Anda di halaman 1dari 50

PERATURAN-PERATURAN

PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI


(‫)ا لتعليماتا لمنظمة ل شؤونا لحج‬

Disampaikan oleh
H. Arsyad Hidayat, Lc, MA
(Staf Teknis Haji II KJRI Jeddah)
Apa pengertian Taklimatul Haji
Taklimatul Haji
Regulasi yang dikeluarkan Kementerian Haji Arab
Saudi yang berisi aturan-aturan dasar
penyelenggaraan ibadah haji menyangkut :
1. Pengorganisasian,
2. Kewajiban pemangku kepentingan
(stakeholder) haji di Arab saudi serta
3. Prosedur dan ketentuan dasar yang harus
diikuti oleh kantor urusan haji/ representasi
penyelenggara ibadah haji.
Taklimatul Haji
Taklimatul Haji tersebut akan diperbaharui
setiap tahun dalam MOU (Naskah Kesepahaman)
Persiapan Haji yang ditandatangani oleh Menteri
Haji Arab Saudi dengan Menteri Agama/pihak
yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
haji dari negara pengirim jemaah.
Taklimatul Haji
Dalam MOU Persiapan Haji disampaikan
beberapa hal :
1) Jumlah kuota,
2) Bandara kedatangan dan keberangkatan di
Arab Saudi,
3) Ketentuan-ketentuan baru,
4) Aturan tentang pengelompokan pemberang-
katan Jemaah ke jamarat,
5) Mekanisme pembayaran General Service
6) Lampiran-lampiran Teknis Penyelenggaraan
Ibadah Haji
Isi Taklimatul Haji
Secara Garis Besar Taklimatul Haji berisi :
1. Pengorganisasian Urusan Haji
2. Kementerian Haji & Kelompok Profesi
3. Ketentuan Ibadah Haji :
a) Ketentuan Penyelenggaraan Haji
b) Ketentuan Angkutan Jemaah Haji :
 Angkutan Udara
 Angkutan darat
Isi Taklimatul Haji
c) Ketentuan Kesehatan Haji
d) Ketentuan Pemberangkatan ke Jamarat
e) Ketentuan Perumahan Jemaah Haji
f) Ketentuan Pemulangan dari Mina
g) Ketentuan Bimbingan Jemaah
Pengorganisasian Haji di Arab Saudi
Kemenhaj & Kelompok Profesi
1. Kementerian Haji (Wizaratul Haj)
Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab dalam
urusan perhajian dan umrah serta mengawasi
muassasah kelompok profesi.
2. Perusahaan Kelompok Profesi (Muasasah Arbab At-
Thawaif)
Badan Usaha swasta non pemerintah yang dibentuk
berdasarkan SK Menhaj sesuai Dekrit dan Perintah
Raja, terdiri dari para pemegang saham masing-
masing kelompok : Muthawwif, Adilla, Wukala dan
Zamazimah
Kemenhaj & Kelompok Profesi
3. Muassasah Mutawwif Makkah
Badan usaha ini bertugas :
 Melayani jemaah haji yang datang dari luar
Kerajaan Arab Saudi di Makkah dan Masyair,
 Memberikan seluruh pelayanan yang diperlukan,
 Mengawasi keperluan, kenyamanan serta
memberikan kemudahan proses jemaah haji
semenjak kedatangannya di tanah suci, ketika
menunaikan ibadah haji sampai kepulangannya.
Kemenhaj & Kelompok Profesi
Muassasah berdasarkan wilayah geografisnya terbagi
menjadi 6 muassasah :
1. Muassasah Mutawwif Jemaah Haji negara-negara Arab;
2. Muassasah Mutawwif Jemaah Haji negara-negara Asia
Tenggara;
3. Muassasah Mutawwif Jemaah Haji negara-negara Asia
Selatan;
4. Muassasah Mutawwif Jemaah Haji negara-negara Afrika
Non Arab;
5. Muassasah Mutawwif Jemaah Haji Iran;
6. Muassasah Mutawwif Jemaah Haji Turki, dan Umat
Muslim Eropa, Amerika dan Australia.
Kemenhaj & Kelompok Profesi
4. Muassasah Ahliyyah Adilla Madinah
Muassasah ini bertugas :
 Melayani para peziarah dari jemaah haji dari luar
Arab Saudi di Madinah mulai dari penyambutan
kedatangan,
 Memberikan seluruh pelayanan yang diperlukan
selama di Madinah,
 Mengurus kenyamanan jemaah serta
memudahkan proses mereka sejak tiba sampai
keberangkatannya dari Madinah.
