15

g. Sumher daya, terdiri dari sumber daya alam (air, energi, materi) dan sumber
daya manusia.
h. Kota berfungsi terutama sebagai pusat pemukiman, pelayanan kerija, rekreasi,
dan transportasi.
i. Pada umunya, kota menghadapi masalah ekonomi, tata ruang, dan masalah
lingkungan hidup.

B. Manajemen

1. Definisi Manajemen

Manajemen dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau usaha

yang dilakukan oleh sekelompok orang yang yang memiliki tujuan untuk

melakukan serangkaian kegiatan yang digunakan dalam mencapai tujan tertentu

yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan

menurut Gulick dalam Zakiyudin (2013 :10) memberikan definisi manajemen

sebagai berikut, manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang

berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia

bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama lebih

bermanfaat bagi kemanusiaan. Sedangkan menurut Dwight Waldo dalam bukunya

Public Administration yang dikutip dalam Sukarna (2011: 2) menyebutkan bahwa

manajemen ialah tindakan yang ditunjukan untuk memperoleh kerjasama yang

rationil dlam suatu sistem administrasi.

Gullick yang dikutip dalam Zakiyudin (2013: 10) mendefinisikan

manajemen adalah sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang

berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia

bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih

bermanfaat bagi kemanusiaan. Sedangkan menurut G.R Terry dalam Hasibuan


16

(2014 : 2) mendefinisikan manajemen merupakan suatu proses yang khas yang

didalamnya ada tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya.

G.R Terry dalam Sukarna (2011: 3) menyatakan Perencanaan ialah pencapaian

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui atau bersama-sama usaha orang

lain.Serta menurut Stoner dalam Amirullah (2015: 4) manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota

organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat yang

dikemukanan oleh beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses kegiatan yang berisikan tentang

perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, pengendalian dan

pengawasannya terhadap penggunaan sumber daya yang tersedia yang digunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Fungsi-fungsi Manajemen

Semua tujuan dalam manajemen selalu mempunyai fungsi. Fungsi-fungsi

tersebut disebut fungsi manajemen. Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2014 :

2) mendefinisikan manajemen merupakan suatu proses yang khas yang

didalamnya ada tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya.

Adapun pengertian-pengertian tersebut, adalah:


17

a. Planning (perencanaan)

Perencanaan (Planning) adalah suatu proses pengambilan keputusan

tenntang tujuan apa yang akan dicapai dan apa yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tersebut pada waktu mendatang menurut Pasolong ( 2008: 85).

Sedangkan Menurut G.R Terry dalam Sukarna (2011:10), Perencanaan ialah

pemilihan dan penghubungan antara fakta-fakta dan perkiraan asumsi-asumsi

masa yang akan datang dengan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Sehingga dengan kata lain dapat diartikan bahwa

perencanaan merupakan suatu proses menentukan tujuan yang akan dicapai dan

langkah-langkah apa saja yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam hal ini terdapat kegiatan utama yang ada dalam fungsi perencanaan,

diantaranya menetapkan tujuan dan target sasaran, merumuskan strategi untuk

mencapai tujuan, menemukan sumber-sumber daya yang diperlukan, serta

menentukan indikator atau standar dalam pencapaian tujuan dalam Amirullah

(2015: 8).

b. Organizing (pengorganisasian)

Organizing merupakan suatu proses pembagian kerja disertai dengan

pembagian wewenang menurut Pasolong ( 2008: 85). Sedangkan Menurut

Sondang P. Siagian dalam Maulana (2013: 9), mengartikan pengorganisasian

adalah keseluruhan proses pengelompokkan individu-individu, tugas-tugas, serta

wewenang dan tanggung jawab yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu

sistem yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


18

Selanjutnya adalah mengenai pertanyaan bagaimana mengorganisisr

yang baik? Menurut G.R. Terry dalam Sukarna (2011: 39) jawaban mengenai

cara mengorganisir yang baik ialah yang pertama harus mengetahui tujuan, lalu

membagi pekerjaan dengan kegiatan-kegiatan bagian. Selanjutnya dalam

mengelompokan pekerjaan harus ditentukan dengan jelas tugas yang akan

dilaksanakan serta menyediakan alat-alat fisik. Baru yang terakhir menempatkan

pegawai yang cakap dan melimpahkan wewenang kepada pegawai yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan

pengorganisasian merupakan usaha memberikan perintah, tugas serta wewenang

untuk individu atau kelompok yang dapat dgerakkan dalam satu kesatuan untuk

mencapai tujuan bersama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama

dalam fungsi pengorganisasian adalah mengalokasikan sumberdaya, merumuskan

dan menetapkan tugas atau pun prosedur, menetapkan pula garis kewenangan atau

struktur organisasi, adanya kegiatan perekrutan dan penyeleksian sumber daya

manusia, serta penempatan sumber daya pada posisi yang tepat. Jadi dari pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa pengarahan atau pelaksanaan adalah usaha agar

semua anggota kelompok melaksanakan suatu kegiatan demi tercapainya tujuan

dengan berdasarkan kepada perencanaan awal dan pengorganisasian.

c. Actuating (Pengarahan pelaksanaan)

Menurut Syamsi (1994: 24) dalam Zaki Maulana, pengarahan merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh piminan yang berupa memberikan arahan atau

petunjuk kepada bawahan dalam melaksanakan tugas yang bertujuan untuk


19

mendapatkan kesatuan kepentingan sehingga tujuan dapat tercapai. Menurut Terry

dalam Sarwoto (1991: 89) Actuating merupakan sebagai tindakan untuk mencapai

sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha organisasi. Selain

itu menurut Zakiyudin (2013: 11) menyebutkan bahwa:

“Pengarahan adalah proses menuntun kegiatan dari para anggota organisasi


untuk kearah mencapai tujuan, dalam hal ini Zakiyudin menyebutkan bahwa
pengarahan dapat disebut pula dengan istilah penggerakan atau actuating ,
motivating dan leading yang berkatan dengan orang-orang dalam organisasi”.

Dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengarahan

pelaksanaan adalah usaha agar semua pegawai melaksanakan tugasnya dengan

berpedoman dengan perencanaan dan pengorganisasian agar tercapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

d. Controlling (Pengawasan)

Controlling adalah kegiatan manajer mengusahakan agar pekerjaan

terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki,

menurut Sarwoto (1991: 94). Menurut Handoko (1985: 23) pengawasan adalah

penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah

dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Amirullah (2015: 11)

pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan organisasi sudah sesuai

rencana sebelumnya. Pengendalian disini sama dengan coordinating merupakan

suatu proses pengintegrasian kegiatan-kegiatan dari berbagai unit kerja organisasi

agar dapat mencapai tujuan secara efisien menurut Pasolong ( 2008: 85). Dari

semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah proses

pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi agar semua pegawai bekerja


20

sesuai dengan yang direncanakan dan dapat pula menjadikan pengawasan sebagai

fungsi pengendalian suatu pekerjaan.

3. Unsur-unsur Manajemen

Untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai maka perlu

mengadakan proses pengaturan semua unsur-unsur atau alat-alat sarana (tools)

manajemen yang terdiri dari 6M. Tools of manajemen dalam Sukarna (2011: 16),

diantaranya:

a. Man : tenaga kerja manusia


Man (manusia) ini merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki
oleh suatu organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang
paling menentukan, karena manusialah yang membuat tujuan dan yang
melakukan suatu proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak
ada proses kerja, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk kerja.
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan. Sarana manusia ini sangat penting
karena memiliki titik paut dengan planning, khususnya pada perencanaan
pegawai.
b. Money : uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
Money (uang) merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Hasil
kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar (besar atau kecilny).
Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan. Hal ini
akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan dalam
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli
serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi. Sarana uang
ini sangat penting karena berhubungan dengan perencanaan keuangan.
c. Materials : bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan
Material (sarana dan prasarana) yaitu sesuatu yang terdiri dari bahan
setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik harus dapat menggunakan bahan/materi-
materi sebagai salah satu sarana selain manusia yang ahli dibidangnya.
Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, karena tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. Sarana bahan ini sangat
penting karena berhubungan dengan perencanaan bahan-bahan yang akan
digunakan.
d. Machine : Mesin
Sarana mesin ini sangat penting karena berhubungan dengan perencanaan
mengenai alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan dan
21

menghasilkan keuntungan yang lebih besar sehingga menciptakan


efisiensi kerja.
e. Methods : cara atau sistem untuk mencapai tujuan
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer. Metode dapat dikatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan pertimbangan pada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan
kegiatan usaha, menurut Terry dalam Sukarna (2011: 20). Suatu
pekerjaan tidak akan memuaskan jika suatu metode tidak dibarengi
dengan orang yang mengerti atau paham dalam melaksanakan pekerjaan.
Selain itu perencanaan yang tidak memperhitungkan metode maka akan
mengalami penghamburan uang dan sumber daya yang ada. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen ini tetap manusianya sendiri.
Sarana metode ini sangat penting karena berhubungan dengan
perencanaan metode apa yang akan digunakan selanjutnya.
f. Market : pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi
Market (pasar) yaitu tempat organisasi menyebarluaskan (memasarkan)
produknya. Memasarkan produk adalah hal yang sangat penting sebab
bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang
akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab
itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan
faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka
kualitas dan harga harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen. Sarana pasar ini sangat penting karena
berhubungan dengan perencanaan target pasar apa yang akan diambil.
Fungsi market disini tidak digunakan karena dalam hal manajemen taman
kota sendiri tidak perlu dipasarkan karena sudah menjadi hak pemerintah
untuk mengadakannya.

Pengaturan ini dilakukan dengan fungsi-fungsi manajemen yang telah

disebutkan pada sub bab sebelumnya. Hal tersebut harus dilakukan supaya bisa

mendapatkan manfaat dan hasil guna dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan

yang diinginkan. Dengan adanya alat atau sarana (tools) 6M ini maka diharapkan

dari semua proses manajemen taman kota di Kota Kediri dapat berjalan terarah

dan optimal.
22

C. Ruang Terbuka Hijau

1. Ruang terbuka hijau

Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mengacu pada Undang-Undang

Nomer 26 Tahun 2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan serta dalam Peraturan Daerah Nomor 2

tahun 2014 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya Ruang

Terbuka Hijau disingkat RTH, menjelaskan bahwa RTH adalah area

memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau baik langsung maupun tidak

langsung sangat memberi manfaat, diantaranya untuk kenyamanan, kesejahteraan,

serta keindahan suatu kota.

Ruang Terbuka Hijau dalam penjelasan UU Nomer 26 Tahun 2007 terdiri

dari RTH publik dan RTH privat. Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit

30% dari luas wilayah kota, dan terdiri dari RTH publik paling sedikit 20% dari

wilayah kota. Disini berarti untuk RTH privat paling sedikit harus 10% dari luas

kota. Hal tersebut haruslah disesuaikan dengan sebaran penduduk dan dengan

memperhatikan rencana struktur dan pola ruang yang ada.

Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki

dan dikelola pemerintah daerah kota dan digunakan untuk kepentingan

masyarakat secara umum. Taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau

sepanjang jalan, sungai, dan pantai merupakan yang termasuk ke dalam ruang
23

terbuka hijau publik. Sedangkan yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara

lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang

ditanami tumbuhan. RTH Privat adalah RTH yang penyediaan dan

pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan

dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh

Pemerintah daerah. Ruang terbuka hijau itu sendiri perlu adanya pengelolaan.

Pengelolaan RTH merupakan suatu upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan

untuk melestarikan fungsi ruang terbuka hijau dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan ruang terbuka hijau. Dalam pengelolaan tersebut

juga diselenggarakan berdasarkan asas :

a. Keterpaduan;
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. Keberlanjutan;
d. Kepentingan umum;
e. Kepastian hukum; dan
f. Akuntabilitas.

2. Ruang Lingkup Manajemen Ruang Terbuka Hijau di Kota Kediri

Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 disini dikatankan bahwa

ruang lingkup manajemen itu meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan,

dan pengendalian. Ada pun pengertiannya lebih lanjut sebagai berikut:

a. Perencanaan.

Perencanaan (Planning) adalah suatu proses pengambilan keputusan tentang

tujuan apa yang akan dicapai dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut pada waktu mendatang menurut Pasolong ( 2008: 85). Perencanaan

(planning) disini berkaitan dengan pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan


24

untuk mencapai tujuan organisas memberikan cara bagaimana tugas-tugas

tersebut harus dilakukan dan memberikan indikasi mengenai kapan hal-hal

tersebut dilaksanakan. Kegiatan perencanaan ini difokuskan pada pencapaian

tujuan. Melalui perencanaan, para manajer menetapkan secara jelas apa yang

harus dikerjakan organisasi agar dapat berhasil Perencanaan organisasi

menyangkut keberhasilan organisasi dalam jangka pendek, jangka menengah, dan

jangka panjang dalamn Zakiyudin (2013: 11).

b. Pelaksanaan.

Menurut Zakiyudin (2013: 11) pelaksanaan merupakan proses menuntun

atau melaksanakan kegiatan-kegiatan dari pekerja kearah tujuan selayaknya yang

membantu organisasi menuju pencapaian tujuan. Menurut Hani T Handoko,

pengarahan secara sederhana adalah untuk membuat atau mendapatkan para

karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan (1013: 25).

c. Pemanfaatan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata harfiah “manfaat” adalah guna atau

faedah. Ada pun pemanfaatan berarti proses dan cara atau perbuatan manusia.

Menurut peneliti dengan adanya proses dan perbuatan manusia ini bisa dilihat

dalam pengorganisasian karena dalam pengorganisasian terdapat unsur

kepemimpinan (perbuatan manusia) serta adanya proses untuk mencapai tujuan.

Serta pemanfaatan juga untuk pengorganisasian dengan sumberdaya yang ada

dimanfaatkan demi mencapai tujuan. Jadi disini bisa menggunakan

pengorganisasian atau pemanfaatan sumber daya. Untuk teori yang melandasi ini
25

bisa menggunakan pengorganisasian. Amirullah (2015: 8) mengatakan bahwa

proses pengorganisasian merupakan proses memberikan perintah serta kegiatan

yang terkoordinir kepada individu atau kelmpok untuk menerapkan rencana.

Pengorganisasian dalam Zakiyudin (2013: 11) diartikan dengan penyerahan tugas-

tugas yang telah ditetapkan dalam perencanaan kepada berbagai individu atau

kelompok dalam organisasi.

d. Pengendalian.

