Anda di halaman 1dari 34

REGULASI

REGULASI PENYELENGGARAAN
PENYELENGGARAAN IBADAH
IBADAH HAJI
HAJI
&
& KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TEKNIS
TEKNIS PEMBINAAN
PEMBINAAN HAJI
HAJI

Disampaikan Oleh : Drs. H. Bahrum Saleh, MA

KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA


BIDANG PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
VISI
VISI DAN
DAN MISI
MISI

VISI MEWUJUDKAN HAJI MANDIRI

OPTIMAL DALAM PELAYANAN DAN


MISI
BIMBINGAN HAJI
LATAR BELAKANG
 Penyelenggaraan ibadah haji merupakan rangkaian
kegiatan yang beragam, melibatkan banyak pihak dan
orang, didalamnya mengelola banyak uang (dana).
 Prinsip-prinsip penyelenggaraan ibadah haji :
mengedepankan kepentingan jamaah; memberikan rasa
keadilan dan kepastian; efisiensi dan efektivitas;
transparansi dan akuntabilitas; profesionalitas dan nirlaba.
 Penyelenggaraan ibadah haji Indonesia dibagi dalam dua
kategori, yaitu haji reguler yang sepenuhnya dilaksanakan
oleh Pemerintah, dan haji khusus yang dilaksanakan oleh
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus yang telah mendapat
izin dari Menteri Agama.
DASAR HUKUM
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2009.
 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 Tahun
2011 tentang Standar Pelayanan Minimal
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 6 Tahun
2010 tentang Prosedur dan Persyaratan
Pendaftaran Jemaah Haji .
 Peraturan Direktur Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah Nomor D/1 Tahun 2011
tentang Pedoman Pendaftaran Jemaah Haji
Khusus.
PELAYANAN DAN PEMBINAAN
JEMAAH HAJI KHUSUS
 Restrukturisasi organisasi Kementerian Agama ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama R.I.
 Langkah-langkah pembenahan Ditjen PHU :
- Pembinaan
- Pelayanan
- Perlindungan
 Harapan Restrukturisasi organisasi :
Peningkatan pelayanan publik.
 Saran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) : Pendaftaran
haji merupakan salah satu program pencepatan pelayanan
public (quick wins) oleh Kementerian Agama.
LANDASAN
LANDASAN HUKUM
HUKUM BIMBINGAN
BIMBINGAN JAMAAH
JAMAAH

UU
UU RI
RI NO.
NO. 13
13 TH.
TH. 2008
2008

Dalam rangka Pembinaan Ibadah Haji, masyarakat


dapat memberikan bimbingan Ibadah Haji, baik
dilakukan secara perseorangan maupun dengan
membentuk kelompok bimbingan. (Pasal 30, ayat 1)
PEMBINAAN

Pembinaan adalah seluruh rangkaian kegiatan yang


dilaksanakan dalam rangka melakukan pembinaan
terhadap jemaah haji.
Bentuk-bentuk Pembinaan :
1.Pembinaan Pra Haji
Pembinaan pra haji dilaksanakan dalam rangka
memberikan bekal kepada calon jemaah haji sehingga
mampu melaksanakan manasik haji secara mandiri.
Pembinaan pra haji dilaksanakan di tanah air oleh
Kankemenag Kab/Kota atau oleh KBIH.
2. Pembinaan Pasca haji
Pembinaan pasca haji dilaksanakan dalam rangka
menjaga kemabruran haji.
Pembinaan pasca haji dilaksanakan di tanah air oleh
Kankemenag Kab/Kota atau oleh KBIH
Pelayanan adalah seluruh rangkaian kegiatan
yang diberikan kepada jemaah haji dalam rangka
II. PELAYANAN
memberikan kemudahan bagi jemaah haji dalam
melaksanakan manasik haji.

Bentuk-bentuk Pelayanan :
1.Pelayanan Pendaftaran Calon Jemaah haji
Pelayanan pendaftaran dilaksanakan di
tanah air oleh Kankemenag Kab/Kota
2. Pelayanan Penyelenggaraan Operasional
Haji
Pelayanan penyelenggaraan opersional haji
adalah seluruh layanan yang diberikan oleh
pemerintah (Kemenag) sejak calon jemaah haji
diberangkatkan dari tanahair sampai jemaah haji
pulang kembali ke tanah air
KMA
KMA NO.
NO. 371
371 TH.
TH. 2002
2002 DAN
DAN KMA
KMA NO.
NO. 369
369 TH.
TH. 2003
2003

1. Pembimbingan kepada calon/jamaah haji dilakukan di


kec./kab./kota secara berkala dan atau sesuai dengan
kebutuhan (pasal 17);
2. Bimbingan kepada calon/jamaah haji dilakukan dalam
bentuk bimbingan perorangan, kelompok dan massal (pasal
18, ayat 1);
3. Bimbingan diarahkan pada kemandirian
(pasal 18, ayat 2);
4. Untuk pelaksanaan bimbingan diterbitkan buku bimbingan
ibadah dan perjalanan haji, pelatihan petugas haji dan
pembinaan peran serta KBIH serta tersedianya sarana alat
peraga manasik (pasal 18, ayat 3).
KEP.
KEP. DIRJEN
DIRJEN BIPH
BIPH NO.D/348
NO.D/348 TH.2003
TH.2003

PASAL
PASAL 13
13

1. Bimbingan dapat dilakukan secara perseorangan, kelompok


dan massal;
2. Bimbingan perseorangan dilakukan terhadap calon jamaah
haji yang jumlahnya kurang dari 11 (sebelas) orang;
3. Bimbingan kelompok dilakukan terhadap calon jamaah haji
di tingkat Kecamatan oleh pembimbing ibadah haji;
4. Kelompok jamaah haji terdiri dari Regu (11 orang) dan
Rombongan (4 regu);
5. Bimbingan perseorangan dan kelompok dilaksanakan oleh
Pemerintah, dan dapat dilakukan oleh Lembaga
Dakwah/Ormas Islam/Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH).
6. Bimbingan massal dilakukan secara massal terhadap calon
jamaah haji di daerah Kab./Kota. Dan dilakukan oleh
Pemerintah;
7. Bimbingan pemantapan dilakukan kepada calon jamaah haji
pada waktu di Asrama Haji Embarkasi menjelang
keberangkatan ke Arab Saudi oleh PPIH Embarkasi.

PASAL
PASAL 14
14

1. Metode yang digunakan dalam bimbingan meliputi ceramah,


tanya-jawab, diskusi, konsultasi, peragaan, sarasehan dan
praktek lapangan;
2. Alat peraga untuk manasik haji terdiri dari maket
perhajian, film haji, ka’bah mini dan boneka peraga
berpakaian ihram.
AZAZ DAN PRINSIP PEMBENAHAN

1. KEADILAN

2. PROFESIONALITAS JAMAAH HAJI


TUJUAN
NYAMAN MENUNAIKAN
3. AKUNTABILITAS IBADAH HAJI

4. NIRLABA
HASIL PEMBENAHAN

PEMBENAHAN DIARAHKAN UNTUK

1. Peningkatan Pelayanan Penyelenggaraan Haji


2. Minimalisasi Potensi Korupsi
3. Penghematan BPIH
KOMPONEN PEMBENAHAN

SOP ISO

1. Pendaftaran
2. BPIH
3. Paspor dan Pemvisaan
4. Pembinaan dan Bimbingan Ibadah
5. Penerbangan
6. PemondokanD/225

7. Katering
8. Asuransi dan Pelayanan Kesehatan
9. Perlindungan dan Keamanan
10. Petugas
11. Pengawasan
12. Audit dan Pelaporan

TATA KELOLA YANG AKUNTABEL


PEMBINAAN DAN BIMBINGAN

Pemberdayaan KUA dan Penyuluh dalam pembinaan


manasik haji
Mengefektifkan tugas dan fungsi Karu dan Karom
Pembatasan peran KBIH pada bimbingan hanya di
Tanah Air
 Memberdayakan peran serta masyarakat/ormas
islam/KBIH


Mengurangi
Mengurangiketergantungan
ketergantungan
jamaah
jamaah terhadappihak-pihak
terhadap pihak-pihak
tertentu
tertentu(KBIH)
(KBIH)

Kemandirian
Kemandirianjamaah
jamaahdalam
dalam
melaksanakan
melaksanakanibadah
ibadahhaji
haji
1. Pembinaan haji dilaksanakan
dalam bentuk bimbingan dan
penyuluhan secara langsung
kepada jemaah haji dan melalui
media elektronik.
2. Materi bimbingan dan penyuluhan haji
meliputi :
a. Kebijakan tentang penyelenggaraan ibadah
haji di Indonesia dan di Arab Saudi
b. Bimbingan manasik dan perjalanan ibadah
haji
c. Bimbingan kesehatan
d. Pembagian kelompok terbang (kloter),
rombongan dan regu
e. Pelayanan akomodasi, konsumsi dan
transportasi.
f. Sosialisasi hukum mabit di wilayah
perluasan Mina
Mekanisme Bimbingan Dan
Penyuluhan Haji

a) Training of Trainer (TOT) bagi Instruktur


Pembimbing/Penyuluh Agama Islam.
b) Perbaikan sistem perpanjangan KBIH, SOP, aplikasi
online data KBIH serta membuat data base KBIH
seluruh Indonesia

c) Bimbingan manasik bagi jemaah haji di tingkat


Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas bimbingan


manasik dengan melibatkan Forum KBIH dan Tokoh
Masyarakat
d) Melalui media elektronik (TV dan Radio)

e) Mekanisme perizinan baru dan


perpanjangan KBIH dari Kab/Kota sampai
Pusat

f) Melakukan akreditasi pada seluruh KBIH


untuk menentukan klasifikasi A, B, C dan D
BIMBINGAN JEMAAH & PENYULUHAN

• Pemantapan bagi Karu dan


Karom - Tingkat Kab/Kota Sebanyak 3
kali

20
SASARAN BIMBINGAN
JAMAAH HAJI
“MENINGKATKAN BIMBINGAN JAMAAH HAJI
YANG BERORIENTASI PADA PENGUASAAN
MANASIK HAJI DAN AKHLAKUL KARIMAH
MELALUI PENYEMPURNAAN BUKU PAKET
MANASIK, MENGINTENSIFKAN BIMBINGAN
MANASIK HAJI DENGAN MELIBATKAN
PEMBIMBING, PENYULUH, ORMAS ISLAM,
TOKOH-TOKOH AGAMA DAN MELENGKAPI
ALAT PERAGA.”
TARGET PEMBINAAN
➲ KEMANDIRIAN JAMAAH HAJI
➲ POLA PEMBINAAN YANG TERPROGRAM
DAN BERKESINAMBUNGAN
➲ MENINGKATKAN KEMAMPUAN SETIAP
JAMAAH BERIBADAH SECARA BENAR,
SAH, TERTIB DAN LANCAR
➲ HAJI YANG MABRUR DAN DI RIDHAI
OLEH ALLAH SWT.
PROGRAM UNGGULAN

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PEMAHAMAN INSTRUKTUR


PENYULUHAN DAN PEMBIMBING CALON HAJI DALAM
PENGUASAAN ILMU MANASIK HAJI SESUAI TUNTUNAN
SYARIAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DI TINGKAT
KECAMATAN

BIMBINGAN MANASIK MENJADI SUATU GERAKAN YANG


LEBIH INTENSIF DAN DALAM WAKTU YANG PANJANG,
DENGAN MEMBERDAYAKAN APARAT KUA KECAMATAN DAN
PENYULUH

MELIBATKAN APARAT KUA KECAMATAN DAN


PENYULUH DALAM MENGGERAKKAN POTENSI
MASYARAKAT DAN TOKOH-TOKOH AGAMA DALAMA
PELAKSANAAN BIMBINGAN MANASIK
UPAYA
UPAYA PENINGKATAN
PENINGKATAN

MENGINTENSIFKAN BIMBINGAN MANASIK DENGAN MELIBATKAN TOKOH-TOKOH


AGAMA DAN MENGGERAKKAN POTENSI MASYARAKAT SECARA BERKESINAM-
BUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN JAMAAH DALAM MELAKSANAKAN
IBADAH HAJI SESUAI DENGAN TUNTUNAN SYARI’AT MENUJU HAJI MABRUR
SISTEM TABUNGAN HAJI 1 S.D 5 TAHUN MEMBERI PELUANG PEMBINAAN CALON JA
AAH HAJI DAPAT DILAKUKAN DALAM KURUN WAKTU YANG PANJANG ANTARA 1
HINGGA 4 TAHUN

DENGAN ALOKASI WAKTU PEMBINAAN YANG CUKUP, CALON JAMAAH DAPAT


MEMANFAATKAN WAKTU SEBAIK-BAIKNYA DENGAN KUALITAS DAN VOLUME YANG
RELATIF LEBIH TINGGI UNTUK MEMAHAMI MANASIK HAJI

DENGAN ALOKASI WAKTU PEMBINAAN YANG CUKUP, AKAN BERDAMPAK POSITIF


YAITU CALON JAMAAH HAJI AKAN MEMILIKI PEMAHAMAN LEBIH TENTANG MANASIK
HAJI, BILA DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM PENDAFTARAN LUNAS YANG WAKTUNYA
PENDEK DENGAN KEBERANGKATAN KE TANAH SUCI
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN BIMBINGAN
BIMBINGAN

DI DAERAH TINGKAT II DIKELOMPOKAN MENJADI REGU DAN


KELOMPOK TERBANG

DIBERIKAN BIMBINGAN MANASIK DAN BIMBINGAN UMUM YANG


BERKAITAN DENGAN PERJALANAN IBADAH HAJI, BAIK SECARA
MASSAL MAUPUN KELOMPOK

BIMBINGAN SECARA MASSAL OLEH KANKEMENAG KAB/KOTA DAN


BIMBINGAN KELOMPOK OLEH PEMBIMBING KUA KECAMATAN DAN
PENYULUH.

BIMBINGAN SECARA MASSAL DILAKSANAKAN DI TINGKAT KAB/KOTA.


DAN BIMBINGAN SECARA KELOMPOK YANG TERDIRI 45 ORANG/SESUAI
DENGAN ROMBONGAN MASING-MASING DILAKSANAKAN DI TINGKAT
KECAMATAN OLEH PEMBIMBING
BIMBINGAN ADA YANG DILAKUKAN OLEH KBIH YANG SECARA
RESMI MENDAPAT IZIN/REKOMENDASI DARI KANWIL KEMENAG
PROPINSI

PENATARAN KARU DAN KAROM DI DAERAH TINGKAT II OLEH


KANKEMENAG KAB/KOTA

BIMBINGAN SECARA SIMULTAN DAN BERKELANJUTAN SAMPAI DI


TANAH SUCI, PADA SETIAP KLOTER DISERTAKAN BEBERAPA
PETUGAS HAJI YANG MELIPUTI TPHI, TPIHI DAN TKHI DENGAN
FUNGSINYA BERTUGAS MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN PEMBINAAN
SELAMA DALAM PERJALANAN DAN PELAKSANAAN IBADAH HAJI DI
TANAH SUCI

BIMBINGAN DIBERIKAN PULA DI ASRAMA HAJI SEBELUM


KEBERANGKATAN KE TANAH SUCI
KENDALA & PROBLEMATIKA
 PELAKSANAAN BIMBINGAN MASSAL DAN
KELOMPOK BELUM EFEKTIF
 KETERLIBATAN KUA, PENYULUH AGAMA,
LEMBAGA/ORMAS ISLAM DAN PELATIH KURANG
DIDAYAGUNAKAN SECARA MAKSIMAL
 JUMLAH PELATIH CALON HAJI, PADA SETIAP
KAB./KOTA BELUM SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
 PROFIL CALON HAJI SANGAT BERAGAM
A. 40 % SD (KE BAWAH)
B. 45 % USIA 50 TH
C. 95 % BELUM BERHAJI
 DANA BIMBINGAN KURANG MEMADAI
 KUALITAS DAN KUANTITAS PEMBIMBING BELUM
SESUAI DENGAN YANG DIHARAPKAN
 ALAT PERAGA KURANG MEMADAI
 FREKUENSI BIMBINGAN YANG
DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH KURANG
 DENGAN SISTEM PEMBAYARAN LUNAS, WAKTU
PEMBINAAN RELATIF PENDEK DAN BERDAMPAK
PADA RENDAHNYA TINGKAT KEMANDIRIAN,
BERKISAR ANTARA 35 %-40% (BISA MANDIRI) DAN
60%-65% (SANGAT BERGANTUNG/TIDAK MANDIRI)
Pembinaan Penyelenggara Ibadah
Haji Khusus (PIHK)

A. Penyelenggara ibadah haji oleh swasta dilaksanakan


oleh PIHK yang memperoleh izin dari Kementerian
Agama RI.
B. Menyusun sistem perizinan, SOP, tempat pelayanan,
serta membuat aplikasi online data PIHK
C. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian serta
melaksanakan akreditasi untuk menentukan klasifikasi
A, B, C dan D.
D. Menindaklanjuti hasil pengawasan yang dilakukan
selama operasional penyelenggaraan haji khusus

E. Meningkatkan koordinasi dengan pihak asosiasi


PIHK, kedutaan Arab Saudi di Jakarta, Konjen RI
(TUH) dan Muassasah Asia Tenggara
Pembinaan Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah (PPIU)

A. PPIU melaksanakan penyelenggaraan Ibadah Umrah di luar


musim haji.

B. Menyusun sistem perizinan, SOP dan tempat pelayan,


membuat aplikasi online data PPIU

C. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian serta


melaksanakan akreditasi untuk menentukan klasifikasi A, B, C
dan D

D. Sosialisasi regulasi/kebijakan pemerintah tentang


Penyelenggaraan Umrah, termasuk kebijakan pemerintah Arab
Saudi
E. Menindaklanjuti hasil pengawasan selama
operasional umrah sebagai bahan evaluasi
kinerja PPIU

F. Menyiapkan draft PMA tentang Standar


Pelayanan Minimal (SPM)

G. Melakukan koordinasi secara intensif dengan


instansi terkait serta mendata jumlah jemaah
umrah PPIU baik pada masa keberangkatan
dan kepulangan.
Pembinaan Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH) dan Ikatan Persaudaraan Haji
(IPHI)
A. KBIH dan IPHI adalah mitra pemerintah dalam
hal pembinaan dan bimbingan jemaah.

B. IPHI membina para jemaah pasca haji dalam


rangka memelihara kemabruran haji secara
berkesinambungan sampai akhir hayat.
TANTANGAN
 Adanya modus operandi baru pelanggaran
terhadap ketentuan penyelenggaraan haji (misalnya
penipuan dan pemalsuan dokumen terkait dengan
pendaftaran haji)
 Penggunaan paspor hijau dan visa haji di luar
otoritas Kementerian Agama
 Penertiban peran KBIH di luar tugas dan fungsinya
 Peraturan Pemerintah Arab Saudi yang tidak
selaras dengan kebijakan Pemerintah Indonesia
 Profil jamaah haji (68 % berpendidikan SD, 54 %
perempuan, rata-rata berusia tua, pengalaman
pertama ke luar kota/kota besar, dll).

 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai