Anda di halaman 1dari 12

KOORDINASI LINTAS SEKTOR DALAM MENJAGA KESEHATAN DAN

KESELAMATAN JEMAAH HAJI

1. Berdasarkan UU RI No 13 Tahun 2008


Berdasarkan UU RI No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah haji,
penyelenggaraan Ibadah Haji meliputi unsur kebijakan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Kebijakan dan pelaksanaan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tugas
nasional dan menjadi tanggung jawab Pemerintah. Dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab, Menteri mengoordinasikannya dan/atau bekerja sama dengan
masyarakat, departemen/instansi terkait, dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Pelaksanaan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana dimaksud pada dilakukan
oleh Pemerintah dan/atau masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan Penyelenggaraan
Ibadah Haji pemerintah membentuk satuan kerja di bawah Menteri. Pengawasan
Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tugas dan tanggung jawab KPHI (Komisi
Pengawas haji Indonesia)
Penyelenggaraan Ibadah Haji dikoordinasi oleh:
a. Menteri di tingkat pusat;
b. Gubernur di tingkat provinsi;
c. Bupati/Wali Kota di tingkat kabupaten/kota; dan
d. Kepala Perwakilan Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi

Pemerintah sebagai penyelenggara Ibadah Haji berkewajiban mengelola dan


melaksanakan Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pelaksana Penyelenggaraan Ibadah Haji
berkewajiban menyiapkan dan menyediakan segala hal yang terkait dengan pelaksanaan
Ibadah Haji sebagai berikut:
a. penetapan BPIH;
b. pembinaan Ibadah Haji;
c. penyediaan Akomodasi yang layak;
d. penyediaan Transportasi;
e. penyediaan konsumsi;
f. Pelayanan Kesehatan; dan/atau
g. pelayanan administrasi dan dokumen.
1.1. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
Menteri membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah
yang memiliki embarkasi, dan di Arab Saudi. Dalam rangka Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Menteri menunjuk petugas yang menyertai Jemaah Haji, yang terdiri atas:
a. Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI);
b. Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI); dan
c. Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).

Gubernur atau bupati/wali kota dapat mengangkat petugas yang menyertai Jemaah
Haji, yang terdiri atas:
a. Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD); dan
b. Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD).

1.2. Komisi Pengawas Haji Indonesia


KPHI dibentuk untuk melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan pelayanan
Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia. KPHI bertanggung jawab kepada Presiden.
KPHI bertugas melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap Penyelenggaraan
Ibadah Haji serta memberikan pertimbangan untuk penyempurnaan Penyelenggaraan
Ibadah Haji Indonesia. KPHI memiliki fungsi:

1. memantau dan menganalisis kebijakan operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji


Indonesia;
2. menganalisis hasil pengawasan dari berbagai lembaga pengawas dan masyarakat;
3. menerima masukan dan saran masyarakat mengenai Penyelenggaraan Ibadah
Haji; dan
4. merumuskan pertimbangan dan saran penyempurnaan kebijakan operasional
Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, KPHI dapat bekerja sama dengan pihak
terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. KPHI melaporkan hasil
pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden dan DPR paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
KPHI terdiri atas 9 (sembilan) orang anggota. Keanggotaan sebagaimana dimaksud
terdiri atas unsur masyarakat 6 (enam) orang dan unsur Pemerintah 3 (tiga) orang. Unsur
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur Majelis Ulama
Indonesia, organisasi masyarakat Islam, dan tokoh masyarakat Islam.Unsur Pemerintah
dapat ditunjuk dari departemen/instansi yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Ibadah
Haji. KPHI dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua. Ketua dan Wakil
Ketua KPHI dipilih dari dan oleh anggota Komisi.

2. Berdasarkan UU RI No 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan


Umrah

2.1. PPIH
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji yang selanjutnya disingkat PPIH adalah
petugas yang diangkat dan/atau ditetapkan oleh Menteri yang bertugas melakukan
pembinaan, pelayanan dan pelindungan, serta pengendalian dan pengoordinasian
pelaksanaan operasional Ibadah Haji di dalam negeri dan/atau di Arab Saudi.
Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Ibadah Haji. Tanggung jawab
Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri. Penyelenggaraan Ibadah Haji oleh Menteri
dilakukan melalui satuan kerja dan PPIH. Satuan kerja meliputi satuan kerja di
tingkat daerah, di tingkat pusat, dan di Arab Saudi. PPIH dibentuk oleh Menteri, yang
terdiri atas:
a. PPIH pusat;
b. PPIH Arab Saudi;
c. PPIH embarkasi; dan
d. PPIH Kloter.

PPIH terdiri atas unsur:


a. kementerian/lembaga terkait; dan
b. masyarakat.

PPIH Kloter terdiri atas:


a. ketua kloter;
b. pembimbing Ibadah Haji; dan
c. tenaga kesehatan haji.
2.2. PIHK
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus adalah Penyelenggaraan Ibadah Haji
yang dilaksanakan oleh penyelenggara Ibadah Haji khusus dengan pengelolaan,
pembiayaan, dan pelayanan yang bersifat khusus. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus
yang selanjutnya disingkat PIHK adalah badan hukum yang memiliki izin dari
Menteri untuk melaksanakan Ibadah Haji khusus.

2.3. Petugas Haji Daerah


Gubernur atau bupati/wali kota dapat mengusulkan calon petugas haji daerah
kepada Menteri. Calon petugas haji daerah yang diusulkan akan diseleksi oleh
Menteri. Petugas haji daerah terdiri atas:
1. petugas pelayanan umum;
2. petugas pembimbing Ibadah Haji yang berasal dari KBIHU (Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah) dan organisasi kemasyarakatan Islam; dan
3. petugas pelayanan kesehatan.
Petugas Haji daerah bertugas membantu petugas kloter dalam pelayanan
bimbingan ibadah, pelayanan umum, dan pelayanan kesehatan di Kloter.

2.4. Pengawas
Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji terdiri atas:
a. pengawas internal; dan
b. pengawas eksternal.
Pengawas internal dilakukan oleh aparat pengawas internal pemerintah. Pengawas
eksternal dilakukan oleh DPR RI, Dewan Perwakilan Daerah, dan Badan Pemeriksa
Keuangan.

2.5. Pelayanan Kesehatan


Menteri bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan Jemaah Haji
sebelum, selama, dan setelah melaksanakan Ibadah Haji. Pelayanan kesehatan Jemaah
Haji dilaksanakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan di bawah koordinasi Menteri.
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan,


pelayanan, dan perlindungan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji.

 Pembinaan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk promotif dan
preventif, dilakukan kepada perorangan atau kelompok Jemaah Haji pada seluruh
tahap penyelenggaraan ibadah haji.

 Pelayanan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk kuratif dan
rehabilitatif, dilakukan kepada Jemaah Haji pada seluruh tahap penyelenggaraan
ibadah haji.

 Perlindungan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk tanggap cepat dan
perlindungan spesifik untuk melindungi keselamatan Jemaah Haji pada seluruh
tahapan penyelenggaraan ibadah haji.

Penyelenggaraan Kesehatan Haji diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah


Daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu dan
terstruktur. Kegiatan tersebut antara lain:
3.1. Pembinaan Kesehatan Haji
Pembinaan Kesehatan haji sebagaimana dilakukan secara terintegrasi dengan
program promosi kesehatan, pengendalian penyakit tidak menular, pengendalian
penyakit menular, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, gizi masyarakat,
kesehatan jiwa, kesehatan tradisional, dan kesehatan olahraga. Pembinaan kesehatan
haji melibatkan lintas program, lintas sektor, dan masyarakat. Pembinaan Kesehatan
Haji di Indonesia meliputi pembinaan masa tunggu, pembinaan masa keberangkatan,
dan pembinaan masa kepulangan.
Pembinaan Kesehatan Haji dilaksanakan di kabupaten/kota, dalam perjalanan,
dan di Embarkasi/Debarkasi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan Kesehatan Haji di kabupaten/kota dan dalam perjalanan dilaksanakan dan
menjadi tanggung jawab Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota dan
masyarakat. Pembinaan Kesehatan Haji di Embarkasi/Debarkasi dilaksanakan oleh
PPIH Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan.
Pembinaan Kesehatan Haji selama di Arab Saudi diselenggarakan di KKHI,
Sektor, Kloter, fasilitas lain yang memungkinkan perluasan jangkauan layanan, dan di
perjalanan. Pembinaan Kesehatan Haji di Arab Saudi dilaksanakan oleh TKHI, PPIH
Arab Saudi bidang kesehatan, dan Tenaga Pendukung Kesehatan. Pembinaan
kesehatan haji diselenggarakan dalam bentuk deteksi dini, pembimbingan kesehatan,
penyuluhan, konseling, pemberian brosur dan poster kepada Jemaah Haji, serta upaya
lainnya yang bersifat promotif dan preventif.
3.2. Pelayanan Kesehatan Haji

Pelayanan Kesehatan Haji diselenggarakan selama di Indonesia dan di Arab


Saudi. Untuk mendukung pemberian Pelayanan Kesehatan Haji, setiap Jemaah Haji
wajib memiliki jaminan perlindungan kesehatan/asuransi kesehatan.
3.2.1. Pelayanan Kesehatan Haji di Indonesia diselenggarakan di:
 puskesmas/klinik;

 rumah sakit di kabupaten/kota;

 perjalanan;

 Embarkasi/Debarkasi; dan

 rumah sakit rujukan.

1) Pelayanan Kesehatan Haji di perjalanan dilaksanakan dalam bentuk:


- pertolongan pertama; dan
- rujukan.

Pelayanan Kesehatan Haji di perjalanan dilaksanakan oleh pemerintah


daerah di mana Jemaah Haji berasal, dan dapat berkoordinasi dengan
pemerintah daerah lainnya. Pelayanan Kesehatan Haji dilaksanakan oleh PPIH
Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan.

2) Pelayanan Kesehatan Haji di Embarkasi/ meliputi:


 pemeriksaan kesehatan;
 pelayanan rawat jalan;
 pelayanan rawat darurat;
 pemeriksaan laboratorium dan penunjang;
 pelayanan rujukan;
 pelaksanaan kekarantinaan kesehatan; dan
 Penanganan jemaah haji wafat di pesawat.
Pelayanan rawat darurat sebagaimana diberikan di lapangan maupun pada
fasilitas pelayanan kesehatan dalam lingkup wilayah kewenangan PPIH
Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan.

3.2.2. Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi


Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi meliputi:
a. penanganan kegawatdaruratan/life saving
b. rawat jalan;
c. rawat inap;
d. rujukan;
e. evakuasi;
f. safari wukuf jemaah haji sakit; dan
g. pemulangan Jemaah Haji sakit.

Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi diselenggarakan di perjalanan,


Pos Kesehatan di kloter dan/atau Sektor, Pos Kesehatan Satelit, KKHI, Arafah,
Muzdalifah, dan Mina. Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi dilakukan oleh
TKHI, PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan, tenaga pendukung kesehatan, serta
tenaga lainnya. Pelayanan rujukan Jemaah Haji selama berada di Arab Saudi
dapat dilakukan di rumah sakit Arab Saudi.

Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara


menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan
dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah
daerah, serta perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan penyelenggaraan
kesehatan haji di tanah air, di embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di
Arab Saudi.

a. Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan Kejadian Luar


Biasa (KLB)
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Pada umumnya penyebab KLB adalah penyakit menular atau
keracunan.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan
Keracunan bagi Jemaah Haji terdiri dari :
1. Sistem Kewaspadaan Dini dan respon KLB
2. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan imunisasi dan
peningkatan daya tahan jemaah haji, pengendalian faktor risiko lingkungan
dan perilaku jemaah haji
3. Penanggulangan KLB

Pemberangkatan jemaah haji Indonesia dikelola secara berombongan melalui


paket perjalanan yang diselenggarakan sebagai jemaah haji reguler oleh
Pemerintah maupun Perjalanan Ibadah Haji Khusus yang dikelola swasta. Pada
operasional haji, KLB dapat terjadi pada rombongan jemaah haji sejak berangkat
dari daerah tempat tinggal jemaah, di embarkasi dan debarkasi, perjalanan di
pesawat, dan selama di Arab Saudi serta sampai 14 hari pertama tiba di tanah air,
baik disebabkan penyakit-penyakit menular endemis di Indonesia, maupun
penyakit menular di dalam perjalanan ibadah haji dan keracunan makanan atau
keracunan bahan beracun lainnya.
1) Penanggungjawab Operasional dan Pelaksana Teknis Penanggulangan
KLB
Luas terjadinya KLB dapat terbatas hanya pada jemaah haji saja atau
juga terjadi pada masyarakat sekitar. Oleh karena itu, upaya Penanggulangan
KLB merupakan subsistem kegiatan penanggulangan KLB yang dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat
sesuai peraturan perundangan yang berlaku di tanah air, serta Kerajaan Arab
Saudi.
Apabila terjadi KLB dalam perjalanan maka tanggungjawab
operasional penanggulangan adalah pada Bupati/Walikota dan Gubernur
daerah dimana KLB itu terjadi, yang secara teknis dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan setempat, khusus apabila terjadi KLB di dalam wilayah
embarkasi/debarkasi dan di bandara, maka tanggungjawab operasional adalah
pada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi/Debarkasi, yang secara
teknis dilaksanakan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan dan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat.
Penanggulangan KLB sebagaimana tersebut di atas dapat tercapai
dengan baik apabila dilaksanakan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
terjadi KLB penyakit menular dan keracunan bagi jemaah haji yang terdiri
dari : kesiapan tim penanggulangan KLB yang didukung oleh tenaga
profesional, kesiapan logistik dan sarana pendukung lainnya, kesiapan metode
penanggulangan yang disusun dalam suatu pedoman serta referensi atau
konsultasi penanggulangan KLB
2) Pemusnahan Penyebab Penyakit
Tindakan pemusnahan penyebab penyakit wabah dilakukan terhadap
bibit penyakit/kuman, hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang
mengandung penyebab penyakit tersebut.
Pemusnahan hewan dan tumbuh-tumbuhan merupakan upaya terakhir
dan dikoordinasikan dengan sektor terkait dibidang peternakan dan tanaman.
Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup
atau tidak menyebabkan tersebarnya penyakit.
3) Penyuluhan
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan oleh pejabat kesehatan
dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, pemuka agama, pemuka
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat menggunakan berbagai media
komunikasi massa agar terjadi peningkatan kewaspadaan dan peran aktif
masyarakat dalam upaya penanggulangan KLB
4) Laporan adanya KLB Penyakit Menular dan Keracunan
Apabila terdapat informasi adanya KLB atau dugaan KLB, maka
segera dilaksanakan konfirmasi dengan melakukan identifikasi data yang ada
di unit pelayanan/klinik/rumah sakit serta konfirmasi lapangan. Apabila ada
indikasi telah terjadi KLB, maka dibuat Laporan Kejadian Luar Biasa dalam
waktu 24 jam
Laporan Kejadian Luar Biasa Penyakit di daerah dibuat oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan pada Bupati/Walikota setempat,
dengan tembusan kepada PPIH embarkasi/debarkasi ub. bidang kesehatan.
PPIH embarkasi/debarkasi meneruskan laporan tersebut kepada Menteri
Kesehatan, ub. Dirjen PP&PL, dan Gubernur ub. Dinas Kesehatan
Embarkasi/Debarkasi.
Laporan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan di
Embarkasi/Debarkasi, dibuat oleh PPIH embarkasi/debarkasi bidang
kesehatan dan disampaikan pada Menteri Kesehatan ub. KKP
embarkasi/debarkasi dan Gubernur ub. Dinas Kesehatan Provinsi.
Laporan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan di
Arab Saudi dibuat oleh Kepala DAKER bidang kesehatan dan disampaikan
pada Koordinator PPIH Bidang Kesehatan, dan tembusan pada Menteri
Kesehatan ub. Dirjen PP&PL.

b. Komunikasi Publik Dan Promosi


Menyelenggarakan pembinaan kesehatan jemaah haji dan masyarakat luas dalam
pelaksanaan ibadah haji sehat dengan advokasi, menciptakan iklim yang tepat dan
kampanye melalui media cetak dan elektronik, slebaran, dan berbagai pertemuan
kampanye. Serta menyampaikan pemberitaan publik dan menyiapkan press release
penyelenggaraan kesehatan haji.
1) Komunikasi Publik
Masyarakat perlu mendapat informasi yang benar tentang pelayanan kesehatan
jemaah haji Indonesia yang diselenggarakan oleh pemerintah, karena hal tersebut
merupakan hak publik untuk mengetahui pelayanan kesehatan kepada jemaah haji
oleh petugas kesehatan. Kegiatan komunikasi publik dilakukan sejak sebelum,
pada saat dan setelah penyelenggaraan haji. Kegiatan tersebut meliputi:
a. Penyiapan bahan berita dan informasi yang layak untuk disampaikan kepada
publik dan melakukan koordinasi secara baik dengan media tanah air.
b. Melakukan koordinasi dan pendampingan pers dan media massa
c. Melakukan jumpa pers dan talk show sesuai kebutuhan.
d. Menyebarkan informasi penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi.
e. Menyusun laporan dan dokumentasi.
2) Promosi
Promosi kesehatan haji adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku hidup bersih dan sehat jemaah haji agar mampu sehat mandiri,
melalui pembelajaran dari, oleh, dan bersama jemaah haji, sesuai sosial budaya
setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan haji.
Konsep Promosi Kesehatan Haji melalui kemitraan dengan strategi Advokasi,
Bina Suasana, dan Gerakan Pemberdayaan (ABG). Kegiatan promosi kesehatan
haji dilaksanakan dimulai dari Puskesmas, Kabupaten/kota, Provinsi, Pusat,
Embarkasi/Debarkasi Haji dan Arab Saudi untuk mewujudkan jemaah haji sehat
mandiri menuju haji mabrur.
3.3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan haji
dilaksanakan dengan melibatkan organisasi masyarakat, akademisi, dan sektor swasta.
Dalam rangka penguatan Penyelenggaraan Kesehatan Haji, Pemerintah dapat
melibatkan peran serta klinik dan/atau rumah sakit swasta melalui kemitraan
pemerintah dan swasta (Public-Private Mix).
Klinik dan/atau rumah sakit swasta merupakan klinik atau rumah sakit swasta
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.Menteri menetapkan klinik dan/atau
rumah sakit swasta yang menjadi mitra pemerintah dalam penyelenggaraan Kesehatan
Haji. Kemitraan pemerintah dan swasta dituangkan dalam perjanjian kerjasama.
Klinik dan/atau rumah sakit swasta wajib berkoordinasi dengan pemerintah daerah
setempat.

3.4. Pengorganisasian
Dalam rangka Penyelenggaraan Kesehatan Haji, dibentuk Penyelenggara
Kesehatan Haji. Penyelenggara kesehatan haji terdiri dari penyelenggara kesehatan
haji di Indonesia dan penyelenggara kesehatan haji di Arab Saudi. Penyelenggara
kesehatan haji di Indonesia terdiri atas penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota,
penyelenggara kesehatan haji provinsi, dan PPIH Embarkasi/Debarkasi Bidang
Kesehatan.

3.4.1. Penyelenggara kesehatan haji di Arab terdiri atas:

 TKHI;
 PPIH bidang kesehatan;
 Tenaga pendukung kesehatan;
 Tenaga administrasi lokal; dan
 Tim asistensi penyelenggaraan kesehatan haji.

3.4.2. penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota


Tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota terdiri atas unsur
puskesmas, rumah sakit, program surveilans, promosi kesehatan, kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, gizi, pembinaan kebugaran jasmani,
pelayanan kesehatan primer dan sekunder, pengendalian penyakit tidak
menular, pengendalian penyakit menular, dan kesehatan jiwa.
Tim Penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota terdiri atas unsur
dokter, dokter spesialis, tenaga farmasi, perawat, analis kesehatan, tenaga gizi,
sanitarian, penyuluh kesehatan, epidemiolog, rekam medik, tenaga sistem
informasi kesehatan, tenaga kesehatan lain, dan tenaga administrasi penunjang
yang ditetapkan oleh bupati/walikota.

Tim Penyelenggara kesehatan haji provinsi terdiri atas unsur program


promosi kesehatan, surveilans, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, gizi,
pembinaan kebugaran jasmani, pelayanan kesehatan primer dan sekunder,
pengendalian penyakit tidak menular, pengendalian penyakit menular,
kesehatan jiwa, dan rumah sakit;

3.4.3. Penyelenggaraan Kesehatan Haji Embarkasi/Debarkasi


Dalam rangka Penyelenggaraan Kesehatan Haji, Menteri membentuk
PPIH Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan. PPIH Embarkasi/Debarkasi
Bidang Kesehatan terdiri dari tenaga dokter, dokter spesialis, dokter gigi,
tenaga farmasi, perawat, analis kesehatan, tenaga gizi, sanitarian, penyuluh
kesehatan, entomolog, epidemiolog, rekam medik, radiografer, elektromedik,
tenaga sistem informasi kesehatan, tenaga kesehatan lain, dan tenaga
administrasi penunjang yang ditetapkan oleh Menteri.
PPIH Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan terdiri dari unsur Kantor
Kesehatan Pelabuhan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan
kabupaten/kota, rumah sakit, penyelenggara kesehatan penerbangan dan
organisasi profesi. PPIH Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan dikoordinasi
oleh Kementerian Kesehatan melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan.

3.4.4. TKHI

Dalam rangka Penyelenggaraan Kesehatan Haji, Menteri membentuk


TKHI. TKHI bertugas memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kesehatan kepada Jemaah Haji di Kloter sejak di Indonesia.TKHI terdiri atas
unsur dokter dan perawat.

Anda mungkin juga menyukai