Amirullah (2015: 11) pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah

kegiatan organisasi sudah sesuai rencana sebelumnya. Pengendalian disini sama

dengan controlling yang merupakan suatu proses pengawasan dari berbagai unit

kerja organisasi dalam mencapai. Menurut Handoko (1985: 23) pengawasan

adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa

rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Amirullah (2015:

11) pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan organisasi sudah

sesuai rencana sebelumnya. Disini berartikan bahwa pengendalian dimaksudkan

untuk mensynkronisasikan semua tindaka agar terarah kepada sasaran yang akan

dituju. Karena setiap pegawai atau staf berbeda-beda dalam pengerjaan tugasnya,

maka perlu diarahkan kembali agar menjadkannya satu kesatuan dan lebih

mempermudah mencapai tujuan. Pengendalian ini sangat penting di dalam suatu

organisasi. Selain untuk mengendalikan agar sasaran tercapai sebagaimana

mestinya, namun disini pengendalian juga berguna sebagai proses pengendalian

taman kota atau juga beberapa elemen yang berada di taman kota.
26

3. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Ada beberapa fungsi dari ruang terbuka hijau dalam Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2014 yaitu diantaranya :

a. pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;

b. pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;

c. tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;

d. pengendali tata air; dan

e. sarana estetika kota.

Ruang terbuka hijau juga akan memberikan manfaat secara langsung

seperti tempat beristirahat/berteduh dan kesegaran) serta manfaat tidak langsung

seperti konservasi air dan konservasi hayati dan keanekaragaman hayati. Selain

itu, manfaat ruang terbuka hijau sendiri dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2014 adalah:

a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;


b. Sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan;
c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial;
d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan;
e. Menumbuhkan rasa bangga dan rasa prestis daerah;
f. Sarana aktifitas sosial bagi masyarakat;
g. Sarana ruang mitigasi dan evakuasi untuk keadaan darurat;
h. Memperbaiki iklim mikro; dan
i. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

4. Tujuan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Menurut Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014, tujuan dari

penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau adalah sebagai berikut:

a. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan


perkotaan;
b. Mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan di perkotaan; dan
27

c. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih


dan nyaman.

5. Jenis Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau


Menurut Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau terdiri dari:

a. taman kota;
b. taman wisata alam;
c. taman rekreasi;
d. taman lingkungan perumahan dan permukiman;
e. taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
f. taman hutan raya;
g. hutan kota;
h. hutan lindung;
i. kebun raya;
j. cagar alam;
k. bentang alam;
l. kebun binatang;
m. pemakaman umum;
n. lapangan olah raga;
o. lapangan upacara;
p. parkir terbuka;
q. lahan pertanian perkotaan;
r. jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
s. sempadan sungai, rawa, dan bangunan;
t. jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas, dan
pedestrian;
u. kawasan dan jalur hijau;
v. daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan/atau
w. taman atap (roof garden).

Dari jenis-jenis pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau tersebut, peneliti

terfokus pada taman kota saja. Hal tersebut dikarenakan di Kota Kediri sedang

gencar-gencarnya mengadakan pembangunan taman kota. Dalam penelitian ini

nantinya peneliti akan lebih memfokuskan pada manajemen taman kota oleh

Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri, yaitu pada

taman sekartaji. Hal ini dikarenakan taman sekartajilah yang dirasa peneliti sangat

strategis lokasinya serta disanalah banyak warga berkunjung untuk sekedar


28

beristirahat dari penatnya hari atau bercengkrama dengan warga lainnya, tapi juga

dimanfaatkan oleh berbagai komunitas yang ada di Kota Kediri. Dari penjelasan

tersebut terlihat bahwa peneliti terfokus pada manajemen taman kotanya agar

tidak mengalami alih fungsi lahan serta nantinya taman kota tetap terurus, dengan

begitu maka taman kota tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik.

6. Taman Kota

Taman Kota adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Ruang

Terbuka Hijau Kota yang mempunyai batas tertentu, ditata dengan serasi, lestari

dan indah dengan menggunakan material taman, material buatan dan unsur-unsur

alam untuk menjadi fasilitas sosial kota, pengaman sarana kota dan mampu

menjadi areal penyerapan air (Peraturan Daerah Kota Kediri No 5 Tahun 2010).

Steven William (1995; 162) yang dikutip dalam Tety Jelang (2012: 44)

menyatakan bahwa taman diklasifikasikan berdasarkan hirarki sebagai berikut :

a. Regional park, memiliki luas sekitar 400 hektar dengan jarak


tempuh dari hunian antara 3.2-8 km. Berupa hutan kota dengan
fasilitas aktif namun menyediakan lapangan parkir pada lokasi
strategis disekitarnya.
b. Metropolitan park, memiliki luas sekitar 60 kektar dengan dri
hunian sekitar 3,2 km. Berupa dengan vegetasi alami yang
dilengkapi dengan fasilitas bermain dan lapangan parkir yang
cukup.
c. District parks, memiliki luas sekitar 20 hektar dengan jarak
tempuh dari hunian sekitar l ,2 km. Berupa taman dengan setting
lansekap alami dan menyediakan sarana olahraga outdoor,
sarana bermain, dan sedikit lapangan parkir.
d. Local parks, memiliki luas sekitar 2 bektar dengan jarak tempuh
dari hunian sakitar 0,4 km. Berupa taman yang menyediakan
sarana bermain anak-anak, tempat duduk dan sarana olahraga
bila lahan mencukupi. Tidak menyediakan lapangan parkir,
hanya dikunjungi dengan berjalan kaki.
29

e. Small local parks, hampir sama dengan local park dengan skala
yang lebih kecil serta dikunjungi dengan berjalan kaki.
f. Linear parks, berupa koridor hijau dengan jalur pejalan kaki
serta menyediakan rekreasi informal dan bersifat positif.

7. Fungsi Taman Kota

Taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berfungsi

sebagai paru-paru dan keindahan kota. Dalam Peraturan Daerah Kota Kediri

Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pertamanan Kota menyebutkan bahwa fungsi

penting dari adanya pertaman kota sebagai berikut:

a. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika kota;


b. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik
kota;
c. Menekan dan mengurangi pencemaran udara yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor serta pengamanan badan jalan;
d. Menekan dan mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan;
e. Mendukung kelestarian keanekaragaman hayati dan sebagai
upaya penyelamatan lahan kritis;
f. Menyemaikan tanaman hias, tanaman perdu, pohon pelindung
dan penempatan pot-pot kota; dan
g. Mencukupi kebutuhan tanaman bagi taman kota, jalur hijau dan
hutan kota.

Marina Setya, Yang dikutip oleh Tety Jelang dalam skripsinya Implementasi

Kebijakan Pengelolaan taman kota (2012: 46) menyatakan bahwa taman itu

perlu fungsi ekologis yang sangat penting untuk menyeimbangkan area yang

terbangun dengan area yang tidak terbangun. Sebagai bagian dari ruang terbuka

hijau, secara ekologis taman kota memiliki fungsi penting seperti:

a. Edhapis, yaitu sebagai tempat hidup satwa liar dan jasad


renik melalui penanaman vegetasi yang sesuai.
b. Hidro-orologis, yaitu perlindungan terhada ankelestarian
fungsi tanah dan air. Yang diwujudkan dengan menutup
30

tanah dengan tanaman hijau dan meningkatkan infiltrasi ke


dalam tanah.
c. Klimatologis yaitu sebagai pencipta iklim mikro dari hasil
proses alami tumbuhan.
d. Proteksi, yaitu sebagai pelindung dari gangguan angin,
bunyi, dan terik matahari.
e. Hygienis, yaitu pereduksi zat polutan di udara, tanah,
maupun air. Oleh karena itu, vegetasi yang dipilih adalah
vegetasi yang mampu menyerap polutan.

Adanya taman kota juga ikut menyumbang kelestarian lingkungan

khususnya kawasan perkotaan yang saat ini serat dengan kemajuan jaman serta

menyebabkan perubahan iklim yang tidak terkendalikan atau tidak menentu.

Keberadaan taman kota pun harus dilestarikan, hal ini untuk menghindari adanya

alih fungsi lahan. Fungsi serta peran taman kota seharusnya sedini mungkin sudah

mulai ditanamkan kepada masyarakat agar taman kota tidak hanya berfungsi

estetik, namun juga berfungsi sebagai mana fungsi sosial. Disadari atau tidak,

keberadaan taman kota sangat diperlukan bagi masyarakat kota yang mulai jenuh

dengan aktivitas kota yang padat serta kondisi alam, iklim, suhu yang mudah

berubah pada masa ini.

8. Tujuan Pembangunan Taman Kota

Dalam peraturan daerah Kota Kediri nomor 5 tahaun 2010 tentang

pertamanan kota, disini menyebutkan bahwa tujuan dilaksanakannya program

pertamanan kota adalah sebagai berikut:

a. Menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan dan keserasian lingkungan fisik

kota;
31

b. Mempertahankan, memelihara dan melindungi pertamanan dari kerusakan

dan alih fungsi baik karena akibat bencana alam atau tindakan manusia;

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan fungsi pentingnya atau pun peran

pertamanan sebagai sarana kesehatan, pendidikan dan rekreasi; serta

d. Melaksanakan penghijauan.

Irwan dalam Etiningsih (2016: 23), menjelaskan bahwa fungsi adanya

taman kota itu dikelompokan menjadi tiga fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Lanskap, meliputi:


1. Fungsi fisik, yaitu vegetasi berfungsi untuk melindungi dari
kondisi fisik alami seperti terhadap angin dan sinar matahari.
2. Fungsi sosial, penataan unsur-unsur yang berbeda seperti
bangku, telepon, air mancur dan patung ditata sedemikian
rupa sehingga bisa memberikan tempat interaksi sosial yang
sangat produktif. Taman kota dengan aneka vegetasi
memiliki nilai-nilai ilmiah sehingga dapat dijadikan sebagai
laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian.

b. Fungsi Pelestarian Lingkungan:


1. Menyegarkan udara atau sebagai paru-paru kota, yaitu
dengan menyerap Karbon Dioksida (CO2) dan mengeluarkan
Oksigen (O2) dalam proses fotosintesis.
2. Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembaban,
pepohonan mampu memperbaiki suhu kota melalui evaporasi
dan transpirasi (evapotranspirasi), karena sebatang pohon
secara soliter mampu menguapkan air rata-rata 400 liter/hari,
jika air tanah cukup tersedia dalam kapasitas lapang.
3. Sebagai habitat satwa, vegetasi dapat menciptakan habitat
bagi makhluk hidup lainnya, misal burung. Burung sebagai
komponen ekosistem mempunyai peranan penting, di
antaranya adalah pengontrol populasi serangga, membantu
penyerbukan bunga dan pemencaran biji .
4. Penyangga dan perlindungan permukaan air tanah dari erosi,
sebagai penyangga dan perlindungan tanah dari air hujan dan
angin juga untuk penyediaan air tanah dan pencegah erosi.
5. Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah, debu,
atau partikel yang terdiri dari beberapa komponen zat
pencemar. Hasil penelitian Irwan dalam Etiningsih (2016:
24), menunjukkan bahwa taman kota dengan luas minimal
0,2 ha dan berstrata banyak rata-rata dapat menurunkan kadar
32

debu sebesar 46,13% di siang hari pada permulaan musim


hujan.
6. Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator. Taman
kota juga berfungsi sebagai tempat pelestarian plasma nutfah
dan bioindikator dari timbulnya masalah lingkungan karena
tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.
7. Menyuburkan tanah. Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan
oleh mikroorganisme dalam tanah dan akhirnya terurai
menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara
mineral bagi tumbuhan.

c. Fungsi Estetika
Estetika dapat dilihat dari penampilan vegetasi dalam taman
kota secara individu maupun dalam bentuk asosiasi. Vegetasi
memberikan kesan alami, khususnya lingkungan perkotaan, di
mana vegetasi memberikan kesegaran visual terhadap
lingkungan yang serba keras.

9. Peran Taman Kota

Taman kota merupakan wujud dari ruang terbuka hijau. Dalam

pembangunan taman kota juga memerlukan taman kota untuk memperhatikan

nilai estetika yang berpengaruh terhadap keindahan kota secara tidak langsung.

Ning Purnomohadi dalam Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata

Ruang Kota yang dikutip oleh Tety Jelang (2012: 45), mengungkapkan bahwa

taman kota mempunyai peran yang cukup besar bagi kehidupan manusia maupun

sekitarmya:

a. Ruang aktivitas dan tempat fasilitas kota, yaitu sebagai area bermain,
berolahraga, bersosialisasi, juga sebagai tempat penyediaan fasilitas
umum seperti halte, boks telepon umum, kotak pos, dan lain
sebagainya.
b. Nilai estetika, yaitu menyumbang keindahan bagi lingkungan sekitar
baik melalui keindahan kombinasi warna, tekstur, bentuk, aroma,
ataupun suara.
33

c. Nilai edukatif, yaitu menjadi sumber ilmu pengetrahuan (sebagai


laboratorium alam) serta sarana penanaman kesadaran akan kebersihan
dan pentingnya menjaga lingkungan alam.
d. Kegiatan sosial ekonomi, yaitu menampung ekonomi bagi para
pedagang setiap harinya atau pada hari- hari tertentu.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moeleong, 2014: 11). Sedangkan

menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu

metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

berisikan penggambaran suatu gejala atau masalah saat ini atau pun masalah

aktual. Sehingga pemilihann jenis penelitian ini sesuai dengan tujuan peneliti

yaitu memberikan gambaran tentang fenomena atau fakta mengenai manajemen

taman kota di kota Kediri dalam rangka ruang terbuka hijau yang dilaksanakan

oleh Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri.

Penelitian ini harus dilakukan dengan teliti pada setiap komponen agar

dapat memberi gambaran subjek atau objek yang mendekati kebenarannya. Hal ini

sesuai dengan tujuan utama dari penelitian deskriptif yang dikemukakan oleh

Neolaka (2014:22) yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik

objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian deskriptif ini yang

digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan

Lincoln dalam Neolaka (2014:181-182) merupakan penelitian yang menggunakan

34
35

latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menurut (Moleong, 2005:7) adalah sebagai pusat perhatian

yang dimaksud untuk membatasi suatu permasalahan yang diteliti agar tidak

terjadi pembiasan dalam mempersepsikan dan mengkaji masalah yang diteliti.

Jadi dengan adanya fokus disini bertujuan agar tidak adanya penelitian yang

meluas. Fokus penelitian ini pada Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan

Pertamanan Kota Kediri dengan beberapa fokus, diantaranya :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis ruang lingkup pengelolaan RTH

sebagaimana dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 yang meliputi:

a) Perencanaan, dalam hal ini, perencanaan dapat dilihat dari strategi

instansi pemerintah dalam mengelola taman kota guna pembangunan

ruang terbuka hijau. Hal ini bisa dilihat dari adanya kegiatan

perencanaan yang dilakukan dengan lintas instansi.

b) Pelaksanaan, dalam hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan rutin

atau harian yang dilaksanakan dalam manajemen taman kota pada

pada Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota

Kediri.

c) Pemanfaatan, dalam hal ini dapat dilihat dari bagaimana Dinas

Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri

memanfaatkan sumberdaya yang ada dalam manajemen taman kota

serta bagaimana masyarakat memanfaatakan adanya taman kota.


36

d) Pengendalian, dalam hal ini pengendalian dapat dilihat dari bagaimana

Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri

memberikan kontrol atau arahan atau masukan kepada para

pegawainya dalam melakukan kegiatan harian.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor penghambat manajemen taman

kota yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan

Pertamanan Kota Kediri

3. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung manajemen taman

kota yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan

Pertamanan Kota Kediri.

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kota Kediri.

Lokasi ini dipilih karena didasari oleh beberapa alasan, diantaranya karena lokasi

Kota Kediri yang strategis, pesatnya perkembangannya dan serta gencar-

gencarnya Kota Kediri dalam membangun taman kota. Sedangkan situs penelitian

ini, peneliti mengambil tempat pada Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan

Pertamanan Kota Kediri khususnya pada Seksi Pertamanan. Pemilihan lokasi

penelitian ini dipilih didasari karena instansi tersebut merupakan instansi yang

sangat berperan utama dalam mengelola taman kota di Kota Kediri.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat dimana ditemukan data dan informasiinfomasi

penting yang dapat menunjang penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (dalam

Moleong, 2014:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
37

kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut, sumber data dalam penelitian ini dibagi

menjadi tiga, yaitu :

1. Informan

Informan merupakan objek penting dalam sebuah penelitian. Informan

merupakan orang-orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Oleh

sebab itu informan sangat dibutuhkan, karena tanpa adanya informan

peneliti tidak mungkin mendapatkan informasi dari permasalahan yang

diangkat dari sebuah penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini,

yaitu :

a. Bapak Sunarko Selaku Kepala Seksi bidang Pertamanan

DLHKP Kota Kediri.

b. Bapak Erwin Selaku Staf ahli Bidang fisik dan prasarana

Bappeda Kota Kediri.

Serta Masyarakat Kota kediri, diantaranya:

a. Mbak Putri (swasta, 23 tahun)

b. Ibu Nikmatur (ibu rumah tangga, 26 tahun)

c. Mas Febri (mahasiswa, 22 tahun)

d. Mas Habibi (swasta, 30 tahun)

e. Adik Lulu (pelajar, 17 tahun)


38

2. Dokumen

Dokumen merupakan informasi atau data yang berupa catatan resmi,

peraturan yang tertulis ataupun arsip-arsip yang relevan dengan penelitian ini.

Adapun dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 tahun 2014 tentang

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

b. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 1 tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri

c. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 5 tahun 2010 tentang

Pertamanan Kota

d. Data Rekap Aset RTH Kota Kediri DLHKP tahun 2017

e. Data RTH di Kota Kediri tahun 2016

f. Tabel capaian kinerja LKPJ DLHKP

g. Masterplan Penyusunan Ruang Terbuka Hijau kota kediri Dinas

PUPR

h. Kota Kediri dalam Angka 2017 Badan Pusat Statistik Kota Kediri

i. Statistik Daerah Kota Kediri tahun 2016 Badan Pusat Statistik Kota

Kediri

3. Tempat dan Peristiwa

Merupakan data yang bersumber dari fenomena atau peristiwa yang

dianggap sesuai untuk mengungkapkan permasalahan atau fokus penelitian.

Tempat dan peristiwa yang dapat menangkap permasalahan dalam


39

penelitian ini yaitu di Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota

Kediri serta Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan melakukan penelitian, peneliti

menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Dokumentasi.

Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh

data dengan cara dokumentasi, yaitu mempelajari dokumen yang berkaitan

dengan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian. Dokumentasi dari asal kata

dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi disini bisa berupa

foto-foto gambar terkait Taman Kota di Kota Kediri. Dengan

menggunakan studi dokumen, maka peneliti mendapatkan informasi

pendukung tentang permasalahan yang diteliti. Peneliti membaca dan

mempelajari dokumen terkait Manajemen Taman Kota di Kota Kediri yang

dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri.

Maka peneliti akan memasukkan informasi yang diperoleh dari dokumen ke

dalam hasil penelitian sesuai dengan topik yang diteliti seperti dokumen-dokumen

yang didapat dari DLHKP serta foto-foto kegiatan hasil olahan peneliti.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara mengajukan

pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang ahli yang berwenang

dalam suatu masalah.Dalam penelitian ini dilakukan wawancara, yaitu dengan

cara memberikan beberapa pertanyaan sesuai dengan tema penelitian kepada


40

narasumber yang sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Narasumber dalam

wawancara ini adalah:

a. Bapak Sunarko Selaku Kepala Seksi bidang Pertamanan

DLHKP Kota Kediri.

b. Bapak Erwin Selaku Staf ahli Bidang fisik dan prasarana

Bappeda Kota Kediri.

Serta Masyarakat Kota kediri, diantaranya:

a. Mbak Putri (swasta, 23 tahun)


b. Ibu Nikmatur (ibu rumah tangga, 26 tahun)
c. Mas Febri (mahasiswa, 22 tahun)
d. Mas Habibi (swasta, 30 tahun)
e. Adik Lulu (pelajar, 17 tahun)
3. Obesrvasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan

secara mendalam. Dalam observasi, peneliti melakukan pendekatan pada ke

orang-orang atau narasumber dalam penelitian serta mengamati langsung kondisi

Taman Kota di Kota Kediri. Penelitian ini menggunakan cara observasi

partisipatif, dimana peneliti terlibat dengan kegiatan pengamatan dan pencatatan

secara langsung terhadap kegiatan dan segala rutinitas manajemen taman kota di

Kota Kediri yang aktual. Dari segi frekuensi, peneliti melakukan observasi awal

pada bulan Desember 2017 untuk observasi terhadap manajemen taman di kota

kediri dan 4 kali observasi beserta wawancara kepada masyarakat pada bulan

januari 2018. Adapun alat bantu yang digunakan untuk observasi ini adalah buku

catatan, alat tulis, camera, dan alat perekam.


41

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2014: 60) dalam penelitian kualitatif

yang menjadi instrumen atau alat adalah peneliti sendiri. Disini peneliti sendiri

berfungsi diantaranya untuk menetapkan fokus, informan, dan melakukan

pengumpulan data. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian berasal dari:

1. Peneliti sendiri,

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus "divalidasi".

validasi terhadap peneliti, meliputi pemahaman metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan

peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun

logikanya (Sugiyono, 2009:305).

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara merupakan satu paket pertanyaan yang sudah

dibuat untuk ditanyakan kepada narasumber. Sebelum peneliti melakukan

wawancara, maka peneliti harus membuat pedoman wawancara agar nanti

proses tanya-jawab berjalan lebih terarah.

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan merupakan hasil yang diperoleh oleh peneliti dengan

melakukan pendekatan-pendekatan berupa informasi yang didengar,dilihat

dan dipikirkan sehingga diperoleh refleksi data dalam pengumpulan data

lapangan.
42

4. Alat-alat atau media pendukung

Alat-alat atau media pendukung ini yaitu, semua peralatan yang

digunakan untuk menunjang penelitian. Alat-alat tersebut bisa berupa alat

tulis, tape recorder, kamera dan alat-alat yang bisa digunakan agar

penelitian berjalan dengan baik.

G. Analisis Data

Analisis data merupakan serangkaian proses dari mencari data sampai

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

catatan lapangan dan dokumentasi. Setelah didapatnya data-data atau

pengumpulan data maka hal tersebut diproses dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

serta membuat kesimpulan sehingga mendapatkan hasil analisis yang mudah

dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Sesuai dengan jenis penelitian di atas,

maka peneliti menggunakan model interaktif Miles, Hubberman dan Saldana

tahun 2014 untuk menganalisis data hasil penelitian. Menurut pendapatnya,

setelah diadakan proses pengumpulan data (data collection) ada beberapa

komponen yang dapat digunakan dalam melakukan analisis data yang meliputi:

1. Data Condensation (Kondensasi Data)

Kondensasi data menujuk pada proses pemilihan, menyederhanakan,

memfokuskan hal-hal penting dari data yang diperoleh sesuai dengan tema dan

polanya. Guna adanya kondensasi data ini bisa untuk mempermudah peneliti

untuk mendapatkan gambaran dan memahami atas data yang sudah diperoleh
43

secara lebih jelas dan akurat. Kondensasi data yang dilakukan pada penelitian ini

adalah memilah dan mengelompokkan hasil wawancara serta data-data yang telah

didapathan oleh peneliti berdasarkan fokus yang ada. Hal tersebut memudahkan

peneliti untuk mengolah dan mendeskripsikan data yang telah diperoleh mengenai

Manajemen taman kota.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah tahap kondensasi data, maka yang harus dilakukan peneliti adalah

menyajikan data. Penyajian data adalah sebuah proses organizing dan penyatuan

dari informasi serta data yang untuk kemudian diambil kesimpulan. Dalam

penelitian kuullitatif data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, flowchart

dan lain-lain. Tujuan adanya penyajian data guna mempermudah peneliti untuk

memahami apa yang terjadi dan merencanakan apa yang harus dilakukan

selanjutnya apa yang sudah dipahami. Penyajian data dalam penelitian in

dilakukan dengan hasil wawancara yang telah diperoleh untuk Manajemen taman

kota dan apa keterkaitannya dengan teori yang sudah dijelaskan di BAB II.

3. Conclusions: Drawing / Verifying (Verifikasi Penarikan Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi ini merupakan tahap akhir dari proses

penelitian. Tahap ini merupakan tahap yang mungkin bisa menjawab atau belum

bisa menjawab rumusan masalah yang sudah dinamuskan peneliti sejak awal. Hal

tersebut dikarenakan penelitian kualitalif masih berifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti melakukan penelitias langsung di lapangan. Dalam

penarikan kesimpulan dilakukan dengan memproses data yang telah disajikan

untuk kemudian disederhanakan dan diungkapkan dengan kalimat yang singkat


44

dan mudah dipahami dari penyimpulan tersebut sehingga mendapatkan

kesimpulan dengan fokus menjawab pertanyaaan pada rumusan masalah.

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan setelah peneliti melakukan

penyajian data dan memahami serta menganalisis apa yang ada di penyajian data

mengenai manajemen taman kota.

Gambar 3.1
Analisis Data

Sumber : Miles & Huberman dan Saldana. 2014.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENYAJIAN DATA UMUM

1. Gambaran Umum Letak Geografi Kota Kediri

Kota Kediri sebagai wilayah kota yang berada di wilayah provinsi Jawa

Timur, Kota Kediri terletak di wilayah selatan bagian barat Jawa Timur.

Secara astronomi wilayah kota kediri terletak pada 70 45’-70 55’ lintang selatan

dan 1110 05’-1120 03’ Bujur Timur, dengan ketinggian berkisar 67 meter dari

permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan 0-40%. Secara administrasi

Kota Kediri terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu kecamatan Mojoroto, kecamatan

Kota dan kecamatan Pesantren. Wilayah Kota Kediri terbelah oleh sungai brantas

yang mengalir dari selatan ke utara menjadi dua wilayah, yaitu wilayah barat

sungai dan timur sungai. Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2

bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah

barat sungai secara keseluruhan termasuk dalam wilayah Kecamatan Mojoroto

dengan luas 24,6 km2, sementara wilayah timur sungai termasuk dalam wilayah

Kecamatan Kota seluas 14,9 km2 dan kecamatan Pesantren seluas 23,9 km2.

Kantor Walikota Kediri terletak di Jl. Basuki Rachmat No. 15 Kecamatan Kota.

Jarak Kantor Walikota Kediri dengan ibukota Kecamatan Mojoroto 1,5 km,

dengan ibukota Kecamatan Kota 2,1 km, dan dengan Kecamatan Pesantren 5,8

km.

45
46

Luas wilayah Kota Kediri sekitar 63,40 km2, Dalam kegiatannya kegiatan

administrasi Kota Kediri dibantu oleh 324 orang ketua Rukun warga (RW) dan

1.436 orang ketua Rukun Tetangga (RT). Dilihat dari jumlahnya, kecamatan

pesantren merupakan kecamatan dengan jumlah RW dan RT terbanyak, yaitu 129

RW dan 496 RT. kecamatan Kota mempunyai jumlah 99 RW dan 478 RT.

sedangkan, Kecamatan Mojoroto mempunyai jumlah RW dan RT terkecil, yaitu

96 RW dan 462 RT. Wilayah barat sungai secara keseluruhan termasuk dalam

wilayah kecamata Mojoroto dan timur sungai sebagian termasuk dalam wilayah

kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren.

Secara administratif, dalam “Kota Kediri dalam Angka 2017”

disebutkan bahwa Kota Kediri berada di tengah wilayah Kabupaten Kediri

dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah utara : Kec. Gampengrejo dan Kec. Grogol

 Sebelah Selatan : Kec. Kandat dan Kec. Ngadiluwih

 Sebelah Timur : Kec. Wates dan Kec. Gurah

 Sebelah Barat : kec. Banyakan dan Kec. Semen

Adapun luas wilayah menurut kecamatan di Kota Kediri berdasarkan data BPS

tahun 2017 yaitu:


47

Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Kediri

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri dalam Tahun 2017

Tabel 4.2
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Kediri
No Kecamatan Kelurahan Luas Persentase Luas

1 Mojoroto 14 24,60 38,80

2 Kota 17 14,90 23,50

3 Pesantren 15 23,90 37,70

Kota Kediri 63,40 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri dalam Tahun 2017


48

Gambar 4.1
Peta Kota Kediri

Sumber:BPS Kota Kediri

2. Kependudukan Kota Kediri

Penduduk merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan. Karena disamping menjadi obyek pembangunan penduduk

sekaligus menjadi pelaku pembangunan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk

mendapatkan data yang akurat tentang jumlah penduduk yang ada disuatu daerah.

Beberapa metode dipakai dalam menghitung jumlah penduduk di Kota Kediri

diantaranya adalah melalui sensus penduduk, survei kependudukan, registrasi

penduduk dan perhitungan kepadatan penduduk. Jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk sangat dipengaruhi oleh tiga komponen pokok yaitu kelahiran

(Fertilitas), kematian (Mortalitas) dan perpindahan penduduk (Migration).

Jumlah penduduk akan terus bertambah yang disebabkan oleh tingkat kelahiran
49

lebih tinggi dari tingkat kematian dan migrasi masuk (in migration) lebih besar

dari pada migrasi keluar (out migration). Demikian halnya dengan penduduk kota

kediri, data yang dihimpun dari dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Kediri

menunjukan bahwa jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2016 sebanyak

281.978 jiwa. Berikut data jumlah penduduk Kota Kediri pada tahun 2016:

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan
No Kecamatan Jumlah penduduk

1 Mojoroto 115.486

2 Kota 84.238

3 Pesantren 82.254

Kota Kediri 281.978

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri dalam Tahun 2017

Tabel 4.4
Grafik Jumlah Penduduk per-Kecamatan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri dalam Tahun 2017


50

Dari data jumlah penduduk Kota kediri diatas maka dapat dikatakan

bahwa pada tahun 2016 kecamatan Mojoroto memiliki jumlah penduduk

terbanyak yaitu dengan jumlah 115.486 jiwa. Kemudian jumlah penduduk

kecamatan Kota yaitu 84.238 jiwa. Selanjutnya, kecamatan pesantren memiliki

jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu 82.254 jiwa.