Kemenhaj & Kelompok Profesi
5. Maktab Wukala Muwahhad (Kantor Wukala Terpadu)
Badan usaha ini bertanggung jawab :
 Menyambut kedatangan dan melepas
keberangkatan jemaah haji di seluruh pintu-pintu
gerbang baik udara, laut maupun darat,
 Melayani dan memantau keadaaan jemaah,
 Menyelesaikan proses pada waktu kedatangan
dan keberangkatan,
 Memungut biaya pelayanan & transportasi (GSF),
 Mengatur keberangkatan ke Makkah & Madinah
serta berkoordinasi dgn instansi yang berwenang.
Kemenhaj & Kelompok Profesi
5. Maktab Zamazimah Muwahhad (Kantor
Pendistribusian Air Zamzam Terpadu) di Makkah
Badan usaha swasta yang bertanggung jawab
menyediakan air zamzam di pemondokan-
pemondokan jemaah haji di Makkah dan di pos-pos
pengarahan ketika tiba di Makkah serta di pos-pos
pengawasan pemberangkatan ketika berangkat dari
Makkah.
Kemenhaj & Kelompok Profesi
6. Naqabah ‘Ammah Lissayyarat (Organisasi Angkutan
Darat)
Badan yang bertanggung jawab menyiapkan dan
mengatur sarana transportasi darat (bus, coaster,
kendaraan kecil) yang mengangkut jemaah haji
beserta barang bawaannya untuk rute antar kota
perhajian (Makkah, Jeddah, Madinah) maupun rute
Makkah – Masyair pp (Arafah, Muzdalifah, Mina)
melalui perusahaan-perusahaan angkutan yang
diakui berdasarkan peraturan dan undang-undang.
Kemenhaj & Kelompok Profesi
7. Perusahaan-Perusahaan Angkutan
Perusahaan-perusahaan swasta yang memiliki izin
dan diakui resmi oleh Naqabah ‘Ammah Lissayyarat
untuk mengangkut jemaah haji antar kota perhajian
dan Masyair Muqaddasah.

8. Penyelenggara
Instansi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan Ibadah haji di arab Saudi baik
Kantor Urusan Haji (instansi pemerintah) maupun
perusahaan/agen pariwisata/yayasan yang diakui.
Kemenhaj & Kelompok Profesi
dan harus datang ke Arab Saudi sebelum kedatangan
jemaah untuk memproses segala persiapan
kedatangan dan kepulangan dengan instansi yang
berkepentingan serta melakukan kontrak-kontrak
mewakili jemaah haji untuk menyiapkan pelayanan
yang diperlukan.
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
1. Pihak Indonesia harus mentaati regulasi yg mengatur urusan haji
dan peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi Arab Saudi ;
2. Pihak Indonesia harus mentaati bahwa seluruh kesepakatan
tentang pelayanan-pelayanan jamaah haji akan dientry melalui
sistem jalur elektronik (E-Hajj), sehingga setiap jemaah haji
memiliki paket pelayanan mencakup akomodasi, transportasi dan
katering (di Makkah, Madinah dan Masyair Muqaddasah)
3. Pihak Indonesia harus menandatangani kesepakatan-kesepakatan
dengan perusahaan-perusahaan swasta kelompok profesi
(Mutawwif, Adilla, Maktab Wukala Muwahhad, Maktab
Zamazimah Muwahhad) dan Naqabah 'Aammah Lis Sayyarat
4. Pihak Indonesia berkomitmen tidak akan melanggar tujuan
kedatangan jemaah haji, menghindari kegiatan propaganda,
mencetak atau menyebarkan selebaran-selebaran, atau
menyelenggarakan perkumpulan yang bertujuan politik
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
5. Pihak Indonesia berkomitmen untuk memberikan bimbingan
dan penyuluhan kepada jamaah haji yang berada di bawah
naungannya hanya untuk beribadah haji, tidak membawa
narkotika dan barang-barang terlarang apapun jenisnya.
6. Kementerian Haji menegaskan perlunya komitmen agar
jemaah haji perempuan tidak datang untuk haji kecuali
disertai mahram.
