Mata Kuliah :
Hermeneutika
Dosen :
Fauzan , M.Ag
Di Susun Oleh :
Kelompok 2
1.Azizul Gofur (2031010008)
2.Faizah Assaidah (2031010067)
3. Hunan Dwi Rizkianto (2031010014)
1
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji dan
syukur bagi Allah SWT yang dengan Ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar dan tepat waktu. Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW .Kelak sangat kita nantikan syafa’at beliau di hari kiamat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fauzan, M.Ag selaku Dosen
Pengampu pada Mata Kuliah Hermeneutika. Dengan Tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang sedang kami ditekuni , kami
selaku penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Sebagai penulis kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami menantikan kritik dan saran, serta dukungan dari Bapak Dosen serta teman
– teman , agar makalah yang kami buat nantinya , bisa lebih baik. Atas perhatian serta
waktunya, kami ucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………………………... 1
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI . ……………………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .... ………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah ..... …………………………………………………………………….5
C. Tujuan ...…………………...……………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi dan perjalanan intelektualnya…………………………………………………6
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada dua hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia; dua hal itu menjadi garis
demarkasi yang membedakan manusia dari segala entitas kehidupan lainnya di muka bumi
ini. Dua hal yang dimaksud adalah memahami dan menafsirkan. Berkaitan dengan aktifitas
memahami dan menafsirkan ini, dalam sejarah intelektual manusia banyak ditemuai tokoh
di bidang keahliannya masing-masing yang berusaha merumuskan apa dan bagaimana
kondisi dan cara memahami yang akurat, tepat, layak dan benar. Berbagai teori, konsep dan
disiplin keilmuan pun muncul khusus untuk mengurusi bidang ini; satu diantaranya adalah
Hermeneutika.
Hermeneutika dalam kajian filsafat bahasa cukup menyita perhatian banyak tokoh untuk
ikut menyemarakkan atau menyumbangkan gagasan-gagasannya dalam bidang ini.
Meskipun hermeneutika dalam sejarahnya –paling tidak penggunaan istilahnya- bermula dari
barat, hermeneutika sebagai ilmu (science) atau seni (art) dalam memahami, di dunia timur,
mendapatkan respon yang tidak sedikit karena cara-cara yang digunakan dalam
hermeneutika dianggap ‘membahayakan’ sakralitas kitab suci agama (semisal al-Qur’an)
sebagai wahyu Tuhan yang diagungkan. Sebenarnya seperti apa hermeneutika
dideskripsikan, bagaimanakah sejarah kemunculan hermeneutik di dunia barat?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
“universum”. Melalui karya inilah dia menjabarkan pemahamannya tentang kebiasaan yang baik
(ethos), hidup dan dunia.
Selain itu, Schleiermacher juga mengembangkan etika politik, sebagai reaksi terhadap pendudukan
Napoleon dari Prancis atas Prusia. Dia juga pernah mencoba menjadi wartawan dan editor surat kabar
“The Prussian Correspondent” pada tahun 1813.
Sistem kefilsafatan yang diajarkan oleh Schleiermacher terutama berkisar pada kuliah-kuliahnya
tentang dialektikadan etika filsafati. Selama dia mengajar, dia tidak menerbitkan buku-buku tentang
topik kuliahnya.
Dalam bidang hermeneutika, Schleiermacher mempergunakan bidang ini terutama dalam diskusi-
diskusi tentang filsafat dan teologi. Baginya, hermeneutika adalah sebuah teori tentang penjabaran dan
interpretasi teks-teks mengenai konsep-konsep tradisional kitab suci dan dogma. Schleiermacher
menerapkan metode-metode filologi untuk membahas tulisa-tulisan biblis (tentang kitab suci Bible) dan
menerapkan metode hermeneutik teologis untuk teks-teks yang tidak berhubungan dengan injil (Bible).
Penerapan metode filologi tersebut dimaksudkan, oleh Schleiermacher, untuk mencapai pemahaman
yang tepat atas makna teks.
Schleiermacher meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 12 Februari 1834 pada umur 65 tahun karena
radang paru-paru. Kematiannya itu membuat seluruh warga civitas akademik Universitas Berlin
berduka cita sangat dalam karena kehilangan seorang tokoh besar dan salah satu pendiri universitas
tersebut.
Kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani, hermeneutikos. Istilah tersebut dalam bahasa
Inggris dikenal dengan hermeneutic. Kata ini kerap diterjemahkan dengan to interpret
(menginterpretasikan, menafsirkan, dan menerjemahkan). Hermeneutika berarti ilmu dan teori
tentang penafsiran yang bertujuan menjelaskan teks mulai dari ciri-cirinya, baik obyektif (arti
gramatikal kata-kata dan variasi-variasi historisnya), maupun subyektif (maksud
pengarang).[8] Jika dirunut ke belakang, keberadaan hermeneutik dapat dilacak sampai Yunani
Kuno. Pada waktu itu, sudah ada diskursus hermeneutik sebagaimana yang terdapat dalam
tulisan Aristoteles yang berjudul Peri Hermenians (de interpretation).
Schleiermacher memahami hermeneutik sebagai ‘seni memahami’ (the art of
understanding).[10] Penerapan hermeneutik sangat luas, yaitu dalam bidang teologis, filosofis,
linguistik maupun hukum. Pada dasarnya hermeneutik adalah filosofis, sebab merupakan
bagian dari seni berpikir. Pertama-tama ide yang ada di pikiran kita pahami, baru kemudia kita
ucapkan. Inilah alasannya mengapa Schleiermacher menyatakan bahwa bahasa kita
berkembang seiring dengan buah pikiran kita.[11] Namun, bila pada saat berfikir kita merasa
perlu untuk membuat persiapan dalam mencetuskan buah pikiran kita, maka pada saat itulah
terdapat apa yang disebutnya sebagai “transformasi berbicara yang internal dan orisinal, dan
karenanya interpretasi menjadi penting”.[12]
Menurut Schleiermacher, ada jurang pemisah antara berbicara atau berfikir yang sifatnya
internal dengan ucapan aktual. Seseorang harus mampu mengadaptasi buah pikiran ke dalam
kekhasan lagak ragam dan tata bahasa. Dalam setiap kalimat yang diucapkan, terdapat dua
momen pemahaman, yaitu apa yang dikatakan dalam konteks bahasa dan apa yang dipikirkan
7
oleh pembicara. Setiap pembicara mempunyai waktu dan tempat, dan bahasa dimodifikasi
menurut kedua hal tersebut. Menurut Schleiermacher, pemahaman hanya terdapat di dalam
kedua momen yang saling berpautan satu sama lain itu. Baik bahasa maupun pembicaranya
harus dipahami sebagaimana seharusnya.[13]
Ada dua tugas hermeneutika yang pada hakikatnya identik satu sama lain, yaitu intrepretasi
gramatikal dan interpretasi psikologis.[14] Bahasa gramatikal merupakan syarat berpikir setiap
orang. Sedangkan aspek interpretasi psokologis memungkinkan seseorang menangkap ‘setitik
cahaya’ pribadi penulis. Oleh karenanya, untuk memahami pernyataan-pernyataan pembicara
orang harus mampu memahami bahasanya sebaik memahami kejiwaannya. Semakin lengkap
pemahaman seseorang atas sesuatu bahasa dan psikologi pengarang, akan semakin lengkap
pula interpretasinya. Kompetensi linguistik dan kemampuan mengetahui seseorang akan
menentukan keberhasilannya dalam bidang seni interpretasi.[15] Schleiermacher menekankan
bahwa distingsi-distingsi, termasuk pendekatan gramatikal dan psikologis, ini tidak boleh
dipertentangkan, melainkan harus diterapkan sekaligus untuk memahami suatu teks, sebab
semua ini saling memerlukan dan melengkapi.
Walaupun demikian, Schleiermacher menawarkan sebuah rumusan positif dalam bidang seni
interpretasi, yaitu rekonstruksi historis, objektif dan subjektif terhadap sebuah pernyataan.[16]
Dengan rekonstruksi objektif-subjektif dia bermaksud membahas sebuah pernyataan dalam
hubungan dengan bahasa sebagai keseluruhan. Dengan rekonstruksi subjektif-historis dia
bermaksud membahas awal mulanya sebuah pernyataan yang masuk dalam pikiran seseorang.
Schleiermacher sendiri menyatakan bahwa tugas hermeneutik adalah memahami teks “sebaik
atau lebih baik daripada pengarangnya sendiri” dan “memahami pengarang teks lebih baik
daripada memahami diri sendiri”. Schleiermacher mengatakan bahwa pemahaman kita peroleh
dengan melihat bagaimana semua bagian itu berhubungan satu sama lain. Rekonstruksi
menyeluruh koherensi suatu teks tidak akan pernah lengkap jika detail-detailnya tidak
diperhatikan. Keseluruhan proses ini adalah metode hermeneutik, suatu proses memahami dan
interpretasi.
Menurut Schleiermacher juga, ada dua metode untuk mendapatkan pemahaman yang benar
yaitu komparatif dan divinatoris.[17] Metode komparatif bekerja dengan menempatkan
pengarang dalam suatu tipe umum. Metode ini lebih bersifat klasifikatoris untuk keperluan
komparasi antara satu teks dengan teks lain atau satu pengarang dengan pengarang lain. Metode
ini ditempuh dengan membuat perbandingan antara teks-teks yang ada, dan juga antara aneka
terjemahan, serta mempelajari konteks hidup pengarang, tokoh dan aliran yang berpengaruh
pada zamannya. Cara ini terkait dengan segala sesuatu yang bisa menjadi referensi untuk
memahami dengan tepat suatu teks.
Sedangkan metode divinatoris merupakan cara intuitif untuk memahami suatu teks. Hal ini
dilakukan, misalnya, dengan membuat diri betah dan ‘masuk’ ke dalam teks itu (Einleben).
Metode divinatoris berupaya memeroleh pemahaman langsung tentang si pengarang sebagai
individual dengan membawa sang penafsir untuk mentransformasi dirinya ke dalam diri si
pengarang. Menurut Schleiermacher, cara intuitif seperti ini dapat ditemukan di dalam diri
anak-anak. Seorang anak, misalnya, akan mengalami apa itu ‘cinta’, ‘kepercayaan’, ‘iman’,
‘bahaya’ tanpa penyelidikan lebih dahulu, melainkan langsung saja menghayatinya dalam
sikap pasrah-aktif kepada ibu dan lingkungannya. Dalam hal ini, Schleiermacher menekankan
8
hermeneutika sebagai seni dimana seorang penafsir harus mampu menggunakan daya
imajinasi-intuisi, tebak-tebakan kreatif, untuk secara jitu menebak maksud pengarang.
10
mengamati isi sebuah karya dari dua sisi: sisi luar dan sisi dalam. Aspek luar sebuah karya
(teks) adalah aspek tata bahasa dan kekhasan linguistik lainnya. Aspek dalam adalah ‘jiwa’nya
(geist). Bagi Ast sendiri, tugas hermeneutik adalah membawa keluar makna internal dari suatu
teks beserta situasinya menurut zamannya. Ast membagi tulisan itu ke dalam tiga bagian, yaitu:
sejarah, tata bahasa, dan aspek kerohaniannya (geistige). Korespondensi antara ketiga bagian
atau taraf pemahaman itu juga merupakan tiga taraf penjelasannya, yaitu: hermeneutika atas
huruf (hermeneutic des buchstabens) yang menentukan ‘bahan baku’ sebuah teks,
hermeneutika atas makna (hermeneutic des sinnes) atau ‘bentuk’ teks, dan hermeneutik atas
aspek kejiwaan (hermeneutic des geistes) atau jiwa teks (Schleiermacher, 1977:210)
Seorang filsuf lain yang juga mempengaruhi gagasan Schleiermacher adalah F.A.Wolf, yang
mendefinisikan hermeneutik sebagai seni menemukan makna sebuah teks. Menurut Wolf, juga
ada tiga taraf atau jenis hermeneutika atau interpretasi, yaitu interpretasi gramatikal, historis
dan retorik. Interpretasi gramatikal berhubungan dengan bahasa; interpretasi historis
berhubungan dengan fakta waktu; sedang interpretasi retorik mengontrol kedua jenis
interpretasi terdahulu. Dalam bukunya yang berjudul Compendium, Ast mengatakan bahwa
tata bahasa, hermeneutika dan kritik secara bersama-sama merupakan disiplin-disiplin ilmu
yang berhubungan namun tidak saling menambah satu sama lain. Sedangkan wolf, di lain
pihak, menyatakan bahwa ketiga hal itu sendiri tidak memadai jika dijadikan sebuah organon
(alat) untuk ilmu pengetahuan tentang hal-hal yang sudah lampau. Ketiga hal tersebut masih
harus ditambah dengan kefasihan gaya dan seni yang mencakup juga hal-hal yang bersifat
klasik. Dengan kata lain, Wolf membahas tata bahasa, hermeneutika dan kritik studi persiapan
untuk filologi (ilmu bahasa), sementara Ast menganggap ketiga disiplin ilmu tersebut hanyalah
sekedar appendiks (lampiran) saja bagi filolog Ast maupun Wolf adalah filolog, maka tidaklah
mengherankan kalau mereka beralih ke hermeneutika karena keduanya ingin membahas makna
kata-kata.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Namanya adalah Friedrich Ernst Daniel schleiermacher, dilahirkan di Breslau, Silesia, Prusia,
Jerman pada tanggal 21 november 1768 dari keluarga yang sangat taat dalam agama Protestan.
Dia adalah seorang filsuf dan teolog Jerman.
Pada tahun 1783 dia mengikuti pendidikan menengah di sekolah Moravian di Niesky. Alasan
memasuki sekolah Moravian, selain mengikuti tradisi keluarganya, adalah terutama karena
motivasi yang sangat kuat untuk mencari pengalaman iman yang mendalam dalam hidup
Kristen. Di sekolah Moravian itu, pelajaran bahasa Latin dan Yunani dijadikan sebagai dasar
pendidikan humanistik, disamping pelajaran Matematika, Botani dan Bahasa Inggris.
Kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani, hermeneutikos. Istilah tersebut dalam bahasa
Inggris dikenal dengan hermeneutic. Kata ini kerap diterjemahkan dengan to interpret
(menginterpretasikan, menafsirkan, dan menerjemahkan). Hermeneutika berarti ilmu dan
teori tentang penafsiran yang bertujuan menjelaskan teks mulai dari ciri-cirinya, baik obyektif
(arti gramatikal kata-kata dan variasi-variasi historisnya), maupun subyektif (maksud
pengarang).[8] Jika dirunut ke belakang, keberadaan hermeneutik dapat dilacak sampai
Yunani Kuno. Pada waktu itu, sudah ada diskursus hermeneutik sebagaimana yang terdapat
dalam tulisan Aristoteles yang berjudul Peri Hermenians (de interpretation).
Schleiermacher dalam uraiannya banyak juga dipengaruhi oleh penasihatnya, seperti misalnya
Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf. Dari Ast, Schleiermacher mendapat ide untuk
mengamati isi sebuah karya dari dua sisi: sisi luar dan sisi dalam. Aspek luar sebuah karya
(teks) adalah aspek tata bahasa dan kekhasan linguistik lainnya. Aspek dalam adalah ‘jiwa’nya
(geist). Bagi Ast sendiri, tugas hermeneutik adalah membawa keluar makna internal dari suatu
teks beserta situasinya menurut zamannya. Ast membagi tulisan itu ke dalam tiga bagian,
yaitu: sejarah, tata bahasa, dan aspek kerohaniannya (geistige). Korespondensi antara ketiga
bagian atau taraf pemahaman itu juga merupakan tiga taraf penjelasannya, yaitu:
hermeneutika atas huruf (hermeneutic des buchstabens) yang menentukan ‘bahan baku’
12
sebuah teks, hermeneutika atas makna (hermeneutic des sinnes) atau ‘bentuk’ teks, dan
hermeneutik atas aspek kejiwaan (hermeneutic des geistes) atau jiwa teks (Schleiermacher,
1977:210)
B. Saran
Apabila terdapat kritik dan saran kepada penulis, yang bersifat merubah dan memperbaiki,
silahkan disampaikan. Untuk meningkatkan dan memperbaiki kesalahan , dan kekurangan
yang terdapat pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
13