MATERI 2
Berdasarkan hadits-hadits serta data historis yang telah dibahas, kita dapat
merumuskan jawaban terhadap masalah pokok kita: di manakah miqat makani
jemaah haji Indonesia? Pertama, jika kita berkesempatan untuk mampu berada di
Dzulhulaifah, Juhfah, Qarnulmanazil atau Yalamlam, tempat-tempat itulah miqat
makani kita sesuai dengan hadits. Kedua, jika kita tidak mampu datang ke salah
satu dari empat tempat tersebut (sebab paspor coklat jemaah haji Indonesia hanya
berlaku untuk Makkah-Madinah-Jeddah), tempat mana saja boleh kita jadikan
sebagai miqat makani, asalkan lokasinya di luar Tanah Haram dan menyediakan
fasilitas untuk persiapan berihram.
Bagi jemaah haji Gelombang Pertama yang ke Madinah dahulu sebelum ke
Makkah, miqat makani mereka sudah tentu Dzulhulaifah, tempat miqat Rasulullah
s.a.w. ketika beliau menunaikan haji. Nama Dzulhulaifah tidak dipakai lagi, sebab
tempat itu kini bernama Bir (Abyar) Ali, sebagaimana nama Sunda Kalapa dan
Batavia (Betawi) sekarang berubah menjadi Jakarta. Para jemaah haji mandi,
memakai wangi-wangian, dan mengenakan pakaian ihram pada pondokan masing-
masing di Madinah. Kendaraan akan mampir di Bir Ali (Dzulhulaifah) kira-kira
setengah jam, agar jemaah haji menunaikan shalat sunnah ihram. Di Bir Ali,
ketika kendaraan mulai bergerak ke arah Makkah, jemaah haji memulai umrah
dengan mengucapkan Labbaik Allahumma `Umrah.
Bagi jemaah haji Gelombang Kedua yang langsung ke Makkah, miqat makani
mereka yang paling ideal sampai saat ini adalah Bandar Udara Raja Abdul Aziz,
yang populer dengan singkatan KAA Airport (King Abdul Aziz Airport)
MATERI 3