Anda di halaman 1dari 13

Teori Hermeneutika Barat : Friedrich Ernst Daniel

Schleiermacher (1768 – 1834)

Mata Kuliah :
Hermeneutika
Dosen :
Fauzan , M.Ag

Di Susun Oleh :
Kelompok 2
1.Azizul Gofur (2031010008)
2.Faizah Assaidah (2031010067)
3. Hunan Dwi Rizkianto (2031010014)

AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji dan
syukur bagi Allah SWT yang dengan Ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar dan tepat waktu. Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW .Kelak sangat kita nantikan syafa’at beliau di hari kiamat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fauzan, M.Ag selaku Dosen
Pengampu pada Mata Kuliah Hermeneutika. Dengan Tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang sedang kami ditekuni , kami
selaku penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Sebagai penulis kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami menantikan kritik dan saran, serta dukungan dari Bapak Dosen serta teman
– teman , agar makalah yang kami buat nantinya , bisa lebih baik. Atas perhatian serta
waktunya, kami ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung , 01 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………………………... 1
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI . ……………………………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .... ………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah ..... …………………………………………………………………….5
C. Tujuan ...…………………...……………………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi dan perjalanan intelektualnya…………………………………………………6

B. Pandangannya tentang hermeneutika…….......….......………………………...........….7

C. Pandangan Tentang Agama.........…….......….......………………………...........…........8

D. Pandangan Tentang Allah.........…….......….......………………………...........…........... 9

E. Pandangan Tentang Kristus.........…….......….......………………………...........….......9


F. Pandangan Tentang Keselamatan.........…….......….......………………………............ 10
C.Pengaruh Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf………….........................………10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………………12
B. Kritik dan Saran……………………………………………………………………..… 12

DAFTAR PUSTAKA . …………………………………………………………………….. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada dua hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia; dua hal itu menjadi garis
demarkasi yang membedakan manusia dari segala entitas kehidupan lainnya di muka bumi
ini. Dua hal yang dimaksud adalah memahami dan menafsirkan. Berkaitan dengan aktifitas
memahami dan menafsirkan ini, dalam sejarah intelektual manusia banyak ditemuai tokoh
di bidang keahliannya masing-masing yang berusaha merumuskan apa dan bagaimana
kondisi dan cara memahami yang akurat, tepat, layak dan benar. Berbagai teori, konsep dan
disiplin keilmuan pun muncul khusus untuk mengurusi bidang ini; satu diantaranya adalah
Hermeneutika.

Hermeneutika dalam kajian filsafat bahasa cukup menyita perhatian banyak tokoh untuk
ikut menyemarakkan atau menyumbangkan gagasan-gagasannya dalam bidang ini.
Meskipun hermeneutika dalam sejarahnya –paling tidak penggunaan istilahnya- bermula dari
barat, hermeneutika sebagai ilmu (science) atau seni (art) dalam memahami, di dunia timur,
mendapatkan respon yang tidak sedikit karena cara-cara yang digunakan dalam
hermeneutika dianggap ‘membahayakan’ sakralitas kitab suci agama (semisal al-Qur’an)
sebagai wahyu Tuhan yang diagungkan. Sebenarnya seperti apa hermeneutika
dideskripsikan, bagaimanakah sejarah kemunculan hermeneutik di dunia barat?

Schleiermacher (1768-1834) merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh


hermeneutika yang banyak dikenal karena karya-karyanya, terbukti salah satu bukunya
Hemeneutics And Criticism And Other Writings -yang menjadi sumber rujukan utama dalam
tulisan ini- berisi ide-idenya tentang hermeneutika. Sebagai seorang tokoh hermeneutik
sekuler yang cukup diperhitungkan schleirmacher telah melalui proses panjang dalam
mencapai kematangan sosial, religius, dan intelektualnya. Dia merasakan pergolakan
dimensi kehidupan tersebut tidak saja ketika berdialektika semasa kehadirannya di
Universitas Halle akan tetapi dipengaruhi juga oleh penasehat-penasehatnya (Friedrich Ast
dan Friedrich August Wolf).
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa biografi dan perjalanan intelektualnya?
2. Apa saja pandangannya terhadap hermeneutika?
3. Apa pengaruh Pengaruh Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Memahami biografi dan perjalanan intelektualnya Friedrich Ernst Daniel schleiermacher
2. Memahami pandangannya terhadap hermeneutika
3. Memahami pengaruh Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi dan Perjalanan Intelektualnya


Namanya adalah Friedrich Ernst Daniel schleiermacher, dilahirkan di Breslau, Silesia,Prusia, Jerman
pada tanggal 21 november 1768 dari keluarga yang sangat taat dalam agama Protestan. Dia adalah
seorang filsuf dan teolog Jerman.
Pada tahun 1783 dia mengikuti pendidikan menengah di sekolah Moravian di Niesky. Alasan memasuki
sekolah Moravian, selain mengikuti tradisi keluarganya, adalah terutama karena motivasi yang sangat
kuat untuk mencari pengalaman iman yang mendalam dalam hidup Kristen. Di sekolah Moravian itu,
pelajaran bahasa Latin dan Yunani dijadikan sebagai dasar pendidikan humanistik, disamping pelajaran
Matematika, Botani dan Bahasa Inggris.
Tahun 1785 dia bersama dengan teman-temannya pergi ke Barby dan melanjutkan studi teologi di sana.
Pada tahun 1787 Schleiermacher menjalani matrikuasi di Universitas Halle, sebuah universitas yang
berkembang di bawah filsafat Christian Wolf dan Semler. Dia dikenal sebagai mahasiswa yang tekun
dan pandai. Di bawah bimbingan Johann August Eberhard, dia mempelajari filsafat Kantmelalui
tulisannya yang berjudul Kritik atas Akal Murni dan mengevaluasinya.Dia juga menerjemahkan tulisan
Aristoteles yang berjudul Ethica Nicomachea. Dan di bawah bimbingan filsuf muda F.A.Wolf dia
mempelajari gagasan-gagasan filsuf-filsuf Yunani.
Pada musim dingin tahun 1789-1790, setelah dia pindah ke Drossen, dia bersikap skeptik terhadap
semua ajaran yang dipelajarinya. Namun karena desakan yang kuat dari ayah dan pamannya, pada tahun
1790 dia pindah ke Berlin untuk mengikuti ujian teologi di Direktorat Gereja Reformasi selama 6 hari.
Ternyata semua hasil yang diperolehnya berpredikat “sangat memuaskan”. Selanjutnya dia tinggal di
Schlobitten di wilayah Prusia Timur di mana kehidupan religiusnya tumbuh kembali dan bahkan
semakin menguat. Pada tahun 1796 dia diangkat menjadi pendeta di Rumah Sakit Charite di Berlin.
Tahun 1802 Schleiermacher pindah ke Stolp, sebuah kota di dekat daerah pantai laut Baltik dan mulai
tahun 1803 mengajar etika dan teologi pastoral di Universitas Wurzburg. Kemudia dia masuk dalam
kelompok dosen Lutheran di Universitas Halle dan menjadi pengkhotbah universitas itu.
Dengan hadirnya Schleiermacher di Universitas Halle, maka sejak 1780 perkembangan intelektual
cukup menonjol di sana. Perkembangan itu terjadi karena adanya 4 serangkai pemikir yang mencoba
mengatasi dan merubah alam pikiran “pencerahan” (Aufklarung), yaitu: F.A. Wolf sebagai philologis
klasik, Reil sebagai professor kedokteran, Steffens sebagai filsuf Alam Kodrat dan schleirmacher
sendiri.
Sebagai dosen muda, Schleiermacher sangat aktif dan dalam kuliah-kuliahnya dia banyak memberikan
evaluasi terhadap dogma Protestanisme. Di samping itu, dia mendalami dan mengembangkan konsep-
konsep dasar etika filsafati sebagai filsafat tentang hidup dan ilmu pengetahuan sejarah. Evaluasinya
tentang teologi tercetus dalam bukunya yang berjudul Speeches, di mana dia memberikan interpretasi
baru terhadap dogma agama. Namun interpretasi dalam Speeches itu dimaksudkan sebagai sarana
ekspresi pengalaman hidup saleh. Karya ke dua yang juga dipublikasikan adalah Soliloquies di mana
Schleiermacher menerangkan hubungan timbal balik antara intuisi-diri dengan intuisi tentang

6
“universum”. Melalui karya inilah dia menjabarkan pemahamannya tentang kebiasaan yang baik
(ethos), hidup dan dunia.
Selain itu, Schleiermacher juga mengembangkan etika politik, sebagai reaksi terhadap pendudukan
Napoleon dari Prancis atas Prusia. Dia juga pernah mencoba menjadi wartawan dan editor surat kabar
“The Prussian Correspondent” pada tahun 1813.
Sistem kefilsafatan yang diajarkan oleh Schleiermacher terutama berkisar pada kuliah-kuliahnya
tentang dialektikadan etika filsafati. Selama dia mengajar, dia tidak menerbitkan buku-buku tentang
topik kuliahnya.
Dalam bidang hermeneutika, Schleiermacher mempergunakan bidang ini terutama dalam diskusi-
diskusi tentang filsafat dan teologi. Baginya, hermeneutika adalah sebuah teori tentang penjabaran dan
interpretasi teks-teks mengenai konsep-konsep tradisional kitab suci dan dogma. Schleiermacher
menerapkan metode-metode filologi untuk membahas tulisa-tulisan biblis (tentang kitab suci Bible) dan
menerapkan metode hermeneutik teologis untuk teks-teks yang tidak berhubungan dengan injil (Bible).
Penerapan metode filologi tersebut dimaksudkan, oleh Schleiermacher, untuk mencapai pemahaman
yang tepat atas makna teks.
Schleiermacher meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 12 Februari 1834 pada umur 65 tahun karena
radang paru-paru. Kematiannya itu membuat seluruh warga civitas akademik Universitas Berlin
berduka cita sangat dalam karena kehilangan seorang tokoh besar dan salah satu pendiri universitas
tersebut.

B. Pandangannya Tentang Hermeneutika

Kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani, hermeneutikos. Istilah tersebut dalam bahasa
Inggris dikenal dengan hermeneutic. Kata ini kerap diterjemahkan dengan to interpret
(menginterpretasikan, menafsirkan, dan menerjemahkan). Hermeneutika berarti ilmu dan teori
tentang penafsiran yang bertujuan menjelaskan teks mulai dari ciri-cirinya, baik obyektif (arti
gramatikal kata-kata dan variasi-variasi historisnya), maupun subyektif (maksud
pengarang).[8] Jika dirunut ke belakang, keberadaan hermeneutik dapat dilacak sampai Yunani
Kuno. Pada waktu itu, sudah ada diskursus hermeneutik sebagaimana yang terdapat dalam
tulisan Aristoteles yang berjudul Peri Hermenians (de interpretation).
Schleiermacher memahami hermeneutik sebagai ‘seni memahami’ (the art of
understanding).[10] Penerapan hermeneutik sangat luas, yaitu dalam bidang teologis, filosofis,
linguistik maupun hukum. Pada dasarnya hermeneutik adalah filosofis, sebab merupakan
bagian dari seni berpikir. Pertama-tama ide yang ada di pikiran kita pahami, baru kemudia kita
ucapkan. Inilah alasannya mengapa Schleiermacher menyatakan bahwa bahasa kita
berkembang seiring dengan buah pikiran kita.[11] Namun, bila pada saat berfikir kita merasa
perlu untuk membuat persiapan dalam mencetuskan buah pikiran kita, maka pada saat itulah
terdapat apa yang disebutnya sebagai “transformasi berbicara yang internal dan orisinal, dan
karenanya interpretasi menjadi penting”.[12]
Menurut Schleiermacher, ada jurang pemisah antara berbicara atau berfikir yang sifatnya
internal dengan ucapan aktual. Seseorang harus mampu mengadaptasi buah pikiran ke dalam
kekhasan lagak ragam dan tata bahasa. Dalam setiap kalimat yang diucapkan, terdapat dua
momen pemahaman, yaitu apa yang dikatakan dalam konteks bahasa dan apa yang dipikirkan
7
oleh pembicara. Setiap pembicara mempunyai waktu dan tempat, dan bahasa dimodifikasi
menurut kedua hal tersebut. Menurut Schleiermacher, pemahaman hanya terdapat di dalam
kedua momen yang saling berpautan satu sama lain itu. Baik bahasa maupun pembicaranya
harus dipahami sebagaimana seharusnya.[13]
Ada dua tugas hermeneutika yang pada hakikatnya identik satu sama lain, yaitu intrepretasi
gramatikal dan interpretasi psikologis.[14] Bahasa gramatikal merupakan syarat berpikir setiap
orang. Sedangkan aspek interpretasi psokologis memungkinkan seseorang menangkap ‘setitik
cahaya’ pribadi penulis. Oleh karenanya, untuk memahami pernyataan-pernyataan pembicara
orang harus mampu memahami bahasanya sebaik memahami kejiwaannya. Semakin lengkap
pemahaman seseorang atas sesuatu bahasa dan psikologi pengarang, akan semakin lengkap
pula interpretasinya. Kompetensi linguistik dan kemampuan mengetahui seseorang akan
menentukan keberhasilannya dalam bidang seni interpretasi.[15] Schleiermacher menekankan
bahwa distingsi-distingsi, termasuk pendekatan gramatikal dan psikologis, ini tidak boleh
dipertentangkan, melainkan harus diterapkan sekaligus untuk memahami suatu teks, sebab
semua ini saling memerlukan dan melengkapi.
Walaupun demikian, Schleiermacher menawarkan sebuah rumusan positif dalam bidang seni
interpretasi, yaitu rekonstruksi historis, objektif dan subjektif terhadap sebuah pernyataan.[16]
Dengan rekonstruksi objektif-subjektif dia bermaksud membahas sebuah pernyataan dalam
hubungan dengan bahasa sebagai keseluruhan. Dengan rekonstruksi subjektif-historis dia
bermaksud membahas awal mulanya sebuah pernyataan yang masuk dalam pikiran seseorang.
Schleiermacher sendiri menyatakan bahwa tugas hermeneutik adalah memahami teks “sebaik
atau lebih baik daripada pengarangnya sendiri” dan “memahami pengarang teks lebih baik
daripada memahami diri sendiri”. Schleiermacher mengatakan bahwa pemahaman kita peroleh
dengan melihat bagaimana semua bagian itu berhubungan satu sama lain. Rekonstruksi
menyeluruh koherensi suatu teks tidak akan pernah lengkap jika detail-detailnya tidak
diperhatikan. Keseluruhan proses ini adalah metode hermeneutik, suatu proses memahami dan
interpretasi.
Menurut Schleiermacher juga, ada dua metode untuk mendapatkan pemahaman yang benar
yaitu komparatif dan divinatoris.[17] Metode komparatif bekerja dengan menempatkan
pengarang dalam suatu tipe umum. Metode ini lebih bersifat klasifikatoris untuk keperluan
komparasi antara satu teks dengan teks lain atau satu pengarang dengan pengarang lain. Metode
ini ditempuh dengan membuat perbandingan antara teks-teks yang ada, dan juga antara aneka
terjemahan, serta mempelajari konteks hidup pengarang, tokoh dan aliran yang berpengaruh
pada zamannya. Cara ini terkait dengan segala sesuatu yang bisa menjadi referensi untuk
memahami dengan tepat suatu teks.
Sedangkan metode divinatoris merupakan cara intuitif untuk memahami suatu teks. Hal ini
dilakukan, misalnya, dengan membuat diri betah dan ‘masuk’ ke dalam teks itu (Einleben).
Metode divinatoris berupaya memeroleh pemahaman langsung tentang si pengarang sebagai
individual dengan membawa sang penafsir untuk mentransformasi dirinya ke dalam diri si
pengarang. Menurut Schleiermacher, cara intuitif seperti ini dapat ditemukan di dalam diri
anak-anak. Seorang anak, misalnya, akan mengalami apa itu ‘cinta’, ‘kepercayaan’, ‘iman’,
‘bahaya’ tanpa penyelidikan lebih dahulu, melainkan langsung saja menghayatinya dalam
sikap pasrah-aktif kepada ibu dan lingkungannya. Dalam hal ini, Schleiermacher menekankan

8
hermeneutika sebagai seni dimana seorang penafsir harus mampu menggunakan daya
imajinasi-intuisi, tebak-tebakan kreatif, untuk secara jitu menebak maksud pengarang.

C. Pandangan Tentang Agama


Scheiermacher seorang yang berpikir kritis dan mendalam, “ Interpretasi teks Friedrich
Scheiermacher tahun 1799 tentang agama ada ilustrasi yang sangat baik dari proses berpikir
kratif. Dalam rangkain lima pidatonya yang dibuat dengan terampil, Scheiermacher berusaha
untuk menyakinkan kelompok pemikir yang skeptis tentang agama.”10Schleiermacher ingin
memberikan jawaban kepada kelompok skeptisisme yang memandang segala sesuatu tidak
pasti, bagi Scheiermacher agama itu memberikan sesuatu yang penting dan pasti.
WA Hoffeker mengatakan “Schleiermacher menekankan suatu agama etika, yang ia
definisikan sebagai Felling of absolute dependency "perasaan kebergantungan secara mutlak"
atau "kesadaran akan Allah"11 Demikian juga yang dijelaskan oleh Paul T. Nimmo “Jika
perasaan ketergantungan mutlak, yang mengungkapkan sebagai kesadaran diri akan Tuhan
adalah tingkat tertinggi dan merupakan elemen esensial dari sifat manusia.”12 F.D. Wellem
juga menjelaskan bahwa “Agama bukanlah terdiri dari sejumlah dogma atau sejumlah preposisi
intelektual yang kepadanya orang-orang percaya menyatakan persetujuannya, tetapi agama
muncul dari Gefuhl (pengalaman keagamaan=perasaan).

D. Pandangan Tentang Allah


Allah adalah sang pencipta yang tak terbatas, pengenalan akan Allah akan mengubah hidup
banyak orang. Allah adalah pribadi yang sempurna, Maha agung dan berdaulat atas seluruh
ciptaan-Nya. Konsep tentang Allah dan keberadaanNya menimbulkan perseptif yang berbeda
dari setiap tokoh teologi dari abad keabad, Georg W. F. Hegel mengatakan “ hanya pikiran
yang riil; setiap hal lain merupakan ekspresi dari pikiran…semua realitas (adalah) suatu
ekspresi dari absolut, yang adalah Allah. Semua yang ada adalah ekspresi dari pikiran ilahi,
sehingga apa yang riil adalah rasional dan apa yang rasional adalah rill.”17 Immanuel Kant “
konsep tentang Allah harus berasal dari penalaran; oleh karena itu, ia menyerang bukti-bukti
tentang keberadaan Allah, dengan menyangkali keabsahannya.”18 Konsep tentang Allah
bertumpu pada pemikiran manusia yang absolut dan nyata bukan pada sesuatu yang abstrak
dan adikodrati.
F.D Wellem dalam bukunya menjelaskan pandangan Scheiermacher tentang Allah bahwa “
kita tidak mempunyai pengetahuan yang obyektif tentang Allah. Kita mengetahui Allah dalam
hubungan dengan diri kita sendiri, dalam perasaan kebergantungan yang absolut kepada-Nya
dan dalam hubungan dengan Allah dan alam semesta.21Bagi Schleiermacher untuk mengenal
Allah tidak tergantung pada rasio tetapi pada pengalaman (felling).
Schleiermacher selanjutnya menjelaskan bahwa manusia mampu memiliki kesadaran yang
langsung mengenai Allah … kesadaran diri ini sebagai suatu kesadaran ketergantungan mutlak
yang ketika didalami diakui sebagai suatu kebergantungan kepada Allah. Kesadaran akan Allah
(ada) dalam kesadaran diri dengan suatu cara yang sedemikian rupa sehingga keduanya tidak
dapat dipisahkan. Artinya Allah yang jauh diluar alam tak terhampiri, melampaui segala yang
9
ada, Allah yang tak tebatas (transcendent) menjadi Allah yang dekat, bersekutu dengan
makhluk ciptaan (immanent) hanya dapat dirasakan melalui hubungan perasaan dan kesadaran
diri sendiri.
E. Pandangan Tentang Kristus
Konsep Schleiermacher tentang Allah sangat mempengaruhi pandangan tentang pribadi
Kristus. Pengamatan Schleiermacher kepada Kristus juga dipengaruhi oleh pandangan
terhadap dosa, yang menganggap bahwa dosa bukan sebagai suatu pelanggaran terhadap
hukum Allah, dosa sebagai peristiwa dimana manusia berusaha untuk hidup sendiri, terpisah
dari alam semesta dan sesamanya. Sedemikian kuat “kesadaran Allah di dalam diri-Nya”
menentukan Yesus “ setiap saat, dan konsekuensinya keberdiaman yang sempurna dari Yang
Mahatinggi ini (menjadi) keberadaanNya yang khusus dalam pribadiNya yang terdalam.
“Kristus adalah manusia biasa yang kebetulan dipilih Allah untuk tidak mewarisi dosa asal,
sehingga sejak lahir dia berhasil mengembangkan kesadaran rohaninya, kesadaran batiniah
yang merupakan satu-satunya sarana untuk mengenal dan bersekutu dengan Allah.
Kesempurnaan Yesus Kristus oleh karena Allah berkenan hadir di dalam Dia. Oleh karena
Yesus Kristus adalah manusia yang bersifat Ilahi.” pemahaman Schleiermacher tentang
Kristus “tidak mewarisi dosa asal, sehingga sejak ia lahir ia berhasil mengembangkan “his
spiritual consciousness”nya atau kesadaran batiniah yang merupakan satu-satunya
sarana/means untuk mengenal dan bersekutu dengan Allah.

F. Pandangan Tentang Keselamatan


Dalam konsep keselamatan Schleiermacher mengatakan bahwa “ keselamatan adalah
anugerah, namun anugerah dalam bentuk gerakan atau dorongan dari hati ( Impulse),yang
memungkinkan manusia untuk memanfaat anugerah umum pada dirinya yaitu “ kesadaran akan
Allah” Keselamatan yang sejati adalah pengalaman hidup dengan kesadaran akan Allah seperti
Kristus.
Keselamatan manusia bukan terjadi karena penebusan darah Kristus. Dan juga bukan karena
Kristus melakukan hal-hal yang ajaib yang dampaknya terjadi pada kehidupan manusia, tetapi
Yesus menjadi penebus melalui jalan:
a. Membagi (sharing) atau mengambil bagian dalam setiap kondisi kehidupan manusia
(pengalamanNya bisa menjadi pengalaman kita).

b. Melibatkan ( assuming) manusia dengan kehidupan dalam “kesadaran akan Allah”


yang sempurna mengajar manusia untuk mempraktekan bagaimana hidup dalam
kesadaran rohani yang sempurna.

G. Pengaruh FriedrichAst dan Friedrich August Wolf


Schleiermacher dalam uraiannya banyak juga dipengaruhi oleh penasihatnya, seperti misalnya
Friedrich Astdan Friedrich August Wolf. Dari Ast, Schleiermacher mendapat ide untuk

10
mengamati isi sebuah karya dari dua sisi: sisi luar dan sisi dalam. Aspek luar sebuah karya
(teks) adalah aspek tata bahasa dan kekhasan linguistik lainnya. Aspek dalam adalah ‘jiwa’nya
(geist). Bagi Ast sendiri, tugas hermeneutik adalah membawa keluar makna internal dari suatu
teks beserta situasinya menurut zamannya. Ast membagi tulisan itu ke dalam tiga bagian, yaitu:
sejarah, tata bahasa, dan aspek kerohaniannya (geistige). Korespondensi antara ketiga bagian
atau taraf pemahaman itu juga merupakan tiga taraf penjelasannya, yaitu: hermeneutika atas
huruf (hermeneutic des buchstabens) yang menentukan ‘bahan baku’ sebuah teks,
hermeneutika atas makna (hermeneutic des sinnes) atau ‘bentuk’ teks, dan hermeneutik atas
aspek kejiwaan (hermeneutic des geistes) atau jiwa teks (Schleiermacher, 1977:210)
Seorang filsuf lain yang juga mempengaruhi gagasan Schleiermacher adalah F.A.Wolf, yang
mendefinisikan hermeneutik sebagai seni menemukan makna sebuah teks. Menurut Wolf, juga
ada tiga taraf atau jenis hermeneutika atau interpretasi, yaitu interpretasi gramatikal, historis
dan retorik. Interpretasi gramatikal berhubungan dengan bahasa; interpretasi historis
berhubungan dengan fakta waktu; sedang interpretasi retorik mengontrol kedua jenis
interpretasi terdahulu. Dalam bukunya yang berjudul Compendium, Ast mengatakan bahwa
tata bahasa, hermeneutika dan kritik secara bersama-sama merupakan disiplin-disiplin ilmu
yang berhubungan namun tidak saling menambah satu sama lain. Sedangkan wolf, di lain
pihak, menyatakan bahwa ketiga hal itu sendiri tidak memadai jika dijadikan sebuah organon
(alat) untuk ilmu pengetahuan tentang hal-hal yang sudah lampau. Ketiga hal tersebut masih
harus ditambah dengan kefasihan gaya dan seni yang mencakup juga hal-hal yang bersifat
klasik. Dengan kata lain, Wolf membahas tata bahasa, hermeneutika dan kritik studi persiapan
untuk filologi (ilmu bahasa), sementara Ast menganggap ketiga disiplin ilmu tersebut hanyalah
sekedar appendiks (lampiran) saja bagi filolog Ast maupun Wolf adalah filolog, maka tidaklah
mengherankan kalau mereka beralih ke hermeneutika karena keduanya ingin membahas makna
kata-kata.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Namanya adalah Friedrich Ernst Daniel schleiermacher, dilahirkan di Breslau, Silesia, Prusia,
Jerman pada tanggal 21 november 1768 dari keluarga yang sangat taat dalam agama Protestan.
Dia adalah seorang filsuf dan teolog Jerman.
Pada tahun 1783 dia mengikuti pendidikan menengah di sekolah Moravian di Niesky. Alasan
memasuki sekolah Moravian, selain mengikuti tradisi keluarganya, adalah terutama karena
motivasi yang sangat kuat untuk mencari pengalaman iman yang mendalam dalam hidup
Kristen. Di sekolah Moravian itu, pelajaran bahasa Latin dan Yunani dijadikan sebagai dasar
pendidikan humanistik, disamping pelajaran Matematika, Botani dan Bahasa Inggris.
Kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani, hermeneutikos. Istilah tersebut dalam bahasa
Inggris dikenal dengan hermeneutic. Kata ini kerap diterjemahkan dengan to interpret
(menginterpretasikan, menafsirkan, dan menerjemahkan). Hermeneutika berarti ilmu dan
teori tentang penafsiran yang bertujuan menjelaskan teks mulai dari ciri-cirinya, baik obyektif
(arti gramatikal kata-kata dan variasi-variasi historisnya), maupun subyektif (maksud
pengarang).[8] Jika dirunut ke belakang, keberadaan hermeneutik dapat dilacak sampai
Yunani Kuno. Pada waktu itu, sudah ada diskursus hermeneutik sebagaimana yang terdapat
dalam tulisan Aristoteles yang berjudul Peri Hermenians (de interpretation).
Schleiermacher dalam uraiannya banyak juga dipengaruhi oleh penasihatnya, seperti misalnya
Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf. Dari Ast, Schleiermacher mendapat ide untuk
mengamati isi sebuah karya dari dua sisi: sisi luar dan sisi dalam. Aspek luar sebuah karya
(teks) adalah aspek tata bahasa dan kekhasan linguistik lainnya. Aspek dalam adalah ‘jiwa’nya
(geist). Bagi Ast sendiri, tugas hermeneutik adalah membawa keluar makna internal dari suatu
teks beserta situasinya menurut zamannya. Ast membagi tulisan itu ke dalam tiga bagian,
yaitu: sejarah, tata bahasa, dan aspek kerohaniannya (geistige). Korespondensi antara ketiga
bagian atau taraf pemahaman itu juga merupakan tiga taraf penjelasannya, yaitu:
hermeneutika atas huruf (hermeneutic des buchstabens) yang menentukan ‘bahan baku’
12
sebuah teks, hermeneutika atas makna (hermeneutic des sinnes) atau ‘bentuk’ teks, dan
hermeneutik atas aspek kejiwaan (hermeneutic des geistes) atau jiwa teks (Schleiermacher,
1977:210)
B. Saran
Apabila terdapat kritik dan saran kepada penulis, yang bersifat merubah dan memperbaiki,
silahkan disampaikan. Untuk meningkatkan dan memperbaiki kesalahan , dan kekurangan
yang terdapat pada makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

• Scheiermacher, Friedrich, Hermeneutics and Criticism and Other Writings, terj.


Andrew Bowie, Cambridge University Press, 1998.

• Sumaryono, Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius,


1999.

• Adian, Donny Gahral, Percik Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra,


2005.

• Bagus Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

• Syamsuddin, Sahiron, Dkk, Hermeneutika Alqur’an Mazhab Yogya,


Yogyakarta: Islamika, 2003.

• Husaini, Adian, Wajah Peradaban Barat; Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi


Secular-Liberal, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

• Palmer, Richard, Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi, terj. Masnur


Heri dan Damanhuri Muhammed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai