Anda di halaman 1dari 155

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

BUDIDAYA MAGOT DI BANK SAMPAH HIJAU


SELARAS MANDIRI, KEMAYORAN, JAKARTA PUSAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Zikri Azizi

NIM. 11170540000036

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zikri Azizi

NIM : 11170540000036

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi berjudul “Pemberdayaan masyarakat melalui


program budidaya maggot di Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri” merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Strata I (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya cantumkan dalam penulisan ini
telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
asli saya atau jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Mei 2023

Zikri Azizi

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PROGRAM BUDIDAYA MAGGOT

(Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri)


Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Oleh :

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT


ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDYATULLAH JAKARTA

1444H/2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
Abstrak

Zikri Azizi 11170540000036


Pemberdayaan Masyarakat melalui program budidaya
maggot di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri

Program budidaya maggot di Bank Sampah Hijau Selaras


Mandiri ini dilatar belakangi atas meningkatnya volume sampah
serta jenis sampah yang beragam yang ada dilingkungan
Kemayoran, Jakarta Pusat. Sampah organik menjadi sampah yang
memiliki penanganan khusus dalam penguraiannya, untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka dibentuklah budidaya maggot
yang menjadi cikal bakal program bank sampah. Program
budidaya maggot ini bertujuan untuk mengurangi sampah organik
yang ada dilingkungan sehingga menjadi bersih dan bebas
penyakit, selain itu budidaya maggot ini juga melibatkan
masyarakat dengan melakukan pelatihan dalam berbudidaya dan
penjualan, sehingga masyarakat dapat melakukan budidaya secara
mandiri.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu teori Pemberdayaan yang dipaparkan oleh Wrihatnolo dan
Dwijowijoto (2007) yaitu tahapan pemberdayaan adalah tahap

iv
Sosialisasi, tahap Peningkatan kapasitas, dan tahap Pendayaan.
Serta Teori Hasil Pemberdayaan oleh Mardikanto dan Soebianto
(2013) yaitu keberhasilan suatu pemberdayaan dilihat dari Bina
Manusia, Bina Usaha, Bina Lingkungan, Bina Kelembagaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa program bank
sampah ini memiliki dampak positif yang cukup signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat antara lain Mengurangi volume
sampah, meningkatkan mutu kesehatan masyarakat,
mendatangkan pendapatan tambahan dari hasil produksi bahan
daur ulang, meningkatkan kesadaran lingkungan dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah

Kata Kunci : Pemberdayaan, Bank Sampah, dan


Kesejahteraan Masyarakat

v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT karena


berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Tidak lupa salawat serta salam penulis
haturkan pada baginda alam Nabi Muhammad SAW serta para
sahabat dan kerabatnya yang telah mengajarkan umatnya untuk
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan terus berjalan di
atas agama Allah.

Penulisan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan


masyarakat melalui program budidaya maggot di Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri” skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana Strata satu (S-1) di Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Diharapkan menjadi representasi bidang keilmuan
penulis selama menjadi mahasiswa Pengembangan Masyarakat
Islam dalam memberdayakan masyarakat dengan berlandaskan
nilai-nilai keislaman.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis akan


menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, motivasi, dan arahan serta saran terhadap
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Maka, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang

vi
memberikan kekuatan bagi peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini
2. Prof. Asep Saepudin Jahar, M.,A P.hD., Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan jajaran Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Suparto M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dr. Siti Napsiyah, MSW sebagai Wakil Dekan I
Bidang Akademik. Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum. Dr. Cecep Sastra
Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
4. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., selaku Ketua
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Isna Rahmawati S.Pd M.ling., selaku dosen pembimbing
yang sudah meluangkan waktunya, memberikan arahan,
masukan, saran, serta kritikan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan; Prof. Dr. H.
Asep Usman Ismail, M A., Dr. Tantan Hernansah, M.Si.,
Drs. Yusra Kilun, M.Pd., Nurul Hidayati, S.Ag., M.P.,
Wati Nilamsari, M.Si.., Rosita Tandos, M.ComDev.,
Ph.D., M.Hudri,M.Ag. Dicky Andika, M.Si beserta seluruh
dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

vii
Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan
Ilmunya selama perkuliahan.
7. Kedua orang tua penulis. Almarhum Abi, telah menjadi
ayah dan teman Zikri, semoga Allah ampuni segala
kesalahan, serta Umi terimakasih atas segala perhatian,
kasih sayang, semangat, dan doa yang tak pernah putus,
menjadi motivasi penulis untuk memberikan yang terbaik
untuk keduanya. Sehingga dapat menyelesaikan penelitian
ini.
8. Kakak-kakakku Wardah Fitriani, Fikri Ilhami dan Zakki
Fadhli Robbi yang telah memberikan arahan serta
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
9. Teman terdekat saya yang tidak bisa saya sebut satu persatu
karna kalian senantiasa memberikan semangat, kekuatan,
motivasi, doa serta canda tawa bahkan tangis yang
mungkin masing-masing tersembunyi pada satu sisi hidup.
Fyi tak ada penyesalan selama kita kenal sampai pada tahap
ini.
10. Rainisyah Sepvira Azzahra yang telah memberikan support
yang begitu banyak sehingga penulis termotivasi untuk
menyelesaikan skripsi.
11. Kepada pengurus Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
serta nasabah yang senantiasa membantu memberikan
informasi atas apa yang dibutuhkan oleh peneliti.
Semoga kepada semua pihak yang terlibat dalam proses

viii
penyusunan skripsi ini senantiasa diberikan keberkahan,
kelapangan dan kebaikan secara lahir dan batin. Harapannya,
semoga skripsi ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat baik bagi
penulis, para pembaca dan masyarakat.

Wasallamu’alaikum Wr. Wb.


Jakarta, 31 Mei 2023

Zikri Azizi

ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... iii
Abstrak .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 5
C. Batasan dan Rumusan masalah .......................................... 6
D. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................... 6
E. Tinjauan pustaka ................................................................ 8
F. Metodologi Penelitian ...................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ...................................................... 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................. 25

A. Landasan Teori ................................................................ 25


1. Pemberdayaan masyarakat .......................................... 25
2. Sampah .......................................................................37
3. Bank Sampah .............................................................. 41
4. Maggot .......................................................................45
5. Masyarakat Perkotaan ................................................. 47
B. Kerangka Pikir ................................................................. 50

x
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ..................... 53

A. Kelurahan Kebon Kosong ................................................ 53


BAB IV DATA DAN TEMUAN HASIL ................................ 63

A. Proses pemberdayaan masyarakat melalui budidaya Maggot.


........................................................................................ 63
B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Budidaya
Maggot ............................................................................ 75
C. Faktor Pendukung dan Penghambat program budidaya
maggot............................................................................. 84
BAB V PEMBAHASAN ......................................................... 89

A. Proses pemberdayaan masyarakat melalui budidaya


Maggot ............................................................................ 89
B. Analisis Hasil Pemberdayaan Masayarakat Melalui Program
Budidaya Maggot ............................................................ 95
BAB VI .................................................................................. 104

A. Kesimpulan.................................................................... 104
B. Saran ............................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 110

Lampiran............................................................................... 113

Catatan Observasi ................................................................ 113


TRANSKIP WAWANCARA .............................................. 119
LAMPIRAN DOKUMENTASI ......................................... 138

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Informan 1.1 ................................................................... 19

Tabel Jumlah Penduduk 3.1 ...................................................... 55

Tabel Penduduk Berdasarkan Usia 3.2 ......................................56

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................52

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kebon Kosong ....................... 54

Gambar 3.2 Jumlah Penduduk ........................................54

Gambar 3.3 Jumlah Penduduk berdasarkan usia .............57

Gambar 4.1 Sosialisasi ................................................... 65

Gambar 4.2 Pengurus Bank Sampah ............................... 67

Gambar 4.3 Kandang Maggot .........................................68

Gambar 4.4 Perawatan Maggot.......................................70

Gambar 4.5 Pelatihan Budidaya Maggot ........................ 71

Gambar 4.6 Pemanfaatan Maggot sebagai pakan ikan ....74

Gambar 4.7 Perawatan Maggot.......................................77

Gambar 4.8 Peresmian Bank Sampah ............................ 86

Gambar 5.1 Pejabat setempat .........................................92

Gambar 5.2 Lalat BSF .................................................... 94

Gambar 5.3 Pelatihan Budidaya Maggot......................... 97

Gambar 5.4 Maggot siap jual ..........................................99

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi penduduk di Indonesia mengalami peningkatan


seiring berjalannya waktu. Populasi yang meningkat juga
menambah keragaman aktifitas sehingga bertambahnya populasi
penduduk juga berdampak pada peningkatan volume sampah
setiap harinya. Peningkatan volume sampah disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain peningkatan jumlah penduduk dan
perubahan pola konsumsi masyarakat. Peningkatan jumlah
peduduk dan perubahan pola konsumsi menimbulkan
bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang
semakin beragam dan pengelolaan sampah yang belum sesuai
dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan.
Sampah telah menjadi permasalahan yang kompleks
sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan
terpadu dari hulu ke hilir. Pengelolaan sampah diperlukan
kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab, dan kewenangan
pemerintah agar memberikan dampak positif secara sosial,
ekonomi, kesehatan, serta lingkungan. Jakarta sebagai kota
metropolitan di Indonesia memiliki fungsi penting sebagai rumah
bagi lebih dari tiga belas juta jiwa. Tidak hanya itu, Jakarta
memiliki peran sebagai pusat perekonomian negara sekaligus

1
pemerintah pusat sehingga menyebabkan tingginya migrasi masuk
ke Jakarta. Kondisi pembangunan Jakarta dari waktu ke waktu
sangat mempengaruhi dinamika kondisi demografi dengan
dampak yang dapat diidentifikasi adalah perubahan penggunaan
lahan. Jakarta Pusat memiliki kepadatan penduduk tertinggi
dengan jumlah 18.603 km2.
Menurut data dari BPS populasi masyarakat DKI Jakarta
pada tahun 2021 sebanyak 10,7 juta jiwa. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat produksi sampah
pada tahun 2021 mencapai 2,8 juta ton. Diperkirakan setiap orang
memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari (Mustafirin,
2021). Angka tersebut meningkat dibanding tahun 2020 sebanyak
10,5 juta masyarakat. Hal ini menandakan bahwa populasi
masyarakat sangat mempengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan.
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa
zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak memiliki nilai dan dibuang ke
lingkungan (Suwerda, 2012). Sampah yang tidak dikelola dengan
baik akan berakhir di suatu lahan tempat pembuangan akhir atau
yang sering dikenal dengan TPA. Sementara itu daya tampung
sampah di TPA terus berkurang dikarenakan ketersediaan lahan
yang terbatas.
Kapasitas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Bantar Gebang yang menampung sampah dari berbagai wilayah di

2
Jakarta diperkirakan tersisa dua tahun. Hasil penelitian dari Aji
(2019) diketahui bahwa TPST Bantar Gebang telah memasuki usia
yang ke-30 tahun. Dari total lahan TPST seluas 110 ha, sekitar 90
ha di antaranya telah digunakan untuk menumpuk sampah dengan
sistem sanitary landfill. Dengan luas lahan ini, kapasitas tampung
sampah TPST Bantargebang bisa mencapai 49 juta ton. Adapun
hingga saat ini, 90 hektare lahan yang digunakan telah menampung
39 juta ton sampah. Saya perkirakan dalam waktu dua tahun, sisa
lahan 20 hektare yang tersisa akan menampung sampah hingga
kapasitas maksimalnya, yakni 49 juta ton. Perhitungan tersebut
didasarkan pada asumsi setiap harinya tak kurang dari 7.400 ton
sampah warga DKI Jakarta berakhir di TPST Bantar Gebang.
Menurut Riswan (2011), rata-rata sampah yang biasanya
dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain ialah 0,38 kg
perorang perhari atau 1,46 liter perorang perhari, yang terbagi
menjadi 22% plastik, 16% logam, 15% kertas, 47% sampah
organik dan lain-lainnya. Selain itu sampah- sampah yang dikelola
dengan sebuah sistem yang kurang maksimal akan berdampak
pada kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut.
Sampah merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi
setiap orang, penimbunan sampah dapat menimbulkan gangguan
lingkungan, terutama sampah organik yang dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti bau busuk, adanya senyawa beracun atau
senyawa yang bisa merusak kesehatan. Untuk itu diperlukan
pengananan yang tepat dan kerjasama dari semua pihak dan semua

3
kalangan yang ada dalam masyarakat kota tersebut, karena
persoalan lingkungan atau persoalan sampah mempunyai
keterkaitan antara satu dengan yang lain untuk ditangani.
Maka dari itu dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk bisa
melakukan kegiatan seperti menanggulangi masalah dari sampah
yang juga berasal dari masyarakat. Bank sampah merupakan
jawaban atas cara alternatif penanggulangan sampah. Salah satu
bank sampah yang aktif dalam pengelolaan sampah di lingkungan
perumahan adalah Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri. Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri awalnya dibentuk atas
permasalahan sampah yang meningkat di Kelurahan Kebon
Kosong, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri terbentuk atas inisiasi dari Ibu Esti dan alm
Bapak Slamet dengan dukungan penuh dari pemerintah setempat
dan warga sekitar. Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya
kini Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri berkembang menjadi
tempat pengelolaan sampah organik dan non organik yang
memberikan manfaat bagi warga sekitar.
Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri aktif dalam pengelolaan
sampah organik maupun non organik. Sampah non organik yang
dikelola oleh Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri dikelompokkan
menjadi berbagai jenis sehingga dimanfaatkan untuk kerajinan
tangan dan didistribusikan ke pengepul sampah. Sedangkan
Sampah organik yang dikelola oleh Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri dimanfaatkan untuk pakan maggot dan pupuk.

4
Pemanfaatan Maggot ini adalah dengan membudidayakan Larva
dari Lalat BSF, budidaya Maggot dipilih karena cukup mudah
dalam pengaplikasiannya dan tidak memerlukan biaya yang
banyak. Maggot sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pakan
budidaya ikan dan dikeringkan menjadi pupuk, cara kerjanya
Maggot menyerap sampah organik dan meninggalkan kasgot
(bekas maggot) yang merupakan sisa kultur yang ditinggalkan
yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Penelitian ini penting untuk diangkat, karena masalah
sampah khususnya di lingkungan Kemayoran Jakarta Pusat
merupakan masalah utama dimana di lingkungan tersebut
merupakan lingkungan padat penduduk sehingga sangat
diperlukan pengelolaan sampah yang benar. Dari uraian diatas
mendorong penulis untuk menulis skripsi yang berjudul
“Pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya maggot di
Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Jenis sampah yang semakin beragam seperti sampah
organik sehingga mempunyai penanganan khusus.
2. Kurangnya pemahaman atas pola pemeliharaan sampah di
masyarakat yang masih menganggap bahwa pengelolaan
sampah hanya dilakukan sebatas memindahkan,

5
membuang, membakar dan atau memusnahkan sampah.
Menjadikan permasalahan sampah terus dan akan
semakin mengkhawatirkan
C. Batasan dan Rumusan masalah
1. Batasan masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi pembahasan
pemberdayaan masyarakat melalui budidaya maggot
di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, upaya
mengurangi potensi kesalahpahaman dalam
memahami penelitian ini, maka dibuatkan
pembatasan masalah untuk memudahkan pembaca
mengidentifikasinya sebagai berikut.
a. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
melalui budidaya maggot di Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri?
b. Bagaimana hasil pemberdayaan melalui budidaya
maggot di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri?

D. Tujuan dan manfaat penelitian


1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan
penelitian adalah
a. Mengetahui proses pemberdayaan masyarakat

6
melalui budidaya maggot Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri.
b. Mengetahui hasil pemberdayaan melalui budidaya
maggot Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai
berikut:
a. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan
bisa memberikan kontribusi bagi pengembangan
khasanah dari sebuah ilmu pengetahuan terutama di
bidang pengembangan masyarakat yang berfokus
pada masalah penyadaran dan pemberdayaan
masyarakat melalui bank sampah.
b. Manfaat Secara Praktis
1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi yang bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam penyusunan kebijakan
terkait pengelolaan lingkungan di perkotaan.
2) Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi
lembaga Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri.
3) Sebagai bahan informasi bagi masyarakat,
khususnya masyarakat yang tinggal di
Kemayoran Jakarta Pusat.

7
4) Bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan
dan bank sampah.

E. Tinjauan pustaka
Sebelum peneliti melakukan penelitian, maka peneliti
melakukan peninjauan skripsi dan jurnal terdahulu yang
meliliki kesamaan dan hamper berkaitan dengan penelitian
kali ini dengan tujuan untuk membandingkan dengan tema
yang akan peneliti angkat pada penelitian kali ini. Berikut
adalah data yang menjadi tinjauan pustaka:
1. Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Penanganan Sampah dan Budidaya Maggot Oleh
Komunitas PEPELING di Komplek Griya Sukses
Kelurahan Serang Kota Serang” yang ditulis oleh
Alfathurrohman, Mahasiswa UIN SMH BANTEN pada
skripsi ini membahas Sampah menjadi masalah yang
sangat serius bagi kota Serang. Melihat beberapa masalah
yang ditimbulkan oleh masyarakat sendiri dengan
membuang sampah sembarangan. Dengan adanya
penanganan sampah yang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) itu pun belum cukup untuk
meminimalisasi timbunan sampah yang bertumpuk di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cilowong. Dengan
hadirnya TPS3R memberikan kemudahan dalam

8
meminimalisasi penumpukan sampah, sekaligus
pemanfaatan sampah yang dapat digunakan kembali, dan
juga dengan dihadirkannya budidaya maggot yang ada di
TPS3R. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana proses
pengelolaan sampah di TPS3R?. 2) Bagaimana
pemanfaatan dalam membudidayakan maggot di TPS3R?.
3) Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pada
program pengelolaan sampah dan budidaya maggot di
TPS3R?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
Untuk Mengetahui proses pengelolaan sampah di TPS3R.
2) Untuk Mengetahui pemanfaatan dalam
membudidayakan maggot di TPS3R. 3) Untuk Mengetahui
faktor pendukung dan penghambat program pengelolaan
sampah dan budidaya maggot di TPS3R. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari apa yang diteliti. Sedangkan
pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dengan adanya permasalahan sampah di atas,
maka lembaga TPS3R berupaya untuk mencegah
permasalahan tersebut melalui pendidikan penanganan
sampah dimulai dari masyarakat Komplek Griya Sukses.
Adapun tahapan yang digunakan dalam menjalankan

9
program seperti tahap pengurangan sampah, tahap
pewadahan sampah, tahap pengumpulan sampah, tahap
pemindahan dan pengangkutan sampah, tahap pemusnahan
sampah, aspek peran serta masyarakat, dan tahap dalam
membudidaya Lalat Black Soldier Fly (BSF). Selain itu,
faktor yang mendukung dalam menjalankan program
adalah dengan adanya keterlibatan masyarakat. Sedangkan
untuk faktor penghambatnya adalah kurangnya keterlibatan
Dinas Lingkungan Hidup (DLH), kurangnya tenaga kerja,
dan kurangnya transportasi.
2. Jurnal yang berjudul “Pengolahan Sampah Organik Untuk
Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF)” yang ditulis
oleh Piyantina Rukmini, Dinda Luthfiana Rozak, Setyo
Winarso. Dalam Jurnal ini membahas — Sampah menjadi
permasalahan serius disemua wilayah negara ini.
Jumlahnya meningkat bersamaan dengan pertambahan
jumlah penduduk. Pengelolaan sampah memerlukan
manajemen yang baik dimulai dari tempat pembuangan
sampah sementara (TPS) hingga tempat pembuangan akhir
(TPA). Teknologi biokonversi bahan organik bisa menjadi
salah satu solusi permasalahan sampah. Pengabdian
bertujuan menambah pengetahuan dan mengurangi sampah
organik dilingkungan untuk budidaya maggot BSF. Metode
yang digunakan adalah pelatihan terhadap 40 orang yang
tercatat sebagai anggota forum peduli sampah kabupaten

10
Indramayu. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembuatan
kandang lalat BSF, membuat media atraktan, membuat
media pembesaran maggot, membuat biopond, membuat
produk pakan awetan dari larva, dan strategi pemasaran
produk. Hasil yang dicapai peserta memahami persoalan
lingkungan dan mampu mengurangi sampah organik
sebanyak 3 kg/hari untuk setiap kandang peserta, membuat
produk awetan maggot, dan hasil samping pengolahan
limbahberupa kasgot (bekas maggot). Kesimpulannya
pengolahan bahan organik untuk budidaya maggot bisa
menjadi salah satu metode pengurangan sampah
lingkungan dan memberikan nilai tambah penghasilan
kepada masyarakat.
3. Skripsi yang berjudul “Peranan Bank Sampah terhadap
pemberdayaan Ekomomi Masyarakat dalam tinjauan
perspektif Ekonomi Islam” yang ditulis oleh Padliani,
dalam Skripsi ini membahas Sampah merupakan salah satu
persoalan lingkungan yang sampai saat ini belum
terselesaikan, karena yang namanya sampah pada
umumnya segala sesuatu yang langsung dibuang dan
dibakar. Salah satu metode pengelolaan sampah adalah
pengelolaan sampah berbasis masyarakat yaitu dengan
melalui pendirian bank sampah. Penelitian ini bertujuan
untuk mendiskripsikan peran bank sampah bersinar
siwaliparri di Desa Sabang Subik dalam pemberdayaan

11
ekonomi nasabah ditinjau dari perspektif ekonomi islam.
Manfaat dari terbentuknya bank sampah ini iyalah jumlah
sampah yang menjadi berkurang karena sebagian
masyarakat mulai sadar akan pentingnya menjaga
lingkungan, selain itu dengan menabung dibank sampah
berdampak meningkatkan pendapatan nasabah, sehingga
amal jariyah nasabah juga akan meningkat.
4. Skripsi yang berjudul “Studi Pengelolaan Bank Sampah
Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan
Sampah Yang Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Bank
Sampah Kecamatan Manggala)” yang ditulis oleh Andi
Rahbil Fandy S. Pengelolaan sampah merupakan salah satu
masalah di Kota Makassar. Bank Sampah adalah sistem
pengelolaan sampah non-organik yang berkembang pesat
di Kota Makassar dan salah satunya di Kecamatan
Manggala. Penelitian tentang Studi Pengelolaan Bank
Sampah Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam
Pengelolaan Sampah Yang Berbasis Masyarakat bertujuan
untuk mengkaji pengelolaan bank sampah yang berlokasi
di Kecamatan Manggala dan mengkaji karakteristik bank
sampah yang dikelola di Kecamatan Manggala. Adapun
jenis penelitian berdasarkan bentuk dan metode
pelaksanaan pada penelitian ini adalah survei langsung ke
lokasi-lokasi bank sampah aktif di Kecamatan Manggala
dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi,

12
wawancara, kuesioner / angket dan studi literatur.
Mekanisme pengelolaan sampah melalui bank sampah di
Kecamatan Manggala berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Pasal 5 No. 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan 3R melalui Bank Sampah . Pertama
dimulai dengan memilah sampah sesuai jenis dari
rumah/sumber, lalu membawa sampah yang terpilah ke
bank sampah. Selanjutnya warga melakukan pendaftaran
atau registrasi, kemudian pengurus bank sampah akan
melakukan penimbangan serta pengurus akan mencatat
total sampah yang ditimbang (kg dan Rp) dan terakhir
nasabah menerima buku tabungannya. Sementara
karakteristik bank sampah yang diperoleh dalam penelitian
adalah struktur pengurus bank sampah, jumlah nasabah
yang terdaftar, jenis sampah yang masuk ke bank sampah,
timbulan/jumlah sampah tiap bulan yang terkumpul dan
prediksi reduksi sampah dan omset dari reduksi sampah.
5. Skripsi yang ditulis pada tahun (2014) oleh Abdul Rojak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi Muamalat
(Ekonomi Islam) yang berjudul “ Peran Bank Sampah
Warga Peduli Lingkungan (WPL) Dalam Pemberdayaan
Ekonomi Nasabah” Penelitian ini membahas tentang
meningkatkan perekonomian nasabahnya yang dapat
dikatakan tidak terlalu signifikan, ini berdasarkan hasil dari
tabungan sampah dan penjualan barang kerajinan yang

13
jumlahnya relatif kecil. Tetapi dengan adanya Bank
Sampah Warga peduli lingkungan (WPL), yakni dengan
adanya fasilitas pinjaman tanpa bunga, jaminan, dan
agunan melalui program ROKETS bagi nasabah yang ingin
berdagang.
6. Jurnal yang ditulis pada tahun (2020) oleh Amira
Amandanisa dan Prayoga Suryadarma yang berjudul
“Kajian Nutrisi dan Budidaya Maggot Sebagai alternatif
pakan ikan” penelitian ini membahas tentang budidaya
maggot sebagai solusi dari pencemaran di lingkungan yang
disebabkan oleh sampah organik sekaligus menjadi pakan
alternatif ikan.
F. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Nazir (2003) Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistim
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki. Berdasarkan dengan hal ini, maka penulis
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat dengan
dukungan data yang diperoleh di lapangan dan buku-buku

14
ataupun dokumen yang berkaitan dengan isu yang diangkat.
Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat Bank Sampah
dalam upaya kepedulian dan Pemberdayaan Masyarakat
Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat .
2. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer
Menurut Sugiyono (2016) data primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Sumber data primer didapatkan melalui
kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan
observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Sumber
data yang didapatkan langsung dari narasumber yang akan
diteliti dengan melalui observasi dan wawancara mendalam.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak-
pihak mendukung yang telah di dokumentasikan sehingga
memudahkan peneliti dalam proses pengumpulannya seperti
data, laporan dan artikel yang berhubungan dengan bank
sampah maupun magot.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berasal dari :
a. Observasi
Metode observasi yaitu usaha-usaha mengumpulkan data
dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

15
terhadap fenomena-fenomena yang di selidiki. Dalam
metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi. Dalam penelitian ini observasi dilakukan secara
langsung dengan melihat kegiatan dalam Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri dalam upaya kepedulian lingkungan
dan pemberdayaan masyarakat.
b. Wawancara (Interview)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara
(interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi
antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi
atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung.
Dapat pula di katakan bahwa wawancara merupakan
percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara
dan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya
langsung tentang sesuatu objek yang telah di teliti dan telah
di rancang sebelumnya. Wawancara di gunakan dalam
penelitian ini untuk mendapat informasi mengenai proses
pemberdayaan di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri, hasil
pemberdayaan, serta faktor penghambat dan pendukung.
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015) adalah suatu
cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi

16
dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat
mendukung penelitian. Studi dokumentasi adalah salah satu
metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat dan
menganalisis dokumen-dokumen yang di olah subjek sendiri
atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
yang di tulis atau di buat langsung olah subjek yang
bersangkutan. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu berupa data-data anggota, profil, dokumen serta
laporan yang dari Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri.
4. Teknik pemilihan informan
Pengertian informan adalah subyek penelitian yang
dapat memberikan informasi mengenai
fenomena/permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, informan terbagi menjadi tiga
yaitu Informan kunci, Informan utama, Informan
Pendukung.
a. Informan kunci adalah informan yang memiliki
informasi secara menyeluruh tentang permasalahan
yang diangkat oleh peneliti. Informan kunci bukan
hanya mengetahui tentang kondisi/fenomena pada
masyarakat secara garis besar, juga memahami

17
informasi tentang informan utama. Dalam pemilihan
informan kunci tergantung dari unit analisis yang akan
diteliti. Misalnya pada unit sebuah organisasi,
informan kuncinya adalah pimpinan organisasi
tersebut.
Menurut Martha & Kresno (2016) Informan kunci
sebaiknya orang yang bersedia berbagi konsep dan
pengetahuan dengan peneliti, dan sering dijadikan
tempat bertanya oleh peneliti. Untuk itu sebaiknya
dalam pengumpulan data peneliti sebaiknya
memulainya dari informan kunci untuk mendapatkan
gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang masalah
yang diamati.
b. Informan utama dalam penelitian kualitatif mirip
dengan “aktor utama” dalam sebuah kisah atau cerita.
Dengan demikian informan utama adalah orang yang
mengetahui secara teknis dan detail tentang masalah
penelitian yang akan dipelajari. Misalnya pada
penelitian tentang perilaku ibu dalam memanfaatkan
pelayanan Posyandu sebagai informan utama adalah
ibu yang memlilki Balita, sedangkan sebagai informan
kunci adalah kader posyandu.
c. Informan pendukung merupakan orang yang dapat
memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap
analisis dan pembahasan dalam penelitian kualitatif.

18
Informan tambahan terkadang memberikan informasi
yang tidak diberikan oleh informan utama atau
informan kunci. Misalnya pada penelitian tentang
implementasi budaya keselamatan pada pekerja bagian
produksi di sebuah perusahaan manufaktur, sebagai
informan bisa dipilih dari bagian yang tidak terlibat
langsung dalam proses produksi atau bagian yang
menikmati output dari bagian produksi misalnya
bagian gudang. Sementara sebagai informan utama
adalah karyawan bagian produksi dan sebagai
informan kunci adalah manajer produksi atau manajer
HSE (K3).

19
Tabel 1.1
Tabel Informan

No. Informasi yang dicari Metode Status Nama Informan


Informan
1 Proses pemberdayaan Wawancara Pendiri dan Ibu Esti Sumarwati
masyarakat, hasil Observasi Ketua Bank
Pemberdayaan Sampah
masyarakat, profil Hijau
lembaga selaras
mandiri
2 Proses budidaya maggot Wawancara Pengurus Bapak Joko Ari
dan hasil Pemberdayaan Observasi Bank
masyarakat. Dokumentasi Sampah
Hijau
selaras
mandiri
3 Proses budidaya maggot Wawancara Ketua RT Bapak Maulana
dan hasil Pemberdayaan Observasi 014 RW 11
masyarakat.
4 Proses budidaya maggot Wawancara Nasabah Ibu Suryani
dan hasil Pemberdayaan Observasi Bank
masyarakat. Sampah
Hijau
Selaras
Mandiri

20
5 Proses budidaya maggot Wawancara Nasabah Ibu Yanti
dan hasil Pemberdayaan Observasi Bank
masyarakat. Sampah
Hijau
Selaras
Mandiri

5. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data
secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
akan di pelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat
difahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Dengan mengunakan metode deskriptif penelitian ini akan
mengambarkan bagaimana proses serta peran Bank Sampah
hijau selaras mandiri dalam upaya kepedulian lingkungan
pemberdayaan bagi masyarakat sekitar.

Menurut Sugiyono (2017) bahwasanya aktivitas dalam


analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Kegiatan analisis data terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data,

21
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Aktifitas dan analisis yaitu:

a. Data Reduksi (Reduction Data)


Mereduksi data adalah merangkum, meneliti hal-hal yang
pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, pencarian
tema dan polanya. Dalam penelitian kualitatif data yang
diperoleh di lapangan sangat banyak, untuk itu perlu dicatat
secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti
mengumpulkan data di lapangan maka data yang diperoleh
semakin banyak, kompleks dan rumit. Maka perlu
dilakukan analisis data melalui reduksi data.
b. Penyajian data
Pada penelitian kualitatif data disajikan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, dan sebagainya. Data juga disajikan
dalam bentuk uraian teks yang bersifat naratif, dalam
penelitian juga ditampilkan tabel dan gambar serta
penjelasan.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Pada penelitian kualitatif kesimpulan biasanya menjawab
rumusan masalah. Kesimpulan pada penelitian kualitatif
merupakan temuan yang sebelumnya belum ada.
6. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbaharui dari konsep kesahihan data (validitas) dan
keandalan (realibilitas). Triangulasi adalah teknik

22
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang diluar dari data penelitian untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data penelitian. Teknik
triangulasi yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Triangulasi dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara,
observasi, dan dokumen. Teknik triangulasi ini selain
digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan
untuk memperkaya data (Nasution, 2003)

G. Sistematika Penulisan
Pedoman penelitian ini mengikuti aturan kepenulisan
skrispi yang diputuskan oleh SK Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 tentang
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”
a. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab pertama yang berisi jawaban
apa dan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Bagian ini
memberikan gambaran mengenai topik penelitian yang
hendak disajikan. Oleh karena itu pada bab pendahuluan ini
berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan
batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,
tinjauan kajian terdahulu, metode terdahulu, sistematika
penulisan.

23
b. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan teoritis adalah penegasan landasan teori dari isi
penelitian yang meliputi: teori pemberdayaan masyarakat,
teori pemberdayaan lingkungan, teori ketahanan pangan,
teori lahan pekarangan dan teori 18 masyarakat perkotaan.
Bab ini juga didukung dengan adanya kerangka berpikir
yang berhubungan dan mendukung penelitian.
c. BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum yang meliputi
kondisi geografis, kondisi demografis, sejarah singkat
BHSM, visi misi BHSM, Program kerja BHSM.
d. BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab empat berisi tentang hasil-hasil temuan lapangan yaitu,
proses, hasil pemberdayaan masyarakat, serta faktor
pendukung dan penghambat dalam program kerja Bank
Sampah hijau selaras mandiri.
e. BAB V PEMBAHASAN
Bab lima merupakan pembahasan yang mengaitkan latar
belakang masalah, hasil penelitian, landasan teoritis, dan
rumusan teori baru dari penelitian.
f. BAB VI SIMPULAN, IMPLIKAASI, DAN SARAN
Penutup merupakan bagian akhir dari penelitian yang telah
dibuat yaitu meliputi Kesimpulan dan Saran.

24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pemberdayaan masyarakat
a. Pengertian dan garis besar pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses partisipatif
yang berarti memberikan kepercayaan dan kesempatan
bersama untuk mengkaji permasalahan utama terhadap
pembangunan masyarakat dan upayanya untuk mengatasi
permasalahan adalah dengan merancang kembali kegiatan-
kegiatan. Menurut Shardlow yang dikutip oleh Adi dimana
pemberdayaan pada garis besarnya adalah membahas
bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas dapat
berusaha dalam mengontrol kehidupannya sendiri dan
berupaya membentuk masa depan sesuai dengan
keinginannya.
Sedangkan menurut Cornell University Empowerment
Group dalam Saleebey yang dikutip oleh Hatta Abdul Malik
Pemberdayaan merupakan suatu proses yang disengaja dan
berlangsung secara terus menerus yang dipusatkan di dalam
kehidupan komunitas lokal, meliputi: saling menghormati,
sikap refleksi kritis, adanya kepedulian dan partisipasi
kelompok, yang melaluinya masyarakat yang merasa kurang
memiliki secara bersama sumber-sumber yang berharga

25
menjadi memperoleh akses yang lebih besar untuk
mendapatkan dan mengontrol sumber-sumber tersebut.
Istilah pemberdayaan mengacu pada empowerment yang
berarti penguatan. yaitu sebagai upaya untuk
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh
masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik
beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal
yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri
mereka. Dasar proses pemberdayaan adalah pengalaman dan
pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat
luas dan berguna serta kemauan mereka untuk menjadi lebih
baik. Proses pemberdayaan masyarakat ini bertitik tolak dari
keinginan memandirikan masyarakat agar dapat
meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya
setempat, baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia.
b. Indikator Pemberdayaan
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai
sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah
pemberdayaan itu sendiri yang mana merujuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial,
seperti masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

26
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupanya. Sedangkan indikator
keberhasilan program yang dipakai adalah sebagai berikut:
1) Berkurang jumlah penduduk miskin,
2) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang
dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia.
3) Meningkatkan keperdulian masyarakat terhadap upaya
peningkatan kesejahtraan keluarga di lingkunganya.
4) Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai
dengan semakin berkembangnya usaha produkitif
anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan
kelompok, makin rapih sistem administrasi kelompok,
serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan
kelompok lain di dalam masyarakat.
5) Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan
pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan
keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan
kebutuhan sosial dasarnya.
c. Fungsi dan Tujuan Pemberdayaan
Fungsi dan tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Hendrawati Hamid, fungsi dan tujuan masyarakat
adalah sebagai suatu kegiatan yang berproses, kegiatan
pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat mengangkat

27
kehidupan masyarakat sebagai kelompok sasaran menjadi
lebih sejahtera, berdaya atau mempunyai kekuatan dalam
memenuhi kebutuhan hidup utama, dan pada akhirnya akan
menciptakan kemandirian dalam masyarakat. Kemandirian
yang dimaksud tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tetapi
juga secara sosial, budaya, hak berpendapat, bahkan
sampai pada kemandirian masyakat. Pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh TPS3R ini dalam
membudidayakan magot salah satunya adalah
memberdayakan masyarakat dengan cara bergotong
royong, mengurangi populasi sampah yang berceceran
dilingkungan masyarakat, karenanya TPS3R ini memiliki
salah satu fungsi dan tujuan agar dapat mengurangi jumlah
sampah yang ada dilingkungan sekitar. Artinya, selain
mengurangi banyaknya populasi sampah juga agar
terciptanya lingkungan yang bersih, TP3R ini memiliki
fungsi dan tujuan untuk melakukan ekonomi kreatif
melalui budidaya magot.
d. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Tahapan pemberdayaan yang baik menurut Isbandi yaitu:
1) Tahapan persiapan (engagement)
Pada tahap ini ada dua tahap yang harus dikerjakan
yaitu, Pertama, menyiapkan petugas atau tenaga
pemberdayaan masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh
Community Worker hal ini diperlukan untuk

28
menyamakan persepsi antar anggota tim mengenai
pendekatan apa yang akan dipilih, penyiapan petugas
lebih diperlukan lagi bila dalam proses pemberdayaan
masyarakat tenaga yang dipilih memiliki latar belakang
antara satu sama lain seperti pendidikan, agama, suku,
dan strata. Kedua, menyiapkan lapangan yang pada
dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.
2) Tahapan pengkajian (Assesment)
Proses pengkajian dapat dilakukan secara individu
melalui tokoh-tokoh masyarakat, tetapi juga dapat
melalui kelompok-kelompok kelompok dan masyarakat.
Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi
masalah kebutuhan yang dirasakan dan juga sumber
daya yang dimiliki klien.
3) Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan
Tahap ini petugas sebagai agen perubahan secara
partisipasif mencoba melibatkan warga untuk berfikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan cara
menghadapinya. Dalam konteks ini masyarakat
mengharapkan dapat memikirkan alternatif program dan
kegiatan yang dilakukan.
4) Tahap pemformulasian rencana aksi
Tahap dimana menuangkan gagasan yang telah
dirumuskan dalam tahap perencanaan alternative
program ke dalam pernyataan kegiatan (proposal) secara

29
tertulis. Peran agen perubah dalam tahap ini adalah
membantu sasaran menuliskan rumusan program mereka
dalam format yang layak untuk diajukan kepada
penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian rencana
aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat
sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan
jangka pendek apa yang akan mereka capai dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Yakni tahap
menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam
tahap perencanaan alternatif program ke dalam
pernyataan kegiatan (proposal) secara tertulis. Peran
agen perubah dalam tahap ini adalah membantu sasaran
menuliskan rumusan program mereka dalam format yang
layak untuk diajukan kepada penyandang dana. Dalam
tahap pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan
community worker dan masyarakat sudah dapat
membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek
apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut.
5) Tahap pelaksanaan program atau kegiatan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap
yang paling krusial (penting) dalam proses
pengembangan masyarakat, keberhasilan dari tahap ini
tergantung dari kerjasama yang baik antara agen perubah
dengan warga masyarakat serta tokoh masyarakat

30
setempat. Adanya, konflik diantara tiga komponen ini
akan sangat menganggu tahap pelaksanaan program atau
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dalam upaya
melaksanakan program pengembangan masyarakat,
peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah
dikembangkan. Kader ini biasanya dipilih dari ibu-ibu
rumah tangga ataupun pemudi yang masih memiliki
waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan
tersebut.
6) Tahap evaluasi
Tahap evaluasi sebagai proses pengawasan dari
warga dan petugas terhadap program yang sedang
berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga. Karena dengan
keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan
terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk
melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam
jangka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu
sistem dalam masyarakat yang lebih “mandiri”
dengan memanfaatkan yang ada. Akan tetapi, kadang
kala dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata hasil
yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila
hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan

31
dapat memberikan umpan baik yang berguna bagi
perbaikan suatu program ataupun kegiatan.
7) Tahap terminasi
Yakni tahap “pemutusan” atau pemberhentian
program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila
masyarakat atau komunitas sasaran benar-benar sudah
“berdaya”. Pemutusan hubungan dengan komunitas
sasaran ini sebaiknya dilakukan secara pelan-pelan,
bertahap, tidak secara langsung ditinggalkan begitu saja
oleh agen perubah, sehingga dapat dipastikan ketika agen
perubah keluar dari komunitas tersebut, keadaan sudah
jauh berubah dan komunitas sasaran sudah kreatif
mandiri.
e. Proses Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu
yang berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok
masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak
hanya terpaku pada satu program saja. Dalam prosesnya,
pemberdayaan memiliki beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan guna mengembangkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam setiap program/kegiatan pembangunan.
Dan prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:
1) Program/kegiatan harus disusun oleh masyarakat
sendiri

32
2) Program/kegiatan tersebut diyakini dapat memecahkan
masalah yang dihadapi
3) Pemberdaya baik pihak pemerintah maupun pihak luar
lainnya harus mendukung sebesar mungkin partisipasi
masyarakat, baik kelompok miskin, perempuan, buta
huruf dan masyarakat tuna daya lainnya.
4) Penggunaan sumberdayanya adalah sumberdaya local
5) Program/kegiatan yang disusun haruslah
memperhatikan nilai-nilai budaya setempat dan
memperhitungkan dampak lingkungan yang akan
terjadi.
6) Tidak berakibat terciptanya ketergantungan (mampu
memandirikan
7) Dilakukan bersama-sama dalam posisi kesetaraan
8) Harus mampu dilanjutkan sendiri oleh masyarakat
tanpa campur tangan pihak luar.
Pemberdayaan masyarakat hakikatnya adalah untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat
dalam meningkatkan taraf hidupnya, Wrihatnolo dan
Dwijowijoto (2007) memaparkan tahapan proses
pemberdayaan sebagai berikut (Umah, 2019):
a. Tahap Penyadaran, yaitu tahap memberikan
pemahaman atau pengertian kepada masyarakat
miskin bahwa mereka memiliki hak untuk dapat
menjadi sejahtera. Pada tahap ini masyarakat

33
diberikan penyadaran bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk keluar dari kemiskinan.
Masyarakat dituntut untuk mengerti bahwa proses
pemberdayaan haruslah berasal dari diri mereka
sendiri. Tahap ini masyarakat diberikan
pemahaman tentang hak dan potensi yang mereka
miliki sehingga bisa keluar dari masalah yang ada
dan tahapan ini merupakan tahapan penting dalam
pemberdayaan.
b. Tahap Peningkatan Kapasitas, tahapan ini bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat miskin,
sehingga mereka bisa terampil dalam mengelola
peluang yang dihadapi. Tahapan ini dilakukan
dengam pemberian pelatihan, lokakarya, atau
kegiatan sejenis guna peningkatan skill di
masyarakat. Peningkatan kapasitas ini merupakan
suatu kegiatan yang memfasilitasi masyarakat
melalui peningkatan pemahaman, kemampuan, dan
keterampilan agar masyarakat dapat memecahkan
bermacam masalah yang dihadapi.
c. Tahap Pendayaan, yaitu tahap pemberian
kesempatan, kekuasaan dan peluang sesuai dengan
kemampuan yang masyarakat miliki sehingga
masyarakat dapat menjalankannya untuk

34
menciptakan sebuah kemandirian dan perubahan
dalam kehidupan mereka.
Tahapan pemberdayaan menurut Totok Mardikanto
(2017):

1. Seleksi lokasi/ wilayah dilakukan sesuai dengan


kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak
terkait dan masyarakat.
2. Setelah seleksi lokasi telah dilakukan, tahap
selanjutnya ialah sosialisasi pemberdayaan
masyarakat. Tujuan dari diadakannya sosialisasi
yaitu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
dan pihak terkait tentang program dan atau kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah
direncanakan.
3. Tahap selanjutnya yaitu proses pemberdayaan
masyarakat. Dalam proses pemberdayaan
masyarakat, hal-hal yang dilakukan adalah
mengidentifikasi dan mengkaji potensi,
permasalahan serta peluang-peluangnya; menyusun
rencana kegiatan kelompok; menerapkan rencana
kegiatan kelompok; serta memantau proses dan
hasil kegiatan secara terus menerus.
4. Tahap terakhir adalah pemandirian masyarakat.
Pemandirian masyarakat dilakukan dengan

35
pendampingan untuk menyiapkan masyarakat agar
benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.
f. Hasil Pemberdayaan
Berdasarkan atas pernyataan Sumadyo dalam
(Mardikanto dan Soebiato, 2013) merumuskan 3 upaya
pokok dalam setiap pemberdayaan yang disebut Tri Bina,
dimana hal tersebut meliputi Bina Manusia, Bina Usaha
dan Bina Lingkungan. Lebih lanjut, dari ke 3 upaya pokok
tersebut dikembangkan oleh Mardikanto (2013) menjadi 4
upaya pokok yang meliputi :
1. Bina Manusia : Bina manusia merupakan upaya
pertama dan yang paling utama harus diperhatikan
dalam setiap upaya pemberdayaan, sebab manusia
merupakan pelaku atau pengelola manajemen itu
sendiri.
2. Bina Usaha : Bina usaha ini dasarnya berorientasi pada
perbaikan kesejahteraan (ekonomi), sehingga bina
usaha menjadi bagian penting untuk mendukung
proses manusia.
3. Bina Lingkungan : Bina Lingkungan dalam hal ini
tidak hanya berbicara mengenai lingkungan fisik
semata, akan tetapi dalam praktik perlu disadari bahwa
lingkungan sosial juga sangat berpengaruh.
4. Bina Kelembagaan : kelembagaan sosial atau
organisasi sosial yang tersedia dan dapat berjalan

36
efektif sehingga dapat mendukung terselenggaranya
bina manusia, usaha dan lingkungan. Sebagai suatu hal
yang disetujui dan memiliki sanksi, dapat disebutkan
sebuah kelembagaan apabila memenuhi 4 komponen
seperti, 1) Komponen person, 2) Komponen
kepentingan, 3) komponen aturan, dan 4) Komponen
Struktur
2. Sampah
a. Pengertian Sampah
Sampah dalam KBBI memiliki arti benda atau
barang yang telah dibuang karena tidak terpakai lagi dan
sebagainya. Dalam UU No. 18 tahun 2008 , dampah
didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat
berupa zat organik atau an organik bersifat dapatterurai
atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna
lagi dan dibuang ke lingkungan.
Departemen kesehatan mendefinisikan sampah
sebagai benda yang tidak dipakai, tidak diinginkan, dan
dibuang, yang berasal dari suatu aktifitas padat, tidak
termasuk buangan yang bersifat biologis (Departemen
Kesehatan, 1997)
b. Pengelompokan Sampah
Sampah pada prinsipnya, adalah suatu bahan yang
terbuang atau di buang dari sumber aktivitas manusia

37
maupunalam yang belum memiliki nilai ekonimis. Bentuk
sampah bisa ada dalam setiap fase materi, yaitu padat, caor
dan gas (fume, smoke).
Setiap jenis sampah memiliki metode pengolahan
yang berbeda, sampah yang tercampur menyebabkan biaya
pengolahan sampah menjadi mahal. Oleh karena itu, kunci
dari pengelolaan sampah adalah pemilahan atau pemisahan
antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah yang
lain. Adapun jenis-jenis sampah tersebut:
1. Sampah Organik
Sampah oganik atau yang biasa kita lihat
yaitu sampah basah, merupakan jenis sampah yang
berasal dari seusatu yang mudah membusuk dan
dapat hancur secara alami seperti sayuran, daging,
ikan, nasi, buah-buahan, dan potongan daun.
Masyarakat setiap harinya tidak lepas akan sampah
organik. Metode pengolahan sampah organik yang
dilakukan TPS3R paling tepat tentunya adalah
melalui pembusukan yang dikendalikan, yang
dikenal dengan pengomposan. Pengomposan
merupakan pengolahan sampah organik melalui
proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali.
Produk utama pengomposan adalah kebersihan
lingkungan, karena jumlah sampah organik yang
dibuang ke TPA menjadi berkurang. Adapun

38
kompos dapat digunakan sebagai produk tambahan
yang dapat kita gunakan sebagai tanaman sendiri
ataupun dijual.
2. Sampah Non-Organik
Sampah non-organik seperti yang kita
ketahui merupakan sampah kering atau sampah
yang tidak mudah busuk. Contohnya seperti botol,
gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam.
Mengolah sampah non-organik dapat menghemat
sumber daya alam yang digunakan untuk membuat
bahan-bahan tersebut dan mengurangi polusi akibat
proses produksinya dalam pabrik.
c. Mekanisme Pengelolaan Sampah
Dalam jurnal yang kemukakan oleh Muhtadi (2017)
Problematika tentang pengelolaan sampah di perkotaan
memerlukan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi.
Masyarakat atau warga dapat ikut mengelola sampah
terutama di lingkungan masing-masing. Warga
masyarakat dapat mengubah perilakunya dari tadi masa
bodoh berubah untuk ikut mengelola permasalahan
sampah. Permasalahan sampah tidak hanya tanggung
jawab pemerintah dan tetapi menuntut partisipasi
masyarakat seluas-luasnya untuk juga mencari solusi
dalam mengelola sampah dari sumber masalah menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat baik secara ekonomis

39
maupun lingkungan. Pengelolaan sampah bertujuan
sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya. Adapun mekanismenya sebagai berikut:
1. Reduce
Reduce yang artinya mengurangi. Mengurangi
jumlah sampah dan menghemat pemakaian barang.
Upaya mengurangi timbunan sampah sebisa
mungkin melakukan minimalisasi barang atau
material yang digunakan, karena semakin banyak
barang yang dipergunakan, maka semakin banyak
sampah yang dihasilkan. Misalnya dengan
membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat
mengurangi sampah plastik dan mencegah
pemakaian styrofoam. Dengan menghemat barang
yang kita gunakan dapat menimbulkan hal-hal
positif yang bisa kita dapatkan, bukan hanya dapat
mengurangi penumpukan sampah dari apa yang kita
buang, melainkan agar kita tidak terlalu berlebihan
dengan apa yang kita buang tersebut.
2. Reuse
Reuse diartikan sebagai pakai ulang atau
memberi nilai kembali limbah yang terbuang.
Reuse menggunakan prinsip menghindari
pemakaian barang-barang yang sekali pakai,

40
sehingga secara keseluruhan prinsip ini
mempertahankan barangbarang dan dapat
mempertahakan waktu pemakaian barang sebelum
akhirnya menjadi sampah. Barang yang masih
dapat digunakan jangan langsung dibuang, tetapi
sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-
ulang. Misalnya menggunakan botol isi ulang.
3. Recycle
Recycle yang artinya daur ulang, proses
mengubah bentuk atau fungsi sampah sehingga
dapat dimanfaatkan kembali sebagai barang baru.
Recycle pengolahannya terdiri dari kegiatan
pemilihan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian, dan pembuatan produk/material
bekas pakai. Seperti sampah plastik diolah menjadi
kerajinan, demikian juga dengan sampah kemasan
plastik mie instan, sabun, minyak, dan lain-lain.
Sampah organik dapat dibuat kompos dan
digunakan sebagai penyubur tanaman maupun
penghijauan.
3. Bank Sampah
a. Pengertian Bank Sampah
Bank sampah berasal dari dua kata yaitu bank dan
sampah, secara sederhana bank dapat diartikan
sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya

41
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Kemudian menurut Undang-Undang No.10 tahun
1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kemasyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningktakan tara hidup rakyat
banyak. Sedangakan pengertian sampah, menurut
Azwar dalam jurnal Anih Sri Suryani yang berjudul
peran bank sampah dalam efektivitas pegelolaan
sampah dimalang mengartikan sampah merupakan
sesuatu yang tidak berguna, tidak layak untuk dipakai
dan pantas untuk dibuang, maka dari itu sampah
seharusnya dikelola dengan baik sehingga berbau
positif bagi kehidupan. Sedangkan menurut Kodoatie
mendefinisikan sampah adalah limbah yang bersifat
padat atau setengah padatyang merupakan gabungan
dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan
manusia, tumbuh-tumbuhan maupun hewan.
Menurut Yayasan Unilever Indonesia dalam
jurnal yang ditulis Yusa Eko Saputro yang berjudul
pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui
bank sampah yang mendifinisikan bank sampah

42
adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering
secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk
berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan
menampung, memilah dan menyalurkan sampah
bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat
mendapat keuntungan ekonomi dari menabung
sampah.

b. Tujuan dan manfaat Bank Sampah


Tujuan utama pendirian bank sampah adalah
untuk membantu menangani pengolahan sampah di
Indonesia, tujuan selanjutnya adalah upaya
penyadaran masyarakt akan lingkungan yang sehat,
rapid an bersih. Bank sampah didirikan untuk
mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih
memiliki nilai guna dalam masyarakat dan memiliki
nilai ekonomis.

Selain itu bank sampah juga memiliki beberapa


manfaat bagi manusia dan ligkungan hidup, seperti
membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan
masyarakat akan pentingnya kebersihan dan
membuat sampah menjadi barang bernilai ekonomis.
Manfaat selanjutnya bagi masyarakat adalah
menambah penghasilan karena saat mereka
menukarkan sampah mereka dan penghasilan mereka

43
dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki.
Secara tidak langsung kehadiran bank sampah
berperan dalam mengurangi dampak perubahan
iklim. Seperti yang diketahui ternyata sampah juga
menjadi salah satu faktor peningkatan jumlah emisi
gas rumah kaca di atmosfer.

Menurut Suwerda dalam jurnal Sudati Nur


Sarfiah dan Whinarko Juliprijanto yang berjudul
manfaat bank sampah bagi masyarakat di dusun
semali desa salamkanci kecamatan bandongan
kabupaten magelang mengatakan bahwa manfaat
adanya bank sampah yaitu Dapat menciptakan
lingkungan yang sehat, mengurangi kebiasaan
membakar sampah yang dapat merusak kesehatan
dan pencemaran udara, serta mengurangi menimbun
sampah sehingga masyarakat mempunyai kesadaran
terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Selain itu,
sosial ekonomi masyarakat juga bertambah dari hasil
perolehan tabungan sampah dan dapat mengakrabkan
hubungan antar anggota masyarakat.

Menurut hasi penelitian Asteria dan Heru dalam


jurnal Dwi Astuti yang berjudul pembentukan bank
sampah dikebayanan desa puron kecamatan bulu
kabupaten sukoharjo mengatakan bahwa dengan

44
adanya bank sampah ternyata telah mendorong
adanya capacity building bagi masyarakat
dikarenakan tumbuhnya kemandirian serta
keswadayaan masyaraka. Selain itu masyarakat
menjadi semakin sadar dengan pengetahuan serta
kemampuan yang dipunyai ternyata mampu
memotivasi dalam mengelola lingkungan
4. Maggot
Belatung atau maggot, lalat BSF berbeda dengan belatung
lalat hijau atau lalat hitam pada umumnya. Belatung lalat
BSF justru sangat berperan sebagai pakan ternak yang ada di
BHSM seperti ayam, ikan konsumsi, ikan hias, dan burung
kicauan. Dalam fase kehidupannya pun, lalat BSF sama
sekali tidak menimbulkan bau busuk dan tidak menjadi
sumber penyakit. Karena sangat aman, anak kecil pun berani
bermain-main dengan cara memegang belatung/maggot dan
lalat BSF.
Maggot atau lalat BSF ada yang membuat dan
mengonsumsi peyek maggot BSF sebagai cemilan. Bahkan,
anakanak kecil mengonsumsi maggot BSF goreng. Ada pula
yang mengonsumsi maggot BSF setelah diolah
menggunakan microwave (oven). Menurut orang yang
pernah mengonsumsi maggot BSF, rasanya gurih dan
renyah. Karena itu, jika anak kecil saja berani memegang
maggot lalat BSF, orang dewasa saharusnya tidak hanya

45
berani, tetapi juga terjun membudidayakan maggot BSF ini.
Membudidayakan maggot BSF cukup mudah.
Dalam memberdayakan maggot BSF tidak dibutuhkan
teknik khusus sehingga siapa saja bisa melakukannya. Budi
daya maggot BSF juga tidak menyita waktu karena tidak
perlu sering dikontrol. Dalam beternak BSF, hal yang paling
penting adalah ketesediaan media sekaligus pakan maggot,
yakni limbah sampah organik (limbah sayuran dan buah-
buahan). Asalkan pakan tersebut selalu tersedia di dalam
wadah pembesaran, BSF sudah bisa ditinggalkan, baik untuk
bekerja maupuk aktivitas lainnya
Maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly merupakan
pengganti pakan sebagai sumber protein, Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri menggunakan pakan alami maggot ini
agar dapat mengurangi biaya produksi pakan. Maggot juga
merupakan salah satu jenis organisme potensial untuk
dimanfaatkan antara lain sebagai agen pengurai limbah
organik dan sebagai pakan tambahan bagi ikan, burung,
ayam, bebek, dan hewan ternak yang ada di Bank Sampah
Hijau Selaras Mandir. Maggot dapat dijadikan pilihan untuk
penyediaan pakan karena mudah berkembangbiak, dan
memiliki protein tinggi yaitu 61,42%.13 Maggot juga
dikenal sebagai orrganisme pembusuk karena kebiasannya
mengkonsumsi bahan-bahan organik. Maggot mengunyah
makanannya dengan mulutnya yang berbentuk seperti

46
pengait. Maggot dapat tumbuh pada bahan organik yang
membusuk di wilayah tropis, seperti tumpukan sampah
buahbuahan atau semua sampah yang bersifat organik.
Maggot menjadi salah satu sumber pendapatan yang
cukup banyak di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri, oleh
karena itu budidaya maggot menjadi program penting yang
ada di lingkungan bank sampah karena bernilai tinggi secara
ekonomi dan dalam pengaplikasiannya melibatkan banyak
orang sehingga menjadi program yang membantu
perekonomian warga serta menjaga lingkungan dari bau
busuk serta penyakit yang ditimbulkan dari sampah organik.
5. Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban
community yaitu masyarakat yang tidak tertentu jumlah
penduduknya. Pengertian ini lebih ditekankan pada sifat-
sifat kehidupan serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan. Perhatian khusus masyarakat
kota tidak terbatas pada aspek-aspek, seperti pakaian,
makanan, dan perumahan, tetapi lebih luas lagi (Jamaludin,
2015) Kota merupakan suatu daerah yang memiliki ciri-ciri
khusus yang dapat membedakannya dengan daerah desa,
seperti pemusatan jumlah penduduk, pusat pemerintahan dan
sarana prasarana penunjang aktivitas manusia yang relatif
lebih lengkap di bandingkan dengan daerah desa. Kota ialah
suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang di tandai

47
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai
dengan strata sosial ekonomi yang heterogen secara
materialis serta dapat pula diartikan sebagai bentang budaya
yang ditimbulkan oleh unsur alami dan unsur-unsur non
alami dengan gejalagejala penduduk yang cukup besar dan
dengan corak kehidupan yang heterogen materialistis
dibandingkan dengan daerah belakangnya (Bintarto, 1989).
Bertambahnya penghuni kota baik berasal dari dari
penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari
luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan-
perumahan yang berarti berkurangnya daerahdaerah kosong
di dalam kota. Semakin banyaknya anak-anak kota yang
menjadi semakin banyak pula diperlukan gedung-gedung
sekolah. Bertambah pelajar dan mahasiswa berarti
bertambah juga jumlah sepeda dan kendaraan bermotor roda
dua. Toko-toko. Warung makan atau restoran bertambahnya
terus sehingga makin mempercepat habisnya tanah-tanah
kosong di dalam kota. Kota terpaksa harus diperluas secara
bertahap menjauhi kota. Masyarakat kota adalah masyarakat
yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang
bermacam-macam lapisan/tingkatan hidup, pendidikan,
kebudayaan dan lain-lain. Mayoritas penduduknya hidup
berjenis-jenis usaha yang bersifat non-agraris.
Adapun dari ciri-ciri sosial kehidupan masyarakat kota,
antara lain:

48
a. Pelapisan Sosial, Ekonomi Perbedaan tingkat
pendidikan dan status sosial dapat menimbulkan
suatu keadaan yang heterogen.
b. Individualisme, Perbedaan status sosial-ekonomi
maupun kultural dapat menimbulkan sifat
“individualisme”.
c. Toleransi Sosial, Kesibukan masing-masing warga
Kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat
mengurangi perhatiannya kepada sesamanya.
Apabila ini berlebihan maka mereka mampu akan
mempunyai sifat acuh tak acuh atau kurang
mempunyai toleransi sosial. Di kota masalah ini
dapat diatasi dengan adanya lembaga atau yayasan
yang berkecimpung dalam bidang kemasyarakatan.
d. Jarak Sosial, Kepadatan penduduk di kota-kota
memang pada umumnya dapat dikatakan cukup
tinggi. Biasanya sudah melebihi 10.000 orang per
km2 . Jadi, secara fisik di jalan, di pasar, di toko, di
bioskop dan di tempat yang lain warga kota
berdekatan tetapi dari segi sosial berjauhan, karena
perbedaan kebutuhan dan kepentingan.
e. Pelapisan Sosial Perbedaan status, kepentingan dan
situasi kondisi kehidupan Kota mempunyai
pengaruh terhadap sistem penilaian yang berbeda
mengenai gejala-gejala yang timbul di kota.

49
Penilaian dapat didasarkan pada latar belakang
ekonomi, pendidikan dan filsafat. Perubahan dan
variasi dapat terjadi, karena tidak ada Kota yang
sama persis struktur dan keadaannya.
Tanggung jawab perbaikan mutu kehidupan Kota
memang berada ditangan pemerintah baik lokal, regional,
maupun nasional akan tetapi partisipasi warga kota ikut
menentukan keberhasilan perbaikan kehidupan kota yang
bersangkutan. Oleh karena itu warga harus ikut berperan
dan berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kualitas
kehidupan perkotaan.
B. Kerangka Pikir

Menurut Sugiyono (2017) kerangka berpikir adalah sintesa


yang mencerminkan keterikatan antara variabel yang diteliti
dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah
penelitian serta merumuskan hipotesis penelitian serta
merumuskan hipotesis penelitian yang berbentuk bagan alur
yang dilengkapi penjelasan kualitatif.

Program budidaya maggot di Bank Sampah Hijau Selaras


Mandiri ini dilatar belakangi atas meningkatnya volume
sampah serta jenis sampah yang beragam yang ada
dilingkungan Kemayoran, Jakarta Pusat. Sampah organik
menjadi sampah yang memiliki penanganan khusus dalam
penguraiannya yaitu dengan budidaya maggot. Program

50
budidaya maggot ini bertujuan untuk mengurangi sampah
organik yang ada dilingkungan sehingga menjadi bersih dan
bebas penyakit, selain itu budidaya maggot ini juga melibatkan
masyarakat dengan melakukan pelatihan dalam berbudidaya
dan penjualan, sehingga masyarakat dapat melakukan
budidaya secara mandiri.

Penelitian ini menggunakan teori Pemberdayaan yang


dipaparkan oleh Wrihatnolo dan Dwijowijoto (2007) yaitu
tahapan pemberdayaan adalah tahap Sosialisasi, tahap
Peningkatan kapasitas, dan tahap Pendayaan. Serta Teori Hasil
Pemberdayaan oleh Mardikanto dan Soebianto (2013) yaitu
keberhasilan suatu pemberdayaan dilihat dari Bina Manusia,
Bina Usaha, Bina Lingkungan, Bina Kelembagaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa program bank


sampah ini memiliki dampak positif yang cukup signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat antara lain Mengurangi
volume sampah, meningkatkan mutu kesehatan masyarakat,
mendatangkan pendapatan tambahan dari hasil produksi bahan
daur ulang, meningkatkan kesadaran lingkungan dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah

51
Gambar 2.1
Kerangka Pikir

4. Volume Sampah yang meningkat seiring dengan


populasi DKI Jakarta yang meningkat.
5. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya mengelola sampah dengan benar
6. Pengelolaan sampah yang beragam terutama dalam
menangani sampah organik

1. Proses Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya


maggot
2. Hasil Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya maggot

“Pemberdayaan Hasil Pemberdayaan (Totok


masyarakat Wrihatnolo Mardikanto dan Soebianto)
dan Dwijowijoto (2007) 1. Bina Manusia
1. Sosialisasi
2. Bina Usaha
2. Peningkatan kapasitas
3. Pendayaan 3. Bina Lingkungan
4. Bina Kelembagaan

Outcome
Program budidaya maggot ini
dapat membantu masyarakat
mencapai kesejahteraan
sekaligus membantu menjaga
lingkungan

52
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Kelurahan Kebon Kosong
1. Data Geografis Wilayah
Kelurahan Kebon Kosong merupakan satu dari lima
kelurahan yang ada di kecamatan Kemayoran termasuk
dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Wilayah kelurahan Kebon Kosong memiliki batas-
batas :
a. Utara : Sunter Jaya, Sunter Agung,
Pademangan timur
b. Selatan : Kemayoran, Utan Panjang, Bungur
c. Timur : Serdang, Utan Panjang
d. Barat : Kemayoran, Gunung Sahari
Selatan
Kelurahan ini memiliki luas wilayah 52,38 Km2 yang
terdapat 13 Rukun Warga (RW) dan 172 Rukun
Tetangga (RT) dengan jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 9.729 KK, adapun jumlah penduduk sampai
dengan akhir Oktober 2021 tercatat sebanyak 38.257
jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 19.129 jiwa
dan perempuan 19.128 jiwa. Dibawah ini merupakan
peta wilayah Kelurahan Kebon Kosong:

53
Gambar 3.1
Peta Wilayah Kelurahan Kebon Kosong

Sumber : Google Maps, 2022

2. Demografi wilayah
a. Jumlah penduduk di Kelurahan Kebon Kosong
pada Oktober 2021 tercatat sebanyak 38.257 jiwa,
sebagaimana tabel dibawah ini:

Gambar 3.2
Diagram Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk
4740 4376
38033797 3775
3045 2680 3121
2314 2363
1768 1597
878
8 12 9 10 9 8 11 9 8 11 7 8 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Jumlah RT Jumlah Jiwa

Sumber : jakarta.bps.go.id

54
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk
No RW Jumlah RT Jumlah Jiwa
1. 01 8 2314
2. 02 12 4740
3. 03 9 3803
4. 04 10 3797
5. 05 9 3045
6. 06 8 2363
7. 07 11 3775
8. 08 9 2680
9. 09 8 1768
10. 10 11 3121
11. 11 7 878
12. 12 8 1597
13. 13 12 4376
Jumlah 38257
Sumber : jakarta.bps.go.id

b. Penduduk bedasarkan usia Berikut data statistik


penduduk Kelurahan Kebon Kosong bedasarkan
jenis kelamin:

55
Tabel 3.2
Penduduk berdasarkan usia
No Strata Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 613 641 1254
2. 5-9 837 917 1754
3. 10-14 850 735 1585
4. 15-19 450 473 923
5. 20-24 1123 1001 2124
6. 25-29 850 926 1776
7. 30-34 1250 1239 2489
8. 35-39 1393 1157 2550
9. 40-44 1140 910 2050
10. 45-49 1456 1684 3140
11. 50-54 2229 2236 4465
12. 55-59 1962 1898 3860
13. 60-64 1799 1736 3535
14. 65-69 2503 2370 4873
15. 70-74 874 960 1834
16. 75 keatas 10 14 24
Sumber : jakarta.bps.go.id

56
Gambar 3.3
Diagram Penduduk berdasarkan usia

Statistik berdasarkan usia


6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
9-May

75 keatas
14-Oct

45-49
0-4

15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44

50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Laki-laki Perempuan Jumlah

Sumber : jakarta.bps.go.id

3. Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri


a. Sejarah Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri awalnya
dibentuk atas permasalahan sampah yang meningkat di
Kelurahan Kebon Kosong, Kecamatan Kemayoran,
Jakarta Pusat. Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
terbentuk atas inisiasi dari Ibu Esti dan alm Bapak
Slamet dengan dukungan penuh dari pemerintah
setempat dan warga sekitar. Atas dukungan dari
berbagai pihak akhirnya kini Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri berkembang menjadi tempat
pengelolaan sampah organik dan non organik yang
memberikan manfaat bagi warga sekitar.

57
Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri (HSM) RT014
RW06 Kelurahan Kebon Kosong Kecamatan
Kemayoran ,Jakarta Pusat. Bank sampah ini berdiri
dalam rangka mengajak dan menumbuhkan kepedulian
sosial untuk lingkungan terutama dalam pengelolaan
sampah dan penghijauan, serta pengurangan sampah di
TPS/TPA dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
dengan memanfaatkan sampah dengan program 3R
(Reduce, Reuse dan Resycle) serta perubahan perilaku
masyarakat menuju kepedulian lingkungan khususnya
pengelolaan sampah yang efektif.Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri aktif dalam pengelolaan sampah
organik maupun non organik. Sampah non organik yang
dikelola oleh Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
dikelompokkan menjadi berbagai jenis sehingga
dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dan
didistribusikan ke pengepul sampah. Sedangkan
Sampah organik yang dikelola oleh Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri dimanfaatkan untuk pakan maggot dan
pupuk. Pemanfaatan Maggot ini adalah dengan
membudidayakan Larva dari Lalat BSF, budidaya
Maggot dipilih karena cukup mudah dalam
pengaplikasiannya dan tidak memerlukan biaya yang
banyak. Maggot sendiri dapat dimanfaatkan sebagai
pakan budidaya ikan dan dikeringkan menjadi pupuk,

58
cara kerjanya Maggot menyerap sampah organik dan
meninggalkan kasgot (bekas maggot) yang merupakan
sisa kultur yang ditinggalkan yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik.
b. Tujuan Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
1. Agar warga mau memulai pilah sampah dari
rumah.
2. Menciptakan lingkungan yang bersih.
3. Interaksi warga makin intens.
4. Menciptakan kegiatan positif tanpa modal
uang
c. Visi dan misi Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
a) Visi : Menjadi pusat pemberdayaan masyarakat
yang mampu menciptakan sumber daya manusia
yang kreatif, produktif dan mandiri.
b) Misi :
1) Menciptakan kemandirian ekonomi
masyarakat berbasisi ekonomi syariah dengan
sistem manajemen, SDM dan teknologi yang
berkualitas.
2) Menciptakan kreatifitas masyarakat dalam
memanfaatkan barang bekas menjadi barang
bernilai eknomi.

59
3) Memberikan edukasi kepada masyarakat
tentang urgensi peduli lingkungan dengan
mengelola sampah menjadi investasi.
4) Menciptakan lingkungan yang hijau, asri,
sehat, dan berpotensi ekonomi.
5) Menyelenggarakan program pendidikan dan
pelatihan berbasisi keterampilan aplikatif,
kewirausahaan sosial serta pembentukan
karakter secara terintegrasi dan
berkerlanjutan.
d. Program Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
Program kegiatan yang dilaksanakan Bank Sampah
Sayuti Melik sebagai wujud dari pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan
kemandirian masyarakat dalam hal pendidikan,
kesehatan lingkungan dan ekonomi yaitu program
tabungan sampah dan daur ulang sampah.
1) Tabungan Sampah
Tujuan dari program tabungan sampah yaitu
untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang
dan menambah pendapatan keluarga penabung
sampah. Kegiatan menabung sampah
dilaksanakan setiap hari Jum’at pukul 13.00
WIB sampai selesai atau sekitar pukul 15.00
WIB. Kegiatan menabung sampah diawali dari

60
pemilahan sampah di rumah masing-masing
nasabah. Kemudian dibawa sendiri oleh 30
nasabah ke bank sampah, ditimbang oleh
petugas, dan terakhir dicatat oleh teller. Untuk
pengambilan uang tabungan dilakukan setiap 3
bulan sekali atau setiap lebaran.
2) Tabulampot
Tabulampot atau tanaman buah dalam pot
adalah program menanam pohon yang berbuah
sehingga dapat dijadikan hiburan bagi
masyarakat sebagai ajang silaturahmi dengan
mengkonsumsi buah dari lahan sendiri serta
dapat dimanfaatkan secara ekonomi.
3) Tabungan Emas Pegadaian
Tabungan emas Pegadaian adalah layanan
jual beli emas dengan cara membeli emas dalam
bentuk logam mulia 24 karat lewat fasilitas
selayaknya nasabah menabung dalam jumlah
berapapun. Melalui program ini, nasabah bank
sampah bisa menyicil emas dengan menyetorkan
sampah ke Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
dan hasilnya dikelola oleh Pegadaian untuk
dijadikan emas.

61
4) Budidaya Maggot
Budidaya Maggot adalah program
pemanfaatan sampah organik sehingga dapat
dijadikan pakan maggot dan maggot yang siap
dipanen dapat dimanfaatkan secara ekonomi
sebagai pakan ikan dan hewan lainnya serta
dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi
tanaman.

62
BAB IV
DATA DAN TEMUAN HASIL
Pada bab ini, penulis akan membahas data dan
temuan lapangan selama proses penelitian. Penulis akan
memaparkan data dan temuan lapangan mengenai
program pemberdayaan masyarakat melalui program
budidaya maggot di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri.
Data dan temuan lapangan yang didapatkan antara lain:
mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
melalui budidaya maggot, hasil yang diperoleh dari
program tersebut, serta apa saja yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat dari program tersebut.
Berikut uraian mengenai data dan temuan lapangan:
A. Proses pemberdayaan masyarakat melalui budidaya
Maggot.
Ada 3 proses tahapan pemberdayaan masyarakat
yang dijalankan Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
dalam program budidaya maggot. Tahapan ini antara lain
penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan yang
tertangkap dalam kegiatan wawancara, observasi, serta
studi dokumen yang diperoleh dari lapangan. Secara rinci
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Tahap Penyadaran
Tahap penyadaran yang dilakukan oleh Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri ini menggunakan

63
sosialisasi. Sosialisasi ini dibantu juga oleh Lembaga
Sehati dan pejabat setempat. Mereka melakukan
sosialisasi ke seluruh masyarakat yang ada di
lingkungan komplek Angkasa Pura, Kemayoran.
Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat paham akan
peran dan fungsi dari Maggot sebagai solusi
memanfaatkan sampah organik yang dapat membantu
mengurangi sampah busuk dan juga meningkatkan
pendapatan keluarga. Sosialisasi ini dimulai dari
mengundang warga untuk hadir di bank sampah guna
mensosialisasikan program budidaya maggot mulai
dari pengenalan apa itu maggot, seperti apa cara
kerjanya, hingga apa saja keuntungan dan manfaat dari
budidaya maggot, tidak berhenti sampai disitu saja,
Bank Sampah juga memberi tahu jenis lalat yang bisa
menghasilkan maggot yang dapat dimanfaatkan, serta
pemilihan lahan yang tepat, cara merawat maggot agar
tidak mudah mati dan bagaimana pemanfaatannya.
Dari hasil sosialisasi tersebut, masyarakat jadi paham
akan pentingnya menjaga lingkungan dengan
memenfaatkan sampah organik dengan baik serta
sebagai pemasukan tambahan keluarga. Dengan
menyesuaikan lahan yang ada, hasilnya ada 15 orang
yang ikut serta dalam program budidaya maggot
dengan memanfaatkan sampah organik sebagai pakan

64
maggot yang memiliki daya jual untuk menambah
pendapatan keluarga.
Seperti yang disampaikan oleh wakil ketua Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri, Ia menyebutkan
bahwa:
“…Sebenernya budidaya maggot ini kan bukan
hal yang baru juga kan, kita ngeliat
dilingkungan ini masih kurang dalam ngelola
sampah organik, terus kita juga disaranin sama
lembaga Sehati buat bikin budidaya maggot
yang ternyata cocok buat diterapin disini”
(Wawancara Pak Joko, 23 Desember 2022)

Gambar 4.1
Tahap Sosialisasi

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Pernyataan serupa dan mendukung pernyataan


diatas disampaikan oleh Bu Esti selaku ketua Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri.

65
“…Iya waktu itu kita ngumpulin warga buat
ngasih tau kalo kita bikin budidaya maggot jadi
warga juga bisa nabung sampah organik juga,
terus juga ngajak warga buat ikutan budidaya
maggot juga, kita jelasin tuh maggot itu apa,
cara kerjanya gimana sama manfaatnya apa aja
kalo ikut budidaya, hasilnya ya kira-kira ada
15an orang yang ikutan” (Wawancara Ibu Esti,
7 Maret 2023)

Seperti yang dikatakan Pak Joko dan Ibu Esti


bahwa pihak Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
berhasil melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang program budidaya maggot dan membentuk
kelompok masyarakat yang ikut serta dalam budidaya
maggot.
Selain pemilihan dan pengenalan budidaya
maggot, Ibu Esti dan Lembaga Sehati juga memberi
pengetahuan tentang bagaimana cara kerja maggot
dalam pemanfaatan sampah organik dan juga
pemanfaatan maggot itu sendiri yang memiliki nilai
jual sebagai pemasukan tambahan bagi masyarakat.

66
Gambar 4.2
Pengurus Bank Sampah

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

“…Jadi awalnya maggot itu kan dari lalat ya


mas, Lalat BSF namanya, nah Lalat itu bisa
ngehasilin 500 telur, nah kalo udah netes itu
namanya baby Maggot, udah bisa tu dia makan
sampah sampah organik, tapi biasanya belum
dijual soalnya masih murah kalo ukuran baby,
kita biasanya jual kalo udah gede pas udah
berubah warnanya jadi hitam, soalnya nilai
jualnya juga jauh lebih tinggi” (Wawancara Ibu
Esti, 7 Maret 2023)
Pernyataan tersebut juga sesuai dengan yang
dikatakan Pak Joko dan bu Suryani tentang
pemanfaatan maggot dari segi lingkungan dan juga
keuntungan yang mempunyai nilai jual cukup tinggi.
“…Maggot itu manfaatnya banyak banget mas,
kalo buat lingkungan ya jelas maggot makan
banyak sampah organik, jadi ya bermanfaat
juga kan sampah sehari-hari yang ada dirumah,
yang disetor disini juga jadi beragam ga cuman
sampah plastik aja, apalagi buat yang ikutan

67
budidaya maggot juga jadi nambah
penghasilannya.” (Wawancara Pak Joko, 10
Januari 2023)
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Ibu Suryani
selaku peserta budidaya maggot.

