Anda di halaman 1dari 11

SOAL TES PETUGAS HAJI DAN MATERI

SOAL TES PETUGAS HAJI 2015


1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan haji PSL
(7) ...memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada
Jamaah haji. Meliputi apa ?
2. Apa yg dimaksud dg Penyelenggaraan haji ?
3. Apa yg dimaksud dg Petugas haji ?
4. Apa kepanjangan dari ; TPHI, TPIHI, TKHI, PPIH Arab Saudi ?
5. Apa kepanjangan KPHI ?
6. Apa yg dimaksud dg MUTTA’AHIDIN dan Naqobah ?
7. Apa itu Istita’ah ?
8. Jelaskan macam2 Thawaf ?
9. Jelaskan pengertian Nafar Awal , dan Nafar Tsani ?
10. Tulis ayat lengkap dg harakat/syakal QS. Ali Imron ayat 97 ?

SOAL TES PETUGAS HAJI 2012


1. Apa yg Anda ketahui tentang : Kebijakan Pembinaan haji?
2. Apa yg Anda ketahui tentang : Pelayanan Haji ?
3. Apa yg Anda ketahui tentang : Naqobah, Mu’assasah, Majmu’ah ?
4. Apa yg Anda ketahui tentang Standar Pelayanan Minimal
Penyelenggaraan Haji Khusus (Permenag no 22/2011) dan UU no 13 Th
2008 Psl 38 (3) ?
5. Apa yg Anda ketahui tentang : Miqot Zamani, dan Miqot makani ?
6. Apa yg Anda ketahui tentang : istitho’ah, dan bagaimana Istitho’ah
Petugas haji itu?
7. Tulis (lengkap dg harakatnya) Do’a saat sa’i, ketika berada diantara dua
pilar hijau ?
8. Apa yg Anda ketahui tentang : Sholat Arba’in ?
9. Apa yg Anda ketahui tentang : Mina Jadid, dan hukumnya serta
bagaimana pendapat Anda?
10. Apa yg Anda ketahui tentang : Ta’limul Hajj ?

Ma’af susunan bahasanya sudah saya rubah sesuai yg saya ingat, tp


intinya sama.
Smoga niat ikhlas kita menjadi Petugas haji, dikabulkan Allah dg segala
kemudahan2....Amiin
Arif Rochman /
arifkua@gmail.com

MATERI PERSIAPAN TES PETUGAS HAJI


1. Peraturan Dasar Penyelenggaraan Haji, adalah Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan haji
2. Tujuan Penyelenggaraan Ibadah haji adalah untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jamaah haji
3. Kebijakan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Haji, adalah
penyelenggaraan ibadah haji berdasarkan azas keadilan (berpegang pada
kebenaran, tidak berat sebelah atau tidak berpihak dan tidak sewenang-
wenang dalam penyelenggaraan haji), azas profesionalitas (harus
dilaksanakan dengan mempertimbangkan keahlian para
penyelenggaranya) dan berdasarkan azas akuntabilitas dengan prinsip
nilaba (penyelenggaraan harus dilakukan dengan terbuka/transparan dan
dapat dipertanggung-jawabkan secara etik dan hokum dengan prinsip tidak
mencari keuntungan).
4. Standar Minimal Pelayanan, adalah seluruh jamaah haji diberangkatkan
ketanah suci, mendapatkan pemondokan, diwukufkan di arafah dan
dikembalikan lagi ketanah air.
5. Ta’limulhajj, adalahperaturan tentang perhajian yang dikeluarkan oleh
Kementerian Haji Arab Saudi sebagai instansi pemerintah yang berwenang
mengatur penyelenggaraan haji di Arab Saudi.
6. Istithaah dan macamnya, istithaah adalah mampu melaksanakan ibadah
haji, ditinjau dari jasmani (tidak sulit melakukan ibadah, tidak lumpuh, tidak
sakit yang lama sembuh), rohani (memahami manasik haji, berakal sehat
dan memiliki kesiapan mental untuk ibadah dengan perjalanan
jauh), Ekonomi (mampu membayar BPIH, memiliki biaya hidup keluarga
yang ditinggalkan/bagi petugas istithaah ekonominya adalah memenuhi
persyaratan dan aman pada waktu melaksanakan haji dan aman bagi
keluarga dan harta benda yang ditinggalkan selama laksanakan
tugas), Keamanan ( aman dalam perjalanan dan aman bagi keluarga dan
harta benda yang ditinggalkan)
7. Kebijakan Pelayanan Haji, adalah jamaah haji mendapatkan manasik
haji, diberangkatkan ke tanah suci, mendapatkan pemondokan, diwukufkan
di arafah dan dipulangkan ke tempat asalnya.
8. Pembinaan Haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan
dan bimbingan bagi jamaah haji, petugas haji, PIHK, PPIU dan lembaga
atau ormas yang terkait dengan haji dan umrah.
9. Pembinaan haji dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik
dilakukan secara perorangan ataupun dengan membentuk kelompok
bimbingan.
10. Pembimbing ibadah haji adalah orang yang menguasai
pengetahuan manasik haji dan atau yang telah mengikuti orientasi
pembimbing haji yang diselenggarakan oleh Dirjen Penyelenggara haji dan
umrah dan ditugaskan untuk membimbing jamaah.
11. Bimbingan haji oleh pemerintah, ditingkat KUA Kecamatan 7 kali
dalam bentuk bimbingan kelompok dan ditingkat Kabupaten 3 kali dalam
bentuk bimbingan missal.
12. Ketua regu adalah petugas yang dipilih oleh jamaah untuk
memimpin 10 jamaah. Ketua Rombongan adalah petugas yang dipilih
oleh jamaah untuk memimpin 4 regu dan ditetapkan dengan surat
keputusan oleh Kakanwil Kemenag atas rekomendari Kakankemenag
Kabupaten.
13. KBIH adalah lembaga sosial keagamaan yang mendapat ijin
Kementerian Agama untuk melaksanakan bimbingan terhadap jamaah
haji. Tugasnya melaksanakan bimbingan haji bukan sebagai
penyelenggara haji. Fungsinya sebagai mitra pemerintah.
14. Tujuan pembinaan jemaah haji adalah mewujudkan jemaah haji
yang mandiri yaitu jamaah yang dapat melaksanakan seluruh rangkaian
ibadah hajinya secara mandiri tanpa ketergantungan kepada perorangan
maupun kelompok, setelah mendapatkan bimbingan paket kecamatan dan
kabupaten dan atau KBIH.
15. Petugas Haji Indonesia adalah petugas yang diangkat oleh
Menteri Agama yang bertanggung-jawab melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan kepada jamaah haji baik sebagai petugas yang menyertai
jamaah (Petugas kloter) yaitu (TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD dan TKHD) atau
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yaitu (Pusat, Arab Saudi dan
Embarkasi)
16. Petugas Haji meliputi TPHI adalah petugas yang menyertai jamaah
dalam bidang administrasi dan manajerial sebagai ketua kloter.
Sedangkan TPIHI dalam bidang bimbingan ibadah haji. TKHI dalam bidang
pelayanan kesehatan baik dokter atau perawat. PPIH adalah Panitia
Penyelenggara Haji yang bertanggung-jawab dalam memberikan
pelayanan perhajian di Pusat, Arab Saudi dan Embarkasi.
17. Pelatihan Petugas Haji, dilaksanakan di Embarkasi bagi petugas
kolter dan di pusat Jakarta bagi PPIH Arab Saudi (non kloter).
18. Lama masa tugas, 41 hari untuk petugas kloter, 76 hari untuk PPIH
Arab Saudi Daker Jeddah dan Madinah, 66 hari untuk Daker Makkah. Di
Embarkasi lama operasional penerbagan adalah 30 hari pemberangkatan
dan 30 hari pemulangan melalui 13 embarkasi.
19. Biaya Petugas Haji dianggarkan dari biaya dana APBN.
INFORMASI WAWASAN PENYELENGGARAAN HAJI DI TANAH SUCI
1. Wizarat al-Hajji, adalah Kementerian haji yaitu lembaga resmi Negara
yang bertanggung-jawab dalam bidang perhajian.
2. Muassasah, instansi swasta non pemerintah yang melayani jamaah haji.
Muassasah Thawwafah bi al-Makkah (penyedia akomodasi jamaah selama
di Makkah), Muassasah Adilla bi al-Madinah (layanan akomodasi jamaah
selama di Madinah)
3. Naqabah, merupakan asosiasi yang mengawasi perusahaan resmi
angkutan jamaah haji, Naqabah adalah asosiasi transportasi haji yang
bertanggung-jawab atas peningkatan pelayanan angkutan jamaah haji dan
para peziaraha masjid Nabawi.
4. Majmu’ah, adalah petugas yang berada di madinah yang melayani atau
memberikan pelayanan kepada jamaah haji saat berada di madinah.
(Majmu’ah adalah badan/asosiasi yang bertugas menyiapkan sarana
akomodasi pemondokan jamaah haji selama di Madinah)
ISTILAH DALAM IBADAH HAJI
1. Baitullah, adalah bangunan Ka’bah yang disebut juga sebagai Baitullah
atau rumah Allah.
2. Babus Salam, Nama salah satu pintu masuk ke Masjidil Haram.
3. Bier Ali, Merupakan tempat Miqat (mulai memakai ihram). Terletak sekitar
12 kilometer dari kota Madinah.
4. Binatang Hadyu, Binatang ternak yang disenbelih untuk Dam dan untuk
kurban saat hari raya Idul Adha.
5. Dam, Denda bagi mereka yang melakukan pelanggaran ketentuan saat
menunaikan Ibadah Haji atau Umrah
6. Fidyah, Denda yang dikenakan pada umat Muslim yang melakukan
pelanggaraan saat ibadah. Dengan cara : Berpuasa, Memberi makan fakir
miskin atau Menyembelih binatang kurban
7. Green Dome, Merupakan Kubah Hijau yang terletak di area Masjid
Nabawi. Di bawah Kubah Hijau ini terletak makam Nabi SAW.
8. Gua Hira, Gua tempat Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu pertama
(Surat Al-Alaq, ayat 1-5). Gua ini terletak di Bukit/Jabal Nur.Sekitar 5 km di
utara kota Mekah.
9. Haji Ifrad, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu
kemudian Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.
10. Haji Qiran, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan
Ibadah Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
11. Haji Tamattu, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah
Umroh dahulu kemudian Ibadah Haji, dan diselingi Tahallul.
12. Niat Haji, adalah dengan mengucapkan Labbaikallahumma
hajjan atau Nawaitul-hajja wa ahramtu bihi lillahi ta’ala.
13. Hijir Ismail, Salah satu bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini berbentuk
setengah lingkaran, merupakan makam Nabi Ismail AS. dan juga Siti Hajar
(ibunda Nabi Ismail AS).
14. Ifrad, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu
kemudian Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.
15. Ihram, Ihram ialah berniat untuk memulai mengerjakan Ibadah Haji
atau Umroh, dengan mengucapkan lafazh niat (tidak hanya dalam hati)
16. Idh-thiba’ adalah sunah dalam mengenakan pakaian ihram saat
thawaf dengan membuka ihramnya dibagian bahu sebelah kanan saja dan
menyelempangkan kain ihramnya dibahu kiri.
17. Raml adalah lari-lari kecil saat sa’ diantara dua pilar hijau bagi laki-
laki yang mampu melaksanakannya.
18. Jumrah, jama’nya Jamarat yaitu tempat pelemparan, yang yang
didirikan untuk memperingati saat Nabi Ibrahim digoda oleh setan agar
tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
19. Kiswah, Penutup Ka’bah. Pada Kiswah dihiasi tulisan ayat suci Al
Qu’an yang disulam.
20. Lafazh Niat Haji, Labbaik Allahumma Hajjan. Lafazh Niat
Umrah, Labaik Allahumma Umratan
21. Tabdilun-niyah (merubah niat), yaitu bagi jamaah yang haji
tamattu’ (dalam ihram umrah) bila tidak selesai umrahnya sebelum wukuf
karena udzur syar’I maka diperbolehkan berubah niat dari umrah menjadi
haji.
22. Mabit, Bermalam beberapa hari atau berhenti sejenak untuk
mempersiapkan pelaksanaan melontar jumroh. Mabit dilakukan di
Muzdalifah dan Mina.
23. Miqat, Miqat adalah tempat atau waktu untuk memulai berniat
ihram. Miqat Makani, Miqat berdasarkan peta atau batas geografis.
Yaitu Bir Ali (bagi penduduk Madinah dan yang
melewatinya), Juhfah (penduduk Syam), Qarnul Manazil (penduduk
Najad), Yalamlam (penduduk Yaman) dan Zatu Irqin (penduduk Iraq).
24. Miqat Makani adalah ketentuan tempat bagi seseorang yang
hendak mengawali melaksanakan haji atau umrah dalam memulai niat haji
atau umrah
25. Miqat Zamani adalah ketentuan waktu untuk melaksanakan ibadah
haji.
26. Multazam, adalah dinding yang terletak diantara Hajar Aswad dan
pintu Ka’bah. Merupakan tempat yang sanqat dianjurkan untuk berdoa
(Insya Allah do’a yang diminta akan dikabulkan oleh Allah SWT)
27. Waktu wykuf di Arafah, adalah mulai tergelincir matahari tanggal 9
dzulhijjah hingga terbit fajar tanggal 10 dzulhijjah.
28. Nafar Awal, Disebut Nafar Awal, jika jama’ah meninggalkan Mina
pada tgl 12 Zulhijah. Disebuat Nafar Awal krn jamaah lebih dulu
meninggalkan Mina,utk kembali ke Mekah dan hanya melontar jumroh 3
hari.Total kerikil yang dilontar jamaah Nafal Awal adalah 49 butir. Nafar
Tsani, Disebut Nafar Tsani atau Nafar Akhir jika jamaah melontar jumroh
selama 4 hari (tgl : 10,11,12 dan 13 Zulhijah).Sehingga jumlah batu yang
dilontar 70 kerikil.Jamaah baru meninggalkan Mina tgl 13 Zulhijah.
29. Qiran, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan
Ibadah Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
30. Rukun Haji, Rukun Haji adalah kegiatan yang harus dilakukan
dalam Ibadah Haji.Jika tidak dikerjakan maka Hajinya tidak syah.
31. Rukun Haji ada 6 yaitu Ihram (niat), wukuf di arafah, Thawaf
Ifadhah, Sa’I, Tahallul (bercukur) dan Tertib sesuai tuntunan manasik.
32. Wajib Haji, ada 6 yaitu Ihram haji dari miqat, Mabit di Muzdalifah,
Mabit di Mina, Melontar Jumrah, Menghindari yang dilarang saat ihram dan
Thawaf wada’ saat hendak meninggalkan Makkah.
33. Sa’i. Berjalan kaki atau lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit
Marwah. Dengan total 7 kali.
34. Sunat Haji, Merupakan Sunat (tidak wajib) pada Ibadah Haji. Sunat
Umrah, Merupakan sunat (tidak wajib) pada Ibadah Umrah.
35. Tahallul, adalah mencukur seluruh rambut atau memotong sedikit
rambut. Dengan tahalul berarti sudah bebas dari larangan-larangan saat
ihram ibadah Haji atau Umroh.
36. Talang Emas, Merupakan Talang Emas (Mizhab) yang terdapat
pada Ka’bah. Posisi Talang Emas ini terletak di atas Hijir Ismail.
37. Talbiyah, Bacaan Talbiyah : Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa
Syariika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika
lak.
38. Raudhah adalah suatu tempat didalam masjid Nabawi (letaknya
ditandai dengan tiang-tiang putih) yang letaknya berada diantara rumah
A’isyah (sekarang makam Nabi SAW) sampai mimbar. Rasul bersabda :
antara rumahku dengan mimbarku adalah raudhah taman diantara taman-
taman surga.
39. Rukun Ka’bah, dari Hajar aswad yaitu rukun hajar aswad, rukun
‘Iraqi, rukun Syami kemudian rukun Yamani.
40. Doa antara pilar hijau yaitu rabbigh-fir warham wa’fu wa takarram
wataja-waz ‘amma ta’lam innaka ta’lamu ma-laa na’lam innaka antallahul
a’azzul-akram ya Allah ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah
hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang engkau ketahui dari dosa kami,
sesungguhnya Engkau Maha mengetahui apa-apa yang kami tidak
mengetahuinya, sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Tinggi dan Maha
Mulia.
41. Hukum mabit di Mina, Iman Maliki, imam hambali dan imam
Syafi’I berpendapat bahwa mabit dimina hukumnya wajib.
42. Tempat mabit di Mina adalah seluruh wilayah Mina termasuk
haratullisan dan daerah yang termasuk dalam batas perluasan hukum
mabit (Mina Jadid)Fatwa ulama Muhammad bin Shalih al ‘Atsimin dan
Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
43. Hukum Shalat Arbain dan Pelaksanaannya, Selama di Madinah
jamaah haji melaksanakan shalat arbain yaitu 40 waktu shalat, hadits
riwayat Ahmad dan Thabrani dari shahabat Anas bin Malik mengenai shalat
arbain sanadnya shahih : “Barang sipa shalat di masjid ku 40 shalat tanpa
terputus maka dia ditetapkan terbebas dari neraka dari adzab dan dari sifat
kemunafikan”. Maksud hadits ini sebagai Targhib dorongan untuk
memperbanyak ibadah di masjid Nabawi.

PERINTAH HAJI DAN UMRAH DALAM AL-QUR’AN


Allah SWT berfirman :
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim,
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah
dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah, barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali
Imran ayat 97). Perintah untuk melaksanakan ibadah haji, bagi yang
mampu terdapat pada Surat Ali Imran ayat 97 tersebut.
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat
berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah
sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang
yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. Al Baqarah
ayat 125)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini,
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari
kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun aku beri
kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka
dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al Baqarah ayat 126)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah
daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah ayat 127)
Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh
kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-
tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al
Baqarah ayat 128)
(Sumber : https://muhamadfaqihhusni.wordpress.com/2014/02/05/kebijak
an-pemerintah-dan-wawasan-informasi-haji/ )

MATERI 2

Berdasarkan hadits-hadits serta data historis yang telah dibahas, kita dapat
merumuskan jawaban terhadap masalah pokok kita: di manakah miqat
makani jemaah haji Indonesia? Pertama, jika kita berkesempatan untuk
mampu berada di Dzulhulaifah, Juhfah, Qarnulmanazil atau Yalamlam,
tempat-tempat itulah miqat makani kita sesuai dengan hadits. Kedua, jika
kita tidak mampu datang ke salah satu dari empat tempat tersebut (sebab
paspor coklat jemaah haji Indonesia hanya berlaku untuk Makkah-
Madinah-Jeddah), tempat mana saja boleh kita jadikan sebagai miqat
makani, asalkan lokasinya di luar Tanah Haram dan menyediakan fasilitas
untuk persiapan berihram.

Bagi jemaah haji Gelombang Pertama yang ke Madinah dahulu sebelum


ke Makkah, miqat makani mereka sudah tentu Dzulhulaifah, tempat miqat
Rasulullah s.a.w. ketika beliau menunaikan haji. Nama Dzulhulaifah tidak
dipakai lagi, sebab tempat itu kini bernama Bi’r (Abyar) Ali, sebagaimana
nama Sunda Kalapa dan Batavia (Betawi) sekarang berubah menjadi
Jakarta. Para jemaah haji mandi, memakai wangi-wangian, dan
mengenakan pakaian ihram pada pondokan masing-masing di Madinah.
Kendaraan akan mampir di Bi’r Ali (Dzulhulaifah) kira-kira setengah jam,
agar jemaah haji menunaikan shalat sunnah ihram. Di Bi’r Ali, ketika
kendaraan mulai bergerak ke arah Makkah, jemaah haji memulai umrah
dengan mengucapkan “Labbaik Allahumma `Umrah.”

Bagi jemaah haji Gelombang Kedua yang langsung ke Makkah, miqat


makani mereka yang paling ideal sampai saat ini adalah Bandar Udara
Raja Abdul Aziz, yang populer dengan singkatan KAA Airport (King Abdul
Aziz Airport)

MATERI 3

Jemaah haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan dan perlindungan


dalam menjalankan ibadah haji, yang meliputi :
a. Pembinaan manasik haji dan / atau materi lainnya, baik di tanah air, di
perjalanan maupun di Arab Saudi.
b. Pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan pelayanan kesehatan
yang memadai, baik di tanah air, selama di perjalanan maupun di Arab
Saudi.
c. Perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia.
d. Penggunaan paspor haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan ibadah haji, dan
e. Pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di tanah
air, di Arab Saudi dan saat kepulangan ke tanah air.
2. Kewajiban Pemerintah
Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan
ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan
hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji.

C. Pengorganisasian
Penyelengaraan Ibadah Haji (PIH) meliputi unsur kebijakan, pelaksanaan
dan pengawasan. Kebijakan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan
ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab
pemerintah. Dan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut,
menteri mengkoordinasikannya dan/atau bekerja sama dengan
masyarakat, departemen / instansi terkait, dan pemerintah kerajaan Arab
Saudi. Setelah itu, yang melaksanakan PIH ini adalah pemerintah dengan
masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan PIH ini pemerintah membentuk
satuan kerja dibawah menteri yang kemudian akan diawasi oleh KPIH.
Penyelenggaraan ibadah haji dikoordinasi oleh :
a. Menteri di tingkat pusat
b. Gubernur di tingkat provinsi
c. Bupati / wali kota di tingkat kabupaten / kota, dan
d. Kepala perwakilan Republik Indonesia untuk kerajaan Arab Saudi.
1. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
Menteri membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di
daerah yang memiliki embarkasi, dan di Arab Saudi. Dalam rangka
penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri menunjuk petugas yang menyertai
Jemaah Haji, yang terdiri atas :
a) Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI)
b) Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TIPHI), dan
c) Tim Kesehatan Haji Indonesia.
Selain itu, Gubernur atau Bupati / Wali Kota juga berhak mengangkat
petugas yang menyertai jemaah haji, yang terdiri atas :
a) Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD), dan
b) Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD).
Adapun biaya operasional Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dan petugas
operasional pusat dan daerah dibebankan pada APBN dan APBD, bukan
dari BPIH.
2. Komisi Pengawas Haji Indonesia
KPHI terdiri atas 9 (sembilan) orang anggota, yaitu unsur masyarakat 6
(enam) orang dan unsur pemerintah 3 (tiga) orang. 6 unsur masyarakat ini
terdiri atas unsur Majelis Ulama Indonesia, organisasi masyarakat Islam,
dan tokoh masyarakat Islam. Sedangkan unsur Pemerintah dapat ditunjuk
dari departemen / instansi yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Ibadah
Haji.

(Sumber : http://dokumenku-coretanku.blogspot.com/2011/05/kebijakan-
pemerintah-tentang.html)
TARADUDI : ADALAH SISTEM ANGKUTAN BUS DI ARAFAH,
MUZDALIFAH DAN MINA ANGKUTAN BUS DENGAN SISTEM DI DROP,
DITINGGAL, DIJEMPUT SECARA BERTAHAP

Anda mungkin juga menyukai