Anda di halaman 1dari 72

PENGGUNAAN APLIKASI LAKSA DALAM

MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI


MASYARAKAT DI KOTA TANGERANG

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:
Muhammad Rizki
11181120000066

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H./2022 M.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

Penggunaan Aplikasi LAKSA Dalam Mewujudkan Transparansi dan

Partisipasi Masyarakat di Kota Tangerang

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 31 Oktober 2022

Muhammad Rizki

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Muhammad Rizki

NIM : 11181120000066

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

Penggunaan Aplikasi LAKSA dalam Mewujudkan Transparansi dan


Partisipasi Masyarakat di Kota Tangerang

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 31 Oktober 2022

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin, M.Si. Dr. Haniah Hanafie, M.Si.


NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19610524 200003 2 002

ii
iii
ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang penggunaan aplikasi LAKSA sebagai


wadah aspirasi masyarakat Kota Tangerang dalam mewujudkan prinsip
transparansi dan partisipasi. Persoalan transparansi dan partisipasi dalam pelayanan
publik di Kota Tangerang belum berjalan dengan baik padahal sebagai kota industri
membuat kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan publik terbilang cukup tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran aplikasi LAKSA dalam
menciptakan transparansi dan partisipasi di pemerintah Kota Tangerang, serta
mengetahui faktor pendukung dan penghambat penggunaan aplikasi LAKSA.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif analisis, dengan
Teknik pemngumpulan data melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teori
yang digunakan adalah transparansi yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto dan
teori partisipasi publik oleh Anstein, digunakan sebagai Teknik analisis data.
Hasil penelitian dengan menggunakan teori tersebut menunjukan bahwa
dalam hal transparansi pleayanan seperti keterbukaan informasi biaya, waktu, dan
persyaratan dalam penggunaan aplikasi LAKSA berjalan cukup baik. Kemudahan
pengguna dalam menggunakan aplikasi tersebut terbilang baik Dalam menciptakan
partisipasi, aplikasi LAKSA dapat disimpulkan efektif menumbuhkan keinginan
masyarakat dalam menyampaikan aspirasi. Partisipasi yang tercipta dalam
penggunaan aplikasi LAKSA adalah adanya kontrol oleh warga.

Kata Kunci : Transparansi, Partisipasi, Aplikasi LAKSA

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis diberikan Kesehatan, kesabaran, dan kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Media Sosial dan Good governance Studi

Kasus Transparansi dan Partisipasi Dalam Penggunaan Aplikasi LAKSA di Kota

Tangerang”. Shalawat serta salam dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW,

serta seluruh keluarganya, sahabat dan para pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa terdapat beberapa hambatan dalam proses

penulisan skripsi ini, namun karena doa dan dukungan dari berbagai pihak,

alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dalam kata pengantar

ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, M. A., selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ali Munhanif, M. A., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iding Rosyidin, M. Si., dan Ibu Dr. Suryani, M. Si., selaku ketua dan

sekretaris Prodi Ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Haniah Hanafie, M. Si., yang telah bersedia menjadi pembimbing

skripsi saya dan selalu menyediakan waktu, saran, kesabaran dalam

membimbing penulisan skirpsi ini. Semoga ibu dan keluarga selalu diberikan

Kesehatan dan rahmat dari Allah SWT.

v
5. Burhanuddin Muhtadi, M.A., Ph.D., yang telah bersedia menjadi dosen

pembimbing akademik saya. Terima kasih atas waktu dan saran yang Bapak

berikan kepada saya. Semoga Bapak dan keluarga diberikan Kesehatan dan

rahnmat dari Allah SWT.

6. Seluruh dosen Prodi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmunya selama masa perkuliahan.

7. Kedua orang tua, serta kedua kakak saya yang selalu memberikan dukungan

dan doa untuk menyelesaikan masa perkuliahan dengan baik.

8. Seluruh narasumber skripsi saya, khususnya kepada Setyo Pambudi selaku

Kepala Bagian Tata Usaha UPT Pengelola Ruang Kendali Kota, karena telah

memberikan waktunya untuk menjadi narasumber saya.

9. Teman-teman diskusi saya Umar, Aan, Daffa, Adzim, Haidar, Hafizh dan

Sheva yang selalu memberikan waktu untuk bertukar pikiran. Serta teman-

teman HMI komfisip 2018.

Penulis berharap semoga Allah SWT akan memberikan balasan dari segala

kebaikan yang diberikan kepada saya. Terima kasih terhadap semua pihak yang

telah berkontribusi terhadap penulisan skripsi ini, mohon maaf tidak dapat

disebutkan satu persatu. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada seluruh kalangan.

Jakarta, 31 Oktober 2022

Muhammad Rizki

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................. i


PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL........................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ........................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 8
E. Metode Penelitian............................................................................. 16
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 19

BAB II KERANGKA TEORI ................................................................... 21

A. Transparansi ..................................................................................... 21
B. Partisipasi Publik.............................................................................. 23

BAB III PROFIL PEMERINTAH KOTA TANGERANG ................... 25

A. Demografi Kota Tangerang dan


Penggunaan Internet Masyarakat ..................................................... 25
B. Aplikasi LAKSA .............................................................................. 27

BAB IV PERAN APLIKASI LAKSA DALAM MEWUJUDKAN


TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DI PEMERINTAH KOTA
TANGERANG ............................................................................................ 29

A. Transparansi dalam Penggunaan Aplikasi LAKSA ......................... 29

vii
1. Keterbukaan Proses Pemberian Pelayanan Publik ...................... 29
2. Kemudahan Pengguna Memahami Peraturan
dan Prosedur Pelayanan ............................................................... 33
3. Kemudahan Memperoleh Informasi Pada Semua Aspek
Penyelenggaraan Pelayanan ........................................................ 36
B. Partisipasi dalam Penggunaan Aplikasi LAKSA ............................. 39
1. Kemampuan Masyarakat Terlibat dalam Proses ......................... 40
2. Adanya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Aspirasi ................ 42
C. Analisis Peran Aplikasi LAKSA dalam Menciptakan
Pelayanan Publik Partisipatif ........................................................... 46
D. Faktor Pendukung dan Hambatan Penggunaan
Aplikasi LAKSA .............................................................................. 50

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 56

A. Kesimpulan ..................................................................................... 56
B. Saran ................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 60

viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Daftar Gambar

Gambar III.A.1. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Berdasarkan Umur .... 26

Gambar IV.A.2.1. Prosedur Pelayanan di Aplikasi LAKSA ....................... 35

Gambar IV.A.3.1. Dokumentasi tindak lanjut aplikasi LAKSA.................. 37

Gambar IV.A.3.2. Grafik Status Pengaduan Aplikasi LAKSA ................... 38

Gambar IV.B.2.1. Laporan Pengguna Aplikasi LAKSA ............................. 44

Gambar IV.B.2.2. Jumlah Masyarakat Pengguna Aplikasi LAKSA ........... 45

Daftar Tabel

Tabel II.B.1. Delapan Kategori Partisipasi Warga ....................................... 23

ix
DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
Diskominfo : Dinas Komunikasi dan Informatika
KK : Kartu Keluarga
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LAKSA : Laporan Aspirasi Kotak Saran Anda
Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan
OEDC : Organisation for Economic Cooperation and Development
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
Pemkot : Pemerintah kota
SDM : Sumber Daya Manusia
SMS : Short Message service
SOP : Standar Operating Procedure
TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi
UNDP : United Nation Development Programme
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

x
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai pernyataan masalah yang menjadi

latar belakang pembahasan tentang penggunaan aplikasi LAKSA dalam

mewujudkan transparansi dan partisipasi masyarakat di Kota Tangerang. Selain itu

terdapat pula penjelasan mengenai pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat,

tinjauan Pustaka, serta metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian

kualitatif guna mendukung penelitian ini.

A. Pernyataan Masalah

Perkembangan teknologi di era globalisasi berkembang pesat. Hal ini

ditandai dengan terbukanya arus informasi dan komunikasi antar negara di dunia.

Dalam sudut pandang politik dan pemerintahan hal ini menuntut pemerintah pusat

dan daerah untuk dapat memprakondisikan dengan melakukan pemberdayaan

(empowering) kepada masyarakat agar dapat terwujudnya transparansi dan

partisipasi masyarakat.

Prinsip transparansi dalam bidang pelayanan publik memiliki pengertian

bahwa penyelenggaraan pelayanan harus bersifat terbuka. Hal ini menjadi penting

karena keterbukaan informasi pelayanan publik merupakan hak asasi dari setiap

negara. Selain itu, transparansi publik yang baik akan memberikan implikasi positif

berupa partisipasi masyarakat yang baik pula. Menurut Marschall partisipasi publik

memiliki dasar tujuan untuk komunikasi kembali serta dapat berpengaruh dalam

pengambilan kebijakan (Umam, 2012:380-381). Dalam ke ilmuan politik

1
transparansi dan partisipasi yang baik dalam pelayanan publik dapat membantu

kinerja pemerintah dan menambahkan rasa percaya masyarakat terhadap

pemerintah setempat.

Kota Tangerang sebagai kota penunjang dari ibu Kota Jakarta membuat

Pemerintah Kota Tangerang memiliki upaya untuk meningkatkan moderniasasi

pelayanan. Terlebih lagi Kota Tangerang juga termasuk pusat industri manufaktur

di pulau Jawa, sehingga membuat sebagian besar penduduknya berkerja dalam

bidang perindustrian (Kumparan,com, 2021). Hal ini membuat kebutuhan

pelayanan publik masyarakat Kota Tangerang terbilang cukut tinggi, sehingga

unsur transparansi dan pelayanan yang partisipatif sangat diperlukan dalam hal ini.

Inovasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi memanfaatkan kondisi Kota

Tangerang yang memiliki tingkat aksesibilitas internet urutan kedua yaitu sebesar

51,49% dalam cakupan wilayah Banten.

Prinsip transparansi dan partisipasi dalam masyarakat dapat terealisasi

dengan bantuan pelayanan publik menggunakan aplikasi yang menjadi sangat

penting di era digital seperti sekarang. Hal ini beriringan dengan diterbitkannya

undang-undang No 14 tahun 2008 mengenai keterbukaan informasi publik.

Sebelum undang-undang ini dibentuk, hak warga negara untuk mengetahui urusan

birokrasi publik sangat terbatas. Selain itu, untuk mencari informasi tentang

anggaran di birokrasi, masyarakat umum tidak bisa mendapatkannya (Dwiyanto

2014:225).

Sebelum perkembangan teknologi menjadi sangat pesat seperti sekarang,

Pemerintah Kota Tangerang sudah melakukan upaya membuat wadah aspirasi

2
masyarakat. Pada tahun 2009 Pemkot Tangerang membuka saluran penyampaian

pengaduan melalui layanan online dengan nomor 557-64-955. Pemberlakuan

tersebut dalam implementasinya kurang berjalan efektif. Hal ini karena masyarakat

kurang mengetahui nomor dari wadah aduan masyarakat tersebut. Selain itu dapat

juga menyampaikan aspirasi dengan layanan SMS hallo walikota, aduan tersebut

kemudian dimuat di media lokal. Aduan masyarakat melalui SMS ini berjalan

kurang baik karena banyak pesan yang pada akhirnya terlewat dan respon dari

aduan tersebut seringkali lambat. Tidak efektifnya wadah-wadah aduan masyarakat

tersebut dapat disebabkan tidak adanya tim kusus untuk mengelola pelayanan

publik.

Periode keterbukaan dan transparansi sekarang ini telah menumbuhkan

kesadaran nasyarakat mengenai pentingnya berpartisipasi dalam pemeliharaan

infrastruktur. Hal tersebut menandakan bahwa dalam pelayanan publik telah terjadi

pergeseran wadah aspirasi dari manual ke digital. Bagi pemerintah sendiri

pemanfaatan pelayanan publik secara digital dapat mendukung terciptanya

transparansi dan partisipasi masyarakat sehingga akan terwujud sistem

pemerintahan yang baik dalam hal pelayanan.

Penggunaan aplikasi dalam pelayanan publik diharapkan dapat

mempermudah masyarakat sebagai pengguna untuk menyampaikan aspirasi

mereka. Dalam mewujudkan hal tersebut pemerintah Kota Tangerang gencar

mengeluarkan berbagai aplikasi pelayanan publik atau biasa di sebut e-public yang

bertujuan menciptakan smart city yang berdasarkan prinsip transparansi dan

partisipasi. Sehingga pada tahun 2015 untuk menyerap aspirasi dari masyarakat,

3
Pemkot Tangerang meluncurkan layanan LAKSA (Laporan Aspirasi Kotak Saran

Anda) yang berfokus terhadap pelayanan masyarakat. Pada tahun 2015 layanan

LAKSA dapat digunakan melakui SMS center dan website tangerangkota.co.id.

Sebelum layanan aspirasi berbasis aplikasi LAKSA diberlakukan secara

massif, masyarakat kesulitan mengetahui perihal alur pelayanan publik. Dalam hal

ini menyangkut transparansi biaya dan bagiamana cara aduan tersebut. Selain itu

pelayanan publik yang bersifat partisipatif untuk mendorong mayarakat

berpartisipasi juga belum maksimal, hal ini dikarenakan kebijakan aduan aspirasi

belum dapat mudah tercapai oleh seluruh lapisan masyarakat. Tingkat partisipasi

masyarakat mengenai penyampaian aspirasi juga sulit dilihat datanya secara

transparan. Hal tersebut menimbulkan beberapa kelemahan dan penyalahgunaan

tanggung jawab, seperti maraknya pungutuan liar. Seperti dalam pelayanan uji KIR

yaitu kelayakan kendaraan bermotor di UPTD sering terjadi pungli. Seperti yang

dikatakan Yanto salah seorang sopir yang harus membayar sebsesar Rp 250.000

padahal biaya semestinya hanya Rp 100.000, hal ini dilakukan agar hasil KIR cepat

keluar dan sudah pasti lulus (Tribunnews.com, 2013)

Aplikasi LAKSA digunakan untuk mendukung terciptanya transparansi

yang lebih baik dan meningkatkan partisipasi. Hal ini karena sejak diberlakukannya

aplikasi tersebut masyarakat dapat melihat total aduan baik yang sudah diselesaikan

atau belom dilaksanakan. Model pelayanan publik menggunakan basis teknologi

aplikasi juga mendorong masyarakat ikut serta karena pelayanan ini bersifat

parisipatif. Setidaknya aplikasi ini telah didownload 500 ribu lebih dan hingga saat

ini telah menerima pengaduan sebanyak 20.527 aduan dari masyarakat. Pengaduan

4
dari masyarakat tersebut akan diteruskan keapda OPD (organisasi perangkat

daerah) dan sudah dibuat tim kusus untuk menanggapi keluhan masyarakat yang

dinamai tim sigap.

Penggunaan aplikasi LAKSA harus memiliki respon layanan yang lebih

baik dari aduan secara manual. Seperti dalam kasus seorang warga Cikokol, Kota

Tangerang yang harus membawa jenazah keponakannya bernama Husen dengan

berjalan kaki, hal ini karena ambulan yang disediakan puskesmas tidak dapat

digunakan untuk mengantar jenazah. Meskpipun begitu, paman dari Husen tersebut

telah menghubungi nomor layanan ambulan gratis Kota Tangerang akan tetapi tidak

ditanggapi dengan baik (Kompas.com, 2019).

Dalam jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi yang ditulis oleh Renita dan Ikhsan

(2021) menyebutkan bahwa transparansi dapat menjamin kebebasan untuk seluruh

masyarakat mendapatkan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan,

selain itu prinsip transparansi dapat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik

karena penyelenggaraan pemerintah wajib bersifat terbuka pada masyarakat agar

infomrasi dapat mudah diakses publik (2021: 15).

Impilkasi postitif dari adanya asas transparansi dalam pelayanan publik

yaitu munculnya partisipasi. Keterbukaan informasi membuat masyarakat memiliki

kebebasan dalam bertindak dan bernegara. Secara umum pelayanan publik di Kota

Tangerang berjalan baik, namun masih terdapat kendala yang sering dikeluhkan

masyarakat. Seperti, lambatnya pelayanan, prosedur yang berbelit-belit, dan biaya

yang tidak jelas (Hidayat, 2021:49). Misalnya, dalam beberapa kasus masyarakat

kesulitan berpartisipasi dalam pemeliharan fasilitas umum karena metode

5
pengaduan yang tidak diketahui. Sebagai contoh, warga kecamatan Ciledug tidak

mengetahui harus melapor kemana perihal adanya penumpukan sampah di

sepanajang trotoar di wilayahnya. Dalam hal ini, aplikasi LAKSA mencoba

mewadahi partisipasi masyarakat tersebut, seperti berbagai macam keluhan

mengenai infrastruktur, pelayanan administrasi dan keluhan sosial lainnya.

Masyarakat dapat berpartisipasi menjaga infrastruktur publik dengan melaporkan

bila adanya kerusakan, seperti lampu jalan yang mati, aspal berlobang, hingga jika

adanya praktik pungutan liar.

Prinsip partisipasi mengharuskan masyarakat terlibat mulai dari

merumuskan sampai tahap evaluasi mengenai kebijakan pemerintah dan pelayanan

publik. Dalam jurnal Dinamika Hukum yang ditulis oleh Supriadi (2018) bentuk

partisipasi masyarakat dapat berupa aduan dan keluhan. Karena pengaduan oleh

masyarakat merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap pelayanan. Sehingga

pemerintah dapat mengevaluasi kinerja dan meningkatkan pelayanannya. Selain

itu, pelayanan publik harus bersifat partisipatif karena dapat mendorong peran

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan memperhatikan aspirasi dan keluhan dari masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin lebih melihat secara mendalam

bagaimana transparansi dan partisipasi dalam penggunaan aplikasi LAKSA di Kota

Tangerang dalam memberikan pelayanan masyarakat.

6
B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan prinsip transparansi

dan partisipasi masyarakat di Kota Tangerang ?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat penggunaan aplikasi LAKSA

terhadap terwujudnya transparansi dan partisipasi ?

C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka penulis menentukan tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui peran aplikasi LAKSA dalam menciptakan prinsip transparansi

dan partisipasi masyarakat di Kota Tangerang.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat penggunaan aplikasi

LAKSA terhadap terciptanya prinsip transparansi dan partisipasi.

Adapun manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini meliputi manfaat

teoretis dan manfaat praktis.

Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian berikutnya

dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terlebih mengenai pemanfaataan

aplikasi sebagai pelayanan publik untuk mewujudkan transparansi dan partisipasi

masyarakat.

7
Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi terkait

penggunaan aplikasi LAKSA dalam mewujudkan transparansi dan partisipasi

masyarakat bagi pemerintah Kota Tangerang untuk memaksimalkan penerapan

prinsip-prinsip tersebut.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang membahas mengenai penggunaan layanan publik berbasis

teknologi informasi sedikit banyak sudah ada yang membahas terutama penelitian-

penelitian mengenai implementasi prinsip-prinsip transparansi dan partisipasi. Oleh

karena itu, sebagai analisa perbandingan dalam melaksanakan penelitian mengenai

penggunaan aplikasi LAKSA dalam mewujudkan transparansi dan partisipasi

masyarakat di Kota Tangerang adalah:

Pertama, hasil penelitian yang dimuat di jurnal berjudul “Mewujudkan

Good governance di Pemerintah Kota Malang melalui Implementasi Undang-

undang No. 14 Tahun 2008 Tentang keterbukaan Informasi Publik” oleh

Kurniawan Muhammad (2017). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

kualitatif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak

keterbukaan informasi publik setelah mengimplementasikan UU No. 14 Tahun

2008. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa dari sisi adanya media penyampai

informasi publik sebagai bentuk dari pelaksanaan undang-undang No. 14 tahun

8
2008 mengenai keterbukaan informasi publik, pemerintah Malang telah

melaksanakannya melalui pembuatan website.

Kehadiran website tersebut di Pemerintah Kota Malang berperan sebagai

sarana penyampaian informasi publik dinilai belum maksimal terlebih dalam

implementasi UU No. 14 Tahun 2008. Hal ini karena hanya informasi kegiatan

lembaga publik di lingkungan Pemerintah Kota Malang yang dirilis, sedangkan hal-

hal penting seperti laporan keuangan, APBD, dan laporan keberadaan BUMD tidak

dirilis ke publik. Alasan tidak terlaksana dengan baik adalah karena keterbatasan

sumber daya manusia dan anggaran yang terbatas.

Sedangkan, masyarakat memiliki hak untuk mengakses dan mendapatkan

sebuah informasi terlebih mengenai jumlah anggaran serta pengalokasiannya dan

hal yang melatarbelakangi alokasi dana tersebut. Apabila hak-hak masyarakat

mengenai pengetahuan informasi publik terlaksana secara maksimal oleh

pemerintah, maka akan menciptakan transparansi dalam birokrasi. Dimana

transparansi merupakan suatu prinnsip penting dalam good governance.

Perbedaan penelitian diatas dengan yang sedang penulis teliti adalah terletak

dalam objek penelitannya. Penelitian tersebut menganalisis mengenai penerapan

UU No. 14 tahun 2008 guna mewujudkan good governance. Sedangkan penulis

meneliti dan berfokus mengenai sebuah peran media sosial dalam mewujudkan

good governance, dengan objek kasusnya adalah aplikasi media sosial. Adapun

penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis kerjakan,

yaitu mengenai variabel mewujudkan good governance.

9
Kedua, artikel jurnal oleh Neneng Siti Maryam (2016) yang berjudul

“Mewujudkan Good governance Melalui Pelayanan Publik”. Penelitian

menggunakan pendekatan metode kuantitatif. Permasalahan dalam penelitian ini

adalah terciptanya pemerintahan good governance melalui pelayanan publik.

Dalam hal ini fokus penelitiannya adalah bahwa pemerintah dapat memaksimalkan

pelayanan publik untuk menjadi pemerintah yang baik. Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa good governance pada dasarnya membutuhkan peran serta semua

pemangku kepentingan, baik dalam lingkungan birokrasi maupun masyarakat,

dekat dengan masyarakat, dan pelayanan yang diberikan harus memenuhi

kebutuhan masyarakat. Inti dari pemerintahan yang baik Fiturnya adalah eksekusi

Pelayanan publik yang baik. Terdapat lima cara untuk meningkatkan industri

Pelayanan publik yang tepat yaitu, mempercepat Merumuskan undang-undang

pelayanan publik, Membangun layanan publik satu atap atau layanan satu atap,

transparansi biaya manajemen pelayanan publik, SOP dan reformasi karyawan

bekerja di pelayanan publik.

Perbedaan dari penelitan yang dilakukan penulis dengan jurnal di atas

adalah bahwa penelitian di atas melihat masalah perwujudan good governance

dalam pelayanan publik secara umum, sedangkan penulis terfokus kedalam peran

media sosialnya dalam membantu mewujudkan prinsip good governance.

Penelitian dalam jurnal ini menggunakan metode kuantitatif, sedangkan penulis

menggunakan metode pendekatan kualitatif. Persamaan jurnal ini dengan penelitan

yang akan penulis lakukan terletak dalam variabel mewujudkan good governance

10
melalui pelayanan publik, namun pembahasan pelayanan publik di jurnal ini lebih

umum.

Ketiga, artikel jurnal oleh Abd Rohman dan Yayang Hanafi (2019) yang

berjudul “Penerapan Prinsip-Prinsip Good governace dalam Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Publik”. Dalam jurnal ini peneliti memakai pendekatan

kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, serta

dokumentasi. Pelayanan publik oleh pemerintahan seringkali kurang maksimal

terhadap masyarakat. Sehingga dengan adanya penerapan prinsip-prinsip good

governance ingin dilihat apakah ada perubahan dengan kualitas pelayanan publik.

Hasil kajian implementasi prinsip-prinsip good governance untuk meningkatkan

kualitas pelayanan manajemen publik di Kabupaten Lowokwaru berjalan dengan

lancar, tetapi masih kurang dalam beberapa bagian. Hambatan termasuk komunitas

tidak mengerti persyaratannya, staf layanan absen berkerja, listrik padam, dan

ketidakstabilan jaringan. Faktor pendukung antara lain sikap baik penyedia layanan,

Keutuhan sarana dan prasarana, dan kemampuan penyedia layanan publik.

Hasil penelitian langsung di lapangan ini, yang diperoleh peneliti adalah

partisipasi masyarakat di Kabupaten Lowokwaru Kabupaten Malang telah

terlaksana secara terstruktur. Salah satu fakta bahwa partisipasi masyarakat yang

baik adalah semangat partisipasi masyarakat Mengikuti kegiatan sosialisasi dan

musrenbang di Kecamatan Lowokvaru Hasil penelitian langsung di lapangan

bahwa pelayanan publik terdiri dari: Kecamatan Lovaru Kota Malang menganut

asas pemerintahan yang baik, yaitu: penegakan hukum. Pemberlakuan Perda Kota

Malang Nomor 8 membuktikan hal tersebut tahun 2008, ada surat dinas sebagai

11
pedoman satgas lingkungan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat,

menghilangkani pungutan liar atau tip. Merujuk pada peraturan yang berlaku dan

layanan yang sudah disediakan. Acara yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Kabupaten Lowokwaru kini lebih baik dan lebih terorganisir. Dari hasil penelitian

langsung peneliti di lapangan dapat diketahui bahwa transparansi di Kecamatan

Lowokwaru Kabupaten Malang sudah terlaksana dengan baik. Salah satu bentuk

penerapan prinsip transparansi di kabupaten Lowokwaru adalah informasi pada

website resmi Kecamatan Lowokvaru, Malang. Masyarakat juga dapat memperoleh

informasi secara langsung dengan bertanya kepada petugas pelayanan publik di

Kecamatan Lowokwaru.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan yang penulis ingin teliti.