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan Dan Pertaman Kota Kediri.

a). Visi dan Misi

Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan Dan Pertaman Kota Kediri beralamat

di di Jalan Mayor Bismo Nomor 04 Kota Kediri, Jawa Timur, dengan nomor

telepon (0354) 682336. Adapun visi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Kediri yang diperoleh dari Arsip DLHKP Kota Kediri. sebagai berikut:

"Mewujudkan Kota Kediri Bersih, Indah, Nyaman dan Bercahaya”

Mewujudkan : Mempunyai harapan ke depan lebih baik.

Kota Kediri : Kota kediri sehagai batasan wilayah pelayanan.

Bersih : Terpeliharanya kebersihan lingkungan, pengelolaan sampah

dan pengurangan sampah yang efektif berbasis 3R serta

pembersihan saliran, pengelolaan air limbah rumah tangga

dan limbah tinja yang efektif sehingga meningkatkan

kualitas lingkungan, yang dilakukan secara sinergi antara

Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Indah : Menjadikan dan menata kota kediri kota yang indah, hijau,

dan teduh dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas


51

Ruang Terbuka Hijau, Lampu Penerangan Jalan Umum.

lampu Taman/Hias maupun Tempat Pemakaman Umum.

Nyaman : Menjadikan kata nyaman sebagai tempat kediri tinggal,

tujuan dan investa sebagai hasil perwujudan dari Penataan

RTH LPIU, Lampu Hias Taman, dan Tempat Pemakaman

umum.

Bercahaya : Mewujudkan kota kediri merata dalam penarangan jalan

umum.

Untuk mewujudkan dan barkan visi tersebut, maka diperlukan beberapa

misi sebagai perwujudan autu langkah-langkah dan strategi apa untuk mencapai

visi tersebut dan juga sebagui arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.

Adapun misi tervebut adalah :

a. Mewujudkan pengelolaan kebersihan lingkungan yang efektif dan efisien.

b. Terwujudnya kualitas ruang terbuka hijau, pemakaman dan piu/lampu hias

taman.

c. Terwujudnya pelayanan DKP yang efektif dan efisien.

b). Tugas. Fungsi, dan Struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup

Kebersihan Dan Pertaman Kota Kediri.

Tugas. Fungsi, dan Struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan

Dan Pertaman Kota Kediri berdasarkan Peraturan Walikota Kediri Nomor 51

Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta

Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan Dan Pertamanan berdasarkan


52

peraturan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan Dan Pertaman Kota

Kediri memiliki susunan organisasi Dinas yang terdiri atas :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, membawahi :

1. Sub Bagian Umum dan Program;

2. Sub Bagian Keuangan.

c. Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, membawahi:

1. Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan;

2. Seksi Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Daya Alam;

3. Seksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup.

d. Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah, membawahi :

1. Seksi Pelayanan Kebersihan;

2. Seksi Pemanfaatan Sampah dan Penanganan Limbah B3;

3. Seksi Penanganan Sampah.

e. Bidang Pertamanan dan Tata Lingkungan, membawahi :

1. Seksi Pertamanan;

2. Seksi Konservasi Lingkungan;

3. Seksi Penanganan Ruang Terbuka Hijau dan Keanekaragaman Hayati.

f. UPT Dinas; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

c. Uraian Tugas Dan Fungsi

1. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok membantu Walikota melaksanakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibidang lingkungan


53

hidup serta tugas pembantuan. Tercantum dalam Peraturan Walikota Kediri

Nomor 51 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan

Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan Dan

Pertamanan.

Kepala Dinas memiliki fungsi :

a. Perumusan kebijakan dibidang lingkungan hidup;

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang lingkungan hidup;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang lingkungan hidup;

d. Pelaksanaan administrasi kedinasan;

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan

tugasnya.

2. Sekretariat mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,

mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum,

kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan keuangan.

Sekretariat mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan program, kegiatan dan anggaran;

b. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan keuangan/anggaran;

c. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan kepegawaian, rumah tangga,

d. Perlengkapan, protokol dan surat menyurat;

e. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan urusan

pemerintahan bidang lingkungan hidup; dan

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

g. Dengan tugas dan fungsinya.


54

3. Sub Bagian Umum dan Program mempunyai tugas :

a. Melaksanakan tata usaha surat menyurat;

b. Melaksanakan pengelolaan dan administrasi kepegawaian;

c. Melaksanakan urusan rumah tangga;

d. Melaksanakan manajemen aset;

e. Melaksanakan kegiatan kehumasan dan protokol;

f. Melaksanakan administrasi perpustakaan, arsip dan dokumentasi;

g. Melaksanakan analisis kebutuhan barang-barang keperluan kantor serta

h. Perbekalan lain;

i. Mengolah dan menganalisis data dan informasi sesuai bahan penyusunan

program, kegiatan dan anggaran;

j. Menyiapkan usulan anggaran;

k. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan program dan kegiatan;

l. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program;

m. Menyusun laporan pelaksanaan program; dan

n. Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai tugas

dan fungsinya.

4. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas :

a. Menyiapkan usulan anggaran kegiatan;

b. Mengelola keuangan;

c. Melaksanakan pembukuan;

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian keuangan; dan


55

e. Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai tugas

dan fungsinya.

5. Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas

merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pencegahan,

pengelolaan, pemantauan, penanggulangan dan pemulihan pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup.

Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan kebijakan perlindungan, pengelolaan, pemantauan,

penanggulangan dan pemulihan pencemaran dan kerusakan lingkungan

hidup;

b. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perlindungan,

pengelolaan, pemantauan, penanggulangan dan pemulihan pencemaran

dan kerusakan lingkungan hidup;

c. Pelaksanaan pembinaan, pencegahan, penanggulangan dan pemulihan

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup;

d. Pelaksanaan evaluasi, monitoring, dan pelaporan penyelenggaraan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

tugas dan fungsinya.

6. Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan mempunyai tugas:

a. Melaksanakan inventarisasi data dan informasi sumber daya alam;

b. Menyusun kebijakan dan dokumen lingkungan hidup;


56

c. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan dokumen

lingkungan hidup;

d. Melaksanakan sosialisasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan

dan dokumen lingkungan hidup;

e. Menentukan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

f. Menyusun dan pengesahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Kota;

g. Melaksanakan fasilitasi keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan KLHS

dan Pembinaan penyelenggaraan KLHS;

h. Memantau dan evaluasi KLHS;

i. Melaksanakan koordinasi penyusunan instrumen pencegahan pencemaran

san/atau kerusakan lingkungan;

j. Melaksanakan penilaian terhadap dokumen lingkungan;

k. Melaksanakan proses izin lingkungan;

l. Melaksanakan penerimaan pengaduan, penelaahan, verifikasi dan tindak

lanjut atas pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

m. Menyusun kebijakan tata cara pelayanan pengaduan dan penyelesaian

pengaduan masyarakat;

n. Menentukan parameter kualitas lingkungan hidup;

o. Menyusun kebijakan pembinaan terhadap sumber pencemar lingkungan

hidup; dan
57

p. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai dengan lingkup

tugas dan fungsinya.

7. Seksi Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Daya Alam mempunyai tugas :

a. Menyusun instrumen ekonomi lingkungan hidup;

b. Melaksanakan bimbingan teknis, monitoring dan pelaporan atas hasil

tindak lanjut pengaduan;

c. Melaksanakan pemulihan pencemaran (pembersihan, remidiasi,

rehabilitasi dan restorasi);

d. Mengembangkan sistem informasi kondisi, potensi dampak dan pemberian

peringatan akan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup kepada

masyarakat;

e. Menentukan kriteria baku kerusakan lingkungan dan sumber daya alam;

f. Melaksanakan penanggulangan kerusakan lingkungan dan sumber daya

alam; dan

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai dengan lingkup

tugas dan fungsinya.

8. Seksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mempunyai

tugas :

a. Menyusun kebijakan dibidang lingkungan hidup dan sumber daya alam;

b. Melaksanakan koordinasi penyusunan tata ruang yang berbasis daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup;


58

c. Melaksanakan penerimaan pengaduan, penelaahan, verifikasi dan tindak

lanjut atas pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

d. Melaksanakan penyelesaian sengketa lingkungan;

e. Mensosialisasikan dan mengembangkan sistem informasi penerimaan

pengaduan masyarakat atas pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup;

f. Menyusun kebijakan dan pelaksanaan pengawasan terhadap usaha

dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup;

g. Melaksanakan pengawasan terhadap penerima izin lingkungan dan izin

perlindungan dan pengelolaan lingkungan;

h. Mencegah, memantau dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup;

i. Membina dan meningkatkan kapasitas aparatur pengawas lingkungan

hidup;

j. Membentuk tim monitoring dan koordinasi penegakan hukum lingkungan;

k. Melaksanakan penegakan hukum atas pelanggaran Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

l. Melaksanakan pemantauan kualitas air, udara, tanah dan

kerusakanlingkungan;

m. Menyusun rencana program kerja laboratorium lingkungan;

n. Melaksanakan kegiatan pengujian parameter kualitas lingkungan; dan


59

o. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai dengan lingkup

tugasdan fungsinya.

9. Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah mempunyai tugas merumuskan

dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang kebersihan, persampahan dan

pengelolaan limbah B3.

Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah mempunyai fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis dibidang kebersihan, persampahan dan

pengelolaan limbah B3;

b. Perencanaan program dibidang kebersihan, persampahan dan pengelolaan

limbah B3;

c. Pelaksanaan koordinasi, pengawasan, pengendalian, monitoring dan

evaluasi dibidang kebersihan, persampahan dan pengelolaan limbah B3;

d. Pelaksanaan pemberian rekomendasi/perizinan dibidang kebersihan,

persampahan dan pengelolaan limbah B3; dan

e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas pokoknya.

10. Seksi Pelayanan Kebersihan mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana program dan petunjuk teknis dibidang pelayanan

kebersihan dan retribusi;

b. Menetapkan target wilayah pelayanan kebersihan dan target obyek

retribusi atas jasa layanan kebersihan dan pengelolaan sampah;


60

c. Pelaksanakan kegiatan pelayanan kebersihan kota dan pemungutan

retribusi atas jasa layanan kebersihan dan pengelolaan sampah;

d. Meningkatkan kapasitas manajemen dan fasilitas kerjasama dunia usaha

dan masyarakat dalam pengembangan kualitas pengelolaan kebersihan;

e. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas kebersihan kota; dan

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Kebersihan dan Pengelolaan Sampah sesuai dengan lingkup tugas dan

fungsinya.

11. Seksi Pemanfaatan Sampah dan Penanganan Limbah mempunyai tugas :

a. Merumuskan kebijakan dan penetapan target pengurangan sampah dan

prioritas jenis sampah;

b. Melaksanakan pengurangan sampah dengan kegiatan pembatasan timbulan

sampah, pendauran ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah;

c. Membina pembatasan timbulan sampah dan penggunaan bahan baku

produksi dan kemasan yang ramah lingkungan;

d. Membina dan penyediaan fasilitas daur ulang sampah dan pemanfaatan

kembali sampah;

e. Merumuskan kebijakan perizinan penyimpanan sementara, penimbunan

dan penguburan limbah B3 (pengajuan, perpanjangan, perubahan dan

pencabutan);

f. melaksanakan perizinan dan pengawasan penyimpanan sementara,

penimbunan dan penguburan limbah B3;


61

g. menyusun kebijakan perizinan pengumpulan dan pengangkutan limbah B3

(pengajuan, perpanjangan, perubahan dan pencabutan);

h. melaksanakan perizinan bagi pengumpulan dan pengangkutan limbah B3;

i. memantau dan mengawasi terhadap pengolahan, pemanfaatan,

pengangkutan dan penimbunan limbah B3; dan

j. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Kebersihan dan Pengelolaan Sampah sesuai dengan lingkup tugas dan

fungsinya.

12. Seksi Penanganan Sampah mempunyai tugas :

a. Merumuskan kebijakan penanganan sampah di Kota Kediri;

b. Melaksanakan koordinasi dan kegiatan pemilahan,

pengumpulan,pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah;

c. Menyediakan dan pemeliharaan sarana prasarana penanganan sampah;

d. Menetapkan lokasi TPS, TPST (TPS 3R) dan TPA;

e. Mengawasi terhadap tempat pemrosesan akhir dengan sistem pembuangan

open dumping;

f. Menyusun dan pelaksanaan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah;

g. Memberi kompensasi dampak negatif kegiatan pemrosesan akhir sampah;

h. Melaksanakan kerjasama dengan kabupaten/kota lain dan kemitraan

dengan badan usaha pengelola sampah dalam menyelenggarakan

pengelolaansampah;

i. Mengembangkan investasi dalam usaha pengelolaan sampah;


62

j. Menyusun kebijakan perizinan, pembinaan dan pengawasan pengolahan

sampah, pengangkutan sampah dan pemrosesan akhir sampah yang

diselenggarakan oleh swasta;

k. Melaksanakan perizinan, pembinaan dan pengawasan pengolahan sampah,

pengangkutan sampah dan pemrosesan akhir sampah yang

diselenggarakan oleh swasta; dan

l. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Kebersihan dan Pengelolaan Sampah sesuai dengan lingkup tugas dan

fungsinya.

13. Bidang Pertamanan dan Tata Lingkungan mempunyai tugas merumuskan

dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pertamanan, dekorasi, ruang

terbuka hijau, konservasi lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Bidang Pertamanan dan Tata Lingkungan mempunyai fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis dibidang pertamanan, dekorasi, konservasi

lingkungan, penanganan ruang terbuka hijau dan keanekaragaman hayati;

b. Perencanaan program dibidang pertamanan, dekorasi, konservasi

lingkungan, penanganan ruang terbuka hijau dan keanekaragaman hayati;

c. Pelaksanaan koordinasi, pengawasan, pengendalian, monitoring dan

evalusi dibidang pertamanan, dekorasi, konservasi lingkungan,penanganan

ruang terbuka hijau dan keanekaragaman hayati; dan

d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya.


63

14. Seksi Pertamanan mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana program pembangunan, pengembangan, penataan,

pemeliharaan, pengendalian, pengawasan dan pembinaan taman dan

dekorasi daerah serta petunjuk teknis dibidang pertamanan dan dekorasi

daerah;

b. Melaksanakan program pembangunan, pengembangan, penataan,

pemeliharaan dan pembinaan taman dan dekorasi daerah;

c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan

pelaporan dibidang pertamanan dan dekorasi daerah;

d. Melaksanakan pendataan/inventarisasi taman dan dekorasi daerah; dan

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pertamanan dan Tata Lingkungan sesuai dengan lingkup tugas dan

fungsinya.

15. Seksi Konservasi Lingkungan mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana perlindungan, pemanfaatan, dan pencadangan sumber

daya alam;

b. Melaksanakan perlindungan, pemanfaatan, dan pencadangan sumber daya

alam;

c. Menyusun rencana dan pelaksanaan pemulihan kerusakan lingkungan;

d. Melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;

e. Mengembangkan metode dan materi penyuluhan lingkungan hidup;

f. Melaksanakan penyuluhan lingkungan hidup dan peningkatan kapasitas

penyuluh lingkungan hidup;


64

g. Mengembangkan kelembagaan kelompok masyarakat peduli lingkungan

hidup;

h. Menyusun kebijakan pengembangan jenis dan tata cara pemberian

penghargaan lingkungan hidup;

i. Melaksanakan penilaian dan pemberian penghargaan lingkungan hidup;

dan

j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pertamanan dan Tata Lingkungan sesuai dengan lingkup tugas dan

fungsinya.

16. Seksi Penanganan Ruang Terbuka Hijau dan Keanekaragaman Hayati

mempunyai tugas:

a. Menyusun perencanaan pengembangan, penataan, pemeliharaan,

pengendalian, pengawasan dan pembinaan penghijauan Ruang Terbuka

Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP);

b. Melaksanakan pengembangan, penataan, pemeliharaan, pengendalian,

pengawasan dan pembinaan penghijauan Ruang Terbuka Hijau Kawasan

Perkotaan (RTHKP);

c. Melaksanakan inventarisasi, monitoring dan evaluasi penghijauan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP);

d. Melaksanakan pembibitan tanaman hias dan tanaman pelindung;

e. Melaksanakan pembangunan, pengembangan, penataan dan pemeliharaan

hutan kota;
65

f. Melaksanakan inventarisasi dan menyusun profil emisi Gas Rumah Kaca

(GRK);

g. Menetapkan kebijakan, merencanakan, melaksanakan, memantau dan

mengawasi konservasi, pemanfaatan berkelanjutan dan pengendalian

kerusakan keanekaragaman hayati;

h. Menyelesaikan konflik dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati; dan

i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pertamanan dan Tata Lingkungan sesuai dengan lingkup tugas dan

fungsinya.

17. UPT Dinas adalah unsur pelaksana teknis operasional dan/atau kegiatan

teknis penunjang tertentu dibidang lingkungan hidup serta tugas pembantuan.

UPT Dinas dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pembentukan, susunan organisasi

dan tata kerja UPT Dinas beserta tugas pokok, fungsi dan uraian tugas diatur

dengan Peraturan Walikota.

18. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah tenaga dalam jenjang

jabatan fungsional tertentu yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai

dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok jabatan fungsional dikoordinir

oleh seorang tenaga fungsional senior. Jenis jenjang dan jumlah jabatan

fungsional ditetapkan oleh Walikota berdasarkan kebutuhan dan beban kerja,

sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.


66

2. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri

Gambaran umum DPU kota kediri termuat dalam dpu.kedirikota.go.id

disebutkan bahwa:

Visi : SEBAGAI INSTANSI PENYEDIA INFRASTRUKTUR PU YANG

BERKUALITAS, BERMANFAAT DAN BERKELANJUTAN BAGI KOTA

KEDIRI

Rumusan visi di atas mengandung pengertian sebagai berikut:

Sebagai Instansi Penyedia Infrastruktur PU adalah bahwa Dinas PU Kota

Kediri sebagai dinas teknis yang bertugas melaksanakan kegiatan perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan prasarana kota bidang ke-PU-an bertanggung jawab

untuk menyediakan sekaligus mewujudkan infrastruktur kota.

Berkualitas adalah semua kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari segi teknis mempunyai kualitas yang sesuai dengan standar.

Bermanfaat adalah semua hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat

bermanfaat bagi seluruh masyarakat Kota Kediri baik dari segi ekonomi, sosial,

dan budaya.

Berkelanjutan adalah tetap terpeliharanya kuantitas dan kualitas sumber daya

alam dan lingkungannya.


67

Misi:

1. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana jalan, jembatan dan

penanggulangan banjir dalam rangka memperlancar arus lalu lintas barang

dan manusia di wilayah Kota Kediri dan mewujudkan Kota Kediri bebas

banjir.

2. Memenuhi kebutuhan Gedung Pemerintah dalam rangka memberikan

kenyamanan aparatur dalam menjalankan tugas dan layanan publik yang

paripurna kepada masyarakat.

3. Membangun sarana dan prasarana pemukiman guna mewujudkan lingkungan

yang sehat, bersih dan nyaman.

4. Membangun sistem penanganan atas bahaya kebakaran dengan meningkatkan

kemampuan personil, sarana dan prasarana pemadam kebakaran.

Gambar 4.2
STRUKTUR ORGANISASI DPU

Sumber: DPU Kota Kediri


68

3. Gambaran Umum Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan

Pengembangan Kota Kediri

Gambaran Umum Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan

Pengembangan Kota Kediri atau yang sering disebut Bappeda adalah suatu

lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Kediri yang bertugas

melaksanakan urusan perencanaan pembangunan. Menurut Peraturan Walikota

Kediri Nomor 59 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas

Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan

Pengembangan Kota Kediri berdasarkan peraturan tersebut, Dinas Badan

Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Kota Kediri memiliki

susunan organisasi Dinas yang terdiri atas :

Sumber: Bappeda Kota Kediri, 2017


69

Keterangan menurut Peraturan Walikota Kediri Nomor 59 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan

Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Kota Kediri:

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat, membawahi :

a. Sub Bagian Program dan Keuangan;

b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

3. Bidang Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,

membawahi :

a. Sub Bidang Perencanaan dan Pendanaan;

b. Sub Bidang Pengendalian dan Evaluasi;

c. Sub Bidang Data dan Pelaporan.

d. Bidang Pemerintahan, Pembangunan Manusia, Perekonomian dan

e. Infrastruktur, membawahi :

f. Sub Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya;

g. Sub Bidang Prasarana Wilayah, Permukiman, dan Lingkungan Hidup;

h. Sub Bidang Perekonomian, Ketahanan Pangan dan Pengembangan Usaha.

4. Bidang Penelitian dan Pengembangan, membawahi :

a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan dan Sosial

b. Budaya;

c. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Ekonomi dan

d. Pembangunan;

e. Sub Bidang Inovasi dan Teknologi.


70

5. UPT Badan; dan

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Gambaran Umum Taman Kota di Kota Kediri

Taman Kota adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Ruang

Terbuka Hijau Kota yang berfungsi untuk nilai estetika kota.

Tabel 4.5
Rekapitulasi Data RTH Kota Kediri

Sumber: DLHKP Kota Kediri Tahun 2016

Peningkatan luas ruang terbuka hijau menurut DLHKP Kota Kediri di kota kediri

mengalami peningkatan luas dalam skala tahun 2014-2017, hal tersebut membuat

presentase luasan RTH di Kota Kediri saat ini memenuhi luas sebesar 20,85%

untuk seluruh luasan RTH publik di Kota Kediri. Adanya taman kota sangat

berguna untuk mengurangi pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan

bermotor serta berfungsi sebagai sarana bermain, beristirahat dan bersosialisasi.

Kota Kediri telah memiliki taman kota yang cukup memadai yang digunakan

untuk aktifitas masyarakatnya.

Kota Kediri memiliki tiga kecamatan dan disetiap kecamatana dibangun

atau disediakan taman kota. seperti taman Sekartaji yang berada di kecamatan

Mojoroto, Taman Ngronggo yang berada di kecamatan Kota serta taman


71

Tempurejo yang berada di kecamatan Pesantren. Namun kota Kediri juga

memiliki beberapa taman lainnya seperti Aloon-aloon. Sedangkan taman yang

berukuran sedang yang cukup untuk beristirahat dari lelahnya berkendara ketika

bepergian ada taman Harmoni, taman Goa Sudanco. Untuk taman yang sedang

dalam proses pembangunan di kota Kediri memiliki 2 taman yaitu taman Brantas

dan taman Bantaran.

Jenis tanaman menurut Perda nomor 2 tahun 2014 tentang Pengelolaan RTH

menyebutkan bahwa jenis tanaman yang direkomendasikan untuk meneduhkan

taman yaitu jenis tanaman atau pohon yang tidak merubah citra kawasan atau

tetap mempertahankan pohon atau tanaman yang membentuk citra kawasan

tersebut. Di kota Kediri sendiri tanamannya harus merupakan pohon pelindung

yang berguna untuk dapat memberikan naungan terhadap sinar matahari dan juga

berfungsi sebagai penyerap gas berbahaya, menyimpan air tanah. Contohnya yaitu

Trembesi, Bungur, Tanjung, Sonokembang, Asem, Glodongan, Dan Sejenisnya.


72

Gambar 4.4
Foto Citra Persebaran RTH Kota Kediri 2017

Gambar Persebaran RTH Kota Kediri 2017 (Sumber: RTRW Kota Kediri)
73

Gambar 4.5
Foto Citra Persebaran RTH Taman Kota di Kota Kediri 2017

Gambar Persebaran Taman Kota Di Kota Kediri 2018 (Sumber: RTRW Kota Kediri)

Keterangan Gambar:
Pin biru : Titik lokasi taman kota
Pin Ungu : Titik lokasi taman kota dalam proses pembangunan/ pengerjaan
Pin hijau : Titik lokasi taman aloon-aloon kota
Pin kuning : Titik lokasi taman-taman kecil untuk beristirahat saat lelah berkendara
Pin Merah : Hutan Kota
74
Tabel 4.6
Analisa Elemen Taman Kota

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Masterplan RTH kota Kediri 2013 (RTRW Kota Kediri)

45
75

Gambar 4.6
Elemen Fasilitas Taman Kota

Gambar Elemen Taman Kota di Kota Kediri


Sumber:Olahan Penulis
Gambar 4.7
Elemen Fasilitas Taman Kota

Gambar Elemen Taman Kota di Kota Kediri


Sumber:Olahan Penulis

45
76

Gambar 4.8
Elemen Fasilitas Taman Kota

Gambar Elemen Taman Kota di Kota Kediri


Sumber:Olahan Penulis
Gambar 4.9
Elemen Fasilitas Taman Kota

Gambar Elemen Taman Kota di Kota Kediri


Sumber:Olahan Penulis
77

D. PENYAJIAN DATA FOKUS PENELITIAN

Manajemen taman kota di kota Kediri mengacu pada peraturan daerah kota

Kediri nomor 2 tahun 2014 tentang penngelolaan ruang terbuka hijau. Manajemen

taman kota mengacu pada 4 ruang lingkup pengelolaan pada pasal 6 yakni

perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengendalian.

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah proses menentukan tujuan serta sasaran yang

diambil guna mencapai tujuan. Di dalam peraturan daerah telah disebutkan

beberapa poin terekait perencanaan RTH di kota Kediri. Hal ini dikarenakan

taman kota merupakan bagian dari RTH maka terdapat kesamaan dalam

perencanaan keduanya, berikut poin-poinnya :

Pasal 8
(1) Perencanaan RTH merupakan bagian dari RTRW yang telah ditetapkan dan
dilakukan dengan mempertimbangkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
fungsi lingkungan.
(2) Perencanaan RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
luasan minimal 30% (tiga puluh persen), dengan rincian RTH Publik minimal
20% (dua puluh persen) dan RTH Privat minimal 10% (sepuluh persen).
Pasal 9
(1) Perencanaan RTH Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
dijabarkan dalam bentuk desain perancangan.
(2) Desain perancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kekurangkurangnya
memuat:
a. jenis pemanfaatan RTH, antara lain dapat berupa:
1. taman kota;
2. taman wisata alam;
3. taman rekreasi;
4. taman lingkungan perumahan dan permukiman;
5. taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
6. taman hutan raya;
7. hutan kota;
8. hutan lindung;
9. kebun raya;
78

10. cagar alam;


11. bentang alam;
12. kebun binatang;
13. pemakaman umum;
14. lapangan olah raga;
15. lapangan upacara;
16. parkir terbuka;
17. lahan pertanian perkotaan;
18. jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
19. sempadan sungai, rawa, dan bangunan;
20. jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas, dan pedestrian;
21. kawasan dan jalur hijau;
22. daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan/atau
23. taman atap (roof garden).
b. luas RTH;
c. lokasi RTH;
d. target waktu pelaksanaan; dan
e. anggaran dan biaya yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan keserasian,
keseimbangan, dan keindahan lingkungan.
Bentuk desain perencanaan diantaranya adanya rencana RTH Kota Kediri
Tahun 2030 yang termuat dalam laporan akhir penyusunan masterplan RTH Kota
Kediri.
79
Gambar 4.10
Peta Rencana RTH Kota Kediri Tahun 2030

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Masterplan RTH Kota Kediri

45
80

3) Perencanaan RTH Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari RTRW.

(4) RTH Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam
RDTRKP dengan skala peta sekurang-kurangnya 1 : 5000.

Pasal 10
(1) Setiap orang atau badan dapat menyusun perencanaan RTH.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan
persetujuan/pengesahan dari Walikota melalui Kepala Dinas.

Kegiatan perencanaan taman kota di kota Kediri dilakukan oleh 3 dinas

yang saling bekerjasama. Ketiga dinas tersebut adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan

Umum dan Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan. Terkait adanya

3 dinas yang bekerjasama, tentu diadakan pembagian tugas dan wewenang dalam

proses perencanaan. Seperti yang dikatakan Pak Erwin selaku Staff ahli Bidang

Fisik dan prasarana Bappeda Kota Kediri yang menyatakan sebagai berikut:

“Kalau di kami (Bappeda) ini lebih di soal penganggaran, kalau


untuk nilai enjerikanya jadi perancangannya, desainnya dan segala
macam itu ke (wewenang) dinas DLHKP dan PU. Jadi DLHKP itu
yang merencanakan taman hutan kota, taman depan TMP
(memorial park), sama taman sekartaji. Kalau untuk PU yang
sekarang dikerjakan (dalam pengerjaan) ada di bantaran sungai atau
taman bantaran sungai atau taman brantas. Kami (Bappeda) Cuma
proses penganggaran saja, dan yg desain dan perancangannya baru
lainnya.” (03 Januari 2018)

Pak Sunarko selaku Kepala Seksi Bidang Pertamanan DLHKP Kota Kediri terkait

proses perencanaan mengatakan sebagai berikut:

“Untuk proses perencanaan itu dilakukan di satu tahun sebelum


tahun anggaran itu terkait pekerjaan di tahun depan dan
merencakan anggarannya terkain peralatan dan perlengkapan yang
digunakan dalam pengelolaan. Ada rapat keseluruhan seksi yang
meenggunakan anggaran yang rutin dan diluar rutin dan tahapan
penambahan kegiatan baru dalam pengelolaan”. (16 Januari 2018)
81

2. Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2014 juga menjelaskan

tentang serangkaian pelaksanaan terkain pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota

Kediri, yakni dalam pasal 11, seperti berikut:

(1) Pengelolaan RTH dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Daerah,


masyarakat, dan pelaku pembangunan lainnya sesuai dengan bidang tugas
dan tanggungjawabnya masing-masing.
(2) Setiap penghuni atau pihak yang bertanggung jawab atas rumah/bangunan
atau persil yang terbangun diwajibkan untuk menghijaukan
halaman/pekarangan atau persil dimaksud dengan menanam pohon
pelindung, perdu, semak hias, penutup tanah/rumput.

