Anda di halaman 1dari 117

EFEKTIVITAS TUGAS POKOK PETUGAS KLOTER,

ROMBONGAN DAN REGU DALAM PELAYANAN


JAMAAH HAJI PADA KANTOR KEMENTERIAN
AGAMA KOTA TANGERANG SELATAN
 
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Disusun Oleh:

Desi Nuryani
NIM (11140530000051)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH


PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2019 M
EFEKTIVITAS TUGAS POKOK KLOTER, ROMBONGAN
DAN REGU DALAM PELAYANAN JAMAAH HAJI
PADA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
 
KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:

Desi Nuryani
NIM (11140530000051)

Di Bawah Bimbingan

Dra. Hj. Mastanah, M.Si


NIP. 19620817 199003 2 001
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/ 2019 M
 
 
ABSTRAK
Desi Nuryani. 11140530000051. Efektivitas Tugas Pokok
Kloter, Rombongan, dan Regu dalam Pelayanan Jamaah Haji
pada Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan.
 
Dibawah Bimbingan Dra. Hj. Mastanah, M.Si
Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau
keunggulan dalam mencapai sasaran yang lebih ditetapkan dan
adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi. Efektivitas
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
penyelenggara haji merupakan suatu kunci keberhasilan
penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini dapat dimaklumi karena
penyelenggaraan haji termasuk didalamnya terdapat kloter,
rombongan, dan regu sebagai obyek dalam penyelenggaraan haji.
Penulis menuliskan rumusan masalah dari peneliatian ini adalah
bagaimana tugas pokok petugas kloter, rombongan, dan regu,
serta sistem dan mekanisme pembentukan kloter, rombongan dan
regu, dan faktor penghambat dan pendukung dari sistem kerja
kloter, rombongan dan regu beserta solusi atau upaya untuk
mengatasinya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian pendekatan kualitatif, yang menghasilkan data
deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara, observasi secara langsung dalam mengamati kegiatan
saat pelaksanaan yang dilakukan serta dengan pengambilan
dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
penyelenggaraan ibadah haji mengenai tugas pokok kloter,
rombongan dan regu dalam pelayanan jamaah haji pada Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan ini sudah efektif.
Dapat dilihat dari hasil yang didapatkan, pada saat sebelum
pelaksanaan, ketika pelaksanaan berlangsung, maupun setelah
pelaksanaan ibadah haji. Pada prinsipnya efektivitas tugas pokok
kloter, rombongan dan regu dalam pelayanan jamaah haji pada
tahun ini dilakukan berdasarkan standarisasi pemerintah tentang
petugas yang menyertai ibadah haji beserta ketua rombongan dan
ketua regu selaku perpanjangan tangannya.

Kata Kunci : Efektivitas, Kloter, Rombongan dan Regu,


Kementerian Agama Kota

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan


pada kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
 

karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan


dengan baik. Shalawat teriring salam semoga selalu
tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan


skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras penulis
sendiri. Akan tetapi, dengan dukungan dan semangat baik
moril maupun materil dari berbagai pihak, karena penulis
yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut sulit rasanya
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan setulus hati kepada berbagai
pihak khususnya :

1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph. D selaku Dekan dan Ibu Dr.


Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, M.Ag
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan
Bapak Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Bapak Drs. Sugiharto, M.A., dan Bapak Amiruddin
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen

ii
Dakwah yang selalu memberikan dukungan dalam
penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Mastanah, M.Si., selaku Dosen
 
Pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak
masukan kepada penulis dan telah ikhlas meluangkan
waktunya untuk membimbing, memberikan arahan
serta petunjuk dan saran yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Jurusan Manajemen Dakwah yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang
sangat berharga kepada penulis. Beserta Pimpinan dan
Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakan Fakultas Ilmu
Dakawah dan lmu Komunikasi yang banyak
membantu penulis dalam memberikan referensi buku-
bukunya.
5. Terima kasih untuk orang tua tersayang yaitu Alm.
Bapak Sa’aman (semoga bahagia di syurga-Nya
melihat anak bungsumu ini, Aamiin) dan Ibu Saodah
yang telah mengajarkan dan mendidik penulis hingga
dapat mengenyam pendidikan ke bangku perkuliahan,
yang selalu sabar menasehati dan tak pernah lelah
memberikan dukungan semangat dan motivasinya
kepada penulis, serta kakak-kakak tercinta yang tak

iii
bisa penulis sebutkan satu persatu dan juga abang
yang selalu memberikan semangat untuk adiknya.
6. Bapak H. Abdul Rojak, S.Ag. MA., selaku Kepala
 
Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
serta Bapak Drs. H. Nurhasan, M.Si selaku Kasubag
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian ini.
7. Terima kasih untuk Bapak H. Ade Sihabuddin selaku
Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Bapak H. Abdul Syukur, S.Th.I., Bapak H. Uus
Surahmat SE., Bapak H. Moch. Arief Hidayat. M.Pd.,
Bapak H. Suwawan, Bapak H. Rudi Fakhrudin
F.S.Sos, dan seluruh staff Kantor Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan khususnya Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
8. Terima kasih untuk Wiwi, Fitri, Tiara, Eva, Eliza,
Maulida dan teman-teman seperjuangan Jurusan
Manajemen Dakwah khususnya pada Konsentrasi
Manajemen Haji dan Umrah 2014.
9. Teruntuk FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa
Betawi) dan FORMALIS (Forum Mahasiswa
Menulis) terima kasih atas pengalaman, semangat, doa
dan dukungannya untuk penulis.
10. Rachmat Ramdani S.Hum., partner seperjuangan
yang selalu setia menemani perjalanan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

iv
Tanpa dukungan mereka semua yang terlibat
diatas. Skripsi ini hanyalah tulisan yang tidak bermakna
dan tidak akan terwujud. Akhir Kata penulis sampaikan,
 
semoga skripsi ini dapat bemanfaat bagi semua pembaca
dalam menmbah pengetahuannya di Bidang Manajemen
Haji dan Umrah. Penulis juga mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini,

Depok, 18 April 2019

Desi Nuryani

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...............................................................................i

 
KATA PENGANTAR .............................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................1

A. Latar Belakang Masalah ........................................1


B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................9
D. Metodologi Penelitian............................................10
E. Teknik Analisis Data .............................................15
F. Tinjauan Pustaka....................................................15
G. Teknik Pemulisan..................................................17
H. Sistematika Penulisan ............................................17

BAB II LANDASAN TEORITIS ........................................19

A. Efektivitas ...............................................................19
1. Pengertian Efektivitas .........................................19
2. Pengukuran Efektivitas .......................................21
B. Pelayanan ................................................................22
1. Pengertian Pelayanan ..........................................24
2. Dimensi Mutu Pelayanan ....................................26
3. Ciri-Ciri Pelayanan yang Baik ............................28
C. Kloter, Rombongan, dan Regu ................................30
1. Pengertian Kloter, Rombongan, dan Regu .........30

vi
2. Hubungan dan Tugas Kloter, Rombongan, dan
Regu ....................................................................34

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN


 

AGAMA KOTA TANGERANG SELATAN .....42

A. Sejarah Berdirinya Kantor Kementerian Agama


Kota Tangerang Selatan ..........................................42
B. Dasar dan Tujuan Kantor Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan ..........................................44
C. Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan ..........................................45
D. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan ........46
E. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan ..........................................48
F. Struktur Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji
dan Umrah ...............................................................49
G. Tugas dan Fungsi Bidang Penyelenggaraan Haji
dan Umrah ..............................................................50

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS TUGAS POKOK


KLOTER, ROMBONGAN, DAN REGU
DALAM PELAYANAN JAMAAH HAJI PADA
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA
TANGERANG SELATAN ................................57

A. Pembentukan Kloter Jamaah Haji, Rombongan,


dan Regu...............................................................57

vii
1. Sistem dan Mekanisme Pembentukan Kloter
Jamaah Haji ....................................................57
2. Sistem dan Mekanisme Pembentukan
 
Rombongan dan Regu Jamaah Haji ...............62
B. Tugas Pokok Petugas Kloter, Ketua Rombongan,
dan Ketua Regu dalam Pelayanan Jamaah Haji ...71
1. Tugas dan Fungsi Petugas Kloter ...................71
2. Tugas dan Fungsi Karom & Karu ..................76
C. Efektivitas Sistem Kerja Kloter, Rombongan, dan
Regu dalam Pelayanan Jamaah Haji ....................79
D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Sistem
Kerja Kloter, Rombongan, dan Regu dalam
Pelayanan Jamaah Haji........................................ 87

BAB V PENUTUP ..............................................................93

A. Kesimpulan ..........................................................93
B. Saran ....................................................................95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................97

LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................

viii
BAB I

PENDAHULUAN

 
A. Latar Belakang Masalah

Haji merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan


atas setiap muslim yang mampu. Kewajiban ini merupakan
rukun Islam yang kelima yang diwajibkan oleh Allah SWT
kepada orang-orang yang mampu menunaikannya, yakni
memiliki kesanggupan biaya, serata sehat jasmani dan
rohani untuk menunakan perintah terebut.1

Karena haji merupakan kewajiban, maka setiap


orang yang mampu apabila tidak melakukannya, ia berdosa
dan apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala.
Kewajiban melaksanakan ibadah haji hanya dilakukan
sekali seumur hidup. 2 Ini berarti bahwa seseorang telah
melakukan haji yang pertama, maka selesailah
kewajibannya. Kemudian, haji yang berikutnya, kedua,
ketiga dan seterusnya merupakan ibadah sunnah.3

Efektivitas peningkatan kualitas Sumber Daya


Manusia (SDM) penyelenggara haji merupakan suatu kunci
keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini dapat

1
Departemen Agama, Hikmah Ibadah Haji, Jakarta : Dirjen Bimas
Islam & Penyelenggara Haji, 2003, hlm. 4.
2
Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baaz, Haji, Umrah dan Ziarah
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jakarta : CV. Firdaus, 1993,
hlm.5
3
Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk
Ibadah Dalam Islam, Jakarta : Prenada Media, 2003, hlm. 227.

1
2

dimaklumi karena penyelenggaraan haji termasuk


didalamnya terdapat kloter, rombongan, dan regu sebagai
obyek dalam penyelenggaraan haji, maka terbentuk
 
organisasi kloter, rombongan, dan regu.

Berdasarkan azas dan tujuan penyelenggaraan


ibadah haji sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 1999 Pasal
4 dan 5, penyelenggaraan ibadah haji berdasarkan azas
keadilan memperoleh kesempatan perlindungan dan
kepastian hukum. Sedangakan tujuan penyelenggaraan
ibadah haji yaitu untuk memberikan pembinaan, pelayanan
dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan
manajemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan
ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan
nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jamaah haji
dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga
diperoleh haji yang mabrur.4

Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an Surah


An-Nisaa ayat 58 yang berbunyi :


            

        


  
    

    

4
Departemen Agama RI, Pedoman Tugas Karu dan Karom, Jakarta:
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, 2005, hlm. 1.
3

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk


menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
 
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.An-Nisaa : 58)

Penyelenggaraan ibadah haji bukanlah pekerjaan


yang sederhana, mengingat jumlah jamaah haji yang harus
dikelola merupakan yang terbanyak di dunia. Sistem yang
efektif dan efesien, kebijakan yang tepat, petugas haji yang
disiplin dan profesional serta kerjasama yang baik dari
seluruh jamaah dan pihak-pihak yang terlibat merupakan
prasyarat mutlak bagi terselenggaranya ibadah haji yang
khusyuk, aman, dan nyaman.

Namun sayangnya, selama ini, itu semua belum


terwujud sebagaimana diharapkan. Maka diperlukan
adanya pengelolaan, pemberdayaan, dan pembinaan
jamaah/petugas yang dilakukan demi keselamatan,
kelancaran, ketertiban dan kesejahteraan jamaah haji serta
demi kesempurnaan ibadah haji tanpa memungut biaya
tambahan diluar BPIH yang telah ditetapkan. Sistem
penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia masih perlu
banyak pembenahan agar lebih efektif, efesien, transparan
dan akuntabel.
4

Demikian pula sabda Nabi Muhammad yang


diriwayatkan oleh Imam Thabrani sebagai berikut :

 
ُ‫َح ُد ُك ْم َع َمالً أَ ْن يَ ْت ِقنَه‬ ِ ُّ ‫إِ َّن اهللَ تَ َعالَى يُ ِح‬
َ ‫ب إِذَا َعم َل أ‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang


apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”.
(HR. Thabrani, No: 891)

Salah satu upaya untuk mewujudkan


penyelenggaraan ibadah haji yang efektif dan profesional
sebagaimana yang telah disebutkan pada hadits diatas,
agar dapat mengarahkan petugas haji untuk beretos kerja
yang tinggi dan mengarahkan kepada profesionalisme
sesuai dengan pengarahan dan bimbingan.

Maka diperlukan penyempurnaan sistem dan


mekanisme pembentukan kloter, rombongan, dan regu
untuk jamaah haji Indonesia serta guna menghasilkan
petugas yang berkompeten, jamaah yang memiliki
komitmen, dan jamaah yang berakhlaqul karimah.
Kemudian untuk memberdayakan dan mengelola kloter
tersebut, termasuk rombongan dan regu di dalamnya,
maka diperlukan sistem kerja petugas kloter, ketua
rombongan dan ketua regu dalam pelayanan jamaah haji.

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 1999 Pasal 15


dan KMA Nomor 371 Tahun 2002 Pasal 16,17,18,19, dan
5

20 yakni Menteri Agama berkewajiban menetapkan pola


dan tata cara pembinaan calon jamaah haji dan jamaah
haji, yang meliputi pembinaan jamaah, pembinaan
 
petugas, serta informasi dan penyuluhan ibadah haji.5

Petugas kloter yang menyertai jamaah haji


Indonesia atau petugas haji Indonesia sebagai Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji merupakan seseorang yang
telah ditetapkan untuk melaksanakan tugas operasional
penyelenggaraan ibadah haji, dan petugas yang menyertai
jamaah haji/petugas kloter yang berasal dari unsur
Kementerian Agama dan Instansi Terkait.

Petugas kloter dalam beberapa aspek masih harus


lebih ditingkatkan lagi seperti kedisiplinan dan
profesionalismenya, serta beberapa kebijakan penting
yang strategis harus segera dibuat untuk perbaikan haji
kedepannya. 6 Demikian pula peran dan pemberdayaan
Ketua Rombongan (Karom) dan Ketua Regu (Karu)
secara lebih optimal, merupakan langkah strategis karena
keterbatasan petugas kloter dalam pelayanan umum,
pelayanan kesehatan, dan bimbingan ibadah.7

5
Departemen Agama RI, Pedoman Tugas Karu dan Karom, Jakarta:
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, 2005, hlm. 2.
6
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, Jakarta : FDK
Press, 2008, h. 9.
7
Kementerian Agama RI, Desain Pola Bimbingan Calon Jamaah
Haji, Jakarta : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2010, h.
54.
6

Adapun pedoman yang terkait dengan efektivitas


tugas pokok kloter, rombongan, dan regu dalam pelayanan
jamaah haji pada Kantor Kementerian Agama Kota
 
Tangerang Selatan ialah Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji pada
BAB IV Bagian Kedua Pasal 11 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 :

a. Ayat 1 berbunyi “Menteri membentuk Panitia


Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di
daerah yang memiliki Embarkasi, dan di Arab Saudi”.
b. Ayat 2 berbunyi “Dalam rangka Penyelenggaraan
Ibadah Haji, Menteri menunjuk petugas yang
menyertai Jamaah Haji, yang terdiri atas Tim
Pemandu Haji Indonesia, Tim Pembimbing Ibadah
Haji Indonesia, dan Tim Kesehatan Haji Indonesia”.
c. Ayat 3 berbunyi “Gubernur/Bupati atau Walikota
dapat mengangkat petugas yang menyertai jamaah
haji, yang terdiri atas Tim Pemandu Haji Daerah dan
Tim Kesehatan Haji Daerah”.
d. Ayat 4 berbunyi “Biaya operasional Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji dan petugas operasional
pusat dan daerah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)”.
e. Ayat 5 berbunyi “Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan dan mekanisme pengangkatan petugas
7

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)


diatur dengan Peraturan Menteri”.