Perbedaan tersebut selain terletak dari lokasi penelitiannya, juga berbeda dari fokus

penelitiannya. Jurnal tersebut berfokus kepada penerapan prinsip-prinsip good

governance sedangkan penulis meneliti mengenai peran media sosial dalam

mewujudkan prinsip good governance tersebut. Selain itu penelitian tersebut

bertujuan melihat apakah prinsip dari good governance mampu membawa

perubahan terhadapa pelayanan publik, berbeda dengan yang ingin penulis teliti

yaitu penulis inigin mengetahui apakah media sosial dapat membantu penerapan

prinsip good governance khususnya transparansi dan partisipasi. Persamaan jurnal

ini dengan penelitian yang akan penulis laksanakan adalah, metode penelitian

dalam jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif sama dengan metode yang

penulis gunakan. Selain itu, kesamaan juga terlihat pada variabel penerapan prinsip-

prinsip dari good governance.

12
Keempat, artikel jurnal yang berjudul ”Pengelolaan Pengaduan Masyarakat

dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik” oleh Hiasinta Sabeni dan

Emei Dwinanarhati (2020). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Pelayanan masayarakat seringkali menajdi nilai buruk bagi suatu pemerintahan.

Banyaknya tahapan-tahapan dalam birokrasi membuat mayarakat merasa

terhambat dalam pelayanan dan hasil menajdi lebih lama. Sehingga penelitian ini

terfokus dalam permasalahan peningkatan pengelolaan pengaduan masyarakat

yang dapat dilakukan dengan bantuan media sosial. Hasil dari penelitian ini adalah

dari segi mekanisme pengaduan terbagi menjadi dua yaitu pengaduan secara

langsung dan pengaduan tidak langsung. Pengaduan dapat disampaikan secara

langsung melalui tim pengelola pengaduan, dapat digunakan kotak saran atau

formulir pengaduan, atau dapat disampaikan kepada pimpinan atau perangkat

terkait secara lisan. Sebaliknya, aduan tidak langsung dispendukcapil memakai

media sosial selaku fasilitas pendorong agar menjadi wadah warga dalam

menyampaikan aspirasi secara kilat mengenai sikap, kinerja ataupun pelayanan

yang dicoba oleh dispendukcapil, antara lain memakai email ataupun whatsapp.

Berikutnya aspirasi yang di informasikan secara langsung dengan menggunkan

kotak anjuran, formulir maupun langsung secara lisan serta secara tidak langsung

menggunkan media sosial seperti lewat email atau whatsapp akan ditindak lanjuti

oleh pimpinan pada dikala rapat penilaian dinas kependudukan serta pencatatan

sipil kota malang. Selanjutnya hasil dari penilaian inilah akan menjadi jadi tolak

ukur dispendukcail buat melaksanakan pergantian selaku bahan perbaikan kearah

yang lebih baik.

13
Aspek yang mendukung pengelolaan aspirasi masyarakat adalah

pengelolaan sarana berupa wadah pengaduan masyarakat. Pengaduan dari instansi

pemerintah sudah sangat baik, dengan adanya pengaduan pelayanan dari warga,

pemerintah dapat memperbaiki pelayanan yang kurang memuaskan di masyarakat

dan berharap dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Sehingga mempunyai

mutu yang lebih baik warga pula bisa merasakan pelayanan yang lebih aman,

bermutu serta memuaskan dan dalam pemeliharaannya petugas melaksanakan

evalusi tiap sebulan sekali dalam memandang pengaduan yang telah di

informasikan warga lewat fasilitas yang telah disiapkan di dispendukcapil.

Sedangkan kendala dalam penerapan pengaduan adalah belum tersedianya

perangkat teknologi komunikasi data (TIK), serta kotak pengaduan dan formulir

pengaduan. Selain itu, warga Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang

menginformasikan bahwa petugas lambat dalam menanggapi pengaduan dari

masing-masing warga. Warga sebagi penerima pelayanan ataupun dalam

membagikan pengaduan maupun keluhan serta tidak seluruh warga dapat

menggunakan perlengkapan teknologi dan masih minimnya pemahaman warga

menggunakan sarana melalui fasilitas tersebut dan fasilitas menggunakan wabsite

sebab di Dinas kependudukan serta Pencatatan Sipil Kota Malang sendiri belum

memiliki wabsite formal.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan yang penulis sedang teliti yaitu

dalam hal analisis pengelolaan pengaduan masyarakat dalam hal ini menggunakan

sudut pandang peran media sosial. Tetapi yang menjadi pembeda ialah penelitian

yang penulis ingin teliti memiliki fokus terhadap peran media sosial terhadap

14
prinsip transparansi dan partisipasi bukan kepada bagaimana cara mengelola

pengaduan masyarakat. Meskipun nantinya dalam penelitian yang penulis lakukan

pengelolaan aduan masyarakat tetap menjadi salah satu bahan analisis data.

Kelima, skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Good governance

dalam Pelayanan Publik di Kecamatan Panakkukang Kota Makassar” oleh

Muhammad Amirul Haq Muis (2016). skripsi ini menggunakan pendekatan metode

kualitatif dan kuantitatif (mixed methods). Implementasi prinsip-prinsip good

governance di Indonesia saat ini telah menjadi fokus utama pada pemerintahan.

Sehingga implementasi dari penerapan tersebut dalam peningkatan pelayanan

publik menjadi fokus pembahasan utama dari penelitian ini. Hasil penelitian

tersebut adalah bahwa dalam implementasi prinsip good governance di Kecamatan

Panakkukang Kota Makassar dapat terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari

beberapa unsur penting dalam good governance yang sudah berjalan dengan baik.

Seperti partisipasinmasyarakat dalam ikut berpartisipasi dalam kegiatan program

pemerintah sangat tinggi. Dalam hal akuntabilitas pemereintah dalam pelayanan

publik juga dapat berjalan dengan bertanggunng jawab. Terlihat dari adanya seluruh

variable akuntabilitas yang sudah dilakukan di pemerintahan tersebut, seperti

kemudahan prosedur, persyaratan dalam melayani publik yang terstruktur,

bertanggung jawab, responsive ketika melayani, sopan dan ramah, serta memiliki

waktu pelayanan yang sesuai.

Prinsip trnasparansi pemerintah dalam pelayanan publik secara keseluruhan

sudah transparan. Khususnya melalui media televisi, surat kabar, dan yang lebih

efisien menggunakan internet. Keberhasilan tersebut dipengaruhi juga dari

15
dukungan Lembaga non pemerintahan seperti LSM dan pers. Berjalannya

implementasi good governanceldalam pelayanan publik tidak lepas dari faktor

pendukung, yaitu adanya SDM yang memadai dan juga sarana fasilitas. Sedangkan

faktor yang menjadi penghambat implementasi hal tersebut adalah karena adanya

keterbatasan anggaran dan keadaan cuaca yang tidak kondusif sehingga

mengganggu koneksi internet yang mengakibatkan terhambatnya pelayanan publik.

Penelitian ini berfokus terhadap peningkatan pelayanan publik menggunakan

prinsip-prinsip good governance.

Skripsi ini memiliki perbedaan dengan yang penulis sedang teliti, yaitu

mengenai objek penelitiannya. Penelitian ini memiliki objek di kecamatan

Panakkukang Kota Makassar, sedangkan peneliti memiliki objek kajian peran

media sosial dalam mewujudkan implementasi prinsip good governance oleh

Pemerintah Kota Tangerang. Selain itu, penerapan good governance dalam

penelitian ini menjadi analisis utama, sedangkan penulis ingin meneliti peran

eksternal dalam hal ini media sosial dalam mewujudkan nilai good governance.

Persamaan dalam penelitan ini dengan penelitian yang penulis akan lakukan

terdapat pada pembahasan implementasi good governance dalam pelayanan publik.

Penulis juga membahas variabel tersebut tetapi dengan variabel lain yaitu media

sosial.

16
E. Metode Penelitian

Metode penelitian bertujuan untuk membantu menjawab pertanyaan

penelitian secara mendalam dan sistematis. Oleh karena itu, metode dalam

penelitian ini adalah.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Menurut Creswell, penelitian kualitatif merupakan metode proses penyelidikan,

tujuannya adalah untuk memahami masalah sosial berdasarkan deskripsi atau

deskripsi tertulis, dan untuk melaporkan pendapat rinci orang dalam yang disusun

dalam konteks ilmiah. (Samsu, 2017: 86).

Jenis penelitian kualitatif pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif

studi kasus. Studi kasus adalah salah satu strategi penelitian dimana peneliti

meneliti secara cermat dan mendalam terhadap sebuah program, peristiwa,

aktivitas, proses, atau sekelompook individu. Pengumpulan data dilakukan

berdasarkan waktu yang sudah ditentukan (Creswell, 2010: 20). Penggunaan

metode studi kasus ini sesuai untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini yaitu

untuk mengetahui penggunaan aplikasi LAKSA dalam mewujudkan transparansi

dan partisipasi masyarakat di Kota Tangerang.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik mengumpulkan data diperlukan untuk memperoleh data secara

sistematis dan lebih rinci. Oleh sebab itu, teknik pengumpulan data pada penelitian

ini adalah.

17
a. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang primer penulis lakukan adalah

wawancara. Penulis memilih informan dan melakukan proses wawancara

kepada pegawai dinas komunikasi pemerintahan Kota Tangerang.

Kemudian dilakukan juga wawancara terhadap lima masyarakat Kota

Tangerang secara acak. Penulis memilih informan tersebut karena Lembaga

tersebut yang mengetahui peran aplikasi LAKSA dalam menciptakan prinsip

transparansi dan partisipasi, serta mengetahui faktor pendukung dan

penghambat dalam implementasinya.

b. Dokumentasi

Dokumen-dokumen yang digunakan penulis dimaksudkan untuk

melengkapi data yang diperoleh dari wawancara. Data ini dapat berasal dari

jurnal, artikel, arsip, dan dokumen-dokumen yang memiliki kaitan dengan

apa yang dikaji peneliti.

c. Observasi

Observasi yang peneliti lakukan adalah dengan mengamati secara

langsung penggunaan aplikasi LAKSA. Hal ini dilakukan untuk memahami

sebuah fenomena untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3. Sumber Data Penelitian

Data-data yang telah didapat dari proses wawancara, dokumentasi dan

observasi, selanjutnya dikategorikan menjadi dua sumber data penelitian, yaitu

primer dan sekunder. Dalam hal ini informan merupakan data primer karena data

18
yang langsung diperoleh dari pengurus pelayanan publik Pemkot Tangerang yaitu

Dinas komunikasi dan informatika serta dari masyarakat. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua. Data sekunder yang diambil

penulis adalah dari jurnal, dokumen-dokumen, dan penelitian terdahulu.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah dengan pendekatan

deskriptif analisis. Penulis menggunakan metode ini untuk menjelaskan dan

mengklarifikasi suatu tanda-tanda atau kenyataan sosial yang ada. Selain itu, untuk

menggambarkan variable yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal

ini adalah transparansi dan partisipasi dalam penggunaan aplikasi LAKSA di

Pemerintah Kota Tangerang.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diperlukan untuk memeudahkan memahami struktur

penulisan dalam hasil penelitian. Oleh karena itu, penulis membagi penulisan

penelitian ini menjadi lima bab, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang

masalah yang diambil, meliputi pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan Pustaka, metode penelitian, serta sistematika

penulisan. Permasalahan menjelaskan mengenai peran aplikasi LAKSA dalam

mewujudkan transparansi dan partisipasi di Kota Tangerang. Diteliti dengan

menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui

wawancara, dokumentasi, dan observasi.

19
Bab II Kerangka Teoretis. Bab ini berisi pembahasan mengenai teori yang

digunakan dalam penelitian. Teori tersebut dapat digunakan untuk menjadi acuan

penulis dalam menjelaskan objek penelitian, teori yang dipaparkan adalah teori

transparansi dan partisipasi publik. Pemilihan teori ini bertujuan untuk

mempermudah dalam menganalisis peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan

transparansi dan partisipasi.

Bab III Profil Pemerintah Kota Tangerang. Bab ini membahas dan

menggambarkan mengenai Demografi Kota Tangerang dan penggunaan internet

masyarakat Kota Tangerang, dan profil aplikasi LAKSA.

