Anda di halaman 1dari 202

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN MENJAHIT


DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) LATIHAN KERJA
PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
SITI RAHALA NISWAH
11160540000011

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M/1442 H
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PELATIHAN MENJAHIT
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) LATIHAN KERJA
PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
Siti Rahala Niswah
11160540000011

Pembimbing

Drs. Yusra Kilun, M.Pd


NIP. 195706051991031004

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M/1442 H
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI


PELATIHAN MENJAHIT DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
(UPTD) LATIHAN KERJA PROVINSI BANTEN” telah diuji dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 5 April 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 5 April 2021

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Muhtadi, M.Si WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si


NIP. 197506012014111001 NIP.197602102003122202

Penguji I Penguji II

Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag
NIP.197606172005011006 NIP.196007201991031001

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Yusra Kilun, M.Pd


NIP. 195706051991031004
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Siti Rahala Niswah
NIM : 11160540000011

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan


Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja
Provinsi Banten”, merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Maret 2021

Siti Rahala Niswah


ABSTRAK

Siti Rahala Niswah


Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Menjahit di
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja
Provinsi Banten
Provinsi Banten merupakan daerah dengan jumlah
pengangguran terbanyak se-Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
kualitas angkatan kerja yang rendah, yang tidak mampu
memenuhi target kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Salah
satu strategi untuk menyelesaikannya adalah dengan program
pemberdayaan melalui pelatihan kerja (pelatihan menjahit) yang
dilaksanakan oleh lembaga Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (a) Bagaimana
proses pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan menjahit di
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten. (b) Apa kendala dalam
pelaksanaan pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten. (c) Apa hasil yang dicapai alumni pelatihan menjahit
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.
Pendekatan penelitian yang digunanakan adalah pendektan
kualitatif. Pengumpulan data dilakukanmelalui survey,
wawancara,danstudipustaka. Adapun teori yag digunakan adalah
teori pemberdayaan, teori kemiskinan, dan teori pelatihan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan
masyarakat melalui pelatihan menjahit dilaksanakan berdasarkan
permintaan dunia usaha dan potensi wilayah. Adapun kendala
utama dalam pelaksanaan pelatihan adalah jumlah tenaga pelatih
yang tidak sesuai dengan pedoman penyelenggaraan.
Pemberdayaan melalui pelatihan menjahit berhasil memberikan
perubahan terhadap peserta, yaitu: meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan menjahit, mendapat pekerjaan, dan
meningkatkan penghasilan.

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah


Subhanahu wa Ta’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah memberikan berbagai nikmat yang luas nan melimpah. Atas
ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan proses skripsi ini dengan
baik yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pelatihan Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Latihan Kerja Provinsi Banten”. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, dan kepada keluarga serta sahabatnya.
Semoga kita termasuk umat beliau yang dirindukan surga Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat


kekurangan, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi yang pembaca. Maka dari itu penulis menerima
masukan dari berbagai kalangan tentang isi skripsi ini. Penulisan
skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses
pengumpulan data, penulis mendapatkan banyak pengetahuan
dari berbagai sumber, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

ii
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., M.A.,
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan


Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW., MSW., Wakil Dekan I


Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sihabudin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang


Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang


Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Muhtadi, M.Si., Ketua Program Studi Pengembangan


Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris Program


Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

8. Drs. Yusra Kilun, M.Pd., selaku dosen pembimbing


skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan wawasan pengetahuan yang luar biasa,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

iii
9. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan, Prof. Dr. Asep
Usman Ismail, M.Ag., Dicky Andika, M.Si., Dra. Nurul
Hidayati, M.A., Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si.,
Wati Nilamsari, M.Si., Rosita Tandos, S.Ag., M.A.,
M.ComDev., PhD., beserta seluruh Dosen Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu memberikan ilmu yang bermanfaat
selama perkuliahan.

10. Kedua orang tua H. Muhammad Zamroni dan Hj. Hanifah


yang telah memberikan segala perhatian, kasih sayang,
motivasi, serta doa yang tak pernah putus.

11. Dimas Firli Maulana, yang selalu meluangkan waktunya


untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data,
sekaligus menjadi teman diskusi selama proses penulisan.

12. Pengurus UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, yang


telah memberikan banyak informasi tentang pelaksanaan
pelatihan menjahit.

13. Alumni pelatihan menjahit tahun 2018-2019, yang telah


memberi waktu luangnya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penulis.

14. Teman-teman Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan


Tahun 2016 yang medukung dan mendoakan satu sama
lain.

iv
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini mendapat balasan baik dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis, pembaca, mahasiswa Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam, lembaga pelatihan kerja
terutama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja
Provinsi Banten, serta menjadi referensi bagi peneliti lainnya.

Jakarta, 31 Maret 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... i


ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................. 8
C. Batasan Masalah .................................................................. 9
D. Rumusan Masalah ................................................................ 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 9
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 11
G. Metode Penelitian .............................................................. 15
H. Sistematika Penulisan ........................................................ 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 25


A. Landasan Teori .................................................................. 25
1. Teori Pemberdayaan ..................................................... 25
2. Teori Kemiskinan.......................................................... 35
3. Teori Pelatihan .............................................................. 44
B. Kerangka Berpikir ............................................................. 52

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN....... 53


A. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .................. 54
B. Tugas dan Fungsi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .. 56

vi
C. Visi dan Misi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ........ 56
D. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten ................................................................................ 57
E. Program Kerja UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ...... 59
F. Alamat UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .................. 63

BAB IV TEMUAN PENELITIAN .......................................... 64


A. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten.................................................................. 66
1. Tahap Perencanaan ....................................................... 66
2. Tahap Pelaksanaan ........................................................ 82
3. Tahap Evaluasi ............................................................ 101
B. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 102
1. Jumlah Tenaga Pelatih (Instruktur) ............................. 102
2. Perawatan Peralatan Pelatihan dan Kebersihan
Ruangan (Kelas).......................................................... 103
3. Seleksi Calon Peserta .................................................. 104
4. Fasiltas Asrama ........................................................... 106
C. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 107
1. Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan
Menjahit ...................................................................... 108
2. Mendapatkan Pekerjaan .............................................. 110
3. Meningkatkan Penghasilan ......................................... 115

vii
BAB V ANALISIS ................................................................... 119
A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Menjahit di
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 119
B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.......... 122
C. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 123
D. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 124

BAB VI KESIMPULAN ......................................................... 130


A. Kesimpulan ...................................................................... 130
B. Saran ................................................................................ 132

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 133

LAMPIRAN ............................................................................. 135


A. Lampiran 1: Dokumentasi Proses Wawancara ................ 135
B. Lampiran 2: Transkip Wawancara................................... 136
C. Lampiran 3: Surat-Surat .................................................. 184

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Angkatan Kerja Indonesia ............................... 2

Tabel 2. Program Pelatihan UPTD Latihan Kerja ...................... 69

Tabel 3. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja ...................... 77

Tabel 4. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja ...................... 78

Tabel 5. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I


Tahun 2018 ................................................................................. 85

Tabel 6. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II


Tahun 2018 ................................................................................. 86

Tabel 7. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I


Tahun 2019 ................................................................................. 88

Tabel 8. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II


Tahun 2019 ................................................................................. 89

Tabel 9. Kurikulum Pelatihan Menjahit UPTD Latihan Kerja


Provinsi Banten ........................................................................... 91

Tabel 10. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan


Kerja Provinsi Banten Tahun 2018 ........................................... 111

Tabel 11. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan


Kerja Provinsi Banten Tahun 2019 ........................................... 113

Tabel 12. Hasil Wawancara Peserta Pelatihan Menjahit


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten Tahun 2018-2019 ......... 116

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Indokator Angkatan Kerja Provinsi Banten Periode


Agustus 2019................................................................................ 3

Gambar 2. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan........................... 42

Gambar 3. Kerangka Berpikir ..................................................... 52

Gambar 4. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .......... 55

Gambar 5. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi


Banten ......................................................................................... 57

Gambar 6. Pelatihan Berbasis Masyarakat ................................. 64

Gambar 7. Persyaratan Pelatihan ................................................ 79

Gambar 8. Tes Tertulis di Aula ................................................... 80

Gambar 9. Pelatihan Menjahit di Dalam Ruangan (Kelas) ......... 83

Gambar 10. Apel Pagi ................................................................. 84

Gambar 11. Ruangan Pelatihan Menjahit ................................... 93

Gambar 12. Kegiatan Outbound Management Training ............. 95

Gambar 13. Kegiatan Fisik Mental Disiplin ............................... 96

Gambar 14. Hasil Karya Peserta Pelatihan Menjahit ................ 109

x
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan sampai saat ini


masih menjadi pembahasan yang tak pernah basi untuk
diperdebatkan secara serius di berbagai negara, tak terkecuali
negara Indonesia. Tidak sedikit perusahaan yang
memperkerjakan tenaga asing dalam usahanya, karena mereka
mengeluh bahwa banyak sumber daya manusia pribumi yang
tidak kompeten. Hal ini menyebabkan pribumi kehilangan
peluang kerja, sehingga mereka menjadi pengangguran. Masalah
ini merupakan satu sakesatuan yang saling bertentangan.

Tingginya angka pengangguran dapat menjadi masalah


utama untuk masalah-masalah sosial lainnya. Jika masalah
pengangguran ini tidak ditangani dengan efektif maka akan
memberikan efek buruk, seperti menurunkan sistem
perekonomian negara, menurunkan produktivitas tenaga kerja,
menurunkan tingkat keterampilan, melebarnya kawasan kumuh,
menimbulkan kegiatan urbanisasi, memicu tindakan kriminalitas,
dan meningkatkan angka kemiskinan.

Semakin banyak penduduk pengangguran, maka semakin


banyak penduduk yang miskin. Pengangguran dan kemiskinan
merupakan fenomena yang berkaitan satu sama lain, mengingat
orang yang menganggur adalah orang yang tidak memiliki
pendapatan sehingga menjadi miskin.

1
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir dari
media berita, mencatat jumlah pengangguran di Indonesia pada
Agustus 2019 naik mencapai 7,05 juta orang. Pada bulan Agustus
2019 tercatat jumlah angkatan kerja sebanyak 133,56 juta orang,
yang terdiri dari 126,51 juta orang bekerja dan 7,05 juta orang
menganggur, oleh karenanya persentase tingkat pengangguran
terbuka (TPT) menjadi 5,28%. Sedangkan pada bulan Agustus
2018 tercatat jumlah angkatan kerja sebanyak 131,01 juta orang,
yang terdiri dari 124,01 juta orang bekerja dan 7 juta orang
menganggur, oleh karenanya persentase tingkat pengangguran
terbuka (TPT) menjadi 5,34% (Purnomo dan Julita S, 2019).

Tabel 1. Indikator Angkatan Kerja Indonesia


Periode Agustus 2018-2019

Indikator Agustus 2018 Agustus 2019


Angkatan Kerja (Juta) 131.010.000 133.560.000
Orang Bekerja (Juta) 124.010.000 126.510.000
Orang Menganggur (Juta) 7.000.000 7.050.000
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,34% 5,28%

Dapat disimpulkan bahwa TPT dari Agustus 2018 ke


Agustus 2019 mengalami penurunan, yaitu dari 5,34% menjadi
5,28%. Namun, jika dilihat dari jumlah orang yang menganggur
justru mengalami kenaikan, yaitu dari 7 juta orang menjadi 7,05
juta orang.

2
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir
oleh media berita, bahwa angka pengangguran di provinsi Banten
pada periode Agustus 2019 paling tinggi se-Indonesia, dengan
tigkat pengangguran terbuka sebesar 8,11%. Pada periode
Agustus 2019, Provinsi Banten memiliki angkatan kerja sebanyak
6,05 juta orang, dengan jumlah orang bekerja sebanyak 5,56 juta
dan jumlah orang menganggur sebanyak 490,8 ribu. Kemudian,
pengangguran di Provinsi Banten didominasi oleh lulusan SMK
dibandingkan jengjang pendidikan lain. (Rifa’i, 2019).

Angkatan Kerja
6,05 Juta

Orang Bekerja Orang Menganggur


5,56 Juta 490,8 Ribu

TPT
8,11%

Gambar 1. Indokator Angkatan Kerja Provinsi Banten


Periode Agustus 2019

Umumnya faktor penyebab pengangguran adalah


ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dengan lapangan
kerja. Semakin tinggi jumlah penduduk usia kerja di suatu
daerah, maka semakin banyak penduduk yang mencari pekerjaan.
Adanya keterbatasan lapangan pakerjaan yang diiringi dengan
besarnya angka pencari kerja membuat masyarakat semakin sulit

3
mendapatkan pekerjaan, terutama bagi mereka yang hanya
memiliki keahlian minim.

Faktor penyebab lainnya adalah kemampuan para pencari


kerja yang belum memenuhi standar kompetensi suatu
perusahaan. Kompetensi biasanya diukur melalui tes ketika
seseorang melamar kerja, namun tidak sedikit perusahaan juga
mengukur kompetensi mereka dengan melihat latar belakang
pendidikannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
merupakan hal yang cukup relevan untuk mengukur kompetensi
seseorang. Hal itu sejalan dengan konsep Siagian (2008: 127),
bahwa tingkat pendidikan adalah alat pengukur kemampuan yang
paling dikenal, informasi tentang latar belakang pendidikan
seseorang selalu terdapat dalam formulir lamaran.

Apabila lapangan pekerjaan tersedia, namun manusianya


tidak memiliki kemampuan, maka kesulitan dalam mencari atau
mendapat pekerjaan akan tetap terjadi, karena setiap lapangan
usaha atau perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang
kompeten, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di
bidang yang dibutuhkan.

Maka dari itu, perlu suatu tindakan untuk


menyelesaikannya, salah satunya dengan pemberdayaan
masyarakat, di mana upaya yang dilakukan adalah membantu
sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuannya
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja) agar mereka mampu
mengisi lapangan pekerjaan ataupun membangun lapangan
pekerjaan untuk masyarakat lainnya.

4
Makna pemberdayaan menurut Nasdian (2014: 51) adalah
“membantu” komunitas dengan sumber daya, kesempatan,
keahlian dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat
sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan
warga komunitas. Dengan adanya penyelenggaraan program
pemberdayaan masyarakat, maka hasil dari pemberdayaan nanti
akan berdampak langsung pada masyarakat dan juga pada
perekonomian negara.

Orang yang menganggur memiliki peluang besar untuk


menjadi orang miskin, terutama bagi mereka yang berada di kelas
menengah ke bawah. Dalam hal ini, untuk mengurangi angka
pengangguran dan mencegah timbulnya kemiskinan, maka
sasaran utama pemberdayaan adalah masyarakat pengangguran,
di mana mereka termasuk golongan penduduk usia kerja, namun
tidak bekerja.

Mulyono (2017: 87) berpendapat bahwa orang miskin yang


menganggur dan berusia produktif berpotensi menjadi garapan
utama dalam pemberdayaan masyarakat, mengingat
ketidakberdayaan mereka akan menentukan masa depan atau
masa tuanya. Bila mereka dalam usia produktif berdaya maka di
hari tuanya kelak akan senantiasa memiliki kehidupan yang lebih
baik. Begitupun sebaliknya, bila pada usia produktif mereka tidak
berdaya, tentu saja masa depan mereka akan suram (walaupun
masih ada sebagian kecil masyarakat yang barangkali tidak
relevan dengan kondisi tersebut).

5
Oleh karena itu, sebagai bagian dari usaha mengurangi
angka pengangguran, pemerintah menetapkan kebijaksanaan di
bidang ketenagakerjaan, salah satunya dengan menyelanggarakan
program pelatihan kerja. Pelatihan kerja yang dimaksud adalah
program pelatihan berbasis kompetensi (PBK). Program pelatihan
berbasis kompetensi merupakan program kerja nasional milik
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang
diselenggarakan langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat
(UPTP) Latihan Kerja yang bertanggungjawab langsung kepada
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, atau Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja yang bertanggung jawab
langsung kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

PBK ditujukan kepada penduduk usia kerja (penduduk


berumur 15 tahun dan lebih). PBK berorientasi pada kompetensi
yaitu untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja
dalam berbagai keahlian dan keterampilan sesuai kejuruan
masing-masing. Adapun tujuan jangka panjangnya adalah untuk
menekan angka pengangguran melalui pelatihan kerja.

PBK dilaksanakan tidak hanya untuk meningkatkan


kualitas SDM perusahaan saja, tetapi juga dibutuhkan oleh
masyarakat pada umumnya untuk mendorong masyarakat kurang
berdaya menuju kemandirian. Pelatihan yang dilaksanakan di
masyarakat umum sebagai bentuk pemberdayaan bagi mereka
yang kurang beruntung, baik dalam pendidikan maupun ekonomi.

6
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 9 berbunyi:
“Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan
kesejahteraan”. Pelatihan ini juga diperbolehkan untuk para
karyawan atau tenaga kerja perusahaan yang ingin meningkatkan
kemampuannya. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 11
berbunyi: “Setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan untuk
mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya melalui pelatihan kerja”.

Program pelatihan kerja inidiharapkan mampu


mempersiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten sesuai
kebutuhan industri, agar mampu mengisi lowongan kerja di dunia
usaha atau membuka lapangan pekerjaan baru maupun usaha
mandiri. Dengan begitu pemerintah dapat mengoptimalisasi
masyarakat agar mampu meningkatkan taraf hidupnya dengan
dibekali keterampilan, sehingga dapat menurunkan angka
pengangguran.

Hal di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian


pada program Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) yang di
laksanakan di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten. Penulis
memilih lokasi lembaga pelatihan tersebut karena Provinsi
Banten merupakan daerah dengan angka pengangguran terbanyak
di Indonesia dan Provinsi Banten juga merupakan daerah yang
masih dapat dijangkau oleh penulis. UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten memiliki 8 kejuruan pelatihan dan salah satu

7
pelatihan yang penulis pilih adalah pelatihan menjahit. Judul
skripsi ini adalah “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja
Provinsi Banten”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ditemukan


beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Indonesia masih menghadapi masalah pengangguran, yang


umumnya diakibatkan oleh kualitas sumber daya manusia
yang rendah.
2. Pengangguran memberikan dampak buruk, yaitu
menurunkan sistem perekonomian negara, menurunkan
produktivitas tenaga kerja, menurunkan tingkat
keterampilan, meningkatkan angka kemiskinan, melebarnya
kawasan kumuh, menimbulkan kegiatan urbanisasi,
memicu tindakan kriminalitas dan lain sebagainya.
3. Jumlah pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan
pada periode Agustus 2018-2019, yaitu dari 7 juta orang di
tahun 2018 menjadi 7,05 juta orang di tahun 2019.
Kemudian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) paling
tinggi se-Indonesia adalah Provinsi Banten.
4. Pengangguran disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah
lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk (usia kerja)
yang mencari pekerjaan. Kemudian, kemampuan pencari
kerja yang tidak memenuhi standar kompetensi suatu pasar
atau lapangan usaha.

8
C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, kemampuan, dan dana


peneliti, maka tidak semua pelatihan yang dilaksanakan di UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten akan dikaji dan diteliti dalam
penelitian ini. Agar penelitian lebih mendalam, maka penelitian
ini dibatasai pada masalah “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pelatihan Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Latihan Kerja Provinsi Banten”, khusunya tahun 2018 dan 2019.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui


pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten?
2. Apa kendala dalam proses pemberdayaan melalui pelatihan
menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
3. Apa dampak yang diperoleh peserta pelatihan menjahit
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan menjahit di UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten.
b. Untuk mengetahui kendala dalam proses pemberdayaan
melalui pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten.

9
c. Untuk mengetahui dampak yang diperoleh peserta
setelah mengikuti pelatihan menjahit di UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini sebagai tugas akhir sekaligus
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti
khususnya menyangkut pemberdayaan masyarakat
melalui pelatihan kerja, yaitu pelatihan menjahit yang
dilaksanakan di UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten.
3) Untuk memperkaya model-model pemberdayaan
masyarakat, khususnya pada pemberdayaan
masyarakat di bidang ketenagakerjaan dalam upaya
meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan
mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber
informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas, serta
dapat menjadi contoh bagi lembaga lainnya dengan
melihat dan memahami pemberdayaan masyarakat
melalui pelatihan kerja (pelatihan menjahit) dalam upaya
meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan mengurangi
angka pengangguran.

10
F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Sebelum peneliti melaksanakan penelitian, peneliti


melakukan survey atau meninjau skripsi terdahulu yang memiliki
persamaan dan perbedaan dengan kajian skripsi yang akan
diangkat, sehingga tidak terjadi duplikasi. Berikut adalah
beberapa kajian penelitian terdahulu:

1. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pelatihan Keterampilan Membatik di
Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul
Penulis : Aditya Arie (Pendidikan Luar Sekolah,
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta)

Skripsi ini membahas tentang pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan keterampilan membatik di
Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul, serta faktor pendukung
dan faktor penghambat pelaksanaan pelatihan keterampilan
membatik. Terdapat perbedaan isi skripsi, pertama lokasi
penelitian Aditya adalah Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul
dan lokasi penelitian penulis adalah Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banten. Perbedaan
kedua, Aditya meneliti pelatihan membatik sedangkan
penulis meneliti pelatihan menjahit.

2. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Program Pelatihan IT/Komputer Hardware
dan Software di Institut Kemandirian
Dompet Dhuafa Kota Tangerang

11
Penulis : Diqu Zarobi Alfadia (Pengembangan
Masyarakat Islam, Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi ini membahas tentang proses serta hasil dari


pemberdayaan masyarakat pada program pelatihan
IT/Komputer Hardware dan Software oleh Institut
Kemandirian Dompet Dhuafa Kota Tangerang. Terdapat
persamaan isi skripsi, yaitu pembahasan skripsi Diqu dan
penulis adalah proses dan hasil dari pemberdayaan suatu
program pelatihan. Adapun perbedaan isi skripsi, pertama
lokasi penelitian Diqu adalah Institut Kemandirian Dompet
Dhuafa Kota Tangerang dan lokasi penelitian penulis
adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan
Kerja Provinsi Banten. Perbedaan kedua, Diqu meneliti
pelatihan IT/komputer hardware dan software sedangkan
penulis meneliti pelatihan menjahit.

3. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pelaksanaan Pelatihan Teknik Sepeda
Motor Unit Balai Latihan Kerja Provinsi
Jawa Barat
Penulis : Muhammad Iqbal Maulana (Kesejahteraan
Sosial, Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta)

12
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pelatihan,
faktor pendorong dan penghambat, dan target keberhasilan
dari tujuan pelatihan teknik sepeda motor di Balai Latihan
Kerja Provinsi Jawa Barat. Terdapat perbedaan isi skripsi,
pertama lokasi penelitian Muhammad Iqbal adalah Balai
Latihan Kerja Provinsi Jawa Barat dan lokasi penelitian
penulis adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Latihan Kerja Provinsi Banten. Perbedaan kedua,
Muhammad Iqbal meneliti pelatihan teknik sepeda motor
dan penulis meneliti pelatihan menjahit.

4. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Program Pelatihan Montir Motor di Balai
Latihan Kerja Kota Tangerang
Penulis : Arif Rahman (Pengembangan Masyarakat
Islam, Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta)

Skripsi ini membahas tentang menanggulangi


hambatan pelaksanaan program pelatihan, ketepatan tujuan
terhadap sasaran program pelatihan, kepuasan dari
penerima manfaat program pelatihan, dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan program pelatihan montir motor di
Balai Latihan Kerja Kota Tangerang. Terdapat perbedaan
isi skripsi, pertama lokasi penelitian Arif Rahman adalah
Balai Latihan Kerja Kota Tangerang dan lokasi penelitian
penulis adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

13
Latihan Kerja Provinsi Banten. Perbedaan kedua,
Muhammad Iqbal meneliti pelatihan montir motor dan
penulis meneliti pelatihan menjahit.

5. Judul Skripsi : Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit


Khusus Perempuan di Balai Latihan Kerja
(BLK) Provinsi Bengkulu Tahun 2012
Penulis : Ninda Maria (Pendidikan Luar Sekolah,
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Bengkulu)

Skripsi ini membahas tentang efektivitas pelaksanaan


pelatihan menjahit khusus perempuan di Balai Latihan
Kerja Provinsi Bengkulu Tahun 2012 yang dilihat dari segi
input, proses, dan output. Terdapat persamaan isi skripsi,
Ninda Maria dan penulis meneliti pelatihan menjahit,
namun Ninda Maria membahas efektivitas pelatihan
menjahit khusus perempuan dari segi input, proses dan
output, sedangkan penulis membahas proses, kendala, dan
hasil pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan menjahit.
Adapun perbedaan lainnya, yaitu lokasi penelitian Ninda
Maria adalah Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu dan
lokasi penelitian penulis adalah Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banten.

14
G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.


Menurut Sugiyono (2010: 2-3) bahwa metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam. Kriteria
data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data
yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana
adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data
yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap
tersebut.

Penelitian kualitatif menganggap bahwa realitas adalah


bentukan pikiran manusia. segala sesuatu yang melibatkan
manusia akan bersifat kompleks dan multi dimensi, apalagi
jika melibatkan sekelompok manusia dan interaksinya.
Penelitian kualitatif berusaha memahami kompleksitas
fenomena yang diteliti. Peneliti berusaha menginterpretasikan
dan kemudian melaporkan suatu fenomena. Peneliti juga
berusaha memahami suatu fenomena dari sudut pandang sang
pelaku di dalamnya. Pemahaman sang peneliti sendiri dan para
pelaku diharapkan akan saling melengkapi dan mampu
menjelaskan kompleksitas fenomena yang diamati. Peneliti
kualitatif adalah instrumen utama penelitian, maka keterlibatan
peneliti merupakan kunci penting untuk memahami
kompleksitas suatu fenomena (Sarosa, 2012: 9-10).

15
Peneliti menggali data secara mendalam dengan
mengedepankan interaksi komunikasi kepada informan
maupun fenomena yang diteliti, kemudian menguraikan fakta
tersebut dalam bentuk kata dan tulisan. Dengan itu peneliti
dapat menyajikan data dan menganalisis data mengenai proses,
kendala dan hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui
pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

2. Macam Data dan Sumber Data

Data penelitian terdiri dari dua macam data, yang diperoleh


dari sumber yang berbeda, yaitu:

a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer
dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), dan
kejadian atau kegiatan. Data primer yang dikumpulkan
berupa hasil wawancara kepada pengurus atau pelaksana
pelatihan menjahit dan alumni pelatihan menjahit UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang


diperoleh secara tidak langsung dengan kata lain melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Umumnya data sekunder berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

16
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data
sekunder yang dikumpulkan berupa data dokumen tertulis
seperti arsip, database, surat-surat, gambar atau foto, dan
video yang berkaitan dengan pelaksanaan program PBK.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode


pengumpulan data di mana peneliti melihat dan mengamati
secara visual. Observasi sebagai teknik pengambilan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik lain. Observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga
pada objek-objek alam yang lain. Melalui observasi,
deskripsi objektif dari individu-individu dalam
hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan
mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh (Basrowi
dan Suwandi, 2008: 94-95).

Menurut Idrus (2009: 101), observasi atau


pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang
dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan
secara terlibat (secara partisipatif) ataupun non partisipatif.
Maksudnya pengamatan terlibat merupakan jenis
pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang
yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan
perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan
dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya
selaku peneliti.

17
Pada teknik ini peneliti mengalami kesulitan untuk
mengamati situasi dari proses pelaksanakaan pelatihan
menjahit secara langsung, dikarenakan situasi dan kondisi
pandemi Covid-19 yang sedang, sehingga tidak
memungkinkan pihak UPTD melaksanakan kegiatan
pelatihan selama pandami Covid-19. Maka, peneliti melihat
dan mengamati proses pelaksanaan pelatihan menjahit
melalui gambar dan video, serta mengamati kondisi tempat
pelaksanaan pelatihan menjahit dan lingkungan sekitarnya.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud


tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas
pertanyaan itu (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden atau
narasumber yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010: 72).

Peneliti melakukan wawancara kepada Akhmad


Subhan Syafa’at, S.H, Juniati, ST, Yogie Noegraha, SE.
M.Si, Mega Putri, SKM, Nana Murdiana, ST,Eki Almas
Oktaviani, Sahroni, Deri Rahmana, Irham Mahfud,
Cahyaning Maslakhah, Putri Arni, Selawati, Dinda
Kornelia Vinadani, Nur Alfiatullailah, dan Kavivah Sifaur.

18
c. Studi Dokumen

Studi Dokumen adalah salah satu medote


pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi
dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran
dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan
dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh
subjek yang bersangkutan (Herdiansyah, 2012: 143).

Dokumen berguna jika peneliti ingin mendapatkan


informasi mengenai suatu peristiwa tetapi mengalami
kesulitan untuk mewawancarai langsung para pelaku.
Teknik pengumpulan data (dokumentasi) merupakan suatu
cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan
penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,
sehingga diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan
berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 158).

Peneliti mengumpulkan beberapa dokumen mengenai


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, dokumen tersebut
diantaranya adalah: profil UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten, kurikulum pelatihan menjahit, nominatif peserta
pelatihan menjahit, rencana pelatihan berbasis kompetensi,
dan dokumentasi pelatihan menjahit (gambar dan video).

19
4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu


analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan menjadi hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi
secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan
apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan
data yang terkumpul. Bila data yang dapat dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis
diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori
(Sugiyono, 2017: 245).

Menurut pandangan Nasution seperti yang dikutip oleh


Sugiyono (2017: 245-246), analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian
selanjutnya. Pertama analisis sebelum di lapangan, dilakukan
terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder,
yang digunakan untuk menentukan fokus penelitia. Namun
demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan
berkembang setelah penelitian masuk dan selama di lapangan.
Kedua adalah analisis selama di lapangan, analisis dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai

20
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh
data yang dianggap kredibel.

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis


data model Miles dan Huberman, yaitu analisis data kualitatif
yang dilakukan secara interaktif dan berlangusung secara terus
menerus sampai tuntas, sampai data sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.

Langkah pertama adalah reduksi data, berarti


merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Langkah kedua
adalah penyajian data, berarti menyajikan data dalam bentuk
uraian singkat. Kemudian langkah ketiga adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.

5. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat


dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2010: 119). Validitas data
berarti bahwa data yang telah terkumpul dapat
menggambarkan realitas yang ingin diungkapkan oleh peneliti.
Persoalaan validitas data dalam penelitian kualitatif harus
ditekankan pula pada validitas tipologi atau klasifikasi.
Validitas tipologi adalah ketepatan tipologi yang telah dibuat
untuk menggambarkan suatu realitas.

21
Salah satu teknik pengujian keabsahan data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan dan triangulasi waktu. Namun,
pada skripsi ini penulis hanya menggunakan triangulasi
sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “SK


Rektor Nomer 507 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” dan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Ce’Qda”.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Serpong, Tangerang


Selatan, Provinsi Banten. Lokasi ini dipilih sebagai tempat
penelitian karena Provinsi Banten merupakan daerah dengan
pengangguran terbanyak di Indonesia. Di sisi lain, Provinsi
Banten merupakan daerah tempat tinggal peneliti, sehingga
masih dapat dijangkau. Waktu penelitian dimulai dari bulan
Oktober 2020 sampai dengan selesai, dengan perizinan
penelitian ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Provinsi
Banten pada bulan Januari.

22
H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan bagian pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Bab II merupakan bagian yang membahas Kajian
Pustaka, yang terdiri dari: landasan teori (teori
pemberdayaan, teori kemiskinan, dan teori pelatihan),
dan kerangka berpikir.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN


Bab III merupakan bagian yang membahas Gambaran
Umum Latar Penelitian, yang terdiri dari: profil
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN


Bab IV merupakan bagian yang membahas Temuan
Penelitian, yang terdiri dari: pelaksanaan pelatihan
menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten,
kendala dalam pelaksanaan pelatihan menjahit di
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, dan dampak
yang diperoleh peserta pelatihan menjahit UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten.

23
BAB V PEMBAHASAN
Bab V merupakan bagian yang membahas Analisis
Data, yaitu mengaitkan temuan penelitian dengan
teori.

BAB VI KESIMPULAN
Bab VI merupakan bagian yang memaparkan
kesimpulan dan saran.

24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Pemberdayaan
a. Pengertian Pemberdayaan

Mengutip pandangan Keban dan Lele yang


menyatakan bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal
dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut,
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju
berdaya, atau proses untuk memperoleh daya, ataupun
sebagai proses pemberian daya dari pihak yang memiliki
daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya
(Mulyono, 2017: 38).

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya,


dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya. Di samping itu, pemberdayaan
hendaknya jangan menjebak masyarakat dalam perangkap
ketergantungan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus
mengantarkan kepada proses kemandirian. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan
mengandalkan apa yang mereka lakukan tersebut
(Mulyono, 2017: 40-41).

25
Makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas
dengan sumber daya, kesempatan, keahian, dan
pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga
dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga
komunitas. Proses pemberdayaan tersebut tidak cukup
hanya dengan retorika bahwa “masyarakat pasti bisa
melakukannya sendiri”. Hal seperti itu memang penting
untuk memberikan motivasi, tetapi itu tidak cukup
(Nasdian, 2014: 51).

Menurut teori ilmu jiwa seperti yang dikutip oleh


Gitosaputro dan Rangga (2015: 27-29),manusia memiliki
berbagai daya, yakni daya atau kekuatan berfikir, bersikap,
dan bertindak. Daya-daya itulah yang harus
ditumbuhkembangkan pada manusia dan kelompok secara
optimal untuk mengubah diri dan lingkungannya.
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah sama
dengan pembangunan masyarakat. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam
pembangunan secara partisipatif sangat sesuai dan dapat
dipakai untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-
perubahan dalam masyarakat beserta lingkungan
strategisnya. Sebagai konsep dasar pembangunan
partisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas
dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga
masyarakat mampu berkembang dan mengatasai
permasalahannya secara mandiri, berkesinambungan dan
berkelanjutan.

26
Menurut Usman seperti yang dikutip oleh Mulyono
(2017: 31), pemberdayaan sebagai suatu proses
pembelajaran masyarakat untuk megembangkan seluruh
potensi agar dapat berperan serta dalam pembangunan.
Sebagai suatu proses pembelajaran, ia adalah suatu proses
peningkatan kemampuan pada seseorang atau kelompok
orang agar dapat memahami dan mengontrol kekuatan-
kekuatan sosial, ekonomi, dan politik sehingga dapat
memperbaiki kedudukannya di tengah-tengah masyarakat.

Pemberdayaan juga merupakan sebuah proses dan


tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian pemberdayaan
sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses
(Suharto, 2005: 59-60).

27
Pemberdayaan masyarakat menurut Vitayala seperti
yang dikutip oleh Zubaedi (2013: 79) adalah upaya
membangun kemampuan (capacity building) masyarakat
dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang
ada melalui pengembangan kelembagaan, sarana dan
prasarana serta pengembangan tiga-P (pendampingan,
penyuluhan, dan pelayanan). Pendampingan dapat
menggerakkan partisipasi total masyarakat, Penyuluhan
dapat merespons dan memantau perubahan-perubahan yang
terjadi di masyarakat. Pelayanan berfungsi sebagai unsur
pengendali ketepatan distribusi aset sumber daya fisik dan
nonfisik yang diperlukan masyarakat.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat


dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan
ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan,
dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut
dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu:
‘kekuasaaan di dalam’ (power within), ‘kekuasan untuk’
(power to), ‘kekuasaan atas’ (power over), dan ‘kekuasaan
dengan’ (power with) (Suharto 2005: 63-64).

Dari berbagai konsep pemberdayaan di atas, dapat


disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya
untuk membantu masyarakat lapisan bawah (belum
berdaya) menjadi masyarakat yang berdaya. Bentuk
bantuan yang diberikan berupa (daya atau potensi atau
pengetahuan atau keterampilan). Proses pemberdayaan

28
dapat dilakukan dengan sikap membangkitkan kesadaran,
memotivasi, mendorong, mentrasfer daya. Dengan itu,
masyarakat sadar akan potensi yang dimiliki dan berupaya
untuk mengembangkannya.

Upaya dalam pemberdayaan dilakukan untuk


melahirkan masyarakat yang berdaya serta mandiri, yang
mampu menyelesaikan masalah dan memutuskan masa
depannya dengan mengaplikasikan potensi yang dimiliki.
Kemandirian masyarakat tidak hanya dilihat dari hasil akhir
yang menunjukkan masyarakat itu sudah sejahtera atau
belum, namun kemandirian pun dilihat dari hasil
transformasi daya atau kemampuan selama proses
pemberdayaan, yaitu berupa kemandirian berpikir,
kemandirian bertindak, kemandirian memutuskan masa
depan, dan kemandirian menyelesaikan masalah. Maka
upaya untuk mewujudkan pertumbuhan yang sangat
potensial dalam meningkatkan kesejahteraan, masyarakat
harus berperan langsung dalam proses pemberdayaan,
bukan semata-mata hanya menerima bantuan tanpa adanya
aksi dari mereka untuk memberdayakan diri sendiri).

b. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat berorientasi kesejahteraan


apabila ia dirancang dan dilaksanakan dengan fokus untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
bukannya meningkatkan produksi. Ini mengubah prinsip-
prinsip yang dianut selama ini, yaitu bahwa pencapaian

29
pembangunan lebih diarahkan pemenuhan target-target
variabel ekonomi makro. Upaya yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan ini, antara lain berupa pembentukan
usaha kemitraan yang mutualistis antara orang lokal (orang
miskin) dengan orang yang lebih mampu. Kemitraan akan
membuka akses orang miskin terhadap teknologi, pasar,
pengetahuan, modal, manajemen yang lebih baik serta
pergaulan bisnis yang lebih luas (Nasdian, 2014: 76).

Dalam konsep Suharto seperti yang dikutip oleh


Hermansah (2016: 44), tujuan pemberdayaan menunjuk
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebagian
perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-
tugas kehidupannya.

Sedangkan menurut Sulistiyani dan Teguh seperti


yang dikutip oleh Hermansah (2016: 18), tujuan
pemberdayaan adalah membentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa
yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan
suatu kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai

30
dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai
pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan
daya atau kemampuan yang dimiliki.

c. Strategi Pemberdayaan

Strategi sering diartikan sebagai langkah-langkah


tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu
tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki. Adapun
strategi pemberdayaan masyarakat miskin menurut
Mulyono (2017: 87) antara lain:

1) Memetakan karakteristik orang miskin.


2) Mencari sasaran pemberdayaan yang sesuai dengan
kelompok target potensial.
3) Melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
pendidikan dan pelatihan; sesuai dengan kebutuhan
pasar baik dunia industri maupun dunia usaha.
4) Mempertemukan antara kelompok target potensial
dengan kebutuhan pasar .
5) Masyarakat menjadi berdaya.
6) Peningkatan ekonomi masyarakat dan memiliki mata
pencaharian.

Menurut Adi seperti yang dikutip oleh Hermansah


(2016: 41-42), salah satu strategi pemberdayaan adalah
melalui instrumen pendidikan. Karena dalam pendidikan
masyarakat dibekali ilmu pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan. Sebab dengan ilmu

31
pengetahuan tersebut masyarakat menjadi mengetahui,
mengerti dan bahkan dapat melakukan dan mau melakukan
sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup.

Sedangkan menurut pandangan Ife dan Tesoriero


(2014:130), strategi untuk mencapai pemberdayaan dari
kelompok-kelompok yang dirugikan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga model, yaitu:

1) Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan,


dicapai dengan mengembangkan atau mengubah
struktur-struktur dan lembaga-lembaga untuk
mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber
daya atau berbagai layanan dan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
2) Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik,
menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan
politik dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif.
3) Pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadar-
tahuan, menekankan pentingnya suatu proses edukatif
(dalam pengertian luas) dalam melengkapi
masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan.

d. Tahapan Pemberdayaan

Dalam proses pemberdayaan ada empat tahapan yang


wajib dilalui menurut Hermansah (2016: 47) antara lain:

1) Perencanaan: partisipasi masyarakat dapat dilihat


pada keikutsertaan masyarakat dalam musyawarah

32
penentu program, identifikasi dan masalah, ataupun
pembuatan formula kegiatan atau program
kemasyarakatan tersebut.
2) Tahap Pelaksanaan: anggota masyarakat ikut serta
dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan
sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan
diikuti secara seksama dan cermat. Warga masyarakat
aktif sebagai pelaksana maupun pemanfaat program.
Masyarakat sebagai pelaksana, mereka misalnya
berpartisipasi dalam perumusan prosedur, aturan main
dan mekanisme pelaksanaan program serta aktif
dalam pelaksanaan itu sendiri.
3) Tahap Pelembagaan Program: partisipasi anggota
masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan atau
pelembagaan program. Langkah partisipasinya,
masyarakat ikut serta dalam merumuskan dan
membuat model-model pendanaan program,
penguatan lembaga-lembaga pengelola program dan
melakukan pengkaderan anggota masyarakat sebagai
penguatan SDM bagi program tersebut.
4) Tahap Monitoring dan Evaluasi: masyarakat ikut serta
mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini
menjadi penting agar program pemberdayaan tersebut
dapat memiliki kinerja yang baik secara administratif
maupun subtantif. Kinerja administratif artinya tata
pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan dengan
dokumen-dokumen pelaporan yang semestinya

33
berlaku atau sesuai dengan perundang-undangan.
Kinerja subtantif berarti bahwa program dapat
memberikan perubahan nyata baik kemaslahatan
publik.

Menurut Sumodiningrat seperti dikutip oleh Mulyono


(2017: 44), proses belajar dalam rangka pemberdayaan
masyarakat akan berlangsung secara bertahap, yaitu:

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju


perilaku sadar dan peduli sehingga merasa
membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar terbuka
wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual dan
kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
kemandirian.

Menurut Slamet seperti yang dikutip oleh Hermansah


(2016: 38), tahapan dalam pemberdayaan adalah:

1) Analisis Situasi Masyarakat


2) Identifikasi Masalah
3) Menentukan Tujuan Kerja Secara Spesifik
4) Rencana Pemecahan Masalah
5) Pelaksanaan Kegiatan
6) Evaluasi Kegiatan dan Hasil

34
2. Teori Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Mengutip pandangan Poerwadarminta yang


menyatakan bahwa secara harfiah kemiskinan berasal dari
kata miskin yang artinya “tidak berharta-benda”. Dalam
pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan
sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara
individu, kelompok, maupun keluarga sehingga kodisi ini
rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain
(Rustanto, 2015: 1).

Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa fenomena


kemiskinan yang terjadi di Indonesia dapat diartikan
sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang dialami
individu, kelompok, dan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan standar hidup minimum. Contohnya seperti
pendidikan yang rendah, sehingga banyak yang
menganggur dan tidak bekerja, serta banyak warga yang
belum mampu mengakses program maupun pelayanan
pemerintah, sehingga sulit memenuhi kebutuhannya
(Rustanto, 2015: 2).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen


Sosial (Depsos), kemiskinan merupakan sebuah kondisi
yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang
disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas
kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah

35
sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk
dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kilogram
kalori per orang per hari, serta kebutuhan non-makanan
yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
pendidikan, transportasi serta aneka barang dan jasa.

Menurut Suparman seperti yang dikutip oleh Santosa


(2018: 6), kemiskinan merupakan kondisi yang
menunjukkan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan
standar kehidupan yang umum berlaku pada masyarakat
yang bersangkutan. Ia menambahkan standar kehidupan
yang rendah secara langsung tampak berpengaruh terhadap
tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga
diri. Selain itu, kemiskinan berpengaruh juga terhadap
persoalan kecukupan gizi dan pangan, pendidikan, lokasi
mukim, produktivitas, kreativitas kerja, daya saing,
pasrtisipasi dan sebagainya.

Istilah miskin menurut Thohir seperti yang dikutip


oleh Mulyono (2017:6) adalah kondisi yang secara umum
menggambarkan suatu rumah tangga, komunitas, atau
seseorang yang ada dalam serba kekurangan, terutama
dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan yang paling
dasar, akibat hal tersebut, yang bersangkutan mengalami
berbagai keterbatasan baik terhadap peran-peran yang
secara sosial, ekonomi, politik maupun budaya yang harus
dilakukan. Keterbatasan-keterbatasan seperti itu dapat

36
terjadi karena akibat dari internal individu atau rumah
tangga yang gagal beradaptasi terhadap lingkungan, atau di
dalam merespons perubahan. Pada saat yang sama, dapat
juga terjadi sebaliknya, yaitu lingkunganlah yang
melahirkan seseorang menjadi miskin.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian miskin


adalah tidak berharta-benda atau tidak memiliki uang.
Kemiskinan adalah suatu keadaan ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar, dengan kata
lain kondisi individu atau kelompok yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok yaitu kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Kemiskinan juga dapat digambarkan
dengan kondisi manusia yang hidup dengan tingkat
minimum pendapatan yang rendah, dan jauh dari standar
hidup yang layak. Dengan begitu orang miskin adalah
orang yang berkehidupan serba kekurangan, yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis
kemiskinan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), garis


kemiskinan pada Maret 2020 tercatat sebesar Rp454.652,-
perkapita perbulan dengan komposisi garis kemiskinan
makanan sebesar Rp335.793,- dan garis kemiskinan bukan
makanan sebesar Rp118.859,-. Dengan begitu, garis
kemikinan Indonesia perkapita perhari adalah Rp15.115,-.

37
b. Karakteristik atau Ciri-Ciri Orang Miskin

Berdasarkan kosep Mulyono (2017: 12) dan pakar


kemiskinan lainnya terdapat empat karakteristik orang
miskin. Karakteristik tersebut didasarkan pada diri setiap
individu manusia yang memiliki karakteristik yang unik
dan bervariasi. Empat tipe karakteristik orang miskin
tersebut adalah:

1) Seseorang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki


kemauan, tipe karakteristik ini menggambarkan
seseorang/individu pada dasarnya memiliki
kemampuan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan
dalam rangka menunjang kehidupan, akan tetapi ia
tidak memiliki kemauan untuk melakukan kegiatan
dengan berbagai alasan. Diantaranya alasan tersebut
adalah hasilnya tidak cukup untuk kehidupan sehari-
hari, pekerjaan yang dilakukan terlalu berat, dianggap
kasar atau dianggap memalukan. Maka tipe
karakteristik ini sebenarnya adalah orang yang malas
untuk maju dan berkembang, atau dengan kata lain
cenderung suka “enak-enakan”.
2) Seseorang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki
kemampuan, tipe karakteristik ini menggambarkan
seseorang yang memiliki semangat, kemauan untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas dalam rangka
menunjang kehidupannya, tetapi ia tidak memiliki
kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan oleh

38
pasar baik dunia industri maupun dunia usaha.
Sebenarnya tipe ini cukup mudah untuk diberdayakan
karena sudah memiliki kemauan yang kuat, tinggal
memberikan keterampilan sesuai dengan yang
diinginkan, sekaligus disesuaikan dengan kebutuhan
pasar, baik dunia usaha maupun dunia industri
(DUDI).
3) Seseorang memiliki kemampuan dan memiliki
kemauan, tetapi merasa dirinya sudah cukup, tipe
karakteristik ini adalah seseorang yang memiliki
kemampuan serta kemauan dalam melaksanakan
kegiatan atau aktivitas, tetapi karena merasa sudah
cukup untuk kehidupan sehari-hari sehingga tidak
mau berusaha keras lebih keras atau berjuang untuk
lebih maju dan berkembang. Dengan kata lain, apa
yang dimiliki (mensyukuri apapun yang telah dicapai)
atau dengan istilah Jawa “nrimo”.
4) Seseorang memiliki kemampuan dan memiliki
kemauan akan tetapi tidak memiliki peluang kerja.
Tipe karakteristik ini pada dasarnya adalah seseorang
yang sudah memiliki kemampuan serta kemauan,
akan tetapi kemampuan dan kemauan yang dimilki
tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan pasar
tempat orang tersebut berada, sehingga mereka
menjadi pengangguran dan sekaligus miskin.

39
Adapaun ciri-ciri penduduk miskin menurut Suharto seperti
yang dikutip oleh Mulyono (2017: 11), sebagai berikut:

1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi


dasar (pangan, sandang, dan papan).
2) Ketiadaaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar
lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih,
dan transportasi).
3) Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya
investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat
individual maupun massal.
5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan
keterbatasan sumber alam.
6) Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.
7) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik
maupun mental.
8) Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial
(anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan
rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
terpencil).

c. Penyebab Kemiskinan

Dalam konsep Mas’oed seperti yang dikutip oleh


Mulyono (2017: 17) menyatakan bahwa penyebab
kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

40
1) Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan ini timbul akibat kelangkaan sumber-
sumber daya alam, kondisi tanah yang tandus, tidak
ada perairan dan kelangkaan prasarana.
2) Kemiskinan Buatan
Kemiskinan ini timbul akibat munculnya
kelembagaan (sering kali akibat modernisasi atau
pembangunan itu sendiri) yang membuat anggota
masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya,
sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata
(atau disebut juga dengan kemiskinan struktural).

Menurut Sharp seperti yang dikutip oleh Mulyono


(2017: 18) mencoba mengidentifikasikan penyebab
kemisinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara
mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan
pola kepemilikan sumber daya yang menimbukan distribusi
pendapatan yang timpang. Kedua, kemiskinan muncul
akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas
rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya
kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan,
nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat
perbedaan akses dalam modal.

41
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty).
Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan
kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas.
Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang mereka terima. Logika berpikir ini
dikemukakan oleh Ragnar Nurkse yang dikutip oleh
Mulyono (2017: 18), mengatakan; “negara miskin itu
miskin karena dia miskin”, seperti gambar berikut:

Ketidaksempurnaan pasar,
Keterbelakangan,
Ketertinggalan

Kekurangan Modal

Investasi Rendah Produktivitas Rendah

Tabungan Rendah Pendapatan Rendah

Gambar 2. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan


d. Pengentasan Kemiskinan

Program-program pengentasan kemiskinan yang


dilakukan pada masa pemerintahan presiden Susilo
Bambang Yudoyono dan presiden Joko Widodo ada tiga
(Rustanto, 2015: 116-120), yaitu:

42
1) Program Berbasis Bantuan Sosial: Karakteristik
klaster satu berupa program bantuan sosial, yaitu
bersifat pemenuhan hak dasar untuk individu dan
rumah tangga miskin yang meliputi bantuan pangan,
pendidikan, kesehatan, papan, sanitasi, dan air bersih.
Ciri lain dari kelompok program ini adalah
mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat
langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung
oleh penerima manfaat.
2) Program Berbasis Pemberdayaan Masyarakat:
Karakteristik klaster dua berupa pemberdayaan
masyarakat, yaitu menitikberatkan pada penguatan
kapasitas masyarakat dengan mengembangkan
berbagai skema program berdasarkan sektor tertentu
yang dibutuhkan oleh masyarakat di suatu daerah
baik di pedesaan maupun perkotaan.
3) Program Berbasis Usaha Kecil Mikro: Karakteristik
klaster tiga ini memberikan akses yang luas dalam
usaha kecil dan mikro, memperluas produksi dan
pemasaran hasil produksi rumah tangga dan industri
kecil dengan pemberian kredit usaha rakyat (KUR).
Selain memberikan modal usaha bagi usaha kecil,
program ini juga memberikan pelatihan dan
pendampingan untuk meningkatkan keterampilan dan
manajemen usaha kepada pelaku usaha kecil dan
mikro.

43
3. Teori Pelatihan

a. Pengertian Pelatihan

Menurut Oemar Hamalik (2005: 10), pelatihan adalah


suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian
bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga
profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam
bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas
dan produktivitas dalam suatu organisasi.

Pelatihan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan,


di mana konsep pemberian bantuan mengandung makna
yang luas. Bantuan dalam hal ini dapat berupa pengarahan,
bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan
keterampilan, pengorganisasian suatu lingkungan belajar;
yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan
pengalaman, motivasi untuk melakukan sendiri kegiatan
latihan dan memperbaiki dirinya sendiri, sehingga dia
mampu membantu dirinya sendiri. Istilah pemberian
bantuan lebih bersifat humanistik (manusiawi) dan tidak
memperlakukan peserta sebagai mesin (mekanistik)
(Hamalik, 2005: 11).

Pelatihan juga didefinisikan sebagai suatu cara yang


digunakan untuk memberikan atau meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaannya sekarang (Panagabean, 2004: 41). Sedangkan

44
menurut Mangkunegara seperti yang dikutip oleh
Sugiharto, etc., (2015: 3), pelatihan merupakan istilah yang
berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang
diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill,
pengetahuan dan sikap-sikap pengawas atau anggota
organisasi.

Kemudian program pelatihan merupakan suatu


pegangan yang penting dalam rangka pelaksanaan suatu
kegiatan pelatihan. Program tidak hanya memberikan
acuan, melainkan juga menjadi patokan untuk mengukur
keberhasilan kegiatan pelatihan. Itu sebabnya, desain dan
perencanaan suatu program pelatihan sebaiknya dilakukan
oleh ahli dalam bidangnya dan bertitik tolak dari kebijakan
yang telah digariskan oleh pimpinan yang berwenang dalam
bidang ketenagaan. Maka ada lima unsur dalam program
pelatihan (Hamalik, 2005: 34-37), yaitu:

1) Peserta Latihan: penetapan calon peserta pelatihan


erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan,
yang pada gilirannya turut menentukan efektivitas
pekerjaan. Karena itu perlu dilakukan seleksi yang
teliti untuk memperoleh peserta yang baik,
berdasarkan kriteria.
2) Pelatih (Instruktur): pelatih-pelatih memegang peran
yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan
program pelatihan. Itu sebabnya perlu dipilih pelatih
yang ahli, yang berkualifikasi profesional.

45
3) Lamanya Pelatihan: lamanya masa pelaksanaan
pelatihan berdasarkan pertimbangan tentang:

a) Jumlah dan mutu kemampuan yang hendak


dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih banyak
dan lebih tinggi bermutu, kemampuan yang ingin
diperoleh mengakibatkan lebih lama diperlukan
latihan.
b) Kemampuan belajar para peserta dalam mengikuti
kegiatan pelatihan. Kelompok peserta yang
ternyata kurang mampu belajar tentu memerlukan
waktu latihan yang lebih lama.
c) Media pengajaran, yang menjadi alat bantu bagi
peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi
dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan
dan dapat mengurangi lamanya pelatihan tersebut.
4) Bahan Latihan: bahan latihan seyogianya disiapkan
secara tertulis agar mudah dipelajari oleh para
peserta. Penulisan bahan dalam bentuk buku paket
materi pelatihan hendaknya memperhatikan faktor-
faktor tujuan pelatihan, tingkatan peserta latihan,
harapan lembaga penyelenggara pelatihan, dan
lamanya latihan.
5) Bentuk Pelatihan: bentuk-bentuk yang digunakan
untuk mengembangkan kemampuan ketenagaan,
seperti: belajar sambil bekerja, penyuluhan,
pengajaran dengan mesin, kepanitiaan, kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan, dan lain sebagainya.

46
Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah
suatu cara atau upaya memberikan bantuan seseorang atau
kelompok untuk mengembangkan keahlian, untuk
mengembangkan pengetahuan, dan untuk mengembangkan
sikap yang dilakukan oleh tenaga pelatih profesional.
Bantuan yang diberikan dapat berupa pengarahan,
bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan
keterampilan, dan lain sebagainya. Dengan tujuan agar
manusia atau kelompok tersebut mengalami perubahan,
baik perubahan dari segi kemampuan maupun segi
kehidupan sosialnya dari yang sebelumnya tidak mampu
menjadi mampu atau dari yang sebelumnya lemah menjadi
kuat.

b. Tujuan Pelatihan

Menurut Hamalik (2005: 12) tujuan pelatihan untuk


meningkatkan kemampuan kerja peserta yang menimbulkan
perubahan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampian dan
sikap. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan tersebut:

1) Kemampuan membentuk dan membina hubungan


antar perorangan (personal) dalam organisasi.
2) Kemampuan menyesuaikan diri dengan keseluruhan
lingkungan kerja.
3) Pengetahuan dan kecakapan untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu.
4) Kebiasaan, pikiran dan tindakan serta sikap dalam
pekerjaan.

47
Hamalik (2005:14-17) juga berpandangan bahwa
tujuan pelatihan dapat dilihat dari segi kelembagaan
pendidikan dan pelatihan, lembaga diklat itu sendiri
bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang berkualitas
yang mampu mendukung pelaksanaan program departemen
atau non departemen bersangkutan. Tujuan diklat adalah
mengusahakan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap tenaga program. Kemudian dari segi jenis pekerjaan
dan jenis pelatihan, berdasarkan jenis pekerjaan maka dapat
ditentukan jenis pelatihannya dan masing-masing memiliki
tujuan tertentu. Misalnya tujuan pelatihan pada beberapa
jenis pelatihan di bawah ini:

1) Pelatihan Induksi: bertujuan untuk membantu tenaga


kerja baru untuk melaksanakan pekerjaannya;
kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang
seluk beluk organisasi bersangkutan.
2) Pelatihan Kerja: bertujuan untuk memberikan
instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan tugas-
tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjannya.
3) Pelatihan Pengawas: bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan mengenai pemeriksaan, pengawasan dan
pelatihan tenaga lainnya.
4) Pelatihan Manajemen: bertujuan untuk memberikan
latihan yang diperlukan dalam jabatan menajemen
puncak (Top management).

48
Menurut Moekijat seperti yang dikutip oleh
Sugiharto, etc., (2015: 6) mengemukakan bahwa tujuan
umum pelatihan ialah: untuk mengembangkan keahlian,
untuk mengembangkan pengetahuan, dan untuk
mengembangkan sikap. Sedangkan menurut Sudjana seperti
yang dikutip oleh Sugiharto, etc., (2015: 7) menjelaskan
bahwa pengaruh (outcome atau impact) merupakan tujuan
akhir pendidikan non formal (di dalamnya termasuk
pelatihan), yang antara lain meliputi perubahan taraf hidup
dan kemampuan untuk membelajarkan orang lain
berdasarkan hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan
manfaatnya oleh peserta pelatihan, maka manfaat dapat
diidentikkan dengan pengaruh tersebut. Lebih jauh Sudjana
menguraikan bahwa perubahan taraf hidup lulusan ditandai
antara lain dengan perolehan pekerjaan, perolehan atau
peningkatan pendapatan dan penampilan diri.

c. Model Pelatihan

Model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan


pelatihan yang di dalamnya terdapat program pelatihan dan
tata cara pelaksanaannya. Masing-masing model memiliki
tujuan dan prosedur penyelenggaraan yang berbeda-beda.
Maka model-model pelatihan tersebut adalah sebagai
berikut (Hamalik, 2005: 20-22):

1) Public Vocational Training (Refreshing Course):


Tujuannya adalah memberikan latihan kepada calon
tenaga kerja. Pelatihan dikaitkan dengan kebutuhan

49
organisasi, dan diselenggrakan di luar organisasi atau
perusahaan.
2) Apprentice Training: Latihan ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan arus pegawai baru yang tetap
dan serba bisa. Prosedur latihan dalam kelas. Praktik
kerja lapangan berlangsung dalam jangka waktu
lama, dengan pengawasan terus-menerus.
3) Vestibule Training (Off The Job Training): Latihan
diselenggarakan dalam suatu ruangan khusus yang
berada di luar tempat kerja biasa, yang meniru
kondisi-kondisi kerja sesungguhnya. Tujuannya untuk
melatih tenaga kerja secara tepat, misalnya karena
perluasan pekerjaan. Materi latihan dititikberatkan
pada metode kerja teknik produksi dan kebiasaan
kerja.
4) On The Job Training (Latihan sambil Bekerja):
Tujuannya untuk memberikan kecapakan yang
diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan
tuntutan kemampuan bagi pekerjaan tersebut, dan
sebagai alat untuk kenaikan jabatan. Kegiatannya
terdiri dari membaca materi, praktek rotasi, kursus
khusus, penugasan, dan lain-lain. Diperlukan
pelatihan yang cakap untuk memberikan instruksi,
menggunakan situasi pekerjaan sebagai tempat
memberikan pelajaran.
5) Pre Employment Training (Pelatihan sebelum
Penempatan): Bertujuan mempersiapkan tenaga kerja

50
sebelum ditempatkan atau ditugaskan pada suatu
organisasi untuk memberikan latar belakang
intelektual, mengembangkan seni berpikir dan
menggunakan akal. Materi lebih luas dan bersifat
teoritik. Pelatihan diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan di luar organisasi perusahaan.
6) Induction Training (Latihan Penempatan): Bertujuan
untuk melengkapi tenaga baru dengan keterangan-
keterangan yang diperlukan agar memiliki
pengetahuan, tentang praktek dan prosedur yang
berlaku di lingkungan organsasi/perusahaan tersebut,
seperti: kebijakan, peraturan, kesejahteraan sosial,
dan hal-hal yang diberikan oleh atasan dan rekan
sekerja.
7) Supervisory Training (Latihan Pengawas): Bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sebagai
pengawas. Kepada peserta diberikan informasi
tentang teori dan penerapan praktis mengenai teknik-
teknik pengawasan serta latihan tenaga kerja lainnya.
8) Understudy Training: Pelatihan ini bertujuan untuk
menyiapkan tenaga kerja yang cakap dalam jenis
pekerjaan tertentu dengan cara bekerja langsung
dalam pekerjaan bersangkutan, memberikan
pelayanan sebagai seorang asisten/pembantu.
9) Sistem Kemagangan (Internship Training): Sistem ini
bertujuan menyiapkan tenaga yang terdidik dan
terlatih dengan cara menempatkan tenaga yang

51
sedang disiapkan itu sebagai tenaga kerja pada suatu
lembaga/perusahaan selama jangka waktu tertentu
dengan bimbingan tenaga ahli dari Balai Latihan dan
staf para organisasi atau perusahaan tersebut. Peserta
seyogianya telah menempuh pendidikan di kampus.

B. Kerangka Berpikir

Masalah Solusi
Provinsi Banten Merupakan Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Daerah Dengan Pengangguran Pelatihan Menjahit di UPTD
Terbanyak di Indonesia Latihan Kerja Provinsi Banten

Tujuan
Meningkatkan kualitas dan kompetensi
masyarakat dalam keahlian dan keterampilan
menjahit serta menekan angka pengangguran
melalui pelatihan menjahit.

1. Strategi pemberdayaan: melalui pelatihan kerja yang


berdasarkan permintaan dunia usaha.
2. Pemberdayaan diutamakan untuk masyarakat pengangguran
3. Tahap Evaluasi

Meningkatkan Pengetahuan Mendapatkan Meningkatkan Penghasilan


dan Keterampilan Dasar Pekerjaan
Perjahitan

Gambar 3. Kerangka Berpikir

52
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Penelitian berlatarkan di Unit Pelaksana Teknis Daerah


(UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banteh, UPTD Latihan Kerja
adalah lembaga pelatihan kerja milik pemerintah daerah Provinsi
atau Kabupaten/Kota. UPTD Latihan Kerja memiliki program
utama atau program unggulan yaitu program Pelatihan Berbasis
Kompetensi atau yang disingkat dengan PBK. Pelatihan Berbasis
Kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada
penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan
dan persyaratan di tempat kerja.

Di dalam PBK terdiri dari berbagai jenis kejuruan dan sub


kejuruan pelatihan. UPTD Latihan Kerja di setiap daerah
memiliki kejuruan yang berbeda, hal itu disesuaikan dengan
kebutuhan pasar yang ada di daerah tersebut. Kemudian PBK
yang dilaksanakan seluruhnya mengacu kepada Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). UPTD Latihan
Kerja akan menjadi sarana Pengembangan ilmu Teknologi Tinggi
dan terapan bagi masyarakat Banten guna mendapatkan
keterampilan untuk meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas
dan produktivitas, sehingga dapat memperluas kesempatan kerja
ditingkat nasional maupun internasionalguna mengurangi tingkat
pengangguran di Provinsi Banten.

53
A. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

UPTD Latihan Kerja Provinsi Bantensudah berdiri selama


36 tahun dengan perubahan nama lembaga sebanyak 7 kali, yaitu:
Tahun 1985, Unit Pelaksana Teknis Daerah atau yang dikenal
oleh masyarakat Indonesia dengan nama UPTD, didirikan pada
tahun 1985 berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
181 Tahun 1984 dengan nomenklatur Kursus Latihan Kerja
(KLK). Tahun 1997, peningkatan kualitas KLK Tangerang, dari
tipe KLK menjadi Tipe Balai Latihan Kerja Industri pada tahun
1997 dengan Kementrian Tenaga Kerja Nomor 88 tahun 1997,
sehingga dikenal secara nasional dengan nama BLKI Tangerang.

Tahun 2001, sejalan dengan perubahan pada tata


pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan dari sentralisasi
menjadi desentralisasi, maka berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 2001 menjadi UPT Diklat Kerja Kabupaten
Tangerang. Tahun 2004, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
16 Tahun 2004 dan Surat Keputusan Bupati Nomor 25 Tahun
2004 menjadi Bidang Diklat Kerja dan Badan Pendidikan
Pelatihan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Tangerang.

Tahun 2008, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8


Tahun 2008 dan Surat Keputusan Bupati Nomor 55 Tahun 2008
menjadi UPT Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Tangerang. Tahun 2009, berdasarkan
Peraturan Gubernur Banten Nomor 35 Tahun 2009 tanggal 11
November 2009 menjadi Balai Latihan Kerja Industri Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten. Tahun 2019,

54
berdasarkan Peraturan Gubernur Banten Nomor 19 Tahun 2018
menjadi UPTD Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Banten.

Tahun 1985
KLK (Kursus Latihan Kerja)
Kementerian Tenaga Kerja

Tahun 1997
BLKI (Balai Latihan Kerja Industri)
Kementerian Tenaga Kerja

Tahun 2001
UPTDiklat Kerja Kabupaten Tangerang

Sejarah UPTD Tahun 2004


Latihan Kerja Bidang Diklat Kerja BadanPendidikan Pelatihan
Provinsi Banten Penelitiandan Pengembangan Kabupaten Tangerang

Tahun 2008
UPT Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Tangerang

Tahun 2009
Balai Latihan Kerja Industri Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Banten

Tahun 2019
UPTD Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Banten

Gambar 4. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten


Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

55
B. Tugas dan Fungsi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

UPTD Latihan Kerja memiliki tugas pokok untuk


melaksanakan pelatihan kerja, peningkatan keterampilan dan uji
kompetensi. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun
2018 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Cabang
Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Banten, tugas pokok UPTD Latihan Kerja
terdiri dari:

1. Penyusunan rencana program UPTD Latihan Kerja.


2. Penyusunan dan Pengembangan kurikulum pelatihan kerja.
3. Pelaksanaan pelatihan kerja dan uji kompetensi.
4. Promosi program dan pemasaran lulusan.
5. Pelaksanaan On The Job Training peserta latihan kerja di
perusahaan.

C. Visi dan Misi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Visi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten adalah:


"Menjadikan UPTD Latihan Kerja Unggul dalam bidang
Keahlian dan Keterampilan".

Misi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten adalah:

1. Menghasilkan dan mengembangkan sumber daya manusia


yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sebagai Institusi pelatihan yang berperan aktif dalam
meningkatkan keahlian dan keterampilan yang berbasis
kompetensi.

56
3. Menghasilkan tenaga kerja terampil berkualitas, berjiwa
wirausaha, mandiri, berbudaya, bermaterialitas dan beretika
serta berwawasan lingkungan dan mampu bersaing
ditingkat nasional.
4. Meningkatkan kemampuan dibidang teknologi terapan yang
berdayaguna bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

D. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

KEPALA UPTD LATIHAN


KERJA

KEPALA SUB. BAGIAN KEPALA


TATA USAHA SEKSI PELATIHAN

KEPALA SEKSI JABATAN


PENGEMBANGAN FUNGSIONAL
DAN PEMASARAN INSTRUKTUR

Gambar 5. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja


Provinsi Banten
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Adapun tupoksi dan uraian tugas para pengurus UPTD Latihan


Kerja Provinsi Banten terdiri dari:

1. Kepala UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten:mempunyai


tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan
perumusan rencana program dan kegiatan,
mengkoordinasikan, monitoring, urusan administrasi

57
umum, dan kepegawaian, keuangan, evaluasi, dan
pelaporan di UPTD Latihan Kerja.

2. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha UPTD Latihan Kerja


Provinsi Banten: mempunyai tugas pokok membantu
Kepala UPTD Latihan Kerja dalam melaksanakan
penyiapan administrasi surat menyurat, kearsipan,
perlengkapan, rumah tangga, kepustakaan, kehumasan,
administrasi kepegawaian, dan pengelolaan inventaris
barang dan aset UPTD Latihan Kerja.

3. Kepala Seksi Pelatihan UPTD Latihan Kerja Provinsi


Banten: mempunyai tugas pokok membantu Kepala UPTD
Latihan Kerja dalam melaksanakan pembinaan, koordinasi,
evaluasi dan perumusan kebijakan teknis operasional di
UPTD Latihan Kerja.

4. Kepala Seksi Pengembangan dan Pemasaran UPTD Latihan


Kerja Provinsi Banten: mempunyai tugas pokok membantu
Kepala UPTD Balai Latihan Kerja dalam melaksanakan
penyiapan perumusan program dan kegiatan, evaluasi,
pelaporan dan pengembangan

5. Jabatan Fungsional Instruktur UPTD Latihan Kerja


Provinsi Banten:

a. Menyusun rencana pengajaran atau kurikulum sebagai


acuan pembelajaran (kurikulum, silabus).
b. Membuat atau mempersiapkan perangkat pelatihan.

58
c. Mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan dengan bertanggungjawab pada satu bidang
spesialisasi di jurusan kejuruan dengan memperhatikan
serta mengedepankan keselamatan kerja.
d. Memberikan konsultasi dan nasihat atau motivasi, serta
rekomendasi karir kepada peserta pelatihan.
e. Membuat evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
pelatihan.
f. Merencanakan pelaksanaan uji kompetensi kerja.
g. Melaksanakan uji kompetensi kerja.
h. Melaksanakan kegiatan evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan uji kompetensi kerja.

E. Program Kerja UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

1. Program Pelatihan Berbasis Masyarakat

Program pelatihan ini dilaksanakan di daerah pedesaan


atas permintaan masyarakat desa sesuai potensi daerahnya.
Dalam hal ini semua sarana dan prasarana maupun
instrukturnya disiapkan dan dikirim ke lokasi pelatihan dengan
menggunakan mobil MTU (Mobile Training Unit), adapun
pesertanya direkrut oleh daerah atau desa bersama-sama
dengan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

2. Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

Program pelatihan ini dipersiapkan dengan kurikulum


berbasis kompetensi dengan tujuan untuk meningkatkan
kompetensi tenaga kerja yang bersertifikasi sesuai bidangnya

59
di dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap serta
kualitas produktivitas agar mampu bersaing di dunia kerja
guna meningkatkan kesejahteraannya. Adapun kebutuhannya
dipersiapkan untuk mengisi kebutuhan lapangan kerja yang
tersedia atau usaha mandiri.

a. Tujuan Pelatihan Berbasis Kompetensi


Tujuan penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja yang
berbasis kompetensi berorientasi meningkatkan kualitas
SDM, dengan ditunjang sarana dan prasarana pelatihan
yang memadai untuk mendukung upaya peningkatan
kualitas pelayanan pelatihan yang diberikan kepada
masyarakat.

Adapun tujuan pelatihan adalah:

1) Memberikan kompetensi pengetahuan, keterampilan


dan sikap kepada peserta pelatihan di berbagai
jurusan yang dilaksanakan, agar setiap akhir pelatihan
peserta dapat dinyatakan kompeten untuk mengisi
lowongan kerja sesuai pasar kerja.
2) Diharapkan peserta mampu menciptakan lapangan
kerja secara mandiri.
3) Menciptakan perluasan kesempatan kerja dan
mengurangi pengangguran.
4) Program pelatihan UPTD Latihan Kerja yang dibiayai
oleh Pemerintah Daerah Provinsi Banten, dapat
dilaksanakan secara intusional dan non intusional
serta OJT di perusahaan.

60
5) Program Pelatihan Mandiri/Swadana/Kerja Sama,
yakni pelatihan atas permintaan masyarakat yang
biayanya ditanggung secara mandiri oleh peserta
pelatihan atau pihak ke III melalui perjanjian.

b. Program Pelatihan
1) LAS
a) Las SMAW
b) Las GMAW
c) Las GTAW
2) Manufacture
a) Mesin Produksi
b) CNC (Computer Numeric Control)
c) Autocad Manufacture
3) Otomotif
a) Sepeda Motor
b) Mobil Bensin
4) Furniture
a) Autocad Gambar Bangunan
5) Teknik Informasi Komunikasi (TIK)
a) Operator Komputer
b) Design Grafis
c) Animasi
6) Listrik
a) Instalasi Tenaga
b) Instalasi Penerangan
c) Otomasi Industri
d) Teknisi Audio Video/Elektronikas

61
7) Kecantikan
a) Kecantikan Rambut
b) Kecantikan Kulit
8) Menjahit
a) Menjahit

c. Alur Pelatihan
1) Daftar ke UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten Jl.
Raya Serpong Km.12 Kota Tengerang Selatan atau
daftar online melalui website UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten.
2) Tes seleksi pelatihan (tes tulis dan tes wawancara).
3) Pengumuman kelulusan melalui akun media sosial
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.
4) Pelatihan dengan instruktur.
5) Mendapatkan sertifikat.

d. Persyaratan Pelatihan
1) Memiliki ijazah minimal SMP sederajat.
2) Berusia minimal 17 tahun maksimal 35 tahun.
3) Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Provinsi
Banten.

e. Waktu Pelatihan
Masa pelatihan 30 Hari/240 JP (1 Tahun 5 Angkatan),
waktu pelatihan hari Senin s/d Jum’at (07.30–15.15),
dan jumlah peserta 16 orang/kelas.

62
f. Fasilitas Pelatihan
1) Modul Pelatihan
2) Alat Tulis Kantor
3) Seragam Pelatihan
4) Makan Siang
5) Sertifikat
6) Info Loker

F. Alamat UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Jl. Raya Serpong Km.12 BSD – Tangerang Selatan


Telp : (021) 5383042
Fax : (021) 5387484
Website : www.bantenprov.go.id
Email : blkiprovinsibanten@yahoo.com
Gmail : blkiprovinsi@gmail.com
Facebook : UPTD latihan kerja banten
Youtube : Info Pelatihan Kerja
Instagram : latihankerjadinaskerbanten

63
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN

Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa pengurus


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, di antaranya adalah: Ketua
UPTD, Ketua Seksi Pelatihan, Anggota Seksi Pengembangan dan
Pemasaran, Ketua Instruktur Pelatihan, Instruktur Pelatihan
Menjahit, dan Alumni Program Pelatihan Menjahit. Berdasarkan
hasil wawancara, diketahui bahwa UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten memiliki dua program kerja, yaiu program pelatihan
berbasis masyarakat dan program pelatihan berbasis kompetensi.

Program pelatihan berbasis masyarakat dilaksanakan di


daerah pedesaan atas permintaan masyarakat desa sesuai potensi
daerahnya. Dalam hal ini semua sarana dan prasarana maupun
instrukturnya disiapkan dan dikirim ke lokasi pelatihan dengan
menggunakan mobil MTU (Mobile Training Unit), adapun
pesertanya direkrut oleh aparatur daerah atau desa bersama-sama
dengan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

Gambar 6. Pelatihan Berbasis Masyarakat


di Desa Situ Gadung Tahun 2016

64
Sedangkan program pelatihan berbasis kompetensi
dilaksanakan di lembaga latihan kerja dengan kurikulum berbasis
kompetensi, untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja yang
bersertifikasi sesuai bidangnya agar mampu bersaing di dunia
kerja dan dapat meningkatkan kesejahteraan. Adapun
kebutuhannya dipersiapkan untuk mengisi kebutuhan lapangan
kerja yang tersedia atau usaha mandiri. Namun pada tahun 2019
program pelatihan berbasis masyarakat ditiadakan, sehingga saat
ini program unggulan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten fokus
pada program pelatihan berbasis kompetensi.

“...tahun lalu itu kita ada programnya dua, ada PBK dan ada
pelatihan berbasis masyarakat...tidak dianggarkan, artinya
tidak kita programkan untuk tahun ini, tahun depan juga
karena dulu kenapa kita lakukan berbasis masyarakat, karena
antusias masyarakat dulu kurang untuk datang ke sini...kalo di
BLK yang lain lain masih, kalo di kita udah g ada, 2019 udah
g ada” (wawancara dengan Akhmad Subhan Syafa’at, 2020).

Pelatihan berbasis kompetensi atau yang biasa disingkat


dengan PBK adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada
penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan
dan persyaratan di tempat kerja. Program PBK merupakan
program kerja Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang
di selenggarakan oleh UPTP atau UPTD Latihan Kerja. UPTP
merupakan lembaga pelatihan kerja milik Kementrian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, sedangkan UPTD merupakan lembaga
pelatihan kerja milik pemerintah daerah Provinsi atau
Kabupaten/Kota.

65
“Pada dasarnya program PBK adalah program kerja
nasional dalam membangun SDM Indonesia yang berdaya
saing, dilaksanakan baik oleh Kemenakertrans melalui Balai
Besar Pengembangan Latihan Kerja/Balai Latihan Kerja (di
bawah kewanangan kemenakertrans RI) atau oleh daerah
(provinsi/kota/kabupaten)...dan disesuaikan dengan potensi
wilayah masing-masing” (wawancara dengan Yogie
Noegraha, 2020).

Program pelatihan yang di laksanakan UPTD Latihan Kerja


Provinsi Banten terdiri dari berbagai macam pelatihan, namun
pelatihan yang diteliti dalam skripsi ini adalah pelatihan menjahit.

A. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD Latihan Kerja


Provinsi Banten

1. Tahap Perencanaan

a. Melakukan Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Dalam hal ini bagian pengembangan dan pemasaran


mengumpulkan data dan menganalisis bidang-bidang
keterampilan apa saja yang perlu ditingkatkan atau
diperbaiki atau bahkan perlu ditambah. Caranya dengan
mengundang beberapa pemilik perusahaan (pelaku usaha)
yang ada di Banten untuk datang ke forum komunikasi
industri yang diadakan dua kali dalam satu tahun, yaitu di
awal tahun dan di akhir tahun.

Agendanya adalah perkenalan program pelatihan


yang dilaksanakan UPTD Latihan Kerja, penyampaian
respon atau saran oleh para pelaku usaha, dan penyampaian

66
kebutuhan perusahaan oleh pelaku usaha. Kebutuhan yang
dimaksud adalah kebutuhan dalam keahlian atau
keterampilan karyawan perusahaan. Dengan itu pengurus
UPTD dapat menyusun pelatihan-pelatihan sesuai
kebutuhan pasar (dunia usaha), sehingga nanti para alumni
punya tujuan untuk bekerja di beberapa perusahaan Banten.

“Pengembangan pemasaran punya peran sebagai


katakanlah kehumasan, kita memperkenalkan program
apa saja yang ada di BLK kemudian sekaligus kita
menangkap peluang atau kesepakatan apa saja yang
mungkin kita lakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan
itu melalui forum, namanya forum komunikasi industri”
(wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

Seluruh pelatihan yang akan dilaksanakan dibekali


dengan kurikulum berstandar nasional, disebut dengan
SKKNI (standar kompetensi kerja nasional Indonesia).
SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan atau keahlian, serta sikap
kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan
persyaratan pekerjaan yang ditetapkan. Kurikulum
disiapkan langsung oleh Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Kurikulum yang digunakan juga disesuaikan
dengan tingkatan atau jengjang kualifikasi yang diinginkan
dari suatu bidang pelatihan.

Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan tidak


selamanya harus direspon dengan kebutuhan pelatihan,
tetapi dapat juga hanya menghasilkan respon, sebagai

67
bahan untuk memperbaiki atau meningkatkan pelatihan
yang ada ataupun kurikulumnya. Oleh sebab itu jumlah
pelatihan yang dibuka setiap tahun berbeda-beda karena ada
beberapa pelatihan yang tidak dilaksanakan untuk
sementara waktu, tidak dilaksanakan bukan berarti
pelatihan tersebut dihapuskan. Misalnya, apabila dalam
forum komunikasi industri tidak ada permintaan atau
kurangnya minat pelaku usaha pada bidang pelatihan
menjahit, maka target peserta pelatihan menjahit hanya
sedikit (sesuai dengan permintaan pelaku usaha).

b. Menyusun Program Pelatihan

Program pelatihan disusun berdasarkan hasil


identifikasi kebutuhan pelatihan. Menurut data yang
didapat, program pelatihan berbasis kompetensi UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten membuka 8 kejuruan dan 19
program pelatihan. Pelatihan yang dilaksanakan sudah di
rancang dengan baik, menyesuaikan kebutuhan pasar dan
potensi wilayah Banten, menyesuaikan tenaga pelatih, serta
menyesuaikan tempat dan peralatan pelatihan yang tersedia.

“Fix 7 kejuruan, turunan setiap tahun bisa berubah-


ubah tergantung kemampuan daerah membiayai dan
permintaan pasar kerja. 8 tambah kecantikan,
kecantikan semula adittional jadi tetap, tadinya hanya
sampai menjahit” (wawancara dengan Yogie Noegraha,
2020).

68
Tabel 2. Program Pelatihan UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten

No Kejuruan Program Pelatihan


Las SMAW
1 LAS Las GMAW
Las GTAW
Mesin Produksi
2 Manufacture CNC (Computer Numeric Control)
Autocad Manufacture
Sepeda Motor
3 Otomotif
Mobil Mesin
4 Furniture Autocad Gambar Bangunan
Operator Komputer
Teknik Informasi
5 Design Grafis
Kommunikasi (TIK)
Animasi
Instalasi Tenaga
Instalasi Penerangan
6 Listrik
Otomasi Industri
Teknisi Audio Video/Elektronika
Kecantikan Rambut
7 Kecantikan
Kecantikan Kulit
8 Menjahit Menjahit
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut data yang didapat bahwa pelatihan menjahit


merupakan salah satu pelatihan yang mempunyai sasaran
atau target peserta yang tidak banyak. Ini disebabkan
karena beberapa hal; pertama, instruktur pelatihan menjahit
hanya satu. Kedua, kurangnya permintaan pasar, mengingat
bahwa tidak banyak perusahaan di wilayah Banten yang

69
bergerak dibidang tekstil. Ketiga, kurangnya minat alumni
untuk bekerja di perusahaan, biasanya mereka lebih
memilih buka usaha di rumah. Kembali lagi pada konsep
dasar latihan kerja yang diselenggarakan, yaitu memenuhi
kebutuhan pasar (dunia usaha) dan potensi wilayah Banten.

“Gak banyak dibuka, pertama instrukturnya gak ada,


artinya gak ada itu gak ada yang PNSnya. Instruktur
pelatihan menjahit pegawai sini, cuman di lapangan
realisasinya dia sebagai pengajar, anggaplah pengajar
dari luar...trus permintaan pasarnya memang agak
kurang...peminat usernya atau perusahannya gitu..kita
lihat dari seginya bagian penempatan kerja jarang, itu
tadi karna mereka targetnya mungkin bukan kerja di
pabrik tapi mereka home industri mandiri di rumah”.
(wawancara dengan Nana Murdiana, 2020).

Walaupun begitu, masyarakat yang berminat untuk


mengikuti pelatihan menjahit cukup banyak, tidak pernah
kurang dari 16 orang yang mendaftar dalam 1 angkatan
(gelombang). Sebagai informasi, bahwa jumlah peserta
pelatihan dalam satu kelas adalah 16 peserta, di mana
peraturan ini sudah ditetapkan oleh Kementrian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.

Biasanya masyarakat yang mendaftar lebih dari 50


orang, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berlatar
belakang sarjana. Sebagian besar masyarakat yang ingin
mengikuti pelatihan menjahit karena alasan ingin membuka
usaha mandiri seperti buka jasa menjahit di rumah ataupun
membuka bisnis online, meskipun ada beberapa masyarakat

70
dengan tujuan ingin bekerja di pabrik tekstil. Ada juga yang
hanya ingin atau menambah pengetahuan dan keterampilan
menjahit saja.

“...tapi sebenernya menjahit juga kita gak kalah sih ya,


kalo dibuka itu kita gak pernah kekurangan siswa selalu
lebih dari 16 yang daftar. Kita buka 1 kelas yang daftar
itu bisa 50 bahkan 50 ke atas 80-an...tapi mereka yang
punya pemikiran mau kursus menjahit itu antara dua,
mereka pengen berwirausaha mencari penghasilan
sendiri tanpa terikat dengan perusahaan, kedua mereka
mempersiapkan diri buat bersaing, bersaingnya di
industri.” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten berencana akan


menambah program pelatihan baru yaitu perhotelan (room
service) dan tata boga. Mengingat dahulu pada mulanya
kejuruan dan program pelatihan yang dibuka UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten diselaraskan dengan perusahaan
bidang industri yang ada di Banten. Padahal perusahaan-
perusahaan di wilayah Banten tidak hanya perusahaan
industri saja, masih banyak potensi atau perusahaan Banten
selain itu. Maka untuk kedepannya UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten akan mengembangkan pelatihan-pelatihan
di bidang non industri.

Perlu diketahui bahwa ketetapan jumlah pelatihan


atau target peserta pelatihan juga disesuaikan dengan
anggaran APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah),
namun terkadang juga mendapat dana bantuan dari APBN
(anggaran pendapatan dan belanja nasional).

71
c. Menyiapkan Tenaga Pelatih

Tenaga pelatih juga disebut sebagai Instruktur,


instruktur adalah ASN (aparatur sipil negara) yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan
pelatihan dan pembelajaran kepada peserta pelatihan di
bidang atau kejuruan tertentu. Instruktur memegang peran
penting untuk kelancaran dan keberhasilan kegiatan
pelatihan. Tugas pokok instruktur adalah melaksanakan
kegiatan pelatihan dan pembelajaran serta pengembangan
pelatihan.

Sebenarnya dari segi standar pelaksanaan pelatihan,


jumlah minimal instruktur dalam satu program pelatihan
adalah 2 instruktur pelatihan (instruktur ASN), dan
instruktur tersebut dipersiapkan langsung oleh Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, bilamana suatu
program pelatihan memiliki jumlah instruktur kurang dari
standar ketentuan, maka pihak lembaga penyelenggara
pelatihan boleh merekrut instruktur pelatihan dari luar
(swasta) dan harus sesuai dengan persyarakat yang sudah
ditentukan.

“Satu instruktur itu paling bisa mengawasi sebenarnya


itu maksimal 8 orang untuk menghasilkan peserta anak
didiknya untuk kompeten, sehingga kita melatih paling
banyak 16 orang, 2 instruktur...Instruktur itu kita kan
memang ada instruktur yang diangkat oleh pegawai
negeri, jadi memang formasi dari provinsi memang dia

72
adalah pegawai negeri di sini, kecuali instrukturnya,
kejuruannya ada beberapa juga yang gak ada
instrukturnya kita ambil dari luar” (wawancara dengan
Juniati, 2020).

Perekrutan instruktur dari luar (swasta) dilakukan


langsung oleh pihak UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten,
dengan mengikuti standar kompetensi yang ditentukan.
Biasanya juga UPTD mencari instruktur melalui UPTP atau
UPTD daerah lain, atau perusahaan-perusahaan yang
memiliki program pelatihan. Berbeda dengan perekrutan
instruktur ASN yang hanya dapat dilakukan oleh
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui BKD
(badan kepegawaian daerah) atau BKN (badan
kepegawaian negara), jadi pihak UPTD hanya dapat
mengajukan permintaan instruktur kejuruan tertentu ke
BKD atau BKN, karena UPTD tidak memiliki wewenang
atas perekrutan instruktur ASN.

“...yang bisa mengadakan instruktur harus BKD atau


BKN. Nah itu kalo instruktur yang PNS, kita hanya
sekedar mengajukan ke BKD, kalo instruktur swasta kita
yang merekrut” (wawancara dengan Nana Murdiana,
2021).

Program pelatihan menjahit merupakan salah satu


program yang hanya memiliki satu instruktur dan termasuk
golongan instruktur non ASN. Instruktur tersebut bernama
Mega Putri, beliau adalah seorang asesor menjahit, beliau
juga menjadi instruktur di LPK (lembaga pelatihan kerja)

73
miliknya sebelum direkrut menjadi instruktur menjahit di
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

Ada juga beberapa program pelatihan yang memiliki


2 instruktur dan 1 toolman. Toolman dapat diartikan
sebagai asisten instruktur, di mana tugasnya membantu
instruktur secara teknis, seperti membantu instruktur pada
materi praktek dalam kelas atau bengkel. Biasanya toolman
yang direkrut adalah alumni UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten, artinya mereka yang dahulu pernah mengikuti
pelatihan di UPTD serta memiliki kompetensi metodologi
dan teknis cukup baik.

“Toolman itu asisten saja, asistennya, yang pertama


kerjaannya merapikan peralatan, menyiapkan ruang
kelas, kaya gitu-gitu kan toolman. Kemudian membantu
instruktur kan anggaplah asdos nyiapin infokus atau
apalah gitu. Ada juga toolman itu kadang, kalo si
toolmannya sudah bagus sudah dipercaya, sudah dinilai
oleh instruktur tersebut mampu mengajar, bahkan
mereka dikasih kesempatan buat ngajar juga”
(wawancara dengan Nana Murdiana, 2020).

d. Menyiapkan Fasilitas Pelatihan

a. Peralatan pelatihan: peralatan yang dibutuhkan dalam


rangka pencapaian kompetensi sebagaimana yang
ditetapkan dalam kurikulum pelatihan menjahit.
Peralatan terdiri dari; mesin (mesin jahit), peralatan
tangan (handtools), alat tulis, peralatan dan fasilitas
pendukung lainnya serta alat-alat keselamatan kerja.

74
Sebelum digunakan dalam pelatihan, semua peralatan
dipastikan lengkap dan berfungsi dengan baik.

b. Bahan pelatihan: bahan pelatihan disediakan dalam


jumlah yang cukup dan disesuaikan dengan tujuan
kompetensi yang akan ditempuh, yang terdiri dari
bahan pelatihan untuk teori dan praktek (seperti kain,
benang, dan lain sebagainya). Sebelum digunakan,
bahan pelatihan dipastikan memenuhi syarat untuk
digunakan saat pelatihan menjahit.

c. Tempat pelatihan: tempat pelatihan disediakan


berdasarkan kebutuhan dari setiap bidang pelatihan.
Pelatihan menjahit memiliki 3 ruang, yaitu ruang
teori, ruang praktek, dan ruang inventaris atau
pajangan karya peserta pelatihan.

d. Modul: modul atau materi pelatihan merupakan bahan


pembelajaran yang disusun berdasarkan standar
kompetensi kerja. Modul PBK terdiri atas buku
informasi, buku kerja dan buku penilaian.

e. Menyusun Rencana dan Jadwal Pelatihan

Jadwal pelatihan disusun oleh ketua UPTD, dan


dikordinasikan dengan tenaga pelatih. Namun sebelumnya,
pengurus UPTD merumuskan rencana pelatihan
berdasarkan jumlah sasaran atau target peserta pelatihan.
Merumuskan jumlah target peserta pada masing-masing
program pelatihan untuk periode satu tahun. Pada tahun

75
2019 program pelatihan menjahit memiliki target peserta
sebanyak 32 orang dalam satu tahun, kemudian 32 orang
tersebut dibagi 16 orang, karena peserta dalam satu kelas
hanya16 orang, sehingga hasilnya adalah 2. Artinya
pelatihan menjahit membuka 2 paket pada tahun 2019.

Kemudian jadwal pelatihan disusun secara fleksibel,


melihat kondisi instruktur dan pendaftar pelatihan. Jadwal
pelatihan dapat berubah secara mendadak apabila
masyarakat pendaftar pada satu gelombang tertentu kurang
dari 16 orang, dengan begitu jadwal pelatihan akan
berubah, biasanya diundur ke gelombang selanjutnya.

“...misalkan gini ada contoh kasus lagi, kita udah


targetkan 12 paket, udah mengadakan seleksi, tapi
ternyata yang bisa dilaksanakan 10 paket, 2 paketnya
tuh dipending nanti diadakan lagi gelombang
selanjutnya gitu, dipending itu karna siswanya gak ada,
peminatnya gak ada, gak ada pendaftar. Kita tunggu
sampe batas akhir pendaftaran ternyata gak ada yang
daftar, trus minimal itu kan boleh kita buka 12 orang, di
bawah 12 orang itu kita pending” (wawancara dengan
Nana Murdiana, 2020).

Misalnya, dalam satu tahun UPTD membuka 5


gelombang pelatihan, kemudian rencana pelatihan menjahit
di tahun 2019 adalah 2 paket (kelas) yang dibuka di
gelombang 3 dan 4, dan ternyata pendaftar di gelombang 4
tidak mencapai jumlah peserta satu kelas, maka
pelaksanaan pelatihan menjahit bisa di undur ke gelombang
ke 5.

76
Tabel 3. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten Tahun 2018

Jumlah Waktu
No Nama Kejuruan Paket
Siswa Pelaksanaan

1 Kejuruan Mesin Produksi 96 Orang 6 Paket 40 Hari


2 Kejuruan Computer Numeric Control 64 Orang 4 Paket 40 Hari
3 Kejuruan Autocad Manufaktur 48 Orang 3 Paket 30 Hari
4 Kejuruan LAS CO2 – MIG 48 Orang 3 Paket 40 Hari
5 Kejuruan LAS ARGON – TIG 48 Orang 3 Paket 40 Hari
6 Kejuruan LAS Listrik – SMAW 64 Orang 4 Paket 40 Hari
7 Kejuruan Otomasi Industri 64 Orang 4 Paket 40 Hari
8 Kejuruan Instalasi Penerangan 48 Orang 3 Paket 40 Hari
9 Kejuruan Instalasi Tenaga 48 Orang 3 Paket 40 Hari
10 Kejuruan Teknik Pendingin 32 Orang 2 Paket 40 Hari
11 Kejuruan Furniture 32 Orang 2 Paket 40 Hari
12 Kejuruan Autocad Gambar Bangunan 96 Orang 6 Paket 30 Hari
13 Kejuruan Menjahit 32 Orang 2 Paket 30 Hari
14 Kejuruan Kecantikan Kulit 32 Orang 2 Paket 30 Hari
15 Kejuruan Kecantikan Rambut 32 Orang 2 Paket 30 Hari
16 Kejuruan TIK - Operator Komputer 64 Orang 4 Paket 40 Hari
17 Kejuruan TIK – Multimedia 64 Orang 4 Paket 40 Hari
18 Kejuruan Teknik Sepeda Motor 32 Orang 2 Paket 40 Hari
19 Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan 32 Orang 2 Paket 40 Hari
976
TOTAL 61 Paket
Orang
20 UJI KOMPETENSI 400 Orang 20 Paket
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

77
Tabel 4. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten Tahun 2019

Jumlah Waktu
No Nama Kejuruan Paket
Siswa Pelaksanaan

Kejuruan Pengoperasian Mesin


1 80 Orang 5 Paket 30 Hari
Bubut dan Mesin Freis
2 Kejuruan Pengoperasian Mesin CNC 48 Orang 3 Paket 30 Hari
3 Kejuruan Autocad Manufaktur 48 Orang 3 Paket 25 Hari
4 Kejuruan Otomasi Industri 48 Orang 3 Paket 30 Hari
5 Kejuruan Instalasi Penerangan 48 Orang 3 Paket 30 Hari
6 Kejuruan Instalasi Tenaga 48 Orang 3 Paket 30 Hari
7 Kejuruan Teknisi Audio Video 48 Orang 3 Paket 30 Hari
8 Kejuruan Juru Las 1 GMAW 80 Orang 5 Paket 30 Hari
9 Kejuruan Juru Las 1 GTAW 32 Orang 2 Paket 30 Hari
10 Kejuruan Juru Las 1 SMAW 80 Orang 5 Paket 30 Hari
11 Kejuruan Autocad Gambar Bangunan 96 Orang 6 Paket 25 Hari
12 Kejuruan Furniture 32 Orang 2 Paket 30 Hari
13 Kejuruan Menjahit 32 Orang 2 Paket 25 Hari
14 Kejuruan Kecantikan Rambut 32 Orang 2 Paket 25 Hari
15 Kejuruan Kecantikan Kulit 32 Orang 2 Paket 25 Hari
Kejuruan TIK - Program Advance
16 48 Orang 3 Paket 30 Hari
Office Operator
Kejuruan TIK - Program Desain
17 48 Orang 3 Paket 30 Hari
Grafis
18 Kejuruan TIK - Program Animasi 48 Orang 3 Paket 30 Hari
19 Kejuruan Teknik Sepeda Motor 32 Orang 2 Paket 30 Hari
20 Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan 32 Orang 2 Paket 30 Hari
992
TOTAL 62 Paket
Orang
21 UJI KOMPETENSI (10 paket x 16 160 Orang 10 Paket 3 Hari

78
orang )
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

f. Melaksanakan Rekruitmen dan Seleksi

Rekruitmen dan seleksi merupakan proses


penyaringan awal untuk mendapatkan calon peserta
pelatihan yang memenuhi syarat normatif. Jadi, setelah
penetapan kejuruan dan program pelatihan yang akan
dilaksanakan, bagian pelatihan UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten melakukan penyebarluasan informasi
pelatihan yang akan dilaksanakan beserta persyaratan-
persyaratannya.

Informasi disebarluaskan melalui media sosial seperti


facebook dan instagram UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten. Sasaran dalam PBK adalah masyarakat wilayah
Banten, artinya masyarakat yang memiliki KTP (kartu
tanda penduduk) Provinsi Banten. Masyarakat dapat
mendaftarkan diri melalui website maupun datang langsung
ke kantor UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

Memiliki Ijazah Minimal SMP Sederajat

Persyaratan Pelatihan

Berusia 17-35 Tahun Ber-KTP Provinsi Banten

Gambar 7. Persyaratan Pelatihan

79
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan


metode seleksi. Metode seleksi yang digunakan adalah tes
tertulis dan tes wawancara. Seleksi dilakukan untuk
mengetahui ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan
mereka tentang kejuruan yang dipilih serta mengetahui
maksud dan tujuan mereka mengikuti pelatihan. Dengan
begitu, program pelatihan akan terlaksana tepat pada
sasaran, artinya tepat pada calon peserta yang lebih
membutuhkan pemberdayaan melalui pelatihan ini.

“Mau sedikit orang mau banyak orang kita harus tes


dulu, tes tertulis, yang banyak tes wawancaranya. Ya
nanti tu tes tertulis, setelah tes tertulis mereka langsung
diwawancarai oleh instrukturnya, nah di situlah dilihat
bagaimana motivasinya dia, bagaimana keinginannya
untuk belajar, bagaimana keinginannya untuk mengikuti
keahlian yang dia pilih” (wawancara dengan Juniati,
2020).

Gambar 8. Tes Tertulis di Aula

Tes tertulis dilaksanakan di aula UPTD Latihan Kerja


Provinsi Banten secara bersama-sama. Aula diisi dengan

80
seluruh calon peserta pelatihan dari berbagai program
pelatihan dalam satu angkatan. Setelah tes tulis selesai,
calon peserta diarahkan ke workshop sesuai program
pelatihan yang dipilih untuk menjalani tes wawancara.

Tes wawancara dilaksanakan langsung oleh tenaga


pelatih (instuktur) menjahit, wawancara tidak dilakukan
secara bersama-sama seperti tes tertulis, akan tetapi secara
individu. Calon peserta di panggil satu persatu ke dalam
workshop menjahit untuk menerima beberapa pertanyaan
dari instruktur.

Tes wawancara sebagai metode seleksi paling efektif


dalam penerimaan peserta pelatihan, karena dengan
wawancara instruktur lebih mengetahui motivasi calon
peserta mengikuti pelatihan. Jadi, porsi penerimaan calon
peserta melalui tes wawancara lebih banyak dibandingkan
dengan tes tertulis, yang mana persentase penerimaan
peserta melalui tes wawancara adalah 70% sedangkan
melalui tes tertulis 30%. Seleksi berlangsung dalam satu
hari, namun jika jumlah pendaftar cukup banyak maka
seleksi dapat dilaksanakan lebih dari satu hari.

“Di sini, tertulis mereka di aula dibantu dengan staf


kantor yang mengawasi, setelah tertulis selesai mereka
diarahkan ke workshop masing-masing gitu, jadi one by
one, jadi kita tau fisiklinya motivasinya apa gitu...jadi
bisa dibilang tes tertulis 30%, 70%nya itu penerimaan
dari interview, dan rata-rata semua instruktur kita pake
strategi yang sama” (wawancara dengan Mega Putri,
2020).

81
Selesai, selanjutnya adalah menetapkan hasil seleksi,
di mana pihak UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
mengadakan rapat terlebih dahulu untuk menilai hasil tes
tertulis dan wawancara, agar dapat menentukan pendaftar
yang masuk kualifikasi. Peserta yang diikutsertakan untuk
mengikuti pelatihan sebanyak 16 peserta untuk satu paket,
namun biasanya pengurus menyimpan 4 sampai 5 nama
peserta lainnya untuk dijadikan cadangan. Peserta cadangan
dapat berkesempatan mengikuti pelatihan apabila salah satu
atau beberapa dari 16 peserta pelatihan ada yang tidak dapat
mengikuti pelatihan atau berhenti mengikuti pelatihan.
Kemudian jika hasil seleksi sudah ditetapkan, maka hasil
seleksi diumumkan melalui website dan media sosial UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten.

“Nah biasanya kami dari 16 anak yang dicalonkan


untuk masuk itu, kita akan cadangkan 4 atau sampe 5
mungkin, karna jaga-jaga ada yang gitu diperjalan tuh”
(wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelatihan di Dalam Ruangan (Off The Job Training)

Masa kegiatan pelatihan menjahit adalah 240 jam (30


hari), dengan jadwal pelatihan setiap hari Senin sampai
Jum’at, dimulai pukul 07.30 WIB sampai 15.15 WIB. Hari
pertama pelatihan di dalam kelas digunakan untuk
perkenalan dan brieifing. Biasanya isi briefing berupa
informasi peraturan-peraturan dan jadwal piket.

82
Materi belajar dalam kelas mulai disampaikan di hari
kedua sampai akhir. Materi praktek lebih banyak daripada
materi teori, dengan persentase 30% teori dan 70% praktek.
Instruktur juga memberikan motivasi dan mengajarkan
kedisiplinan pada peserta. Materi yang disampikan
instruktur mengacu pada kurikulum yang sudah ditetapkan
sesuai dengan kualifikasi yang ingin di capai. Seperti yang
sudah disampaikan bahwa kurikulum yang digunakan
adalah kurikulum berstandar nasional atau disebut dengan
SKKNI.

“Hari pertama kita masih briefing, perkenalan. Hari


kedua sudah mulai masuk materi, materi itu biasa
disampaikan kurang lebih 3 minggu, setelah itu sampe
dengan akhir kita lebih banyak praktek kalo menjahit.
Praktek 70%, materi hanya 30%, kita lebih banyak
prakteknya” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

Gambar 9. Pelatihan Menjahit di Dalam Ruangan (Kelas)

Adapun apel pagi yang dilaksanakan setiap hari Senin


dan Jum’at pukul 07.15 WIB sampai 07.30 WIB. Peserta
apel terdiri dari seluruh peserta pelatihan, instruktur, dan
pengurus UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten. Agenda di
dalam apel kurang lebih sama seperti apel pada umumnya.

83
Petugas apel dipilih oleh ketua instruktur UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten secara bergantian. Pembina upacara
dan pembaca do’a dari pihak instruktur, sedangkan
pemimpin upacara, komandan barisan kejuruan, dan
pembacaan janji siswa dari pihak peserta. Kegiatan apel
sebagai sarana penyampaian motivasi dan pengetahuan
ketenagakerjaan, sekaligus sebagai media untuk
mendisiplinkan peserta pelatihan.

“...07.15 apel dulu kan bareng-bareng semua kejuruan


selama satu gelombang itu...ngasih pengarahan ke
anak-anak memberikan motivasi memberikan
pengetahuan umum tentang bagaimana berperilaku
karena itu yang agak susah membentuk orang gitu”
(wawancara dengan Juniati, 2020).

Gambar 10. Apel Pagi

Kemudian, setelah apel seluruh peserta beranjak ke


kelas atau workshop masing-masing guna melakukan
kegiatan belajar bersama instruktur. Namun, untuk hari
Jum’at ada kegiatan senam setelah apel pagi dengan
instruktur senam dari luar yang berkeahlian di bidang
senam.

84
Tabel 5. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I Tahun 2018

TEMPAT/
NO NAMA PESERTA TGL.LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT
Poris gaga RT. -4/-1 Kel. Poris Gaga Kec. Batu
1 Deri Rahmana Tasikmalaya, 23 Desember 1997 SMA / 2016
Ceper Kota Tangerang
Kp. Pabuaran RT. 03/01 Kel. Manis Jaya Kec.
2 Eka Dewi Miranti Aprilia Magetan, 12 April 1998 SMA / 2016
Jatiuwung Kota Tangerang
Cilenggang RT. 07/03 Kel. Cilenggang Kec.
3 Eky Almas Oktaviani Tangerang, 28 Oktober 1995 S1 / 2017
Serpong Kota Tangerang Selatan
Kp. Tugu No. 28 RT. 02/13 Kel. Bugel Kec.
4 Fadillah Hayati Tangerang, 08 November 1998 SMK / 2017
Karawaci Kota Tangerang
Griya Asri Blok B-8 / 18 RT. 53/07 Kel. Jelupang
5 Fitri Andini Tangerang, 10 Januari 1999 SMK / 2017
Kec. Serpong Utara Kota Tangerang Selatan
Kp. Sepatan Masjid RT. 03/02 Kel. Pondok Jaya
6 Kurniawati Tangerang, 20 Agustus 1994 SMA / 2013
Kec. Sepatan Kabupaten Tangerang
Warung mangga RT. 02/02 Kel. Panunggangan
7 Maya Sari Cirebon, 12 Desember 1995 SMK / 2013
Kec. Pinang Kota Tangerang
Kp. Setu RT. 15/04 Kel. Setu Kec. Setu Kota
8 Muhammad Fazri Tangerang, 19 Februari 1999 SMA / 2017
Tangerang Selatan
Jl. Kavling Pemda I No. 5 RT. 06/05 Kel.
9 Nafisatul Khairiyah Tangerang, 06 September 1995 SMA / 2013
Panunggangan Barat Kec. Cibodas kota Tangerang
Pondok Pakulonan RT. 02/04 Kel. Pakualam Kec.
10 Nuning Aristawidyastuti Wirasaba, 15 Januari 1979 SMA / 1997
Serpong Utara Kota Tangerang Selatan
Prm. Daon Indah Prima BLK.A-5/16 RT.04/06 Kel.
11 Rini Ambarwati Tangerang, 14 Februari 1998 SMK / 2015
Daon Kec. Rajeg Kabupaten Tangerang

85
Jl. Masjid RT. 06/05 Kel. Pondok Kacang Barat
12 Sahroni Tangerang, 20 November 1994 SMK / 2012
Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
Kp. Pasirandu RT. 03/03 Kel. Kadu Kec. Curug
13 Siti Munawaroh Tangerang, 01 April 1998 SMK / 2016
Kabupaten Tangerang
Kp. Pabuaran RT. 02/01 Kel. Paku jaya Kec.
14 Siti Salsabila Jakarta, 25 Agustus 1997 SMK / 2015
Serpong Utara Kota Tangerang Selatan
Link. Nancang Masjid RT. 05/03 Kel. Karundang
15 Suadah Serang, 17 Oktober 1995 SMK / 2014
Kec. Cipocok Jaya Kota Serang
Jl. Delima II Blok D-1/15 Bumi Asri RT. 01/17
16 Uswah Ulya Tangerang, 02 November 1999 SMK / 2017
Kel. Kutabumi Kec. Pasar Kemis Kota Tangerang
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Tabel 6. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II Tahun 2018

TEMPAT/
NO NAMA PESERTA PENDIDIKAN ALAMAT
TGL.LAHIR
Kp. Cirarab Curug RT. 02/04 Kel. Palasari Kec.
1 Ahmad Junaidi Tangerang,02 Oktober 1989 SMK / 2005
Legok Kabupaten Tangerang
Kp. Katapura RT. 06/03 Kel. Tambiluk Kec. Petir
2 Edi Setiawan Serang,17 November 1992 SMK / 2010
Kabupaten Tangerang
Cimone RT. 05/09 Kel. Cimone Kec. Karawaci
3 Ega Rizki Ananda Tangerang,09 Oktober 1997 SMA / 2015
Kota Tangerang
Kp. Rancagong RT. 02/01 Kel. Rancagong Kec.
4 Haerul Anwar Tangerang,12 Maret 1989 SMK / 2009
Legok Kabupaten Tangerang
Taman Adiyasa Blok P . 13/13 RT. 06/07 Kel.
5 Hijja A’Biyani Jakarta,24 Mei 1995 SMA / 2014
Cikuya Kec. Solear Kabupaten Tangerang
86
Kp. Sepatan Sulang RT. 05/04 Kel. Sepatan Kec.
6 Irham Mahfud Tangerang,02 Januari 1994 SMK / 2012
Sepatan Kabupaten Tangerang
Kp. Lebak Sawo RT. 12/05 Kel. Sindanglaya Kec.
7 Moh. Rijal Lebak,23 April 2000 SMK / 2018
Cinangka Kabupaten Serang
Jl. MH Thamrin RT. 06/02 Kel. Cikokol Kec.
8 Riri Apriliyanti Tangerang,04 April 1999 SMK / 2018
Tangerang Kota Tangerang
Kp. Ciledug RT. 01/03 Kel. Perigi Baru Kec.
9 Rizal Syaiful Akbar Tangerang,16 Januari 2000 SMK / 2017
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
Kp. Pos Bitung RT. 02/04 Kel. Kadu Kec. Curug
10 Samsiyah Tangerang,09 September 1995 SMK / 2015
Kabupaten Tangerang
Kp. Ciledug RT. 02/03 Kel. Perigi Baru Kec.
11 Septiansyah Tangerang,09 September 1998 SMK / 2017
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
Kp. Dumpit RT. 03/07 Kel. Gandasari Kec.
12 Sigit Nur Alfian Tangerang,03 Oktober 1994 SMK / 2013
Jatiuwung Kota Tangerang
Kamurang Atas RT. 05/01 Kel. Pakualam Kec.
13 Siti Nurlita Tangerang,06 Januari 1983 SMK / 1999
Serpong Utara Kota Tangerang Selatan
Kp. Wadas RT. 04/01 Kel. Sindangsari Kec. Petir
14 Sri Wahyuni Serang,22 Maret 1995 S1 / 2017
Kabupaten Serang
Perum Rajeg Asri Blok E – 07 / 18 RT. 15/02
15 Suci Magfiroh Jakarta,02 Mei 1997 SMK / 2015
Kel. Rajeg Kac. Rajeg Kabupaten Tangerang
Kp. Babakan RT. 04/03 Kel. Babakan Kec. Setu
16 Weni Amiroh Rohmah Tangerang,16 November 1985 SMK / 2004
Kota Tangerang Selatan
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

87
Tabel 7. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I Tahun 2019

TEMPAT/
NO NAMA PESERTA PENDIDIKAN ALAMAT
TGL.LAHIR
Poris Gaga Baru RT. 004/001 Kel. Poris Gaga
1 Ade Yulia Tangerang, 06 Juli 1999 MAN / 2017
Baru Kec. Batu Ceper Kota Tangerang
Kp. Buaran RT. 003/001 Kel. Pakujaya Kec.
2 Ayu Wulandari Pemalang, 13 September 2001 SMK / 2019
Serpong Utara Kota Tangerang Selatan
Kp. Lebak RT. 004/002 Kel. Karet Kec. Sepatan
3 Cahyaning Maslakhah Malang, 25 Juni 1998 SMK / 2016
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
Ciujung Damai Blok D1 No.15 RT.003/002 Kel.
4 Dinda Kornelia Vinadani Purworejo, 09 Desember 1999 SMA / 2018
Kendayakan Kec. Kragilan Kab Serang
Griya Merpati Mas Blok C37 No.16 RT.007/005
5 Hentina Awalia Fitriani Lampung, 11 Februari 2006 S1 / 2018
Kel. Gembor Kec. Periuk Kota Tangerang
Komp. Puspitek Blok 1 A4 RT.012/006 Kel. Setu
6 Iva Puspita Banda Aceh, 14 Maret 1983 S1 / 2009
Kec. Setu Kota Tangerang Selatan
Kp. Ranca Buaya RT. 005/002 Kel. Ancol Pasir
7 Lusi Maharani Tangerang, 15 Desember 1999 SMP / 2016
Kota Tangerang
Kp. Ledug RT.001/006 Kel. Keroncong Kec.
8 Muhammad Rafi Ruslan Tangerang, 29 Oktober 1999 MAN / 2017
Jatiuwung Kota Tangerang
Link Kaliwadas RT005/006 Kel. Lopang Kec.
9 Putri Arni Jakarta, 07 September 1995 SMK / 2013
Serang Kota Serang
Kp. Babakan Sepur RT001/004 Kel. Jatimulya
10 Reni Apriyani Lebak, 16 April 1996 SMK / 2014
Kec. Rangkabitung Kota Tangerang
Jl. GN. Tambora Raya K. 39 C / 8 RT. 004/002
11 Rizka Fitriani Bekasi, 8 Oktober 1999 SMK / 2017
Kunciran Indah Kec. Pinang Kota TangeranG

88
Kp. Baru Babakan RT.007/003 Kel. Babakan Kec.
12 Sarwiti Karbui Tangerang, 21 Januari 1995 SMK / 2013
Tangerang Kota Tangerang
Kp. Cigoer Timur RT.003/003 Kel. Nyapah Kec.
13 Selawati Serang, 22 Desember 2000 SMK / 2019
Walantaka Kota Tangerang
Komplek Sitanala RT.001/013 Kel. Karang Sari
14 Yani Ananda Tangerang, 30 Nopember 1996 SMA / 2015
Kec. Neglasari Kota Tangerang
Yoga Parsaulian Kp. Gardu RT003/001 Kel. Buaran Kec. Serpong
15 Tangerang, 26 Maret 1996 SMA / 2013
Tampubolon Kota Tangerang Selatan
Kp. Ciater Barat RT.001/001 Kel. Ciater
16 Yuyun Ernawati Bogor, 18 Juli 1979 SMK
Kec.Serpong Kota Tangerang Selatan
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Tabel 8. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II Tahun 2019

TEMPAT/
NO NAMA PESERTA PENDIDIKAN ALAMAT
TGL.LAHIR
Kp. Pagedangan RT. 04/01 Kel. Cicalengka Kec.
1 Ardian Saputra Tangerang, 30 September 1999 SMK / 2018
Pagedangan Kabupaten Tangerang
Kp. Silabu tegal RT.04/02 Kel. Silabu Kec.
2 Elis Safitri Cilegon, 01 Desember 2000 SMK / 2019
Kragilan Kabupaten Serang
Kp. Situ Gadung RT. 001/002 Kel. Situ gadung
3 Fisonia Grendys Tangerang, 04 Januari 2002 SMK / 2019
Kec. Pagedangan Kabupaten Tangerang
Rajeg asri C-08/13 RT.03/01 Kel. Rajeg Kec.
4 Indit Yuliani Tangerang, 21 Juli 1998 SMK / 2016
Rajeg kabupaten Tangerang
Persada raya blok I.3 No. 25 RT.08/08 Kel.
5 Kavivah Sivaur Rahmah Tangerang, 10 Maret 2001 MA / 2018
Gembor Kec. Periuk Kota Tangerang
89
Link. Rumanuju baru RT.02/09 Kel. Citangkil
6 Lina Hartati Cilegon, 15 November 2001 MA / 2019
Kec. Citangkil Kota Cilegon
Jl. Suka mulya RT. 01/08 Kel. Serua Indah Kec.
7 Nining Nurafriyani Tasikmalaya, 10 Juli 1992 MTS / 2008
Ciputat Kota Tangerang Selatan
Bukit permai blok J No. 18 RT.03/15 Kel. Serang
8 Nur Alfiyatullailah Serang, 29 April 1998 D3 / 2019
Kec. Serang Kota Serang
Jl. Parkit 6 E-12/18 RT.10/10 Kel.Kuta baru Kec.
9 Purwanti Tappilina, 03 Agustus 2000 SMK / 2018
Pasarkemis Kabupaten Tangerang
Jl. Pinang No. 12 RT.02/02 Kel. Pamulang Timur
10 Putri Intan Sukmawati Bojonegoro, 27 Januari 2000 SMA / 2017
Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan
Jl. Panglima polim RT.01/02 Kel. Poris Plawad
11 Ristian Utami Tangerang, 01 November 1989 D3 / 2011
Utara Kec. Cipondoh Kota Tangerang
Wrung Manggah RT.02/01 Kel. Panunggangan
12 Siti Nur Khodijah Tangerang, 14 November 2001 SMK / 2019
Kec. Pinang Kota Tangerang
Kp. Cisonggom RT.04/01 Kel. Parungsari Kec.
13 Syihabuddin Lebak, 26 April 1996 SMK / 2015
Sajira Kabupaten Lebak
Kp. Panyandungan RT.07/01 Kel. Binong Kec.
14 Tatang Sutarya Lebak, 25 Maret 1997 SMA / 2016
Maja Kabupaten Lebak
Kp. Kebon RT.02/01 Kel. Rancaiyuh Kec.
15 Tedi Hardiansyah Tangerang, 11 September 1999 SMK / 2017
Panongan Kabupetan Tangerang
Kp. Cipicung RT.01/05 Kel. Kariyasari Kec.
16 Zaenal Firdaus Pandeglang, 02 Februari 2001 SMK / 2019
Cikedal Kabupaten Tangerang
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

90
Tabel 9. Kurikulum Pelatihan Menjahit UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten

JAM PELATIHAN
NO UNIT KOMPETENSI KODE UNIT PENGE KETE
JUMLAH
TAHUAN RAMPILAN

KELOMPOK UNIT KOMPETENSI UMUM


Outbound Management
1 8 0 8
Training (OMT)
2 Peraturan Baris Berbaris (PBB) 0 8 8
Mengikuti Prosedur Kesehatan
I 3 dan Keselamatan Kerja di TBS.MP01.001.01 5 3 8
Tempat Kerja
4 Melaksanakan Pelayanan Prima TBS.MP01.002.01 5 3 8
Membaca Sketsa Mode/Paham
5 TBS.MP01.003.01 12 8 20
Gambar
Jumlah II 30 22 52
KELOMPOK UNIT KOMPETENSI INTI
1 Mengukur Tubuh TBS.MP02.005.01 8 18 26
2 Membuat Pola Pakaian I TBS.MP02.006.01 8 18 26
3 Membuat Pola Pakaian II TBS.MP02.007.01 8 18 26
II Merancang Kebutuhan Bahan
4 TBS.MP02.008.01 8 18 26
Pakaian
5 Memotong Bahan Pakaian TBS.MP02.009.01 8 18 26
6 Menjahit Dengan Mesin II TBS.MP02.010.01 8 18 26
Jumlah II 48 108 156
KELOMPOK UNIT KOMPETENSI KHUSUS
III Mengoperasikan Beberapa
1 TBS.MP03.001.01 8 12 20
Mesin Jahit
Jumlah III 8 12 20
EVALUASI PROGRAM PELATIHAN
1 TEST - 4 4 8
IV
2 Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan - 4 0 4
Jumlah IV 8 4 12
JUMLAH I s/d IV 240
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

91
Program pelatihan menjahit memiliki 3 ruang (kelas)
dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu; ruang pertama
adalah ruangan untuk materi, ruang kedua adalah ruangan
untuk praktek, dan ruang ketiga adalah ruangan untuk
penyimpanan inventaris mesin sekaligus penyimpanan hasil
karya jahitan para peserta.

Setiap ruangan sudah dilengkapi dengan fasilitas


sesuai kebutuhan dan fungsi dari ruangan tersebut, karena
proses belajar mengajar ilmu pengetahuan menjahit lebih
intens di lakukan di dalam ruangan. Namun, biasanya
instruktur juga memberi tugas pekerjaan rumah (PR)
kepada peserta untuk membuat makalah tentang fashion
yang lagi trending. Hal tersebut dapat dibilang proses
belajar di luar ruangan dan tanpa melibatkan instruktur, ini
dilakukan guna memperluas pengetahuan peserta seputar
pengetahuan jahit-menjahit, fashion atau model desain, dan
tekstil.

“Menjahit punya 3 ruang, ini ruang materi, sebelah


ruang praktek, sebelah lagi ruang pajangan kita sama
ruang naro alat..kadang saya suka kasih PR bikin
makalah seputar fashion terbaru saya bilang gitu, ya itu
paling itu bahan yang mereka searching di luar. Jadi
saya suka minta ‘trendingnya fashion sekarang siapa
desainer yang kamu suka siapa, tolong bikin makalah
itu, kumpulkan’ gitu. Jadi biar wawasan mereka juga
terbuka gitu” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

92
Gambar 11. Ruangan Pelatihan Menjahit
Keterangan: ruang teori, ruang praktek, ruang penyimpanan

Peserta pelatihan terdiri dari berbagai macam latar


belakang, ada yang dari SMA, SMK, Sarjana Tingkat 1,
kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Begitupun
dengan kemampuan atau daya tangkap belajar mereka yang
berbeda-beda, ada yang mudah memahami materi yang
diberikan, dan ada juga yang sulit untuk memahami materi.

Oleh karena itu, apabila ada peserta yang mengalami


kesulitan memahami pelajaran menjahit, maka instruktur
memberikan motivasi lebih serta memberikan pelatihan
privat di waktu istirahat. Jadi, ketika waktu istirahat kurang
lebih selama satu jam, peserta mendapat jam pelajaran
tambahan dari instruktur, guna membantu pemahaman
peserta atas materi yang belum dipahami.

93
“ada yang begitu, dari orang yang gak mampu. Pernah
kejadian nih, dia ke sini ya karna emang pengen
pelatihan tapi memang daya tangkapnya lemah banget,
lulusan SMA, tapi ya dia daya tangkap yah. Mau kita
ajarin cara yang mudah cara yang pelan-pelan tapi
tetep gak ngudeng anaknya, itu ada yang kaya gitu.
Lebih saya kasih privat kalo saya, jadi ketika anak-anak
istirahat dia saya panggil, dia saya ajarin khusus”
(wawancara dengan Mega Putri, 2020).

Sebelum peserta menerima materi dari instruktur di


dalam kelas ataupun bengkel, mereka juga menerima
pelatihan-pelatihan di luar ruangan, berupa pelatihan fisik
dan mental guna membentuk peserta menjadi tenaga kerja
yang kompeten. Kegiatan tersebut adalah:

1) Kegiatan Outbound Management Training (OMT):


merupakan kagiatan outbound untuk seluruh peserta
pelatihan satu angkatan, yangdilaksanakan di hari
kedua masa pelatihan, di lingkungan UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten selama satu hari penuh.
Kegiatan ini dipimpin oleh instruktur bidang
outbound yang didatangkan langsung dari Badan
Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten.

Outbound yang dilakukan seperti kegiatan outbound


pada umumnya, hanya saja dilakukan di UPTD bukan
di hutan atau gunung. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk membangun karakter peserta dalam kerja sama
tim, agar mereka mampu berkomunikasi baik sesama

94
rekan kerja dan berani mengutarakan ide atau
gagasannya dalam berkelompok.

“Apa sih fungsinya, pertama mereka mengenal


lingkungan mengenal rekan orang-orang di
sebelahnya kan, trus mereka berani meluapkan
gagasan idenya, kurang lebih seperti outbound lah
cuma bedanya kita di sini. Full satu hari, itu
instrukturnya langsung dari Badan Diklat Provinsi
yang spesialis outbound” (wawancara dengan
Nana Murdiana. 2020).

Gambar 12. Kegiatan Outbound Management Training

2) Kegiatan Fisik Mental Disiplin (FMD): merupakan


kegiatan untuk melatih fisik, mental, dan disiplin
para peserta pelatihan dari seluruh program
pelatihan dalam satu angkatan. Kegiatan ini
dilakukan di hari pertama masa pelatihan, selama
satu hari penuh. Pelatih atau instruktur untuk
kegiatan ini bukanlah instruktur UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten, tetapi instruktur dari luar
yaitu dari TNI (tentara nasional Indonesia).
Biasanya kegiatan yang dilakukan seperti baris-
berbaris, penyuluhan dan motivasi bagaimana

95
menjadi tenaga kerja yang disiplin, dan berakhlak
baik pada pimpinan maupun sesama pekerja.
Semua ini dilatih langsung oleh TNI, di
lingkungan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

“Nah kita juga makanya, pelatihan kita di sini


sebelum masuk ke bengkel itu kita ada pelatihan
fisik mental disiplin, FMD dulu namanya, kita
pake istilah FMD (fisik mental disiplin)..pelatihan
baris-berbaris dari TNI kita ambil untuk merubah
disiplin dulu ini biar punya fisik bagus dulu nih
mentalnya bagus dulu, keterampilan ngikut nanti.
Gak lama, Cuma satu hari full dari pagi sampe
sore, hari pertama” (wawancara dengan Juniati,
2020).

Gambar 13. Kegiatan Fisik Mental Disiplin

Jadi, peserta tidak hanya mengikuti pelatihan di


dalam rungan (kelas) saja. Peserta juga mengikuti kegiatan
lain yang dilaksanakan di luar kelas, sebelum pelatihan di
dalam kelas, yaitu; FMD yang dilaksanakan di hari pertama
dan OMT yang dilaksanakan di hari kedua. Dua hal ini
dapat dikatakan sebagai bentuk pelatihan, pelatihan untuk
fisik, mental, disiplin, dan sikap terhadap rekan kerja.

96
b. Penilaian

Penilaian berbasis kompetensi yang dilaksanakan


pada saat pelatihan di dalam kelas (off the job training),
merupakan rangkaian kegiatan tenaga pelatih untuk menilai
atau memutuskan pencapaian kompetensi dari peserta
pelatihan. Dalam proses tersebut tenaga pelatih melakukan
pengumpulan informasi atau pengujian selama proses
pelatihan berlangsung, sehingga tenaga pelatih akan
memperoleh potret atau profil kemampuan setiap peserta
dalam mencapai indikator kompetensi yang telah
dirumuskan, sebagai informasi untuk menilai atau
memutuskan “kompeten atau belum kompeten”.

Metode penilaian yang digunakan untuk mengukur


capaian kompetensi peserta adalah dengan melakukan
pengujian, walaupun sebenarnya penilaian sudah dilakukan
instruktur selama proses pembelajaran di dalam kelas.
Pengujian dilakukan di minggu akhir masa pelatihan, yaitu
pengujian teori dan praktek. Biasanya ujian praktek
pelatihan menjahit adalah membuat suatu pakaian dengan
batas waktu yang telah ditetapkan. Penilaian kemampuan
peserta dilakukan langsung oleh instruktur, sehingga
penerbitan sertifikat berdasarkan laporan hasil nilai dari
instruktur juga.

“Kalo menjahit, saya ada ujiannya. Jadi misal di


minggu terakhir pelatihan itu ujian membuat kemeja
durasi saya kasih 3 jam, itu mereka harus selesai.
Cuman, kembali lagi banyak faktor pendukung kan,

97
misal ujian dia gak lulus dalam 3 jam tapi penguasaan
materi dia selama 1 bulan cukup 70%, ya berarti kan
bisa dinyatakan lulus” (wawancara dengan Mega Putri,
2020).

c. Penerbitan Sertifikat

Pada prinsipnya, sertifikat pelatihan diterbitkan atas


penilaian yang sudah ditetapkan oleh instruktur, dan akan
diberikan kepada peserta pelatihan yang telah
menyelesaiakan pelatihan dan dinyatakan mencapai
kualifikasi bidang pelatihan yang diikuti.

Ada dua sertifikat yang dikeluarkan, yaitu sertifikat


pelatihan dan sertifikat kompetensi. Sertifikat pelatihan
adalah tanda bukti resmi bahwa peserta telah berhasil
menyelesaikan pelatihan menjahit, dan sertifikat diberikan
oleh lembaga pelatihan kerja (UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten). Sedangkan sertifikat kompetensi adalah tanda
bukti bahwa seseorang telah menguasai kompetensi
menjahit, dan sertifikat diterbitkan oleh lembaga sertifikasi
profesi (LSP) yang telah mendapat lisensi dari badan
nasional sertifikasi profesi (BNSP).

“Yang pasti begini, sertifikat ada dua, sertifikat


pertama menyebutkan bahwa mereka atau yang
bersangkutan pernah mengikuti kegiatan pelatihan
gituloh...dan kalo emang kalo bener-bener kebangetan
banget gak bisanya gituloh itu kita bisa tidak
mengeluarkan sertifikat...yang satu lagi sertifikat BNSP
kompetensi” (wawancara dengan Nana Murdiana,
2020).

98
Adapun peserta yang tidak mendapat sertifikat
pelatihan adalah peserta yang berhenti saat pelatihan
berlangsung, peserta yang tidak disiplin (jarang masuk dan
tidak serius dalam belajar), dan peserta dengan nilai ujian
rendah atau kualifikasi kompetensi rendah (tidak mencapai
target rencana dalam kurikulum).Sertifikat diterbitkan
setelah masa pelatihan selesai, selain itu peserta juga
diberikan uang saku sebesar Rp 300.000, sebagai bantuan
untuk modal usaha atau kerja.

“...kalo udah selesai itu nanti kita kasih uang saku, uang
sakunya itu 300...biasanya diberikannya ketika waktu
ngambil sertifikat kita kasih, anggaplah uang untuk cari
peluang kerja gitu yah ke sana ke sini” (wawancara
dengan Yogie Noegraha, 2020).

Jika peserta sudah mendapat sertifikat pelatihan dari


UPTD, maka peserta diperbolehkan mengikuti uji
kompetensi (sertifikasi) yang dinilai langsung oleh LSP
(lembaga sertifikasi profesi). Cara untuk mendapatkan
sertifikasi, peserta harus mengikuti uji kompetensi (UJK)
yang dinilai langsung oleh LSP. Namun, perlu dicatat
bahwa tidak semua peserta dapat mengikuti UJK sertifikasi
kompetensi, mengingat bahwa biaya uji kompetensi ini
cukup mahal, sedangkan anggaran UPTD terbatas. Jadi,
dalam setahun kuota peserta yang dapat mengikuti UJK
yang disediakan oleh UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
tidak banyak, artinya kurang dari jumlah seluruh peserta
pelatihan dalam satu tahun.

99
Prinsip dari uji kompetensi tidak semata-mata hanya
pemberian sertifikat kompetensi, tetapi lebih jauh dari itu.
Sertifikasi kompetensi merupakan penjaminan dan
pemeliharaan kompetensi kerja yang tunduk pada kaidah-
kaidah sistem penjaminan mutu yang berlaku secara
internasional. Biasanya peserta yang lebih diutamakan
mengikuti UJK adalah peserta dengan bidang pelatihan atau
keahlian yang sering dibutuhkan perusahaan-perusahaan,
mengingat tidak sedikit perusahaan yang mempunyai
standar kompetensi kepegawaian atau ketenagakerjaan
cukup tinggi dan mengakui sertifikat kompetensi sebagai
jaminan mutu kompetensi.

Program pelatihan menjahit merupakan pelatihan


yang jarang mendapat kuota UJK, dikarenakan menurut
analisis pengurus UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
bahwa alumni peserta pelatihan menjahit tidak lebih banyak
terserap atau bekerja ke perusahaan dibandingkan dengan
mereka yang berwirausaha atau usaha mandiri.

“Biasanya yang diUJKkan itu yang bener-bener nanti


sering dipanggil perusahaan karna legalitasnya mereka
lebih diminta lebih diutamakan...diadakan UJK
misalkan contoh menjahit tapi dia kerjanya hanya
mandiri di rumah, UJK itu setifikat itu tidak berguna
gituloh makanya kita perjelas yang mana sih yang
berguna gituloh UJK nya. UJK kan mahal ini...kalo
yang ini tuh free dibiayain sama Provinsi Banten”
(wawancara dengan Nana Murdiana, 2020).

100
3. Tahap Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mendapatkan masukan


berdasarkan temuan hasil monitoring guna penyempurnaan
penyelenggaraan pelatihan di masa mendatang. Sedangkan
monitoring dilakukan selama berlangsungnya kegiatan, mulai
dari persiapan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan hasil
pelatihan. Evaluasi dilaksanakan di akhir tahun, secara internal
dan external.

Evaluasi internal berisi laporan capaian kinerja, mulai


dari perencanaan sampai pelaksanaan pelatihan, kepada
pimpinan UPTD dan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Banten (sebagai bahan laporan kepada
pimpinna tertinggi daerah: Gubernur Provinsi Banten).

Sedangkan evaluasi external dilakukan bersama mitra


kerja (pemilik perusahaan) melalui forum komunikasi industri,
di mana pihak UPTD menerima saran tentang sarana prasarana
pelatihan, kualitas alumni yang dilatih serta kebutuhan akan
bidang pelatihan yang dilatih. Evaluasi ini sebagai penilaian
dan bahan koreksi untuk kualitas pelaksanaan pelatihan.

Sebenarnya alumni yang telah usaha mandiri


(berwirausaha) atau bekerja di luar perusahaan mitra kerja
UPTD tidak tercatat oleh UPTD, karena tidak ada monitoring
antara pengurus UPTD dengan alumni setelah pelatihan
selesai. Oleh karena itu, pihak UPTD tidak memiliki data dan
tidak mendapat evaluasi dari peristiwa-peristiwa yang dialami
ataupun hasil yang dicapai alumni tersebut. Berbeda dengan

101
alumni yang hasilnya bekerja di perusahaan mitra, pengurus
UPTD memiliki data mereka karena pihak perusahaan dan
UPTD masih menjalin komunikasi perkembangan kinerja
alumni. Hal seperti ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
kualitas alumni, baik dari segi kinerja maupun sikap mereka.

“Contoh, ada pelatihan menjahit, selesai menjahit mereka


bisa buka praktek sendiri di rumah, terima jahit atau
vermak seperti itu. Itu yang sebenarnya tepat sasaran
sepertinya di situ. Iya, mereka berpikirnya mindset nya
salah, pasti di perusahaan, ga juga. Banyak yang seperti
itu sebenarnya, cuma kita tidak terrecord tidak terdaftar.
Kalo dari perusahaan kita biasanya kita ada monitoring ke
perusahaan kan, di mana alumni kita nih berapa orang
yang kerja gini gini” (wawancara dengan Akhmad Subhan
Syafa’at, 2020).

B. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD


Latihan Kerja Provinsi Banten

1. Jumlah Tenaga Pelatih (Instruktur)

Kendala utama datang dari sumber daya manusia UPTD


Latihan Kerja Provinsi Banten, yaitu kurangnya instruktur
untuk beberapa pelatihan. Beberapa pelatihan masih ada yang
hanya memiliki satu instruktur. Salah satunya adalah program
pelatihan menjahit yang hanya memiliki satu instruktur, dan
bukan termasuk instruktur ASN. Hal ini tidak sesuai dengan
standar pelaksanaan progam PBK yang sudah ditetapkan oleh
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

102
Perlu diingat bahwa UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten merupakan lembaga pelatihan warisan dari Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigasi, yang kemudian diserahkan ke
Provinsi, di mana sumber daya manusianya pun warisan dari
Kemnakertrans yang masa baktinya akan habis di tahun 2022.
Oleh karena itu, sudah ada beberapa instruktur yang pensiun,
namun belum ada penggantinya. Keterbatasan instruktur di
pelatihan menjahit menjadi salah satu alasan mengapa target
sasaran (masyarakat) untuk pelatihan ini tidak banyak,
sehingga biasanya dalam satu tahun UPTD hanya membuka
dua paket pelatihan.

“...kendala yang dihadapai SDM, SDM kami sendiri. Saya


review, BLK ini adalah warisan dari kementrian...isinya
adalah orang-orang warisan dari kementrian juga yang
masa baktinya di tahun 2022 ini habis, jadi mesin bagus
tempat udah enak yang ngelatihnya gak ada. Bukan tanpa
usaha, per-2012 kita sudah majukan untuk ada regenerasi,
baru dipenuhi satu kali tahun 2015 ada 8 instruktur baru.
Dan tapi memang ada peraturan lain, peraturan Mentri
Ketenagakerjaan Nomer 8 Tahun 2017 boleh dari swasta,
boleh” (wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

2. Perawatan Peralatan Pelatihan dan Kebersihan


Ruangan (Kelas)

Alat pelatihan merupakan sarana pendukung untuk


mencapai keberhasilan pelatihan. Sehubung instruktur
pelatihan menjahit adalah instruktur non ASN, dan menurut
data yang didapat bahwa instruktur non ASN kurang
memperhatikan pemeliharaan alat-alat pelatihan, begitupun

103
dengan kerapihan dan kebersihan ruangan (kelas). Hal ini
dikuatkan dengan kehadiran instruktur non ASN ke workshop
hanya pada saat ada jadwal pelatihan saja, mengingatinstruktur
non ASN merupakan pegawai swasta yang tidak punya
tanggung jawab untuk masuk kantor setiap hari kerja seperti
pegawai negeri (ASN) pada umumnya.

“...memang dia tidak lebih tau, mereka taunya tuh datang


seleksi, ngajar, udah pulang kalo instruktur dari luar
taunya seperti itu aja. Itu yang kita keluhkan biasanya
instruktur yang dari luar, untuk perawatannya kan tidak
ada karna kan dia tidak stay loh dia datang ke sini cuma
pada saat ngajar pelatihan aja kan, kalo kita kan pegawai
sini kan ada gak ada pelatihan harus masuk, ada
jadwalnya ada kewajibannya tiap hari masuk beres-beres
workshop lah atau apalah gitu loh...makanya kadang
workshopnya berantakan tidak terawat gitu” (wawancara
dengan Nana Murdiana, 2020).

3. Seleksi Calon Peserta

Menurut data yang didapat, biasanya pendaftar pelatihan


menjahit dalam satu gelombang sebanyak 50 orang atau
bahkan lebih. Hal ini membuat instruktur menjahit kesulitan
dalam wawancara calon peserta, dikarenakan instruktur
menjahit hanya satu. Instruktur juga kesulitan dalam
menyeleksi calon peserta, mengingat ketetapan yang ada
bahwa jumlah peserta pelatihan dalam satu program pelatihan
adalah 16 orang saja, dengan tambahan 4 orang sebagai
cadangan jika ada peserta yang keluar atau dikeluarkan pada
saat mengikuti pelatihan. Sebanyak itu masyarakat yang

104
mendaftar dan dengan berbagai macam motivasi mereka,
instruktur harus lebih pintar memilih mana yang lebih
membutuhkan dan harus diprioritaskan.

Keputusan instruktur untuk menyeleksi harus mengacu


pada tujuan pelatihan, yaitu memberdayakan masyarakat dan
mengurangi pengangguran. Jadi pelatihan ini bukan sekedar
untuk mereka yang hanya iseng saja, pelatihan ini lebih
dikhususkan bagi mereka yang berada di strata ekonomi kelas
menengah ke bawah dan berkeinginan memperbaiki taraf
ekonomi mereka dengan memanfaatkan potensi yang mereka
miliki (keterampilan menjahit) nanti. Begitupun untuk
masyarakat yang ingin mengembangkan keterampilan
menjahit yang sudah dimiliki guna meningkatkan kinerja di
tempat kerja mereka.

“...makanya gunanya interview dari awal, kita tau nih anak


motivasinya sungguh-sungguh apa cuman iseng masuk
BLK. Klo iseng lebih baik gak usah diterima dari awal,
yang datang ke aula daftar itu sampe ngantri loh mba. Kita
hanya boleh satu kelas 16 orang, yang datang 50 ke atas,
kadang kita nginterview mulut juga ampe berbusah, kita
bingung gitu ya, maksudnya yang mana yang serius, yang
mana yang engga. Makanya saya kadang bilang ama orang
kantor ‘pak kalo menjahit cuma dibuka satu kelas, kalo
udah 80 100 close dong pak, saya capek nginterviewnya’”
(wawancara dengan Mega Putri, 2020).

105
4. Fasiltas Asrama

Beberapa peserta ada yang berhenti atau diberhentikan


saat masa pelatihan masih berlangsung. Biasanya peserta yang
berhenti karena keinginan diri sendiri, yang disebabkan oleh
jarak tempuh tempat tinggal dengan lokasi UPTD cukup jauh.
Oleh sebab itu mereka tidak sanggup untuk pulang pergi setiap
harinya, terutama bagi mereka mengalami kesulitan untuk
mengeluarkan biaya transportasi setiap harinya.

Pihak UPTD memang menyiapkan asrama untuk para


peserta yang bertempat tinggal cukup jauh dari lokasi UPTD.
Namun asrama yang ada pun masih belum layak untuk
dikategorikan sebagai asrama, karena masih banyak
kekurangan. Sehingga ada beberapa peserta yang tidak
mendapatkan kesempatan untuk tinggal di asrama, dan bagi
mereka yang tidak sanggup pulang pergi karena jarak tempuh
tempat tinggal yang jauh, justru memutuskan untuk berhenti
mengikuti pelatihan.

Antisipasi agar hal tersebut tidak terjadi adalah dengan


melihat tempat tinggal atau domisili mereka ketika tes
wawancara dengan instruktur. Mengingat saat itu asrama yang
ada hanya berupa gedung sederhana dengan keterbatasan
ruang tidur, dan diisi dengan fasilitas yang belum lengkap.
Maka, instruktur tidak banyak memilih calon peserta yang
berdomisili jauh dari wilayah Tangerang Selatan, untuk
mengurangi resiko berhentinya peserta di masa pelatihan.

106
“Cuma ya itu kembali lagi, kita ngeliat jarak. Kalo dia
datang dari Cilegon mau kursusnya di sini, kejauhan gak.
Kalo yang sebelumnya jauh-jauh itu mereka nginep di sini,
di sini asrama ada tapi kan, maksudnya itu dadakan
sebenernya belom pantas lah jadi asrama...karena apa, di
pertengahan dia gak bisa dateng lagi ke sini gituloh, karna
jauh...sama kadang nerima siswa juga liat-liat
asramannya, asrama ceweknya kapasitas berapa, jurusan
kan gak cuma menjait.” (wawancara dengan Mega Putri,
2020).

C. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Narasumber yang diwawancara untuk mengumpulkan data


bagian ini adalah alumni pelatihan menjahit, yang dipilih secara
random karena penulis mengalami kesulitan untuk mendapatkan
data kontak para alumni menjahit. Penulis mendapat data alumni
dari kantor UPTD hanya berupa data nama, tempat tanggal lahir,
pendidikan, dan alamat saja. Sedangkan data berupa kontak
mereka tidak tertera, hal ini yang membuat penulis kesulitan
untuk menghubungi alumni pelatihan menjahit. Sebenarnya
bagian pengembangan dan pemasaran mempunyai grup di
telegram yang berisikan para alumni UPTD, dan penulis sudah
beberapa kali meminta kontak alumni kepada bagian tersebut,
namun tak kunjung diberi.

Sehingga, selama ini penulis mencari kontak alumni secara


mandiri, yaitu dengan cara melakukan pencarian kontak atau
akun alumni di media sosial instagram. Di sisi lain penulis juga
mendapat kontak alumni dari instruktur menjahit, meskipun

107
hanya satu kontak. Penulis juga berusaha untuk meminta kontak
alumni pelatihan menjahit lainnya kepada narasumber (alumni)
yang sudah diwawancara. Kesulitan lain pun dialami, yaitu ada
beberapa alumni yang tidak berkenan untuk diwawancara karena
suatu alasan. Dengan keterbatasan dan kendala yang dihadapai,
akhirnya penulis dapat mengumpulkan data dari hasil wawancara
beberapa alumni pelatihan menjahit tahun 2018 dan 2019.

1. Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan


Menjahit

Dengan waktu pelatihan kurang lebih satu bulan peserta


merasakan adanya dampak transformasi pengetahuan dan
keterampilan menjahit dari instruktur kepada mereka, di mana
sebelumnya mereka tidak memiliki keterampilan sampai
akhirnya memiliki keterampilan. Kemudian, bagi mereka yang
sudah mampu menjahit mengalami peningkatan kemampuan
dalam menjahit. Keterampilan yang diperoleh peserta
merupakan keterampilan dasar, karena memang pelatihan yang
diberikan adalah pelatihan basic. Walaupun yang diperoleh
adalah keterampilan dasar, sebagian mereka ada yang berhasil
mengembangkan keteampilannya di dunia usaha.

“Perubahan apa nih, skill otomatis ada dari mereka gak


bisa jait mereka bisa bikin suatu baju, itu dari skill yah
kemampuan. Dari segi skill ya mereka dari gak bisa
masukin jarum sampe bisa jait baju. Outputnya bagus-
bagus semua tapi kadang ada juga beberapa yang masih
lemot” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

108
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang mereka
dapatkan seperti: mengetahui jenis-jenis mesin jahit,
mengetahui peralatan menjahit dan fungsinya, mengetahui
jenis bahan, mampu mengukur badan, mampu memotong
bahan dengan benar, mampu membuat pola pakaian ataupun
tas, mampu mengoperasikan beberapa mesin jahit, sampai
akhirnya mereka mampu menjahit suatu pakaian. Banyak dari
mereka yang merasakan adanya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, dari yang sebelumnya tidak mampu menjahit
sampai mampu menjahit.

“Mampu praktekkan apa yang sudah saya pelajari, jadi di


rumah kan ada mesin jahit jadi saya bisa membuat kaya
masker, kaya pouch atau membuat keset, atau bisa
menjahit baju-baju yang sobek atau baju-baju yang sudah
kegedean dikecilkan” (wawancara dengan Sahroni, 2021).
“Hasil atau perubahan, yang tadinya tidak bisa menjadi
bisa menjahit dan Alhamdulillah sekarang bekerja di
bidang menjahit” (wawancara dengan Putri Arni, 2021).

Gambar 14. Hasil Karya Peserta Pelatihan Menjahit

109
2. Mendapatkan Pekerjaan

Berkat keterampilan yang diperoleh dari pelatihan


menjahit di UPTD, peserta dapat mempergunakan
keterampilannya di dunia pekerjaan. Pengurus pun
mengatakan bahwa program pelatihan kerja ini dapat
dikatakan berhasil, dengan bukti ada alumni yang berhasil
mendapat pekerjaan setelah mengikuti pelatihan menjahit, dan
hal ini sebagai capaian tujuan dari PBK, yaitu mengurangi
angka pengangguran.

“Berhasil atau tidak sebenernya jawaban yang relatif yah.


Tapi gini deh, perbandingannya kan sekarang jumlah
penganggur dengan jumlah pekerja jauh, tetapi ukurannya
mungkin begini kalo kami bisa agak sedikit bangganya.
Lulusan alumni BLK ini misal satu angkatan dari 2019 lalu
yah, dari 900 yang dilatih 600 ini berhasil ditempatkan
hampir 78%lah kita berhasil, ya cukup bangga juga lah
kita” (wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

Setelah mengikuti pelatihan menjahit, beberapa peserta


mendapat pekerjaan di perusahaan sepatu, konfeksi, tempat
perjahitan kecil, dan ada juga yang bekerja dengan membuka
jasa menjahit di rumah sendiri. Namun, ada juga beberapa dari
mereka yang bekerja bukan di bidang perjahitan. Dari 10
alumni yang diwawancara terdapat 5 alumni yang berhasil
mendapat pekerjaan di bidang perjahitan, yaitu Sahroni, Irham
Mahfud, Putri Arni, Selawati dan Kavivah Sifaur Rahmah.

110
“Kalo saya sebelum mengikuti pelatihan ini saya sebagai
mahasiswi. Sekarang di konveksi ka, kerjanya menjahit
samping celana, kofeksi baju baby namanya Mery
Konveks” (wawancara dengan Putri Arni, 2021).

Tidak semua dari mereka menjadikan pekerjaannya


sebagai mata pencaharian utama, tetapi juga sebagai mata
pencaharian sampingan. Seperti Sahroni dan Kavivah yang
memiliki pekerjaan utama diluar bidang perjahitan dan
menganggap bekerja menjahit sebagai pekerjaan tambahan.

“Paling sih bantu ibu untuk membuat keset dan dijual.


Blom ada waktu untuk kerja sifting gitu blom lulus kuliah”
(wawancara dengan Sahroni, 2021).
“...sekarang operator produksi di PT. Dynaplast Jatake,
soalnya aku kerja sama latihan beda, ga sama. Contohnya
sih masih bisa bantu bude kerja jahit ya kalo emang
pesanannya banyak, tempat sendiri enggak gede cuma
beberapa orang aja biasanya” (wawancara dengan
Kavivah Sifaur Rahmah, 2021).

Tabel 10. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan


Kerja Provinsi Banten Tahun 2018

Yang Yang
No Nama Perusahaan Kejuruan
Tes Lulus Tes
1 PT. Dharma Polyplast 117 44 Semua Jurusan
2 PT. Dharma Polymetal 61 32 Semua Jurusan
3 PT. Hema Medhajaya 35 19 Semua Jurusan
4 PT. Putra Mustika Prima 15 9 Teknik Sepeda Motor
5 PT. Selindo Sejahtera 14 7 Mesin, Las, Listrik
6 PT. Softex Indonesia 144 65 Semua Jurusan

111
PT. Indonesia Teijin Film
7 126 43 Listrik, Otomasi Industri
Solutions
8 PT. Roda Prima Lancar 210 121 Mesin, Las, CNC
9 PT. Azet Surya Lestari 17 11 Listrik, Las, Mesin
10 PT. Sarana Bangun Prima 4 2 Manufacture, Las, Tenaga
11 PT. H&K Manufacturing 15 1 Las, Mesin
12 PT. Trisinar Indophatama 28 12 Mesin, CNC
13 PT. Pacinesia Chemical 29 8 Mesin, Listrik
14 PT. Nihon Pandu Dayatama 12 4 Listrik, Mesin
15 PT. Indo Taichen Tex 5 2 Las
16 PT. Indonesia Polyurethane 7 3 Mesin
17 PT. Indo Tirta Abadi 122 42 Semua Jurusan
18 PT. Multi Unggul Teknik 4 2 Las
19 PT. Alam Lestari Unggul 35 12 Las, Mesin
20 PT. Darta Prima Sinergi 50 23 Semua Jurusan
21 PT. Genindo Berkat Utama 22 5 Komputer dan Listrik
PT. Pacinesia Chemical Teknik Pendingin, Las,
22 29 11
Industry Tekmek
PT. Indonesia Teijin Film
23 17 5 Mesin CNC
Solutions
24 PT. Indo Tirta Abadi 15 12 Semua Kejuruan
25 PT. Tifico 19 5 Mesin Produksi
26 PT. Sierad Produce 33 5 Otomasi Industri dan Listrik
27 PT. Seelindo Sejahtera 11 2 TIK dan Autocad Civil
28 PT. Presindo Central 21 9 CNC, Otomasi Industri
29 PT. Kukdong Perdana Mulia 28 14 Las dan Mesin Produksi
CNC, Autocad Manufacture,
30 PT. Belina Tbk 37 23
Mesin Produksi
31 PT. Ines 4 1 Las Argon
PT. Ace Hardware Indonesia Autocad civil, Listrik &
32 32 6
Tbk (Kawan Lama Group) Furniture
Las, Mesin, CNC dan
33 PT. HTP Metal Works 55 30
Listrik

112
PT. Indofood Sukses
34 11 4 Las, Listrik, Mesin
Makmur
PT. Sumber Daya dan
35 9 2 Las Listrik
Mandiri
36 PT. Chinta Baskara 15 2 Mesin Produksi
Mesin Produksi dan
37 PT. Galih Sekar Sakti 17 4
Komputer
38 PT. Arlinda Putra 16 10 Semua Jurusan
39 PT. Urecel Indonesia 29 8 Menjahit, Listrik dan Mesin
Jumlah 1470 620

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Tabel 11. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan


Kerja Provinsi Banten Tahun 2019

Yang Yang
No Nama Perusahaan Kejuruan
Tes Lulus Tes
1 PT. Arlinda Putra 30 15 Semua Jurusan
PT. ACE Hardware
2 18 8 Listrik dan Las
Indonesia
3 PT. Serasi Maharaya 8 4 Listrik
Mesin Produksi, CNC,
4 PT. JS Utama 18 10
Otomasi
5 PT. Urecel Indonesia 4 2 CNC
6 PT. Softex Indonesia 82 44 Semua Kejuruan
PT. Indonesia Teijin Film Mesin Produksi dan
7 35 8
Indonesia Listrik
Mesin Produksi, Las,
8 PT. HTP Metal Works 55 30
Listrik
Mesin, Las, CNC,
9 PT. Roda Prima Lancar 255 200
Otomotif
Listrik dan Mesin
10 PT. Galih Sekar Sakti 17 4
Produksi
11 PT. Bika Parama Cipta 17 8 Menjahit dan Furnitur

113
PT. Talkindo Selaksa
12 6 3 Otomasi dan Listrik
Anugrah
PT. Sinar Quality
13 13 7 Las, Mesin, Otomotif
Internusa
PT. Genindo Berkat
14 8 4 Listrik dan Komputer
Utama
PT. Mentari Metal
15 20 10 Las
Pratama
16 PT. Premiera Nusantara 10 5 Las dan Mesin
PT. Cenerico Sukses
17 8 4 Las, CNC, Mesin
Sentosa
18 PT. Kohlerindo Prima 4 2 Mesin, Listrik, Otomotif
PT. Panelindo Graha
19 10 6 Las, Mesin
Nusantara
PT. Yontomo Sukses
20 8 5 Las, Mesin, Listrik
Abadi
21 PT. Supra Teratai Metal 6 2 Las dan Listrik
PT. Multi Hidrachrome
22 15 8 CNC dan Komputer
Industri
23 PT. Indo Tirta Abadi 20 10 Semua Kejuruan
PT. Suma Global
24 10 5 Mesin, Listrik
Teknindo
25 PT. Phooje Corner 10 4 Kecantikan
26 PT. Modena Indonesia 20 10 Listrik
27 PT. Prakarsa Langgeng 9 6 Las dan Autocad
28 PT. Star Jaya Lestari 12 8 Las
29 PT. Guna Diesel 6 3 Mesin
30 PT. Presindo Central 15 6 Multimedia
PT. Andala Valvo
31 10 5 CNC
Flokontrol
PT. Mega Ligterindo
32 46 15 Las dan Komputer
Internusa
33 PT. Kobe Boga Utama 24 12 Las dan Mesin
PT. Wahana Makmur
34 61 40 Otomotif
Sejati
PT. Keramindo Megah
35 18 4 Listrik dan Otomasi
Pertiwi

114
36 SS Solution 10 6 Listrik
PT. Cipta Cahaya
37 29 15 Listrik dan Otomasi
Nusantara
PT. Sinar Masanda
38 10 6 Mesin dan Autocad
Industri
39 PT. Hema Medhajaya 12 2 Autocad
40 PT. Aneka Komkar Utama 15 2 Autocad
41 PT. Heksa Mandiri Utama 8 1 Las
42 PT. Loka Ganda Artha 15 6 Las dan Komputer
43 PT. Bina Sahabat Sejati 20 6 Las dan Mesin
44 PT. Multi Welindo 14 6 Las
Jumlah 1040 563
Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut data di atas, ada beberapa alumni pelatihan


menjahit yang berhasil bekerja di perusahaan yang telah
bekerjasama dengan UPTD, namun tidak sebanyak kejuruan lain.
Hal ini dikarenakan memang tidak banyak perusahan bidang
perjahitan, dan kurangnya minat pelaku usaha pada bidang
perjahitan.

3. Meningkatkan Penghasilan

Menurut data hasil wawancara terdapat dampak dari


pekerjaan yang peserta dapatkan setelah mengikuti pelatihan,
yaitu mereka mendapatkan penghasilan, sebelumnnya tidak
mempunyai penghasilan karena tidak bekerja, sampai akhirnya
dapat memiliki penghasilan dari pekerjaannya. Adapun data
lain dari sebagian mereka yang sebelumnya memang
mempunyai pekerjaan, mereka menyatakan bahwa penghasilan
mereka sekarang lebih besar dibandingkan dengan penghasilan
sebelum mereka mengikuti pelatihan menjahit di UPTD.

115
Dengan begitu, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari baik kebutuhan untuk diri sendiri maupun
kebutuhan keluarga.

“Pekerja home industri. Sekarang kerja di PT Agung Pelita


Industrindo Serpong, bagian desain untuk sepatu
aja...sebelum 1,5 juta, sekarang 6 juta” (wawancara
dengan Irham Mahfud, 2021).
“Melatih exkul. Sekarang kerja di PT Nikomas Gemilang,
jahit sepatu tapi bagian finishing...sebelum 200 ribu,
sesudah kerja 4,2 juta” (wawancara dengan Selawati,
2021).

Tabel 12. Hasil Wawancara Peserta Pelatihan Menjahit


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten Tahun 2018-2019

No Biodata (Nama, Pekerjaan & Penghasilan Pekerjaan & Penghasilan


Usia/Status, Pekerjaan) Sebelum Ikut Pelatihan Sesudah Ikut Pelatihan
1. • Eky Almas Oktaviani • Kerja di bank • Kerja di Hush Puppies
(Angkatan 1 2018) (admin e-commerce)
• 25 Tahun/Lajang • Lebih besar setelah
• Karyawan Hush Puppies mengikuti pelatihan
(admin e-commerce)
2. • Sahroni (Angkatan 1 • Barberman • Barberman, menjahit
2018) • Rp2.000.000,- s/d keset di rumah bantu
• 26 Tahun/Lajang Rp3.000.000,- orang tua (tambahan),
• Barberman, kuliah kuliah
• Barberman:
Rp2.000.000,- s/d
Rp3.000.000,- dan
Menjahit keset:
Rp500.000,-
3. • Deri Rahmana (Angkatan • Pekerja seni • Pekerja seni
1 2018) • Rp3.000.000,- • Rp3.000.000,-
• 23 Tahun/Lajang
• Pekerja Seni (Ngamen)

116
4. • Irham Mahfud (Angkatan • Pekerja home industry • Karyawan PT. Agung
2 2018) • Rp1.500.000,- Pelita Industrindo
• 27 Tahun/Menikah: 1 (designer sepatu)
anak • Rp6.000.000,-
• Karyawan PT. Agung
Pelita Industrindo
(designer sepatu)
5. • Cahyaning Maslakhah • Buruh pabrik • Guru (mengajar privat),
(Angkatan 1 2019) • Rp4.000.000,- kuliah
• 21 Tahun/Lajang • Rp1.000.000,-
• Guru privat, kuliah
6. • Putri Arni (Angkatan 1 • Tidak bekerja (kuliah) • Karyawan Mery
2019) • Tidak ada penghasilan Konveksi (menjahit),
• 25 Tahun/Lajang kuliah
• Karyawan Mery • Rp2.200.000,- (50% gaji
Konveksi (menjahit), pokok)
kuliah
7. • Selawati (Angkatan 1 • Pelatih Extrakurikuler • Karyawan PT Nikomas
2019) • Rp200.000,- Gemilang (menjahit)
• 20 Tahun/Lajang • Rp4.200.000,-
• Karyawan PT. Nikomas
Gemilang (menjahit
sepatu)
8. • Dinda Kornelia Vinadani • Guru TPA • Guru Ngaji
(Angkatan 2019) • -tidak ada jawaban • -tidak ada jawaban
• 21 Tahun/ Lajang
• Guru TPA (mengajar)
9. • Nur Alfiyatullailah • Tidak bekerja (kuliah) • Konsultasn di PUPR
(Angkatan 2 Tahun 2019) • Tidak ada penghasilan (Pekerjaan Umum dan
• 22 Tahun/Lajang Perumahan Rakyat)
• Konsultan di PUPR • Rp2.500.000,-
(Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat)
10. • Kavivah Sifaur Rahmah • Tidak bekerja (baru lulus • Karyawan PT. Dynaplast
(Angkatan 2 2019) sekolah) Jatake (operator
• 19 Tahun/Lajang • Tidak ada penghasilan produksi), karyawan
• Karyawan PT. Dynaplast menjahit (tambahan)
Jatake (operator produksi) • Operator produksi:

117
Rp 3.000.000
Menjahit: Rp 300.000 s/d
Rp 400.000 (tidak penuh
gaji pokok)
Keterangan: Penghasilan dihitung per-bulan
Sumber: Hasil wawancara penulis

118
BAB V
ANALISIS

A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Menjahit di


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Program pelatihan menjahit yang dilaksanakan UPTD


Latihan Kerja Provinsi Banten adalah pelatihan kerja yang
berorientasi pada kompetensi. Kegiatan ini untuk para pencari
kerja guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap serta
kualitas produktivitas agar mampu bersaing di dunia kerja.
Adapun tujuan jangka panjangnya adalah untuk menekan angka
pengangguran di Provinsi Banten.

Secara teori pelatihan menjahit merupakan suatu kegiatan


pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah,
dalam bentuk pemberian bantuan yang berupa pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini sejalan dengan konsep Nasdian (2014: 51),
bahwa makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas
dengan sumber daya, kesempatan, keahian, dan pengetahuan agar
kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi
untuk menentukan masa depan warga komunitas.

Masyarakat yang dimaksud dalam pemberdayaan ini adalah


masyarakat usia kerja tetapi tidak bekerja, atau bisa disebut
dengan ‘pengangguran’. Target utama pelatihan ini adalah
pencari kerja dan pengangguran yang minim keahlian, terutama
bagi mereka yang berpendidikan rendah dan termasuk kategori
masyarakat kelas menengah ke bawah.

119
Hal ini sejalan dengan konsep Mulyono (2017: 87), bahwa
orang miskin yang menganggur dan berusia produktif berpotensi
menjadi garapan utama dalam pemberdayaan masyarakat,
mengingat ketidakberdayaan mereka akan menentukan masa
depan atau masa tuanya. Bila mereka dalam usia produktif
berdaya maka di hari tuanya kelak akan senantiasa memiliki
kehidupan yang lebih baik. Begitupun sebaliknya bila di usia
produktif mereka tidak berdaya, tentu saja masa depan mereka
akan suram (walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat yang
barangkali tidak relevan dengan kondisi tersebut).

Namun, dalam proses pelaksanaanya pelatihan ini juga


untuk masyarakat yang sudah bekerja, yang ingin
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan
kinerja di tempat kerjanya. Hal ini seperti konsep Panagabean
(2004: 41), bahwa pelatihan juga sebagai suatu cara yang
digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang.

Metode belajar yang digunakan memang lebih


mengutamakan materi praktik daripada teori. Materi disusun
berdasarkan rencana kualifikasi yang diinginkan dan mengacu
pada kurikulum berstandar nasional. Hal ini dilakukan karena
UPTD ingin membentuk seseorang yang terampil, yang
kompeten serta siap mengisi lapangan kerja ataupun membangun
lapangan pekerjaan untuk masyarakat lain, dengan bekal
pengetahuan dan keterampilan menjahit yang mumpuni.

120
Pelatihan atau pembelajaran menjahit dilakukan di dalam
ruangan (kelas), sehingga pelatihan ini merupakan model
pelatihan off the job training. Menurut konsep Hamalik (2005:
20-22) bahwa Vestibule Training (Off The Job Training)
merupakan latihan yang diselenggarakan dalam suatu ruangan
khusus yang berada di luar tempat kerja biasa, yang meniru
kondisi-kondisi kerja sesungguhnya.

Di samping itu, proses belajar juga disempurnakan dengan


penilaian potensi kepada para peserta, dengan mengadakan ujian
sebelum masa pelatihan berakhir. Penilaian merupakan bagian
dari proses pelatihan dan bukan untuk ‘menghakimi’ atau
menggambarkan ketidakmampuan peserta pelatihan, tetapi
penilaian menjadi dasar untuk memotivasi, peningkatan kualitas
instruktur dan kualitas proses pelatihan.

UPTD juga mengadakan evaluasi untuk program pelatihan


berbasis kompetensi yang telah dilaksanakan tepatnya di akhir
tahun, yaitu evaluasi internal yang dilaksanakan bersama ketua
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten dan kepala Disnakertrans
Provinsi Banten. Kemudian evaluasi external, yang dilaksanakan
bersama mitra kerja (pelaku usaha) melalui forum komunikasi
industri. Evaluasi yang diterima sebagai catatan untuk
memperbaiki kualitas pelatihan yang telah dilaksanakan, maupun
kualitas alumni. Evaluasi ini merupakan hal penting agar program
pemberdayaan selanjutnya dapat berjalan lebih baik, mulai dari
tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan.

121
B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Strategi pemberdayaan yang dilakukan UPTD Latihan


Kerja Provinsi Banten adalah melalui pelatihan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan dunia usaha, di mana mereka
menyelenggarakan program pelatihan berdasarkan potensi
wilayah dan berdasarkan supply and demand (penawaran dan
permintaan), artinya pelatihan yang dilaksanakan atas permintaan
dan kebutuhan dunia usaha provinsi Banten. Strategi tersebut
sejalan dengan konsep Mulyono (2017: 87), bahwa salah satu
strategi pemberdayaan agar tercapai tujuan yang diharapkan
adalah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan
dan pelatihan; sesuai dengan kebutuhan pasar baik dunia industri
maupun dunia usaha lainnya.

Oleh karena itu, UPTD melibatkan para pelaku usaha


wilayah Banten guna melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan
melalui forum komunikasi industri, yang diadakan di awal tahun
sebagai tahap perencanaan dan di akhir tahun sebagai tahap
evaluasi. Keterlibatan perusahaan bukan semata-mata untuk
penempatan kerja para alumi, tetapi untuk menjalin kerja sama
agar pemberdayaan yang dilakukan tepat sasaran serta sesuai
dengan potensi wilayah Banten, dan juga dapat mengisi lapangan
pekerjaan dengan tanaga kerja yang kompeten. Dalam arti lain
UPTD hanya sebagai jembatan atau wadah untuk berbagi
informasi tenaga kerja dan lowongan kerja.

122
C. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut analisis peneliti, sebagian besar narasumber dari


pengurus UPTD menyatakan bahwa kendala utama dalam
pelaksanaan pelatihan menjahit adalah tenaga pelatih (instruktur),
di mana jumlah instruktur pelatihan menjahit masih di bawah
standar penyelenggaraan program pelatihan berbasis kompetensi.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa jumlah instruktur dalam
satu bidang pelatihan adalah 2 instruktur; ASN (aparatur sipil
negara), sedangkan instruktur pelatihan menjahit hanya satu dan
bukan golongan ASN, melainkan instruktur swasta. Dengan
keterbatasan ini menimbulkan resiko dan masalah-masalah
lainnya, yaitu pengajaran dan pengontrolan peserta di dalam kelas
kurang efektif, terutama pada materi praktek. Kemudian,
kurangnya perhatian instruktur swasta dalam merawat peralatan
dan kebersihan kelas, karena hanya bertugas sebagai pengajar
jahit saja.

Selain itu, proses seleksi calon peserta juga terbilang sulit,


hal ini dirasakan karena tidak ada rekan kerja (sesama instruktur
pelatihan menjahit) yang dapat berdiskusi dan membuat
keputusan secara bersama. Mengingat banyaknya peminat
pelatihan menjahit dengan berbagai macam motivasi dan latar
belakang. Seleksi calon peserta dapat lebih maksimal dengan
adanya diskusi bersama rekan kerja, sehingga sasaran pelatihan
sesuai dengan konsep pemberdayaan, yang mengutamakan
masyarakat kelas bawah dan pengangguran.

123
➢ Evaluasi untuk UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Peneliti menganalisis bahwa pengurus UPTD kurang


terbuka atau transparansi dalam memberikan data dokumen
atau arsip. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya peneliti dalam
meminta data-data, yaitu:

1. Silabus
2. Modul
3. Kontak para alumni

D. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut analisis penulis, dampak yang peroleh peserta


adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dasar perjahhitan. Mereka merasakan adanya perubahan yang
terjadi dari sebelum mengikuti pelatihan sampai selesai, hingga
mendapatkan sertifikat pelatihan. Perubahan yang sebelumnya
mereka tidak mampu menjahit sampai mampu menjahit, bahkan
ada yang sudah mendapat pekerjaan berkat keterampilan menjahit
yang mereka miliki. Begitupun dengan penghasilan yang didapat,
beberapa dari mereka mengalami peningkatan penghasilan. Hal
tersebut dibuktikan dengan upah kerja sekarang lebih besar
dibandingkan dengan upah kerja sebelum mengikuti pelatihan.

Contohnya seperti alumni yang bernama Irham Mahfud,


usia 27 tahun, berstatus sudah menikah dan memiliki satu anak,
sebelumnya bekerja sebagai pengelola home industry dan
berpenghasilan Rp1.500.000,- kemudian setelah mengikuti

124
pelatihan mendapat pekerjaan di perusahaan sepatu dengan
penghasilan Rp6.000.000,-. Jika melihat garis kemiskinan pada
Maret 2020 sebesar Rp454.652,- perkapita perbulan, maka
keluarga Irham Mahfud bukan termasuk kategori keluarga
miskin, karena penghasilannya perbulan di atas garis kemiskinan.

Tidak semua alumni yang bekerja bermula dari informasi


lowongan kerja yang dibagikan oleh pihak UPTD, melainkan
juga dari usaha mereka mencari pekerjaan sendiri. Seperti yang
tertera pada brosur pendaftaran bahwa peserta pelatihan juga akan
mendapat info lowongan kerja setelah penerbitan sertifikat,
artinya UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten memberikan
informasi lowongan kerja dari perusahaan yang bekerjasama
dengan UPTD. Namun, info lowongan kerja bukanlah sebagai
tahap pelaksanaan pelatihan, tetapi hanya sebagai bentuk bantuan
saja, di mana posisi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten sebagai
jembatan atau perantara antara alumni dan perusahaan yang
membutuhkan tenaga kerja.

Tidak ada wewenang UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten


untuk menempatkan alumni ke perusahaan. Begitu juga dengan
alumni, yang tidak dapat memaksakan pengurus UPTD untuk
menempatkan atau mempekerjakan mereka ke perusahaan-
perusahaan Banten. Kembali pada fungsi UPTD Latihan Kerja,
yaitu menjembatani masyarakat untuk memperoleh kesempatan
kerja, bukan menempatkan masyarakat ke perusahaan untuk
bekerja. Upaya ini dilakukan agar alumni tidak
berketergantungan dengan lembaga pelatihan kerja dalam

125
mencari pekerjaan, sehingga mereka dapat mandiri, baik mandiri
dalam berpikir, bertindak, memutuskan keputusan, dan
menyelesaikan masalah.

Hal ini sejalan dengan konsep Mulyono (2017, 40-41),


bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya,
dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya. Di samping itu, pemberdayaan hendaknya
jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan
(charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan kepada
proses kemandirian. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak, dan mengandalkan apa yang mereka lakukan
tersebut.

Begitupun dengan konsep Sulistiyani dan Teguh yang


dikutip oleh Hermansah (2016: 18), tujuan pemberdayaan adalah
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak
dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian
masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan
serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai
pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya
atau kemampuan yang dimiliki.

Setiap alumni memiliki keinginan dan tujuan masing-


masing, mereka berhak memilih dan memutuskaan masa
depannya. Pengurus lembaga hanya bertugas untuk membantu,

126
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan kemampuan
yang dimiliki agar mereka berupaya untuk mengembangkannya,
sehingga kemampuan tersebut dapat membawa dan merubah
mereka kepada kondisi yang lebih baik. Salah satu upaya terakhir
yang diberikan UPTD adalah memberikan bantuan uang sebesar
Rp300.000,- pada saat pemberian sertifikat pelatihan, sebagai
bentuk dorongan (motivasi) supaya mereka semangat untuk
mencari pekerjaan atau membangun usaha mandiri dengan sedikit
modal yang diberikan tersebut.

Tidak ada pemantauan dari pihak UPTD untuk alumni yang


berhasil usaha mandiri atau bekerja di perusahaan yang tidak
bekerjasama dengan UPTD. Oleh karena itu, beberapa alumni
tidak tercatat keberhasilannya setelah mengikuti pelatihan.
Menurut data yang dikumpulkan, tidak banyak alumni pelatihan
menjahit yang terserap di perusahaan-perusahaan, oleh karena itu
peneliti menganalisis bahwa salah satu penyebabnya adalah
peminat (user atau perusahaan) textil daerah Banten tidak
sebanyak perusahaan bidang industri. Oleh sebab itu, ada alumni
yang bekerja bukan di bidang perjahitan.

Tidak semua alumni berhasil mendapatkan pekerjaan


setelah mengikuti pelatihan, dikarenakan tujuan awal mereka ikut
pelatihan hanya untuk meningkatkan keterampilan saja bukan
untuk bekerja, juga ada yang menyatakan bahwa mereka masih
menjalani kuliah sehingga tidak bisa bekerja dengan waktu yang
panjang atau full time.

127
Mendapat pekerjaan berkat keterampilan yang dimiliki
merupakan sebuah tujuan dari pelatihan yang dilaksanakan
UPTD, namun bila hal itu tidak terjadi bukanlah sebuah
kegagalan untuk UPTD. Apabila ada alumni yang tidak bekerja
setelah mengikuti pelatihan, bukan berarti pelatihan yang selama
ini diikuti dan keterampilan yang dimiliki tidaklah berguna. Perlu
dicatat bahwa mungkin keterampilan menjahit yang mereka
miliki belum membawa mereka ke dunia pekerjaan, tetapi paling
tidak keterampilan tersebut berguna untuk kebutuhan internal
mereka.

Memang benar, seharusnya dengan bekal keterampilan


yang dimiliki, mereka dapat bekerja, walaupun pekerjaan tersebut
sebagai pekerjaan sampingan. Namun, sebenarnya pekerjaan
sampingan juga dapat menambah penghasilan utama mereka.
Secara tidak langsung hal tersebut merupakan upaya untuk
menjaga dan mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki,
agar bermanfaat dan dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah
untuk menambah biaya kebutuhan hidup. Artinya dengan bekal
keterampilan yang mereka dapat dari UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten memberikan dampak baik untuk perekonomian
mereka, baik untuk menambah ataupun meningkatkan
penghasilan. Begitupun dengan keberhasilan mereka mendapat
pekerjaan juga dapat mengurangi angka pengangguran.

Keberhasilan program pemberdayaan tidak sepenuhnya


dapat dilihat dari keberdayaan yang menyangkut kemampuan
ekonomi, baik dalam mendapatkan pekerjaan atau mencapai

128
kesejahteraan. Keberhasilan pemberdayaan juga dilihat mulai dari
hasil transformasi daya atau kemampuan selama proses
pemberdayaan berlangsung, yaitu berupa kemampuan metodologi
dan praktik menjahit.

Kesimpulannya adalah UPTD Latihan Kerja Provinsi


Banten berhasil melatih masyarakat dengan keterampilan
menjahit, dampaknya masyarakat mendapat keterampilan dasar
bidang perjahitan serta mendapat pekerjaan dan penghasilan.
Keberhasilan dalam mendapat pekerjaan inilah yang dapat
mengurangi angka pengangguran di Provinsi Banten. Pelatihan
kerja ini penting untuk memberdayakan masyarakat, khusunya
masyarakat pengangguran yang miskin keterampilan. Oleh sebab
itu skripsi pemberdayaan ini cukup pada hasil pengurangan angka
pengangguran saja, tidak membahas kesejahteraan alumni lebih
dalam.

129
BAB VI
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Keberadaan program pelatihan kerja yang dilaksanakan di


UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten cukup berpengaruh dalam
meningkatkan produktifitas kerja dengan mempersiapkan sumber
daya manusia yang kompeten, sehingga dapat mengisi lapangan
kerja dan mengurangi pengangguran di Provinsi Banten.

Adapun kesimpulan dari keseluruhan pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan


menjahit dilaksanakan cukup baik, mulai dari perencanaan
yang di dalamnya terdapat strategi identifikasi kebutuhan
pelatihan dengan berdasarkan permintaan lapangan usaha
dan potensi wilayah. Kemudian pelaksanaan pelatihan di
dalam kelas juga menggunakan instruktur yang
berkompetensi dengan materi atau kurikulum berstandar
nasional (SKKNI). Serta evaluasi yang menyertakan pelaku
usaha (mitra) sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas
pelatihan yang telah dilaksanakan.

2. Kendala utama dalam pelaksanaan pelatihan adalah


instruktur pelatihan menjahit hanya satu orang dan bukan
golongan ASN. Dengan kekurangan instruktur dapat
menyebabkan kendala-kendala lainnya, seperti: perawatan

130
peralatan pelatihan dan kebersihan kelas kurang baik akibat
kurangnya rasa memiliki peralatan dari instruktur non ASN,
apalagi kehadirannya ke tempat pelatihan jarang hanya di
masa pelatihan saja.

3. Kesulitan dalam menyeleksi calon peserta karena tidak ada


teman kerja untuk mendiskusikan segala pekerjaan.
Kendala lain adalah asrama yang kurang memadai untuk
menampung para peserta yang tempat tinggalnya jauh dari
lokasi UPTD, akibatnya terkadang ada peserta yang
berhenti di masa pelatihan karena tidak mampu untuk
pulang pergi ke lokasi pelatihan, terutama bagi mereka
yang kesulitan untuk mengeluarkan biaya transportasi
setiap harinya.

4. Hasil yang didapat alumni pelatihan adalah adanya


peningkatan pengetahuan dan keterampilan menjahit
(keterampilan dasar), bahkan sebagian mereka mendapat
pekerjaan baik dibidang menjahit maupun non menjahit.

5. Ada yang menjadikan pekerjaan menjahit sebagai mata


pencaharian utama dan ada juga yang menjadikannya
sebagai mata pencaharian sampingan. Kemudian, beberapa
dari mereka mendapat upah lebih besar daripada upah
pekerjaan sebelum mengikuti pelatihan.

131
B. Saran

Adapun saran dari peneliti untuk pemberdayaan yang


dilakukan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten adalah:

1. Pemberdayaan ini memang diutamakan untuk pencari kerja,


diharapkan penyeleksian calon peserta juga
memprioritaskan masyarakat pengangguran yang berada di
golongan kelas menengah ke bawah dan tidak memiliki
kemampuan yang mumpuni. Alangah lebih baik
mengutamakan pendaftar yang bertujuan ingin bekerja dan
mendapat penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup.

2. Demi keutuhan jumlah peserta pelatihan dalam satu kelas,


alangkah lebih baiknya UPTD membangun asrama yang
layak dan cukup untuk menampung peserta yang bertempat
tinggal jauh dari UPTD, ataupun peserta yang kurang
mampu mengeluarkan biaya transportasi untuk pulang pergi
dari tempat tinggal ke lokasi UPTD.

3. Tenaga pelatih merupakan unsur penting dalam setiap


program pelatihan. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika
instruktur pelatihan menjahit di tambah sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan, guna meningkatkan kualitas
pengajaran dan penguasaan karakter peserta.

4. Pendampingan setelah pelatihan mungkin dapat dijadikan


sebagai upaya motivasi kepada alumni, agar mereka
semangat untuk mengembangkan potensinya di dunia
usaha.

132
DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif.


Jakarta: Rineka Cipta.
Gitosaputro, Sumaryo dan Kardiyana K. Rangga. (2015).
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat; Konsep,
Teori dan Aplikasinya di Era Otonomi Daerah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamalik, Oemar. (2005). Pengembangan Sumber Daya Manusia:
Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan: Pendekatan
Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif:
untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hermansah, Tantan. (2016). Memberdayakan Masyarakat dengan
Mengaplikasikan Pendekatan Transformasi-Komunitas-
Institusionalisasi. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press.
Ife, Jim dan Frank Tesoriero. (2014). Community Development:
Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi.
(Edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial:
Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. (Edisi Kedua).
Yogyakarta: Erlangga.
Mulyono, Sungkowo Edi. (2017). Kemiskinan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Ombak.
Nasdian, Fredian Tony. (2014). Pengembangan Masyarakat.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Panagabean, Mutiara. (2004). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rustanto, Bambang. (2015). Menangani Kemiskinan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

133
Santosa, Imam. (2018). Pengembangan Masyarakat Berbasis
Sumber Daya Lokal. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar.
Jakarta: Indeks.
Siagian, Sondang P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat. Bandung: Refika Aditama.
Sugiharto, etc,. (2015). Manajemen Pelatihan Penyuluhan.
Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Zubaedi. (2013). Pengembangan Masyarakat: Wacana dan
Praktik. (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana.
Purnomo, Herdaru dan Lidya Julita S. (2019). Di Agustus 2019,
Jumlah Orang Menganggur Naik Jadi 7,05 Juta. Jakarta:
CNBC Indonesia.
Berita Online:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191105121442-4-
112741/di-agustus-2019-jumlah-orang-menganggur-naik-
jadi-705-juta
Rifa’i, Bahtiar. (2019), Pengangguran di Banten Tertinggi se-
Indonesia, Ini Sebabnya. Serang: detikfinance.
Berita Online:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
4772807/pengangguran-di-banten-tertinggi-se-indonesia-
ini-sebabnya

134
LAMPIRAN

A. Lampiran 1: Dokumentasi Proses Wawancara

135
B. Lampiran 2: Transkip Wawancara

Informan : Akhmad Subhan Syafa’at, S.H (Kepala UPTD


Latihan Kerja Provinsi Banten)
Waktu : 8 Desember 2020 (13.15 s/d selesai)

1. Apa yang dimaksud dengan UPTD Latihan Kerja?


UPTD ini Unit Pelaksana Teknis Daerah, awalnya kan kita
bukan UPTD Latihan Kerja, awalnya itu Balai Latihan Kerja
Industri, awalnya. Karena kita gabung ke sini tuh ikut provinsi
itu 2009 ya, dulu kan Jawa Barat, Jawa Barat dalam arti
Tangerang, karena ada bentuk Provinsi Banten makanya baru.
Padahal Provinsi Banten itu terbentuk tahun 2000, tetapi
penggabungan atau pengelolaan UPT sekarang ini, BLKI dulu
ya, BLKI itu baru 2009 dikelola oleh provinsi sampe sekarang.
Kemarin 2018, itu keluar peraturan gubernur yang menyatakan
bahwa ada perubahan nama platur daripada nama lembaga ini,
yang tadinya Balai Latihan Kerja Industri menjadi UPTD
Latihan Kerja gitu, di mana fungsinya sama aja.
2. Bagaimana sejarah terbentuknya UPTD Latihan Kerja di
Provinsi Banten?
Jadi sejarahnya itu, sudah ada dari tahun 1985 dulu namanya
masih KLK (Kursus Latihan Kerja). Kemudian 2001, otonomi
daerah, di kita dulu tuh punya kementrian langsung, langsung
di bawah naungan Kementrian Ketenagakerjaan. Nah 2001 itu
diserahkan ke masing-masing daerah, waktu itu belum ada
Tangsel belum ada Provinsi Banten, akhirnya kita diserahkan
ke Kabupaten Tangerang, ini dulu Kabupaten Tangerang.

136
Kemudian 2008 itu ada pemekaran, pemekaran Tangerang
Selatan, waktu itu kronologisnya kurang lebih Tangsel itu
tidak, pada saat itu tidak membutuhkan BLK. Akhirnya kita
diminta pergi dari sini ke Kabupaten karena ini, ini wilayah
Tangsel. Akhirnya BLKI sini, manajemen sini mengajukan ke
provinsi agar BLK tetep ada di sini dan wilayah yang lebih
tinggi adalah provinsi kan, makanya kita mengajukan ke
provinsi, bahwa ambilah BLK ini jadi provinsi agar kami tetap
ada di sini. Akhirnya dengan surat menyurat dan secara
administrasi, akhirnya jadilah, waktu itu masih BLKI Provinsi
Banten, nah itu 2008 sampai sekarang.
3. Apa yang dilakukan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat?
Ya itu tadi, sesuai dengan tupoksi lembaga kita, bahwa kita
ingin mencerdaskan putra putri Banten dengan keterampilan
kerja atau namanya skill mereka gitu kan, karena tantangan ke
depan kan lebih kompetitif, karena memang ingin bekerja,
melamar kerja ke perusahaan gitu kan, kan harus punya dasar.
Putra putri kita itu harus punya dasar untuk bersaing di dunia
kerja, makanya itu diadain pelatihan kerja.
4. Menurut bapak, apakah PBK merupakan salah satu
bentuk upaya pemberdayaan masyarakat?
Iyah termasuk itu justru itu lebih ini lagi, karena dia fokusnya,
kita apalagi nanti kompetensi ya. Sampai sekarang kan,
perusahaan itu pekerja-pekerjanya itu harus bersertifikasi,
tidak hanya punya ijazah SMP atau SMA lah SMK atau
Sarjana. Maka di sini juga ada kegiatan-kegiatan pelatihan

137
yang endingnya nanti diuji, uji kompetensi. Ada lembaga yang
berwenang lah, LSP di bawah naungan BNSP.
Tahun lalu itu kita ada programnya dua, ada PBK dan ada
pelatihan berbasis masyarakat. Dulu saya pernah
melaksanakan waktu itu di Balaraja, pelatihan berbasis
masyarakat itu kita langsung terjun ke masyarakatnya, ya
jemput bola kita datang ke masyarakatnya kita tanya
kelurahannya atau ketua pemudanya atau karang tarunanya,
mereka nanti yang mencarikan peserta, nanti mereka yang
menentukannya. Nanti kita datang tinggal ke sana bawa
peralatan yang mobile, artinya yang bisa kita bawa kita latih di
sana. Kita instrukturnya, itu namanya berbasis masyarakat,
atau bahasa biasanya masyarakat butuh apasih di situ.
5. Sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat, apa
tujuan dari PBK?
Jadi kita untuk melatih putra putri Banten yang memang dia
mempunyai keinginan, minat dalam rangka keterampilan kerja
gitu, karena disini kan banyak beberapa kejuruan. Jadi intinya
bahwa maksud didirikannya ada balai latihan kerja untuk
memberdayakan masyarakat provinsi Banten, terutama
alumni-alumni SMK, SMA yang memang dia tidak ada
kesempatan, belum punya kesempatan untuk kuliah atau apa,
atau mereka ingin langsung kerja mereka dilatih di sini.
6. Apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan PBK?
Kendalanya itu kita, karena ini apa namanya, antusiasme dari
masyarakat yang cukup tinggi sedangkan kuota yang ada di
kita terbatas seterbentuk anggaran. Kalo masalah peralatan,

138
kan kita membuat program itu kan sesuai dengan peralatan
yang ada di kita yah, terutama dari anggaran, anggaran dalam
arti apa namanya, untuk peserta. Peserta kita hanya, misalnya
dari ribuan yang mendaftar, satu tahun itu eh satu angkatan itu
kan kita 250-an.
7. Menurut bapak, apakah pemberdayaan masyarakat
melalui PBK dapat mengurangi angka pengangguran?
Itu pasti, apa namanya merubah ya, merubah taraf hidup
masyarakat yang tadinya misalnya orang itu misalnya tidak
punya keahlian, terus dilatih ya bisa ahli lah, bisa untuk
mengerjakan sesuatu. Seperti di kita kan ada seperti
perbengkelan, las segala macam, nah mereka walaupun
mereka tidak apa namanya, tidak di perusahaan mereka bisa
berwirausaha mandiri. Nah berarti kan dia bisa mendapatkan
income ya.
Contoh, ada pelatihan menjahit, selesai menjahit mereka bisa
buka praktek sendiri di rumah, terima jahit atau vermak seperti
itu. Itu yang sebenarnya tepat sasaran sepertinya di situ. Iya,
mereka berpikirnya mindset nya salah, pasti di perusahaan, ga
juga. Banyak yang seperti itu sebenarnya, cuma kita terrecord
tidak terdaftar. Kalo dari perusahaan kita biasanya kita ada
monitoring ke perusahaan kan, di mana alumni kita nih berapa
orang yang kerja gini gini.

139
Informan : Juniati, ST (Kepala Seksi Pelatihan UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten)
Waktu : 8 Desember 2020 (14.08 s/d selesai)

1. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan menjahit?


Kalo kita udah tentuin kejuruannya, kita rapat dulu
menyamakan persepsi, program-program yang rencana
dilaksanakan. Nanti setelah selesai itu kita sosialisasikan ke
masyarakat melalui media masa, kita punya facebook kita
punya instagram kita punya website untuk pendaftaran online,
pendaftaran manual juga begitu. Peserta yang ada di kami itu
satu kejuruannya satu paketnya itu 16 orang. Nah dari
pendaftaran itu kita tentuin jadwal tesnya, kita tesnya ada dua,
tes tertulis dan tes wawancara.
Mau sedikit orang mau banyak orang kita harus tes dulu, tes
tertulis yang banyak tes wawancaranya. Ya nanti itu tes
tertulis, setelah tes tertulis mereka langsung diwawancarai oleh
instrukturnya, nah di situlah dilihat bagaimana motivasinya
dia, bagaimana keinginannya untuk belajar, bagaimana
keinginannya untuk mengikuti keahlian yang dia pilih, karena
kan belom tentu nih bayangannya ‘ah aku ikut komputer aja
lah, saya mau ikut komputer’ padahal dia ngerti komputer aja
ngga.
Nah nanti setelah dites biasanya 2 3 hari itu kita pelaksanaan
tesnya. Baru kita rapat lagi, kita rapat pleno untuk menentukan
peserta latihan, rangkingya seperti apa, berapa pendaftar,
berapa ini. nah nanti kalau kita udah tau pesertanya yang udah
ikut tes yang masuk kualifikasi kita bikin pengumuman,

140
pengumumannya melalui website juga, melalui mading kita
lewat sosial media kita. Nah nanti setelah pengumuman ya
baru kita penyelenggaraan.
2. Siapa dan berapa jumlah tenaga pelatih dalam satu
pelatihan?
Kita tiap angkatan itu kita cuma satu kejuruan itu cuma 16
orang, satu kelas itu. Instrukturnya kadang satu kadang dua
tergantung gitu, tetapi kita tidak melebihi dari 16 orang karena
itu standar yang ditetapkan oleh Kemnaker kita, tetapi itu
standar itu ko dari jamanan kalo saya gak salah ya. Satu
instruktur itu paling bisa mengawasi sebenarnya itu maksimal
8 orang untuk menghasilkan peserta anak didiknya untuk
kompeten, sehingga kita melatih paling banyak 16 orang, 2
instruktur.
3. Bagaimana cara mendapatkan instruktur pelatihan yang
kompeten?
Instruktur itu kita kan memang ada instruktur yang diangkat
oleh pegawai negeri, jadi memang formasi dari provinsi
memang dia adalah pegawai negeri di sini, kecuali
instrukturnya kejuruannya ada beberapa juga yang gak ada
instrukturnya kita ambil dari luar. Kita ngerekrutnya mereka
yang memang udah pernah ngajar punya keahlian
keterampilan sesuai dengan bidangnya, terus dia punya
kompetensi punya sertifikasi gitu-gitu harus ada standarnya
juga. Rata-rata kita ngambil dengan BLK-BLK yang udah ada
juga, oh dia udah pernah ngajar di sana atau manager-manager
perusahaan yang punya training. Mereka instruktur juga itu

141
dilatih gak langsung pegawai negeri, seperti pegawai langsung
diangkat jadi instruktur, tidak.
4. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelatihan?
Kita kurikulum itu udah standar berdasarkan standar SKKNI,
Standar Kompetensi Kerja Nasional. Iya dari Kementrian
Tenaga Kerja kan udah ada tuh standar kurikulum pelatihan,
kejuruan apa aja ada. Udah ada dari sana nanti kita salur,
seperti apa nih yang kita butuhkan kan di sini fleksibel juga.
Paket kita cuma untuk 200 jam ya kita, duduk bersama
instruktur standar seperti apa yang mau bentuk untuk anak-
anak, oh iya kita sampe di keahlian ini aja gitu, kan masing-
masing kejuruan ada tingkatannya, nah tingkatan mana yang
mau kita ambil. Dan disesuaikan dengan peralatan yang ada di
kita, kita tidak bisa salur juga ke seluruh standar di sana kan
alat kita gak ada, gak bisa juga kan jadi ada beberapa yang kita
saring.
5. Apakah ada materi soft skill?
Ada, 07.15 apel dulu kan bareng-bareng semua kejuruan
selama satu gelombang itu. Tiap hari dari senin sampe hari
jum’at. Kenapa kita bikin tiap hari, karena kita mau merubah
perilaku anak, soft skill nya. Mereka punya mental pekerja
dulu, yang dari biasanya mungkin bangun jam 8 atau 9 nah
kalo ikut pelatihan jam 7 harus udah siap, ikut pelatihan dulu
eh ikut apel dulu 07.15 mereka belajar baris berbaris.
Tujuannya untuk apa, ya untuk disiplinnya itu, karena yang
dibutuhkan industri itu bukan keahliannya aja tapi disiplinnya
dulu mentalnya dulu kita siapkan. Tiap hari kita apel, ngasih

142
pengarahan ke anak-anak memberikan motivasi memberikan
pengetahuan-pengetahuan umum tentang bagaimana
berperilaku karena itu yang agak susah membentuk orang gitu.
Nah kita juga makanya, pelatihan kita di sini sebelum masuk
ke bengkel itu kita ada pelatihan fisik mental disiplin, FMD
dulu namanya, kita pake istilah FMD (Fisik Mental Disiplin).
Pelatihan baris-berbaris dari TNI kita ambil untuk merubah
disiplin dulu ini biar punya fisik bagus dulu nih mentalnya
bagus dulu, keterampilan ngikut nanti. Gak lama, Cuma satu
hari full dari pagi sampe sore, hari pertama.
Nah hari keduanya kita outbound di sini di sekitar sini. Di
sekitar aula, kita kan ada yang indoor ada yang outdoor, ya
outdoornya seputar sini aja cukup. Jangan bayangan, eh jangan
bayangkan bahwa outbound itu harus suatu lapangan yang
punya itu, ya engga. Outputnya apa yang kita inginkan dari
outbound itu, nah output kita yang pertama adalah bukan
kepemimpinannya yang kita itu, yang kita bangun adalah kerja
samanya dulu. Jadi outbound yang kita ambil outbound yang
standar untuk kerja sama tim bukan leadershipnya. Jadi ada
memang tim khusus untuk outbound gitu.
6. Apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan pelatihan
menjahit?
Kendalanya yang pasti kita dianaknya itu yah, di pesertanya
disiplinnya. Yang kedua itu instruktur kita makin kurang,
kendala paling besar. Ya itu tadi saya bilang, disiplin anaknya
terus yang kendala yang kedua ya instruktur kita makin
berkurang, yang ketiga apa yah fasilitas sih cukup banyak.

143
Misalnya nih peserta yang daftar kemarin misalnya udah
seribu, kita butuh cuma 200. Kita udah saring bagus-bagus
nerima 200, kan dia gratis yah. Ada 600 orang 800 orang yang
tidak kita terima ngantri, terus dia ikut latihan di sini cuma
sekedar, waduh kan gedek gak, nah itu yang paling kita gedek.
Ada aja, ada aja yang bikin kendala gitu. Itu kalo dia milih
kejuruannya gak pas, kita udah wanti-wanti tau-tau dia ngotot,
tau-tau dia di situ bukan fashionnya gitu. Tapi ya
Alhamdulillah sih di sini dari awal kita udah push mereka, dan
hampir tiap hari dikasih nasehat. Itu apel itu kan instruktur
pejabat tiap hari gantian, memberikan pengarahan ke mereka,
ya itu tadi kita memotivasi.
Ya paling repot mereka yang jauh paling yah, misalnya dia di
serang dia itu, biaya hidup mereka susah terus diasramahkan
ke sini, terus pulang dulu, misalnya cari ongkos susah, pulang,
hari senin belum datang, hari selasa belum datang. Nah gitu
tuh yang paling kadang, tinggal udah jauh gitu. Kan makan
malem tetep dia harus makan pagi dia harus sarapan, walaupun
siang ya dia dapat makan kan dari sini.
7. Apakah UPTD sudah berhasil mencapai tujuan?
Kalo keberhasilan dari pihak BLK ya berhasil dong, kita
Alhamdulillah berometernya apa. Peserta latihannya ikut uji
kompetensi, Alhamdulillah rata-rata disertifikasi oleh LSP,
kan baromaternya gitu. 80% atau dari 1000 orang dilatih tahun
2019 kemarin 700 orang diterima, berarti 70% kan
keberhasilannya, jadi itu tergantung anaknya aja.

144
Informan : Yogie Noegraha, SE. M.Si (Seksi Pengembangan
dan Pemasaran UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten)
Waktu : 12 Oktober 2020 (13.43 s/d selesai)

1. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan menjahit?


Yang pertama mungkin dalam perencanaannya biasanya
begini, sosialisasi. Pengembangan pemasaran punya peran
sebagai katakanlah kehumasan, kita memperkenalkan program
apa saja yang ada di BLK kemudian sekaligus kita menangkap
peluang atau kesempatan apa saja yang mungkin kita lakukan
untuk bisa memenuhi kebutuhan itu melalui forum, namanya
forum komunikasi industri. Kita akan undang beberapa
industri perwakilan saja memang yang ada di Banten, yang
pertama kita akan undang mereka suka menggunakan alumni
kita dulu kan ada datanya.
Nah dari situ nanti kita akan tangkap, kita ada quesioner
mereka suruh isi, misalnya di insutri manufaktur yang lagi
rame itu misalnya industri, atau otomotif yah, otomotif
misalnya sparepart gitu kan. Nah nanti kita akan kontra dengan
kurikulum yang ada di kita apa saja sih yang dibutuhkan untuk
masuk ke dunia industri itu.
2. Berapa jenis pelatihan yang dilaksanakan? Dan mengapa
pelatihan tersebut yang dilaksanakan?
Fix 7 kejuruan, turunan setiap tahun bisa berubah-ubah
tergantung kemampuan daerah membiayai dan permintaan
pasar kerja. 8 tambah kecantikan, kecantikan semula adittional
jadi tetap tadinya hanya sampai menjahit. Kalo angkatan,

145
setiap angkatan paling dipenuhi itu desain grafis, TIK itu ada
terus, tapi kita bicarakan permintaan pasar. Secara gak
langsung merangkap kebutuhan masyarakat, tapi yang paling
utama sih sebetulnya karna basis supply and demand,
menangkap kebutuhan pasar kerja yang utama, kita harus tau
dulu nih. Kalo pelatihan mah, masyarakat pelatihan apa aja
mao kan masyarakat gitu yah, mao aja kan yang penting gratis
apalagi ada uang saku, siapa yang gak mao gitu.
3. Bagaiman proses kerja sama dengan perusahaan di
wilayah Banten?
Dari tahun sebelumnya. Jadi pertama kali tahun 80-an, ini kan
program nasional. Jadi kita dulu malahan kerja samanya gak di
dalam negri, jadi beberapa mesin yang peninggalan tahun 80
ini adalah bantuan dari Austria. Nah dari sana, ini mulut ke
mulut sempat keputus di era ketika kerja sama luar negri ini
selesai, bahkan pernah ngalamin katanya BLK itu sampe nyari
siswa, itu sampe 2015 katanya jemput bola lah istilahnya.
Nah Alhamdulillah 2016 mulai terbuka melalui media sosial
bahkan kita punya web sendiri, daftar dulu melalui online bisa,
itu kita pake. Nah begitupun perusahaan-perusahaan mungkin
tadinya mulut ke mulut, sekarang kan sudah dibuka tuh kita di
medsos, di youtube ada kemudian kita juga punya instagram,
nah itu juga menstimulan lumayan Alhamdulillah banyak
perusahaan yang kepo. Nah yang luar biasanya lagi bahkan
banyak alumni-alumni sini yang sudah punya perusahaan
sendiri, gitu yang bikin kita seneng.

146
4. Apakah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
bekerjasama dengan pihak lain selain perusahaan?
Dengan Kabupaten Kota, contoh dengan Tangerang Selatan.
Tangerang Selatan sampai saat ini belum punya BLK, program
latihan kerjanya sudah ada jadi numpang latihan di kita
istilahnya, biaya dari mereka hanya fasilitas tempat di kita.
Kita sediakan ruang buat mereka, misal dia minta pelatihan
motor, nanti kita carikan dari 5 angkatan ini waktunya kapan
yang kosong, bulan puasa bulan puasa itu anak-anak mao,
kerjasama dengan Kabupaten Kota ya. Buat pelatihan
masyarakat di situ gitu di Kabupaten Kota melalui Dinas atau
penanggung jawab terkait di daerah masing-masing.
5. Bagaimana tindakan yang dilakukan jika ada alumni yang
belum mendapat kesempatan kerja?
Sebetulnya mereka bisa usaha mandiri, saya beberapa kali juga
kasih stimulan ke mereka memang tapi opset yah karna untuk
mendanai itu gak di dinas tenaga kerja. Contoh, orang Cikupa,
yang satu juruan mesin yang, satu juruan LAS, yang satu
jurusan motor, tiga tiganya ikut tes Dharma Polimetal ada
yang keterima ada yang gak kerterima. ‘pak ada lagi gak kita
gak keterima’ ‘kenapa gak gini gini gini’ saya bilang, balik
lagi ke sini ‘pak kita buka service motor’ di Cikupa. Jadi gini,
pelatihan di sini itu untuk bekerja, padahal yang bener itu
pelatihan di sini itu untuk memiliki ilmu mau dipake bekerja
silahkan mau buka usaha sendiri ya silahkan, gitu point is nya
kan sebetulnya.

147
6. Apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan pelatihan
menjahit?
Sampai saat ini sih kami ini terus terang target kami
sebetulnya di UPTD ini hanya melatih manusia, kendala yang
dihadapai SDM, SDM kami sendiri. Saya review, BLK ini
adalah warisan dari kementrian, waktu era otonomi diserahkan
ke kabupaten kota kemudian kita kelola di kabupaten kota,
kabupaten kota ternyata merasa tidak mampu diserahkan ke
provinsi. Isinya adalah orang-orang warisan dari kementrian
juga yang masa baktinya di tahun 2022 ini habis, jadi mesin
bagus tempat udah enak yang ngelatihnya gak ada. Bukan
tanpa usaha, per-2012 kita sudah majukan untuk ada
regenerasi, baru dipenuhi satu kali tahun 2015 ada 8 instruktur
baru. Dan tapi memang ada peraturan lain, peraturan Mentri
Ketenagakerjaan Nomer 8 Tahun 2017 boleh dari swasta,
boleh. Ada 2 kejuruan kita dari swasta, tapi statusnya jadi
narasumber, itu kecantikan rambut kulit sama menjahit dari
swasta. Ada bedanya, kalo kita angkat jadi pegawai di sini
perawatan mesinnya dia merasa memiliki itu lebih fokus
memelihara peralatan sarana prasarana, lain dengan yang kita
ambil dari luar.
Perusahaan itu sering komplain kaya begini ‘gini gini’, ada nih
gini saya sampaikan, mungkin yah karna ini udah adat betawi
gitu yah cara ngejawab ke orang tua kan kadang-kadang beda-
beda kan, ke temen itu kadang-kadang disamain. Nah hal-hal
seperti ini menurut saya memang harus ditanamkan bukan
hanya di sini, mereka kan sekolah sebelumnya pasti atau

148
lingkungan sekitar juga harusnya mendukung ya kan, tapi kita
akan terima juga lah itu jadi PR buat kita gimana caranya gitu.
7. Menurut bapak, apakah pemberdayaan masyarakat ini
berhasil?
Berhasil atau tidak sebenernya jawaban yang relatif yah. Tapi
gini deh, perbandingannya kan sekarang jumlah penganggur
dengan jumlah pekerja jauh, tetapi ukurannya mungkin begini
kalo kami bisa agak sedikit bangganya. Lulusan alumni BLK
ini misal satu angkatan dari 2019 lalu yah, dari 900 yang
dilatih 600 ini berhasil ditempatkan hampir 78%lah kita
berhasil, ya cukup bangga juga lah kita.

149
Informan : Mega Putri, SKM (Instruktur Pelatihan
Menjahit UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten)
Waktu : 18 Desember 2020 (12.10 s/d selesai)

1. Sudah berapa lama ibu menjadi instruktur pelatihan


menjahit? Dan bagaimana awal mulanya?
Kurang lebih 5 tahun, saya masuk 2016-an. Saya asisten
instruktur awalnya, kemudian asisten instruktur itu setahun
kalo gak salah sampe ke 2017, 2017 mulai mengajar juga di
sini.
Improvisasi: Di mana instruktur utama?
Sudah gak ada, sudah pensiun, almarhum yah sudah
meninggal. Awalnya dulu bu Suprapti di sini, yang di mana bu
Suprapti itu ibu saya instrukturnya, jadi saya ini anaknya.
Selama ibu saya ngajar waktu itu riwayatnya sakit yah, karena
beliau sakit jadi saya yang mendampingi beliau mengajar
sebagai asisten instruktur. Nah beliau sudah tidak ada, saya
dipercaya sama kantor untuk meneruskan mengajar di UPTD.
Jadi asalnya gitu, cuman yah dipercaya mengajar juga bukan
karena background ibu saya, memang saya juga punya
sertifikasi di bidang itu. Jadi saya juga asesor di bidang
menjahit, jadi bukan karena faktor keturunan ya, bukan karena
asal meneruskan aja. Status non ASN, saya bukan pegawai
negeri, bisa dibilang kalo untuk mengajar saya instruktur dari
swasta tapi saya juga pegawai di sini. Saya ngajar di luar, saya
punya LPK dulunya LPK kursus menjahit di luar, dulunya
sebelum di sini yah.

150
2. Berapa jumlah instruktur di pelatihan menjahit?
Di kejuruan menjahit yah, hanya satu.
3. Berapa lama masa pelatihan menjahit? Dengan masa
pelatihan tersebut, apakah cukup untuk melahirkan
manusia yang berkompetensi?
240 JP, Jam Pelajaran, 1 bulan setengah. Ada juga yang 3
bulan, 3 bulan berarti 360 JP. Kalo menjahit sih idealnya 240,
kalo menjahit yah.
Sebenernya kurang lama ya mba, kita kan di sini pelatihan
hanya 240 JP, hanya 1 bulan setengah. Kalo menurut saya
pribadi itu sebenernya masih kurang buat mereka, tapi kalo
untuk basicnya aja mereka bisa jait, mereka bisa berani
berspekulasi buka jaitan di rumah terima obras. Sebenernya
sudah cukup, tergantung penerimaan si siswa juga dengan 240
JP ini, kalo orangnya sigap daya tangkapnya cerdas itu cukup,
tapi kalo bagi yang daya tangkapnya lemah itu kurang. Tapi
bisa dibilang hanya sedikit lah, dari 16 orang itu paling yah
yang lemot-lemot satu dua tiga, satu dua lah.
4. Apa saja materi yang diberikan kepada peserta?
Hari pertama kita masih briefing, perkenalan. Hari kedua
sudah mulai masuk materi, materi itu biasa disampaikan
kurang lebih 3 minggu, setelah itu sampe dengan akhir kita
lebih banyak praktek kalo menjahit. Praktek 70%, materi
hanya 30%, kita lebih banyak prakteknya.
5. Apakah ada materi soft skill?
Motivasi di kelas, secara gak langsung aja. Motivasi kadang
kita liat yah mana anak yang pede menjahit, mana anak yang

151
takut, mana anak yang merasa pede banget kan itu beda-beda
yah sifat di kelas. Kalo motivasi kita secara gak langsung aja,
mana yang kira-kira pendekatan kita yang butuh kita motivasi,
mana yang engga, mana yang udah pinter, mana yang belom
gitu. Kalo soft skill lebih ke itu yah, kalo saya lebih
pengenalan aja.
6. Apa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelatihan menjahit?
Mesin lah pasti, alat-alat, ruangan yang nyaman, meja yang
besar yang panjang-panjang, banyak, perintilan. Lebih banyak
intensnya di dalam kelas, kalo di luar saya paling cuman
nyuruh mereka cari referensi model sekarang. Jadi misal
kadang saya suka kasih PR bikin makalah seputar fashion
terbaru saya bilang gitu, ya itu paling itu bahan yang mereka
searching di luar. Jadi saya suka minta ‘trendingnya fashion
sekarang siapa desainer yang kamu suka siapa, tolong bikin
makalah itu, kumpulkan’ gitu. Jadi biar wawasan mereka juga
terbuka gitu jangan hanya taunya kita tukang jait, tapi kita gak
tau fashion di luar trendingnya lagi apa, gitu sih paling. Berati
kan itu prasarana yang mereka harus googling di luar, di luar
jam belajarnya.
7. Apa kendala yang dialami dalam proses pelatihan?
Gak ada kendala besar, kendala karakteristik siswa aja yang
musti kita kuasain, terus teknik kita mengajar yang jangan
monoton kita juga harus cari terbaru, terus kita juga harus rajin
walaupun kita udah instruktur kita punya pengalaman. Kalo
ngajar ya outputnya ya instruktur siswa, instruktur siswa gitu,

152
siswanya bisa nangkep kita nyampeinnya mudah dia juga
mudah nerimanya.
Kadang PR yah, buat saya dia awal rajin nih, tapi ketika dia
punya problem rumah yang bikin dia gak konsen ngejait, yang
tadinya jaitannya bagus jadi miring-miring. Akhirnya kita kan
musti pendekatan, ‘kamu lagi ada masalah apa? ko tumben
kamu jaitannya lagi gak rapi?’ gitu ya, nanti akhirnya ‘oh iyah
bu, soalnya saya ada panggilan interview kerja’ bla bla bla.
Kan itu membuat pecah mood dia lagi belajar di kita, karna dia
ada interview nih, sementara dia terikat sama kita harus satu
bulan setengah di sini. Itu buat kita PR sebagai instruktur yah,
kita bisa mempertahankan dia gak, atau harus kita. Dari awal
kita udah bilang ‘kalo ada panggilan kerja pada saat kamu
pelatihan di BLK berarti kamu siap gak harus memilih di sini’
gitu, itu dari awal kita. Kalo kendala sih pasti kalo ngajar ada
aja, dari siswa, ada aja.
8. Bagaimana proses pemberian sertifikat?
Kalo dinyataan lulus ikut pelatihan di sini terima sertifikat dari
UPTD. Itu instruktur yang nilai, kita kan ada nilai kaya bagi
rapot. Jadi selama pelatihan dia 240 JP kita bikin nilai untuk
laporan ke kantor, nilai prakteknya berapa, nilai teorinya
berapa, terus kemampuan skillnya berapa itu kita laporkan.
Daftar nilai itu yang menjadi pacuan lulusnya atau tidaknya
selama si siswa melakukan pelatihan di sini.
Kalo menjahit, saya ada ujiannya. Jadi misal di minggu
terakhir pelatihan itu ujian membuat kemeja durasi saya kasih
3 jam, itu mereka harus selesai. Cuman, kembali lagi banyak

153
faktor pendukung kan, misal ujian dia gak lulus dalam 3 jam,
tapi penguasaan materi dia selama 1 bulan cukup 70%, ya
berarti kan bisa dinyatakan lulus. Kalo udah dinyatakan lulus
dapat sertifikat dari UPTD, itu biasa dari instruktur, si A nilai
poinnya 170 misal, nah itu dinyatakan dia lulus ujian.
Kalo yang SKKNI itu dari UJK (uji kompetensi), itu yang
manggil asesor BNSP itu. Dan tergantung paket, nah paket
yang mengatur kantor, jadi ada paket UJK nya gak, ‘angkatan
ini ada paket UJK gak’, bisa ada bisa enggak. Kalo gak ada
berarti hanya dapet sertifikat pelatihan. Biasanya 1 minggu
setelah belajar BLK selesai, baru UJK. Selangnya 1 minggu, 1
minggu itu dipersiapkan buat mempersiapkan alat bahan
latihan mereka, pra UJK disebutnya. Jadi kita udah latihan
sebelumnya, bahkan kadang kalo saya 2 minggu sebelumnya
saya mantepin latihannya.
9. Menurut ibu, apakah pemberdayaan masyarakat ini dapat
memperbaiki ekonomi?
Mereka yang punya pemikiran mau kursus menjahit itu antara
dua, mereka pengen berwirausaha mencari penghasilan sendiri
tanpa terikat dengan perusahaan, kedua mereka
mempersiapkan diri buat bersaing, bersaingnya di industri.
Kalo dibilang meningkatkan taraf hidup, tergantung si anaknya
setelah diberikan pelatihan ini dia berani gak di luar buka
jaitan, kalo yang mau berwirausaha. Kalo dia berani spekulasi
buka jaitan otomatis ekonomi masuk dong, tapi kalo si anak
gak berani spekulasi dia bisa cari jalan lain, jalan lain apa, dia
ikut tes di pabrik, pabrik garmen.

154
Improvisasi: Berapa banyak alumni yang bekerja di
perusahaan mitra dengan alumni yang membuka usaha
mandiri?
Karna survey kualifikasi mereka setelah lulus di sini itu
adanya di pemasaran, pemasaran kantor bagian pemasaran,
saya gak tau detailnya berapa banyak mereka yang diarahkan
ke pabrik karna kan yang mengurusi rekrutmen ada bagiannya
sendiri, kalo kita kan di sini hanya mengajar yah. Tapi kalo
saya lihat dari garis besar aja fifty fifty sih, ada yang
berwirausaha, ada yang dia kerja di butik, ada juga yang
mereka larinya ke garman PT, fifty fifty sih.

155
Informan : Nana Murdiana, ST (Ketua Instruktur
Pelatihan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten)
Waktu : 28 Desember 2020 (12.37 s/d selesai)

1. Bagaimana proses pendaftaran pelatihan menjahit?


Pertama, sebelum kita mulai pengumuman di share di medsos.
Kita tentukan dulu, kaya gini sekarang nih kita lagi persiapan
untuk perencanaan tahun depan, berapa jumlah paketnya dari
masing-masing setiap jurusan. Mungkin kalo di bangku kuliah
nyebutnya SKS, kalo kami nyebutnya SKP (Sasaran Kerja
Pegawai) buat 2021 itu apa sih yang mau akan kita kerjakan,
nah ini baru saya dapet tadi semua jurusan. Untuk 2021 apa aja
sih paketnya, contoh di sini ada nih kita nanti buka 20 jurusan
pelatihan sama UJK, nah pelatihannya totalnya di sini untuk
tahun depan.
Contoh aja nih bayangin 656 target kita rencana kita dalam
satu tahun, ini baru separo tahun 2020 tuh 1200 target kita
dalam satu tahun. Contohnya kejuruan mesin bubut yah 48
orang dibagi 16 berarti 3 paket gituloh. Nah ini untuk satu
tahun dibagi 5 gelombang maksudnya begini, contohnya ini
kan 20 (program pelatihan), anggaplah 1 sampe 3: gelombang
pertama, 4 sampe 7: gelombang kedua, sampe lima
gelombang, itu biasa kita yah di luar pandemi. Jadi 656 ini
nanti dibagi 5 gelombang, gelombang itu nanti berapa paket,
jurusannya apa aja gitu. Jadi misalnya saya kan di autocad
gambar bangunan 3 paket, jadwal ini fleksibel, misalkan dari 5
gelombang saya gelombang pertama, ketiga, kelima,
contohnya begitu.

156
Yang membuat fleksibel itu sesuai jadwal pimpinan, karna
yang mengatur jadwal itu pimpinan, dia banyak pertimbangan
lah instruktur ada apa engga, instruktur nanti lagi ada kegiatan
apa engga gitu kan. Kalo misalkan gini ada contoh kasus lagi,
kita udah targetkan 12 paket udah mengadakan seleksi, tapi
ternyata yang bisa dilaksanakan 10 paket, 2 paketnya tuh
dipending nanti diadakan lagi gelombang selanjutnya gitu.
Dipending itu karna siswanya, gak ada peminatnya, gak ada,
gak ada pendaftar. Kita tunggu sampe batas akhir pendaftaran
ternyata gak ada yang daftar, trus minimal itu kan boleh kita
buka 12 orang, di bawah 12 orang itu kita pending.
2. Mengapa pelatihan menjahit tidak membuka banyak
paket (kelas) dalam setahun?
Gak banyak dibuka, pertama instrukturnya gak ada, artinya
gak ada itu gak ada yang PNSnya. Instruktur pelatihan
menjahit pegawai sini, di sini tercatatnya sebagai toolman,
cuman di lapangan realisasinya dia sebagai pengajar,
anggaplah pengajar dari luar. Memang dia tidak lebih tau,
mereka taunya tuh datang seleksi, ngajar udah pulang kalo
instruktur dari luar taunya seperti itu aja. Itu yang kita
keluhkan biasanya instruktur yang dari luar, untuk
perawatannya kan tidak ada karna kan dia tidak stay loh dia
datang ke sini cuma pada saat ngajar pelatihan aja kan. Kalo
kita kan pegawai sini kan ada gak ada pelatihan harus masuk,
ada jadwalnya ada kewajibannya tiap hari masuk beres-beres
workshop lah atau apalah gitu loh. Kalo yang mereka engga,
ada ke sini tuh pada saat ada pelatihannya aja, makanya

157
kadang workshopnya berantakan tidak terawat gitu. Karna
mereka kan sistemnya honor, kalo gak ada pelatihan ya
mereka gak dapet honor.
Trus permintaan pasarnya memang agak kurang, peminatnya
sebenernya sih kalo saya coba asumsi yah kalo 4 paket pun
dibuka dalam satu tahun peminatnya cukup, ada nanti terisi
gituloh. Cuma sekarang itu anggaran kita dipangkas, contoh
sekarang ini kan kita tahun 2020 sebelum ada corona kan
hampir 1.200 paket kita dalam satu tahun, karna kita tuh bagi-
bagi, bagi-bagi itu artinya kita banyak pertimbangan.
Contohnya kenapa ada yang banyak ada yang sedikit, dilihat
dari peminat pesertanya, kedua peminat usernya atau
perusahannya gitu. Dari menjahit ini emang dari segi, kita lihat
dari seginya bagian penempatan kerja jarang, itu tadi karna
mereka targetnya mungkin bukan kerja di pabrik tapi mereka
home industri mandiri di rumah. Kalo saya logikanya di sini
kan, tekstil sedikit yah maksudnya yang indeks tekstilnya gitu
yah, jadi dilihat dari lingkungan kerja, targetnya nih di daerah
Banten ada gak sih, makanya sedikit.
3. Bagaimana proses pelaksanaan apel pagi?
Dulunya setiap hari, setiap pagi jam 7, bareng-bareng semua.
Awalnya terpisah dulu sempet terpisah, pegawai-pegawai
karna kan ada sesuatu yang siswa gak perlu tau siswa-siswa.
Nanti dibagi jadwalnya nanti, satu instruktur untuk jaga siswa
jadi pembinanya, siswa nanti kita bikin jadwal piketnya gitu.
Nah kemaren-kemaren sebelum 2019 itu saya kasih saran ‘ok
kita gabung aja yuk, apelnya bersama-sama, nanti Senin sama

158
Jum’at saja’ gitu. Senin itu semuanya si pegawai juga ikut
gabung sama kita, Jum’at juga Jum’at biasanya abis apel ada
senam. Apel dulu kemudian senam, kita pake instruktur senam
juga dari luar.
Berarti apel itu yang dari 2019 dua hari, tahun sebelumnya tiap
hari. yang jadi pembinanya instruktur, saya buatkan jadwalnya
misalkan hari ini instruktur otomotif namanya si ini, kemudian
petugasnya siapa, peserta otomotif. Apelnya biasanya baris,
kemudian ada petugasnya kan, ada komandannya, ada
pembaca do’a, ada pembaca janji siswa.
4. Bagaimana proses pelaksanaan outbound management
training (OMT) ?
Misalnya 200 jam pelatihan itu 25 hari efektif, 2 harinya tuh
diambil untuk itu. Pertama outbound, tapi outboundnya
mungkin di situ kita nyebutnya bukan outbound yah, karakter
yah character building. Jadi outboundnya, outbound internal
kita aja di dalem gak mesti ke gunung, jadi cuma mereka harus
berani berlatih, nanti itu dari luar juga instrukturnya. Digabung
semua jurusan satu gelombang, seru-seruan ngegame. Apa sih
fungsinya, pertama mereka mengenal lingkungan mengenal
rekan orang-orang di sebelahnya kan, trus mereka berani
meluapkan gagasan idenya, kurang lebih seperti outbound lah
cuma bedanya kita di sini. Full satu hari, itu instrukturnya
langsung dari Badan Diklat Provinsi yang spesialis outbound.
Kemudian ada dua, kalo kita nyebutnya OMT (outbound
management training) kalo di silabus kita yah OMT,
kemudian ada satu lagi FMD (fisik mental disiplin) itu yang

159
ngelatih bapak TNI. OMT itu kekompakan, keberanian
gitukan, percaya diri. Tapi kalo FMD itu disiplin, tepat waktu,
bagaimana sih kamu disiplin di dunia kerja nanti seperti apa,
nant itu bapak TNI yang ngelatih fisik mental disiplinkan,
bagaimana fisiknya mereka nanti dilatih lari-lari gitukan.
5. Apakah semua peserta dapat mengikuti UJK?
Tidak, tidak semua. Ini contohnya ini yang diUJKkan sekitar
272 dari 656 yang kita latih, emang gak mesti diUJKkan,
sebenernya sih gak wajib karna kan ada menyangkut anggaran.
Biasanya tahun lalu itu 240 jam pelatihan dan gak mesti, nanti
itu tergantung pimpinan jurusan apa aja. Biasanya yang
diUJKkan itu yang bener-bener nanti sering dipanggil
perusahaan karna legalitasnya mereka lebih diminta, lebih
diutamakan. Contoh kalo misalkan kecantikan jarang ya, kan
biasanya perusahaan itu karna mereka udah punya standar, dan
standar mereka mengakui sertifikat UJK, mengakui
maksudnya diakui ada harganyalah. Tapi kan ngapain kita
diadakan UJK misalkan contoh menjahit, tapi dia kerjanya
hanya mandiri di rumah, UJK itu setifikat itu tidak berguna
gituloh makanya kita perjelas yang mana sih yang berguna
gituloh UJK nya. UJK kan mahal ini, UJK ini mahal kalo kita
pribadi pake uang sendiri bisa sampe 7 juta, 5 juta, kalo yang
ini tuh free dibiayain sama Provinsi Banten.
6. Bagaimana proses penempatan alumni UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten ke perusahaan?
Kita lihat dulu, sebenernya tupoksi penempatan itu bukan di
Balai lagi bukan di Latker lagi, itu di Dinas ada divisi

160
tersendiri sebenernya. Cuma karna terbiasa dulu itu BLK
sepaket, dilatih ditempatkan, dilatih ditempatkan, seperti itu di
mana-mana BLK di seluruh Indonesia biasanya sepaket itu.
Nah namanya kalo di balai besar atau yang di BLK-BLK
daerah yang menerapkan dilatih ditempatkan sepaket namanya
Kios 3in1, contohnya BBPLK Serang yang kita terdekat saja
di sini, itu punya kementiran punya dan dia itu melatih seluruh
Indonesia, ada sistemnya boarding di sana. Jadi mereka itu
sepaket, maksudnya instansinya itu BLK itu sepaket dilatih
ditempatkan, tapi kalo di sini tidak.
Karna kita gak enak kasihan, kemudian sudah terbiasa BLK
seperti itu. Akhirnya di telegram kita punya grup. Contohnya
pak Otong ngasih linknya grup telegram, saya share ke grup
alumni saya WA ‘hey kalian yang udah pernah mengikuti
seleksi pelatihan ini gabung di grup ini untuk info loker’ gitu.
Sistemnya seperti apa, biasanya perusahaan datang ke sini
secara resmi bersurat bahwa kami perusahaan A bergerak di
bidang ini di bidang ini membutuhkan karyawan untuk jabatan
ini-ini kualifikasi ini dan ini, nanti besurat ke pak Otong.
Kemudian di pak Otong dipoto dishare ke grup telegram ‘ini
ada perusahaan mencari calon tenaga kerja kualifikasi ini
jurusan ini ini, background pendidikannya ini umurya ini,
syarat-syaratnya jelas ‘yang berminat silahkan email ke sini
silahkan datang ke sini’ gitu loh. Jadi kita hanya fasilitator aja,
kita tidak menekankan ke perusahaan, karna kewenangan itu
perusahaan yang punya, kita hanya merekomendasikan.

161
Informan : Eky Almas Oktaviani (Angkatan 1, 2018)
Usia/Status : 25 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Karyawan Hush Puppies (admin ecommerce)
Waktu : 8 Februari 2021 (19.28 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Waktu tahun 2017 pernah mengikuti BLKI juga jurusan TIK,
jadi sudah kenal dengan trainer di sana. Kami ada grup alumni
BLKI Banten, informasinya dari grup tersebut.
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Karena biaya les menjahit mahal, jadi cari yang gratis. Salah
satunya di BLKI Banten, tujuannya sih karena dulu mau buka
usaha di bidang fashion.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Karena aku gak ada basic menjahit sama sekali, bahkan bener-
bener gak pernah menjahit sebelumnya, jadi ya awalnya susah.
Cuma setelah dipelajari ternyata seru ko, kuncinya menjahit
itu harus sabar dan nikmati prosesnya.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Waduh lupa, banyak banget semua basic dipelajari di sana.
Awalnya kita diberi pelatihan pembuatan pola baju, sampai
bisa jahit kebaya brukat, keren kan.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Banyak sih, cuma karena pelatihnya sabar dan teman-
temannya seru dan saling dukung ya jadi dinikmati aja.

162
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Jadi bisa menjahit, jelas lah ya, cuma happy aja bisa menjahit.
Ternyata jahit itu gak semudah yang dibayangkan, jadi bisa
lebih menghargai para penjahit sih.
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Sebelum masuk BLKI aku kerja di bank dan sekarang aku
kerja di Retail Fashio bagian penjualan online e-commerce,
kamu tau brand Hush Puppies gak, aku kerja di brand itu divisi
e-commerce, mencakup admin juga.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Mungkin kalo memang niat tujuannya mendapatkan pekerjaan
di bidang menjahit sih iya banget, karena rata-rata perusahaan
melihat dari sertifikat juga sih.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Waduh sensitive nih, lebih besar setelah mengikuti pelatihan
sih, atau kamu kira-kira aja, maaf ya. Pastinya karena kita
nambah skill dan lebih pede untuk melamar pekerjaan.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Sangat membantu sih, alesannya ya sama seperti pertanyaan
sebelumnya.

163
Informan : Sahroni (Angkatan 1, 2018)
Usia/Status : 26 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Barberman, menjahit
Waktu : 10 Februari 2021 (21.03 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Waktu itu dapet informasinya dari temen yang ngeshare ke
grup-grup, teman kampung.
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Alesannya adalah ingin mengembangkan keterampilan yang
ada pada diri saya terutama pada keterampilan menjhait.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Awal dari pagi masuk jam 7 itu sudah mengikuti apel bersama
semua peserta pelatihan, lalu setelah itu dapet teori dari guru
menjahit, lalu mempraktekan langsung apa yang sudah dikasih
teori sama guru dan langsung mendapatkan ujian lisan maupun
tulisan.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Bagaimana cara menjadi seseorang yang disiplin terhadap
waktu, lalu mendapatkan materi praktek cara menjahit mesin
jahit modern, dan praktek menggunakan mesin obras. Lalu
teorinya cara menggunting, lalu rumus-rumus untuk membuat
baju, celana, kemeja, tas dan lain-lain.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Oh waktu itu tidak ada kendala, itu lancar sampe akhir dan
mendapatkan sertifikat.

164
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Mampu praktekkan apa yang sudah saya pelajari, jadi di
rumah kan ada mesin jahit jadi saya bisa membuat kaya
masker, kaya pouch atau membuat keset, atau bisa menjahit
baju-baju yang sobek atau baju-baju yang sudah kegedean
dikecilkan.
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Saya ini usaha bergerak di bidang jasa, jadi saya mendapatkan
uang, mendapatkan pekerjaan, yaitu waktu itu saya ini menjadi
seorang barberman di barbershop. Sekarang profesi saya ini
saya masih menjadi freeance barberman. Paling sih bantu ibu
untuk membuat keset dan dijual. Blom ada waktu untuk kerja
sifting gitu blom lulus kuliah.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Pasti ka, soalnya kan keterampilan sangat dibutuhkan
diperusahaan konveksi, tapi saya blom pernah coba ngelamar
di konveksi.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Saya blom bisa menjawab karena memang saya belum
mengikuti pekerjaan yang memang itu pekerjaannya sebagai
penjahit. Nah kalo pendapatan perbulan dari hasil jahit bantu
ibu yang tau ibu yah kira-kira 500 ribuan, buat tambahan saja
ka. Kalo yang perbulan 2 jutaan sampe 3 juta.

165
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Membantu sekali karena menambah wawasan saya tentang
menjahit dan mampu mempraktekan di rumah maupun di
tempat konveksi bila saya melamar di konveksi.

166
Informan : Deri Rahmana (Angkatan 1, 2018)
Usia/Status : 23 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Pekerja Seni (ngamen)
Waktu : 10 Februari 2021 (09.08 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Dari media sosial.
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Gak ada alesan.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Menyenangkan.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Banyak.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Gak ada.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Jadi ngerti.
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Sebelum dan sesudah sama aja, masih jadi pekerja seni.
sekarang ngamen, di mana aja ngamennya.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Biasa aja.

167
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
9 dari 10. Gaji mah gak tentu, tapi bisa lah DP motor mah. 3
jutaan lah perbulan. Tapi gak nentu juga sih, tergantung
jobnya di mana.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Gak juga, gak tertarik kerja jahit.

168
Informan : Irham Mahfud (Angkatan 2, 2018)
Usia/Status : 27 Tahun/Menikah
Pekerjaan : Karyawan PT Agung Pelita Industrindo
(Designer sepatu)
Waktu : 30 Januari 2021 (11.26 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Akun instagram UPTD Latker Provinsi Banten
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Untuk menambah skill atau kemampuan dalam bidang
menjahit.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Proses pelatihan menjahit sangat baik, dari mulai pengenalan
dan sampai tahap finishing produk yang disiptakan dalam
menjahit semua baik dan disiplin.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Materi yang didapat pengoperasian mesin jahit, jenis alat-alat
kerja dan pendukung lainnya, cara potong bahan, membuat
pola, membuat baju, celana, blazer dan lain-lain.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Alhamdulillah selama pelatihan tidak ada kendala apapun.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Bisa mengoperasikan mesin jahit dengan baik.

169
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Pekerja home industri. Sekarang kerja di PT Agung Pelita
Industrindo Serpong, bagian desain untuk sepatu aja.
Improvisasi: Kapan dan dari mana mendapat info
lowongan kerja di PT Agung Pelita Industrindo?
Kerja di sini setelah dari pelatihan di UPTD. Kalo untuk yang
sekarang dari rekan pelatihan.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Alhmadulillah lebih mudah dan lebih percaya diri.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Sebelum 1,5 juta, sekarang 6 juta.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Sangat membantu karna pelatihan ini menggali dan menambah
kemampuan atau skill baru dalam diri kita, dan juga pelatihan
menjahit ini selain bisa bekerja di industri atau perusahaan-
perusahaan tekstil, bisa juga membuka usaha sendiri di rumah
dan itu lebih menjamin.

170
Informan : Cahyaning Maslakhah (Angkatan 1, 2019)
Usia/Status : 21 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Guru (mengajar privat)
Waktu : 30 Januari 2021 (11.08 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Dari sosial media Instagram.
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Ingin menambah skill dan menjahit adalah salah satu hobi
saya.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Menyenangkan dan sangat banyak akan ilmu. Dilatih oleh
orang yang profesional dan bersertifikat pada bidangnya.
Pelatihan yang dilakukan berupa materi dan praktek.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Mengoperasikan mesin jahit, mengukur badan, membuat pola
dan menjahit beberapa model pakaian.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Tidak ada.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Menambah skill baru dan menambah pertemanan. Skill
menjahit udah menghasilkan baju, misalnya buat kaka tolong
kecilkan atau pendekkan baju.
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Buruh pabrik. Sekarang kuliah dan mengajar les privat.

171
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Mungkin saja, tapi setelah dari pelatihan saya tidak bekerja
dalam bidang menjahit. Saya tidak membuka jasa hanya untuk
diri sendiri dan kerabat, mungkin sesudah lulus kuliah baru
bisa membuka jasa.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Pendapatan sebelumnya sekitar 4 juta, sekarang sekitar 1 juta.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Mungkin bisa begitu nanti, tapi tidak untuk saat ini.

172
Informan : Putri Arni (Angkatan 1, 2019)
Usia/Status : 25 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Karyawan Mery Konfeksi (menjahit)
Waktu : 29 Januari 2021 (20.58 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Dari media sosial instagram.
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Alasan saya untuk menambah skill dalam diri saya terutama
untuk bekerja di bidang menjahit.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Yang awalnya tidak bisa menjahit menjadi bisa.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Materi yang saya dapatkan dari ikut pelatihan, satu membuat
pola atasan dan bawahan kebaya, dua pola kemeja, tiga pola
celana, empat pola baju blouse.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Kendala yang saya alami tentunya ada, dari membuat pola
hingga menjahit pola tersebut, tapi Alhamdulillah semua
berjalan lancar.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Hasil atau perubahan, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa
menjahit dan Alhamdulillah sekarang bekerja di bidang
menjahit.

173
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Kalo saya sebelum mengikuti pelatihan ini saya sebagai
mahasiswi. Sekarang di konveksi ka, kerjanya menjahit
samping celana, kofeksi baju baby namanya Mery Konveksi.
Improvisasi: Dari mana mendapat info lowongan kerja di
konveksi?
Dari grup loker angkatan kami ka.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Tentu saja.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Sebelumnya saya masih kuliah, sekarang kuliah sambil kerja
dikarnakan tidak full hanya 50% dari gaji pokok, sebulan 2,2
juta.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Tentu daja membantu dan memperbaiki ekonomi saya.

174
Informan : Selawati (Angkatan 1, 2019)
Usia/Status : 20 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Karyawan PT Nikomas Gemilang (menjahit
sepatu)
Waktu : 30 Januari 2021 (11.26 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Sekolah
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Ingin belajar pengetahuan yang belum dijamak dan ingin
mengenal dunia pekerjaan.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Menyenangkan.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Materi yang didapatkan banyak sekali, mulai dari pengenalan
mesin, cara mengoperasikan mesin, pengenalan jenis bahan,
benang, dan cara menjahitnya.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Kendalanya jauh dari tempat tinggal dan harus pulang pergi.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Perubahannya yang awalnya belum bisa menjahit sekarang
bisa menjahit
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Melatih exkul. Sekarang kerja di PT Nikomas Gemilang, jahit
sepatu tapi bagian finishing.

175
Pertanyaan Improvisasi: Kapan mulai kerja di PT
Nikomas Gemilang? Dan dari mana info lowongan kerja
tersebut?
Tahun 2019, lulus UPTD langsung kerja. Dapat info loker di
luar info loker UPTD.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Iya lebih mudah karena kita mempunyai atau keterampilan
menjahit.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Sebelum 200 ribu, sesudah kerja 4,2 juta.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Iyah betul sekali sangat membantu.

176
Informan : Dinda Kornelia Vinadani(Angkatan 1, 2019)
Usia/Status : 21 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Guru TPA (mengajar)
Waktu : 31 Januari 2021 (10.28 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Dari instagram
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Dapet ilmu baru.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Lumayan agak sulit.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Cara buat pola baju, celana, rok dan lain sebagainya.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Ada mungkin sedikit imsonia.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Bisa menjahit baju.
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Mengajar di TPA. Sebelumnya ngajar ka, ngajar ngaji ka.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Iya.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
-Tidak ada jawaban.

177
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
-Tidak ada jawaban.

178
Informan : Nur Alfiyatullailah ( Angkatan 2, 2019)
Usia/Status : 22 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Konsultan di PUPR (Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat)
Waktu : 29 Januari 2021 (20.26 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Kebetulan kemarin tahun 2019 kaka tuh baru lulus kuliah, jadi
pas nyari-nyari kerjaan gitu, trus tiba-tiba ngeliat poster dari
IG apa namanya, pelatihan menjahit ini. Trus karna emang
pengen tau gitu yah jadi gak ada salahnya kaka ikut-ikut
pelatihan sambil nunggu wisuda saat itu.
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Ya itu pengen bisa jait gitu.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Prosesnya kondusif, seru, fun gak begitu apa yah, gak begitu
fokus banget. Maksudnya kita gak terlalu kaku sama yang
ngelatihnya juga asik masih muda.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Banyak, kita belajar dari pertama mendesain, trus mengenal
mesin jaitnya. Trus kita pertama-tama banget tuh belajar jait
lurus, trus gimana caranya ngunci dari ujung ke ujung kaya
gitu, sampe finalnya. Final examnya kita dapet bikin, suruh
bikin baju gitu.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Sejauh ini sih Alhamdulillah lancar-lancar aja, sampe bajunya
jadi itu kita waktu itu ngerjain dalam waktu berapa, cuma

179
berapa minggu gitukan. Karna awal-awal kan kita belajar
dasar teknik dasarnya, trus sampe suruh bikin pola belajar
pola. Trus dikasih waktu bikin baju itu cuma kalo gak salah 10
hari apa 2 minggu yah aku lupa.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Ya hasilnya kita dapat mengenal mesin jahit itu kaya gimana,
trus bisa bisalah untuk dasar menjahit itu, bisa. Trus bikin pola
badan kita sendiri itu gimana, bikin pola orang lain itu gimana.
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Saya mahasiswa, jadi kerjaannya masih ya masih kuliah gitu.
Kalo sekarang di konsultan di program PUPR. Kalo saya
emang dari awal ikut pelatihan itu pengen punya skill tapi
untuk diri saya sendiri gitu, tidak untuk sengaja-sengaja untuk
mencari uang gitu.
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Kebetulan saya ikut menjahit itu tujuannya tujuan awal bukan
untuk bekerja menjait jujur, karna saya kuliah jurusan elektro
sangat jauh untuk menjait, kecuali kalo saya kuliah di jurusan
desain atau gimana gitu yah yang mengenai fashion juga.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Pendapatan sebelum mengikuti pelatihan kan ya masih
tanggungan orang tua, tapi untuk saat ini Alhamdulillah udah

180
kerja jadi, tapi tidak berkaitan dengan menjait itu
pekerjaannya, gaji pokok 2,5 juta.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Tidak, karna emang dari awal saya tidak, tujuan awal saya
tidak untuk mencari uang dari pelatihan ini, tapi karna saya
pengen bisa, saya pengen punya skill. Jadi kalo misalkan ada
apa-apa dalam lingkungan saya mengenai baju, misal kaya
orang tua saya pengen potong baju apa gimana setidaknya
saya bisa.

181
Informan : Kavivah Sivaur Rahmah(Angkatan 2, 2019)
Usia/Status : 19 Tahun/Lajang
Pekerjaan : Karyawan PT. Dynaplast Jatake (operator
produksi)
Waktu : 29 Januari 2021 (16.20 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan


menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
Sosial media.
2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?
Untuk menambah skill.
3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?
Sangat menyenangkan, lancar, alat praktek yang memadai.
4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?
Pola dasar jait, finishing, obras, menghitung ukuran, pola,
teknik, dan cara menjahit dan lain-lain.
5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?
Kurang cepat dan lues dalam menjahit.
6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti
pelatihan?
Makin nambahnya wawasan tentang jahit, cara dan skill.
7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan
apa pekerjaan Anda saat ini?
Tidak ada karena pas lulus sekolah masih di bawah umur,
sekarang operator produksi di PT. Dynaplast Jatake, soalnya
aku kerja sama latihan beda, ga sama. Contohnya sih masih
bisa bantu bude kerja jahit ya kalo emang pesanannya banyak,
tempat sendiri enggak gede cuma beberapa orang aja biasanya.

182
8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,
apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?
Agak terlalu susah untuk mencarinya, sekalinya dapat
terkendala jam kerja yang panjang.
9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?
Dan berapa pendapatan Anda saat ini?
Tidak ada sebelum mengikuti pelatihan, sesudah pelatihan 3
juta. Kalo jait mah aku paling 300 400 ribu karna kan ga full,
selagi adawaktu senggang aja.
10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini
membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?
Alhamdulillah sedikit terbantu dengan skill jahit yang saya
punya.

183
C. Lampiran 3: Surat-Surat

184
185
186
187
188

Anda mungkin juga menyukai