“…Maggot itu makannya lumayan banyak, kira-


kira maggot saya itu ada sekilo lah, itu bisa
makan 2 sampai 5 kilo sampah makanan tiap
harinya, malah kadang saya kurang gitu
sampahnya buat ngasih makan ke maggotnya,
jadi saya suka dibantu juga sama sampah
tetangga, nah dari situ juga warga banyak yang
baru tertarik buat ikutan budidaya, soalnya
lumayan banget harganya. Harga maggot yang
udah siap panen tu bisa sampe 50 ribu sekilo
mas.” (Wawancara Ibu Suryani, 7 Maret 2023)

Gambar 4.3
Kandang Maggot

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Seperti yang dikatakan Pak Joko dan Ibu Suryani


bahwa pemanfaatan maggot sangat berdampak pada

68
keadaan lingkungan, maggot sendiri merupakan hewan
yang mampu memakan sampah organik dalam skala
besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengurai
sampah organik yang utama sekaligus menambah
pemasukan bagi masyarakat yang terlibat.
2. Tahap Peningkatan Kapasitas
Pada tahap ini, Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri melakukan pelatihan dan monitoring sebagai
bentuk peningkatan kapasitas. Pelatihan ini berupa
belajar sekaligus praktek langsung bagaimana cara
pembudidayaan maggot mulai dari bibit maggot, baby
maggot, hingga panen maggot. Pelatihan ini dilakukan
oleh pengurus Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
dan dibantu juga oleh Lembaga Sehati.
“…Jadi kan awalnya kita nerima sampah
organik itu buat bikin pupuk alami gitu, jadi
yang diterima juga sampah-sampah tertentu aja,
terus ada masukan juga dari lembaga Sehati
buat bikin budidaya maggot, jadi pas sosialisasi
juga dibantu mereka buat jelasin ke warga
maggot itu apa dan gimana cara kerjanya, jadi
mereka ya ikut ngelatih warga juga buat
budidaya maggot.”(Wawancara Ibu Esti, 23
Desember 2022)
Pernyataan tersebut juga didukung oleh apa yang di
katakan Ibu Yanti selaku peserta budidaya maggot

“…Saya ikut bu Esti sama yang lainnya buat


diajarin budidaya maggot, kita dikenalin maggot
itu apa dan hidupnya gimana, kita diajarin cara

69
ngerawat baby maggot itu gimana sama apa aja
yang harus disiapin, mulai dari tempat sama
alat-alatnya, kalo saya lahannya ga cukup mas
dirumah, jadi saya ikut budidaya tapi pake lahan
yang disediain bank sampah.”(Wawancara Ibu
Yanti, 23 Desember 2023)

Gambar 4.4
Monitoring budidaya maggot

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Ibu Esti dan Pak Joko serta dibantu lembaga


Sehati melakukan pelatihan diawal yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada warga agar
mengerti bagaimana membudidayakan maggot yang
baik serta tidak mudah sakit dan mati yang bisa
menggagalkan budidaya maggot. Selain itu Pak Joko
juga rutin melakukan monitoring ke warga-warga agar
selalu merawat maggotnya. Pernyataan ini

70
disampaikan oleh Ibu Esti selaku pengurus bank
sampah dan Bu Yanti selaku penerima pelatihan
tersebut, yang menyampaikan bahwa:
“…Karena kan yang kita kasih ke warga itu
masih bibit ya mas, masih baby maggot, jadi
rentan mati makanya saya dan Pak Joko suka
ngingetin warga kalo ada yang pakannya kurang
atau kandangnya kotor, sama ngasih tau juga
kalo ada maggotnya yang sekiranya udah siap
panen, soalnya maggot itu hidupnya lumayan
singkat ya kalo udah siap panen masih didiemin
aja nanti keburu jadi pupa, jadi kaya kepompong
gitu, malah gabisa dijual nanti.” (Wawancara bu
Esti, 7 Maret 2023)

Gambar 4.5
Pengenalan dan pelatihan

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Seperti yang dikatakan Bu Esti bahwa beliau


bersama Pak Joko membantu warga dalam budidaya

71
maggot saat warga kesulitan dalam budidaya maggot
terutama pada fase yang rentan yaitu saat usia maggot
masih baby sehingga monitoring sering dilakukan agar
maggot dapat berkembang sesuai yang diharapkan
3. Tahap Pendayaan/ pemandirian
Pada tahap ini pihak bank sampah memberikan
kebebasan kepada masyarakat untuk melakukan
budidaya maggot sendiri sesuai dengan apa yang sudah
diajarkan pihak bank sampah dan lembaga Sehati. Akan
tetapi pihak bank sampah tidak melepas warga begitu
saja, mereka juga rutin memonitoring warga agar
maggot yang dibudidayakan selalu dalam kondisi yang
baik serta membantu warga apabila terdapat kendala
dalam budidaya maggot. Seperti yang dijelaskan oleh
Ibu Suryani dan Ibu Yanti selaku peserta budidaya
maggot, bahwa:
“…Ya kalo ngurusin maggot si saya sendiri, kalo
bu Esti kan ngajarin sama nyontohin aja, trus
buat awal kita dikasih baby maggot ya diurus
sendiri, dari mulai bikin kandangnya yang harus
dijaga suhunya gaboleh terlalu kering gaboleh
terlalu lembab, sama bikin sisi yang lebih tinggi
sampingnya biar maggotnya bisa naik, terus
juga pakannya yang dari sampah dirumah
sendiri kaya sayuran, sisa buah, dan lain lain.
Kita kan dikasihnya masih yang baby ya,
katanya lebih rentan mati, jadi sering tuh bu Esti
kerumah buat ngeliat maggot saya gimana
perkembangannya, supaya ngga gampang mati”
(Wawancara Ibu Suryani, 23 Desember 2022)

72
Pernyataan tersebut juga didukung oleh apa yang
dikatakan Ibu Yanti.

“…Pak Joko sering ngingetin saya kalo ketemu,


nanyain maggot saya gimana perkembangannya
sama apa aja kendalanya, kalo saya kan
dirumah terus ya jadi maggot saya terawat,
kandangnya juga bersih karena kan dia gaboleh
terlalu kering gaboleh terlalu lembab. Paling
kendalanya si pakannya aja yang suka kurang,
soalnya dirumah orangnya ga banyak kan jadi
paling sampahnya ya sisa nasi sama lauk yang
ga kemakan aja. Minggu lalu juga kita abis
kumpul di bank sampah buat ngeliat
perkembangan maggotnya gimana, biasanya si
kita kumpul sebulan sekali atau dua kali.”
(Wawancara Ibu Yanti, 7 Maret 2023)
Setelah membantu warga dalam budidaya serta
memastikan maggot dalam kondisi yang baik dan
layak jual, bank sampah juga membantu warga untuk
menjual maggot mereka ke pembeli, seperti pedagang
pakan burung dan pakan ikan serta ke pembudidaya
maggot lain, atau jika bank sampah juga membutuhkan
maggot sebagai pakan ikan, pihak bank sampah juga
membeli maggot yang dibudidaya oleh warga.

“…Awal-awal kita cari sendiri mas siapa yang


mau beli maggot kita, kita tawarin ke pedagang
burung, kan mereka juga jual pakan burung, dan
alhamdulillah ternyata banyak juga peminatnya,
selain pakan burung juga bisa buat pakan ikan.
Jadi sekarang mereka udah tau kalo kita jual
maggot, jadi ya mereka suka dateng sebulan

73
sekali buat beli maggot kita, seringnya si buat
pakan burung, kalo ikan jarang-jarang.”
(Wawancara Pak Joko, 7 Maret 2023)
Begitu juga yang dikatakan oleh Ibu Esti.

“…Kita biasanya jual yang udah gede mas, yang


warnanya udah item, soalnya harganya udah
tinggi jadi lebih untung, kita kan juga ada ternak
ikan ya, jadi kalo pakan ikan lagi abis ya kita
juga beli maggot dari warga, kalo yang baby kita
juga jual sebenernya tapi ke warga sekitar aja
buat dibudidayain lagi dirumahnya.”
(Wawancara Ibu Esti, 7 Maret 2023)

Gambar 4.6
Pemanfaatan maggot sebagai pakan ikan

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Pada tahapan terakhir yaitu penjualan, pihak bank


sampah juga membantu masyarakat agar terjual

74
seluruh maggotnya dengan menawarkan ke pedagang
pakan hewan, namun banyak juga masyarakat yang
sudah mampu menjual sendiri ataupun tidak dijual,
melainkan dimanfaatkan sendiri sebagai pakan ikan
dirumah atau ayam dan hewan ternak lainnya.

B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program


Budidaya Maggot
Dalam meninjau hasil pemberdayaan terdapat 4
klasifikasi hasil pemberdayaan yang ditemukan di
lapangan. Hasil pemberdayaan diklasifikasikan kedalam
hasil pada bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan
bina kelembagaan yang ditemukan dalam hasil
wawancara, observasi, dan studi dokumen. Secara rinci
dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Bina Manusia
Bina manusia dalam hal ini dapat dilihat pada hasil
pemberdayaan yang dilakukan masyarakat, mulai dari
masyarakat yang ikut serta dalam budidaya maggot
terlebih pada pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan dengan
memanfaatkan sampah organik, sampai dengan
keahlian masyarakat dalam berbudidaya dan juga hasil
dari pendapatan masyarakat dalam budidaya maggot.
Berbagai sampah organik berhasil dimanfaatkan
masyarakat untuk menjadi pemasukan tambahan bagi
keluarga. Seperti yang dijelaskan oleh Pak Maulana

75
selaku ketua Rt Komplek Angkasa Pura, Kemayoran.
Bahwa:
“…Sekarang warga jadi lebih perhatian sama
lingkungan sekitar, ya karena kita jadi lebih
ngerti kalo sampah sebagian besarnya bisa kita
manfaatin, kalo budidaya maggot itu juga buat
kegiatan masyarakat, kalo dilingkungan sini kan
rata-rata usianya sudah tua ya, kebanyakan ya
orang-orang pensiunan, jadi dengan adanya
budidaya maggot ya menambah kegiatan juga
buat warga sekitar, apalagi kalo lagi kumpul di
bank sampah, jadi makin berasa
kekeluargaannya.” (Wawancara Pak Maulana, 7
Maret 2023)
Hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Suryani selaku
warga pembudidaya maggot menyatakan bahwa:
“…Kalo untuk pribadi si budidaya maggot
cukup membantu juga, pemasukan keluarga jadi
bertambah, jadi keluarga ga cuma
mengandalkan uang pensiunan saja, ya selain
nambah penghasilan juga menambah kegiatan
juga kan.” (Wawancara Ibu Suryani, 7 Maret
2023)

76
Gambar 4.7
Perawatan Maggot

Sumber:Dokumentasi narasumber 2021

Dengan adanya bank sampah terutama pada


program budidaya maggot sangat membantu
masyarakat komplek Angkasa Pura dalam menambah
kegiatan, mengingat rata-rata masyarakat lingkungan
bank sampah ialah berumur lanjut dan sudah pada
kondisi pensiun sehingga budidaya ini menjadi
kegiatan yang diminati karena selain mudah dilakukan
juga menguntungkan.
“…Sekarang si jadi banyak yang ikutan juga buat
budidaya, soalnya kan saya suka kekurangan
sampah organik buat pakan maggot jadi suka
nitip juga sama tetangga buat kasih sampahnya
ke saya aja buat dikasih ke maggot, mungkin
dari situ juga banyak warga yang penasaran
buat tau budidaya maggot itu gimana, dan yang
udah tau tapi tadinya ngga ikutan jadi ikutan
juga karena ngeliat warga yang budidaya jadi
ada kegiatan dan pemasukan tambahan.
(Wawancara Ibu Yanti, 7 Maret 2023)”
77
Budidaya maggot pada dasarnya bertujuan untuk
mengurangi sampah organik yang ada di masyarakat,
mengingat sampah organik membutuhkan penanganan
khusus dalam pengolahannya, dengan begitu perlu
pengetahuan dan pelatihan dalam mengelola budidaya
maggot, tentu saja hal ini menambah pengetahuan bagi
warga dan berdampak pada bertambahnya jumlah
warga yang ikut serta budidaya maggot. Seperti yang
dikatakan ibu Esti bahwa:
“…Kalo diliat liat si sekarang udah banyak juga
yang budidaya, tapi ga semuanya dijual mas,
ada juga yang emang iseng aja buat nambah
kegiatan, jadi ga semuanya ikut bank sampah,
mereka cuma beli bibit aja terus diurus sendiri
dirumah, ya seneng aja ngeliat warga jadi saling
berbagi ilmu yang dampaknya bisa baik buat
individu dan lingkungan. (Wawancara Ibu Esti,
7 Maret 2023)”

2. Bina Usaha
Bina usaha, dalam hal ini masyarakat yang terlibat
pada program budidaya maggot bimbingan Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri menjadikan maggot
sebagai pakan yang memiliki nilai ekonomi. Pada saat
panen hasil yang diperoleh pun sudah tau akan
didistribusikan kemana. Hasil tersebut didistribusikan
ke pedagang pakan ternak seperti pakan burung, ayam,
dan ikan. Usaha ini memang belum sebesar peternakan

78
yang memiliki pasar sendiri di masyarakat, namun
dengan sistem yang sangat baik ini dimana modal dari
maggot tergolong murah serta perawatan yang cukup
simpel bahkan dengan pakan yang gratis dari sampah
akan sangat berpotensi menjadi lahan usaha yang
menjanjikan sekaligus menjadi solusi bagaimana
pengelolaan sampah organik. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Esti, bahwa:
“…Sekarang si pedagang pakan burung sudah
banyak yang tau kalo kita menjual maggot, jadi
mereka suka datang kesini sebulan sekali kalo
kita juga siap panen, bahkan bank sampah
sendiri juga butuh maggot untuk pakan budidaya
ikan kita, jadi masyarakat ga bingung bagaiman
menjual maggot karena sekarang pasarnya
sudah cukup luas.” (Wawancara Ibu Esti,7
Maret 2023)
Pernyataan yang sama juga didukjung oleh Pak
Maulana selaku ketua RT setempat bahwa:

“…Setahu saya mereka sudah punya langganan


buat menjual maggotnya, jadi pembeliya datang
langsung ke bank sampah buat ngambil maggot
sendiri.” (Wawancara Pak Maulana, 7 Maret
2023)
Hasil panen maggot yang didapatkan warga akan
dikumpulkan di bank sampah dan produsen akan
mengambil langsung di bank sampah. Harga yang di
tawarkan mencapai Rp.50.000 - Rp.60.000 per
kilonya, tergantung dari ukuran dan kualitas maggot

79
itu sendiri. Tetapi bank sampah juga menjual bibit
maggot guna dibudidayakan kembali oleh warga
dengan harga murah, hanya 7000 sampai dengan
10000 perkilo

“…Hasil pada saat panen maggot itu lumayan


banget karena dari modalnya sudah tergolong
sangat murah, hanya 7000 sampai 10.000
perkilo dan kalau dijual pada usia maggot yang
pas dan kondisinya juga bagus itu bisa ditawar
50.000 sampai 60.000 per kilo, jadi ya untung
banget sebenernya karena kan perawatannya
juga cukup mudah dan pakannya juga gratis,
jadi kita cuma ngeluarin modal sama ngerawat
aja.” (Wawancara Pak Joko, 7 Maret 2023)
3. Bina Lingkungan

Bina lingkungan, dalam hal ini hasil yang di dapat


ialah masyarakat mulai sadar akan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka terutama
dari sampah organik yang dapat menimbulkan bau
yang tidak sedap dan menjadi sarang penyakit bagi
warga sehingga membutuhkan penanganan khusus
dalam mengolahnya. Disatu sisi warga juga tersadar
akan pengetahuan baru bahwa sampah organik yang
sehari-hari mereka buang dapat menjadi hal yang
bernilai dengan cara memanfaatkan maggot sebagai
pemakan sampah organik mereka. Budidaya maggot
saat ini berperan penting bagi lingkungan terutama dari
sampah organik, karena maggot memakan sampah

80
organik cukup banyak, 1 kg maggot diperkirakan dapat
memakan 2-5 kg sampah organik perharinya seperti
yang dikatakan Pak Maulana selaku ketua RT dan bu
Suryani selaku pembudidaya maggot:
“…Sekarang warga jadi lebih perhatian sama
lingkungan sekitar, ya karena kita jadi lebih
ngerti kalo sampah sebagian besarnya bisa kita
manfaatin, kalo budidaya maggot itu juga buat
kegiatan masyarakat, kalo dilingkungan sini kan
rata-rata usianya sudah tua ya, kebanyakan ya
orang-orang pensiunan, jadi dengan adanya
budidaya maggot ya menambah kegiatan juga
buat warga sekitar, apalagi kalo lagi kumpul di
bank sampah, jadi makin berasa
kekeluargaannya.” (Wawancara Pak
Maulana,23 Desember 2022)
Begitu juga dengan yang dikatakan Bu Suryani
selaku peserta budidaya maggot.

“…Maggot itu makannya lumayan banyak mas,


kira-kira maggot saya itu ada sekilo lah, itu bisa
makan 2-5 kg sampah makanan tiap harinya,
malah kadang saya kurang gitu sampahnya buat
ngasih makan ke maggotnya, jadi saya suka
dibantu juga sama sampah tetangga, nah dari
situ juga warga banyak yang baru tertarik buat
ikutan budidaya, soalnya lumayan banget
harganya. Harga maggot yang udah siap panen
tu bisa sampe 50 ribu sekilo mas.” (Wawancara
Ibu Suryani, 7 Maret 2023)
Program-program yang berjalan di lingkungan bank
sampah seperti bakti sosial, penanaman tanaman buah,
serta budidaya maggot sangat berdampak pada

81
terciptanya lingkungan sehat, seperti yang peneliti
dapat pada hasil observasi di komplek Angkasa Pura
dimana lingkungan sangat bersih dari sampah terutama
pada bank sampah yang pada hakikatnya adalah
tempat dikumpulkannya sampah-sampah namun
kondisinya sangat bersih dan tidak menimbulkan bau
yang mengganggu karena masyarakat berhasil
mengolah sampah organik menjadi hal yang bernilai
manfaat. Dalam pengembangannya, Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri juga sedang mencoba
pengolahan maggot ke level yang lebih bermanfaat
lagi yaitu sebagai pupuk organik bagi tanaman dimana
hal ini akan sangat berdampak pada lingkungan
dengan menciptakan pupuk yang alami.

4. Bina Kelembagaan
Bina Kelembagaan, dalam hal ini Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri terus menjalankan program
budidaya maggot dengan memberikan hak penuh pada
masyarakat untuk mengelola dan mengembangkan
budidayanya sendiri, program ini dimulai pada tahun
2019 dengan dibantu lembaga Sehati dan terus berjalan
hingga sekarang, program budidaya maggot ini
berdampak kemajuan yang pesat bagi bank sampah itu
sendiri, dimana bank sampah dapat menerima sampah
yang lebih beragam yang tentu saja hal ini akan

82
meningkatkan kualitas bank sampah dan kepercayaan
masyarakat pada bank sampah, budidaya maggot juga
memberikan keuntungan lebih bagi lembaga, dimana
seringkali budidaya maggot yang sudah mulai dikenal
banyak orang membuat masyarakat luar tertarik pada
budidaya maggot sehingga mereka belajar dan
membeli bibit maggot di Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri. Seperti yang disampaikan bu Esti bahwa:
“…Bank sampah ini sudah banyak berhasil
bekerja sama dengan pihak luar seperti
Pegadaian yang membantu masyarakat
menabung sampah menjadi emas dan Program
budidaya maggot ini juga dibantu lembaga
Sehati, kita melihat apa saja masalah yang ada
pada lingkungan sekitar dan apa solusi serta
program yang cocok untuk diterapkan di bank
sampah, Program budidaya maggot berhasil
menjadi solusi untuk masalah itu sekaligus
membantu nama bank sampah ini lebih dikenal
luas karena ngga cuma nerima sampah plastik
saja, tapi sampah organik juga, juga menambah
keuntungan dari penjualan bibit maggot.”
(Wawancara Ibu Esti, 10 Januari 2023)
Program-program yang dijalankan Bank Sampah
memberikan dampak yang positif bagi bank sampah
dan masyarakat, Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
dikenal sebagai bank sampah yang mampu mengelola
sampah organik menjadi hal yang bermanfaat
sekaligus memberikan dampak nyata bagi masyarakat
dengan menjadi mitra usaha budidaya maggot, dimana

83
ini adalah bentuk nyata dari sebuah pemberdayaan
yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat

C. Faktor Pendukung dan Penghambat program


budidaya maggot
Pemberdayaan masyarakat dalam program
budidaya maggot ini tentu dapat berhasil dengan bantuan
faktor-faktor yang mendukung sehingga program ini
dapat berjalan lancar dan sukses, serta tak luput dari
adanya faktor penghambat. Faktor ini lah yang ditemukan
dalam hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen.
Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Faktor Pendukung

Selama kegiatan program budidaya maggot ini


dilakukan ada beberapa faktor pendukung yang
membantu lancar dan suksesnya budidaya maggot yang
berasal dari dalam atau diluar bank sampah. Faktor
pendukung yang utama dalam membantu program ini
adalah antusias warga dalam proses pemberdayaan,
dimulai dari sosisalisasi, peningkatan kapasitas, dan
pemandirian. Faktor pendukung yang dirasakan juga
berasal dari pihak luar yaitu lembaga Sehati yang
membantu mengidentifikasi masalah yang ada pada
lingkungan serta memberikan ide untuk solusi dari
permasalahan yang ada, dan juga dari pihak pejabat

84
setempat yang mendukung terlaksananya program
dengan bantuan moril dan materil seperti yang dikatakan
bu Esti selaku ketua Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
yang mengatakan:

“…Awalnya program ini dibantu oleh lembaga


Sehati yang membantu melihat apa saja masalah yang
ada dilingkungan dan di bank sampah terutama dalam
hal pengolahan sampah, lalu kita berbincang tentang apa
yang bisa kita lakukan sebagai solusi dari permasalahan
tersebut, lalu kita mengadakan program budidaya
maggot yang diawali dengan mensosialisasikan kepada
masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan
serta pemanfaatan sampah organik sebagai pakan
maggot yang bernilai ekonomis, alhamdulillah sangat
kami syukuri program ini mengundang antusias warga
yang sangat baik, karena buat apa program bagus kalo
warganya gamau kan, ternyata banyak warga yang mau
ikut gabung di program ini dan juga mendapat dukungan
dari pejabat setempat dalam program budidaya maggot
ini.” (Wawancara Ibu Esti, 10 Januari 2023)

85
Gambar 4.8
Kerjasama Bank Sampah

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022

Pihak bank sampah mengawali program budidaya


maggot dengan banyak dukungan dari berbagai pihak,
dari lembaga sehati yang membantu melihat peluang
sebagai solusi dari masalah pengelolaan sampah organik,
dari pejabat setempat yang mendukung bank sampah
secara materil dan moril, dan yang menjadi faktor utama
dalam keberhasilan program ini ialah antusias dari
masyarakat yang mau bekerja bersama-sama sesuai
dengan arahan demi mewujudkan lingkungan yang bersih
dan sehat

2. Faktor Penghambat

Dalam program budidaya maggot ini juga terdapat


beberapa faktor yang menghambat terlaksananya

86
program budidaya ini serta menghambat berkembangnya
program ini diantaranya adalah lahan, sebagaimana
program pemberdayaan masyarakat dilakukan, budidaya
maggot ini mempunyai lokasi di rumah warga itu sendiri,
namun melihat kondisi yang ada adalah tidak semua
rumah warga dapat menjadi lahan budidaya maggot,
sebagai solusinya ialah dengan memanfaatkan lahan bank
sampah sebagai tempat budidaya maggot yang diberi
sekat sebagai pemisah maggot yang dimiliki masing-
masing warga yang ikut dalam program ini seperti yang
dikatakan pak Joko:

“…Sebenernya program budidaya maggot ini kan


berkonsep pemberdayaan masyarakat, seharusnya
budidaya ini ada dilahan warga masing-masing, tapi
kenyataannya tidak semua rumah warga cocok untuk
tempat budidaya maggot, jadi solusinya ya kita bikin
tempat budidaya maggotnya di lahan bank sampah, lalu
kita beri sekat biar maggot satu warga terpisah dengan
warga yang lain.” (Wawancara pak Joko, 7 Maret 2023)
Lokasi atau tempat berjalannya budidaya maggot
masih menjadi kendala yang utama, karena sejak awal
program ini dibuat hanya memanfaatkan sisa lahan yang
ada. Selain dari kendala tempat yang belum mendukung
untuk warga melakukan budidaya maggot di halaman
rumah masing-masing, terdapat juga kendala yang
dialami pembudidaya, yaitu perihal pakan maggot itu
sendiri, 1 kilogram maggot mampu memakan sebanyak 2

87
hingga 3 kilogram sampah organik, akibatnya ialah
kebutuhan sampah organik meningkat, sehingga warga
seringkali kekurangan sampah organik, dan dampak yang
terjadi ialah warga tidak dapat budidaya maggot dengan
jumlah yang banyak, seperti yang dikatakan pak Joko

“…banyak juga warga yang minta sampah organik


ke kita, katanya sampah dirumahnya kurang buat ngasih
ke maggot, tapi ya kita juga ga banyak kan sampah
organiknya, jadi maggot yang udah dewasa aga
dikurangin pakannya, paling sehari sekali.” (Wawancara
pak Joko, 7 Maret 2023)

Budidaya maggot menjadi pengurai sampah


organik utama di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri,
namun maggot ialah hewan yang sangat banyak
membutuhkan pakan sehingga jika hal ini tidak dipenuhi
oleh bank sampah akan mempengaruhi hasil dari
budidaya maggot itu sendiri, pihak bank sampah
melakukan berbagai macam hal untuk menangani
masalah ini dengan cara mengurangi pakan agar
pertumbuhan maggot merata dan juga mencakup
jangkauan yang lebih luas dalam mengumpulkan sampah
organik yang ada di daerah Kemayoran.

88
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah memaparkan data dan hasil temuan dengan metode
wawancara dan dokumentasi, maka pada bab kali ini akan
dipaparkan mengenai alanisis dari data dan hasil temuan tersebut
dengan teori yang telah dipaparkan di bab II yang menjadi alat
untuk menganalisisnya. Peneliti menganalisis proses dan hasil
serta faktor pendukung dan penghambat dari progam
pemberdayaan masyarakat melalui budidaya maggot di Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri, Kemayoran, Jakarta Pusat.

A. Proses pemberdayaan masyarakat melalui budidaya


Maggot
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses partisipatif
yang berarti memberikan kepercayaan dan kesempatan bersama
untuk mengkaji permasalahan utama terhadap pembangunan
masyarakat dan upayanya untuk mengatasi permasalahan
adalah dengan merancang kembali kegiatan-kegiatan. Menurut
Shardlow yang dikutip oleh Adi dimana pemberdayaan pada
garis besarnya adalah membahas bagaimana individu,
kelompok ataupun komunitas dapat berusaha dalam
mengontrol kehidupannya sendiri dan berupaya membentuk
masa depan sesuai dengan keinginannya (Adi 2009).
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang
berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih
ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya

89
terpaku pada satu program saja. Data dan hasil temuan proses
pemberdayaan masyarakat melalui budidaya maggot sesuai
dengan apa yang dipaparkan Wrihatnolo dan Dwijowijoto
(2007) mengenai tahapan proses pemberdayaan sebagai
berikut:
1. Tahap Penyadaran
Pada tahap ini Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
mengundang masyarakat komplek Angkasa Pura untuk
hadir di bank sampah dalam rangka sosialisasi program
budidaya maggot. Bank sampah melakukan sosialisasi
dibantu dengan lembaga Sehati memberikan pemahaman
atau pengertian kepada masyarakat, Sosialisasi ini
bertujuan agar masyarakat paham akan peran dan fungsi
dari Maggot sebagai solusi memanfaatkan sampah organik
yang dapat membantu mengurangi sampah busuk dan juga
meningkatkan pendapatan keluarga.
Sosialisasi ini dimulai dari pengenalan apa itu
maggot, bagaimana proses budayanya, hingga apa saja
keuntungan dan manfaat dari budidaya maggot, serta
pemilihan lahan yang tepat, cara merawat maggot agar
tidak mudah mati dan bagaimana pemanfaatannya. Dari
hasil sosialisasi tersebut, masyarakat jadi paham akan
pentingnya menjaga lingkungan dengan memenfaatkan
sampah organik dengan baik serta sebagai pemasukan
tambahan keluarga. Dengan menyesuaikan lahan yang ada,

90
hasilnya ada 15 orang yang ikut serta dalam program
budidaya maggot dengan memanfaatkan sampah organik
sebagai pakan maggot yang memiliki daya jual untuk
menambah pendapatan keluarga.
2. Tahap Peningkatan Kapasitas
Tahapan ini merupakan tahapan setelah tahap
penyadaran tercapai. Tahapan ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat, sehingga mereka bisa
terampil dalam mengelola peluang yang dihadapi. Tahapan
ini dilakukan dengam pemberian pelatihan, lokakarya, atau
kegiatan sejenis guna peningkatan skill di masyarakat.
Peningkatan kapasitas ini merupakan suatu kegiatan yang
memfasilitasi masyarakat melalui peningkatan
pemahaman, kemampuan, dan keterampilan agar
masyarakat dapat memecahkan bermacam masalah yang
dihadapi (Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007) dalam Umah
(2019).

91
Gambar 5.1
Lalat BSF

Sumber: Dokumentasi peneliti, 2022

Pada tahapan ini Bank Sampah Hijau Selaras


Mandiri memberikan perkenalan tentang maggot dan
budidaya maggot, diawali dengan pengenalan maggot,
seperti apa hidupnya hingga apa saja makanannya,
masyarakat juga diberikan pemahaman tentang bagaimana
membudidayakan maggot agar dapat tumbuh secara baik
dan sesuai dengan kebutuhan pasar, pihak bank sampah
juga memberikan bibit maggot sebagai modal dari
budidaya maggot, selain itu masyarakat juga diajarkan
tentang pembuatan kandang yang ideal bagi maggot dan
merawat bibit maggot dari usia baby hingga siap panen.
Dalam jurnal yang dipaparkan Amira Amandanisa
(2020) disebutkan bahwa tahapan penting pada saat
pemberian edukasi dalam budidaya maggot ialah

92
memberikan contoh langsung kepada masyarakat
bagaimana cara membuat kandang yang nyaman bagi lalat
BSF dan maggotnya, lalu memilah pakan yang baik dan
benar, hingga pada tahap pemanfaatannya. Seperti halnya
yang dilakukan Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri dalam
memberikan edukasi kepada masyarakat dengan cara
memilah pakan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan maggot, lalu bersama-sama membuat kandang
maggot yang berpusat di bank sampah dan diterapkan
dirumah masing-masing, hingga tahap pemanfaatannya
dengan cara dijual ke penjual pakan hewan ataupun
dimanfaatkan sendiri sebagai pakan ikan.
3. Tahap Pemandirian
Tahap pendayaan merupakan tahap pemberian
kesempatan, kekuasaan dan peluang sesuai dengan
kemampuan yang masyarakat miliki. Pada akhirnya
masyarakat diharapkan dapat menjalankannya untuk
menciptakan sebuah kemandirian dan perubahan dalam
kehidupan mereka Wrihatnolo dan Dwijowijoto (2007)
dalam Umah (2019).
Pada skripsi yang dipaparkan oleh Alfathurrohman
(2021) disebutkan bahwa tahapan pemandirian atau
pendayaan adalah hal yang penting untuk dilakukan
sebagai bukti bahwa program ini sukses atau tidaknya,
selain itu tahapan ini penting dilakukan sebagai langkah

93
mandiri bagi masyarakat dalam menjalankan budidaya
maggot sendiri sesuai dengan yang diajarkan. Seperti
halnya yang dilakukan Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri, pihak bank sampah memberikan kesempatan atau
otoritas untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang telah mereka miliki, dan mulai
menciptakan kemandirian dari mulai perawatan bibit,
pembesaran, perawatan hingga pada tahap penjualan yang
dilakukan sesuai dengan yang diajarkan bank sampah.
Masyarakat yang berhasil melakukan budidaya dalam skala
besar juga diperbolehkan untuk mencari atau menciptakan
pasarnya sendiri dalam menjual maggot.

Gambar 5.2
Pelatihan Budidaya maggot

Sumber: Dokumentasi narasumber, 2022

Pihak bank sampah dalam tahapan pemandirian ini


juga sangat terbuka dengan keluhan yang diterima

94
masyarakat. Masyarakat seringkali mendatangi bank
sampah untuk mencari solusi atas masalah yang dialami
saat membudidayakan maggot, mulai dari perawatan baby
maggot yang rentan mati, hingga pada pakan yang kurang,
selain itu juga pihak bank sampah melakukan monitoring
ke rumah-rumah warga ataupun budidaya yang dilakukan
di bank sampah untuk memantau budidaya yang
dijalankan, sehingga bank sampah bersama-sama dengan
masyarakat mensukeskan budidaya maggot demi
mewujudkan lingkungan yang bersih dan menambah
pendapatan masyarakat.
B. Analisis Hasil Pemberdayaan Masayarakat Melalui
Program Budidaya Maggot
Menurut Suharto (2005) keberhasilan sebuah
pemberdayaan dilihat dari kemampuan ekonomi, akses
kesejahteraan, dan kemampuan kultur serta politis. Sedangkan
menurut Mardikanto dan Soebianto (2013) yang
mengungkapkan teori tentang lingkup materi dan kegiatan
pemberdayaan yang terdiri dari bina manusia, bina usaha, bina
lingkungan, serta bina kelembagaan. Pada setiap bina, baik itu
bina manusia, usaha, lingkungan, maupun kelembagaan
mengandung indikator keberhasilan pemberdayaan. Poin-poin
indikator di setiap bina inilah yang dijadikan acuan analisis
untuk didiskusikan dengan temuan lapangan. Mengacu pada
teori tersebut diharapkan dapat menjawab dari Hasil

95
pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya maggot
di lingkungan Kebon Kosong, Kemayoran.
1. Bina Manusia
Bina manusia merupakan hal pertama dan utama
yang diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat,
karena pemberdayaan dilandasi oleh pemahaman bahwa
tujuan pembangunan adalan untuk perbaikan dan
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan manusia
(Mardikanto dan Soebianto 2013).
Seperti yang ditulis oleh Asyiroh (2017) tujuan
utama bina manusia adalah keberdayaan yaitu
kemampuan dan posisi tawar, kemampuan yang
dimaksud ialah masyarakat mampu mengenal masalah
yang ada pada lingkungannya serta dapat mengelola
sendiri program yang tepat dalam menangani masalah
yang ada dan posisi tawar yang dimaksud adalah nilai
dari kemampuan teknik yang dilakukan serta kualitas
yang dihasilkan oleh masyarakat seperti yang dilakukan
Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri memberikan
sosialisasi dengan baik sehingga masyarakat paham
dengan kondisi yang terjadi dan solusi apa yang baik,
serta masyarakat cukup antusias dengan program
budidaya maggot, mulai dari mengikuti pelatihan yang
disampaikan pihak bank sampah, lalu pembuatan
kandang yang baik untuk budidaya maggot, lalu

96
merawat baby maggot serta merawat kandang maggot
hingga pada tahap memanen maggot dengan cara
menyortir dan menjual ke pedagang pakan hewan.

Gambar 5.3
Pelatihan Budidaya Maggot

Sumber: Dokumentasi narasumber, 2022

Salah satu faktor penyebabnya masyarakat antusias


dalam program budidaya maggot adalah masyarakat
menilai budidaya ini menambah kegiatan yang
bermanfaat dalam keseharian warga, masyarakat di
lingkungan bank sampah rata-rata ialah yang berusia
lanjut jadi program budidaya maggot adalah kegiatan
yang diminati masyarakat dengan melihat sebagai
kegiatan yang bernilai ekonomis dan mudah dilakukan.
Hasil bina manusia yang dilakukan bank sampah
hijau selaras mandiri dilingkungan komplek Angkasa
Pura ialah memberikan kegiatan yang positif dan

97
bernilai ekonomis terhadap masyarakat usia lanjut serta
memberikan pemahaman lebih terhadap lingkungan
sekitar sehingga masyarakat lebih peka dalam menjaga
lingkungan.
2. Bina Usaha
Bina Usaha menjadi suatu upaya penting dalam
setiap pemberdayaan, karena ketika melakukan Bina
Manusia tanpa memberikan dampak dan manfaat
terhadap perbaikan kesejahteraan maka tidak akan laku
dan tidak menimbulkan partisipasi masyarakat,
begitupun sebaliknya (Mardikanto & Soebianto, 2013).
Pada Jurnal yang ditulis oleh Algifari (2017)
bahwa bina usaha adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh pemerintah atau lembaga disertai partisipasi aktif
masyarakat untuk menunjang sarana dan prasarana yang
menunjang peningkatan usaha masyarakat dalam
lingkungan yang sudah terbina seperti usaha yang
dijalankan perseorangan, rumah tangga atau badan
usaha kecil seperti masyarakat yang terlibat pada
program budidaya maggot bimbingan Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri menjadikan maggot sebagai
pakan yang memiliki nilai ekonomi. Pada saat panen
hasil yang diperoleh pun sudah tau akan didistribusikan
kemana. Hasil tersebut didistribusikan ke pedagang
pakan ternak seperti pakan burung, ayam, dan ikan.

98
Usaha ini memang belum sebesar peternakan yang
memiliki pasar sendiri di masyarakat, namun dengan
sistem yang sangat baik ini dimana modal dari maggot
tergolong murah serta perawatan yang cukup simpel
bahkan dengan pakan yang gratis dari sampah akan
sangat berpotensi menjadi lahan usaha yang
menjanjikan sekaligus menjadi solusi bagaimana
pengelolaan sampah organik. Hasil panen maggot yang
didapatkan warga akan dikumpulkan di bank sampah
dan produsen akan mengambil langsung di bank
sampah. Harga yang di tawarkan mencapai Rp.50.000 -
Rp.60.000 per kg nya, tergantung dari ukuran dan
kualitas maggot itu sendiri.

Gambar 5.4
Maggot siap jual

Sumber: Dokumentasi narasumber, 2022

99
Hasil dari bina usaha yang dilakukan bank sampah
terhadap masyarakat yang terlibat dengan program
budidaya maggot ialah menambah kegiatan masyarakat
yang bernilai ekonomis sehingga menjadi pemasukan
tambahan keluarga.
3. Bina Lingkungan
Bina Lingkungan merupakan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan dengan menerapkan
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan
(Mardikanto dan Soebianto, 2013). Dimana diharapkan
dalam praktek pemberdayaan terjadi peningakatan
kepedulian terhadap lingkungan yang dilakukan oleh
pemberdaya maupun penerima manfaat. Hal ini
disebabkan oleh semenjak tahun 1970-an pembangunan
yang dilakukan di Indonesia telah membawa dampak
negatif sebagai perusak hutan terbesar, pencemaran
lingkungan dengan limbah, serta perusak lahan dari
akibat kegiatan pertambangan (Mardikanto dan
Soebianto, 2013).
Masyarakat mulai sadar akan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka terutama
dari sampah organik yang dapat menimbulkan bau yang
tidak sedap dan menjadi sarang penyakit bagi warga
sehingga membutuhkan penanganan khusus dalam
mengolahnya. Disatu sisi warga juga tersadar akan

100
pengetahuan baru bahwa sampah organik yang sehari-
hari mereka buang dapat menjadi hal yang bernilai
dengan cara memanfaatkan maggot sebagai pemakan
sampah organik mereka. Budidaya maggot saat ini
berperan penting bagi lingkungan terutama dari sampah
organik, karena maggot memakan sampah organik
cukup banyak, 1 kg maggot diperkirakan dapat
memakan 2 sampai 5 kg sampah organik perharinya.
Hasil bina lingkungan yang dilakukan bank sampah
bersama dengan masyarakat adalah menciptakan
program yang dapat menjadi solusi dari pengelolaan
sampah organik, yaitu dengan berbudidaya maggot yang
memanfaatkan sampah organik sebagai pakan utama
sehingga masyarakat lebih peduli dengan lingkungan
sekitar terlebih masyarakat menilai sampah organik
sebagai sesuatu yang dapat memberikan keuntungan
lebih.
4. Bina Kelembagaan
Bina kelembagaan merupakan kolaborasi ketiga
bina sebelumnya yang berhasil dilakukan sehingga
mengindikasikan keberhasilan suatu lembaga dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat melalui bina manusia, usaha dan lingkungan
mensyaratkan bahwa tersedianya kelembagaan yang
berfungsi dengan efektif. Untuk itu bina kelembagaan

101
tidak cukup dengan pembentukan lembagalembaga
yang diperlukan, tetapi yang lebih penting adalah
seberapa besar dan jauh suatu lembaga yang telah
dibentuk berfungsi dengan efektif (Mardikanto dan
Soebianto, 2013).
Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri terus
menjalankan program budidaya maggot dengan
memberikan hak penuh pada masyarakat untuk
mengelola dan mengembangkan budidayanya sendiri,
Program ini dimulai pada tahun 2019 dengan dibantu
lembaga Sehati dan terus berjalan hingga sekarang,
program budidaya maggot ini berdampak kemajuan
yang pesat bagi bank sampah itu sendiri, dimana bank
sampah dapat menerima sampah yang lebih beragam
yang tentu saja hal ini akan meningkatkan kualitas bank
sampah dan kepercayaan masyarakat pada bank sampah,
budidaya maggot juga memberikan keuntungan lebih
bagi lembaga, dimana seringkali budidaya maggot yang
sudah mulai dikenal banyak orang membuat masyarakat
luar tertarik pada budidaya maggot sehingga mereka
belajar dan membeli bibit maggot di Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri.
Hasil Bina Kelembagaan yang dilakukan bank
sampah ialah meningkatkan kualitas bank sampah
dengan bertambahnya program baru yang dapat

102
menambah jenis sampah yang dapat dikelola sehingga
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank
sampah serta meningkatkan kredibilitas bagi Bank

103
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pemberdayaan program budidaya maggot di Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri dapat diketahui melalui
teori proses pemberdayaan menurut Wrihatnolo dan
Dwijowijoto, sebagai berikut:
a. Tahap Penyadaran, dalam tahap ini sosialisasi
menjadi cara dalam bentuk penyadarannya.
Sosialisasi ini dilakukan kesuluruh warga Komplek
Angkasa Pura Kelurahan Kebon Kosong,
Kemayoran, Jakarta Pusat. Sosialisasi ini bertujuan
agar masyarakat paham akan peran dan fungsi dari
budidaya maggot dalam menjaga lingkungan dan
menambah pendapatan keluarga.
b. Tahap Pengkapasitasan, dalam tahap
pengkapasitasan ini, pihak bank sampah didukung
oleh lembaga Sehati dan pejabat setempat untuk
melakukan pelatihan sebagai bentuk
perwujudannya. Pelatihan ini berupa belajar
sekaligus praktek langsung bagaimana cara
membudidayakan maggot mulai dari membuat
kandang yang baik, merawat lalat bsf, mearawat

104
baby maggot hingga memasarkan maggot itu
sendiri.
c. Tahap Pendayaan, dalam tahap pendayaan warga
yang ikut terlibat dalam program pelatihan
diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan
pelatihan yang sudah diberikan oleh bank sampah.
Mereka diberi kebebasan untuk melakukan
pembudidayaan dan pemasaran sesuai dengan yang
telah diajarkan.
2. Hasil dari Proses pemberdayaan program budidaya maggot
di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri Kelurahan Kebon
Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat dapat diketahui melalui
teori proses pemberdayaan menurut Menurut Mardikanto
dan Soebianto, sebagai berikut:
a. Bina Manusia, dalam bina manusia dapat terlihat
hasil pemberdayaannya, sejak tahap pendayaan
dilakukan terlihat jelas perkembangan yang terjadi
pada masyarakat, mereka mampu mengelola
budidaya maggotnya sendiri mulai dari merawat
hingga memasarkan maggot. Terlihat juga kualitas
maggot yang dihasilkan semakin baik sehingga
mudah mendapatkan pelanggan sehingga
pendapatan yang didapatkan terbilang cukup
sebagai penambah pendapatan pokok.

105
b. Bina Usaha, keberhasilan bina manusia sangat
berpengaruh terhadap hasil bina usaha. Warga yang
berhasil memproduksi maggot dengan kualitas baik
sudah merasakan hasilnya, mereka mampu
menciptakan pasar sendiri dan mendapat
keuntungan lebih. Tidak hanya menjual maggot
dalam kondisi yang dibutuhkan pakan ternak saja,
warga juga menjual maggot dalam ukuran baby
maggot ke warga yang ingin membudidayakan
maggot, bahkan ada warga yang saat ini sedang
mengembangkan maggotnya sebagai pupuk
tanaman.
c. Bina Lingkungan, dalam bina lingkungan hasil
yang di dapat ialah masyarakat sadar akan
pentingnya menjaga keindahan dan kebersihan
lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka
bersama-sama menjaga lingkungan mereka dari
sampah yang menyebabkan bau tidak sedap dan
menyebarkan penyakit dengan cara memanfaatkan
sampah organik sebagai pakan maggot, sehingga
yang terjadi adalah berkurangnya sampah sisa
makanan dan minuman yang ada dilingkungan
mereka sehingga lingkungan menjadi bersih dan
sehat

106
d. Bina Kelembagaan, bina kelembagaan merupakan
kolaborasi keberhasilan ketiga bina sebelumnya
yang menyaratkan sebuah kelembagaan yang ideal
dan efektif. Dimana secara umum Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri sudah berhasil dalam
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Kendati demikian semua bina sudah diajarkan dan
dipraktekkan serta juga sudah memperlihatkan
hasil yang signifikan kepada masyarakat.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor Pendukung, selama kegiatan program
budidaya maggot ini dilakukan ada beberapa faktor
pendukung yang membantu lancar dan suksesnya
budidaya maggot yang berasal dari dalam atau
diluar bank sampah. Faktor pendukung yang utama
dalam membantu program ini adalah antusias
warga dalam proses pemberdayaan, dimulai dari
sosisalisasi, peningkatan kapasitas, dan
pemandirian. Faktor pendukung yang dirasakan
juga berasal dari pihak luar yaitu lembaga Sehati
yang membantu mengidentifikasi masalah yang ada
pada lingkungan serta memberikan ide untuk solusi
dari permasalahan yang ada, dan juga dari pihak
pejabat setempat yang mendukung terlaksananya
program dengan bantuan moril dan materil

107
b. Faktor Penghambat, dalam program budidaya
maggot ini juga terdapat beberapa faktor yang
menghambat terlaksananya program budidaya ini
serta menghambat berkembangnya program ini
diantaranya adalah lahan, sebagaimana program
pemberdayaan masyarakat dilakukan, budidaya
maggot ini mempunyai lokasi di rumah warga itu
sendiri, namun melihat kondisi yang ada tidak
semua rumah warga dapat menjadi lahan budidaya
maggot, sebagai solusinya ialah dengan
memanfaatkan lahan bank sampah sebagai tempat
budidaya maggot yang diberi sekat sebagai pemisah
maggot yang dimiliki masing-masing warga yang
ikut dalam program ini.
Selain dari kendala tempat yang belum mendukung,
terdapat juga kendala yang dialami pembudidaya,
yaitu perihal pakan maggot itu sendiri, 1 kilogram
maggot mampu memakan sebanyak 2 hingga 3
kilogram sampah organik, akibatnya ialah
kebutuhan sampah organik meningkat, sehingga
warga seringkali kekurangan sampah organik, dan
dampak yang terjadi ialah warga tidak dapat
budidaya maggot dengan jumlah yang banyak.

108
B. Saran
Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat
dikemukakan saran sebagai berikut diantaranya:

1. Dalam proses pemberdayaan yang mana diketahui


beberapa anggota kesulitan mengikuti pelatihan karena
kurangnya lahan sehingga masyarakat harus berbagi
tempat dengan anggota yang lain
2. Sebagai salah satu sarana aktif yang cukup digemari
oleh masyarakat yang didominasi usia lanjut seharusnya
lebih banyak pertemuan mengenai budidaya agar
pengetahuan pembudidaya lebih luas dan lebih kreatif
dalam pemanfaatan maggot.

109
DAFTAR PUSTAKA
Mardikanto. Totok., d. (2013). Pemberdayaan Masyarakat: dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.


Bandung: Tarsito Owin.

Subekti, Priyo. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis


Lingkungan Hidup Di Desa Margalaksana Kabupaten
Bandung Barat. Jurnal Kawistara 8 (2): 148.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods).


Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan


Rakyat. Bandung: PT Refika Aditama.

Shaid, D. L. (2022). Sampah di Jakarta Tahun 2021. Lingkungan


Hidup, statistik.jakarta.go.id.

Alfaturrohman (2021). Pemberdayaan masyarakat melalui


penanganan sampah dan budidaya maggot. Repository
UIN SMH Banten

110
Piyantina Rukmini (2019) Pengolahan Sampah Organik Untuk
Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF). Jurnal Jakarta

Amira Amandanisa (2020) Kajian Nutrisi dan Budidaya Maggot


Sebagai alternatif pakan ikan di Desa Purwasari,
Dramaga. Bogor

Soetomo. (2006). Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat.


Yogyakarta

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rosni. (2017). Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat


Nelayan di Desa Dahari Selebar Kec. Talawi Kab.
Batubara. ISSN: 2549-7075.

Rozak, A. (2014). Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan


(WPL) dalam Pemberdayaan Perekonomian Nasabah.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Muhtadi (2017). Pendampingan Bank Sampah Melati Bersih


Berbasis Pemberdayaan Bagi Masyarakat Urban.
Tangerang Selatan

Amira Amandanisa dan Prayoga Suryadarma (2020) Kajian


Nutrisi dan Budidaya Maggot Sebagai alternatif pakan
ikan. Kabupaten Bogor.

111
Hermansah T (2019) Memberdayakan masyarakat dengan
mengaplikasikan pendekatan transformasi komunitas
institusional, Tangerang Selatan. Media kalam

Iryana, Risky Kawasati. 1990. Teknik Pengumpulan Data. 4 (1):


56–79.

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2015. Sosiologi Perkotaan:


Memahami Masyarakat Kota Dan Problematikanya.
Bandung: Pustaka Setia.

Julika, Septaning Rena, and Puspaningrum Irawati. 2016.


Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat Dalam
Mendorong Pembangunan Desa. 11 No 2

112
Lampiran

Catatan Observasi

No Tanggal Tempat

1. 7 September 2022 Kantor Kelurahan Kebon Kosong

Peneliti datang ke kantor Kelurahan Kebon Kosong. Kedatangan peneliti


bertujuan untuk meminta izin untuk melakukan penelitian di wilayah Kebon
Kosong. Selain meminta izin, peneliti menanyakan kondisi di wilayah kebon
kosong secara keseluruhan dan meminta data kependudukan.

2. 9 Oktober 2022 Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri

Peneliti datang ke Bank Sampah bertemu dengan Bu Suryani bermaksud


meminta izin untuk melakukan penelitian di Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri, Bu Suryani meminta peneliti untuk izin terlebih dahulu kepada Bu
Esti dan Pak Rt Maulana

3. 10 Oktober 2022 Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri

Peneliti mendatangi Bank Sampah kembali untuk bertemu Bu Esti selaku ketua
Bank Sampah. Sesampainya disana peneliti berbicara tentang apa keperluan
dalam penelitian dan disambut baik oleh Bu Esti sekaligus dikenalkan apa saja
program dan fasilitas yang ada di Bank Sampah

113
.Setelah berbincang lama di kantor Bank Sampah, peneliti diajak berkeliling
untuk melihat kegiatan yang sedang dijalankan Bank Sampah sore itu seperti
menyiram tanaman buah dalam pot (Tabulampot), Tanaman Hidroponik, dan
memberi pakan ikan yang mana pakannya dibuat sendiri dengan memanfaatkan
budidaya maggot. Setelah itu peneliti diberi nomor telepon Bapak Maulana
selaku Rt setempat untuk minta izin penelitian sekaligus wawancara mengenai
lingkungan via Whatsapp.
4. 23 Desember 2022 Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri

Kembali ke Bank Sampah dengan mengikuti program pelatihan budidaya


maggot yang dipimpin oleh pihak Bank Sampah sekaligus melakukan
wawancara dan dokumentasi kepada Bapak Joko selaku ketua pelaksana
program Bank Sampah, Bu Esti selaku pimpinan Bank Sampah, Bu Yanti dan
Bu Suryani sebagai anggota yang menjalankan program budidaya maggot.
5. 7 Maret 2023 Rumah Bu Yanti dan Bu Suryani

Setelah membuat janji dengan Bu Esti dan Pak Joko, kami sepakat untuk
bertemu dirumah warga yang menjalankan program budidaya maggot karena
kebetulan Bu Esti sedang melakukan Observasi dan pengecekan budidaya
maggot dirumah warga. Dirumah Bu Yanti kami juga bertemu dengan Bapak
Maulana, disana kami ngobrol bersama mengenai Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri dan program budidaya maggot.
6. 20 Maret 2023 Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri

114
Pada hari berikutnya peneliti mendatangi Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
untuk melihat hasil yang diperoleh dari budidaya maggot, masyarakat kumpul
di bank sampah untuk menyetor Maggotnya yang siap untuk dijual, lalu pihak
bank sampah dibantu pedagang pakan hewan yang akan membeli
mengumpulkan maggot dengan menyortir ukuran, setelah itu dihitung berapa
jumlahnya yang masyarakat hasilkan dan memberi uangnya langsung.

115
PEDOMAN WAWANCARA

a. Pengurus Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri


Nama : Ibu Esti & Bapak Joko Ari
1. Bagaimana awal berdirinya Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri?
2. Apa saja program yang ada di Bank Sampah?
3. Apa tujuan berdirinya bank sampah?
4. Fasilitas apa saja yang ada di Bank Sampah?
5. Apa itu budidaya Maggot?
6. Bagaimana awal budidaya Maggot?
7. Pola pendekatan seperti apa yang dilakukan Bank Sampah
ke masyarakat mengenai budidaya maggot?
8. Siapa saja yang menjadi anggota budidaya maggot?
9. Berapa banyak Jumlahnya?
10. Bagaimana pelatihan yang dilakukan bank sampah kepada
masyarakat tentang budidaya maggot?
11. Bagaimana pemanfaatan maggot yang dibudidaya
masyarakat?
12. Bagaimana cara masyarakat menjual maggot?
13. Bagaimana kondisi masyarakat dengan adanya budidaya
maggot?
14. Bagaimana kondisi Bank Sampah dengan adanya budidaya
maggot?
15. Apa yang mendukung suksesnya program budidaya
maggot?

116
16. Apa yang menjadi penghambat program budidaya maggot?
17. Apakah Bank Sampah mendapat modal usaha dari
pemerintah atau aparatur setempat?
18. Apa saja bentuk pemberdayaan masyarakat dengan
program budidaya maggot?
19. Apa saja dampak positif dengan adanya program budidaya
maggot?
20. Apa dampak negatif dengan adanya program budidaya
maggot?
21. Bagaimana tahap Evaluasi yang dilakukan Bank Sampah
terhadap masyarakat?
b. Nasabah/anggota budidaya Maggot

Ibu Suryani dan Ibu Yanti

1. Mengapa tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan


budidaya maggot ini?
2. Sejak kapan bergabung di Bank Sampah?
3. Apa saja dampak positif yang dirasakan dari program
budidaya maggot ini?
4. Apa dampak positif secara ekonomi?
5. Apakah Ibu melakukan budidaya maggot secara mandiri?
6. Apa kendala yang dirasakan saat melakukan budidaya
maggot?
7. Bagaimana evaluasi yang dilakukan Bank Sampah?
8. Tingkat kepuasan dari program budidaya maggot

117
c. Nasabah dan ketua Rt
Bapak Maulana
1. Sejak kapan Bapak bergabung di Bank Sampah?
2. Apakah Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri ini sudah
tercatat sebagai salah satu program yang terdapat di
Kelurahan Kebon Kosong?
3. Apa dampak yang terjadi di lingkungan dengan adanya
budidaya maggot?

118
TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Ibu Esti


Jabatan : Ketua Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri
Tanggal : 7 Maret 2023
1. Bagaimana awal berdirinya Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri? dan sejak kapan?
Bank sampah ini awalnya dibangun sebagai pemanfaatan laha
kosong yang ada di Komplek Angkasa Pura pada tahun 2013,
Saya beserta almarhum Suami saya yang mengawali bank
sampah ini, awalnya lahan ini hanya diisi oleh tambak ikan dan
dikelilingi tumpukan sampah, lalu saya beserta masyarakat
mulai membangun bank sampah ini secara bertahap mulai dari
ruang untuk berkumpul, tempat penampungan sampah, kantor,
hingga taman dan kandang hewan, jadilah seperti sekarang ini
2. Apa saja program yang terdapat di Bank Sampah ini?

Program-program yang ada dibank sampah ini termasuk


banyak, mulai dari Kreasi yaitu karya hasil dari sampah plastik
yang dapat diolah menjadi alat-alat rumah tangga seperti
bangku, tempat pensil dan lain-lain, lalu ada Program pupuk
yaitu mengolah sampah organik tertentu dan dijadikan pupuk
Organik tanaman, lalu juga ada Tabulampot yaitu tanaman
buah dalam pot yang dilakukan dilingkungan bank sampah,
dan juga ada Budidaya Maggot yaitu memanfaatkan hewan

119
Maggot sebagai pengurai sampah organik dengan memakan
segala sampah organik.
3. Tujuan berdirinya Bank Sampah ?
Tujuan dari Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri berserta
program-program di dalamnya adalah membangun kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga dan saling menghargai,
mengurangi resiko timbulnya berbagai macam penyakit yang
bersumber akibat pencemaran lingkungan dan mampu
meminimalisir dampak perubahan iklim yang semakin besar
kita rasakan, selainitu pemanfaatan kembali sampah menjadi
bahan yang memiliki nilai ekonomi mampu menstabilkan
perekonomian masyarakat yang turut andil didalamnya, tujuan
selanjutnya adalah memberikan kepuasan kebahagian dan
ketentarman yang mana mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
4. Fasilitas apa saja yang terdapat di Bank Sampah?

Fasilitas seperti alat timbang, basecamp hasil pemilahan, unit


kegiatan dan produksi, kebun untuk hidroponik dan tabulampot
(tanaman buah dalam pot), alat komunikasi dan teknologi
elektronik dan buku tabungan. Kalau selebihnya untuk fasilitas
sosialisasi ataupun pelatihan biasanya dilakukan di aula.

5. Apa itu Maggot?


Jadi awalnya maggot itu kan dari lalat ya mas, Lalat BSF
namanya, nah Lalat itu bisa ngehasilin 500 telur, nah kalo udah
netes itu namanya baby Maggot, udah bisa tu dia makan

120
sampah sampah organik, tapi biasanya belum dijual soalnya
masih murah kalo ukuran baby, kita biasanya jual kalo udah
gede pas udah berubah warnanya jadi hitam, soalnya nilai
jualnya juga jauh lebih tinggi
6. Bagaimana budidaya maggot ini dimulai?
Awalnya kita punya masalah dengan penanganan sampah
dilingkungan, dengan banyaknya penduduk disini sejalan
dengan sampah yang mulai menumpuk, terutama sampah
organik yang dapat menjadi masalah besar jika didiamkan
karena akan membawa penyakit dan bau tidak sedap, maka dari
itu kita mencari program apa yang kira-kira membantu
menyelesaikan masalah ini, dibantu dengan lembaga Sehati
kami membuat program budidaya maggot yang cocok dalam
mengurangi sampah organik. Jadi kan awalnya kita nerima
sampah organik itu buat bikin pupuk alami gitu, jadi yang
diterima juga sampah-sampah tertentu aja, terus ada masukan
juga dari lembaga Sehati buat bikin budidaya maggot, jadi pas
sosialisasi juga dibantu mereka buat jelasin ke warga maggot
itu apa dan gimana cara kerjanya, jadi mereka ya ikut ngelatih
warga juga buat budidaya maggot
7. Pola pendekatan ke masyarakat yang dilakukan pihak bank
sampah seperti apa?
Iya waktu itu kita ngumpulin warga buat ngasih tau kalo kita
bikin budidaya maggot jadi warga juga bisa nabung sampah
organik juga, terus juga ngajak warga buat ikutan budidaya

121
maggot juga, kita jelasin tuh maggot itu apa, cara kerjanya
gimana sama manfaatnya apa aja kalo ikut budidaya, hasilnya
ya kira-kira ada 15an orang yang ikutan
8. Siapa saja yang menjadi nasabah di Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri? Dan sudah berapa banyak hingga saat ini?
Tidak ada kriteria khusus untuk menjadi anggota dalam Bank
Sampah ini. Siapa saja dapat ikut serta dalam program ini
namun saat ini rata-rata diikuti oleh warga Komplek Angkasa
Pura. Untuk yang terdata sebagai nasabah sampai akhir tahun
2022 terdapat 15 orang yang mana berasal dari berbagai
wilayah sekitar Kemayoran, Jakarta Pusat.
9. Bagaimana pelatihan yang dilakukan bank sampah terhadap
masyarakat?
Karena kan yang kita kasih ke warga itu masih bibit ya mas,
masih baby maggot, jadi rentan mati makanya saya dan Pak
Joko suka ngingetin warga kalo ada yang pakannya kurang
atau kandangnya kotor, sama ngasih tau juga kalo ada
maggotnya yang sekiranya udah siap panen, soalnya maggot
itu hidupnya lumayan singkat ya kalo udah siap panen masih
didiemin aja nanti keburu jadi pupa, jadi kaya kepompong gitu,
malah gabisa dijual nanti
10. Bagaimana pemanfaatan maggot?
Kita biasanya jual yang udah gede mas, yang warnanya udah
item, soalnya harganya udah tinggi jadi lebih untung, kita kan
juga ada ternak ikan ya, jadi kalo pakan ikan lagi abis ya kita

122
juga beli maggot dari warga, kalo yang baby kita juga jual
sebenernya tapi ke warga sekitar aja buat dibudidayain lagi
dirumahnya.
11. Bagaimana cara menjual maggot?
Sekarang si pedagang pakan burung sudah banyak yang tau
kalo kita menjual maggot, jadi mereka suka datang kesini
sebulan sekali kalo kita juga siap panen, bahkan bank sampah
sendiri juga butuh maggot untuk pakan budidaya ikan kita, jadi
masyarakat ga bingung bagaiman menjual maggot karena
sekarang pasarnya sudah cukup luas.
12. Bagaimana kondisi masyarakat setelah adanya program
budidaya maggot?
Kalo diliat liat si sekarang udah banyak juga yang budidaya,
tapi ga semuanya dijual mas, ada juga yang emang iseng aja
buat nambah kegiatan, jadi ga semuanya ikut bank sampah,
mereka cuma beli bibit aja terus diurus sendiri dirumah, ya
seneng aja ngeliat warga jadi saling berbagi ilmu yang
dampaknya bisa baik buat individu dan lingkungan.
13. Bagaimana kondisi umum masyarakat sebelum adanya Bank
Sampah Hijau Selaras Mandiri?
Sebenernya lingkungan ini sudah teratur ya, karena kan rata-
rata diisi oleh pensiunan jadi ga banyak kegiatan yang aneh-
aneh, cuma ya karena diisi oleh usia lanjut jadi membutuhkan
fasilitas lebih terutama dalam mengelola sampah rumah
tangga, karena sampah yang ada pada masyarakat seringkali

123
menumpuk di lahan kosong dan menjadi sumber penyakit dan
bau tidak sedap.
14. Apa dampak yang terjadi pada bank sampah dengan adanya
program budidaya maggot?
Bank sampah ini sudah banyak berhasil bekerja sama dengan
pihak luar seperti Pegadaian yang membantu masyarakat
menabung sampah menjadi emas dan Program budidaya
maggot ini juga dibantu lembaga Sehati, kita melihat apa saja
masalah yang ada pada lingkungan sekitar dan apa solusi serta
program yang cocok untuk diterapkan di bank sampah,
Program budidaya maggot berhasil menjadi solusi untuk
masalah itu sekaligus membantu nama bank sampah ini lebih
dikenal luas karena ngga cuma nerima sampah plastik saja, tapi
sampah organik juga, juga menambah keuntungan dari
penjualan bibit maggot
15. Apa saja yang mendukung suksesnya program budidaya
maggot?
Awalnya program ini dibantu oleh lembaga Sehati yang
membantu melihat apa saja masalah yang ada dilingkungan
dan di bank sampah terutama dalam hal pengolahan sampah,
lalu kita berbincang tentang apa yang bisa kita lakukan sebagai
solusi dari permasalahan tersebut, lalu kita mengadakan
program budidaya maggot yang diawali dengan
mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga lingkungan serta pemanfaatan sampah organik

124
sebagai pakan maggot yang bernilai ekonomis, alhamdulillah
sangat kami syukuri program ini mengundang antusias warga
yang sangat baik, karena buat apa program bagus kalo
warganya gamau kan, ternyata banyak warga yang mau ikut
gabung di program ini dan juga mendapat dukungan dari
pejabat setempat dalam program budidaya maggot ini
16. Apa yang menjadi kendala dalam program budidaya maggot
ini?
Kendala utama yang pasti lahan ya mas, karena rencana
awalnya budidaya ini berlokasi di rumah warga masing-
masing, Cuma ya karena tidak semua rumah warga cocok
untuk berbudidaya maka budidaya dilakukan di bank sampah
dan kendala lainnya ialah sampah organik yang cukup terbatas
sehingga perumbuhan maggot menjadi cukup lambat
17. Apa perubahan yang terjadi pada warga setelah adanya bank
Sampah?
Kalau untuk saya pribadi si ya kak saya merasa senang puas
dan bersemangat untuk terus bisa memberikan kenyamanan
khususnya di wilayah tempat tinggal saya, sekaligus bisa
bekerja sama untuk kebaikan lingkungan dan kebermanfaatan
bersama. Selanjutnya perubahan terjadi pada kualitasnya
dimana saat ini wilayah saya menjadi salah satu wilayah yang
merupakan percontohan dengan beragam prestasi

125
18. Apakah Bank Sampah mendapat modal usaha dari pemerintah
atau aparatur setempat?
Untuk modal usaha sendiri dari aparatur setempat belum
pernah kami rasakan, tetapi oleh pihak-pihak lain yang
mendukung berjalanya program ini biasanya ikut serta dalam
pemberian modal baik secara finansial ataupun barang
19. Apa saja bentuk pemberdayaan yang dapat dilakukan
masyarakat dalam kegiatan budidaya maggot?
Bentuk Pemberdayaan yang masyarakat lakukan ialah ikut
serta dalam pelatihan budidaya maggot sehingga masyarakat
mengerti tentang berbudidaya serta menghasilkan pendapatan
sendiri
20. Apa saja dampah positif dari program Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri?
Yang paling terlihat ya lingkungan jadi lebih bersih, ditambah
dengan pola pemanfaatan yang menyadarkan manusia-
manusia agar tetap menjaga lingkungannya, selanjutnya pada
faktor ekonomi mampu memberikan penghasilan tambahan
dan juga membuka peluang usaha baru, pendidikan dan sosial
kegiatan bank sampah ini menjadi salah satu media edukasi
yang baik untuk lingkungan, sosial dimana dapat
meningkatkan partisipasi dan juga keaktifan masyarakat yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
21. Apa ada dampak negatif yang terjadi?

126
Sejauh ini belum adaya dampak negatif yang lahir dari
program bank sampah ini ya dan alhamdulillah respon nasabah
selalu baik.
22. Tingkat kepuasan dari program bank sampah?
Terkait tingkat kepuasan yang saya rasakan ada di nilai 8 dari
10 hanya tingal konsistensi yang harus ditingkatkan.

Informan : Pak Joko


Jabatan : Pengurus Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri
Tanggal : 23 Desember 2022
1. Mengapa tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan bank
sampah ini?
Salah satunya karrna ingin membantu anak, dan juga banyak
manfaat yang terdapat setelah mengikuti program ini
makannya banyak yang tertarik termasuk saya dan suami saya.
2. Sejak kapan bergabung di bank sampah?
Sejak awal ketika masih menjadi kegiatan dadakan untuk
memenuhi kegiatan di workshop, jadi saya tau bagaimana
pasang surut anak saya dalam membangun bank sampah ini.
3. Apakkah ada bantuan modal dari aparatur setempat dalam
pelaksanaan program di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri?
Kalau bantuan dari aparatur si lebih ke fasilitas ya, seperti isi
dari aula rata-rata dapet bantuan dari aparat, kalau modal dari
aparat dalam bentuk kegiatan si belum ya.

127
4. Apa ada bentuk kerjasama yang terjalin dengan kemitraan lain?
Kalo tabungan sampahnya kita kerjasama dengan Pegadaian
buat jadiin tabungannya jadi emas, kalo budidaya maggot
aawalnya kita dibantu sama Lembaga Sehati.
5. Bagaimana awal terbentuknya program budidaya maggot?
Sebenernya budidaya maggot ini kan bukan hal yang baru juga
kan, kita ngeliat dilingkungan ini masih kurang dalam ngelola
sampah organik, terus kita juga disaranin sama lembaga Sehati
buat bikin budidaya maggot yang ternyata cocok buat diterapin
disini.
6. Apa manfaat dari budidaya maggot?
Maggot itu manfaatnya banyak banget mas, kalo buat
lingkungan ya jelas maggot makan banyak sampah organik,
jadi ya bermanfaat juga kan sampah sehari-hari yang ada
dirumah, yang disetor disini juga jadi beragam ga cuman
sampah plastik aja, apalagi buat yang ikutan budidaya maggot
juga jadi nambah penghasilannya
7. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
bank sampah dengan program budidaya maggot ini?
Awalnya kita sosialisasi dulu kan, ngobrol ke masyarakat
tentang program budiaya maggot, kita kenalin maggot itu apa
manfaatnya apa saja, lalu setelah mereka ikut serta kita ajarkan
bagaimana cara budidaya maggot mulai dari bikin kandang
baik, merawat maggot, hingga bagaimana menjual maggot,

128
lalu kita lepas masyarakat yang udah keliatan bagus
perkembangannya.
8. Bagaimana proses penjualan maggot?
Awal-awal kita cari sendiri mas siapa yang mau beli maggot
kita, kita tawarin ke pedagang burung, kan mereka juga jual
pakan burung, dan alhamdulillah ternyata banyak juga
peminatnya, selain pakan burung juga bisa buat pakan ikan.
Jadi sekarang mereka udah tau kalo kita jual maggot, jadi ya
mereka suka dateng sebulan sekali buat beli maggot kita,
seringnya si buat pakan burung, kalo ikan jarang-jarang.
9. Apa kendala yang biasanya dihadapi pada proses budidaya
maggot ini?
Sebenernya program budidaya maggot ini kan berkonsep
pemberdayaan masyarakat, seharusnya budidaya ini ada
dilahan warga masing-masing, tapi kenyataannya tidak semua
rumah warga cocok untuk tempat budidaya maggot, jadi
solusinya ya kita bikin tempat budidaya maggotnya di lahan
bank sampah, lalu kita beri sekat biar maggot satu warga
terpisah dengan warga yang lain, lalu juga kadang masyarakat
masih kesulitan buat merawat maggotnya, karena mereka juga
punya kesibukan masing-masing jadi sering terbengkalai
makanya kita sering ngecek ke kandang.
10. Alur tahapan evaluasi ?

129
Biasanya kita ngecek ke kandang, lihat bagaimana
perkembangan maggotnya, kalau ada yang terbengkalai
biasanya kita tegur yang punya maggotnya.
11. Apa yang dirasakan saat pengambilan manfaat masyarakat ?
Masyarakat si seneng banget karena budidayanya tergolong
murah dan mudah sehingga dapat dijadikan sebagai kegiatan di
waktu luang sekaligus menambah pendapatan rumah tangga
12. Berapa pendapatan yang diterima masyarakat dari budidaya
maggot?
Hasil pada saat panen maggot itu lumayan banget karena dari
modalnya sudah tergolong sangat murah, hanya 7000 sampai
10.000 perkilo dan kalau dijual pada usia maggot yang pas dan
kondisinya juga bagus itu bisa ditawar 50.000 sampai 60.000
per kilo, jadi ya untung banget sebenernya karena kan
perawatannya juga cukup mudah dan pakannya juga gratis, jadi
kita cuma ngeluarin modal sama ngerawat aja
13. Berdasarkan arti tersebut menurut anda apakah kegiatan bank
sampah ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat?
Pasti dong apa lagi bahan dan cara untuk berpartisipasi juga
mudah bayangin aja jaman sekarang sampah botol, kardus, alat
makeup sampai minyak jelantah bisa di tukar adi uang ataupun
sembako padahal dulu barang-barang seperti ini tinggal kita
buang. Dengan sampah bisa dapat uang atau sembako itu
sangat membantu kesejahteraan rakyat-rakyat kaya kita gini

130
14. Apa saja dampak positif dari program budidaya maggot?
Yang jelas si lingkungan lebih bersih ya, masyarakat juga jadi
ada kegiatan yang membantu mengurangi sampah,
meningkatkan kualitas hidup kita dengan pengetahuan dan
pendapatan yang bertambah
15. Apa ada dampak negatif yang terjadi?
Kalo dari saya si ngga ada ya asal maggotnya dirawat, kalo
ngga dirawat baru biasanya malah timbul bau
16. Tingkat kepuasan dari program bank sampah?
9 dari 10 saya puas dan bangga menjadi bagian dari pelestari
lingkungan di usia saya yang sudah tidak muda ini saya jauh
lebih produktif.

Informan : Bapak Maulana


Jabatan : Ketua Rt dan Anggota Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri
Tanggal : 7 Maret 2023
1. Sejak kapan bergabung di bank sampah?
Sejak awal ketika masih menjadi kegiatan dadakan untuk
memenuhi kegiatan di workshop, jadi saya tau bagaimana
pasang surut anak saya dalam membangun bank sampah ini.
2. Apa Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri ini sudah tercatat
sebagai salah satu program yang terdapat di kelurahan Kebon
Kosong ?

131
Dari awal berdiri Bank Sampah ini sangat membantu kelurahan
dalam menangani sampah yang ada di Kebon Kosong jadi
sebenarnya Bank Sampah ini sudah seperti partner pemerintah
dalam menangani sampah.
3. Apa ada bentuk kerjasama yang terjalin dengan kemitraan lain?
Ada salah satunya seperti alfamart, rumah pelangi, Erecycle,
Sudin KLHK dan PLN
4. Apa dampak yang terjadi dengan adanya bank sampah dan
program budidaya maggot?
Sekarang warga jadi lebih perhatian sama lingkungan sekitar,
ya karena kita jadi lebih ngerti kalo sampah sebagian besarnya
bisa kita manfaatin, kalo budidaya maggot itu juga buat
kegiatan masyarakat, kalo dilingkungan sini kan rata-rata
usianya sudah tua ya, kebanyakan ya orang-orang pensiunan,
jadi dengan adanya budidaya maggot ya menambah kegiatan
juga buat warga sekitar, apalagi kalo lagi kumpul di bank
sampah, jadi makin berasa kekeluargaannya

132
Informan : Ibu Suryani
Jabatan : Anggota Bank Sampah Tri Alam Lestari
Tanggal : 7 Maret 2023
1. Mengapa tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan bank
sampah ini?
Kami tertarik karna melihat beberapa hasil dari budidaya
teman yang lain selain itu juga kami melihat banyak peluang
dan manfaat yang akan kami dapat kalau ikut kegiatan ini
2. Sejak kapan bergabung di bank sampah?
Kalau saya udah lumayan lama ya, dari awal berdiri bank
sampah juga saya udah bantu-bantu, tapi baru-baru ini aja aktif
bangetnya.
3. Apa saja dampah positif dari program Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri?
Membuat lingkungan lebih bersih, nyaman dan sehat, selain itu
menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan dan
membuat sampah menjadi memiliki nilai ekonomis
4. Apa saja dampak positif dari program budidaya maggot
terhadap lingkungan?
Maggot itu makannya lumayan banyak, kira-kira maggot saya
itu ada sekilo lah, itu bisa makan 2 sampai 5 kilo sampah
makanan tiap harinya, malah kadang saya kurang gitu
sampahnya buat ngasih makan ke maggotnya, jadi berasa
banget lah buat sampah dirumah jadi ga nyampah kemana-
mana.

133
5. Apa dampak budidaya maggot secara ekonomi?
Kalo untuk pribadi si budidaya maggot cukup membantu juga,
pemasukan keluarga jadi bertambah, jadi keluarga ga cuma
mengandalkan uang pensiunan saja, ya selain nambah
penghasilan juga menambah kegiatan juga kan.
6. Apakah Ibu Suryani melakukan budidaya maggot secara
mandiri?
Ya kalo ngurusin maggot si saya sendiri, kalo bu Esti kan
ngajarin sama nyontohin aja, trus buat awal kita dikasih baby
maggot ya diurus sendiri, dari mulai bikin kandangnya yang
harus dijaga suhunya gaboleh terlalu kering gaboleh terlalu
lembab, sama bikin sisi yang lebih tinggi sampingnya biar
maggotnya bisa naik, terus juga pakannya yang dari sampah
dirumah sendiri kaya sayuran, sisa buah, dan lain lain. Kita kan
dikasihnya masih yang baby ya, katanya lebih rentan mati, jadi
sering tuh bu Esti kerumah buat ngeliat maggot saya gimana
perkembangannya, supaya ngga gampang mati
7. Tingkat kepuasan dari program bank sampah?
10 dari 10 lah kalo untuk kita udah seru dan bermanfaat kita
juga jadi lebih banyak kenal orang dan menambah relasi
tentunya.

134
Informan : Ibu Yanti
Jabatan : Anggota Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri
Tanggal : 7 Maret 2023
1. Mengapa tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan bank
sampah ini?
Kalau saya awalnya diajak sama bu Suryani, tapi saya juga
lihat hasilnya kalo ikut kegiatan bank sampah ya lumayan juga
si keliatan gitu hasilnya, saya juga ikut kegiatan lain juga selain
budidaya maggot
2. Sejak kapan bergabung di bank sampah?
Dari awal Covid saya udah ikutan si, soalnya udah banyak
waktu dirumah kan, jadi saya coba cari kegiatan, ya jadinya
saya ikutan di bank sampah
3. Apa saja dampak positif dari program Bank Sampah Hijau
Selaras Mandiri?
Yang pasti si lingkungan jadi bersih ya mas, jadi banyak
penghijauan juga, masyarakat juga jadi enak kalo buang
sampah itu deket udah gitu menghasilkan lagi, kegiatannya
juga ngebantu masyarakat buat ikut serta disini, jadi banyak
kegiatan positif
4. Bagaimana awalnya mengikuti budidaya maggot?
Saya ikut bu Esti sama yang lainnya buat diajarin budidaya
maggot, kita dikenalin maggot itu apa dan hidupnya gimana,
kita diajarin cara ngerawat baby maggot itu gimana sama apa

135
aja yang harus disiapin, mulai dari tempat sama alat-alatnya,
kalo saya lahannya ga cukup mas dirumah, jadi saya ikut
budidaya tapi pake lahan yang disediain bank sampah.
5. Apa yang dilakukan bank sampah dalam memantau budidaya
maggot yang dilakukan masyarakat?
Pak Joko sering ngingetin saya kalo ketemu, nanyain maggot
saya gimana perkembangannya sama apa aja kendalanya, kalo
saya kan dirumah terus ya jadi maggot saya terawat,
kandangnya juga bersih karena kan dia gaboleh terlalu kering
gaboleh terlalu lembab.
6. Apa kendala yang dirasakan dalam budidaya maggot?
Paling kendalanya si pakannya aja yang suka kurang, soalnya
dirumah orangnya ga banyak kan jadi paling sampahnya ya
sisa nasi sama lauk yang ga kemakan aja. Minggu lalu juga kita
abis kumpul di bank sampah buat ngeliat perkembangan
maggotnya gimana, biasanya si kita kumpul sebulan sekali atau
dua kali
7. Apa dampak yang terjadi pada masyarakat dengan adanya
budidaya maggot yang Ibu Yanti lakukan?
Sekarang si jadi banyak yang ikutan juga buat budidaya,
soalnya kan saya suka kekurangan sampah organik buat pakan
maggot jadi suka nitip juga sama tetangga buat kasih
sampahnya ke saya aja buat dikasih ke maggot, mungkin dari
situ juga banyak warga yang penasaran buat tau budidaya
maggot itu gimana, dan yang udah tau tapi tadinya ngga ikutan

136
jadi ikutan juga karena ngeliat warga yang budidaya jadi ada
kegiatan dan pemasukan tambahan.
8. Apa harapan Bu Yanti dengan program budidaya maggot ini?
Saya juga niatnya mau budidaya lebih banyak lagi jadi
harapannya si pemasaran maggot ini lebih luas ya, kalo buat
bank sampah mudah-mudahan budidaya ini ga berenti sampe
sini doang ya, harapannya si bisa lebih berkembang lah,
pemanfaatannya juga lebih banyak.

137
LAMPIRAN DOKUMENTASI

138
139

Anda mungkin juga menyukai