Mengenai pelaksanaan manajemen taman kota, Pak Narko selaku Kepala

Seksi Bidang Pertamanan DLHKP Kota Kediri menuturkan pendapatnya:

“Gini, pelaksanaan itu sesuai porsi masing-masing seperti


seksi RTH ini di lapangan ada pengelompokan kegiatan, ada
kelompok penyiraman. Dalam penyiraman ini melibatkan
kendaraan truk, tangki, tosa yang bertugas mengurus penyiraman.
Lalu ada kelompok persemaian. Persemaian ini melaksanakan
kegiatan rutinnya memelihara tanaman di pembibitan dikosentrasi
masing-masing, jadi tidak boleh mencampuri proporsi yang lain.
Ada juga petugas pemeliharaan pot-pot”. (03 Januari 2018)

Lebih lanjut beliau mengatakan :

“Yang lain seperti pemangkasann, pembibitan, penggantian


media tanam atau penambahan media tanam terus kemudian
penggemburan. Terus untuk RTH ada kelompok pemotong rumput.
Jadi itu pelaksanaan rutin, tidak berupa pot atau hamparan itu ada
kegiatan penyiraman. Kalau ada yang mati, disulam jika ada
hamparan tanah kosong ya dipadati tanamannya”. (03 Januari
2018)

Selain wawancara dengan Bapak Sunarko selaku kepala seksi bidan

pertamanan, penulis juga menambahkan informan yang berasal dari pengunjung.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan taman, Mbak Putri (swasta, 23 tahun)

selaku narasumber memberikan pendapatnya sebagai berikut:


82

“Saya rasa pelaksaan pengelolaan taman di taman Sekartaji


ini sudah bagus ya. Saya selalu melihat pengelolaan yang dilakukan
oleh pegawai sangat rutin. Setiap sore sekitar pukul 4 pas saya
menemani adik saya bermain sepatu roda pasti pegawai juga
bekerja di jam segitu, ada yang memotong ranting pohon disana,
dan juga ada yang menyapu untuk membersihkan daun-daun yang
gugur. Kalau untuk penyiraman di taman sekartaji ini biasanya saya
melihat waktu berangkat kerja selalu dilaksanakan sekitar pukul
sembilan dan sepuluh pagi. Jadi kalau saya rasa untuk tingkat
pelaksanaan pengelolaan disini sudah cukup baik lah dilakukan
seenggaknya 2 kali sehari saya rasa cukup” (09 Januari 2018

Gambar 4.11
Proses Pelaksanaan Kegiatan Rutin dalam Mengelola Taman Kota

Gambar pelaksanaan manajemen taman kota di taman ngronngo (penanaman


pohon dan pengisian lahan kosong, sumber: DLHKP.
83

Gambar 4.12
Proses Pelaksanaan Kegiatan Rutin dalam Mengelola Taman Kota

Gambar pelaksanaan manajemen taman kota di taman ngronngo (penanaman


pohon dan pengisian lahan kosong, sumber: DLHKP.
84

Gambar 4.13
Proses Pelaksanaan Kegiatan Rutin dalam Mengelola Taman Kota

Gambar olahan peneliti, pelaksanaan manajemen taman kota di taman sekartaji


(pemotongan dahan pohon)
85

Gambar 4.14
Proses Pelaksanaan Kegiatan Rutin dalam Mengelola Taman Kota

Gambar olahan peneliti, pelaksanaan Manajemen taman kota di taman sekartaji


(pembersihan lumut dan daun gugur)

3. Pemanfaatan

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 dijelaskan pula mengenai kegiatan

pelaksanaan terkait RTH di kota Kediri sebagai berikut:


86

Pasal 13
(1) Pemanfaatan RTH mencakup kegiatan upaya peningkatan fungsi/penataan,
penggunaan ruang, dan pemeliharaan RTH.
(2) Pemanfaatan RTH milik atau yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah adalah
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.
(3) Setiap orang atau Badan dapat melakukan pemanfaatan RTH sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) atas izin dari Walikota melalui Kepala Dinas.
(4) Peraturan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata cara pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 14
(1) Pemanfaatan RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan pada
kawasan berdasarkan kriterianya dengan mempertimbangkan karakteristik
kawasan dan fungsi atau peruntukan kawasan, serta penatagunaan lahan dan
penyediaan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan standar kualitas
lingkungan.
(2) Pemanfaatan RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kawasan Hijau Pertamanan Kota, pemanfaatannya lebih difungsikan sebagai
taman dengan jenis tanaman tahunan maupun semusim yang bervariasi, 90%
(sembilan puluh persen) dari luas areal harus dihijaukan, sedangkan 10% (sepuluh
persen) lainnya dapat digunakan untuk kelengkapan taman, seperti jalan setapak,
bangku taman, kolam hias dan bangunan penunjang taman lainnya;
b. Kawasan Hijau Hutan Kota dan Kawasan Konservasi, juga berfungsi sebagai
taman Kota, ditanami jenis tanaman tahunan dengan jarak tanam rapat, 90%
(sembilan puluh persen) sampai dengan 100% (seratus persen) dari luas areal
harus dihijaukan, sedangkan areal lainnya dapat digunakan untuk kelengkapan
penunjang kawasan tersebut;
c. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, merupakan Ruang Terbuka Hijau yang
pemanfaatannya sebagai tempat rekreasi baik aktif maupun pasif, vegetasi yang
ditanam bervariasi, 60% (enam puluh persen) dari luas areal harus dihijaukan,
areal yang tidak dihijaukan digunakan untuk sarana/bangunan penunjang seperti
Gazebo/Bale-bale, Kantor Pengelola, Ruang Pameran, Tempat Bermain Anak,
Parkir dan kelengkapan taman lainnya;
d. Kawasan Hijau Pemakaman, berfungsi sebagai taman pemakaman,
pemanfaatan dikhususkan untuk pemakaman jenazah dengan vegetasi penutup
tanah/rumput lebih dominan daripada tanaman pelindung;
e. Kawasan hijau pertanian dan pekarangan pemanfaatannya dikhususkan untuk
menunjang bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura, 80% (delapan puluh
persen) sampai dengan 90% (sembilan puluh persen) dari luas areal dalam bentuk
hijau; dan
f. Kawasan Hijau Jalur Hijau, kurang lebih 90% (sembilan puluh persen) dari luas
arealnya harus dihijaukan dengan jenis vegetasi pohon, perdu,semak hias dan
penutup tanah/rumput.
87

Mengenai pemanfaatan dalam pengelolaan taman kota di kota Kediri,

menurut penuturan Pak Narko selaku Kepala Seksi Bidang Pertamanan DLHKP

Kota Kediri mengatakan bahwa :

“Dalam perencanaan juga ada proses pemanfaatan. Kalau


dinas ini ya termasuk memanfaatkan SAPRODI (Sarana Produksi)
sama SAPROTAN (Sarana Peralatan) tadi. Misalnya truk
dimanfaatkan untuk pemeliharaan, terus tosa dan mesin potong
rumput. Jadi lalu jika ada space-space tanah kosong iya itu
dimanfaatakan oleh dinas ya ditanami space tanah kosong itu. Ya
untuk pemanfaatan yang terbaru ya hutan kota itu, yang tidak
termanfaatkan hingga dimanfaatkan jadi hutan kota.” (03 Januari
2018)

Selain wawancara dengan Bapak Sunarko selaku kepala seksi bidan

pertamanan, penulis juga menambahkan informan yang berasal dari pengunjung.

Dalam pemanfaatan kegiatan pengelolaan taman, Mas Febri (mahasiswa, 22

tahun) selaku narasumber memberikan pendapatnya sebagai berikut:

“menurut saya pemanfaatan disini sudah cukup baik ya. Saya


mengerti atau melihat bahwa biasanya taman ini kalau tiap hari
minggu itu kan selalu dibuat beberapa komunitas untuk tempat
berkumpul, jadi sudah jelas lah kalau bagus untuk muda-mudinya
bisa memanfaatkan dengan baik. Tapi kalau saya boleh bertanya
ganti, menurut mbak apa dengan adanya pemanfaatan dari
masyarakat berarti juga terjamin bersihnya? Bahkan saya sering
melihat bahwa tempat yang disediakan atau biasanya untuk duduh
malah ada sampah-sampah botol minuman yang tertinggal, jadi gak
enak dilihatnya disitunya.” (16 Januari 2018)

Selain itu, penulis juga mewawancarai adik Lulu (Pelajar, 17 Tahun) selaku

perwakilan remaja di Kota Kediri.

“Bagus sih mbak pemanfaatannya, dengan adanya berbagai


kegiatan dari komunitas yang ada saya jadi sering ke taman ini
untuk menambah teman atau bahkan untuk mengetahui komunitas-
komunitas apa saja disini. Bahkan ada juga yang menampilkan
tarian disini, jadi saya merasa terhibur sekali dan saya sebagai anak
88

muda jadi ikut tertarik untuk mengikuti komunitas yang ada di kota
kediri jadi saya juga bisa berekspresi. Kalau untuk sampah itu
mungkin mereka masih belum sadar ya mbak, atau mungkin
penempatan tempat sampahnya yang terlalu jauh sehingga agak
malas untuk jalan buang sampah. Tapi kan seharusnya untuk yang
meninggalkan sampah diberi sanksi yang tegas biar pada
membuang sampah sesuai tempatnya.” (16 Januari 2018)

Menurut hasil dari observasi peneliti, bahwa dalam proses pemanfaatan ini

juga termasuk bagi masyarakat atau komunitas dapat memanfaatkannya sebagai

tempat pertemuan atau perkumpulan. Selain itu biasanya taman kota di kota kediri

juga dimanfaatkan untuk pengadaan kegiatan-kegiatan tertentu. Untuk

pemanfaatan yang bersifat melibatkan orang banyak atau sebuah lembaga harus

mengadakan perizinan terlebih dahulu.

Selain untuk kegiatan komunitas atau kegiatan bersosialisasi masyarakat,

adanya taman kota ini sangat diapresiasi oleh masyrakat khususnya untuk para

remaja. Para remaja merupakan mayoritas pengunjung yang mengunjungi taman

kota ini. Remaja di Kota Kediri sangat produktif, sehingga dalam pemanfaatannya

biasanya digunakan untuk ajang berkumpul komunitas. Komunitas-komunitas di

kota Kediri sering memanfaatkan area taman untuk berkumpul atau pun untuk

kegiatan eksistensi komunitasnya. Kegiatan-kegiatan tersebut diadakan pada hari-

hari lainnya tergantung keinginan komunitasnya, namun yang paling sering ada

pada hari Minggu. Selain para komunitas, dengan banyaknya spot foto yang

dianggap instagramable membuat para remaja sering berdatangan untuk sekedar

berfoto-foto dan istirahat. Dikarenakan desain atau perencanaan yang dibuat

sedemikian rupa hingga membuatnya sebagai salah satu spot foto bagi remaja.
89

Banyak remaja atau mahasiswa yang juga memanfaatkannya. Terlebih

dengan adanya fasilitas area wifi dan charger yang disiapkan pemerintah untuk

membuat masyarakatnya nyaman. tak hanya itu, bahkan banyak orang tua yang

mengajak anaknya untuk mengunjungi taman kota untuk menyenangkan para

buah hatinya. Anak-anak terlihat senang mengunjunginya karena di dalam taman

kota disediakan kolam dan sungai bersih yang berisikan ikan-ikan dan masyarakat

diperbolehkan untuk memberi makan ikan tersebut. Sehingga hal tersebut

membuat banyak orang tua dan masyarakat mengunjungi taman kota.

Gambar 4.15
Pemanfaatan Taman Kota

Gambar pemanfaatan ruang untuk tempaat berkumpulnya para komunitas


Sumber: Olahan Penulis
90

Gambar 4.16
Pemanfaatan Taman Kota

Gambar pemanfaatan ruang untuk tempaat berkumpulnya para komunitas


Sumber: Olahan Penulis

Gambar @feronicas: pemanfaatan taman kota di taman sekartaji (dalam rangka


pengenalan kain tenun ikat khas daerah dengan desain karya pelajar SMKN 3
Kota Kediri)
91

Gambar 4.17
Pemanfaatan Taman Kota

Gambar olahan penulis, pemanfaatan taman kota oleh warga setempat


92

4. Pengendalian

Amirullah (2015: 11) pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah

kegiatan organisasi sudah sesuai rencana sebelumnya. Sementara itu George R

Terry dalam Soebagio (2000:5) mengemukakan:

“management is a distinct process consisting of planning, organizing,


actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources”.

Definisi tersebut dapat diterjemahkan: Manajemen adalah suatu proses

yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia

dan sumber-sumber lainnya.

Menurut bapak Sunarko selaku Kepala Seksi Bidang Pertamanan DLHKP

Kota Kediri mengatakan bahwa :

“Kalau untuk pengendalian ini terfokus pada penganggaran


bahan-bahan bakar truk dan mesin pemotong rumput harus
termanfaatkan, terefisiensi. pokoknya pengendalian dalam segi
anggaran terus mendapatkan hasil pekerjaan yang semaksimal
mungkin. Tenaga kerja juga kita kendalikan semaksimal mungkin.
Misalnya dalam pengendalian RTH GOR itu kenapa ditaruh 2
orang, di jalan stasiun dan Ahmad Yani 1 orang. Itu juga termasuk
kacamata pengendalian. Dengan adanya pengendaliaan yang dirasa
2 orang saja cukup lalu nanti kalau diisi 5 nanti banyak yang
menganggur dan tidak bekerja. Tenaga kerja awal itu diarahkan
cara bekerjanya untuk menangani berbagai hal dan langsung terjun
langsung dilapangan” (03 Januari 2018)

Lebih lanjut beliau mengatakan :

“yang penting itu efektif dan efisien. Efektif itu sesuai sasaran RTH
misalah ada kerusakan kecil segera dibenahi agar tidak membesar.
Kalau efisien itu anggaran, jadi mengendalikan berdasarkan
anggaran. Dalam perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan itu
93

semua harus ada pengendaliaan. Kalau pengendalian dalam


pengendalian itu dengan setiap hari dengan kerja rutin sehingga
memantau juga jika ada kerusakan langsung dibenahi. Lalu dalam
pengendalian RTH saja (selain kebersihan) saat ini ada 8 Tossa,
truknya ada 5, tangki air truk 3 dan tangki air tossa itu 1. Untuk
pegawainya yang kontrak ada 80 orang, itu semua baik tenaga kerja
dan infrastruktur dikendalikan untuk mengelola RTH juga
termasuk taman kota itu sendiri. Tapi juga disebar seperti yang
saya katakana lagi, jadi disesuaikan kebutuhan berapa pegawai
setiap lokasinya.” (12 Januari 2018)

Selain wawancara dengan Bapak Sunarko, penulis juga menambahkan

informan yang berasal dari pengunjung. Dalam pelaksanaan kegiatan

pengendalian taman, Ibu Nikmatur (ibu rumah tangga, 26 tahun) selaku

narasumber memberikan pendapatnya sebagai berikut:

“Kalau saya rasa seperti yang mbak katakan tadi untuk


pengendalian elemen taman sudah cukup baik. Dengan menjaganya
elemen taman baik elemen air maupun tanah sudah baik. Untuk
sungai yang berisi ikan di taman Sekartaji itu seharusnya dibiarkan
mengalir agak keras agar terkesan segarnya lagi. Kalau untuk
taman Ngronggo masalah pengendalian untuk tanaman, gazebo dan
tempat bermain anak itu sudah saya rasa nyaman, hanya saja
seharusnya lebih dikendalikan lagi untuk adanya pasangan anak
muda yang pacaran diarea taman. Kasihan anak saya kalau
berencana bermain tapi malah melihat anak-anak berpacaran nanti
malah mengganggu pola pikirnya di kemudian hari. Dan itu kan
juga bisa menghilangkan nilai keindahan taman” ( 9 Januari 2018)

Selain wawancara dengan Ibu Nikmatur, penulis juga menambahkan

informan lainnya yaitu Mas Habibi (Swasta, 30 tahun) untuk ikut memberikan

tanggapan.

“pengendalian yang dilakukan oleh dinas DLHKP saat ini sih


saya rasa sudah bagus ya mbak, tapi kalau masalah yang mbak
katakan tadi tentang elemen taman saya ras juga sudah terkendali
dengan baik, namun ada sebagaian yang belum atau kurang
berfungsi. Ada tempat air minum itu yang berfungsi hanya sisi sini
kalau yang disana masih belum keluar airnya. Bahkan saya melihat
94

kadang ada anak kecil yang bermain atau cuci tangan di tempat air
minum yang telah disediakan. Harusnya itu lebih dikenadalikan.
Kan pengunjungnya juga bukan orang dewasa saja jadi lebih baik
kalo ada pengawasan langsung dari pihak taman selain dari pihak
orang tua. Dan ada lagi bahkan kalau sudah diberi lokasi smoking
area tapi masih saja saya melihat ada bapak-bapak yang entah
sengaja atau tidak masih merokok diarea taman” ( 9 Januari 2018)

Pengendalian dalam hal ini juga dapat dilihat dengan adanya peran

pemerintah yang menyediakan para pegawai yang bertugas mengurusi taman kota.

Pengendalian yang dilakukan oleh para pegawai di area taman kota yaitu

membersihkan daun-daun yang runtuh, membersihkan kolam dan sungai, serta

untuk memotongi dahan-dahan yang dirasa mengganggu pengunjung. Selain itu

dalam laporan akhir penyusunan masterplan RTH Dinas Pekerjaan Umum kota

kediri, pengendalian taman kota di Kota Kediri difungsikan untuk:

a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan


b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara
c. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keaneka ragaman hayati
d. Pengendali tata air
e. Sarana estetika kota

5. Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen taman kota di Kota

Kediri

Dalam pengelolaan ruang terbuka hijau khususnya taman kota, pasti ada

faktor-faktor penghambat maupun pendukung dalam mencapai tujuan. Begitu

pula dengan taman kota yang ada di kota Kediri. Kepala sub baian pertamanan

Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan da Pertamanan Kota Kediri, Bapak Sunarko


95

mengatakan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam manajemen taman

kota di kota Kediri, seperti berikut ini:

“Hambatan kalau Eksternal ya gangguan orang-orang yang tidak


memahami manfaat dari RTH. Terus dia melakukan pencabutan
tanaman, perusakan tanaman, corat-coret. Eksternal ya itu, ada
warga yang kurang memahami fungsi RTH dengan perusakan
taman atau RTH.” (03 Januari 2017)

Lebih lanjut beliau menyambung:

“Ada kondisi musim, kalau musim kemarau ya harus persiapan alat


potong. Menggunakan mesin potong rumput, kalau penghujan ya
mengganti dengan mesin gunting pangkas karena pertumbuhan
tanaman biasanya cepat pas penghujan. Selain kondisi alam
penghambatnya ya kondisi pengunjung/ manusia/ masyarkatnya
yang tidak menikmati atau merusak tadi. Kalau untuk internal
semua sudah mengikuti volume pekerjaan sehari-hari. Untuk faktor
pendukung sarana-prasarana yang sudah lengkap dalam taman kota
atau RTH seperti tadi insektisida, herbisida, untuk pengendalian
rumput, hama dan penyakit. Serta alat-alat yang digunakan seperti
cangkul, cetok, mangkil, gunting potong, mesin potong rumput itu
SARPRAS (sarana-prasarana) yang dimanfaatkan dengan baik.
Jadi kan kemarin sudah dikatan di internal tidak ada, karena faktor
penghambat internal ini belum menjadi prioritas dalam pengelolaan
taman kota, karena pengelolaan ini terfokus pada taman atau pun
RTH kondisi dilapangan dan memanfaatkan SAPRODI dengan
efektif dan Efisien” (12 Januari 2018)

Kenyataannya yang lebih memfokuskan pada sarana dan prasarana produksi

tersebut dapat dilihat dengan data jumlah sarana-prasarana manajemen taman kota

atau RTH yang sudah cukup banyak, seperti ada 5 buah truk, 8 tosa, tangki air

penyiraman yang berjumlah 3 serta jumlah tenaga kerja lepas yang berjumlah 80

orang untuk pengelolaan RTH juga taman kota di kota Kediri.


96

E. ANALISIS DATA

G.R Terry dalam Hasibuan (2014 : 2) mendefinisikan manajemen

merupakan suatu proses yang khas yang didalamnya ada tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan

untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya. Manajemen taman kota di kota

Kediri menggunakan 4 proses, yakni perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan

pengendalian. Keempat proses tersebut termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 2

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Kediri. Proses

perencanaan telah terlewati dengan adanya Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri. Menurut Peraturan Daerah Nomor 2

tahun 2014 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya Ruang

Terbuka Hijau disingkat RTH, menjelaskan bahwa RTH adalah area

memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkankepemilikan lahannya, RTH dibagi

menjadi dua, yaitu RTH public dan RTH privat. Proporsi RTH adalah minimal

30% luas wilayah dengan rincian 20% untuk RTH public dan 10% RTH privat.

Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan

dikelola pemerintah daerah kota dan menjadi tanggung jawab dari pemerintah

daerah yang penyediaannya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

Sedangkan RTH Privat adalah RTH yang penyediaan dan pemeliharaannya


97

menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat

yang dikendalikan oleh Pemerintah daerah.

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan faktor mendasar dalam menjalankan suatu program

atau kegiatan. Karena dalam suatu kegiatan juga program terdapat keterbatasan

baik secara teknis maupun sumber daya. Maka dari itu perencanaan sangat

dibutuhkan untuk memaksimalkan sumberdaya yang ada demi mencapai tujuan

yang diinginkan. Definisi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai

berikut:

Perencanaan (Planning) adalah suatu proses pengambilan keputusan

tenntang tujuan apa yang akan dicapai dan apa yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tersebut pada waktu mendatang (Pasolong, 2008: 85). Sedangkan

Menurut G.R Terry dalam Sukarna (2011: 10), Perencanaan ialah pemilihan dan

penghubungan antara fakta-fakta dan perkiraan asumsi-asumsi masa yang akan

datang dengan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Melalui perencanaan, para manajer menetapkan secara jelas apa yang

harus dikerjakan organisasi agar dapat berhasil Perencanaan organisasi

menyangkut keberhasilan organisasi dalam jangka pendek, jangka menengah, dan

jangka panjang dalamn Zakiyudin (2013: 11).

Rencana pengembangan RTH maupun taman kota di kota Kediri dapat

dilihat dengan adanya perencanaan yang diilakukan dengan lintas instansi, seperti

dengan Bappeda. Bappeda berperan sebagai koordinator atau dinas yang bertugas

mengoptimalkan anggaran baik itu APBD maupun APBN. Hal tersebut dilakukan
98

dengan adanya kebijakan bahwa Bappeda hanya berwenang dalam hal penyediaan

anggaran atau perencanaan anggaran dalam pengembangan ataupun pengelolaan

RTH di Kota Kediri, khususnya RTH Publik. Serta ada Dinas Pekerjaan Umum

yang yang memiliki peran merancang RTH dalam bentuk desain juga estetikanya.

Selain itu ada DLHKP yang berperan sebagai dinas yang menjalankan tupoksinya

yang menangani hal-hal terkait perawatan dan pengelolaan RTH yang ada di

seluruh kota Kediri, untuk RTH publik.

Dalam perencanaan ini, terdapat proses perancanaan dengan mengadakan

proses pengaturan unsur-unsur manajemen atau alat-alat sarana (tools)

Manajemen yang terdiri dari 6M. Menurut Sukarna (2011:16), penulis mencoba

menganisis proses perencanaan berdasarkan tools of management. Dalam

pembagian tugas/kerja sama beberapa instansi, penulis menganalisis bahwa dalam

instansi seperti Bappeda ini merupakan instansi yang menyediakan salah satu

unsur manajemen yaitu anggaran atau money. Disini Bappeda berfungsi untuk

memaksimalkan anggaran baik dari APBD dan APBN yang bisa digunakan dalam

proses perencanaan suatu taman kota. Yang kedua, dalam Dinas Pekerjaan Umum

ini terfokus pada material atau baha-bahan yang diperlukan dalam proses

pembangunan suatu taman. Jadi Dinas Pekerjaan Umum disini lebih terfokuskan

pada perannya merancang RTH baik dalam desain dan juga estetikanya semua itu

juga diperhitungkan berapa material/bahan yang diperlukan dalam membangun

suatu taman kota. Adanya material tidak akan berfungsi juga tanpa adanya unsur

manusia yang mengerjakannya. Lalu yang terakhir yaitu Dinas Lingkungan Hidup

Kebersihan dan Pertamanan sebagai salah satu instansi yang menjalankan tupoksi
99

dalam manajemen RTH Taman Kota terdapat beberapa tools of management.

Yang pertama yaitu man / tenaga kerja, disini adanya unsur tenaga kerja terlihat

dari adanya proses pelaksanaan yang dilakukan oleh beeberapa tenaga kerja dari

DLHKP dalam proses manajemen RTH taman kota. Selanjutnya untuk machine/

mesin terlihat dari adanya beberapa alat baik truk, tossa, pemotong rumput, truk

tangki air yang digunakan oleh DLHKP dalam proses manajemen RTH taman

kota. Lalu untuk unsur methods atau cara mencapai tujuan ini dilakukan oleh

DLHKP. Dalam proses pelaksanaan manajemen RTH taman kota dimaksudkan

agar dalam proses pelaksanaan, metode yang digunakan tepat dan tidak ada

penghamburan sumber daya sehingga proses manajemen berlangsung sebaik

mungkin.selain itu ada unsur yang terakhir yaitu market /pasar. Pasar disini

dimaksudkan untuk DLHKP menyebarluaskan produknya dalam hal ini yitu

taman. Dengan adanya penyebarluasan maka suatu taman dapat diketahui dan

dimanfaatkan masyarakat. Sehingga suatu proses manajemen tetap berlangsung.

Untuk proses ini, sudah menjadi hak pemerintah untuk mengadakan RTH taman

kota untuk dimanfaatkan masyarakatnya.

Hal tersebut sesuai dengan konsep manajemen G.R Terry dalam Sukarna

(2011: 3) menyatakan Perencanaan ialah pencapaian tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan melalui atau bersama-sama usaha orang lain. Usaha orang lain disini

terlihat dari adanya kerja sama antar instansi dalam mewujudkan RTH taman

kota.
100

2. Pelaksanaan

GR. Terry dalam Sukarna (2011: 82) menyatakan dalam pelaksanaan

merupakan kegiatan yang mendorong semua anggota kelompok agar supaya

berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas

serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak

pimpinan. Hal tersebut sama dengan konsep pelaksanaan pengelolaan RTH taman

kota di kota Kediri. Pelaksanaan dapat dilihat dengan adanya kegiatan rutin harian

yang dilaksanakan oleh para pegawai DLHKP. Dalam pelaksanaan kegiatan

harian ini para pegawai dikelompokkan dan disebar untuk melaksanakan tugas

mulai dari memotong rumpu dengan gunting rumput, menyapu rumput atau dahan

yang terpotong, hingga melakukan penyiraman taman. Jadi mengenai pelaksaan

ini terlihat dari adanya kegiatan yang selalu dilakukan setiap hari dan

berkesinambungan.

3. Pemanfaatan

Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata harfiah “manfaat” adalah guna atau

faedah. Ada pun pemanfaatan berarti proses dan cara atau perbuatan manusia.

Menurut peneliti dengan adanya proses dan perbuatan manusia ini bisa dilihat

dalam pengorganisasian karena dalam pengorganisasian terdapat unsur

kepemimpinan (perbuatan manusia) serta adanya proses untuk mencapai tujuan.

Serta pemanfaatan juga untuk pengorganisasian dengan sumberdaya yang ada

dimanfaatkan demi mencapai tujuan. Jadi disini bisa menggunakan teori

pengorganisasian. Untuk teori yang melandasi ini bisa menggunakan

pengorganisasian. Amirullah (2015: 8) mengatakan bahwa proses


101

pengorganisasian merupakan proses memberikan perintah serta kegiatan yang

terkoordinir kepada individu atau kelmpok untuk menerapkan rencana.

Pemanfaatan dalam hal ini bisa dilihat dengan adanya pemanfaatan sarana

produksi dan sarana peralatan yang bisa digunakan untuk kepeluan mengelola

taman. Misalnya yaitu dengan adanya truk tangki air maka harus dimanfaatkan

dengan adanya penyiraman menggunakan truk tangki air, dan untuk tosa harus

dimanfaatkan untuk mengangkut sisa-sisa pepohonan atau rerumputan yang telah

dipotong. Begitu juga dengan adanya mesin pemotong rumput, alat sapu atau

pembersih rumput harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Pemanfaatan ini

jugadapat dilihat dari adanya suatu organisasi atau komunitas yang ingin

mengadakan perkumpulan dan pertunjukan di taman maka bisa memanfaatkan

taman tersebut. Selain itu, pemanfaatan ini juga bisa dilakukan oleh masyarakat

dengan memanfaatkan fasilitas taman dengan bijak dan sesuai dengan semestinya.

4. Pengendalian

Amirullah (2015: 11) pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah

kegiatan organisasi sudah sesuai rencana sebelumnya. Pengendalian disini sama

dengan coordinating merupakan suatu proses pengintegrasian kegiatan-kegiatan

dari berbagai unit kerja organisasi agar dapat mencapai tujuan secara efisien

(Pasolong: 85). Jadi dengan adanya pengendalian ini dimaksudkan agar semua

pegawai bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

Pengendalian dalam pengelolaan taman di kota Kediri bisa dilihat dengan

adanya kontrol pada pegawai yang melakukan kegiatan harian. Kegiatan harian ini

merupakan kontrol yang dilakukan setiap pegawai disaat mereka bekerja setiap
102

hari. Jika dalam pelaksanaan kegiatan rutin telah ditemukan lahan kosong yang

tidak ditanami rumput atau adanya tanaman terserang hama maka saat itu juga

pengendalian pada taman atau RTH dilakukan dan masalah tersebut langsung

diamati. Selain hal tersebut pengendalian ini bisa dilihat dari adanya penyebaran

pegawai untuk melakukan hal rutin. Pembagian ini seperti dalam membagi

pegawai dalam beberapa orang untuk melaksanakan kegiatan rutin di suatu lokasi

guna meminimalisir adanya pekerja yang menganggur akibat kebanyakan jumlah

pekerja dalam suatu taman. Selain itu pengendalian ini juga berguna untuk

mengetahui dan mengatasi suatu masalah yang terjadi, serta menjaga agar semua

elemen taman dapat terkendali dengan baik.

5. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Manajemen Taman Kota

a) Faktor Penghambat

Faktor penghambat dan pendukung dalam pengelolaan RTH taman kota di

Kota Kediri salah satunya adalah kesadaran masyarakat. Menurut peneliti,

manusia merupakan faktor terpenting dalam menjaga suatu lingkungan termasuk

taman kota. Taman kota tidak akan terlihat nilai estetikanya jika manusia selalu

merusaknya. Menurut hasil penelitian bahwa masyarakat kurang perduli dalam

menjaga atau pun melestarikan RTH taman kota. Sering kali masyarakat

meninggalkan sampah sembarangan di area taman bahkan ada yang merusak

fasilitas yang tersedia. Selain itu banyak orang tua yang datang membawa anak

dan membiarkan anak-anak tersebut mengeksplorasi taman tanpa adanya

pengawasan. Sehingga banyak orang tua yang tidak tahu kalau anak-anak mereka
103

ada yang mencabuti atau memetik tumbuhan dan bunga yang berfungsi

memperindah taman. Selain faktor manusianya, dalam manajemen taman kota ini

ada faktor iklim pula yang menjadikannya sebagai faktor penghambat.

Iklim dalam hal ini dirasa sangat mengganggu proses pengelolaan taman.

Jenis tumbuhan yang tumbuh sangat dipengaruhi iklim. Biasanya tumbuhan dalam

jenis tertentu di saat musim hujan akan sangat cepat proses pertumbuhannya,

sehingga perlu adnya penanganan yang secepat mungkin. Begitu pula dengan

musim panas ada tumbuhan yang gugur dan menimbilkan banyaknya daun-daun

yang merusak estetika sehingga sangat perlu untuk segera dibersihkan. Selain itu,

seperti kenyataannya di lapangan, bahwa kondisi cuaca harus selalu diperkirakan

terlebih dahulu. Dengan adanya perkiraan cuaca maka pegawai tidak harus

kembali lagi ke kantor untuk mengganti peralatan yang sudah terbawa. Mengingat

pada setiap musim atau iklim cuaca yang berbeda maka alat yang dipersiapkan

untuk menangani masalah taman kota juga tentunya berbeda.

b. Faktor Pendukung

Selain faktor penghambat, dalam manajemen taman kota juga terdapat

faktor pendukung. Beberapa faktor pendukung yang terdapat dalam pengelolaan

RTH taman kota adalah sebagai berikut:

1. Dukungan dari pemerintah

Pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan suatu kota.

Dukungan pemerintah ini terlihat dalam adanya suatu peraturan tentang

perencanaan tata ruang perkotaan contohnya RTRW dalam Peraturan Daerah Kota

Kediri Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri
104

Tahun 2011 – 2030. Selain itu juga adanya dukungan pemerintah dalam

pengelolaan RTH dengan dibuatkan peraturan sendiri mengenai pengelolaan RTH

seperti Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2014 tentang Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau. Dengan adanya dukungan tersebut sangat membantu dalam

mencapai proporsi RTH publik yang saat ini sudah mencapai target 20%.

2. Sarana- prasarana yang memadai

Manajemen taman kota tidak akan berlangsung tanpa adanya sarana dan

prasarana yang mendukung. Dengan adanya fasilitas air minum, kolam ikan, air

mancur, smoking area, wifi area dan tempat duduk yang ada di taman kota di Kota

Kediri penulis rasa sudah cukup lengkap. Selain itu, dalam pengelolaan RTH

taman kota di kota kediri, sarana-prasarana merupakan hal yang utama selain

adanya SDM. Sarana-prasarana yang menyokong pengelolaan RTH taman kota di

kota kediri sudah dikatakan cukup, seperti adanya 8 Tossa, 5 truk, 3 truk tangki

air, dan tangki air tossa ada 1. Semua peralatan ini dikhususkan untuk RTH,

sedangkan untuk kebersihan sendiri ada lagi. Peralatan tersebut sudah cukup

untuk menunjang pengelolaan RTH juga taman kota.

3. SDM yang cukup

Sarana dan prasarana tidak akan berguna dengan baik tanpa adanya manusia

yang menggunakan. Pengelolaan RTH taman kota di kota Kediri di dukung

dengan banyaknya pegawai, seperti berikut:


105

Tabel 4.7

Tabel pegawai DLHKP sesi RTH Pertamanan

Keterangan Jumlah

Pegawai Lepas 80

Pegawai tetap 40

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan 2018

Dengan adanya 80 pegawai lepas dan 40 pegawai tetap yang bertugas

mengelola RTH juga taman kota. Pegawai-pegawai tersebut telah diberi arahan

sebelum terjun langsung untuk kegiatan rutin harian. Selain itu, dengan jumlah

pegawai yang tidak sedikit maka diadakan penyebaran pegawai. Adanya

penyebaran pegawai ini dimaksudkan agar semua pegawai memiliki beban tugas

yang jumlahnya relatif sama dan untuk mengurangi pegawai yang menganggur

dalam bekerja karena terlalu banyak pegawai yang ditempatkan di satu titik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen ruang terbuka hijau khususnya taman kota di Kota Kediri

tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2014 tentang

pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Kediri. Peraturan daerah

tersebut memuat tentang pengelolaan RTH termasuk taman kota dengan empat

poin, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Dari hasil

penelitian yang berjudul “Manajemen Taman Kota Dalam Rangka Ruang Terbuka

Hijau di Kota Kediri” sudah dirasa cukup baik, maka pada bab penutup ini

penulis akan menyimpulkan hasil dari manajemen RTH taman kota di Kota Kediri

sebagai berikut:

1. Manajemen Taman Kota di kota Kediri

Manajemen ruang terbuka hijau taman kota di Kota Kediri termuat dalam

Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2014 tentang pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau (RTH). Selain itu untuk mendukung adanya peraturan daerah

tentang pengelolaan ruang terbuka hijau ini di dukung pula dengan adanya

peraturan mengenai rencana tata ruang wilayah Kota Kediri yang termuat dalam

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012. Peraturan daerah tentang pertamanan

juga ada tersendiri, yakni Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Pertamanan Kota. Dari beberapa praturan tersebut memuat bagaimana

pengembangan, pengelolaan dan juga aturan atau tata cara dalam manajemen

104
105

RTH termasuk taman kota. Untuk manajemen yang termasuk di dalamnya ada

proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengendalian sudah

dilaksanakan berdasarkan prosedur dan tata cara yang sesuai dan pada saat ini

proses manajemen RTH taman kota di Kota Kediri sudah cukup baik meskipun

ada beberapa masyarakat yang masih kurang kesadarannya akan kebersihan dan

menjaga elemen taman.

Dikatakan baik dalam hal manajemen pada RTH taman kota ini adalah

sebagai berikut. Untuk proses perencanaan dalam pengembangan RTH sudah

terlihat melalui adanya perencanaan yang diilakukan dengan lintas instansi.

Konsep pelaksanaan pengelolaan RTH taman kota di kota Kediri, pelaksanaan

dapat dilihat dengan adanya kegiatan rutin harian yang dilaksanakan oleh para

pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri.

Pemanfaatan dalam hal ini bisa dilihat dengan adanya pemanfaatan sarana

produksi dan sarana peralatan yang bisa digunakan untuk kepeluan mengelola

taman. Serta juga dapat dilihat dari adanya suatu organisasi atau komunitas yang

ingin mengadakan perkumpulan dan pertunjukan di taman maka bisa

memanfaatkan taman tersebut. Selain itu, pemanfaatan ini juga bisa dilakukan

oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas taman dengan bijak dan sesuai

dengan semestinya. Sedangkan untuk pengendalian dalam pengelolaan taman di

kota Kediri bisa dilihat dengan adanya kontrol pada pegawai yang melakukan

kegiatan harian dan pengendalian ini juga berguna untuk mengetahui dan

mengatasi suatu masalah yang terjadi, serta menjaga agar semua elemen taman

dapat terkendali dengan baik. Sedangkan yang masih dirasa kurang yaitu
106

kepedulian atau kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan serta menjaga

elemen taman.

2. Hambatan dalam Manajemen Taman Kota di Kota Kediri

Proses manajemen RTH taman kota di Kota Kediri selain banyak faktor

pendukung seperti banyaknya tenaga ahli yang dikerahkan dan sarana produksi

yang memadai untuk proses manajemen taman kota, terdapat pula beberapa

hambatan dalam proses manajemen tersebut. Hambatan ini tidak lain adalah

kurangnya kesadaran masyarakat dalam merawat RTH taman kota. Masyarakat

seringkali kurang perduli terhadap keberadaan elemen-elemen dalam taman kota.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang berjudul “Managemen Taman Kota dalam

Rangka Ruang Terbuka Hijau di Kota Kediri” yang mengambil studi di Dinas

Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri dapat ditemukan

beberapa masukan atau saran positif bagi pihak yang berkepentingan.

1. Melakukan evaluasi atau rapat hasil kegiatan secara rutin dan

berkesinambungan terhadap elemen-elemen di dalam RTH taman kota

sehingga tidak terjadi masalah-masalah yang bersifat teknis atau non

teknis dan bisa segera diambil langkah penyelesaiannya.

2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat guna meningkatkan peran

masyarakat dan untuk menumbuhkan kesadaran menjaga elemen

lingkungan dan perduli terhadap sampah di area lingkungan. Hal ini bisa

di lakukan demi menumbuhkan kesadaran di masyarakat akan

pentingnya ruang terbuka hijau salah satu jenisnya taman kota di Kota
107

Kediri. Kegiatan sosialisasi tersebut bisa melalui forum diskusi per RT

atau RW, atau bisa juga memberikan sosialisasi di area sekolah atau

lewat pendidikan. Lalu bisa melalui media sosial, mengingat saat ini

merupakan era global dan banyak masyarakat memiliki berbagai jenis

media sosial (twitter, instagram, facebook) serta bisa melalui web atau

media elektronik lainnya. Dengan begitu masyarakat lebih mudah

mendapat atau menyebarkan ulang adanya sosialisasi tentang menjaga

kelestaraian lingkungan khususnya RTH taman kota.

3. Pemerintah lebih berperan aktif dalam menghimpun aspirasi

masyarakat. Baik dalam bentuk diskusi langsung atau forum yang

disediakan di media sosial. Dengan begitu pemerintah bisa secara

langsung menghimpun saran atau aspirasi masyarakat mengenai apa saja

yang diinginkan masyarakat terhadap taman kota di masa mendatang.

4. Pemerintah sebaiknya lebih bersifat terbuka dan mengadakan

komunikasi dengan pihak swasta. Dengan strategi komunikasi ini

diharapkan pemerintah bisa menarik investor dalam proses manajemen

taman kota maupun dalam proses pengembangan taman kota di Kota

Kediri.

5. Pemerintah lebih tegas dalam penegakan hukum atau memberikan

sanksi tegas bagi masyarakat yang melanggar atau bahkan tidak menjaga

atau merusak elemen dan nilai estetika taman.


DAFTAR PUSTAKA

Afiffuddin. 2010. Pengantar Administrasi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.


Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen : Fungsi-Proses-Pengendalian. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Andriani, Yessa Putri. 2016. Implementasi Kebijakan Pembangunan Perkotaan
dalam Perspektif Public Private Partnership. Skripsi: Universitas Brawijaya.
Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia . Jakarta: PT
Ardadizya Jaya.
Etiningsih, Eva. 2016. Fungsi Taman Kota Sebagai Ruang Publik (Studi Di
Taman Merdeka Kota Metro). Skripsi : Universitas Lampung.
Fitrianto, Rizky. 2016. Manajemen Ruang Terbuka Hijau Berbasis Sustainable
Development Di Kota Kediri. Skripsi: Universitas Brawiajaya.
Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta
: Bumi Aksara
Handoko T, Hani. 2013. Manajemen edisi ke 2. Yogyakarta: BPFE.
Handoko T, Hani. 1985. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Liberty.
Hasibuan, Melayu S.P. 2014. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah
Edisi Revisi.Jakrta: BumiAksara.
Irwan, Z.D. 1994. Peranan Bentuk dan Struktur Hutan Kota terhadap Kualitas
Lingkungan Kota. Disertasi, Pasca Sarjana. IPB Press. Bogor
Jaya, Rony. 2013. Peranan Kepala Desa sebagai Administrator Pembangunan
di Desa Pongkar Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun. Skripsi: Sultan
Syarif Kasim Riau.
Jelang, Tety. 2012. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Taman Kota. Skripsi:
Universitas Brawijaya.
Karyono,Tri Harso. 2001. Penelitian “Kenyamanan Termis di Jakarta Sebagai
Acuan Suhu Nyaman di Indonesia” dalam Dimensi Teknik Arsitektur.
Vol.29;24-33 no.1; Universitas Indonesia.
Manullang, 2005. Dasar_Dasar Manajemen . Gadjah Mada University Press.

110
111

Mariana, Setya. 2008. Penggunaan Perkerasan yang Berfungsi Ekologis pada


Taman Kota. Skripsi: UI
Maulana, Zaki. 2013. Manajemen Pemusatan Latihan Renang Di Sekolah
Olahraga Ragunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Skripsi : UNY
Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman dan Saldana. 2014. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong, Lexy.J . 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Naway, Fory. 2016. Strategi Pengelolaan Pembelajaran. Gorontalo: Ideas
Publishing.
Neolaka, Amos 2014.Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pasolong, Harbani. 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung :
Alfabeta
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pertamanan Kota
Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2014 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Kediri Tahun 2011 – 2030
Purnomohadi, Ning. 2006. Ruang Terbuka Hijau: Sebagai Unsur Utama Tata
Ruang Kota. Jakarta: Kementrian PU.
Sarwoto. 1991. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalian
Indonesia.
Siagian, Sondang P. 1978. Manajemen, Yogyakarta: Liberty.
Siagian, Sondang P. 2003. Administrasi pembangunan: konsep, dimensi dan
strateginya, Jakarta: Bumi Aksara.
112

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta


Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sukamto, Hendi. 2011. Manajemen PSSI Kabupaten Purworejo. Skripsi: FIK
UNY
Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Universitas
Brawijaya: UB Press.
Sukarna. 2011. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka
Cipta.
UU Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Zakiyudin, Ais. 2013. Teori dan Praktek Manajemen. Jakarta: Mitra wacana
Media.

Anda mungkin juga menyukai