Bab IV Peran Aplikasi LAKSA dalam Mewujudkan Transparansi dan

Partisipasi di Pemerintah Kota Tangerang. Dalam bab ini penulis memaparkan

dan menjelaskan data-data yang diperoleh terkait penggunaan aplikasi LAKSA

dalam mewujudkan transparansi dan partisipasi. Pada bagian ini juga dibahas

mengenai faktor pendukung dan hambatan dalam penggunaan aplikasi LAKSA..

Bab V Kesimpulan. Dalam bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian

mengenai peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan transparansi dan partisipasi

di Pemerintah Kota Tangerang secara lebih ringkas. Selain itu pada baian ini juga

terdapat saran terhadap Pemerintah Kota Tangerang dan masyarakat dalam

penggunaan aplikasi LAKSA.

20
BAB II

KERANGKA TEORITIS

Dalam menganalisis peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan prinsip

transparansi dan partisipasi, maka penulis membutuhkan landasan teori dalam

melakukan analisis penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori

transparansi publik milik Agus Dwiyanto dalam menganalisis peran aplikasi

LAKSA dalam mewujudkan prinsip transparansi. Selain itu, dalam penelitian ini

penulis juga menggunakan teori partisipasi publik milik Arnstein untuk

menganalisis peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan prinsip partisipasi.

A. Teori Transparansi

Agus Dwiyanto mendefinisikan transparansi sebagai sebuah penyediaan

informasi terkait hal pemerintahan untuk publik dan dijamin kemudahannya dalam

memperoleh informasi-informasi yang akurat dan menyeluruh. Dalam hal ini,

transparansi tidak hanya menyediakan informasi kepada publik, tetapi harus diikuti

dengan kemudahan untuk mengakses informasi tersebut oleh masyarakat

(Dwiyanto, 2014: 236-240).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi merupakan

sebuah prinsip yang menjamin hak masyarakat guna memperoleh beragam akses

informasi terkait penyelenggaraan sebuah organisasi serta hasil apa saja yang

dicapai oleh organisasi tersebut. Imformasi yang diterima oleh masyarakat harus

bersifat jujur, benar, dan tidak diskriminatif serta harus memperhatikan

perlindungan hak atas pribadi, golongan dan rahasia negara.

21
Teori transparansi merujuk pada kondisi dimana segala aspek dari proses

penyelenggaraan pelayanan publik bersifat terbuka dan dapat mudah diakses oleh

masyarakat dan stakeholder yang memerlukannya. Apabila semua aspek proses

pemberian layanan, seperti persyaratan, biaya dan waktu yang diperlukan, metode

layanan, hak dan kewajiban penyedia dan pengguna layanan, dan lain-lain,

dipublikasikan kepada publik sehingga mudah diakses dan dipahami oleh publik,

maka praktik pemberian pelayanan dinilai memiliki transparansi yang tinggi

begitupum sebaliknya.

Oleh karena itu, setidaknya terdapat tiga indikator yang disampaikan oleh

Dwiyanto dalam mengukur sebuah transparansi pelayanan publik. Pertama adalah

mengukur keterbukaan proses pemberian pelayanan publik. Penilaian keterbukaan

di sini meliputi seluruh proses pelayanan publik, termasuk persyaratan, biaya dan

waktu, serta mekanisme atau prosedur pelayanan yang harus dipenuhi. Kedua

adalah peraturan dan prosedur pelayanan harus mudah dipahami oleh pengguna

dalam hal ini masyarakat ataupun stakeholder.

Indikator ketiga transparansi pelayanan adalah kemudahan memperoleh

informasi pada semua aspek penyelenggaraan pelayanan publik.Semakin mudah

pengguna memperoleh informasi pada semua aspek penyelenggaraan pelayanan

publik, maka transparansinya semakin tinggi. Dengan menggunakan ketiga

indikator tersebut, maka dapat dilakukan pengukuran mengenai sejauh mana

Pemerintah Kota Tangerang menerapkan transparansi dalam pelayanan publik.

Sehingga nantinya pengukuran tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi

untuk mencapai transparansi pelayanan publik yang lebih baik.

22
B. Teori Partisipasi Publik

Kata partisipasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu participation yang

bermakna pengikutsertaan atau pengambilan. Dalam pengertian literatur politik

partisipasi adalah bagian implikasi dari sistem demokrasi dengan makana

masyarakat diikutsertakan dalam sebuah perencanaan, pelaksanaan serta juga

bertanggungjawab dalam proses penyelenggaraannya. Menurut Wagle dalam

Dwiyanto, demokrasi hanya akan bermakna ketika masyarakat sebagai stakeholder

utama selalu dilibatkan dalam proses pembuatan segala jenis kebijakan publik yang

dihasilkan oleh pemerintah (Dwiyanto, 2014:186).

Salah satu teori partisipasi dikemukakan oleh Sherry R Arnstein. Yaitu

dengan menggunakan metodel model anak tangga partisipasi warga untuk

mengukur secara kritis skema tingkatan partisipasi berdasarkan redistribusi

kekuasaan dari control absolute ke have not citizen. Dalam teorinya Arnstein

membagi kategori partisipasi ke dalam delapan tingkat (Arnstein, 1969: 216-224).

Tabel II. B. 1. Delapan Kategori Partisipasi Warga

8. Citizen control
7. Delegated power Degrees of citizen power
6. Partnership
5. Placation
4. Consultation Degrees of tokenism
3. Informing
2. Therapy
Nonparticipation
1. Manipulation
(Sumber : Arnstein, 1969: 217)

23
Dalam tingkatan manipulasi dan terapi merupakan gambaran tingkatan

kondisi bahwa pada kenyataannya tidak terdapat partisipasi. Dalam artian tidak ada

tujuan untuk melibatkan warga negara dalam perencanaan,pengawasan, ataupun

pelaksanaan kebijakan. Tetapi yang terjadi hanyalah upaya untuk mengedukasi

masyarakat yang dianggap tidak cukup kompeten untuk dilibatkan. Sedangkan

dalam tipe informasi, konsultasi, dan konsesi menunjukkan adanya pola partisipasi

simbolik atau tokenism. Yaitu sebuah kondisi dimana masyarakat telah diberikan

sedikit ruang untuk memberikan aspirasi, namun warga negara belum memiliki

power yang cukup untuk memastikan bahwa aspirasi tersebut dapat menjadi bagian

dari kebijakan akhir.

Tipe citizen control berarti kondisi masyarakat yang memiliki power control

terhadap pemerintah. Sedangkan pendelegasian wewenang berarti masyarakat

dipercaya menerima wewenang untuk membantu pekerjaan pemerintah. Tipe

partnership atau kemitraan merupakan kondisi bentuk kerja sama maupun adanya

kolaborasi antara pemerintah dan warga negara. Ketiga tipe terakhir tersebut

memiliki pola masyarakat yang mempunyai kewenangan penih atau partisipasi

secara penuh. Tingkatan partisipasi menurut Arnstein tersebut akan menjadi alat

ukur untuk mengukur tingkatan partisipasi masyarakat dengan hadirnya aplikasiI

LAKSA sebagai sarana aspirasi masyarakat Kota Tangerang.

24
BAB III

PROFIL PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Pada bab ini membahas mengenai objek yang akan diteliti oleh penulis,

dalam hal ini adalah mengenai demografi Kota Tangerang dan penggunaan internet

masyarakat, serta profil aplikasi LAKSA.

A. Demografi Kota Tangerang dan Penggunaan Internet Masyarakat

Jumlah penduduk Kota Tangerang pada tahun 2020 sebanyak 1,89 juta jiwa

dengan rincian sebanyak 959,01 ribu jiwa (50,59%) merupakan berjenis kelamin

laki-laki dan 936,48 ribu jiwa berjenis kelamin perempuan dengan jumlah Kartu

Keluarga (KK) sebanyak 593,226 ribu jiwa dari 13 kecamatan. Berdasarkan

kecamatan, Cipondoh merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak yaitu

mencapai 248,21 ribu jiwa atau sekitar 13,09% dari total keseluruhan populasi.

Sementara kecamatan Benda memiliki penduduk paling sedikit yakni 83,53 ribu

jiwa atau janya 4,41% dari total populasi (maps.tangerangkota.go.id).

25
Gambar III.A.1. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Berdasarkan Umur

Piramida Penduduk Kota Tangerang


70+
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
150000,0 100000,0 50000,0 ,0 50000,0 100000,0 150000,0

Laki-laki Perempuan

Sumber: (tangerangkota.bps.go.id)

Berdasarkan grafik kelompok umur di atas, dapat disimpulkan bahwa

penduduk Kota Tangerang memiliki mayoritas penduduk berumur produktif yaitu

rentang usia 15-64 tahun sebanyak 1.585.364 juta jiwa. Sedangkan sebanyak

599.940 ribu jiwa merupakan usia tidak atau belum produktif. Dengan rincian

sebagai berikut, sebanyak 542.718 ribu jiwa termasuk kedalam usia belum

produktif (0-14 tahun) dan sebanyak 57.222 termasuk kedalam kategori usia tidak

produktif (usia 65 tahun ke atas). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kota

Tangerang memiliki mayoritas penduduk berusia produktif. Hal tersebut harus

dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat untuk memajukan kualitas pelayanan

menggunakan dasar teknologi informasi seperti media sosial.

Aksesibilitas internet di wilayah Banten mencapai 37,46 persen atau sekitar

4.571.299 menurut data BPS (Badan Pusat Statistik). Sementara itu Kota Tangerang

26
memiliki akses internet melalui ponsel sebesar 51,49 persen dari jumlah penduduk.

Penggunaan internet masyarakat Kota Tangerang didominasi kepada aktivitas

penggunaan media sosial, kemudian mencari informasi berita, dan untuk mengirim

pesan email. (Bantenhits.com, 2018).

B. Aplikasi Layanan Kotak Saran Anda (LAKSA)

Aplikasi LAKSA tercipta untuk menjawab perkembangan teknologi

informasi yang sudah berkembang pesat. Pemerintah Kota Tangerang melalui dinas

komunikasi dan informatika meluncurkan layanan aspirasi tersebut pertama kali

pada tahun 2015, namun hanya dapat digunakan melalui SMS dan wbsite resmi

pemerintah. Pengembangan aplikasi LAKSA sehingga menggunakan basis

teknologi infomrasi sosial merupakan respon pemerintah terhadap karakteristik

masyarakat yang menginginkan adananya keterbukaan informasi dan kemudahan

akses dalam mendapatkan layanan.

Sehingga Pada tahun 2016 layanan LAKSA terintegrasi dalam portal

Tangerang LIVE, yang sudah bisa didownload melalui Playstore. Aplikasi LAKSA

mencakup seluruh aspirasi mengenai lingkungan sosial atau masalah sosial dan

permasalahan administrasi seperti, pendidikan, pengurusan surat tanah, dan lain-

lain. Pengaduan dari masyarakat tersebut akan diteruskan kepada OPD (organisasi

perangkat daerah) dan sudah dibuat tim kusus untuk menanggapi keluhan

masyarakat yang dinamai tim sigap. Laporan yang telah masuk akan diberi tanda

merah, jika sedang diperoses maka akan berubah menjadi warna kuning dan jika

27
telah selesai akan berwarna hijau. Setiap pengerjaan oleh petugas akan disertai foto

atau video sebagai bukti laporan.

Aplikasi LASKA bertujuan sebagai pengembangan smart city karena

kebutuhan masyarakat yang mengininkan adanaya pelayanan dengan cepat dan

efisien. Sehingga Pemkot Tangerang melalui teknologi dan informasi membuat

layanan tersebut dengan harapan semua kinerja lapangan dapat terpantau dan saran

dari warga dapat direspon serta ditanggapi secara cepat dan tepat. Dalam hal ini

aplikasi LAKSA menjadi penting untuk menjadi pembeda dari pelayanan publik

terdahulu dalam mewujudkan transparansi dan partisipasi masyarakat Kota

Tangerang. Aplikasi LAKSA menjadi penting karena menjadi warna baru bagi

wadah aspirasi masyarkat yang memungkinkan melakukan pengaduan dari tempat

tinggal tanpa harus datang langsung ke Lembaga atau instansi terkait.

28
BAB IV

PERAN APLIKASI LAKSA DALAM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI

DAN PARTISIPASI DI PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan bagaimana

peran aplikasi LAKSA sebagai salah satu layanan aspirasi masyarakat dalam

terciptanya prinsip transparansi dan partisipasi di Kota Tangerang. Oleh karena itu,

berikut ini, penulis menjelaskan:

A. Transparansi dalam Penggunaan Aplikasi LAKSA

Dalam bagian ini, penulis menjelaskan 3 hal, yaitu: 1) keterbukaan proses

pemberian pelayanan publik, 2) kemudahan pengguna memahami peraturan dan

prosedur pelayanan, 3) kemudahan memperoleh informasi pada semua aspek

penyelenggaraan pelayanan.

1. Keterbukaan Proses Pemberian Pelayanan Publik

Keterbukaan dalam proses pelayanan publik merupakan indikator pertama

yang dapat digunakan untuk mengukur transparansi pelayanan publik (Dwiyanto,

2014:236). Keterbukaan dalam proses pelayanan publik meliputi seluruh

komponen proses pelayanan, seperti lamanya waktu yang dibutuhkan, biaya, dan

persyaratan.

Estimasi lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses tindaklanjut aspirasi

dari masyarakat, cenderung belum dapat disampaikan secara akurat.

29
Budi sebagai kepala UPT diskominfo mengatakan bahwa.

“Setiap pengaduan berdasarkan jenis aduan misalkan terkati banjir,


kriminalitas, kemacetan itu ada sop nya berapa lama nya ada tergantung dari
kerumitan masalah tersebut jika masalah tersebut ringan kemungkinan cepat, tetapi
jika masalah tersebut rumit dan butuh pendalaman teknis itu kita biasanya ada
prosesdur jangka waktu untuk penyelesaian masalah tersebut.” (Wawancara
dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali
Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)
Dari wawancara tersebut dapat dipahami bahwa pemberian estimasi terkait

lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti aspirasi dari masyarakat

adalah tergantung dari bobot aspirasi itu sendiri. Misalnya jika aspirasi tersebut

terkait masalah lingkungan maka tindaklanjut dari aspirasi tersebut dapat cepat

diatasi. Namun jika masalah tersebut rumit dan butuh adanya pendalaman teknis

lebih lanjut maka terdapat prosedur jangka waktu dalam penyelesaian masalah.

Hal ini sejalan dengan pernyataan warga bernama Ar Rafi bahwa pelayanan

Aplikasi LAKSA belum memberikan kepastian waktu pelayanan. Berikut petikan

wawancaranya :

“responnya lumayan bagus dari saya melapor kurang lebih dua hari laporan
saya sudah ditindaklanjuti. Tapi tidak ada waktu pasti sih kapan diprosesnya,
mungkin lebih baik kalau ada estimasi waktu jadi saya yang melapor juga ada
kepastian gitu” (Wanawancara dengan Prayoga Ar rafi sebagai warga Kota
Tangerang, 10 Agustus 2022, di Kota Tangerang )

Ini menunjukan bahwa pemberian informasi mengenai estimasi waktu terhadap

pengguna belum diberikan secara maksimal. Masyarakat sebagai pengguna hanya

dapat melihat apakah aspirasi mereka sudah selesai ditangani, tetapi tidak

mendapatkan kepastian waktu dalam hal tersebut.

30
Biaya pelayanan publik dengan menggunakan aplikasi LAKSA dapat

digunakan oleh masyarakat tanpa pungutan biaya. pemerintah Kota Tangerang

melalui Diskominfo menjamin bahwa biaya dalam menggunakan aplikasi LAKSA

untuk menyampaikan aduan tidak ada atau gratis. Hal tersebut disampaikan oleh

Budi sebagai berikut:

“yang jelas aplikasi LAKSA tanpa biaya, karena memang semua jenis layanan
pengaduan dan aspirasi masyarakat itu semua melalui aplikasi. Jadi tidak
dikenakan biaya kepada masyarakat. Masyarakat yang ingin melakukan aduan
apapun seperti kemacetan, jalan rusak bisa langsung diadukan ke aplikasi LAKSA.
Semua itu transparansi adanya di aplikasi LAKSA tanpa adanya beban biaya
kepada masyarakat “. (Wawancara dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub
bagian UPT Pengelola Ruang Kendali Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8
Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Alif sebagai salah

seorang warga , yang mengatakan bahwa:

“ dari yang saya lihat di akun medsos si tidak ada biaya dalam penggunaannya,
saya juga waktu itu nggak bayar sama sekali”. (Wawancara dengan Alif sebagai
warga Kota Tangerang, 10 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa dalam

hal biaya pelayanan dalam aplikasi LAKSA sudah cukup transparan, karena telah

dikemukakan kepada masyarakat. Keterbukaan ini dibutuhkan untuk menghindari

hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan masyarakat.

Transparansi biaya ini dikemukakan melalui sosial media dan sosialisasi

secara langsung, sebagaimana yang dikemukakan oleh Budi, Kepala UPT , Kota

Tangerang berikut ini :

31
“kita menggunakan sosialisasi secara langsung dengan program door to door,
dan memanfaatkan media sosial dalam memberikan informasi.” (Wawancara
dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali
Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)
Persyaratan dalam penggunaan aplikasi LAKSA diinformasikan kepada

masyarakat melalui program sosialisasi. Diskominfo Kota Tangerang melakukan

program door to door, artinya adalah pemerintah melakukan penyuluhan ke setiap

kecamatan untuk memberikan informasi ke masyarakat mengenai aplikasi LAKSA

termasuk didalamnya mengenai persyaratan. Hal ini disampaikan oleh Budi sebagai

berikut:

“sudah, salah satunya kita melakukan door to door kepada maasyarakat seperti
menyebarkan brosur kemudian stiker kepada masyarakat bahwasannya kita
memiliki kanal pengaduan melalui aplikasi laksa dengan hanya mendownload di
playstore dan app store serta melakukan verifikasi menggunakan KTP, maka setiap
masyarakat dapat menggunakan aplikasi tersebut.” (Wawancara dengan Setiyo
Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali Kota
Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pemerintah melakukan

program doot to door untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

aplikasi LAKSA. Dalam kegiatan itu pula, pemerintah melakukan penyuluhan

mengenai persyaratan penggunaan layanan tersebut. Yaitu dengan hanya

melakukan verifikasi KTP dalam aplikasi tersebut maka masyarakat sudah dapat

menggunakannya.

Namun hal berbeda disampaikan oleh seorang masyarakat yang merasa

belum menerima penyuluhan mengenai penggunaan aplikasi LAKSA. Zaki

mengatakan bahwa:

“Saya sendiri belum tau kalo ada layanan aplikasi LAKSA, belum pernah juga
ada yang dateng kasih tau ke daerah sini juga. Kalo dari media sosial kurang tau

32
juga, karena saya jarang gunain hp ya sibuk kerja.” (Wawancara dengan Zaki
sebagai warga Kota Tangerang, 11 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Hasil wawancara tersebut memberikan kesimpulan bahwasannya penyebarluasan

informasi mengenai persyaratan dan penggunaan aplikasi LAKSA belum dilakukan

secara merata.

keterbukaan proses pemberian pelayanan publik aplikasi LAKSA dapat

berperan untuk memberikan informasi secara terbuka mengenai biaya, persyaratan

dan waktu yang dibutuhkan dalam proses pelayanan publik. Selain itu pemberian

informasi bahwa terdapat layanan aplikasi LAKSA juga harus tersampaikan dengan

baik kepada Masyarakat.

Oleh karena itu penyelenggara menggunakan metode door to door untuk

melakukan penyuluhan kepada setiap warga Kota Tangerang. Meskipun dalam

implementasinya masih terdapat pengguna yang tidak mendapatkan estimasi waktu

yang pasti dalam prosesnya, setidaknya aspek lain telah terpenuhi dengan baik.

Selain itu masih terdapat juga maysarakat yang merasa belum mendapatkan

informasi secara langsung mengenai adanya layanan aplikasi LAKSA, sehingga

penyebarannya belum merata. Seperti dalam penelitian Maryam yang

menyimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan industri pelayanan

publik adalah dengan transparansi biaya manajemen pelayanan publik, SOP, dan

reformasi karyawan yang bekerja di pelayanan publik (2016: 15). Hal itu dilakukan

agar informasi dapat mengalir tanpa adanya batasan kepada masyarakat sehingga

masyarakat pun terlibat dalam proses monitoring dan evaluasi.

33
2. Kemudahan Pengguna Memahami Peraturan dan Prosedur Pelayanan

Kemudahan pengguna memahami peraturan dan prosedur merupakan hal

yang sangat penting untuk para pengguna (Dwiyanto, 2014:238). Maksud dari hal

tersebut adalah petugas pelayanan publik dituntut untuk memeberikan informasi

yang semudah mungkin dimengerti oleh pengguna. Dengan perkembangan era

digitalisasi sehingga pelayanan publik sekarang ini lebih banyak menggunakan

basis aplikasi, maka aplikasi tersebut haruslah memberikan informasi dan

mekanisme pengaduan yang mudah dimenegerti oleh pengguna.

Prosedur pelayanan dalam Aplikasi LAKSA mencoba memberikan sebuah

layanan aspirasi publik yang mudah diakses dan mudah dipahami oleh pengguna.

Seperti yang disampaikan Budi dari diskominfo sebagai berikut:

“Sejauh ini sudah sangat mudah sekali, semua layanan pengaduan sudah
dibuat semudah mungkin, jadi apa yang kita buat sudah dipahami oleh
masyarakat mulai dari penggunaannya, kemudian diajukan seperti apa, terus
berapa lama proses tindak lanjut. Artinya sudah mudah lah tidak berbelit-
belit dalam masalah birokrasi. penggunaannya sudah sangat mudah sekali,
artinya tinggal memfoto, memilih hastag, pencet tombol kirim artinya laporan
tersebut sudah terkirim kepada kami”. (Wawancara dengan Setiyo Pambudi
sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali Kota Tangerang
Diskominfo, 8 Agustus 2022, di Kots Tangerang)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah Kota

Tangerang telah mencoba memberikan aplikasi layanan aspirasi publik yang mudah

34
digunakan dan dipahami oleh pengguna. Hal tersebut sejalan dengan yang

dirasakan Alif sebagai seorang warga sebagai berikut:

“penggunaannya mudah sih, untuk persyaratan juga gampang dipahami karena


ada pas awal kita mau login ke aplikasinya. Pakenya juga mudah, kalau saya
merasakan prosedurnya lebih mudah dipahami ya kalau pake aplikasi.”
(Wawancara dengan Alif sebagai warga Kota Tangerang, 10 Agustus 2022)

Data wawancara tersebut memberikan kesimpulan bahwa masyarakat

sebagai pengguna mudah memahami persyaratan dan prosedur penggunaan aplikasi

LAKSA. Pada gambar di bawah ini adalah rangkaian prosedur pengiriman aspirasi

dalam aplikasi LAKSA.

Gambar IV.A.2.1. Prosedur Pelayanan di Aplikasi LAKSA

Sumber: (app LAKSA)


Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dalam aplikasi LAKSA prosedur

awal yang dilakukan adalah memilih kategori aduan masyarakat. Dalam gambar

tersebut, aspirasi yang disampaikan masyarakat adalah terkait gorong-gorong, yaitu

sampah yang menumpuk sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan lingkungan.

Kemudian untuk melakukan verivikasi aduan tersebut maka diperlukan detail lokasi

35
laporan sehingga petugas OPD Kota Tangerang dapat menindaklanjuti dengan

cepat.

Dalam impelemntasinya aplikasi LAKSA dapat mempermudah pengguna

memahami prosedur dalam pelayanan publik. Hal tersebut karena aplikasi ini

membantu pengguna untuk menyampaikan aspirasi dengan mudah dan tidak rumit.

Penggunaan layanan publik berbasis aplikasi ini merupakan pemanfaatan konsep e

Government yaitu dengan menggunakan teknologi informasi berbasis internet

sehingga menghasilkan ruang lingkup penyelenggaraan yang tak terbatas tempat

dan waktu, sehingga menciptakan optimalisasi pelayanan publik yang efektif dan

efisien (Indrajit, 2016: 8).

3. Kemudahan memperoleh informasi pada semua aspek

penyelenggaraan pelayanan

Kemudahan dalam memperoleh informasi yang meliputi semua aspek

penyelenggaraan layanan dapat menjadi indikator transparansi, semakin mudah

pengguna memperoleh infomrasi maka pelayanan publik tersebut memiliki

tranparansi yang tinggi (Dwiyanto, 2014:240). Kemudahan memperoleh informasi

pada semua aspek penyelenggaraan meliputi informasi tindaklanjut aspirasi dan

informasi berupa status pengaduan aspirasi.

Aplikasi LAKSA sebagai wadah aspirasi masyarakat harus memberikan

output tentang apa saja yang telah mereka lakukan untuk menjawab laporan dari

masyarakat. Dalam hal ini seluruh masyarakat harus memperoleh informasi

36
kegiatan tersebut, jadi bukan hanya pelapor saja yang mengetahui. Budi dalam hal

ini mengatakan bahwa:

“dari kita sudah membuat akun Instagram khusus untuk setiap harinya
memposting kegiatan atau output dari setiap laporan yang masuk” (Wawancara
dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali
Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Diskominfo Kota Tangerang sebagai penyelenggara aplikasi LAKSA

memanfaatkan media sosial Instagram untuk sarana publikasi kegiatan tindaklanjut

dari aplikasi tersebut. Pemilihan media sosial Instagram nampaknya sangat bijak

mengingat pada masa sekarang hampir seluruh masyarakat menggunakan aplikasi

tersebut.

Gambar IV.A.3.1. Dokumentasi Tindak Lanjut Aplikasi LAKSA

Sumber: (Instagram: @tindaklanjut_tng)

Gambar di atas merupakan dokumentasi hasil tindak lanut dari laporan

aplikasi LAKSA yang disampaikan melalui akun Instagram. Dalam akun tersebut

37
laporan yang telah selesai ditindak lanjuti maka akan diberikan informasinya

melalui akun tersebut. Hal ini agar seluruh masyarakat dapat melihat semua

informasi penyelenggaraan dalam berbagai aspek.

Aplikasi LAKSA juga harus memberikan informasi berupa status

pengaduan yang masuk. Pada gambar di bawah ini adalah grafik aduan dalam

aplikasi LAKSA.

Gambar IV.A.3.2. Grafik Status Pengaduan Aplikasi LAKSA

Sumber: (App LAKSA)

Dapat disimpulkan dari gambar di atas bahwa dalam kemudahan

memperoleh informasi semua aspek penyelenggaraan pelayanan aplikasi LAKSA

telah meberikannya dengan transparan kepada masyarakat sebagai pengguna. Pada

gambar tersebut pengguna dapat mengetahui total pengaduan yang masuk,

menunggu diproses, sedang diproses, dan selesai proses.

38
Peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan keterbukaan informasi seluruh

aspek penyelenggaraan pelayanan publik berdampak positif. Dapat dilihat bahwa

seluruh aspek termasuk publikasi kegiatan tindaklanjut dipublikasikan kepada

masyarakat secara transparan. Selain informasi tersebut disampaikan melalui

aplikasi LAKSA, tetapi juga menggunakan media sosial mainstream yaitu

Instagram melalu akun @tindaklanjut_tng.

Hal tersebut sejalan dengan karakteristik media sosial menurut Mayfield,

bahwa layanan media sosial bersifat terbuka dengan tujuan dilihat siapa saja

sehingga tidak ada halangan dalam mengakses informasi dan konten antar

pengguna (Mayfield, 2008:5). Oleh karena itu, aplikasi LAKSA dapat menjadi

pembeda dari layanan publik terdahulu dimana masih menggunakan komunikasi

satu arah.

Dengan menggunakan ketiga dimensi transparansi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan pelayanan publik

yang transparan berjalan cukup baik. Meskipun masih terdapat beberapa

kekurangan seperti estimasi waktu pelayanan yang belum diinformasikan secara

akurat dan masih adanya daerah yang belum mendapatkan penyuluhan informasi

aplikasi LAKSA. Namun demikian, ketidasempurnaan tersebut dapat diperbaiki

seiring berjalannya aplikasi tersebut digunakan.

B. Partisipasi dalam Penggunaan Aplikasi LAKSA


Pada bagian ini peneliti menggunakan hasil penelitian Erwan Agus

Purwanto (Dwiyanto, 2014:173-219) untuk menganalisis partisipasi dalam

39
penggunaan aplikasi LAKSA. Terdapat tiga aspek untuk menganalisanya, yaitu

adanya akses untuk masyarakat, kemampuan masyarakat terlibat dalam proses, dan

meningkatnya kualitas dan kuantitas kritik serta saran. Akan tetapi peneliti hanya

menggunakan dua aspek yaitu kemampuan masyarakat terlibat dalam proses dan

meningkatnya kualitas dan kuantitas kritik.

1. Kemampuan masyarakat terlibat dalam proses

Keterlibatan masyarakat dalam pelayanan publik merupakan salah satu

fungsi kontrol dari masyarakat untuk membantu terselenggaranya pelayanan

dengan semestinya (Mellyanika, 2020). Oleh karena itu, Kondisi masyarakat juga

harus dipertimbangkan untuk menentukan sarana aspirasi apa yang cocok untuk

kondisi masyarakat tersebut.

Kemampuan msayarakat terlibat dalam penggunaan aplikasi LAKSA juga

dapat dilihat dari bagaimana peran masyarakat dalam menggunakan sarana aspirasi

tersebut. Menurut Budi kondisi masyarakat kota Tangerang secara mayoritas sudah

siap menerima dan menggunakan sarana aspirasi melalui aplikasi, seperti yang

dikatakan bahwa:

“kita juga melihat bahawa mayoritas masyarakat di sini sudah menggunakan


smartphone dan aktif dalam media sosial. Sehingga peran masyarakat sejauh ini
hanya sebatas ikut mensuksekan dalam arti masyarakat dapat berperan aktif dengan
baik, artinya jika ada beberapa orang yang sudah menggunakan aplikasi ini, dan
menganggap aplikasi ini gampang kemudian menginfokan kepada temannya
bahwasannya aplikasi ini mudah digunakan, artinya masyarakat berperan aktif
dalam pemberian informasi kepada rekan sesamanya tanpa kita suruh.”
(Wawancara dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola
Ruang Kendali Kota Tangerang Diskominfo, 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

40
Kemampuan masyarakat dalam terlibat proses menurut wawancara di atas

bahwa masayarakat memiliki peran untuk mensuskseskan aplikasi tersebut.

Kondisi masyarakat yang secara mayoritas sudah sering menggunakan smartphone,

menurut narasumber tersebut berperan aktif dalam penyebaran informasi dan

keterlibatannya dalam menggunakan aplikasi tersebut.

Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan seorang warga kota

Tangerang, menurut Riki ia sedikit banyak terbantu dengan inovasi yang dilakukan

pemerintah dalam hal sarana aspirasi publik. Riki mengatahan bahwa:

“saya tau karena lumayan aktif juga main Instagram dan facebook, sebagai
masyarakat bahwa ada hal baru yang dilakukan pemerintah saya coba aja pake
aplikasi itu. Ya terbantu lah apalagi waktu itu pandemi jadi pakai aplikasi gak
usah ke luar rumah kan bagus. Temen saya paling saya saranin buat coba pake
aplikasi itu untuk menanyakan terkait pembayaran PBB secara online.”
(Wawancara dengan Riki sebagai warga Kota Tangerang, 11 Agustus 2022, di
Kota Tangerang)

Dari narasumber tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat juga berperan dalam

keterlibatan proses pelayanan publik. Namun hal berbeda dikatakan oleh seorang

warga lain, Nasrun mengatakan bahwa:

“kalo mengenai aplikasi LAKSA tau ya mas dari temen yang kerja di
pemerintahan. Tapi belum nyoba ya, walaupun saya pake smartphone tapi
tidak terlalu aktif mainnya jarang-jarang saja. Kalo lingkungan rumah saya
kebanyakan belum ada yang coba, mungkin karena belum tau kali
ya.”(Wawancara dengan Nasrun sebagai warga Kota Tangerang, tanggal 11
Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Menurut warga tersebut meskipun ia memiliki smartphone tetapi ia

menggunakannya tidak secara sering. Masyarakat di sekitar lingkungannya pun

masih belum tau secara menyeluruh fungsi aplikasi tersebut. Hal tersebut dapat

41
terjadi karena belum ada warga di sekitar yang memiliki kemampuan untuk mau

terlibat dalam proses pelayanan publik melalui aplikasi.

Peneliti mengamati bahwa meskipun masyarakat kota Tangerang mayoritas

sudah menggunakan smarphone dan aktif dalam media sosial. Tetapi terdapat juga

beberapa kelompok masyarakat yang menggunakan samrphone hanya sebatas

untuk mencari uang saja, seperti contoh yang paling banyak adalah pengemudi ojek

online.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan keterlibatan masyarakat dalam proses

juga bergantung kepada bagaiamana peran masyarakat dalam menggunakan

aplikasi LAKSA. Mayarakat yang memiliki kemampuan dalam keterlibatan dapat

menjadi sumber informasi bagi masyarakat lain yang belum berperan dalam

menggunakan aplikasi tersebut. Selain itu, kondisi masyarakat yang sudah bijak

dalam menggunakan smartphone juga dapat menjawab apakah kondisi masyarakat

tersebut memiliki kemampuan dalan keterlibatan proses pelayanan publik. Maka

dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat kota Tangerang memiliki

kemampuan keterlibatan proses, meskipun masih ada beberapa yang belum

sempurna.

2. Adanya Peningkatan kualitas dan Kuantitas Aspirasi

Keberhasilan peran aplikasi LAKSA dalam mewujudkan pelayanan publik

yang partisipatif tentunya dapat dilihat dari peningkatan kualitas dan kuantitas dari

layanan sebelumnya. Dalam hal ini layanan publik aplikasi LAKSA harus dapat

42
menarik partisipan dari masyarakat agar pola berkesinambungan antara pemerintah

dan masyarakat tetap terjaga.

Keterkaitan antara pemerintah daerah dan masyarakat harus tetap terjalin dan

terjaga agar prinsip partisipasi dalam layanan publik tetap ada. Berkaitan dengan

hal tersebut Budi mengatakan bahwa:

“keterkaitan dan berkesinambunagan antara pemerintah dengan masyarakat,


artinya kita melempar produk aplikasi kepada masyarakat dan bisa menyambut
baik dengan menggunakannya, artinya ada berkesinambungan antara pemerintah
daerah dan masyarakat sehingga timbul keterkaitan yang dapat meningkatkan
partisipasi. Pengaduan yang sudah masuk kita rangkum per hari, perminggu, dan
perbulan, penyelesaian masalah juga relative cerpat, artinya para pegawai dan opd
yang terkait maslah tersebut berkerja secara kooperatif, terlihat dari data bahwa
aspirasi yang sudah terselesaikan lebih banyak dari yang belum. Jadi responnya
cukup baik dari kita pegawai dengan opd terkait.” (Wawancara dengan Setiyo
Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali Kota
Tangerang Diskominfo, 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah ingin

dan selalu berusaha untuk menciptakan keterkaitan dengan masyarakat agar dapat

meningkatkan partisipasi. Dalam hal meningkatkan partisipasi tersebut pemerintah

kota Tangerang meningkatkan kualitas layanan dengan menggunakan operator

perangkat daerah sehingga penyelesaian masalah relative cepat. Aduan yang masuk

juga dirangkum per minggunya dan di informasikan ke masyarakat, sehingga hal

tersebut dapat menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat agar menggunakan

aplikasi tersebut.

Seperti yang disampaikan oleh Ar Rafi sebagai seorang warga yang pertama

kali membuat aspirasi karena adanya aplikasi LAKSA, sebagai berikut:

“saya tertarik mencoba waktu itu melaporkan lampu jalan yang mati di
daerah saya. Pertama kali ya nyoba menyampaikan aspirasi karena

43
sebelumnya nggak tau kalau aduan itu harus kemana.”(Wawancara dengan
Ar rafi sebagai warga Kota Tangerang, pada 10 Agustus 2022, di Kota
Tangerang)

Dari hasil wawancara di atas memiliki kesimpulan bahwa layanan publik

menggunakan aplikasi merupakan hal baru yang menarik perhatian masyarakat.

Selain itu layanan yang dahulu menggunakan SMS dinilai kurang efektif karena

laporan belum terorganisasi dengan baik. Kuantitas Perbandingan partisipasi

masyarakat sebelum layanan menggunakan aplikasi yaitu pada 2016 dan setelah

menggunakan basis aplikasi media sosial dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar IV.B.2.1. Laporan Pengguna Aplikasi LAKSA

Aduan Layanan Aspirasi Kotak


Saran Anda (LAKSA)

214

869

Mei-Aug…
2016

Sumber: (Data diolah dari laksa.tangerangkota.go.id)

Pada gambar diagaram di atas terlihat bahwa sebelum layanan LAKSA

menggunakan basis aplikasi yaitu pada 2016 masyarakat yang berpartisipasi

menyampaikan aspirasi berjumlah 214 aduan. Sedangkan pada antara bulan Mei

sampai Agustus 2022 masyarakat yang berpartisipasi berjumlah 869 aduan. Dapat

44
disimpulkan bahwa berubahnya layanan LAKSA dari layanan konvensional

menjadi berbasis teknologi informatika pada 2017 lebih efektif menarik partisipasi

masyarakat.

Meskipun demikian, penggunaan aplikasi LAKSA terbilang masih sedikit

jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Tangerang seperti pada gambar

di bawah ini.

Gambar IV.B.2.2. jumlah Masyarakat Pengguna Aplikasi LAKSA

Masyarakat Pengguna Layanan LAKSA


87.481

1.890.000

Pengguna LAKSA Penduduk Kota Tangerang

Sumber: laksa.tangerangkota.go.id

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa masyarakat yang pernah atau

menggunakan aplikasi LAKSA hanya sekitar 21 persen dari keseluruhan jumlah

penduduk Kota Tangerang. Hal ini berarti meskipun dalam kuantitas aduan aspirasi

dari masyarakat aplikasi LAKSA lebih baik dari pelayanan publik manual, akan

tetapi dalam penggunaan seluruhnya belum efektif menarik partisipasi masyarakat

Kota Tangerang.

45
Menurut pengamatan penulis semenjak layanan LAKSA menggunakan

aplikasi, kualitas aduan atau aspirasi dari masyarakat lebih akurat dan jelas. Sebagai

contoh, dalam menyampaikan aspirasi menggunakan aplikasi LAKSA maka harus

disertakan foto kejadian dan kategori permasalahannya. Sedangkan saat

menggunakan layanan SMS dinilai kurang efektif karena aspirasi yang masuk

kurang rinci dan petugas belum terorganisasi dengan baik, sehingga dalam tindak

lanjutnya belum maksimal.

C. Analisis Peran Aplikasi LAKSA dalam Menciptakan Pelayanan Publik

Partisipatif

Aspek pertama dalam menganalisis peran aplikasi LAKSA dalam

mencipatakan partisipasi layanan publik adalah bagaimana kemampuan masyarakat

terlibat dalam proses. Sebelum menentukan instrumen partisipasi pemerintah harus

memahami kondisi dan peran masyarakat dalam proses penyelenggaraan layanan

publik.

Memilih instrumen pelayanan publik yang tepat dengan kondisi maysarakat

dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai pengguna (Dwiyanto, 2014).

Ini sejalan dengan hasil penelitian Hiasinta dan Dwinanarhati bahwa menyediakan

beragam bentuk wadah aspirasi dapat menarik masyarakat berpartisipasi dalam

layanan publik. Karena pemerintah memerlukan adanya aduan dari masyarakat

sehingga mereka dapat memperbaiki pelayanan yang kurang dan memiliki citra

kinerja yang baik dimata masyarakat (2020: 49-50).

46
Dalam hal ini peran masyarakat di aplikasi LAKSA hanya sebatas berperan

aktif untuk melakukan aspirasi bila dirasa ada yang kurang memuaskan di

lingkungan mereka. Pemerintah Kota Tangerang dan diskominfo sebagai

penyelenggara menciptakan aplikasi LAKSA tersebut juga didasari bahwa

perkembangan perilaku masyarakat mayoritas sudah menggunakan media sosial.

Namun demikian, dalam implementasinya tidak semua mayrakat Kota

Tangerang memiliki kemampuan untuk menggunakan aplikasi LAKSA. Hal

tersebut karena tidak semua masyarakat menggunakan smartphone mereka untuk

aktif mencari informasi mengenai penyediaan layanan publik, melainkan hanya

sebatas untuk mencari uang atau sebatas mencari hiburan saja.

Wilcox (1994) dalam buku Agus Dwiyanto mengatakan bahwa masyarakat

bersedia berpartisipasi jika mereka sudah memiliki pemahaman yang sama antara

satu dengan yang lain sehingga memiliki kepercayaan untuk ikut berpartisipasi,

serta mengetahui manfaat dari kegiatan partisipasi tersebut (Dwiyanto, 2014: 200).

Masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam penggunaan aplikasi LAKSA

dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat lain yang belum berpartisipasi.

. Dari impelentasi penggunaan aplikasi LAKSA mayarakat Kota Tangerang

dapat dikatakan memiliki kemampuan dalam menggunakan instrumen partisipasi

berbasis aplikasi. Hal tersebut karena penyebaran informasi mengenai aplikasi

LAKSA sudah dilakukan di antara sesama masyarakat, walaupun belum secara

merata tetapi dengan berjalannya waktu kemampuan masyarakat tersebut dapat

terus tumbuh.

47
Kemudian aplikasi LAKSA juga memiliki peran baik terhadap pelayanan

publik yang partisipatif jika terdapat peningkatan kualitas dan kuantitas aspirasi

masyarakat. Inovasi dalam pelayanan publik harus dapat memberikan pengaruh

yang lebih baik terhadap pelayanan publik partisipatif, contohnya adalah dengan

adanya peningkatan partisipasi dan kualitas aspirasi dari msyarakat. Hal tersebut

tidak lain adalah untuk menjaga keterkaitan antara pemerintah dan masyarakat tetap

terjalin.

Aplikasi LAKSA memberikan dampak yang terbilang cukup baik dalam

upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas aspirasi dari masyarakat. Terdapat

beberapa hal yang menyebabkan aplikasi LAKSA dapat memberikan dampak yang

baik tersebut, seperti kemudahan pengguna dalam menyampaikan aspirasi.

Dibandingkan dengan layanan publik konvensional seperti melalui SMS atau

datang langsung ke lembaga terkait, aplikasi LAKSA menawarkan prosedur yang

lebih sederhana dengan hanya menggunakan smartphone.

Hal ini tentu lebih mudah diakses oleh masyarakat sehingga kertarikan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelayanan publik meningkat. Ini dapat

terlihat bahwa pertumbuhan masyarakat yang mengirimkan aspirasi lebih tinggi

dibandingkan sebelum layanan ini berbasis aplikasi.

Menurut Walsh dalam Dwiyanto, hubungan mendasar antara warga negara

dengan pemerintah ialah dengan adanya komitmen bersama antara pihak yang

memerintah dan yang diperintah guna membangun suatu negara, oleh karena itu hal

yang terpenting dalam menilai keberhasilan pelayanan publik adalah persamaan

48
(Dwiyanto, 2014:181). Seperti dalam penelitan Rohman dan Hanafi hasil penelitian

mereka menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat yang menggunakan nilai

persamaan dapat membantu pemerintah dalam memperbaiki pelayanan yang tidak

seharusnya, seperti menghilangkan praktik pungutan liar (2019: 156).

Maka dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara pemerintah dan

masyarakat mempunyai peran penting untuk kemajuan suatu daerah. Sehingga

pemerintah sebagai pemberi layanan harus menjamin setiap warganya memiliki

akses yang sama dalam memperoleh pelayanan publik. Dalam hal ini aplikasi

LAKSA memberikan wadah aspirasi bagi masyarakat Kota Tangerang yang dapat

digunakan oleh semua masyarakat.

Mengikuti teori yang disampaikan oleh Arnstein yang mana ia menggunakan

model anak tangga partisipasi warga dalam mengukur tingkatan partisipasi dengan

dasar redistribusi kekuasan dari control absolute ke have no citizen. Delapan

tingkatan tersebut adalah control oleh warga negara, pendelegasian wewenang, dan

kemitraan, tiga model tersebut menandakan bahwa masyarakat memliki partisipasi

penuh. Selanjutnya adalah konsesi, konsultasi, dan pemberian informasi termasuk

kedalam model partisipasi simbolik. Kemudian terapi dan manipulasi termasuk

kedalam model tidak ada partisipasi (Arnstein, 1969).

Peran aplikasi LAKSA dalam meningkatkan pelayanan publik partisipasif

adalah dengan aplikasi ini masyarakat memiliki kontrol untuk menyampaikan

aspirasi, mengawasi apakah aspirasi mereka telah diterima, dan melihat apakah

aspirasi mereka telah ditindaklanjuti. Maka jika menggunakan tipologi partisipasi

49
milik Arnstein, partisipasi yang tercipta adalah adanya Kontrol oleh warga yang

berarti masyarakat memiliki kewenangan penuh dalam setiap aspirasi yang mereka

sampaikan.

D. Faktor Pendukung dan Hambatan Penggunaan Aplikasi LAKSA

Faktor pendukung dalam penggunaan aplikasi LAKSA adalah sebagai

berikut:

1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) Sebagai Pelaksana Program

Pemerintah sebagai pelaksana program pelayanan publik perlu memiliki

kemampuan yang kapabel, bersikap terbuka, dan berani berdialog dengan

masyarakat sebagai pengguna (Dwiyanto, 2014:200). Diskominfo Kota Tangerang

sebagai penyelenggara aplikasi LAKSA beranggapan bahwa mereka telah

menempatkan petugas yang kapabel dalam pelayanan publik. Budi mengatakan

bahwa:

“para pegawai dan OPD yang terkait tersebut telah berkerja secara
kooperatif, terlihat dari data bahwa aspirasi yang telah ditindaklanjuti lebih
banyak dari yang belum terselesaikan. Jadi dari pegawai dan OPD telah
memberikan respon yang cukup baik. Terlebih sejauh ini kami juga
memahaim bagaimana prosedur menggunakan metode partisipatif.”
(Wawancara dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola
Ruang Kendali Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota
Tangerang)

Dapat dikatakan bahwa SDM yang terdapat dalam Diskominfo Kota

Tangerang telah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam melayani

masyarakat. Ketersediaan SDM dalam pemerintah yang kapabel dengan posisinya

50
sebagai petugas pelayanan publik menjadi faktor pendukung pelaksanaan program

tersebut dapat berjalan baik.

2. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

Menurut hasil observasi peneliti, guna mendukung pelaksanaan Aplikasi

LAKSA terdapat ruang kendali khusus untuk mengawasi setiap aduan yang masuk

dari masyarakat. Selain itu untuk menunjang masyarakat sebagai pengguna aplikasi

LAKSA pemerintah telah mengadakan program RW net, Budi mengatakan,

“diskominfo sudah mengadakan program rw net yaitu fasilitasi akses internet


atau wifi gratis yang ada ditingkat rw, silahkan warga nanti dimanfaatkan untuk
mengakses kanal aplikasi pengaduan masyarakat.” (Wawancara dengan Setiyo
Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali Kota
Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Program RW net tersebut merupakan langkah pemerintah untuk

memfasilitasi akses internet masyarakat yang diharapkan dapat membantu

masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam penyampaian aspirasi. Kemudian

untuk menjaga sarana aspirasi masyarakat dalam hal ini adalah aplikasi LAKSA,

Diskominfo melakukan perawatan untuk selalu menjaga aplikasi ini dapat berjalan

dengan baik. Budi mengatakan bahwa:

“pastinya dengan pola mintanance, jadi aplikasi ini seiring dengan banyaknya
pengaduan, artinya secara hardware sudah penuh jadi tetep nanti diskominfo
melakukan recovery secara berkesinambungan agar aplikasi ini tetap berjalan
dengan baik.” (Wawancara dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian
UPT Pengelola Ruang Kendali Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus
2022, di Kota Tangerang)

51
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga sarana

aduan masyarakat, diskominfo selalu melakukan perawatan terhadap aplikasi

LAKSA. Hal tersebut dilakukan untuk tetap menjaga kepuasan masyarakat dalam

menggunakan aplikasi tersebut. Tindakan ini tentu dapat mendukung pelaksanaan

aplikasi LAKSA dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.

3. Ketersediaan anggaran pelayanan publik

Bermacam instrument partisipasi guna melibatkan masyarakat dalam proses

penyediaan layanan publik dalam implementasinya memerlukan dukungan dana

(Dwiyanto, 2014:200). Dalam penyediaan aplikasi LAKSA tidak terdapat anggaran

khusus untuk aplikasi tersebut. Budi menjelaskan bahwa:

“tidak ada anggaran khusus untuk aplikasi ini, kita hanya melihat di masyarakat
butuh kanal pengaduan, pastikan bagaiamanapun pemerintah butuh masukan
adanya masukan tersebut perlu rumah, rumah itu adalah aplikasi, selama ini sih
tidak ada anggaran untuk itu jadi kita hanya menampung aspirasi masyarakat
bahwa mereka butuh kanal untuk menyampaikan aspirasinya.” (Wawancara
dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali
Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Dapat dikatakan bahwa pengadaan aplikasi LAKSA adalah respon dari

pemerintah yang melihat masyarakat butuh kanal pengaduan yang sesuai dengan

perkembangan teknologi. Oleh karena itu anggaran tersebut tidak dikhususkan

untuk aplikasi LAKSA saja, tetapi meliputi seluruh pelayanan masyarakat. Hal ini

karena aplikasi tersebut merupakan layanan yang hadir karena adanya Peraturan

Walikota Tangerang No 3 Tahun 2016 mengenai pembentukan organisasi dan tata

kerja unit pelaksana teknis command center pada diskominfo.

52
Sementara itu, faktor penghambat dalam penggunaan aplikasi LAKSA

adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan Masyarakat

Kemampuan dan keterampilan masyarakat sebagai pengguna tentu sangat

mempengaruhi cepat atau lambatnya sebuah inovasi berkembang. Menurut Budi

kualitas masyarakat sangat berpengaruh dalam menyukseskan penggunaan aplikasi

LAKSA, ia mengatakan:

“Berpengaruh, karena sekarang sudah era teknologi informasi jadi warga juga
dituntut mengikuti perkembangan jaman jadi bukan hanya pemerintah saja yang
dituntut berubah. Masyarakat harus update teknologi walaupun hanya dari
penggunaan smartphone masyarakat harus lebih aware dan berperan aktif dalam
mencari informasi melalui teknologi.” (Wawancara dengan Setiyo Pambudi
sebagai Kepala Sub bagian UPT Pengelola Ruang Kendali Kota Tangerang
Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di Kota Tangerang)

Dapat disimpulkan bahwa pemerintah juga mengharapkan masyarakat

untuk lebih memiliki kesadaran untuk mencari informasi menggunakan teknologi.

Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Sabeni dan Dwinanarhati (2020),

dimana tidak seluruh warga dapat menggunakan perlengkapan teknologi dan masih

minimnya pemahaman masyarakat dalam menggunakan sarana fasilitas dengan

basis teknologi informasi menghambat pelayanan publik dari pemerintah. Menurut

hasil observasi dan wawancara, ditemukan masih terdapat masyarakat yang belum

memahami penggunaan teknologi informasi. Hal ini menjadi hambatan dalam

penggunaan aplikasi LAKSA sebagai wadah aspirasi masyarakat.

53
2. Kurangnya Sosialisasi

Meskipun telah melakukan program sosialisasi penggunaan aplikasi

LAKSA dengan penyuluhan langsung ke setiap kecamatan, namun hal tersebut

belum maksmimal. Dari observasi yang dilakukan, masih terdapat masyarakat yang

belum mengetahui keberadaan aplikasi tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa

pemerintah belum secara menyeluruh dalam memberikan informasi terkait aplikasi

LAKSA. Faktor tersebut menjadi penghambat dalam penggunaan aplikasi LAKSA,

karena jika sebelumnya pemerintah meminta masyarakat untuk mengikuti

perkembangan teknologi informasi, maka dalam hal ini pemerintah dituntut

menyebarkan informasi kepada masyarakat secara menyeluruh.

3. Ketidakjelasan Kewenangan

Tidak jelasnya kewenangan terkait tanggung jawab perawatan fasilitas

publik seperti jalan raya, lampu jalan, dan lain-lain mengakibatkan terhambatnya

pengelolaan aspirasi dari masyarakat. Dalam hal ini budi mengatakan bahwa:

“kita untuk penyelesaian tindak lanjut maslaah yang terkadang ada hambatan
artinya masalah yang disampaikan oleh warga butuh jawaban yang lebih akurat,
terkait kewenangan antara dua daerah, miasalnya masyarakat menyampaikan
aaspirasi mengapa jalan bolong belum diperbaiki, setelah kita telusuri bukan milik
kota tetapi provinsi, artinya kita harus berkoordinasi dengan provinsi, hal ini
kadangkala membuat slow respon karena memang itu ada dikewenangan dua
daerah.” (Wawancara dengan Setiyo Pambudi sebagai Kepala Sub bagian UPT
Pengelola Ruang Kendali Kota Tangerang Diskominfo, tanggal 8 Agustus 2022, di
Kota Tangerang)

Dapat disimpulkan bahwa aspirasi masyarakat dapat terhambat dalam

proses penyelesaian. Hal ini disebabkan karena fasilitas publik tersebut bukan

miliki Kota Tangerang tetapi Provinsi. Hal tersebut membuat OPD Kota Tangerang

54
harus melakukan koordinasi dengan Provinsi, yang membuat laporan tersebut lama

direspon.

4. Kurang responsif dalam menanggapi aspirasi masyarakat

Setiap laporan aspirasi masyarakat yang masuk akan langsugn ditangani

oleh admin server dan kemudian dilanjjutkan kepada OPD sebagai petugas

lapangan. Meskipun beberapa aduan ditangani dengan cepat, namun karena

banyaknya aduan yang masuk seringkali admin lambat merespon aduan dari

masyarakat tersebut. Mengenai hal tersebut Pemerintah Kota Tangerang

memberikan solusi dengan rencana penambahan admin agar dapat mengimbangi

jumlah aspirasi yang masuk dari masyarakat.

55
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini telah menjelaskan tentang penggunaan aplikasi LAKSA

dalam mewujudkan transparansi dan partisipasi masyarakat di Kota Tangerang.

Peneliti menemukan bahwa:

1. Penggunaan aplikasi LAKSA dalam mewujudkan transparansi berjalan

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pertama, adanya keterbukaan proses

pemberian pelayanan publik seperti biaya, persyaratan, dan estimasi waktu.

Meskipun dalam implementasinya estimasi waktu belum diberikan secara

akurat dan penyuluhan persyaratan belum merata. Kedua, kemudahan

pengguna memahami peraturan dan prosedur pelayanan sudah diberikan

dengan baik dalam aplikasi LAKSA. Ketiga, kemudahan memperoleh

informasi semua aspek penyelenggaraan telah diberikan dengan berbagai

media seperti Instagram.

Kemudian aplikasi LAKSA juga memiliki peran cukup efektif dalam

mewujudkan partisipasi masyarakat Kota Tangerang. Hal ini dapat dilihat

pertama, terdapat peningkatan kualitas dan kuantitas aspirasi. Dibandingkan

dengan pelaynan publik manual, aplikasi LAKSA berperan lebih baik dalam

menarik masyarakat untuk berpartisipasi, meskipun begitu jika

dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Tangerang belum setengah

dari populasi yang menggunakan aplikasi ini. Kedua, terdapat kemampuan

56
masyarakat terlibat dalam proses. Masyarakat Kota Tangerang mayoritas

mampu menggunakan pelayanan aplikasi digital. Selain itu, Aplikasi

LAKSA berperan dalam mewujudkan partisipasi dengan tingkatan citizen

control.

2. Penggunaan aplikasi LAKSA dalam mewujudkan transparansi dan

partisipasi mempunyai berbagai faktor pendukung dan penghambat. Faktor

pendukung pertama adalah Ketersediaan SDM sebagai pelaksana program.

Kedua adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, dan ketiga

adalah adanya anggaran pelayanan publik. Sementara itu, faktor

penghambat penggunaan aplikasi LAKSA adalah pertama kemampuan

masyarakat yang belum merata, kurangnya sosialisasi program,

ketidakjelasan kewenangan, dan kurang responsif dalam menjawab aspirasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, penulis memiliki

saran yang ingin disampaikan, sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Tangerang dan Diskominfo Kota Tangerang, sebagai

penyedia layanan aplikasi LAKSA agar lebih melakukan sosialisasi

penggunaan aplikasi LAKSA, kemudian diharapkan untuk memberikan

estimasi waktu tindaklanjut yang lebih akurat kepada masyarakat sebagai

penyampai aspirasi. Selain itu harus segera menambah admin aplikasi agar

selalu responsif dan sesuai dengan jumlah aspirasi yang masuk.

57
2. Masyarakat sebagai penerima layanan aplikasi LAKSA diharapkan untuk

senantiasa mengikuti perkembangan teknologi infomrasi untuk sama-sama

memajukan Kota Tangerang dengan menyampaikan aduan melalui aplikasi

agar tercipta ketersinambungan antara pemerintah dengan masyarakat.

Selain itu, masyarakat yang berusia produktif diharapkan dapat menjadi

contoh terhadap masyarakat lain yang belum mengetahui layanan aduan

melalui aplikasi.

3. Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih

mendalam mengenai peran aplikasi layanan publik dalam mewujudkan

prinsip transparansi dan partisipasi, sehingga menciptakan hasil dan

pemahaman yang lebih rinci mengenai permasalahan tersebut.

58
Daftar Pustaka

Buku

Creswell, W, John. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dwiyanto, Agus. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik. Gadjah Mada University Press.

Indrajit, Richardus Eko. 2016. Electronic Government Konsep Pelayanan Publik


Berbasis Internet dan Teknologi Informasi. Jakarta: APTIKOM.

Mayfield, Antony. 2008. What is Social Media?. London: iCrossing.

Nasrullah, Rulli. 2017. Media Sosial : Perspektif Komunikasi Budaya dan


Sosioteknologi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Samsu. 2017. METODE PENELITIAN: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development). Jambi:
PUSAKA

Sedarmayanti, 2007. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dan Good


Corporate Governance (Tata kelola Perusahaan Yang Baik). Bandung:
CV. Mandar Maju.o

Sumarto Hetifa Sj. 2003. Inovasi Partisipasi dan Good Governance. Bandung:
Yayasan Obor Indonesia.h

Umam, Khaerul. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.

Utari, Prahastiwi. 2011. Media Sosial, New Media dan Gender dalam Pusaran
Teori Komunikasi. Bab Buku Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi.
Yogyakarta:jAspikom.

Jurnal

Arnstein, Sherry R. 1969. A Ladder Of Citizen Participation. Journal of the


American Planning Association. 216-224.

Hidayat, Wahyu. 2021. Analisis Inovasi Pelayanan Publik Berbasis Aplikasi


Tangerang Live di Kota Tangerang. Jurnal Studia Administrasi. Vol. 3
No 1. 48-57.

59
Kaplan, M, Andreas dan Haenlein Michael. 2010. Users of the world unite! The
challenges and opportunities of Social Media Indiana University. Jurnal
Business Horizons.

Maryam, Neneng Siti. 2016. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik. JIPSI :Jurnal ilmu politik dan komunikasi. Vol. VI No. 1. 1-18.

Muhammad, Kurniawan. 2017. Mewujudkan Good.Governance di Pemerintah


Kota Malang Melalui Implementasi Undang-undang no. 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik. PUBLISIA: jurnal ilmu
administrasi publik. Vol.2. No 2, Oktober. 146-157.

Mulyawan, Budi. 2009. Pengaruh.Pelaksanaan good Governance Terhadap


Kinerja Organisasi (Studi Pada Dinas Kesejahteraan Sosial Kota
Palembang).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14915/1/0
9E009 79.pdf, Diakses pada tanggal 11 November 2021.

Renita, dan Ikhsan Riharjo. 2021. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan


Pengawasan Terhadap Kinerja Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. Vol. 9 No 3. 1-18.

Rohman, Abd dan Yayang Santrian Hanafi. 2019. Penerapan Prinsip-prinsip


Good governance dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik.
Jurnal Reformasi. Vol. 9 No 2. 153-160.

Sabeni, Hiasinta dan Emei Dwinanarhati. 2020. Pengelolaan Pengaduan


Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 9 No. 1. 43-52.

Supriadi. 2008. Partisipasi Mayarakat Dalam Pelayanan Publik di Kantor


Pertanian Kabupaten Boyolali Melalui Berdasarkan Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Jurnal Dinamika
Hukum. Vol. 9 No 3. 212-231.
Artikel

Admin Kumparan. 11 Oktober 2021. “Ini Dia Mayoritas Pekerjaan Masyarakat


Kota Tangerang”. Diakses pada 1 Oktober 2022 pukul 19.45 WIB.
https://kumparan.com/berita-update/ini-dia-mayoritas-pekerjaan-
masyarakat-kota-tangerang-1whTsuKRROq/full

Admin Kompas. 25 Agustus 2019. “Viral, Pria Gendong Jenazah Karena Ambulans
Puskesmas Tak Bisa Dipakai, Begini Cerita Lengkapnya”. Diakses pada
21 November 2019 pukul 20.40 WIB.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/25/15043061/viral-pria-
gendong-jenazah-karena-ambulans-puskesmas-tak-bisa-
dipakai?page=all

60
Admin Tribunnews. 12 Agustus 2022. “Sopir di Tangerang Anggap Lumrah
Pungli KIR”. Diakses pada 15 Maret 2022 pukul 13.32 WIB.
https://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/08/12/sopir-di-tangerang-
anggap-lumrah-pungli-kir

Darussalam. 4 Maret 2018. “80,45 Persen Pengguna Internet di Banten Hanya untuk
Aktivitas di Medsos”. Diakses pada 20 November 2022 pukul 12.30 WIB.
https://bantenhits.com/2018/03/04/8045-persen-pengguna-internet-di-
banten-hanya-untuk-aktivitas-di-medsos/

Mellyanika, Dita. 2020. “Peran Masyarakat dalam Pelayanan Publik”. Diakses


pada 10 September 2022 pukul 19.35.
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--peran-masyarakat-dalam-
pelayanan-publik

Skripsi

Amirul, Muhammad. 2016. Analisis mplementas Good governance dalam


Pelayanan Publik di Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Skripsi.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

61

Anda mungkin juga menyukai