Anda di halaman 1dari 6

MATERI PERSIAPAN TES PETUGAS HAJI

1.     Peraturan Dasar Penyelenggaraan Haji, adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun


2008 tentang penyelenggaraan haji
2.     Tujuan Penyelenggaraan Ibadah haji adalah untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kepada jamaah haji
3.     Kebijakan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Haji, adalah penyelenggaraan ibadah haji
berdasarkan azas keadilan (berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah atau tidak
berpihak dan tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraan haji), azas
profesionalitas (harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan keahlian para
penyelenggaranya) dan berdasarkan azas akuntabilitas dengan prinsip
nilaba (penyelenggaraan harus dilakukan dengan terbuka/transparan dan dapat
dipertanggung-jawabkan secara etik dan hokum dengan prinsip tidak mencari keuntungan).
4.     Standar Minimal Pelayanan, adalah seluruh jamaah haji diberangkatkan ketanah suci,
mendapatkan pemondokan, diwukufkan di arafah dan dikembalikan lagi ketanah air.
5.     Ta’limulhajj, adalahperaturan tentang perhajian yang dikeluarkan oleh Kementerian Haji Arab
Saudi sebagai instansi pemerintah yang berwenang mengatur penyelenggaraan haji di Arab
Saudi.
6.     Istithaah dan macamnya, istithaah adalah mampu melaksanakan ibadah haji, ditinjau
dari jasmani (tidak sulit melakukan ibadah, tidak lumpuh, tidak sakit yang lama
sembuh), rohani (memahami manasik haji, berakal sehat dan memiliki kesiapan mental untuk
ibadah dengan perjalanan jauh), Ekonomi (mampu membayar BPIH, memiliki biaya hidup
keluarga yang ditinggalkan/bagi petugas istithaah ekonominya adalah memenuhi persyaratan
dan aman pada waktu melaksanakan haji dan aman bagi keluarga dan harta benda yang
ditinggalkan selama laksanakan tugas), Keamanan ( aman dalam perjalanan dan aman bagi
keluarga dan harta benda yang ditinggalkan)
7.     Kebijakan Pelayanan Haji, adalah jamaah haji mendapatkan manasik haji, diberangkatkan ke
tanah suci, mendapatkan pemondokan, diwukufkan di arafah dan dipulangkan ke tempat
asalnya.
8.     Pembinaan Haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan dan bimbingan bagi
jamaah haji, petugas haji, PIHK, PPIU dan lembaga atau ormas yang terkait dengan haji dan
umrah.
9.     Pembinaan haji dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik dilakukan secara perorangan
ataupun dengan membentuk kelompok bimbingan.
10.   Pembimbing ibadah haji adalah orang yang menguasai pengetahuan manasik haji dan atau
yang telah mengikuti orientasi pembimbing haji yang diselenggarakan oleh Dirjen
Penyelenggara haji dan umrah dan ditugaskan untuk membimbing jamaah.
11.  Bimbingan haji oleh pemerintah, ditingkat KUA Kecamatan 7 kali dalam bentuk bimbingan
kelompok dan ditingkat Kabupaten 3 kali dalam bentuk bimbingan missal.
12.  Ketua regu adalah petugas yang dipilih oleh jamaah untuk memimpin 10 jamaah. Ketua
Rombongan adalah petugas yang dipilih oleh jamaah untuk memimpin 4 regu dan ditetapkan
dengan surat keputusan oleh Kakanwil Kemenag atas rekomendari Kakankemenag Kabupaten.
13.  KBIH adalah lembaga sosial keagamaan yang mendapat ijin Kementerian Agama untuk
melaksanakan bimbingan terhadap jamaah haji. Tugasnya melaksanakan bimbingan haji bukan
sebagai penyelenggara haji. Fungsinya sebagai mitra pemerintah.
14.  Tujuan pembinaan jemaah haji adalah mewujudkan jemaah haji yang mandiri yaitu jamaah
yang dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah hajinya secara mandiri tanpa
ketergantungan kepada perorangan maupun kelompok, setelah mendapatkan bimbingan paket
kecamatan dan kabupaten dan atau KBIH.
15.   Petugas Haji Indonesia adalah petugas yang diangkat oleh Menteri Agama yang bertanggung-
jawab melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan kepada jamaah haji baik sebagai petugas yang
menyertai jamaah (Petugas kloter) yaitu (TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD dan TKHD) atau Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yaitu (Pusat, Arab Saudi dan Embarkasi)
16.   Petugas Haji meliputi TPHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang administrasi
dan manajerial sebagai ketua kloter. Sedangkan TPIHI dalam bidang bimbingan ibadah
haji. TKHI dalam bidang pelayanan kesehatan baik dokter atau perawat. PPIH adalah Panitia
Penyelenggara Haji yang bertanggung-jawab dalam memberikan pelayanan perhajian di Pusat,
Arab Saudi dan Embarkasi.
17.  Pelatihan Petugas Haji, dilaksanakan di Embarkasi bagi petugas kolter dan di pusat Jakarta
bagi PPIH Arab Saudi (non kloter).
18.  Lama masa tugas, 41 hari untuk petugas kloter, 76 hari untuk PPIH Arab Saudi Daker Jeddah
dan Madinah, 66 hari untuk Daker Makkah. Di Embarkasi lama operasional penerbagan adalah
30 hari pemberangkatan dan 30 hari pemulangan melalui 13 embarkasi.
19.  Biaya Petugas Haji dianggarkan dari biaya dana APBN.

INFORMASI WAWASAN PENYELENGGARAAN HAJI DI TANAH SUCI


1.    Wizarat al-Hajji, adalah Kementerian haji yaitu lembaga resmi Negara yang bertanggung-
jawab dalam bidang perhajian.
2.     Muassasah, instansi swasta non pemerintah yang melayani jamaah haji. Muassasah
Thawwafah bi al-Makkah (penyedia akomodasi jamaah selama di Makkah), Muassasah Adilla bi
al-Madinah (layanan akomodasi jamaah selama di Madinah)
3.     Naqabah, merupakan asosiasi yang mengawasi perusahaan resmi angkutan jamaah haji,
Naqabah adalah asosiasi  transportasi haji yang bertanggung-jawab atas peningkatan
pelayanan angkutan jamaah haji dan para peziaraha masjid Nabawi.
4.     Majmu’ah, adalah petugas yang berada di madinah yang melayani  atau memberikan
pelayanan kepada  jamaah haji saat berada di madinah. (Majmu’ah adalah badan/asosiasi yang
bertugas menyiapkan sarana akomodasi pemondokan jamaah haji selama di Madinah)

ISTILAH DALAM IBADAH HAJI


1.     Baitullah, adalah bangunan Ka’bah yang disebut juga sebagai  Baitullah atau rumah Allah.
2.     Babus Salam, Nama salah satu pintu masuk ke Masjidil Haram.
3.     Bier Ali, Merupakan tempat Miqat (mulai memakai ihram). Terletak sekitar 12 kilometer dari
kota Madinah.
4.     Binatang Hadyu, Binatang ternak yang disenbelih untuk Dam dan untuk kurban saat hari raya
Idul Adha.
5.     Dam, Denda bagi mereka yang melakukan pelanggaran ketentuan saat menunaikan Ibadah
Haji atau Umrah
6.     Fidyah, Denda yang dikenakan pada umat Muslim yang melakukan pelanggaraan saat ibadah.
Dengan cara : Berpuasa, Memberi makan fakir miskin atau Menyembelih binatang kurban
7.     Green Dome, Merupakan Kubah Hijau yang terletak di area Masjid Nabawi. Di bawah Kubah
Hijau ini terletak makam Nabi SAW. 
8.     Gua Hira, Gua tempat Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu pertama (Surat Al-Alaq, ayat
1-5). Gua ini terletak di Bukit/Jabal Nur.Sekitar 5 km di utara kota Mekah.
9.     Haji Ifrad, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian Ibadah
Umroh, dan diselingi Tahallul.
10.  Haji Qiran, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah Umroh pada waktu
bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
11.  Haji Tamattu, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Umroh dahulu kemudian Ibadah
Haji, dan diselingi Tahallul.
12.  Niat Haji, adalah dengan mengucapkan Labbaikallahumma hajjan atau Nawaitul-hajja wa
ahramtu bihi lillahi ta’ala.
13.  Hijir Ismail, Salah satu bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini berbentuk setengah lingkaran,
merupakan makam Nabi Ismail AS. dan juga Siti Hajar (ibunda Nabi Ismail AS).
14.  Ifrad, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian Ibadah Umroh, dan
diselingi Tahallul.
15.  Ihram, Ihram ialah berniat untuk memulai mengerjakan Ibadah Haji atau Umroh, dengan
mengucapkan lafazh niat (tidak hanya dalam hati)
16.  Idh-thiba’ adalah sunah dalam mengenakan pakaian ihram saat thawaf dengan membuka
ihramnya dibagian bahu sebelah kanan saja dan menyelempangkan kain ihramnya dibahu kiri.
17. Raml adalah lari-lari kecil saat sa’ diantara dua pilar hijau bagi laki-laki yang mampu
melaksanakannya.
18.  Jumrah, jama’nya Jamarat yaitu tempat pelemparan, yang yang didirikan untuk memperingati
saat Nabi Ibrahim digoda oleh setan agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
19.  Kiswah, Penutup Ka’bah. Pada Kiswah dihiasi tulisan ayat suci Al Qu’an yang disulam.
20.  Lafazh Niat Haji, Labbaik Allahumma Hajjan. Lafazh Niat Umrah, Labaik Allahumma Umratan
21.  Tabdilun-niyah (merubah niat), yaitu bagi jamaah yang haji tamattu’ (dalam ihram umrah) bila
tidak selesai umrahnya sebelum wukuf karena udzur syar’I maka diperbolehkan berubah niat
dari umrah menjadi haji.
22.  Mabit, Bermalam beberapa hari atau berhenti sejenak untuk mempersiapkan pelaksanaan
melontar jumroh. Mabit dilakukan di Muzdalifah dan Mina.
23.  Miqat, Miqat adalah tempat atau waktu untuk memulai berniat ihram. Miqat Makani, Miqat
berdasarkan peta atau batas geografis. Yaitu Bir Ali (bagi penduduk Madinah dan yang
melewatinya), Juhfah (penduduk Syam), Qarnul Manazil (penduduk
Najad), Yalamlam (penduduk Yaman) dan Zatu Irqin (penduduk Iraq).
24.  Miqat Makani adalah ketentuan tempat bagi seseorang yang hendak mengawali
melaksanakan haji atau umrah dalam memulai niat haji atau umrah
25.  Miqat Zamani adalah ketentuan waktu untuk melaksanakan ibadah haji.
26.  Multazam, adalah dinding yang terletak diantara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Merupakan
tempat yang sanqat dianjurkan untuk berdoa (Insya Allah do’a yang diminta akan dikabulkan
oleh Allah SWT)
27.  Waktu wykuf di Arafah, adalah mulai tergelincir matahari tanggal 9 dzulhijjah hingga terbit
fajar tanggal 10 dzulhijjah.
28.  Nafar Awal, Disebut Nafar Awal, jika jama’ah meninggalkan Mina pada tgl 12 Zulhijah.
Disebuat Nafar Awal krn jamaah lebih dulu meninggalkan Mina,utk kembali ke Mekah dan
hanya melontar jumroh 3 hari.Total kerikil yang dilontar jamaah Nafal Awal adalah 49
butir. Nafar Tsani, Disebut Nafar Tsani atau Nafar Akhir jika jamaah melontar jumroh selama 4
hari (tgl : 10,11,12 dan 13 Zulhijah).Sehingga jumlah batu yang dilontar 70 kerikil.Jamaah baru
meninggalkan Mina tgl 13 Zulhijah.
29.  Qiran, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah Umroh pada waktu
bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
30.  Rukun Haji, Rukun Haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam Ibadah Haji.Jika tidak
dikerjakan maka Hajinya tidak syah.
31.   Rukun Haji ada 6 yaitu Ihram (niat), wukuf di arafah, Thawaf Ifadhah, Sa’I, Tahallul (bercukur)
dan Tertib sesuai tuntunan manasik.
32.  Wajib Haji, ada 6 yaitu Ihram haji dari miqat, Mabit di Muzdalifah, Mabit di Mina, Melontar
Jumrah, Menghindari yang dilarang saat ihram dan Thawaf wada’ saat hendak meninggalkan
Makkah.
33. Sa’i. Berjalan kaki atau lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwah. Dengan total 7 kali.
34.  Sunat Haji, Merupakan Sunat (tidak wajib) pada Ibadah Haji. Sunat Umrah, Merupakan sunat
(tidak wajib) pada Ibadah Umrah.
35.  Talbiyah, Bacaan Talbiyah : Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa Syariika laka labbaik, innal
hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika lak.
38.  Raudhah adalah suatu tempat didalam masjid Nabawi (letaknya ditandai dengan tiang-tiang
putih) Tahallul,  adalah mencukur seluruh rambut atau memotong sedikit rambut. Dengan
tahalul berarti sudah bebas dari larangan-larangan saat ihram ibadah Haji atau Umroh.
36. Talang Emas, Merupakan Talang Emas (Mizhab) yang terdapat pada Ka’bah. Posisi Talang Emas
ini terletak di atas Hijir Ismail.
37.   Talbiyah  yang letaknya berada diantara rumah A’isyah (sekarang makam Nabi SAW) sampai
mimbar. Rasul bersabda : antara rumahku dengan mimbarku adalah raudhah taman diantara
taman-taman surga.
39.   Rukun Ka’bah, dari Hajar aswad yaitu rukun hajar aswad, rukun ‘Iraqi, rukun Syami kemudian
rukun Yamani.
40.   Doa antara pilar hijau yaitu rabbigh-fir warham wa’fu wa takarram wataja-waz ‘amma ta’lam
innaka ta’lamu ma-laa na’lam innaka antallahul a’azzul-akram ya Allah ampunilah, sayangilah,
maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang engkau ketahui dari dosa kami,
sesungguhnya Engkau Maha mengetahui apa-apa yang kami tidak mengetahuinya,
sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia.
41.   Hukum mabit di Mina, Iman Maliki, imam hambali dan imam Syafi’I  berpendapat bahwa
mabit dimina hukumnya wajib.
42. Tempat mabit di Mina adalah seluruh wilayah Mina termasuk haratullisan dan daerah yang
termasuk dalam batas perluasan hukum mabit (Mina Jadid)Fatwa ulama Muhammad bin
Shalih al ‘Atsimin dan Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
43.  Hukum Shalat Arbain dan Pelaksanaannya, Selama di Madinah jamaah haji melaksanakan
shalat arbain yaitu 40 waktu shalat, hadits riwayat Ahmad dan Thabrani dari shahabat Anas bin
Malik mengenai shalat arbain sanadnya shahih : “Barang sipa shalat di masjid ku 40 shalat
tanpa terputus maka dia ditetapkan terbebas dari neraka dari adzab dan dari sifat
kemunafikan”. Maksud hadits ini sebagai Targhib dorongan untuk memperbanyak ibadah di
masjid Nabawi.

PERINTAH HAJI DAN UMRAH DALAM AL-QUR’AN


Allah SWT berfirman :  
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah, barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran ayat 97). Perintah untuk
melaksanakan ibadah haji, bagi yang mampu terdapat pada Surat Ali Imran ayat 97 tersebut.
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia
dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah
Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang
thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. Al Baqarah ayat 125)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara
mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun
aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah
seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al Baqarah ayat 126)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail
(seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah ayat 127)
Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah
taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. Al Baqarah ayat 128)
MATERI 2

Berdasarkan hadits-hadits serta data historis yang telah dibahas, kita dapat merumuskan
jawaban terhadap masalah pokok kita: di manakah miqat makani jemaah haji Indonesia?
Pertama, jika kita berkesempatan untuk mampu berada di Dzulhulaifah, Juhfah, Qarnulmanazil
atau Yalamlam, tempat-tempat itulah miqat makani kita sesuai dengan hadits. Kedua, jika kita
tidak mampu datang ke salah satu dari empat tempat tersebut (sebab paspor coklat jemaah
haji Indonesia hanya berlaku untuk Makkah-Madinah-Jeddah), tempat mana saja boleh kita
jadikan sebagai miqat makani, asalkan lokasinya di luar Tanah Haram dan menyediakan
fasilitas untuk persiapan berihram.

Bagi jemaah haji Gelombang Pertama yang ke Madinah dahulu sebelum ke Makkah, miqat


makani mereka sudah tentu Dzulhulaifah, tempat miqat Rasulullah s.a.w. ketika beliau
menunaikan haji. Nama Dzulhulaifah tidak dipakai lagi, sebab tempat itu kini
bernama Bi’r (Abyar) Ali, sebagaimana nama Sunda Kalapa dan Batavia (Betawi) sekarang
berubah menjadi Jakarta. Para jemaah haji mandi, memakai wangi-wangian, dan mengenakan
pakaian ihram pada pondokan masing-masing di Madinah. Kendaraan akan mampir di Bi’r Ali
(Dzulhulaifah) kira-kira setengah jam, agar jemaah haji menunaikan shalat sunnah ihram. Di Bi’r
Ali, ketika kendaraan mulai bergerak ke arah Makkah, jemaah haji memulai umrah dengan
mengucapkan “Labbaik Allahumma `Umrah.”

Bagi jemaah haji Gelombang Kedua yang langsung ke Makkah, miqat makani mereka yang
paling ideal sampai saat ini adalah Bandar Udara Raja Abdul Aziz, yang populer dengan
singkatan KAA Airport (King Abdul Aziz Airport)

MATERI 3

Jemaah haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan dan perlindungan dalam menjalankan
ibadah haji, yang meliputi :
a. Pembinaan manasik haji dan / atau materi lainnya, baik di tanah air, di perjalanan maupun di
Arab Saudi.
b. Pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan pelayanan kesehatan yang memadai, baik
di tanah air, selama di perjalanan maupun di Arab Saudi.
c. Perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia.
d. Penggunaan paspor haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan ibadah
haji, dan
e. Pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di tanah air, di Arab Saudi
dan saat kepulangan ke tanah air.
2. Kewajiban Pemerintah
Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan
menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan
kesehatan, keamanan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji.

C. Pengorganisasian
Penyelengaraan Ibadah Haji (PIH) meliputi unsur kebijakan, pelaksanaan dan pengawasan.
Kebijakan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan
menjadi tanggung jawab pemerintah. Dan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
tersebut, menteri mengkoordinasikannya dan/atau bekerja sama dengan masyarakat,
departemen / instansi terkait, dan pemerintah kerajaan Arab Saudi. Setelah itu, yang
melaksanakan PIH ini adalah pemerintah dengan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan PIH
ini pemerintah membentuk satuan kerja dibawah menteri yang kemudian akan diawasi oleh
KPIH.
Penyelenggaraan ibadah haji dikoordinasi oleh :
a. Menteri di tingkat pusat
b. Gubernur di tingkat provinsi
c. Bupati / wali kota di tingkat kabupaten / kota, dan
d. Kepala perwakilan Republik Indonesia untuk kerajaan Arab Saudi.
1. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
Menteri membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah yang
memiliki embarkasi, dan di Arab Saudi. Dalam rangka penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri
menunjuk petugas yang menyertai Jemaah Haji, yang terdiri atas :
a) Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI)
b) Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TIPHI), dan
c) Tim Kesehatan Haji Indonesia.
Selain itu, Gubernur atau Bupati / Wali Kota juga berhak mengangkat petugas yang menyertai
jemaah haji, yang terdiri atas :
a) Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD), dan
b) Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD).
Adapun biaya operasional Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dan petugas operasional pusat
dan daerah dibebankan pada APBN dan APBD, bukan dari BPIH.
2. Komisi Pengawas Haji Indonesia
KPHI terdiri atas 9 (sembilan) orang anggota, yaitu unsur masyarakat 6 (enam) orang dan unsur
pemerintah 3 (tiga) orang. 6 unsur masyarakat ini terdiri atas unsur Majelis Ulama Indonesia,
organisasi masyarakat Islam, dan tokoh masyarakat Islam. Sedangkan unsur Pemerintah dapat
ditunjuk dari departemen / instansi yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Anda mungkin juga menyukai