Kemudian pedoman selanjutnya yaitu, Pedoman


 

Petugas Karu dan Karom yang berisi tentang uraian tugas


pokok ketua regu dan ketua rombongan dalam
melaksanakan tugas yang meliputi pelayanan umum,
bimbingan ibadah, dan kesehatan selama di Asrama
Haji/Embarkasi, dalam perjalanan ke/di Arab Saudi, di
Pemondokan, dan pada saat kembali ke Tanah Air sampai
tiba di Debarkasi. 8 Serta problematika dan solusinya
dalam pelayanan jamaah haji, maka penulis menuangkan
dalam sebuah karya ilmiah skripsi dengan judul :
“Efektivitas Tugas Pokok Petugas Kloter,
Rombongan, dan Regu dalam Pelayanan Jamaah Haji
pada Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan usaha untuk


menetapkan batasan-batasan dari masalah penelitian yang
akan diteliti. Batasan masalah berguna untuk
mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk

8
Departemen Agama RI, Pedoman Tugas Karu dan Karom, Jakarta:
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, 2005, h. 12.
8

dalam ruang lingkup masalah penelitian. 9 Pembatasan


masalah pada penelitian ini untuk menghindari terjadinya
perluasan materi yang akan dibahas.
 

Maka, penulis akan membatasi masalah pada


efektivitas tugas pokok kloter, rombongan, dan regu
dalam pelayanan jamaah haji pada pelaksanaan ibadah
haji sejak keberangkatan, selama di Arab Saudi, sampai
masa kepulangan ke Tanah Air.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan diteliti


dalam penulisa/penelitian skripsi ini adalah untuk
mempermudah dalam melakukan penulisan agar lebih
terarah dan terfokus, yakni sebagai berikut :

a. Bagaimanakah sistem dan mekanisme pembentukan


petugas kloter, rombongan, dan regu jamaah haji?
b. Bagaimanakah tugas pokok petugas kloter, ketua
rombongan dan ketua regu jamaah haji?
c. Bagaimanakah efektivitas tugas pokok pertugas kloter
rombongan, dan regu dalam pelayanan jamaah haji?
d. Apa faktor yang mendukung dan yang menghambat
sistem kerja petugas kloter, rombongan, dan regu
jamaah haji?

9
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Social,
Jakarta : Bumi Akasara, 2006, h. 23.
9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian :
a. Untuk mengetahui sistem dan mekanisme pembentukan
 
kloter, rombongan, dan regu dalam pelayanan jamaah
haji di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan.
b. Untuk mengetahui tugas pokok petugas kloter,
rombongan, dan regu dalam pelayanan jamaah haji
pada Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan.
c. Untuk mengetahui efektivitas tugas pokok petugas
kloter, rombongan, dan regu dalam pelayanan jamaah
haji pada Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan
d. faktor pendukung dan penghambat efektivitas tugas
pokok kloter, rombongan, dan regu dalam pelayanan
jamaah haji di Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian :
a. Manfaat Akademis

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini


diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan serta dapat memberikan informasi dan ilmu
bagi pembaca khususnya mahasiswa/i Konsentrasi
Manajemen Haji dan Umrah tentang bagaimana
10

efektivitas tugas pokok kloter, rombongan, dan regu


dalam pelayanan jamaah haji.

b. Manfaat Praktis
 

Manfaat praktis yang diharapkan dalam


penelitian ini agar dapat menerapkan dan
mengembangkan ilmu yang didapat selama
pelaksanaan kegiatan perkuliahan serta menambah
pengalaman dan juga potensi diri.

c. Manfaat Teoritis
1) Memberikan penjabaran secara detail mengenai
tugas pokok kloter, rombongan, dan regu dalam
pelayanan jamaah haji di Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan.
2) Menguraikan apa saja faktor yang mendukung
efektivitas dan yang menghambat dalam
pelaksanaan sistem kerja kloter, rombongan, dan
regu dalam pelayanan jamaah haji di Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan.

D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode


kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu teknik
pengumpulan data yang menggunakan metode observasi
partisipsi, penelitian terlibat sepenuhnya dalam kegiatan
11

informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan


sumber informasi penelitian.10

Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan


 

data deskriptif seperti kata-kata yang tertulis atau lisan


orang yang berperilaku diamati, gambar, angka-angka,11
dan buku yang berkaitan dengan judul penelitian yang
digunakan untuk membantu menyelesaikan penulisan ini
dapat berupa studi pustaka dan riset lapangan.

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena


penelitian ini diharapkan dapat dan mampu menghasilkan
suatu untaian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu atau
kelompok, atau masyarakat, atau organisasi tertentu
dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh, komphrehensif, dan holistic.12

Penelitian Kualitatif bertujuan untu memperoleh


pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-
orang sebagaimana dirasakan oleh orang yang
bersangkutan. 13 Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh
penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin

10
Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitan Untuk Public Relations,
Kualitatif dan Kuantitif, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2010, h. 58.
11
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2012. h. 3.
12
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 213.
13
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2008, h.156.
12

mendapatkan gambaran proses dari penyelenggaraan


ibadah haji Indonesia terhadap efektivitas tugas pokok
kloter, rombongan, dan regu dalam pelayanan jamaah
 
haji pada Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan.

2. Waktu dan Tempat Penelitian


a. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu


penelitian yang dimulai dari tanggal 10 September
sampai 31 Desember 2018.

b. Tempat Penelitian

Adapun lokasi atau tempat penelitian yang


dikunjungi oleh penulis yaitu Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan yang beralamat di
Komplek BSD Kencanaloka Sektor XII-5 F.40
Ciater, Serpong-Tangerang Selatan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Kantor


Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan yang
didalamnya terdapat staff, pengurus, dan pengelola
penyelenggara ibadah haji dan umrah. Sedangkan obyek
dalam penelitian ini adalah Efektivitras Tugas Pokok
Petugas Kloter, Rombongan, dan Regu yang menyertai
jamaah haji dalam pelayanan jamaah haji.
13

4. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antar


 

dua orang, melibatkan seseorang yang ingin


memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu. 14 Wawancara ini dilakukan dengan
menggunakan bahasa informal atau percakapan yang
biasa digunakan sehari-hari dan bersifat sesuai
dengan kondisi yang ada di lapangan.

Metode ini dilakukan dengan cara meminta


informasi atau menggali informasi baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada responden
(orang yang diwawancara atau yang dimintai
informasi) dari pihak Kantor Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan Bidang Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.

b. Observasi

Observasi merupakan cara yang dilakukan


oleh peneliti dalam memperoleh data yang
digunakan untuk memenuhi kegiatan penelitiannya.
Observasi dilakukan dengan mengunjungi secara
langsung tempat subjek penelitian yang akan diteliti.

14
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2008, h.156.
14

Disini, penulis melakukan penelitian secara


langsung di Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan guna memperoleh data yang
 
kongkrit. Sistematika penelitian dengan pengamatan
dan pemilihan data agar mendapatkan gambaran
yang jelas mengenai kejadian atau peristiwa yang
terjadi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian skripsi ini


yaitu dengan mencari dan mengumpulkan sumber
data baik berupa foto maupun catatan, buku, dan
arsip-arsip tertulis lainnya dari beberapa
lembaga/instansi terkait yang kemudian akan
menjadi rujukan untuk kemudian diteliti lebih lanjut.

Dokumentasi merupakan salah satu data


yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melengkapi
data-data penelitian, maka dari itu peneliti
membutuhkan dokumentasi dari lembaga/instansi
terkait yang akan diteliti yaitu Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan.

5. Teknik Analisis Data

Pada tahapan ini analisis yang digunakan dalam


pengolahan data yang diperoleh menggunakan studi
15

kasus. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul,


langkah-langkah selanjutnya adalah menganalisis data,
menginterpretasikan data yang diperoleh dari hasil
 
wawancara, observasi, studi dokumenter, dan data yang
diperoleh dari angket, arsip maupun sumber lainnya.

Pada tahapan ini analisis yang digunakan dalam


pengolahan data yang diperoleh menggunakan studi
kasus. “Setiap analisis kasus mengandung data
dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai
kasus tersebut.15

6. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini demi


menghindari penjiplakan dan kesamaan dengan
penelitian lainnya, maka penulis membaca dan
mengkaji terlebih dahulu beberapa skripsi untuk
mendalami materi serta menentukan poin perbedaan
hasil karya penulis dengan karya tulis lain.

Dengan demikian untuk menghindari hal-hal


yang tidak diinginkan seperti mempertegas perbedaan
antara masing-masing judul dengan masalah yaitu
sebagai berikut :

1. Pada Tahun 2017 telah ditulis skripsi atas nama


Wahyu Rizky Maulana pada Prodi Manajemen Haji
15
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2008, h. 202.
16

dan Umrah Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas


Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul
“Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Manasik
 
Haji Di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH) AL-Mujahidin Pamulang Tahun 2017”
pada penelitian ini membahas tentang bimbingan
manasik haji yang dilaksanakan di KBIH Al-
Mujahidin Pamulang Tahun 2017. Hasil Penelitian
menjelaskan bahwa pelaksanaan bimbingan manasik
haji pada KBIH Al-Mujahidin dengan memberikan
pemahaman kepada jamaah calon haji tentang
hikmah (filosofi) haji dengan baik sesuai syariat-
Nya. Perbedaannya yaitu terletak pada objek dan
fokus penelitian, serta tingkat keefektifannya diukur
dengan kualitas kerja, kualitas hasil, dan target yang
telah ditentukan.
2. Pada Tahun 2018 telah ditulis skripsi atas nama
Difla Karisha pada Prodi Manajemen Haji dan
Umrah Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul
“Rekruitmen Tim Pemandu Haji Indonesia Pada
Kementerian Agama Jakarta Timur” pada
penelitian ini membahas tentang tata cara
rekruitmen petugas haji (Tim Pemandu Haji
Indonesia) di Kementerian Agama Jakarta Timur.
Yang bertujuan untuk mengetahui rekruitmen,
seleksi, serta pelatihan dan penempatan dalam
17

melakukan proses rekruitmen petugas haji.


Perbedaannya yaitu terletak pada subjek dan proses
pengangkatan petugas kloternya.
 
3. Pada Tahun 2016 telah ditulis skripsi atas nama
Sa’ban Rizkiyadi Prodi Manajemen Haji dan Umrah
Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, dengan judul “Efektivitas
Pelayanan Jamaah Umrah Pada PT. Wahana
Mitra Wisata” pada penelitian ini membahas
tentang pelayanan terhadap jamaah umrah yang
diberikan oleh PT. Wahana Mitra Wisata.Yang ingin
memberikan pelayanan terbaiknya untuk semua
jamaah dengan pelayanan-pelayanan berebeda yang
diberikan oleh PT. Wahana Mitra Wisata.
Perbedaannya yaitu terletak pada subjek dan objek
pembahasannya. Tetapi terdapat persamaan pada
teorinya.

7. Teknik Penulisan

Adapun metode penyusunan skripsi ini, penulis


mengacu kepada Keputusan Rektor UIN Jakarta
Nomor. 507 Tahun 2017 tentang “Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
18

8. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan, maka


penulis menggunakan sistematika penulisan yang
 

terbagi menjadi lima bab. Dari lima bab tersebut terdiri


dari beberapa sub bab. Diawali dengan pendahuluan,
tinjauan teoritis, profil atau gambaran umum, analisis
data, dan diakhiri dengan kesimpulan dan saran. Adapun
sistematika penulisan ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah,


pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, teknik analisis data, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini membahas teori tentang efektivitas,


pelayanan, kloter, rombongan, dan regu
jamaah haji.

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR


KEMENTERIAN AGAMA KOTA
TANGERANG SELATAN

Bab ini menguraikan profil atau sejarah


berdirinya Kantor Kementerian Agama
19

Kota Tangerang Selatan, Dasar dan


Tujuan, Visi dan Misi, Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi, Struktur Organisasi Kantor
 
Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan, Struktur Organisasi Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA


EFEKTIVITAS TUGAS POKOK
PETUGAS KLOTER, ROMBONGAN,
DAN REGU DALAM PELAYANAN
JAMAAH HAJI PADA KANTOR
KEMENTERIAN AGAMA KOTA
TANGERANG SELATAN

Bab ini merupakan pembahasan yang


berisi tentang hasil penelitian mengenai
Efektivitas Tugas Pokok Petugas Kloter,
Rombongan, dan Regu dalam Pelayanan
Jamaah Haji pada Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil


penelitian yang telah dilakukan dan saran
yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas untuk memperoleh solusi atas
permasalahan tersebut.
BAB II

LANDASAN TEORI

 
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas

Secara etimologi atau bahasa kata efektivitas


diambil dari kata efek yang artinya akibat atau pengaruh,
dan dari kata efektif yang artinya ada pengaruh atau akibat
dari sesuatu, membawa hasil, dan efektivitas itu sendiri
berarti keadaan berpengaruh, keberhasilan tentang usaha
atau tindakan.1 Jadi, efektivitas adalah keberpengaruhan /
keberhasilan setelah melakukan sesuatu.

Efektivitas juga menunjukan atas taraf tercapainya


suatu tujuan, suatu usaha dapat dikatakan efektif jika itu
2
telah mencapai tujuannya. Efektivitas merupakan
gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam
mencapai sasaran yang lebih ditetapkan dan adanya
keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi.

Dalam Kamus Ilmiah Populer disebutkan beberapa


pengertian tentang efektivitas antara lain ketepatgunaan;

1
Tim Penyusun Kamus Besar Pembiinaan dan Pengembangan Bahasa
(P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), cet ke vii, edisi ke-2, hlm. 284.
2
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid II, CES-HAM, (Jakarta :
Ichtiar Banu - Van Hoeve,1980), hlm. 134.

19
20

3
hasil guna; menunjang tujuan. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan ada tiga arti
efektivitas. Arti pertama adalah adanya suatu efek,
 
akibatnya, pengaruhnya, dan kesannya. Arti kedua, adalah
manjur atau mujarab. Serta arti ketiga adalah dapat
membawa hasil atau berhasil guna.4

Sedangkan menurut John M.Echols dan Hasan


Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia bahwa secara
etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif yang
artinya berhasil guna. 5 Efektivitas merupakan penilaian
hasil pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.6

Kriteria utama dari efektivitas organisasi adalah


apakah organisasi tersebut bertahan dalam lingkungannya.
Keberlangsungan suatu organisasi memerlukan adaptasi,
dan adaptasi seringkali melibatkan nilai-nilai dari tahapan
yang non-terprediksi. Dalam filosofi yang menekankan
nilai (Value), Levi’s menegaskan apa yang ingin
dicapainya dalam hal efektivitas. Perusahaan merasa
yakin bahwa jika nilai tertentu dipraktikkan, efektivitas

3
Pius A. Partanto dn M. Dahla Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,
(Surabaya : Arkola, 1994), hlm.128.
4
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai :
Pustaka, 19966 ), hlm.219.
5
John M.Echols dan Hasan Sadily, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), cet.ke-8. hlm. 207.
6
Soewarno Handayaningrat, Sistem Birokrasi Pemerintahan, (Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 1985), hlm.53.
21

dalam perusahaan bersaing akan muncul. Prinsip dari nilai


Levi’s adalah perilaku, keragaman, pengakuan, praktik
etis, dan pemberdayaan.7
 

Menurut Isbandi Rukminto Adi, ke-efektif-an


diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria (criterion
variables) yang diciptakan dalam hubungan dengan
pencapaian tujuan.8

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka


penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa efektivitas
adalah penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
menggunakan metode-metode tertentu dalam proses
pelaksanaannya.

2. Pengukuran Efektivitas

Menurut Sujadi F.X. dalam mencapai suatu


efektivitas harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa


kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti
target tercapai sesuai dengan waktu yang
direncanakan.

7
John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson,
Perilaku dan Manajemen Organisasi Jilid I, (Jakarta : Penerbit Erlangga,
2007), hlm. 22.
8
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat
dan Intervensi Komunitas, (Jakarta : FE Universitas Indonesia, 2003), Cet. Ke-
3, hlm.175.
22

b. Ekonomis, yakni untuk menyebutkan bahwa didalam


usaha penyampaian efektif itu maka biaya, tenaga
kerja, material, peralatan, waktu, ruangan, dan lain-
 
lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
perencanaan dan tidak adanya pemborosan ataupun
penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni
untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja
sumber-sumbernya telah dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya haruslah dilakukan dengan
bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja
dibagi berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan
kerja, dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab,
maksudnya adalah wewenang harus seimbang dengan
tanggung jawab. Dominasi oleh salah satu pihak atas
pihak lainnya adalah suatu hal yang harus dihindari.
f. Prosedur kerja yang praktis, maksudnya adalah target
efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja yang
memuaskan dan juga kegiatan operasional yang
dilaksanakan dengan lancar.9

9
Sujadi F.X. Organisasi dan Manajemen : Penunjang Berhasilnya
Proses Manajemen , (Jakarta : CV Masagung, 1990), h.36-39.
23

Pandangan dari segi efektivitas terdiri atas


efektivitas individu dan kelompok. Tingkat yang paling
dasar dalam suatu organisasi terletak pada efektivitas
 
individu sebagai anggota organisasi. Pada pandangan
efektivitas kelompok, penekanannya adalah pada kinerja
yang dapat diberikan kelompok pekerja karena pada
kenyataannya individu harus bekerja bersama-sama
dalam suatu kelompok dan semuanya harus dapat
berkontribusi bagi kelompoknya.10

Sedangkan, menurut T. Hani Handoko, kriteria


penilaian efektivitas terbagi menjadi enam, yaitu,
kegunaan, ketepatan dan objektivitas, ruang lingkup,
efektivitas biaya, akuntabilitas, dan ketepatan waktu.

Dari berbagai rincian pengukuran efektivitas


tersebut diatas, penulis mengambil suatu kesimpulan
bahwa pengukuran efektivitas harus dilihat dari segi
kualitas kerja, kualitas hasil, maupun batas wakttu yang
ditargetkan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar mencapapi tingkat efektivitas adalah berhasil guna,
ekonomis, pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab,
pembagian kerja yang nyata, rasionalitas wewenang dan
tanggunng jawab, prosedur kerja yang praktis.

10
Ismail Nawawi Uha, Budaya Organisasi Kepemimpinan & Kinerja,
(Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 189.
24

B. Pelayanan
1. Pengertian Pelayanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KKBI,


 

pelayanan diartikan sebagai tindakan atau perbuatan


seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan
kepada pelanggan atau nasabah. Mengenai pengertian
pelayanan dari beberapa para ahli mengemukakan
pendapatnya tentang pelayanan itu sendiri, diantaranya
ialah sebagai berikut :

a. Menurut AS. Moenir, pelayanan adalah proses


pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain
yang langsung diterima. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan
yang dilakukan orang lain dan masing-masing
memperoleh keuntungan yang diharapkan dan
mendapatkan kepuasan.11
b. Menurut Atep Adya Brata, pelayanan adalah segala
usaha penyediaan segala fasilitas dalam rangka
mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau
pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya
transaksi.12
c. Menurut Philip Kotller, pelayanan adalah suatu
aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh

11
AS. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2000), cet ke-4, hlm. 17.
12
Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK,
(Bandung : Armico, 1999), hlm.93
25

satu atau beberapa pihak kepada pihak lain untuk


dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan yang
pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan
 
menimbukan kepemilikan apapun kepada yang
menerimanya.13
d. Sedangkan definisi pelayanan yang lebih rinci
seperti dikutip dari Ratminto dan Atik Septi
Winangsih diberikan Groross bahwa pelayanan
adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas
yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba)
yang terjadi akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan
yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan baik konsumen maupun pelanggan.14

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka


penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan adalah
suatu aktivitas yang terjadi antara konsumen dengan
karyawan (pemberi pelayanan) yang bersifat tidak kasat
mata dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.

13
Philip Kotller, Marketing Manajemen : Analisis Planning,
Implementation and Control, Eight Edition New Jersey, (Prentice Haall,
1994), hlm.445
14
Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pengembangan :
Model Konseptual, Penerapan Citizen Character & Standar Pelayanan
Minimal, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-1, hlm.3
26

2. Dimensi Mutu Pelayanan

  Menurut Zeitham dan Philip Kotler seperti dikutip


dari Avilianim dan Wilfirdaus terdapat lima kriteria
penentu mutu pelayanan, yaitu:

a. Reliabiality (kehandalan)
Kemampuan untuk memberikan pelayanan secara
akurat sesuai yang dijanjikan.
b. Responsieveness (ketanggapan)
Kemampuan karyawan untuk membantu pelanggan
menyediakan pelayanan dengan cepat.
c. Assurance (keyakinan/jaminan)
Pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk
melayani dengan rasa percaya diri.
d. Empahty (perhatian)
Karyawan harus memberikan suatu perhatian secara
individual kepada pelanggan dan mengerti kebutuhan
pelanggan.
e. Tangibles (keberwujudan)
Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personal, dan alat
komunikasi.15

Menurut M.N Nasution, faktor yang menentukan


mutu pelayanan adalah sebagai berikut :

15
Aviliani dan Wilfirdaus, Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui
Kualitas Pelayanan, hlm.10-11
27

a. Realiabilita; secara konsisten, performa pelayanan


yang diberikan kepada pelanggan merupakan performa
yang prima dan waktu yang tepat sesuai yang
 
dijanjikan bagi pelanggan-pelanggannya.
b. Responsive; merupakan kesediaan karyawan untuk
memberikan pelayanan yang terbaik, termasuk didalam
waktu yang tepat dan cepat dalam member pelayanan.
c. Kompetensi; suatu kompetensi karyawan yang sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuan untuk memberi
pelayanan dengan performa yang baik.
d. Access; melakukan pendekatan agar pelanggan mudah
dihbungi, serta dalam melakukan kontak dengan
pelanggan.
e. Kurtosis; dengan sopan santun, perhatian,
mempertimbangkan, dan rasa persaudaraan untuk
melakukan hubungan personal terhadap pelanggan
(termasuk penerima tamu dan operator telepon).
f. Communication; komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana untuk mudah
memahami pelanggan, dan sebaliknya pelanggan
mudah memahami produsen. Sehingga perbedaan
antara pelanggan dan produsen dapat diatasi.
g. Kredibilitas; memegang teguh janji dengan pelanggan,
produsen dapat dipercayai dan disukai pelanggan.
28

Sehingga pelanggan menyenangi pelayanan dari


16
produsen.

 
3. Ciri-ciri Pelayanan yang Baik

Menurut Kasmir, ciri-ciri pelayanan yang baik


adalah sebagai berikut:

a. Tersedianya karyawan yang baik.


Kenyamanan jamaah sangat tergantung dari karyawan
yang melayaninya, karyawan harus ramah, sopan dan
menarik, disamping itu karyawan harus tetap tanggap,
pandai berbicara, menyenangkan, serta pintar,
karyawan harus mampu memikat dan mengambil hati
jamaah, sehingga jamaah semakin tertarik. Demikian
juga dengan cara kerja karyawan harus rapi, cepat dan
cekatan.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
Pada dasarnya jamaah ingin dilayani secara prima.
Untuk melayani jamaah salah satu hal yang paling
penting diperhatikan disamping kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia adalah sarana dan prasarana
yang dimiliki suatu perusahaan. Peralatan dan fasilitas
yang dimiliki seperti ruang tunggu dan ruang untuk
menerima tamu harus dilengkapi dengan fasilitas

16
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor : Ghalia
Indonesia,2005), hlm.309-310.
29

sehingga membuat jamaah merasa nyaman dan betah


berada di ruangan tersebut.
c. Bertanggung jawab kepada setiap jamaah.
 
Karyawan harus bertanggung jawab kepada jamaah
sejak awal keberangkatan hingga kepulangan. Artinya,
dalam menjalankan kegiatan pelayanan, karyawan
harus bisa melayani dari awal sampai selesai, sehingga
jamaah akan merasa puas jika karyawan bertanggung
jawab terhadap pelayanan yang diinginkannya. Jika
terjadi sesuatu, maka karyawan yang dari awal
menangani masalah tersebut secara segera mengambil
alih tanggung jawabnya.
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat.
Mampu melayani dengan cepat dan tepat, artinya
dalam melayani jamaah diharapkan karyawan harus
melakukannya sesuai dengan prosedur. Layanan yang
diiberikan sesuai dengan jadwal untuk pekerjaan
tertentu dan jangan membuat kesalahan dalam arti
pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar
perusahaan dan keinginan jamaah.
e. Mampu berkomunikasi.
Mampu berkomunikasi artinya karyawan harus
mampu berbicara kepada jamaah.Karyawan juga harus
dengan cepat memahami kenginan jamaah, selain itu
karyawan harus dapat berkomunikasi dengan bahasa
yang jelas dan mudah dimengerti, jangan
menggunakan istilah yang sulit dimengerti.
30

f. Memiliki pengetahuan yang baik.


Untuk menjadi karyawan yang khusus melayani
jamaah harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
 
tertentu, karna tugas karyawan selalu berhubungan
dengan manusia, karyawan perlu dididik khususnya
mengenai kemampuan dan pengetahuannya untuk
menghadapi masalah jamaah atau kemampuan dalam
bekerja. Kemampuan dalam bekerja akan mampu
mempercepat proses pekerjaan sesuai dengan waktu
yang diinginkan.
g. Berusaha memahami kebutuhan jamaah.
Berusaha memahami kebutuhan jamaah artinya
karyawan harus cepat tanggap terhadap apa yang
diinginkan oleh jamaah. Karyawan yang lamban akan
membuat jamaah lari, usahakan mengerti dan
memahami keinginan dan kebutuhan jamaah secara
cepat.
h. Mampu memberikan kepercayan kepada jamaah.
Kepercayaan calon jamaah kepada perushaan mutlak
diperlukan, sehingga calon jamaah mau menjadi
jamaah di perusahaan tersebut.17

C. Kloter, Rombongan, dan Regu


1. Pengertian Kloter/Petugas Kloter, Rombongan, dan
Regu

17
Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm.186.
31

Kloter atau yang biasa disebut dengan kelompok


terbangadalah pengelompokan pada jamaah calon
haji/jamaah haji berdasarkan jadwal keberangkatan
 
penerbangan ke Arab Saudi.18 Sedangkan petugas kloter/
kelompok terbang atau petugas yang menyertai jamaah
haji adalah Petugas haji/petugas kloter juga merupakan
aparat dari penyelenggara haji yang ditunjuk oleh
Menteri Agama atau pejabat terkait.

Petugas kloter merupakan petugas operasional


ibadah haji yang diangkat oleh Menteri Agama untuk
memberikan pelayanan umum, bimbingan ibadah, dan
pelayanan kesehatan kepada jamaah di kelompok
terbang/ kloter yang didalamnya terdiri dari TPHI,
TPIHI, dan TKHI. Termasuk di dalamnya terdiri dari
TPHD dan TKHD.19

Petugas yang menyertai jamaah haji juga


merupakan petugas yang ditugaskan melayani dan
membimbing calon/jamaah haji dalam satu kloter/
kelompok terbang sejak dari Embarkasi sampai ke
Debarkasi Tanah Air. Jenis petugas haji meliputi petugas
kloter/yang menyertai jamaah haji adalah (TPHI, TPIHI,

18
https://haji.kemenag.co.id/v3/ragam/faqhaji?body_value=&page=4,
diakses pada tanggal 1 September 2018 pada pukul 20.18 WIB
19
Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Penyiapan Petugas Haji
Indonesia, (Jakarta : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2009), hlm.5-6.
32

20
TKHI, TPHD dan TKHD). Berikut ini adalah
susunan/struktur organisasi petugas haji yang menyertai
jamaah atau kloter :
 

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Petugas Kloter

Sumber : Dokumen Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan

Terkait dengan TPHD dan TKHD tersebut diatas,


mereka diharapkan dapat menjadi penghubung antar
petugas dan jamaah. 21 Sesuai dengan Undang-Undang
No.32 Tahun 2004 Pasal 1 huruf C menyatakan, bahwa
pemerintahan daerah adalah unsur lembaga pamerintahan
daerah yang terdiri dari kepala daerah beserta perangkat
daerah otonom yang lain yang berfungsi sebagai lembaga
eksekutif daerah.

20
http://jatim.kemenag.go.id/file/file/haji/isaq1426576477.pdf,diakses
pada tanggal 3 September 2018, pada pukul 18.47 WIB.
21
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm.66.
33

Dalam penyelenggaraan ibadah haji, peran


pemerintah daerah sangat penting terkait dengan
pelayanan jamaah sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.
 
Pelayanan tersebut meliputi: administrasi dan dokumen
perjalanan haji, kesehatan, dan pembagian kuota di tingkat
kabupaten/kota, penetapan TPHD, dan transportasi dari
daerah asal dan/ke embarkasi.22

Pengertian rombongan dan ketua rombongan


(karom), rombongan adalah kelompok jamaah yang
berada dibawah kloter/ kelompok terbang. Biasanya
kelompok ini juga disebut dengan kelompok besar yang
terdiri dari 45 orang calon jamaah haji.23

Kemudian ketua rombongan atau yang biasa


disebut karom jamaah yang ditunjuk untuk mengetuai
rombongan. Ketua rombongan merupakan petugas yang
dipilih oleh jamaah untuk memimpin 4 regu dan
ditetapkan dengan surat keputusan oleh Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama atas rekomendasi dari
Kepala Kantor kementerian Agama Kabupaten/Kota.

Pengertian regu dan ketua regu (karu), regu adalah


pengelompokkan terkecil dalam sebuah kloter/kelompok
terbang, regu terdiri dari 11 orang termasuk ketua regu di

22
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, Jakarta :
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm.30.
23
https://haji.kemenag.co.id/v3/ragam/faq-haji?body_value=&page=4,
diakses pada tanggal 7 September 2018 pada pukul 18.56 WIB
34

dalamnya. Regu dibentuk untuk lebih memudahkan


bimbingan manasik haji kepada jamaah calon haji. 24
Sedangkan ketua regu atau yang biasa disebut karu
 
adalah jamaah yang dipercaya dalam kelompok regu
untuk memimpin regunya. Ketua regu/karu merupakan
petugas yang dipilih oleh jamaah untuk memimpin 10
orang jamaah/anggotanya.25

Ketua regu dan ketua rombongan merupakan


perpanjangan tangan dari pelayanan petugas kloter.
Membekali pengetahuan dan keterampilan serta sikap
untuk meningkatkan kemampuan ketua regu dan ketua
rombongan merupakan salah satu langkah strategis yang
harus dilakukan. Ketua regu dan ketua rombongan dalam
pelayanan di kloter memiliki peran yang sangat penting
dan mempuyai andil kunci sukses keberhasilan dalam
penyelenggaraan ibadah haji.26

2. Hubungan dan Tugas Kloter, Rombongan, dan Regu

Pemerintah secara terus menerus berupaya dalam


meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji yang
termasuk di dalamnya terdapat asas profesionalitas
pelayanan petugas haji. Sesuai dengan Undang-Undang

24
https://haji.kemenag.co.id/v3/ragam/faqhaji?body_value=&page=4,
diakses pada tanggal 7 September 2018 pada pukul 21.33 WIB
25
https://haji.kemenag.co.id/v3/ragam/faq-haji?body_value=&page=4,
diakses pada tanggal 8 September 2018 pada pukul 00.22 WIB
26
Kementerian Agama RI, Desain Pola Bimbingan Calon Jamaah
Haji, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2010),
hlm. 53
35

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Bab IV
Pengorganisasian Pasal 8 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 bahwa
 
penyelenggaraan ibadah haji meliputi unsur kebijakan,
pelaksanaan,dan pengawasan. Kebijakan dan pelaksanaan
dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas
nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab Menteri
mengkoordinasikan atau bekerja sama dengan
masyarakat, departemen atau instansi terkait lainnya, dan
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Kemudian dalam
rangka pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji,
pemerintah membentuk satuan kerja tersebut di bawah
Menteri.27

Pemerintah dalam hal ini ialah Menteri Agama


yang merupakan penyelenggara haji yang sah. Di dalam
praktiknya, tentu Menteri Agama tidak bisa mendampingi
dan melayani secara langsung jamaah calon haji. Oleh
karena itu, dibentuklah kloter dengan timnya sebagai
perpanjangan dan pemegang amanah pemerintah dalam
melayani, membimbing, dan melindungi jamaah secara
langsung. Karena itu pula tim kloter/kelompok terbang

27
Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,(Jakarta :
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,2009), hlm.6.
36

sering disebut sebagai petugas yang menyertai jamaah


haji.28

Petugas haji yang menyertai jamaah haji/kloter


 

merupakan petugas operasional ibadah haji yang berada


dalam kelompok terbang. Mereka adalah ketua kloter,
pembimbing ibadah, dokter, dan dua orang perawat,
termasuk para ketua rombongan/karom dan ketua
regu/karu. 29 Petugas kloter bertanggung jawab kepada
jamaah dan pemerintah. Kesuksesan kerja petugas kloter
sangat bergantung pada kerjasama dari tim kloter.

Petugas kloter juga memberikan pemahaman


tentang manasik haji kepada calon jamaah haji. Karena
petugas kloter yang menyertai jamaah haji jauh-jauh hari
sudah mengantongi daftar permasalahan dan solusi yang
dilakukan setiap tahun, sehingga tidak mengulangi
kesalahan tahun sebelumnya.30

Semua itu diharapkan dapat mendukung


penyelengaraan ibadah haji dan melaksanakan ibadah haji

28
http://ruhhaji.blogspot.com/2016/08/info-tugas-ketua-rombongan-
dan-regu-haji.html, diakses pada tanggal 1 September 2018 pada pukul 17. 22
WIB
29
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm.117
30
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm.118
37

dengan baik.31 Bimbingan tersebut merupakan bagian dari


pembinaan, pelayanan dan perlindungan, sebagaimana
yang telah diamanatkan pada Undang-Undang No 13
 
Tahun 2008 Tentang Penyelengaraan Ibadah haji.
Pengelompokkan bimbingan calon jamaah haji diatur
berdasarkan pertimbangan domisili jamaah dan keluarga.

Dimana setiap 11 orang calon jamaah haji


dikelompokkan dalam satu regu dan setiap 4 regu (44
orang) dikelompokkan dalam satu rombongan. Penugasan
bimbingan diatur oleh Kepala Kantor Kementerian
Agama tingkat Kabupaten/Kota.32

Sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu


dilakukan langkah-langkah antisipasi untuk mendukung
suksesnya penyelenggaraan ibadah haji. Peran ketua
rombongan dan ketua regu secara optimal di dalam kloter,
merupakan langkah strategis untuk memberdayakan
jamaah calon haji dalam menjalankan ibadah di Tanah
Suci, karena keterbatasan petugas kloter untuk melayani
calon/jamaah haji dalam pelayanan umum, pelayanan
kesehatan, dan bimbingan ibadah haji. Maka dibantu oleh
ketua rombongan dan ketua regu di dalam satu kloter
tersebut.

31
https://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/kabar-dari-tanahsuci/
18/07/31/pcpujo313-bimbingan-ibadah-sasar-petugas-kloter, diakses pada
tanggal 3 September 2018 pada pukul 12.06 WIB
32
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Penyelenggara Haji dan Umrah , Pengertian Kloter. diakses pada tanggal 7
September 2018 pada pukul 19.20 WIB
38

Tak hanya itu, ketua rombongan dan ketua regu harus


mampu dalam memahami bagaimana cara untuk
meningkatkan pelayanan yang berkualitas terhadap
 
jamaah calon haji pada pelaksanaan ibadah haji di tahun
keberangkatan dengan diadakannya pel;atihan dan
pemantapan untuk ketua rombongan dan ketua regu pada
pelayanan umum seperti pendaftaran, tranportasi, dan
akomodasi. Pada pelayanan kesehatan seperti proses
pemeiksaan kesehatan awal di Tanah Air , sampai di
Tanah Suci, dan sampai kembali lagi ke Tanah Air. Serta
pada pelyanan bimbingan ibadah, seperti pemahaman
seputar fiqh, sejarah, qur’an dan hadits dan seputar
manasik haji/tatacara perhajian.

Dalam satu rombongan terdapat 44 sampai 45 orang


jamaah calon haji yang nantinya rombongan tersebut
akan digabungkan dengan rombongan-rombongan yang
lainnya agar dapat memenuhi jumlah menjadi 1 kloter.
Dalam 1 kloter terdapat 385 samapi 455 orang jamaah
calon haji termasuk para petugas haji didalamnya. Peran
ketua rombongan dan ketua regu sangatlah penting dalam
membantu petugas kloter yaitu TPHI, TPIHI, dan TKHI
dalam satu kloter, karena mereka adalah ujung tombak
pelaksanaan ibadah haji yang nantinya membantu
melayani tamu-tamu Allah di Tanah Suci. Sesuai dengan
salah satu komitmen Karom dan Karu adalah melayani
39

jamaah haji dengan sepenuh hati secra profesional dalam


rombongan dan regu pada pelaksanaan ibadah haji.

 
BAB III

GAMBARAN UMUM

  KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

KOTA TANGERANG SELATAN

A. Sejarah Berdirinya Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan

Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan


mulai efektif melakukan pelayanan pada 03 Januari 2013
bertepatan dengan peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke
67 Kementerian Agama Republik Indonesia. Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan dipimpin oleh
seorang Kepala Kantor Kementerian Agama Kota dengan
eselon IIIa. Sedangkan Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan
para Kepala Seksi adalah eselon IVa. Pada saat yang
pertama, yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt)
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
adalah Bapak Drs. H.M. Subhi, MM., ketika itu jabatan
pokok beliau adalah Kepala Bagian Tata Usaha Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten.1

1
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.

42
43

Susunan organisasi Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan berdasarkan PMA No. 34 Tahun 2012
terdiri atas:2
 

a. Subbagian Tata Usaha;


b. Seksi Pendidikan Madrasah;
c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;
d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;
e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Terhitung mulai tanggal 28 Desember 2015 sampai


sekarang (sejarah ini dibuat), terjadi perubahan pada Pejabat
Eselon IV, yaitu pada posisi :3

1. Kasubag Tata Usaha dijabat oleh Dr. H. Yahya Iskandar,


M.Ag, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Seksi
Bimbingan Masyarakat Islam.
2. Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam oleh Abdul
Rojak, S.Ag., MA

Kemudian terhitung perubahan selanjutnya sesuai


PMA No. 13 Tahun 2012 mulai Juli 2018 sampai sekarang,
yaitu pada posisi :4

2
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
3
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
4
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
44

1. Kepala Kantor
H. Abdul Rojak, S.Ag.,MA

2. Kasubag Tata Usaha


 
Drs. H. Nurhasan, M.Si

3. Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam

Drs. H. Nurdin

4. Kepala Seksi Penyelengaraan Haji dan Umrah

H. Ade Sihabuddin

5. Kepala Seksi Pendidikan Madrasah

Dr. H. Suhardi

6. Kepala Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam

M. Edi Suharsongko, M.Pd

7. Pokjawas

Drs. H. Sukirman, MA

B. Dasar dan Tujuan

Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-


Undang Nomor 3 Tahun 2008 Bab I Pasal 3 dijelaskan
bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan Pembinaan,
Pelayanan dan Perlindungan dengan menyediakan fasilitas
kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang diperlukan
oleh setiap orang yang menunaikan ibadah haji yang
dilakukan secara koordinasi baik pusat maupun daerah
45

serta diupayakan adanya perbaikan sistem dan


peningkatan manajemen pelayanan secara terus menerus.5

Adapun dasar hukum dan tujuan yang menjadi


 

pijakan/payung hukum berdirinya Kantor Kementerian


Agama Kota Tangerang Selatan adalah Peraturan Menteri
Agama RI No.34 Tahun 2012 tanggal 23 November 2012
tentang Pembentukan Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten.

C. Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan

Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :

1. Visi :
“Terwujudnya Masyarakat Kota Tangerang Selatan
yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, Modern, dan
Sejahtera”.6

2. Misi :
a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama;
b. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama;
c. Meningkatkan kualitas Raudhatul Athfal,
Madrasah, Pendidikan Agama dan Keagamaan
Islam;
5
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
6
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
46

d. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah


haji dan umrah;
e. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik
 
dan modern (Good Governance);
f. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan
masyarakat Islam.7

D. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Kementerian


Agama Kota Tangerang Selatan

Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang


Selatan berkedudukan di wilayah Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi
Banten. Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan mempunyai tugas yaitu melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi Kementerian Agama di wilayah Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten, berdasarkan
kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Banten dan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.8

Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor


Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
menyelenggarakan fungsi:

7
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
8
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
47

1. Perumusan dan penetapan visi, misi, dan kebijakan


teknis di bidang pelayanan dan bimbingan kehidupan
beragama kepada masyarakat.
 
2. Pelayanan, bimbingan dan pembinaan di bidang haji
dan umrah.
3. Pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang
pendidikan madrasah, pendidikan agama dan
keagamaan.
4. Pembinaan kerukunan umat beragama.
5. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan
administrasi dan informasi.
6. Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian, serta
pengawasan dan evaluasi program, dan;
7. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah,
instansi terkait, dan lembaga masyarakat dalam rangka
pelaksanaan tugas Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan.
48

E. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama


Kota Tangerang Selatan

 
Gambar 3. 1

Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama


Kota Tangerang Selatan

Sumber : Dokumen Bidang Penyelenggaraan Haji & Umrah


Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
49

F. Struktur Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji


dan Umrah Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan
 

Gambar 3. 2
Struktur Organisasi Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan

Sumber : Dokumen Bidang Penyelenggaraan Haji & Umrah


Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
50

G. Tugas dan Fungsi Bidang Penyelenggaraan Haji dan


Umrah

Berdasarkan Pasal 43 Peraturan Menteri Agama


 

(PMA) Nomor 13 Tahun 2012 Seksi Penyelenggaraan


Haji dan Umrah mempunyai tugas : “Melakukan
pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta
pengelolaan data dan informasi khusus di bidang
penyelenggaraan haji dan umrah berdasarkan kebijakan
teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama”.9

1. Fungsi dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 43 tersebut diatas, Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan menyelenggarakan
fungsi:
a. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan
pendaftaran dan dokumen, pembinaan, akomodasi,
transportasi, perlengkapan haji, dan pengelolaan
keuangan haji di lingkungan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/ Kota.
b. Melakukan penyiapan bahan pengelolaan data dan
informasi haji dan umrah di lingkungan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

9
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
51

c. Memberikan informasi dan solusi terhadap


permasalahan penyelenggaraan haji dan umrah yang
dikonsultasikan oleh para pemangku keentingan.
 
d. Mengarahkan dan mendistribusikan tugas bawahan
di penyelenggaraan haji dan umrah.
e. Menyusun dan melaporkan kegiatan seksi kepada
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/
Kota sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas.
f. Melaksanakan evaluasi di bidang penyelenggaraan
haji dan umrah.

Adapun Susunan Organisasi Bidang Penyelenggaraan


Haji dan Umrah terdiri atas:10
1. Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Jabatan Fungsional Penyusun Dokumen Haji
3. Jabatan Fungsional Pendaftaran dan Pembatalan
4. Jabatan Fungsional Penyusun Laporan
Pengendalian BPS BPIH
2. Dalam menjalankan tugasnya Bidang Penyelenggaraan
Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan melaksanakan tugasnya ;
a. Memimpin pelaksanaan tugas penyelenggaraan
urusan haji dan umrah seperti melaksanakan tes
akademik dan penyiapan dokumen petugas kloter

10
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
52

dan melaksanakan pembekalan/ pembinaan untuk


ketua rombongan dan ketua regu sebagai
pemantapan masing-masing tugasnya.
 
b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan
pendaftaran dan dokumen, pembinaan, akomodasi,
transportasi, perlengkapan haji dan pengelolaan
keuangan haji di lingkungan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
c. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan
bimbingan teknis pendaftaran dan dokumen,
pembinaan, akomodasi, transportasi, perlengkapan haji
dan pengelolaan keuangan haji di lingkungan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
d. Menetapkan sasaran kerja penyelenggaraan urusan haji
dan umrah, serta membagi tugas dan menentukan para
penanggung jawab kegiatan kepada para staff.
e. Memantau pelaksanaan tugas para staff, serta
menyusun dan menjadwalkan rencana kegiatan.
f. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan
dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala
Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan.11

11
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Pembentukan Kloter Jamaah Haji, Rombongan, dan


Regu Pada Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan
1. Sistem dan Mekanisme Pembentukan Kloter Jamaah Haji
Sistem pembentukan kelompok terbang/kloter
jamaah haji pada Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan Tahun 1439 Hijriah/2018 Masehi ini
dibentuk sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Pemeritah Pusat yaitu Kantor Kementerian Agama
Republik Indonesia dan kemudian dari Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Banten mempunyai
wewenang untuk menunjuk Kementerian Agama
Kabupaten/Kota yang siap untuk mendapatkan nomor
urut kloter awal, tengah, maupun akhir pada pelaksanaan
ibadah haji tahun 2018.1
Penetapan kelompok terbang/kloter tersebut
disesuaikan dan diputuskan melalui sistem qur’ah
(undian) dalam rapat konsultasi pembentukan kloter dan
pemantapan kloter Embarkasi Jakarta-Pondok Gede

1
Wawancara dengan Bapak H. Uus Surahmat sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 17 September 2018

57
58

(JKG) di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi


Banten.2
Kelompok terbang (kloter) dibentuk setelah
 
Kementerian Agama tingkat Kabupaten/ Kota khususnya
Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
mendapatkan hasil qur’ah (undian) dari Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Banten. Kemudian
berdasarkan qur’ah/pembagian kloter oleh Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten.
Berdasarkan qur’ah/pembagian kloter oleh kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten,
keberangkatan jamaah calon haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan pada tahun ini
ditetapkan dan terbentuk menjadi 4 kelompok
terbang/kloter jamaah haji, yaitu kloter JKG 29, kloter
JKG 35, kloter JKG 52, dan kloter JKG 63. Terdiri dari
1081 orang jamaah calon haji pada pelaksaan ibadah haji
tahun 2018, yakni 2 kloter utuh dan 2 kloter gabungan
yang tergabung dalam satu provinsi Banten.3
Setelah mendapatkan kloter, Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan mendata kloter

2
Wawancara dengan Bapak H. Deni Rusli sebagai Kepala Seksi Bina
Haji dan Umrah di Asrama Haji Pondok Gede pada Tanggal 26 September
2018
3
Wawancara dengan Bapak H. Uus Surahmat sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 17 September 2018
59

4
berdasarkan jumlah yang telah ditetapkan. Dari 4
kelompok terbang/kloter tersebut terdapat kloter utuh
untuk tahun ini adalah Kloter JKG 29 dan Kloter JKG 35
 
yang berjumlah 385 dengan formasi tambahan 5 orang
petugas yang menyertai jamaah dan totalnya keseluruhan
sebanyak 393 orang perkloter. Serta 2 kloter gabungan
yaitu Kloter JKG 52 dan Kloter JKG 63 yang digabung
dengan komposisi jamaah calo haji dari Kementerian
Agama Kabupaten/Kota lain agar dapat mendekati dan
melengkapi jumlah dari tiap kloter tersebut.5
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
narasumber selaku Kepala Seksi Bina Haji dan Umrah
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten,
bahwa jumlah keseluruhan jamaah calhaj/calon haji
Provinsi Banten 2018 sebanyak 9.420 orang jamah haji
termasuk para petugas yang menyertai jamaah
6
haji/petugas kloter se-Provinsi Banten. Sedangkan
jumlah jamaah calon haji untuk Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan adalah sebanyak 1081
orang jamaah.

4
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Syukur sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 16 September 2018
5
Wawancara dengan Bapak H. Uus Surahmat sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 16 September 2018
6
Wawancara dengan Bapak H. Deni Rusli sebagai Kepala Seksi Bina
Haji dan Umrah di Asrama Haji Pondok Gede pada Tanggal 26 September
2018
60

Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan pada


tahun 2018 ini memberangkatkan 4 kloter. Kloter utuh
yakni kloter JKG 29 dan JKG 35, namun yang masuk ke
 
dalam gelombang pertama hanya kloter 29. Kloter
gabungan JKG 52 dan JKG 63 masuk kedalam
keberangkatan gelombang kedua beserta dengan kloter
JKG 35. Dengan jumlah jamaah calon haji sebanyak 388
orang pada tiap kloter, dan tambahan 5 orang petugas
kloter di dalamnya. yakni 1 petugas TPHI, 1 petugas
TPIHI, 1 petugas TKHI beserta 2 paramedisnya.
Kloter JKG 29 gelombang pertama masuk asrama
pada tanggal 28 Juli 2018 dan diberangkatkan pada
tanggal 29 Juli 2019. Kloter JKG 35 gelombang kedua
masuk asrama pada tanggal 31 Juli 2018 dan
diberangkatkan pada tanggal 01 Agustus 2018. Kloter
JKG 52 gelombang kedua masuk asrama pada tanggal 09
Agustus 2018 dan diberangkatkan pada tanggal 10
Agustus 2018. Kemudian kloter terakhir yaitu Kloter
JKG 63 gelombang kedua masuk asrama pada tanggal 14
Agustus 2018 dan diberangkatkan pada tanggal 15
Agustus 2018. Petugas yang menyertai jamaah haji
(petugas kloter) ini terdiri dari beberapa bagian yang
diatur sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing
pada tiap kloter.
61

Sistem dan mekanisme pembentukan kelompok


terbang/kloter harus memperhatikan beberapa hal penting
berikut diantaranya yaitu:7
 
1. Menunggu hasil qur’ah (undian)
2. Menyesuaikan jumlah jamaah
3. Menyesuaikan jumlah seat di pesawat/penerbangan
4. Menyesuaikan berdasarkan kekeluargaan
5. Menyesuaikan berdasarkan kekerabatan
6. Menyesuaikan berdasarkan domisili/tempat tinggal
Setiap kloter akan didampingi dan mendapatkan
pengawasan dari Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI)
selaku ketua kloter, Tim Pembimbing Ibadah Haji
Indonesia (TPIHI) selaku pembimbing/kyai kloter, Tim
Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) selaku dokter beserta
paramedis kloter, Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD),
dan Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang diusulkan
oleh Pemerintah Daerah/Pemerintah Provinsi Banten.

Petugas haji harus memiliki komitmen,


kompetensi dan integritas terhadap ketertiban, keamanan,
kelancaran dan keabsahan jemaah dalam melaksanakan
ibadah di Tanah Suci. Dengan jumlah formasi 1 orang
petugas TPHI, 1 orang petugas TPIHI, 1 orang petugas
TKHI bersama 2 paramedisnya dan 1 orang petugas

7
Wawancara dengan Bapak H. Moch. Arief Hidayat sebagai
Penyusun Dokumen Haji di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 13 September 2018
62

TPHD dan TKHD dari Pemerintah Daerah pada tiap-tiap


kloternya.

Penentuan kelompok terbang/kloter diatur sebagai


 

berikut :8

1. Jamaah haji diberangkatkan sesuai dengan jadwal dan


kloter yang telah ditetapkan.
2. Kloter dibentuk di daerah, yang pengaturannya
disesuaikan dengan jenis pesawat dan kapasitas
pesawat yang digunakan di embarkasi masing-
masing.
3. Setiap kloter terdapat 5 orang petugas/petugas yang
menyertai jamaah haji yang terdiri dari TPHI (Tim
Pemandu Haji Indonesia), TPIHI (Tim Pembimbing
Ibadah Haji Indonesia), TKHI (Tim Kesehatan Haji
Indonesia) dan 2 orang paramedis atau perawat dari
tenaga kesehatan. Disamping itu pula terdapat
petugas daerah yang ditetapkan oleh Gubernur yaitu
TPHD (Tim Pemandu Haji Daerah) dan TKHD (Tim
Kesehatan Haji Daerah).
4. Pengelompokkan jamaah calon haji yang sejak dari
Kabupaten/Kota dan Provinsi, memperhatikan unsur
hubungan kekerabatan, kesukuan, wilayah tempat
tinggal dan unsur yang lainnya.

8
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm.86.
63

5. Penyusunan pramanifest kloter didasarkan atas


kapasitas seat pesawat di masing-masing embarkasi
dan atau jadwal pemberangkatan.
 
6. Pengelompokkan jamaah haji yang di persiakan sejak
dari Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Jadi menurut analisa penulis pada bahasan ini
yakni sistem dan mekanisme pembentukan kloter yang
menyertai haji pada Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan Tahun 2018 ini menganut asas
proporsionalisme dan profesionalisme, sesuai dengan
beberapa hal tersebut diatas, yang mana asas
proporsionalisme merupakan asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban antara petugas
dan jamaah calon haji, dan juga asas profesionalisme
yang asasnya mengutamakan keahlian/kemampuan/skill
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan yang
berlaku sebagaimana mestinya bahwa penyelenggaraan
ibadah haji tiap tahunnya harus dilaksanakan dengan
mempertimbangkan keahlian dari para penyelenggara.

2. Sistem dan Mekanisme Pembentukan Rombongan dan


Regu Jamaah Haji
Rombongan adalah kelompok jamaah yang berada
dibawah kelompok terbang/kloter yang terdiri kurang
lebih dari 45 orang. Sedangkan regu adalah
pengelompokan terkecil dalam sebuah kloter yang
dibentuk di bawah rombongan yang terdiri kurang lebih
64

dari 11 orang. Pengelompokan atau pembentukan


rombongan dan regu jamaah calon haji dipersiapkan sejak
dari Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Provinsi
 
yang berpedoman pada:9

a. Bahwa tiap-tiap kloter terdiri dari 8-11 rombongan


yang diatur sesuai dengan jenis pesawat dan kapasitas
pesawat.
b. Rombongan terdiri dari 4 regu (45 orang) sudah
termasuk ketua rombongan.
c. Regu terdiri dari 11 orang, termasuk ketua regu.
d. Kepala staff penyelenggaraan haji di kabupaten/kota
(Kepala Kantor Kementerian Agama) menyampaikan
pramanifest kepada kepala staff PHU di provinsi
(Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama) paling
lambat 30 hari sebelum keberangkatan kloter pertama.
e. Kepala staff PHU provinsi menyampaikan pramanifest
sesauai dengan kloter di wilayahnya dan atau jadwal
pemberangkatan pemberangkatan kepada Direktorat
Pelayanan Haji Dalam Negeri paling lambat 20 hari
sebelum keberangkatan kloter pertama.
f. Kepala staff PHU povinsi menyampaikan pramanifest
sesuai dengan kloter di wilayahnya dan atau jadwal
pemberangkatan kepada ketua PPIH Embarkasi paling
lambat 3 hari sebelum pemberangkatan kloter pertama.

9
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm.86.
65

g. Penyelenggara haji khusus menyampaikan pramanifest


kepada Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri paling
lambat adalah 15 hari sebelum jadwal keberangkatan
 
jamaahnya.
Sistem dan mekanisme pembentukan rombongan
dan regu pada Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan pada Tahun 2018 ini dibentuk dan
ditetapkan berdasarkan usulan dari Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (KBIH) dan Kantor Urusan Agama (KUA)
setempat. Keduanya tersebut mengusulkan kepada Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan yakni daftar
nama anggota regu dan rombongan pada tiap-tiap daerah
domisilinya masing-masing.10

Standar/acuan Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan terhadap pembentukan rombongan dan
regu sesuai dengan usulan tersebut diatas. Karena Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan khususnya
Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebelumnya
belum mengetahui hubungan antar jamaah calon haji yang
satu dengan yang lainnya. Sebab yang mengetahui secara
khusus dan detailnya hanya orang-orang yang berada pada
satuan KBIH maupun KUA yang mengurusi dan
membimbing jamaah calon haji, dimana lembaga tersebut
adalah sebagai tempat satuan terkecil dilaksanakannya

10
Wawancara dengan Bapak H. Uus Surahmat sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 16 September 2018.
66

bimbingan manasik haji sebelum diadakannya bimbingan


manasik massal pada tingkat Kabupaten/Kota.11

Peserta pembinaan jamaah calon haji ini yaitu ketua


 

rombongan/karom dan ketua regu/karu adalah mereka


yang telah melalui tahapan dan persyaratan. Prosedur dan
mekanisme penetapan Ketua Rombongan dan Ketua Regu
jamaah calon haji pada Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :

a. Jamaah calon haji di tiap kloter memilih calon ketua


rombongan/karom dan ketua regu/karu yang telah
memenuhi kriteria persyaratan untuk diusulkan kepada
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan.
b. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan merekomendasikan calon tersebut atas usulan
dan persetujuan jamaah kloter.
c. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Banten menerbitkan Surat Keputusan penunjukan
Ketua Rombongan dan Ketua Regu pada tiap kloter.
d. Bagi Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
yang jamaahnya tidak memenuhi 25 orang agar
bergabung dengan Kabupaten/Kota terdekat.
Kemudian persyaratan untuk menjadi ketua
rombongan/karom dan ketua regu/karu adalah :
11
Wawancara dengan Bapak H. Uus Surahmat sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 16 September 2018
67

a. Jamaah calon haji yang telah terdaftar pada tahun


berjalan sesuai domili jamaah.
b. Berusia maksimal 55 tahun.
 
c. Mempunyai motivasi untuk dapat mensukseskan
penyelenggaraan ibadah haji.
d. Sehat jasmani dan rohani, dibuktikan dengan
memberikan surat keterangan dokter.
e. Memiliki kemampuan memimpin sekaligus melayani.
f. Memiliki pengetahuan manasik haji dan pelaksanaan
ibadah lainnya.
g. Memiliki kematangan emosi dan menjunjung tinggi
akhlaqul karimah.
h. Mentaati ketentuaan dan peraturan pemerintah.
i. Berjanji akan melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai ketua rombongan dan ketua regu, dibuktikan
dengan surat pernyataan.
Penyelenggaraan pembinaan ketua rombongan dan
ketua regu adalah Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi yang mengkoordinasikan pelaksanaan
pembinaan ketua rombongan dan ketua regu.
Dimungkinkan menggabungkan wilayah Kabupaten/Kota
terdekat dalam satu pembinaan. Serta Kepala Kantor
Kementerian Agama Kementerian Agama Kabupaten/
Kota pembinaan ketua rombongan dan ketua regu.

Pembentukan rombongan dan regu dilakukan di


Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) pada saat
68

pelaksanaan bimbingan manasik haji. Pembentukan


rombongan dan regu dilakukan pada pertemuan ke 10
pada saat bimbingan manasik di Kelompok Bimbingan
 
Ibadah Haji/KBIH, dilaksanakan pada bulan Maret 2018.

Pelaksanaan bimbingan manasik haji pada tiap-


tiap KBIH tahap awalnya adalah mereka mendata semua
daftar nama-nama jamaah calon haji yang terdaftar dalam
satuan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH),
kemudian dari KBIH tersebut jamaah calon haji akan
dikelompokkan berdasarkan pada hubungan kekeluargaan,
kekerabatan dan domisili pada setiap jamaah calon haji.12

Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis pada


Tahun 2018 ini sebanyak 6 Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH) terdatar pada Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan. 6 KBIH itu diantaranya adalah KBIH
Darul Hikmah Pamulang, KBIH Al-Mujahidin Pamulang,
KBIH Darunnisa Ciputat, KBIH Ar-Rahmah Ciputat,
KBIH Al-Hidayah Pondok Aren, dan KBIH Ar-Rayhan
Pondok Aren. Lain halnya dengan jamaah haji mandiri,
yang memang konsep awalnya mereka harus siap untuk
mandiri dalam pelaksaan ibadah haji di Tanah Suci, tetapi
masih tetap dalam perlindungan dan pengawasan di

12
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Syukur sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 17 September 2018
69

bawah Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang


Selatan.13

Tugas Kantor Kementerian Agama Kota


 

Tangerang Selatan khususnya Bidang Penyelenggara Haji


dan Umrah ini selanjutnya adalah memperhitungkan,
mencocokan dan menyesuaikan data dari usulan pada
tiap-tiap KBIH dan KUA agar sesuai dengan jumlah
kloter yang telah ditetapkan. Artinya, akan terus di
sesuaikan dengan jumlah yang diharapkan oleh Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan agar tidak
terpecah dan terpisah dari Kelompok Bimbimbang Ibadah
Haji (KBIH) yang sebelumnya jamaah calon haji sudah
mendaftarkan dirinya.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu


dilakukan langkah-langkah antisipasi untuk mendukung
suksesnya penyelenggaraan ibadah haji. Diantaranya
adanya pembinaan ketua rombongan dan ketua regu yang
berkualitas dan diawali dengan peningkatan kualitas
fasilitator yang akan memfasilitasi pelaksanaan dalam
pembinaan ketua rombongan dan ketua regu di daerah-
daerah. Dimana fasilitator tersebut adalah Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan.

13
Wawancara dengan Bapak H. Uus Surahmat sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 16 September 2018
70

Berdasarkan hasil wawancara, penulis dapat


menyimpulkan, bahwa untuk memantapkan peran dan
fungsi ketua rombongan/karom dan ketua regu/karu maka
 
dilaksanakan program pembinaan/pembekalan untuk
ketua rombongan dan ketua regu beserta petugas yang
menyertai haji yang dilaksanakan di Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018.

Kemudian selanjutnya, pada saat di embarkasi


dilakukan kembali pemantapan bagi ketua rombongan dan
ketua regu untuk mereview, mengingat ulang materi yang
sudah disampaikan dalam pelatihan ketua rombongan dan
ketua regu di daerah khususnya di Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan, agar keberhasilan dalam
penyelenggaraan pelatihan ketua rombongan dan ketua
regu memiliki dampak yang baik dalam peningkatan
kualitas pelayanan terhadap jamaah calon haji di kloter.

Mengingat hal tersebut dipandang perlu


dikeluarkan pedoman, agar memiliki persepsi dan langkah
yang sama dalam rangka mengefektifkan peran ketua
rombongan dan ketua regu dalan pelayanan di kloter.
Serta dengan adanya ketua rombongan dan ketua regu
yang merupakan perpanjang pelayanan petugas kloter
adalah peluang yang perlu dimanfaatkan lebih secara
efektif. Karena penyelenggaraan ibadah haji merupakan
tugas nasional dan menyangkut martabat serta nama baik
71

bangsa, kegiatan penyelenggaraan ibadah haji menjadi


tanggung jawab Pemerintah.

B. Tugas Pokok Petugas Kloter, Ketua Rombongan


 

(Karom) dan Ketua Regu (Karu) dalam Pelayanan


Jamaah Haji
1. Tugas dan Fungsi Petugas Kloter
Sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya,
pemerintah selaku Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada tiap tahunnya secara terus-menerus berupaya
untuk melakukan perbaikan penyelenggaaraan ibadah haji,
utamanya dengan melalui pembenahan sistem dalam
berbagai aspek.

Dalam hal ini Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan juga berusaha dan berupaya untuk
meningkatkan pelayanan terhadap jamaah calon haji.
Mengingat petugas haji merupakan unsur/bagian terpenting
yang mempunyai peranan strategis dan turut menentukan
keberhasilan dan kesuksesan dalam rangka pelaksanaan
penyelenggaraan ibadah haji.

Salah satu permasalahan yang dikeluhkan oleh


jamaah haji Indonesia adalah masih terdapatnya beberapa
petugas kloter/petugas yang menyertai jamaah haji yang
kurang menguasai akan tugas dan fungsinya di dalam
kloter serta kurang memiliki kompeten yang baik di bidang
managerial, teknis, personal, maupun operasional.
72

Sehingga pelayanan yang diberikan kepada jamaah calon


haji kurang maksimal. Oleh karena itu, untuk memenuhi
tugas dan fungsi petugas kloter/petugas yang menyertai
 
jamaah haji di kloter tersebut, disusun pedoman rekrutmen
dan seleksi petugas haji, pelatihan dan pengendalian serta
penilaian kerja.

Dimana dalam hal ini petugas kloter yang terdiri


dari Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI), mereka adalah
orang yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap
seluruh jamaah haji dalam satu kelompok terbang/kloter,
yang melayani urusan dalam bidang administrasi dan
manajerial/yang dianggap sebagai ketua kloter. Kemudian
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), mereka
ialah petugas yang membantu ketua kloter dalam urusan
ibadah/pembimbing ibadah. Serta Tim Kesehatan haji
Indonesia (TKHI), merupakan dokter/paramedis yang juga
ikut menyertai calon jamaah haji Indonesia yang melayani
urusan dalam bidang kesehatan.

Sedangkan TPHD (Tim Pemandu Haji Daerah)


dan TKHD (Tim Kesehatan haji Daerah) adalah petugas
yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk
melayani jamaah daerah masing-masing, TPHD dalam
73

bidang pelayanan umum dan TKHD dalam bidang


pelayanan kesehatan.14

Demikian juga peran pemerintah daerah dalam


 

penyelenggaraan ibadah haji yaitu sebagai pembagi kuota


provinsi menjadi kuota kabupaten/kota sesuai ketetapan
Gubernur Kepala Daerah tingkat I, serta sebagai
pelaksana seleksi dan menetapkan petugas yang menyertai
jamaah haji dari unsur daerah (TPHD/TKHD), termasuk
dalam penyediaan APBD untuk petugas dan transport
jamaah calon haji dari daerah asal ke embarkasi haji.15

Pelatihan petugas haji dengan kurikulum yang


bertujuan mengarah kepada kemampuan managerial dan
koordinasi dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada
jamaah haji dan bimbingan, kemudian meningkatkan
kemampuan teknis dan medis yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan bagi jamaah haji, dan peningkatan
kinerja petugas untuk mewujudkan petugas yang
berdedikasi, petugas yang bertanggung jawab, serta
petugas yang berakhlak mulia.

Pembekalan petugas haji selama ini dianggap


belum sepenuhnya dilakukan secara terstruktur. Karena

14
Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Penyiapan Petugas Haji
Indonesia, (Jakarta : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2009), hlm.6.
15
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm. 31.
74

lebih banyak penyampaian materi dari pada praktik di


lapangan dan diskusi penyelesaian kasus. Kegiatan
pembekalan bagi petugas haji belum mencerminkan pada
 
pendidikan karakter yang dapat melahirkan komitmen
untuk melayani dengan sepenuh hati.

Sebagai upaya alternatif dan solusinya, diharapkan


dengan adanya pembekalan petugas haji dapat mengurangi
suatu kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan
untuk lebih memahami posisi tugas dan tanggung
jawabnya. 16 Setelah dilakukan pembekalan, pada tahapan
penempatan petugas haji hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan di bidangnya sesuai hasil seleksi, karena ujian
seleksi selama ini tidak mengarah pada tes penempatan.
Juga beban tugas masing-masing wilayah kerja di Arab
Saudi, disesuaikan dengan rasio jumlah petugas.

Terkait dengan penempatan petugas yang lebih


efektif adalah sebagai berikut :17

1. Berdasarkan alokasi usul dan permintaan dari calon


petugas, sepanjang pimpinan instansi pengirim
konsisten sesuai kualifikasi yang diminta.

16
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm. 67.
17
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di Arab Saudi, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Penelenggaraan Ibadah Haji, 2016), hlm. 68.
75

2. Perubahan usul penempatan, dapat mempertimbangkan


kemampuan dan keahlian yang dimiliki petugas setelah
selesai pembekalan.
 
3. Penempatan untuk petugas yang diperbantukan/mobile,
dan petugas gabungan safari wukuf dan badal haji telah
dirancang sebelum keberangkatan di Arab Saudi dan
dimasukkan dalam SK penugasan.
Jadi, menurut analisa penulis yaitu petugas yang
menyertai jamaah haji merupakan tim yang diberi tugas
untuk melaksanakan pelayanan umum, bimbingan ibadah,
dan pelayanan kesehatan di kloter yang terdiri dari Tim
Pemandu Haji Indonesia (TPHI), Tim Pembimbing Ibadah
Haji Indonesia (TPIHI), dan Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) pada saat pelaksanaan perjalanan ibadah haji.
Sedangkan Petugas Haji Daerah adalah tim yang diangkat
oleh Gubernur untuk membantu melayani jamaah haji di
kloter yang terdiri dari Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD)
yang memberikan pelayanan ibadah dan umum, dan Tim
Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang memberikan
pelayanan kesehatan.

Kemudian proses penyelenggaraan ibadah haji ini


terbilang unik karena tidak hanya dilakukan di Tanah
Suci/Tanah Haram, namun juga di Tanah Air yang dalam
melakukan pelaksanaannya melibatkan berbagai intsansi/
lembaga terkait di kedua Negara yaitu Arab Saudi dan
Indonesia. Itulah mengapa pelaksanaan ibadah haji perlu
76

koordinasi yang baik di bawah tanggung jawab


Kementerian Agama, khususnya Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan agar lebih efektif di tahun
 
yang akan datang.

b. Tugas dan Fungsi Ketua Rombongan (Karom) dan


Ketua Regu (Karu)
Tugas pokok ketua rombongan adalah membantu
pelaksanaan tugas ketua kloter (TPHI) yang menyertai
calon/jamaah haji di bidang pelayanan umum, ibadah, dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan, tugas pokok ketua regu
adalah membantu pelaksanaan tugas ketua rombongan
sebagai pembantu tugas dari (TPHI, TPIHI, dan TKHI) di
bidang pelayanan umum, bimbingan ibadah, dan pelayanan
kesehatan.18

Di dalam tiap-tiap rombongan terdapat ketua


rombongan (karom) yang juga merupakan tim kloter yang
bertugas untuk mengkoordinasikan jamaah yang terdapat
di dalaam satu kelompok terbang/kloter. Tugas ketua
rombongan/karom adalah membantu pelaksanaan tugas
ketua kloter/TPHI, sebagai petugas yang menyertai
jamaah calon haji di bidang pelayanan umum, bimbingan
ibadah, dan pelayanan kesehatan.

18
Wawancara dengan Bapak H. Syukur sebagai Penyusun
Pendaftaran dan Pembatalan di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 17 September 2018
77

Kemudian di dalamnya juga terdapat ketua


regu/karu yang bertugas untuk membantu pelaksanaan
tugas ketua rombongan/karom sebagai pembantu tugas
 
dari TPHI (Tim Pemandu Haji Indonesia), TPIHI (Tim
Pembimbing Ibadah Haji Indonesia), dan TKHI (Tim
Kesehatan Haji Indonesia) yang menyertai jamaah haji di
kloter dalam bertugas di bidang pelayanan umum, ibadah
dan kesehatan, serta mengkoordinasikan jamaah yang
terdapat di dalam rombongan.19

Menurut analisa penulis, sehubungan dengan hal


tersebut diatas perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi
untuk mendukung suksesnya penyelenggaraan ibadah haji
di Kantor Kementerin Agama Kota Tangerang Selatan
inii. Peran dan pemberdayaan ketua rombongan dan ketua
regu secara efektif merupakan langkah strategis karena
keterbatasan kemampuan petugas kloter dalam melayani
jemaah haji dikloter baik pelayanan umum, pelayanan
kesehatan, mapun bimbingan ibadah.

Oleh karena itu pembekalan/pembinaan ketua


rombongan dan ketua regu perlu dilakukan dengan
perencanaan yang matang, pelaksaan yang tepat dan
evaluasi yang mantap, agar keberhasilan penyelenggaraan
pembinaan ketua rombongan/karom dan ketua regu/karu

19
https://haji.kemenag.co.id/v3/ragam/faqhaji?body_value=&page=4,
diakses pada tanggal 10 September 2018 pada pukul 15.18 WIB
78

memiliki dampak positif dalam peningkatan kualitas


pelayanan terhadap jamaah haji di kloter.

Kompetensi ketua rombongan/karom dan ketua


 

regu/karu sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung


tawab ketua rombongan dan ketua regu maka kompetensi
yang harus dimiliki adalah mampu memahami kebijakan
pemerintah tentang menyelenggaraan ibadah haji, yakni
memahami tugas pokok dan fungsi sebagai ketua
rombongan/karom dan ketua regu/karu.20

Fungsi ketua rombongan/karom di dalam


pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji adalah untuk
meneruskan informasi atau pengumuman atau petunjuk-
petunjuk dari petugas yang menyertai jamaah haji yaitu
21
dari petugas haji TPHI/TPIHI/TKHI/TPHD/TKHD,
kemudian mengatur dan menjaga anggota dari
rombongannya agar tetap utuh, aman, dan tertib serta
dapat mencapai kemabruran dalam melaksanakan ibadah
haji di Tanah Suci. Kemudian dapat menyelesaikan,
mencarikan solusi dan melaporkan permasalahan-
permasalahan kepada ketua kloter/TPHI.

Sedangkan fungsi ketua regu/karu di dalam


pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji adalah

20
Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Penyiapan Petugas Haji
Indonesia, (Jakarta : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2009), hlm. 55.
21
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
79

meneruskan informasi atau pengumuman atau petunjuk-


petunjuk dari ketua rombongan/karom dan ketua
kloter/TPHI, mengatur dan menjaga anggota regunya agar
 
tetap utuh, aman, lancar dan baik selama dalam perjalanan
melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, serta dapat
menyelesaikan dan melaporkan permasalahan kepada
ketua rombongan/karom.22

Sebagaimana yang telah dimaklumi karena ketua


regu dan ketua rombongan memiliki tugas ganda selain
sebagai jamaah haji, juga sebagai pemimpin yang
dipimpin oleh jamaah haji di kloter. 23 Dua fungsi ganda
yang disandang tersebut sekaligus merupakan tugas yang
berat, akan tetapi sangat mulia di dalam proses
pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji agar jamaah haji
mendapatkan predikat haji yang mabrur.

C. Efektivitas Sistem Kerja Kloter, Rombongan, dan Regu


dalam Pelayanan Jamaah Haji
Pemberangkatan jamaah calon haji asal Kota
Tangerang Selatan ke Tanah Suci pada Tahun 2018 ini
diberangkatkan melalui Asrama Haji Embarkasi Jakarta
Pondok Gede melalui Bandara Soekarno Hatta dan dengan
menggunakan Pesawat PT. Garuda Indonesia Airlines.

22
Arsip Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan Tahun 2018.
23
Wawancara dengan Bapak H. Moch. Arief Hidayat sebagai
Penyusun Dokumen Haji di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tanggal 17 September 2018.
80

Secara umum penyelenggaraan ibadah haji di Kantor


Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan pada Tahun
1439 Hijriah/2018 Masehi ini, telah berjalan sukses, tertib,
 
lancar, dan aman. Meskipun demikian masih banyak sistem
operasional kerja yang harus perlu diperbaiki serta
ditingkatkan kembali.

Sistem kerja kloter, rombongan, dan regu dalam


pelayanan jamaah haji pada Kantor Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan ini dinilai telah memenuhi
standarisasi dan prosedur yang berlaku. Pada saat petugas
kloter/petugas yang menyertai jamaah haji dibentuk
berdasarkan seleksi, kemudian setelah melalui seleksi
diklat sistem kerja para petugas kloter adalah berkoordinasi
antara sesama petugas kloter yang menyertai jamaah haji
yaitu TPHI, TPIHI, dan TKHI beserta paramedisnya,
kemudian baik petugas kloter dengan Panitia Penyenggara
Ibadah Haji (PPIH) maupun dengan ketua rombongan dan
ketua regu yang mengatur rombongan dan regu di dalam
kloter dalam pelaksanaan ibadah haji.

Sebagaimana yang telah dimaklumi bahwasanya


petugas kloter bertanggung jawab kepada jamaah dan
pemerintah. Sedangkan ketua rombongan dan ketua regu
hanya bertanggung jawab kepada jamaah, karena ketua
rombongan dan ketua regu merupakan perpanjangan tangan
pelayanan petugas kloter, yang memiliki tugas ganda selain
sebagai jamaah haji, juga sebagai pemimpin yang dipilih
81

oleh jamaah haji di kloter untuk menjaga keutuhan kloter


dalam pelaksanaan ibadah haji.

Hirarki tanggung jawab ini memberikan gambaran


 

bahwa kesuksesan kerja petugas kloter sangat bergantung


pada bantuan dan kerjasama dari tim kloter yaitu ketua
rombongan dan ketua regu. Oleh karenanya, sistem kerja
tugas petugas kloter tidak bisa sendiri dalam menjalankan
tugasnya. Sistem kerja petugas kloter yang menyertai
jamaah haji pada hakikatnya memerlukan bantuan dari
petugas lainnya di dalam kloter yaitu ketua rombongan dan
ketua regu beserta jamaah hajinya dalam satu kloter
pelaksanaan ibadah haji.

Setelah penulis melakukan penelitian langsung pada


skripsi ini di Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan pada Tahun 2018, baik dalam pelaksanaan observasi
langsung maupun berdasarkan data-data yang diperoleh dari
berbagai pihak maka penulis menganalisa antara teori yang
sudah penulis paparkan pada bab sebelumnya. Pada bahasan
BAB II, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pencapaian efektivitas, adapun syarat-syaratnya tersebut
digunakan dengan teori Fransiscus Xaverius Sujadi adalah
sebagai berikut :

a. Berhasil Guna/ Efektivitas

Efektivitas disini maksudnya adalah untuk


menyatakan bahwa kegiatan tersebut telah
82

dilaksanakan dengan tepat, dalam artian target tercapai


sesuai dengan waktu yang direncanakan sebelumnya.
Menurut penulis, Kantor Kementerian Agama Kota
 
Tangerang Selatan sebagai penyelenggara pelaksanaan
ibadah haji pada Tahun 2018 dinilai sudah berhasil dan
efektif, karena sudah dijalankan dengan cukup
professional sesuai dengan keahliannya masing-
masing. Ini dapat dilihat mulai dari mekanisme
pembentukan kloter, rombongan dan regu serta tugas
pokok petugas kloter, ketua rombongan dan ketua regu
dalam pelayanan jamaah haji.
Respon positif dari jamaah merasa telah puas
terhadap pelayanan dari petugas kloter beserta tim
kloter untuk jamaah haji pada pelaksanaan ibadah haji
Tahun 2018. Dapat dilihat bahwa 4 kloter yang
diberangkatkan oleh Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan yaitu Kloter JKG 25, KLoter JKG
35, Kloter JKG 52, dan Kloter JKG 63 telah
melaksanakan bimbingan manasik massal, dan
melaksanakan pembinaan ketua rombongan dan ketua
regu dengan tepat waktu, serta pada saat keberangkatan
dan kepulangan sesuai dengan jadwal perencanaan
yang telah ditetapkan dan dengan tepat waktu.

b. Ekonomis/Efesiensi

Efesiensi disini maksudnya adalah untuk


menyebutkan bahwa di dalam suatu usaha pencapaian
83

efektif itu maka biaya, tenaga kerja, material, peralatan,


waktu, ruangan, dan lain-lain telah dipergunakan
dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah
 
ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya
pemborosan ataupun penyelewengan dan menghasilkan
hasil yang baik. Menurut penulis dalam hal ini Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan selaku
pemerintah penyelenggara ibadah haji dinilai telah
efektif baik dalam hal pembiayaan, ketenaga kerjaan,
maupun peralatan, waktu dan ruangan. Semuanya
menjadi tanggung jawab pemerintah untuk
memberikan pelayanan, pembinaan, dan perlindungan
terhadap jamaah haji Indonesia. Efesiensi dari segi
petugas kloter maupun tim kloter dinilai sudah baik dan
benar. Walaupun dalam pembentukan petugas kloter
dan tim kloter diperlukan seleksi terlebih dahulu pada
satuan-satuan yang terkait di dalamnya.

c. Pelaksanaan Kerja yang Bertanggung Jawab

Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab


maksudnya adalah untuk membuktikan bahwa dalam
pelaksanaan kerja, sumber-sumbernya tersebut telah
dimanfaatkan dengan sebak-baiknya, dilakukan dengan
bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang
ditetapkan. Menurut penulis Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan selaku Pemerintah
penyelenggara ibadah haji dinilai telah melaksanakan
84

amanah dengan baik dalam rangka memberikan


pembinaan, pelayanan, dan perlindungan untuk jamaah
haji pada pra pelaksanaan, saat pelaksanaan, dan pasca
 
pelaksanaan ibadah haji yang mengutamakan
kesempurnaan ibadah di Tanah Suci sesuai syariat
Islam dan juga peraturan perundang-undangan.

d. Rasionalitas Wewenang dan Tanggung Jawab

Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab


maksudnya adalah wewenang harus seimbang dengan
tanggung jawab. Mendominasi sepihak adalah hal yang
harus dihindari. Dalam sebuah tugas dan pekerjaan
pasti terdapat beberapa kesalahan ataupun konflik-
konflik kecil yang terjadi, apalagi dalam pembagian
tugas yang berbeda antar satu petugas dengan petugas
yang lainnya dalam melayani jamaah haji. Dalam hal
ini Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan selaku Penyelenggara ibadah haji harus dapat
memecahkan suatu masalah dan dapat mengambil
keputusan serta antisipasi untuk menghindari
permasalahan yang mungkin akan terjadi kedepannya.
Serta tidak ada pihak lain yang diutamakan sekalipun
pada jabatan tertinggi. Karena pada hakikatnya
rasionalitas wewenang dan tanggung jawab memiliki
sinergisitas dalam rangka mencapai keberhasilan
penyelenggaraan ibadah haji.
85

e. Prosedur Kerja yang Praktis

Dengan adanya prosedur kerja yang praktis,


maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja
 

yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan


kerja yang memuaskan dan juga kegiatan operasional
yang dilaksanakan dengan baik dan lancar. Menurut
penulis Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan bertanggung jawab dan memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada
jamaah haji mulai dari mendaftar, keberangkatan, di
Tanah Suci, hingga kepulangan jamaah haji ke Tanah
Air. Sesuai dengan tugas masing-masing petugas kloter
antar petugas dengan petugas haji lainnya.
Secara umum tantangan dalam penyelenggaraan
haji adalah jumlah jamaah yang besar dengan
keragamannya, latar belakang pendidikannya,
pekerjaannya, budayanya. Suku bangsanya, dan adat
istiadatnya. Bersamaan dengan itu era keterbukaan,
kebebasan, serta eforia demokrasi di zaman ini
menjadikan jamaah semakin kritis dan sensitif, akan
tetapi dilain pihak peluang suksesnya penyelenggaraan
ibadah haji masih terbuka lebar, seperti dengan adanya
kebijakan-kebijakan pemerintah yang selalu berupaya
untuk meningkatkan pelayanan terhadap jamaah haji
Indonesia.
86

Semua itu dilaksanakan oleh petugas kloter


yang semata-mata dilakukan untuk mencapai
keberhasilan dalam pencapaian tujuan pelayanan
 
ibadah haji yang efektif. Sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan ibadah haji yakni dalam amanat
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Pasal 2 yaitu
memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan
yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji sehingga jamaah
haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan
ketentuan ajaran Islam/syariat Islam. Bahwa di dalam
pelaksanaannya penyelenggaraan ibadah haji tersebut
berdasarkan azas keadilan, profesionalitas, dan
akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.
Sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah
diembannya, dalam pelaksanaan ibadah haji petugas
kloter beserta ketua rombongan dan ketua regu harus
memiliki beberapa kompetensi diantaranya yakni
mampu memahami kebijakan pemerintah tentang
penyelenggaraan ibadah haji dan memahami tugas
pokok dan fungsinya, mampu memahami masalah-
masalah aktual seputar manasik haji/tatacara perhajian,
serta dapat mengidentifikasikan masalah yang terjadi
dan cara penanganan pada pelayanan umum, pelayanan
kesehatan, maupun bimbingan ibadah.
Maka dapat disimpulkan menurut analisa
penulis efektivitas sistem kerja kloter, rombongan, dan
regu tersebut saling bersinergi, artinya saling
87

berhubungan dan berkaitan satu dengan yang lainnya.


Saling membantu dan turut serta dalam memajukan
kualitas pada pelayanan jamaah haji Indonesia dalam
 
rangka penyelenggaraan ibadah haji tahun 2018 ini di
Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
sesuai dengan tuntutan tata kelola kepemerintahan yang
baik dan bersih, bahwa diperlukan sistem dan
manajemen dan kinerja yang baik dengan pengelolaan
petugas yang profesional dan bertanggung jawab.
Dan apabila asas dan prinsip tersebut diatas
dipedomani secara konsisten tujuan penyelenggaraan
ibadah haji akan berhasil dan lebih mudah dicapai.
Oleh karenanya pada tahun mendatang diharapkan
adanya perbaikan dan antisipasi yang lebih baik, baik
dari segi teknis maupun non teknis yang berkaitan
langsung dengan pelayanan jamaah haji itu sendiri.

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Sistem


Kerja Kloter, Rombongan dan Regu
Petugas kloter adalah petugas yang menyertai
jamaah haji, yaitu petugas operasional ibadah haji
yang berada dalam satu kelompok terbang/kloter yang
terdiri dari TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD, TKHD
termasuk di dalamnya terdapat tim kloter yaitu para
Karom (Ketua Rombongan) dan Karu (Ketua Regu).
Petugas kloter diangkat oleh Menteri Agama untuk
memberikan pelayanan umum, bimbingan ibadah, dan
88

pelayanan kesehatan kepada calon/jamaah haji di


kelompok terbang/kloter.
Faktor pendukung sistem kerja kloter,
 
rombongan dan regu dalam pelayanan jamaah haji ini
adalah ketika validitas data dari Kantor Urusan Agama
(KUA) dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH) sesuai dengan data pada Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan. Selanjutnya disusul
oleh hasil qur’ah yang tepat waktu. Kemudian, yang
menjadi faktor pendukung lainnya adalah ketika
jamaah calon haji telah melunasi Biaya Perjalanan
Ibadah Haji (BPIH) sesuai dengan waktu pelunasan
yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Faktor Penghambat sistem kerja kloter,
rombongan, dan regu dalam pelayanan jamaah haji ini
adalah seringkali terjadi dalam rencana perjalanan
berubah-ubah, seperti tiba-tiba ada jamaah calon haji
yang masuk ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH) lain, tiba-tiba ada jamaah calon haji cadangan
yang masuk karena adanya data susulan, dan yang
terakhir karena ada jamaah calon haji yang meninggal
dunia ketika sudah terdaftar di kloter di tahun
keberangkatan sehingga Kantor Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan harus membongkar ulang
datanya. Serta masih kurangnya pemahaman peraturan
perundang-undangan penyelenggaraan ibadah haji.
89

Adapun beberapa faktor penghambat yang


dihadapi petugas kloter/petugas yang menyertai
jamaah haji, serta ketua rombongan dan ketua regu
 
dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini adalah ;
c. Terdapat pada jenis pekerjaan tertentu yang dinilai
berat atau melebihi kapasitas (overload) yang
disebabkan oleh pelayanan yang terkadang tidak
konstan dari awal kedatangan jamaah hingga
kepulangan jamaah haji.
d. Dalam pelayanan jamaah haji seperti pada
penyiapan daftar nama jamaah calon haji kloter
masih terdapat keterlambatan penyerahan konsep
daftar nama-nama jamaah calon haji dari KUA
dan KBIH sehingga menyulitkan dalam ploting
kloter.
e. Terlalu dekatnya jadwal pemberangkatan kloter,
sehingga perlu kerja cepat, efektif dan efesien.
f. Dalam penyiapan dokumen jamaah calon haji
masih adanya keterlambatan penyerahan paspor
ke seksi PHU.
g. Dalam penyiapan petugas kloter yang profesional
dan amanah terdapat masalah terlalu singkatnya
waktu yang tersedia untuk mengikuti seleksi
calon petugas haji kloter, sehingga peserta yang
mempunyai keinginan tidak dapat terpenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
90

h. Munculnya sikap kecemburuan sosial pada saat


pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci antara
jamaah haji dengan tim kloter yaitu pada ketua
 
regu dan ketua rombongan.
i. Jamaah calon haji pada umumnya seringkali sudah
membuat rombongan dan regu sendiri diluar dari
penetapan dan penentuan dari KBIH pada saat
pelaksanan bimbingan manasik haji.

Untuk permasalahan tersebut diatas, pada bahasan


ini menurut penulis maka solusi/upaya/penyelesaian bagi
petugas yang menyertai jamaah haji dan tim kloter
kedepannya adalah yaitu :

a. Meningkatkan bentuk koordinasi dan sinergisitas


petugas kloter termasuk ketua rombongan dan
ketua regu dan petugas non kloter dengan
memanfaatkan teknologi dengan aplikasi group
di handphonenya.
b. Menginformasikan kepada KUA dan KBIH
untuk segera menyerahkan daftar nama-nama
jamaah calon haji tersebut kepada Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan,
sehingga dapat mempermudah penyusunan/
ploting kloter.
c. Diperlukan pertimbangan jeda waktu yang cukup
untuk menyiapkan dokumen seperti SPMA yang
91

harus disampaikan kepada jamaah calon haji


langsung.
d. Agar dapat menghimbau seluruh jamaah calon
 
haji baik yang tergabung dalam KBIH ataupun
tidak, sesegera mungkin menyerahkan paspor
untuk proses visa dan yang lainnya.
e. Agar dapat menyampaikan informasi secepat dan
setepat mungkin kepada pegawai jajaran Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
tentang seleksi calon petugas haji kloter/petugas
yang menyertai jamaah haji.
f. Meningkatkan kepedulian terhadap jamaah haji
khususnya untuk keluarga ketua rombongan dan
ketua regu agar lebih paham dan mengerti bahwa
pelaksanaan ibadah haji harus ditanami dengan
rasa keikhlasan dan perbaikan akhlak bagi jamah
haji agar tidak memiliki rasa ketergantungan
pada orang lain.
g. Solusinya adalah merembukan pada saat forum
manasik dengan menyebarkan form oleh jamaah
calon haji untuk kebijakan pembentukan
rombongan dan regu.

Solusi tersebut menurut penulis dianggap telah


sesuai sebagaimana dengan tujuan penyelenggaraan
ibadah haji yaitu untuk memberikan pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi
92

jamaah haji Indonesia, melalui sistem dan manajemen


penyelenggaraan yang baik dan benar agar
penyelenggaraan ibadah haji dapat berjalan dengan aman,
 
nyaman, khusyuk, tertib, dan lancar serta jamaah haji
dapat melaksanakan ibadahnya sesuai dengan ketentuan
ajaran agama Islam.
Namun, disini juga terdapat satu permasalahan
menarik yang timbul ketika penyelenggara ibadah haji
yaitu Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan juga
memberangkatkan jamaah haji mandiri, yang memang
sebelumnya tidak mendaftakan dirinya pada KBIH
(Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) maupun KUA
(Kantor Urusan Agama). Namun tetap masuk dalam
rombongan dan regu dalam kloter.
Oleh pemerintah, jamaah calon haji mandiri itu
sendiri dianggap berhak mendapatkan kesempurnaan
dalam melaksanakan ibadah haji dan jamaah haji juga
telah dirangkul dengan baik, baik dari segi pembinaan,
pelayanan maupun perlindungan yang merupakan
tanggung jawab pemerintah dalam rangka mencapai
keberhasilan dalam pelaksanaan ibadah haji. Walaupun
memang terdapat sedikit perbedaan antara jamaah haji
regular yang terdaftar pada KBIH dengan jamaah haji
mandiri yang mendaftarkan dirinya langsung pada Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan. Tetapi
semua jamaah haji berhak mendapatkan pelayanan yang
sama untuk melaksanakan ibadah haji.
93

BAB V

PENUTUP

  A. Kesimpulan
Setelah membahas dan meneliti permasalahan
Efektivitas Tugas Pokok Kloter, Rombongan, dan Regu
dalam Pelayanan Jamaah Haji Pada Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan, penulis menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Pembentukan kloter, rombongan, dan regu jamaah
calon haji berdasarkan sistem dan mekanisme dalam
pelayanan jamaah haji ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat yaitu Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia,
kemudian berikutnya Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Banten mempunyai wewenang untuk
menunjuk dan mengusulkan Kementerian Agama
Kabupaten/Kota khususnya dalam hal ini Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan pada
tahun 2018 yang siap untuk mendapatkan nomor urut
kloter awal, tengah, maupun akhir pada pelaksanaan
ibadah haji. Begitupun dengan pembentukan
rombongan dan regu di usulkan kepada Kepala Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan, dan
diusulkan dari jamaah calon haji di kelompok
bimbingan untuk menetapkan ketua rombongan dan
ketua regunya.

93
94

2. Tugas pokok petugas kloter, ketua rombongan, dan


ketua regu dalam pelayanan haji pada Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan. Dalam
 
hal ini petugas kloter yaitu TPHI bertugas dan
bertanggung jawab terhadap seluruh jamaah haji
dalam satu kloter, yang melayani urusan dalam bidang
administrasi dan manajerial/yang dianggap sebagai
ketua kloter. Kemudian TPIHI bertugas membantu
ketua kloter dalam urusan ibadah. Serta TKHI yang
merupakan dokter/paramedis yang juga ikut menyertai
calon jamaah haji Indonesia yang melayani urusan
dalam bidang kesehatan. Kemudian tugas pokok ketua
rombongan adalah membantu pelaksanaan tugas
petugas kloter di bidang pelayanan umum, ibadah, dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan, tugas pokok ketua
regu adalah membantu pelaksanaan tugas ketua
rombongan sebagai pembantu petugas kloter.
3. Dalam hal ini menurut analisa penulis, efektivitas
tugas pokok petugas kloter, rombongan, dan regu
tersebut saling bersinergi, artinya saling berhubungan
dan berkaitan satu dengan yang lainnya. Saling
membantu dan turut serta dalam memajukan kualitas
pada pelayanan jamaah haji Indonesia dalam rangka
penyelenggaraan ibadah haji tahun 2018. Begitupun
dengan kesuksesan kerja petugas kloter, rombongan
amupun regu sangat bergantung pada bantuan dan
kerjasama dari tim kloter yaitu ketua rombongan dan
95

ketua regu. Oleh karenanya, sistem kerja tugas petugas


kloter tidak bisa sendiri dalam menjalankan tugasnya
di Tanah Suci. Sistem kerja petugas kloter pada
 
hakikatnya memerlukan bantuan dari petugas lainnya.
4. Faktor pendukung dan faktor penghambat efektivitas
tugas pokok petugas kloter, rombongan, dan regu
adalah Faktor pendukung sistem kerja kloter,
rombongan dan regu dalam pelayanan jamaah haji ini
adalah ketika validitas data dari Kantor Urusan Agama
(KUA) dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH) sesuai dengan data pada Kantor Kementerian
Agama Kota Tangerang Selatan. Sedangkan faktor
penghambatnya yaitu seringkali terjadi dalam rencana
perjalanan berubah-ubah, seperti tiba-tiba ada jamaah
calon haji yang masuk ke KBIH lain, tiba-tiba ada
jamaah calon haji cadangan yang masuk, dan yang
terakhir karena ada jamaah calon haji yang meninggal
dunia.

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian pada Kantor


Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan terdapat
beberapa saran mengenai efektivitas tugas pokok kloter,
rombongan, dan regu dalam pelayanan jamaah haji
diantaranya sebagai berikut :
96

1. Kepada pengurus Kantor Kementerian Agama Kota


Tangerang Selatan khususnya para petugas yang
ditugaskan sebagai petugas haji Indonesia agar terus
 
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
demi tercapainya penyelenggaraan ibadah haji yang
merupakan kunci keberhasilan penyelenggara ibadah
haji termasuk di dalamnya terdapat petugas haji yaitu
TPHI, TPIHI, TKHI, termasuk di dalamnya terdapat
Karom dan Karu.
2. Dalam efektivitas tugas pokok kloter, rombongan, dan
regu pada pelayanan jamaah haji ini tentu memiliki
beberapa hambatan yang dialami dari pihak mana pun.
Oleh karenanya, Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan sebagai regulator penyelenggara
ibadah haji kiranya di kemudian hari dapat membuka
diri untuk dapat menerima kritik dan saran dari
berbagai pihak tersebut di dalam pelaksanaan ibadah
haji.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Qordoba dan Terjemahnya, 2012 Bandung : PT.


Cordoba Internasional Indonesia
 

Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan Pembangunan


Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta : Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitan Untuk Public


Relations, Kualitatif dan Kuantitif, Bandung : Simbiosa
Rekatama Media

Baaz, Abdul Aziz Bin Abdullah. 1993. Haji, Umrah dan Ziarah
Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah,
Jakarta: CV. Firdaus

Basyuni, Muhammad M. 2008. Reformasi Manajemen Haji,


Jakarta : FDK Press

Brata, Atep Adya. 1999. Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK,
Bandung : Armico

Departemen Agama RI, 2003. Hikmah Ibadah Haji, Jakarta :


Dirjen Bimas Islam & Penyelenggara Haji

Departemen Agama RI, 2005. Pedoman Tugas Karu dan Karom,


Jakarta : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Jakarta

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji & Umrah, 2012. Haji


dari Masa ke Masa, Jakarta : Dirjen PHU

Drucker, Petter F. 1986. Bagaimana Menjadi Eksekutif yang


Efektif, (terjemahan) Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1986

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data,


Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

F.X, Sujadi. 1990. Organisasi dan Manajemen : Penunjang


Berhasilnya Proses Manajemen, Jakarta : CV Masagung

96
97

Kartono, Ahmad. 2016. Solusi Hukum Manasik Dalam


Permasalahan Ibadah Haji Menurut Empat Mazhab,
Jakarta : Pustaka Cendekiamuda

Kementerian
 
Agama RI, 2010. Desain Pola Bimbingan Calon
Jamaah Haji, Jakarta: Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama RI, 2016. Problematika Penyelenggaraan


Ibadah Haji, Studi Kasus Haji di Dalam Negeri dan di
Arab Saudi, Jakarta : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif,


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nasution, MN. 2005. Manajemen Mutu Terpadu, Bogor : Ghalia


Indonesia

Raya, Ahmad Thib, Siti Musdah Mulia. 2003. Menyelami Seluk-


Beluk Ibadah Dalam Islam, Jakarta : Prenada Media

Ruslan, Rosadi. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan


Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sadily, Hasan. 1980. Ensiklopedia Indonesia Jilid II, CES HAM.,


Jakarta : Ichtiar Banu-Van Hoeve

Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan


Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, cet-vii, edisi ke-2

Usman, Husaini. dan Akbar, Purnomo Setiady. 2006. Metodologi


Social, Jakarta : Bumi Akasara

Arsip berupa Laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2018


Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
98

HASIL WAWANCARA

Nama : H. Ade Sihabuddin

 
Jabatan : Kepala Seksi Bidang Penyelenggaraan Haji &
Umrah/ TPIHI

Tempat : Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang


Selatan

Hari/Tanggal : Senin, 17 September 2018

Waktu : 13.30 WIB - 14.30 WIB

1. Tanya : Apa Tujuan Penyelenggaraan Ibadah Haji di Kantor


Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan?
Jawaban:
Tujuan kami sebagai regulator penyelenggaraan haji adalah
untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan
yang sebaik-baiknya kepada jamaah haji Indonesia khususnya
jamaah haji yang ada di lingkungan Kementerian Agama Kota
Tangerang Selatan ini melalui sistem dan manejemen
penyelenggaraan yang baik sesuai dengan prosedurnya dari
para petugas agar penyelenggaraan ibadah haji dapat berjalan
aman, nyaman, tertib dan lancar. Dan jamaah haji dapat
melaksanakan ibadahnya di Tanah Suci sebagai haji yang
mabrur sampai kembali ke Tanah Air berjalan sesuai dengan
ketentuan syariat Islam.
99

2. Tanya : Bagiamana Pembentukan Kloter Jamaah Haji di


Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan?
Jawaban :
 
Pembentukan kloter jamaah calon haji diputuskan melalui sitem
qur’ah (undian) dalam rapat konsolidasi pembentukan kloter
atau kelompok terbang dan pemantapan kloter Embarkasi
Jakarta di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Banten. Barulah Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan mendapatkan nomer urut tengah, awal, maupun akhir di
kloter pada keberangkatan pelaksanaan ibadah haji tahun 2018.

3. Tanya : Berapakah Kloter yang diterima oleh Kantor


Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan Tahun pada 2018
ini?
Jawaban :
Tahun 2018 ini kami atau Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah mendapatkan
4 kloter, 2 kloter utuh dan 2 kloter gabungan yang terbagi dalam
2 gelombang. Namun hanya Kloter JKG 29 saja yang
mendapatkan keberangkatan pada gelombang pertama, kloter
berikutnya diberangkatkan pada gelombang kedua. Kloter
pertama yaitu kloter JKG 29, kloter kedua yaitu kloter JKG 35,
kloter ketiga yaitu kloter JKG 52, dan kloter terakhir yaitu kloter
JKG 63.

4. Tanya : Apa Tugas Petugas Kloter dalam Penyelenggaraan


Ibadah Haji?
100

Jawaban :
Tugas kami sebagai petugas kloter adalah bertanggung jawab
terhadap semua jamaah haji di dalam kloter untuk melayani dan
 
melaksanakan urusan di bidang pelayanan umum, ibadah, dan
pelayanan kesehatan. Petugas kloter bertanggung jawab kepada
jamaah haji dan pemerintah.

5. Tanya : Apakah Sistem Kerja Kloter, Rombongan, dan Regu


dalam penyelenggaraan ibadah haji telah berjalan dengan
efekftif?
Jawaban :
Yaa, pelaksanaan ibadah haji pada tahun 2018 ini dimenurut
saya telah berjalan efektif dan mengikuti arahan dari
penyelenggara ibadah haji sebagaimana mestinya, walaupun
masih terdapat sedikit kekurangan-kekurangan yang masih
membutuhkan perbaikan di tahun tahun berikutnya.

Narasumber

Tim Pemandu Haji Indonesia


HASIL WAWANCARA
101

HASIL WAWANCARA

Nama : H. Hariyadi Saidih Zakaria S.Ag

 
Jabatan : Ketua Rombongan Kloter 29

Tempat : Sekretariat KBIH Daarul Hikmah Pamulang

Hari/Tanggal : Rabu, 26 September 2018

Waktu : 16.00 WIB - 16.30 WIB

1. Tanya : Bagaimana Mekanisme Pembentukan Rombongan


dan Regu Jamaah Haji?
Jawaban :
Untuk rombongan dan regu haji itu sendiri dibentuk setelah
Kantor Kementerian Agama mendapatkan nomer urut kloter,
setelah itu untuk masing-masing KBIH/KUA dapat mendata
nama-nama jamaah haji untuk dapat ditetapkan ke dalam
rombongan ataupun regu pada kelompoknya masing-masing.
Sedangkan mekanisme pembentukan robongan dan regu jamaah
haji di kloter tahun ini dibentuk pada pertemuan ke-10 saat
bimbingan manasik haji di Kelompok Bimbingan Ibadah
haji/KBIH sesuai domisili jamaah calon haji masing-masing.

2. Tanya : Apa saja Tugas Pokok Ketua Rombongan, dan Ketua


Regu Jamaah Haji?
Jawaban :
Untuk tugas pokok ketua rombongan dalam pelaksanaan ibadah
haji tahun ini adalah membantu pelaksanaan tugas ketua kloter
102

TPHI yang menyertai calon/jamaah haji pada bidang pelayanan


umum, pelayanan kesehatan dan bimbingan ibadah. Sedangkan
tugas pokok ketua regu adalah membantu pelaksanaan tugas
 
ketua rombongan di dalam kloter mulai dari sebelum
keberangkatan, pelaksanaan ibadah, sampai pada saat
kepulangan di Tanah Air.

3. Tanya : Apa Fungsi Ketua Rombongan dan Ketua Regu


Jamaah Haji dalam Kloter?

Jawaban :
Fungsi ketua rombongan dan ketua regu dalam kloter itu sendiri
yaitu untuk meneruskan informasi dari petugas kloter maupun
dari karom kepada jamaah. Yang kedua, untuk mengatur,
membantu dan menjaga keutuhan anggotanya agar tetap
utuh,aman, tertib, dan lancar selam dalam melaksanakan
ibadah di Tanah Suci. Juga menyelesaikan dan melaporkan
permasalahan pada ketua kloter maupun pada karom.

4. Tanya : Materi apa saja yang diberikan untuk Petugas pada


saat Pembekalan Ketua Rombongan dan Ketua Regu di Kantor
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan?
Jawaban :
Materi yang diberikan sewaktu pembekalan ketua rombongan dan
ketua regu di Aula Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Selatan adalah seputar fiqh haji, manasik perhajian, undang-
undang perhajian/ kebijakan perhajian Indonesia dari
103

pemerintah, serta masalah kesehatan, sejak sebelum


keberangkatan, pada pelaksanaan di Tanah Suci, sampai
kepulangan ke Tanah Air.
 

5. Tanya : Apa yang Menjadi Penghambat dalam Pelaksaan


Tugas Ketua Rombongan dan Ketua Regu pada saat di kloter?
Jawaban :
Calon/jamaah haji yang melaksanakan ibadah haji pada
umumnya ingin mendapat pengakuan dan hakikatnya ingin
diperhatikan, tak hanya pada pelayanan di Tanah Air tetapi juga
pelayanan pada saat pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Di
Tanah Air salah satunya yaitu seringkali jamaah haji membuat
regu dan rombongan sendri pada saat di KBIH, dan di Tanah
Suci yaitu masih terdapat jamaah haji yang pada
pelaksanaanibadah haji merasakan sikap kecemburuan sosial
antar tim kloter dengan jamaah yang merupakan keluarganya.

Narasumber
104

Dokumentasi Pembagian Petugas Kloter (TPHI, TPIHI,


TKHI) beserta Pembinaan Tim Kloter (Karom dan Karu) di
Aula Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan

 
105

Dokumentasi Simulasi untuk Jamaah Calon Haji Haji dan


Proses Wawancara di
Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
 

Dokumentasi Pemberangkatan Jamaah Calon Haji asal Kota


Tangerang Selatan ke Embarkasi Jakarta Pondok Gede oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan
106

Dokumentasi Pemberangkatan Jamaah Calon Haji asal Kota


Tangerang Selatan ke Embarkasi Jakarta Pondok Gede oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan

 
107

 
108

 
109

Anda mungkin juga menyukai