7. Pihak Indonesia disiplin hanya memiliki dua tempat/kantor
pelayanan baik di Makkah maupun di Madinah, pertama untuk
Kantor Administrasi Urusan Jamaah Haji dan kedua untuk
Kantor Urusan Kesehatan dengan syarat agar kedua lokasi
(gedung) tersebut di luar wilayah Markaziah dan harus
memiliki izin dari Panitia Pemeriksaan Akomodasi Jamaah Haji.
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
8. Delegasi Urusan Haji Indonesia, ketika ingin menghubungi
Kementerian atau instansi resmi lainnya di Arab Saudi harus
berkoordinasi terlebih dahulu dengan Kementerian Haji
sebagai instansi resmi yang bertanggung jawab atas Kantor-
Kantor Urusan Jamaah Haji
9. Pihak Indonesia berkewajiban mengikuti peraturan yang
mengatur kedatangan jamaah haji melalui PIHK dan agen
pariwisata. Dan tidak meregistrasi penyelenggara yang telah
tercatat melakukan pelanggaran oleh Kementerian Haji
sampai berakhirnya proses pemeriksaan pelanggaran
tersebut
10. Delegasi urusan haji Indonesia dibebaskan dari kewajiban
membayar biaya pelayanan (GSF) muassasah kelompok
profesi.
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
11. Pihak Indonesia berkewajiban -sejak MOU disepakati dan tidak
melebihi pertengahan Syawal- melakukan kontrak elektronik (E-
Hajj) paket-paket pelayanan bagi jemaah hajinya.
12. Pihak Indonesia berkomitmen bahwa jamaah hajinya tidak akan
menetap di Madinah setelah tanggal 5 (lima) Dzulhijjah.
13. Mengingat keterbatasan daya tampung Mina, maka pihak
Indonesia telah diinformasikan bahwa sebagian jamaah hajinya
akan ditempatkan di perkemahan tahap ketiga dari kemah-
kemah pengembangan yang masuk dalam batas Muzdalifah
(Mina Jadid).
14. Pihak Arab Saudi menegaskan bahwa pemberian visa haji
bergantung kepada komitmen Indonesia memberikan vaksinasi
kepada jemaah hajinya yang akan berangkat.
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
15. Kantor Urusan Jamaah Haji Indonesia harus bekerjasama
dengan Kementerian Haji, Kementerian Kesehatan, muassasah-
muassasah mutawwif dan Adilla serta instansi yang berwenang
di Arab Saudi untuk menindaklanjuti penyelesaian proses
penguburan jamaah haji yang wafat (secara wajar) di Arab
Saudi, dan mengeluarkan sertifikat wafat sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
16. Delegasi urusan haji Indonesia, apabila ingin membuka dan
mengoperasikan balai kesehatan (poliklinik, pusat kesehatan)
di Makkah atau Madinah, harus berkoordinasi dengan
Kementerian Haji (Cabang Kementerian Haji di Makkah dan di
Madinah) dan melaluinya untuk mendapatkan izin dari
Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
17. Izin untuk kendaraan ambulans milik Kantor Urusan Jamaah
Haji Indonesia yang akan digunakan di dalam kota-kota
perhajian diberikan oleh Otoritas Bulan Sabit Merah Arab Saudi
(Saudi Red Crescent Authority).
18. Tidak diperbolehkan bagi kantor-kantor urusan jamaah haji
untuk memiliki kendaraan, dan sebagai penggantinya agar
menyewa keperluan kendaraan untuk transportasi di antara
kota-kota perhajian melalui sumber-sumber setempat.
19. Demi menjaga kesehatan dan keselamatan tamu-tamu
Baitullah, Delegasi Urusan Haji Indonesia untuk disiplin
terhadap peraturan, persyaratan dan prosedur penyediaan
katering jamaah hajinya selama mereka di Makkah, Madinah,
Jeddah & Masyair Muqaddasah
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
20. Pihak Indonesia ketika memperbantukan tenaga kerja dari dalam
Arab Saudi (lokal) harus memperhatikan peraturan yang
mengatur hal tersebut dimana Kantor Urusan Jamaah Haji dapat
memperbantukan tenaga musim dari warga Arab Saudi selama
dimungkinkan, dan penunjukan tenaga musim yang akan
digunakan baik dari warga Arab Saudi maupun dari mukimin di
Arab Saudi selama musim haji di bawah perhatian dan
pemantauan muassasah mutawwif di Makkah dan muassasah
Adilla di Madinah.
21. Pihak Indonesia agar melakukan pertemuan dengan para pejabat
Bank Pembangunan Islam (IDB) utk mengetahui target &
pelayanan yang diberikan oleh Proyek Pemanfaatan Daging Dam
dan Kurban.
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
22. Penegasan pentingnya peran dan tanggung jawab instansi
yang berwenang di Indonesia terkait kepatuhan jamaah haji
terhadap program bimbingan di negaranya sebelum mereka
berangkat ke tanah suci, baik yang berhubungan dengan
ibadah, kesehatan, lingkungan, keamanan dan etika umum.
23. Pihak Arab Saudi menegaskan kepada seluruh Kantor Urusan
Jamaah Haji dan para penyelenggara haji (PIHK dan agen
pariwisata atau yang mewakili jamaah haji) bahwa kemasan
air Zamzam yang diperbolehkan untuk dimuat melalui udara
bersama jamaah haji ketika pulang ke negaranya adalah
kemasan yang diproduksi oleh “Proyek Khadimul Haramain
As Syarifain untuk Air Zamzam”,
Ketentuan Penyelenggaraan Haji
25. Pihak Indonesia memahami apa yang telah disampaikan
Kementerian Haji mengenai tidak pulangnya (overstay)
sejumlah jamaah umrah yang datang dari Indonesia dengan
tujuan untuk menunaikan ibadah haji. Hal tersebut sangat
mengganggu kemaslahatan umum dan berdampak negatif
kepada pelayanan-pelayanan yang disiapkan Pemerintah
Saudi dan muassasah-muassasah.
Ketentuan Angkutan Jemaah Haji
A. Angkutan Udara
1. Memilih perusahaan angkutan yang memiliki izin dan
memenuhi persyaratan serta kualifikasi yang ditetapkan oleh
General Authority of Civil Aviation (GACA)
2. Operasional pengangkutan jamaah haji udara dimulai dari
tanggal 1 Dzulqa'dah sampai tanggal 4 Dzulhijjah.
3. Pengangkutan jamaah haji udara dari dan ke Arab Saudi
dilakukan oleh angkutan udara nasional atau salah satu
perusahaan penerbangan yang mendapat lisensi internasional
dari organisasi-organisasi internasional yang sudah dikenal dan
dari General Authority of Civil Aviation (GACA) Arab Saudi.
4. Operasional pemulangan jamaah haji udara dimulai tanggal 14
Dzulhijjah sampai tanggal 15 Muharram.
Ketentuan Angkutan Jemaah Haji
5. Menyelesaikan koordinasi yang diperlukan sejak dini dengan
General Authority of Civil Aviation (GACA) untuk mendapatkan
izin (slot time) pendaratan pesawat yang diperlukan.
6. Tiket kepulangan jamaah haji harus mencantumkan reservasi
(booking) yang sudah dikonfirmasi dan menjelaskan tanggal serta
nomor penerbangan.
7. Kantor Urusan Jamaah Haji Indonesia harus ikut serta dalam
pelayanan “kargo resmi” mengingat pelayanan yang diberikannya
mempermudah proses jamaah haji pada tahap pemulangan.
8. Menyiapkan petugas yang mewakili jamaah haji, PIHK atau agen
pariwisata selama 24 jam baik pada masa kedatangan atau
pemulangan di Terminal Haji Bandara KAAIA Jeddah dan Bandara
AMAIA Madinah.
Ketentuan Angkutan Jemaah Haji
9. Menegaskan kepada seluruh jamaah haji agar koper bagasi
yang dibawa sesuai dengan ukuran internasional dari segi berat
dan ukuran yang telah ditentukan.
10. Menyerahkan seluruh jadwal penerbangan kedatangan dan
pemulangan serta menyelesaikan prosedur untuk
mendapatkan izin pendaratan dan pemberangkatan dari
General Authority of Civil Aviation (GACA) dalam batas waktu
tidak lebih dari tanggal 19 Ramadhan 1436 H.
11. Kantor Urusan Jamaah Haji Indonesia harus disiplin dan taat
terhadap jadwal pemulangan jamaah haji yang berangkat
melalui jalur udara, sesuai dengan jadwal penerbangan yang
dikeluarkan oleh GACA.
Ketentuan Angkutan Jemaah Haji
12. Seluruh maskapai penerbangan pengangkut jamaah haji wajib
membagi dan menjadwalkan penerbangannya untuk menjamin
terwujudnya pemakaian optimal baik pada masa kedatangan
dan pemulangan jamaah haji secara seimbang, dan untuk
menghindari waktu-waktu puncak (peak season). Para pejabat
yang berwenang di kantor urusan haji harus berupaya
memperhatikan agar masa (operasional) kedatangan dan
keberangkatan jamaah haji melalui udara tidak kurang dari 30
(tiga puluh hari) dan dibagi secara merata kepada arus
kedatangan dan pemulangan.
Ketentuan Angkutan Darat
B. Angkutan Darat
1. Operasional kedatangan jamaah haji jalur darat dimulai
tanggal 1 Dzulqa'dah sampai tanggal 30 Dzulqa’dah.
2. Mematuhi terhadap spesifikasi/persyaratan teknis yang
harus terpenuhi pada bus-bus yang digunakan untuk
mengangkut jamaah haji ke tanah suci.
3. Melakukan kontrak dengan Naqabah 'Aammah Lis Sayyarat
untuk jumlah keseluruhan jamaah haji yang akan diangkut
pada rute perjalanan Antar Kota dan Masyair Muqaddasah
4. Batas waktu terakhir keberangkatan jamaah haji jalur darat
dari Makkah/ Jeddah ke Madinah adalah tanggal 25
Dzulqa'dah dan harus kembali ke Makkah maksimal tanggal
5 Dzulhijjah
Ketentuan Angkutan Darat
5. Keberangkatan jamaah haji dari Makkah ke Madinah
melalui jalur darat setelah menunaikan ibadah haji (setelah
wukuf) dimulai pagi hari tanggal 14 Dzulhijjah.
6. Pihak Indonesia disiplin menyerahkan jadwal keberangkatan
jamaah haji dari Makkah ke Madinah dan diserahkan kepada
Naqabah ‘Aammah Lissayyarat dalam batas waktu paling
lambat awal bulan Dzulqa'dah.
Ketentuan Angkutan Darat
B. Peraturan Angkutan Antar Kota Perhajian & Masyair
1. Mematuhi peraturan pengangkutan jamaah haji antara Makkah,
Madinah dan Jeddah yang hanya menggunakan bus-bus di bawah
bendera Naqabah.
2. Kantor Urusan Jamaah Haji menentukan melalui sistem Jalur
Elektronik, tuntutan-tuntutan angkutan jamaah haji antara
Makkah, Madinah, Jeddah dan Masyair Muqaddasah, jumlah
jemaah yang dilayani, spesifikasi kendaraan bus yang dinginkan,
atau pelayanan-pelayanan tambahan lainnya.
3. Disiplin apabila ada barang bagasi yang lebih dari kapasitas bus
agar menyiapkan truk untuk mengangkut barang bagasi lebih
tersebut dan membayar biaya yang diakibatkan dari hal tersebut
serta menanggung akibat dari keterlambatan pengangkutan
jamaah haji
Ketentuan Angkutan Darat
5. Kendaraan ambulans di bawah Kantor Urusan Haji yang akan
digunakan di dalam kota-kota perhajian diberikan izin oleh
Otoritas Bulan Sabit Merah (Saudi Red Crescent Society) sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan yang disahkan oleh Otoritas
tersebut.
6. Kendaraan diplomatik tidak diperbolehkan bergerak antara
wilayah perhajian (Jeddah, Makkah dan Madinah) selama tidak
mendapatkan surat izin dari Kementerian Luar Negeri Kerajaan
Arab Saudi, kecuali para Duta Besar dan pejabat politik di
kedutaan-kedutaan.
7. Kendaraan kecil yang didaftar di luar Kerajaan Arab Saudi, yang
luas atau kapasitasnya kurang dari 25 (dua puluh lima)
penumpang, tidak diperbolehkan masuk ke Makkah.
Ketentuan Angkutan Darat
8. Kendaraan milik kantor-kantor urusan jamaah haji harus tunduk
kepada peraturan yang membatasi penggunaannya hanya pada
saat musim haji saja.
9. Seluruh kendaraan yang memiliki plat nomor Saudi dan
kapasitasnya kurang dari 25 (dua puluh lima) penumpang dan
dikemudikan oleh orang yang memakai pakaian ihram tidak
diperbolehkan masuk ke Makkah dan ditahan di pemberhentian
kendaraan kecil di pintu-pintu masuk (Check point) ke Makkah.
10. Seluruh jenis kendaraan dilarang masuk ke Masyair Muqaddasah
kecuali ada surat izin resmi dari instansi yang berwenang di
Keamanan Umum, hal tersebut mulai dari pagi hari ke-5 hingga
akhir hari ketiga belas bulan Dzulhijjah.
11. Seluruh jenis sepeda motor dan sepeda biasa tidak diperbolehkan
masuk ke Masyair Muqaddasah.
Ketentuan Kesehatan Haji
1. Membuat rekam medis elektronik setiap jamaah haji yang
dilampirkan dalam data paket-paket pelayanan yang di-input
melalui sistem Jalur Elektronik, menjelaskan kondisi kesehatan
jamaah haji dan sejarah penyakitnya agar dapat disediakan
perhatian dan perawatan yang diperlukan selama ia berada di
Kerajaan Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.
2. Bekerjasama dengan Kementerian Haji dan Kementerian
Kesehatan, Muassasah Makkah, Muassasah Adilla serta
instansi yang berwenang untuk memantau jamaah haji yang
wafat (secara wajar) di Arab Saudi. Membekali instansi resmi
Saudi nomor faksimile serta petugas haji yang berwenang
mendatangi rumah sakit dan poliklinik Arab Saudi guna
menyelesaikan kasus kematian dan proses pengeluaran jamaah
haji yang dirawat di rumah-rumah sakit setelah sembuh.
Ketentuan Kesehatan Haji
3. Memastikan bahwa setiap jamaah haji telah mendapat suntikan
dan vaksinasi yang diperlukan :
a) Demam radang otak (meaningitis) berdasarkan sertifikat
vaksinasi yang berlaku dan menyatakan bahwa jamaah haji
tsb telah disuntik dengan vaksin tersebut minimal 10 hari
sebelum kedatangannya di Saudi dan tidak lebih dari 3 tahun.
Dengan syarat vaksinasi bagi mrk yg dewasa & anak-anak usia
2 tahun ke atas dengan satu dosis vaksin 4 type (ACYW135).
b) Kementerian Kesehatan Arab Saudi merekomendasikan
kepada seluruh jamaah haji agar melakukan vaksinasi
influenza sblm berangkat menunaikan ibadah haji, khususnya
bagi mereka yang rawan terjangkit penyakit seperti jemaah
usia lanjut, penderita penyakit pernapasan kronis, penyakit
diabetes, kegagalan ginjal, hati (liver) dan jantung
Ketentuan Kesehatan Haji
4. Barang makanan yang dibawa oleh para jamaah haji di dalam
bagasi mereka dan hanya sekedar cukup untuk bekal di
perjalanan, dilarang masuk kecuali dalam kemasan yang
tertutup rapat atau dalam tempat yang mudah dibuka untuk
diperiksa,.
5. Apabila terjadi situasi darurat kesehatan yang menyebabkan
keresahan internasional, atau terjadi penyebaran penyakit yang
tunduk kepada peraturan kesehatan internasional di salah satu
negara asal kedatangan jamaah haji, maka Kementerian
Kesehatan Arab Saudi berhak melakukan prosedur penjagaan
dan membuat persyaratan-persyaratan kesehatan yang sesuai
dengan kasus wabah penyakit itu terhadap para pendatang
dari negara-negara tersebut
Ketentuan Pemberangkatan ke Jamarat
1. Disiplin dengan jadwal pemberangkatan jamaah haji untuk
melontar Jumrah.
2. Menunjuk salah satu anggota Kantor Urusan Jamaah Haji yang
akan bertanggung jawab sepenuhnya dengan Kementerian Haji
dan Muassasah Mutawwif terkait program pemberangkatan
jamaah haji untuk melontar Jumrah.
3. Mengefektifkan peran para pembimbing ibadah yang
mendampingi jamaah haji sebelum dimulainya pemberangkatan
jamaah haji ke tanah suci.
4. Pentingnya membimbing jamaah haji agar mengambil keringanan-
keringanan agama seperti mewakilkan dalam melontar jumrah
bagi mereka yang berusia lanjut, uzur dan kaum perempuan.
Ketentuan Pemberangkatan ke Jamarat
5. Agar disiplin dengan seluruh peraturan dan petunjuk yang
terkait dengan program pemberangkatan jamaah haji untuk
melontar Jumrah, seperti tidak membawa anak-anak, tidak
membawa barang-barang atau menggunakan kursi roda ketika
pergi menuju Jumrah, karena hal tersebut sangat berbahaya
Ketentuan Perumahan Jemaah Haji
1. Seluruh kontrak kesepakatan perumahan di Makkah, Madinah dan
Masyair Muqaddasah tunduk kepada apa yang telah disahkan
Kementerian Haji tentang prosedur melalui sistem Jalur
Elektronik.
2. Tidak melakukan kesepakatan atas gedung-gedung untuk
perumahan jamaah haji sebelum memastikan adanya tasrih (surat
izin) penempatan jamaah haji yang berlaku untuk tahun yang
sedang berjalan dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
3. Kantor Urusan Jamaah Haji atau perusahaan/agen pariwisata, atau
yang mewakili jamaah haji harus membayar garansi bank tanpa
syarat dari salah satu bank yang diakui di Arab Saudi melalui
sistem pembayaran elektronik atas nama Kementerian Haji di
Kerajaan Arab Saudi, sebesar SR 50,- (lima puluh riyal) per jamaah
Ketentuan Perumahan Jemaah Haji
4. Kantor Urusan Jamaah Haji Indonesia disiplin meregistrasikan
gedung-gedung cadangan melalui sistem Jalur Elektronik, yang
melebihi kebutuhan riil dan dapat menampung 1% dari total
jumlah jemaah hajinya, untuk digunakan dalam kondisi darurat.
5. Penempatan jemaah haji tidak melebihi daya tampung yang telah
ditentukan atau di atas jumlah yang telah diizinkan. Dilarang
sama sekali menggunakan aula, dapur, lorong-lorong, dan lantai
mezzanine atau lantai service, tempat parkir dan lantai atap untuk
tujuan tempat tinggal (akomodasi) dan penyimpanan barang
(penggudangan).
6. Berkoordinasi sepenuhnya dengan Muassasah Mutawwif di
Makkah dan Muassasah Adilla di Madinah sebelum memulai
penyewaan pemondokan jamaah haji
Ketentuan Perumahan Jemaah Haji
7. Apabila menyewa pemondokan untuk jamaah haji di luar wilayah
Markaziah dan berjarak 2 km atau lebih dari Kedua Masjidil
Haram, harus melakukan kontrak penyediaan sarana angkutan
jamaah haji dari pemondokan ke Kedua Masjidil Haram dan
sebaliknya.
8. Para perwakilan jamaah haji disiplin mulai tanggal penanda-
tanganan Kesepakatan (MoU) Urusan Haji dan tidak lebih dari
pertengahan bulan Syawal tahun ini untuk melakukan kontrak
paket pelayanan-pelayanan melalui sistem Jalur Elektronik.
9. Disiplin agar kontrak pemondokan jamaah haji langsung dengan
para pemilik dan investor yang berstatus warga negara Arab Saudi,
tanpa perantara atau broker karena tidak diperbolehkan
berhubungan dengan selain warga negara Arab Saudi.
Ketentuan Perumahan Jemaah Haji
10. Berkoordinasi dengan muassasah Mutawwif dan muassasah
Adilla untuk meletakkan papan petunjuk di gedung-gedung
yang disewa, guna memudahkan jamaah haji untuk mengenali
tempat tinggalnya, dalam batas jumlah yang pantas dan cukup.
11. Mencantumkan dalam kontrak-kontrak pemondokan yang
ditandatangani, seluruh fasilitas, kebutuhan dan tuntutan
jamaah haji di pemondokan.
12. Untuk membantu mempercepat penyelesaian proses
penerimaan jamaah haji, Kantor Urusan Haji Indonesia Perlu
menyiapkan petugas di pusat-pusat penerimaan di Madinah
dan juga di pemondokan-pemondokan yang akan ditempati
jamaah haji di Makkah dan Madinah.
Ketentuan Perumahan Jemaah Haji
13. Agar memperhatikan tanggung jawab penyediaan akomodasi dan
konsumsi jamaah haji apabila penerbangan internasional
kepulangan mengalami keterlambatan yang diakibatkan oleh
faktor di luar tanggung jawab maskapai penerbangan (seperti
cuaca buruk, alasan keamanan dan politik pada negara tujuan)
sesuai dengan undang-undang dan peraturan angkutan udara.
14. Disiplin dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku di
Kerajaan Arab Saudi yang tidak memperbolehkan warga asing
untuk memiliki properti di Makkah dan di Madinah dan tidak
memperbolehkan menyewanya kecuali untuk masa terbatas tidak
lebih dari satu tahun dan dapat diperpanjang untuk masa yang
sama.
Ketentuan Pemulangan dari Mina
1. Disiplin dengan jadwal waktu dan program pelaksanaan serta
prosedur untuk menunda pemulangan 50% jamaah haji dari Mina
yang berada di bawah naungan Kantor Urusan Jamaah Haji ke hari
ke-13 (nafar tsani) bulan Dzulhijjah.
2. Membuat program bimbingan yang diperlukan sejak dini untuk
memberitahukan jamaah haji tentang pentingnya prosedur
tersebut demi menjaga keselamatan mereka.
3. Panitia-panitia pengawasan Kementerian Haji melakukan
pemantauan kedisiplinan terhadap pasal-pasal yang tercantum di
atas, dan mencatat pelanggaran-pelanggaran serta melakukan
prosedur hukum/peraturan yang diperlukan tentang masalah
tersebut.
Ketentuan Bimbingan Jemaah
1. Mengingatkan jamaah haji sebelum kedatangan mereka di tanah suci
tentang pentingnya menunaikan ibadah haji sesuai dengan ketentuan
akidah (agama) Islam yang fleksibel yang dapat mewujudkan
kenyamanan & ketenteraman bagi seluruh tamu-tamu Allah,
memudahkan mereka untuk melaksanakan ibadah, menghindarkan
mereka dari bahaya kepadatan dan huru-hara.
2. Menegaskan kepada para jamaah haji agar disiplin dengan peraturan
keamanan dan keselamatan yang melarang membawa atau
menggunakan gas (LPG) untuk memasak selama mereka berada di
Masyair Muqaddasah.
3. Membimbing jamaah haji untuk menjaga surat-surat resmi, uang dan
barang-barang berharga di kotak penitipan (safety box) yang tersedia
di pemondokan-pemondokan jamaah haji atau kepada Kantor Urusan
Jamaah Haji atau pimpinan kelompok (Kloter) atau maktab, dan
menerima tanda bukti penyimpanannya dari mereka.
Ketentuan Bimbingan Jemaah
4. Membimbing jamaah haji tentang pentingnya menjaga
keselamatan ketika berjalan di jalan-jalan umum, tidak
mengganggu kelancaran lalu-lintas dan kendaraan pelayanan
umum di Makkah, Madinah dan Masyair Muqaddasah
5. Menegaskan kepada seluruh jamaah haji tentang pentingnya
memakai gelang tanda pengenal (atau kartu tanda pengenal).
6. Mengingatkan agar mereka tidak menggelar tikar (tinggal) di
sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi serta di lapangan-
lapangan sekitarnya, atau di jalan-jalan dan lapangan, baik di
kedua kota suci tersebut atau di Masyair Muqaddasah (Arafah,
Mina, Muzdalifah).
7. Menjelaskan kepada jamaah haji cara-cara yang ideal untuk
menjaga kebersihan lingkungan di kedua kota suci dan di Masyair
Muqaddasah.
Ketentuan Bimbingan Jemaah
8. Agar menghemat air dan tidak membuang-buang air di jalanan
atau halaman di sekitar kedua masjid suci di Makkah dan Madinah
serta di Masyair Muqaddasah.
9. Agar tidak membeli makanan dari pedagang keliling dan
menghindari makanan yang terbuka atau tidak diketahui
sumbernya.
10. Agar bercukur atau pangkas setelah menyelesaikan ibadah, sesuai
dengan cara yang benar, memperhatikan kesehatan, keselamatan
dan kebersihan lingkungan.
11. Agar menyembelih Dam dan Kurban di tempat-tempat yang telah
disediakan.
12. Membimbing jamaah haji dan melakukan prosedur yang dapat
mengurangi masa tunggu jamaah haji di mesjid miqat Zul Hulaifah
(Bir Ali) di Madinah ketika berhenti untuk berniat ihram.
Ketentuan Bimbingan Jemaah
13. Disiplin dengan pengaturan dan peraturan pergerakan jamaah
haji keluar dari perkemahan ke bangunan Jamarat dan kembali
dari Jamarat.
14. Agar para jamaah haji mematuhi jadwal waktu
pemberangkatan ke jembatan Jamarat, untuk menghindari
kepadatan sehubungan dengan meningkatnya suhu udara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai