Anda di halaman 1dari 21

FILSAFAT Skolastik

Dipresentasikan pada mata kuliah Filsafat Umum Jurusan


Pendidikan Biologi 1-2

2016/2017

Muslimah

Fitriama

Nurhikmah Bakry

Ariyanti

Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN)


Makassar

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Yang

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ FILSAFAT SKOLASTIK .” Adapun

pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas kelompok yang di berikan oleh

dosen mata kuliah Filsafat umum dan pendidikan .

Dengan selesainya makalah ini, kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu saya harapkan demi kemajuan dalam hal penyusunan

makalah di kemudian hari .

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dariawal sampi akhir .Tidak lupa

pula kami ucapkan terima kasih banyak kepada bapak Rahman . dosen mata

kuliah Filsafat Umum dan Pendidikan .

2
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................... 2

BAB I (Pendahuluan) ................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................. 5

BAB II (Pembahasan) .................................................................................. 6

A. Pengertian Filsafat skolastik ............................................................. 6


B. Periode filsafat skolastik kristen........................................................ 8
C. Filsafat Hindu ................................................................................... 15

BAB III (Penutup) ......................................................................................... 16

Kesimpulan ....................................................................................... 20

Daftar Pustaka ............................................................................................. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad pertengahan merupakan masa yang khas, Secara singkat dikatakan

bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran

harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji

apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.

Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di

tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat.

Filsafat yang baru ini disebut skolastik.

Pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat eropa ( sekitar lima

abad ) belum memunculkan ahli pikir ( filosuf ), akan tetapi setelah abad ke-6

masehi, baru muncul ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi,

filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan.

Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan

sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu

tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi

memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam

dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi

terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja.

Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat Skolastik ?

2. Bagaimana perkembangan Filsafat Kristen/skolastik?

3. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Hindu ?

4. Bagaimana perkembangan filsafat Hindu ?

C. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan filsafat skolastik.

2. Mengetahui perkembangan filsafat kristen/skolastik.

3. Mengetahui yang dimaksud filsafat Hindu.

4. Mengetahui perkembangan filsafat Hindu.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fisafat skolastik

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang

berarti sekolah. Jadi skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan

sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad

pertengahan.

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, yaitu1 :

1. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata – mata

agama. Karena skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad

pertengahan yang religius.

2. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi kepada teologi atau

filsafat yang rasional memecahkan persoalan – persoalan mengenai

berpikir, sifat, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan

tersebut kemudian muncul istilah skolastik yahudi, skolastik Arab dan Lain

– lainnya.

3. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran

pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesa

yang lebuh tinggi antara kepercayaan dan akal.

4. Filsafat skolastik adalah filsafat Nasrani, karena banyak dpengaruhi oleh

ajaran gereja.

1
Drs. Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hal 69 – 70.

6
Filsafat ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor, yaitu2

1. Faktor Religius

Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang

dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang

berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu

perjalanan ke tanah suci yerussalem. Dunia ini bagaikan negeri asing, dan sebagai

tempat pembuangan limbah air mata saja ( tempat kesedihan). Sebagai dunia

yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah

airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehinggah harus di tolong. Karena

manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai celah dan kelemahan yang

diwariskan oleh Adam. Mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan

berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi

pengampunan sekaligus menolongnya. Maka hanyadengan jalan pengampunan

inilah manusi dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga).

Anggapan dan keyakinan inilah yang di jadikan dasar pemikiran filsafatnya.

2. Faktor Ilmu Pengetahuan

Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan

oleh biara – biara , gereja ataupun dari keluarga istana, dan kepustakaannya

diambil dari para penulis latin, Arab (Islam), dan Yunani.

2
Drs. Asmoro Achmad. Filsafat umum. ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003 ), hal 70 – 71.

7
B. Periode filsafat skolastik kristen

Periode skolastik kristen dalam sejarah perkembangannya dapat di bagi

menjadi tiga, yaitu3 :

1) Masa skolastik Awal ( Abad 900 – 1200 M )

Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan setelah

terjadi kemerosotan. Pemikiran filsafat pada masa sebelumnya yang disebabkan

kuatnya dominasi golongan gereja. Pada saat ini muncul ilmu pengetahuan yang

dikembangkan di sekolah – sekolah. Pada mulanya skolastik timbul pertama

kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya berpengaruh ke daerah – daerah lain.

pada sekolah – sekolah saat itu di terapkan kurikulum ajaran yang meliputi studi

duniawi atau artes liberales meliputi : tata bahasa, retorika, dialektikan (seni

berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.

Di antara tokoh – tokohnya ada Aquinas ( 735 – 805), Johannes Scotes

Eriugena ( 815 – 870 ), Peter Lombard ( 1100 – 1160 ), John Salisbury ( 1115 –

1180 ), Peter Abaelardus ( 1079 – 1180 ).

Peter Abaelardus ( 1079 – 1180 )4

Ia di lahirkan di le pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras

dan pandangan yang tajam, sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli

pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal

dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat

3
Drs. H. Ahmad syadali dan Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. ( Bandung : Pustaka Setia, 2004), hal
91 – 100.
4
Drs. Asmoro Achmad. Filsafat umum. ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003 ), hal 73.

8
menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau di dahulukan akal. Yang harus

dipercaya adalah apa yang telah di setujui atau dapat diterima oleh akal.

Berbeda dengan Anselmus, yang menyatakan bahwa berpikir harus

sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada

di luar iman ( di luar kepercayaan ). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang

berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu – ragu

ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi

semua bukti – bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan

tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti –

bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.

2) Masa Skolastik Keemasan ( 1200 – 1300 M )

Pada masa skolastik awal, filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya

– karya kristiani. Tetapi sejak pertengahan abad ke 12 karya – karya non Kristiani

mulai muncul dan filosuf Islam mulai berpengaruh. dan masa ini merupakan

kejayaan skolstik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 M, dan masa ini di

sebut juga masa berbunga, karena bersamaan dengan munculnya beberapa

universitas dan ordo – ordo yang menyelenggarakan pendidikan ilmu

pengetahuan.

9
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik

mencapai keemasan, yaitu :5

a) Adanya pengaruh dari Ariestoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke

12, sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu

pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang luas.

b) Tahun 1200 M didirikan universitas Almamater di Perancis Universitas ini

merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai

awal berdirinya Universitas di paris, di Oxford, di Mont Pellier, di

Cambrige dan lain – lainnya.

c) Berdirinya ordo – ordo. Ordo – ordo inilah yang muncul karena

banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan, sehingga

menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang

semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan

kerohanian dimana kebanyakan tokoh – tokohnya memegang peranan di

bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas,

Binaventura, J.D. Scotus Wiliam Ocham.

Usaha Mengkristenkan ajaran aristoteles

Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan

meneruskan ajaran Ariestoteles , akan tetapi upaya ini mendapatkan

perlawanan dari Augustinus. Hal ini dikarenakan, adanya suatu anggapan

bahwa ajaran Ariestoteles yang mulai di kenal pada abad ke-12 telah

5
Drs. H. Ahmad syadali dan Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. ( Bandung : Pustaka Setia,
2004), hal 94

10
diolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab ( Islam ). Hal ini dianggap sangat

membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demikian ini bertolak

belakang bahwa ajaran Ariestoteles masih di ajarkan di fakultas –

fakultas bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus

dipelajari. Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas ( dari

ahli pikir Arab atau Islam ) maka Albertus Magnus dan Thomas Aquinas

sengaja menghilangkan unsur – unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd,

dengan menerjemahkan langsung dari bahasa latinnya. Juga, bagian -

bagian ajaran Ariestoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen, di

ganti dengan teori – teori baru yang bersumber pada ajaran Ariestoteles

dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran

Ariestoteles yang telah di selaraskan dengan ajaran ilmiah ( suatu sintesa

antara kepercayaan dan akal).

Tokoh yang paling terkenal pada masa ini, yaitu

1. Albertus Magnus ( 1203 – 1280 M )6

Ia lahir dengan nama Albertus Von Bollstadt yang juga di kenal

sebagai doktor universitas dan doktor magnus, kemudian bernama

Albertus Magnus (Albert the great) ia mempunyai kepandaian luar biasa.

Di universitas padua ia belajar artes liberales, belajar teologi dan di

Bulogna. Dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke

Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

6
Drs. Asmoro Achmad. Filsafat umum. ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada), 2003, hal 77

11
Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya

meniru Ibnu Rasyd dalam menulis tentang Ariestoteles. Dalam bidang

ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu

kimia.

2. Thomas Aquinas

Ia lahir di roccasecca, Italia pada tahun 1225 dari keluarga

bangsawan, baik bapaknya maupun ibunya. Pada masa mudanya dia

hidup bersama pamannya yang menjadi pemimpin ordo di Monte

Cassino. Ia berada di sana pada tahun 1230 – 1239 M. Pada tahun 1239 -

1244 M ia belajar di universitas Napoli, tahun 1245 – 1248 M di

Universitas Paris di bawah bimbingan Albertus Magnus. Sampai tahun

1252 M ia dan Albertus tetap berada di Cologne. Tahun 1252 ia kembali

belajar di Universitas Paris pada Fakultas Teologi. Tahun 1256 M ia di

beri ijazah (licentia Docendi) dalam bidang teologi, dan ia mengajar

disana sampai tahun 1259 M. Tahun 1269 – 1272 ia kembali ke

universitas Paris untuk menyusun tantangan terhadap ajaran Ibnu Rasyd.

Sejak tahun 1272 M iya mulai mengajar di universitas Nzpoli. Ia

meninggal pada tahun 1274 M di Lyons.

Pemikiran Aquinas dalam Teologi I

Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal.

Untuk membuktikan pendapatnya ini ia mengajukan lima argument

seperti yang diringkaskan berikut :

12
1. Argumen yang pertama diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak.

Dari sini di buktikan Tuhan itu ada. Bierman dan Gould menamakan

argumen ini argumen gerak. Jelas skali bahwa alam ini bergerak.

Setiap yang bergerak pasti di gerakkan oleh yang lain sebab tidak

mungkin suatu perubahan dari potensialitas bergerak ke aktualitas

bergerak tanpa ada penyebabnya dan penyebab itu tidak mungkin

ada pada dirinya sendiri.

2. Argumen kedua disebut sebab yang mencukupi ( efficient cause). Di

dalam dunia inderawi kita saksikan adanya sebab yang mencukupi.

Tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri sebab,

bila demikian, ia pasti menjadi lebih dulu dari pada dirinya.

3. Argumen ketiga ialah argumen kemungkinan dan keharusan (

possibility and Necessity). Kita menyaksikan di dalam alam ini segala

sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Adanya alam

bersifat mungkin.

4. Argumen ke empat memperhatikan tingkatan yang terdapat pada

alam ini. Isi alam ini masin – masing berkelebihan dan

berkekurangan, misalnya dalam hal kebaikan, keindahan, kebenaran.

5. Argumen ke lima berdasarkan keteraturan alam (Bierman dan Gould).

Kita saksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal bergerak atau

bertindak menuju tujuan tertentu, dan pada umumnya berhasil

13
mencapai tujuan itu, sedangkan mereka tidak mempunyai

pengetahuan tentang tujuan itu.

Argumen sangat terkenal pada abad pertengahan. Argumen ini ditulis

oleh Aquinas dalam Summa Teologica yang dari sana Mayer mengutip.

3) Masa skolastik Akhir ( 1300 – 1450 )

Masa skolastik akhir di tandai dengan kemalasan berfikir filsafat sehingga

menyebabkan stagnasi ( kemandegan ) pemikiran filsafat skolastik Kristen. Tokoh

yang terkenal pada masa ini adalah Nicolous Cusanus ( 1401 -1404). Ia sebagai

tokoh pemikir terakhir masa skolastik, menurut pendapatnya, terdapat tiga cara

untuk mengenal yaitu : lewat indera, akal dan intuisi . dengan indera kita akan

mendapatkan pengetahuan tentang benda – benda berjasad, yang sifatnya tidak

sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk – bentuk pengertian yang

abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indera. Dalam intuisi, kita akan

mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya denga intuisi inilah kita akan

dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat persatukan. Manusia

seharusnya menyadari keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya

dapat diketahui. Oleh karena keterbatasan akal tersebut, maka hanya sedikit saja

yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi ini diharapkan akan sampai

kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut,

yaitu Tuhan.

14
Nicoulas ini sebagi upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad

pertengahan, yang di buat ke suatu sintesa yang lebih luas. Sintesa ini mengarah

ke masa depan, dan pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

C. FILSAFAT HINDU

Filsafat Hindu diperkirakan telah ada pada abad ke-7 SM, sebagai prioe

proto-filosofis, kurang lebih sama dengan awal filsafat yunani kuno. Pada abad

itu, karna dan teori-teori liberasi bangkit, di ikuti daftar proto ilmia hontologis

(Craig,2005).

Weda berasal dari kata veda, sebagai bakal pemikiran Hinduisme

merupakan budaya yang dibangun dari budaya Eropa dan India Utara. Wujud

Weda adalah tradisi lisan yang kemudian ditulis sebagai suatu petunjuk bagi

manusia dalam menempuh kehidupannya. Itulah sebabnya Weda sering

dianggap sebagai wahyu, meski pun dikemudian hari oleh sebagian orang

dianggap lebih sebagai kebijaksanaan manusia, yang disebut wahyu kosmik.

Wahyu ini merupakan hasil kontemplasi dalam memahami kehidupan, semesta

alam.

Secara etimologis, Veda merupakan bahasa Sang sekerta yang berarti

pengetahuan, yang terdiri dari empat himne, syair atau lagu pujaan untuk

keperluan upacara – upacara resmi. Di dalamnya terdapat empat kompilasi, ialah

Rig-Veda, Yajur-Veda, dan Atharava- Veda yang ditulis dalam bahasa sang

sekerta lama. Kalau Rig-Veda, Sam–veda dan jayur-Veda merupakan syair-himne

kaum Arya, maka Atharva-Veda merupakan keyakinan - keyakinan yang telah ada

15
sebelum datangnya kaum Arya, tetapi diyakini masyarakat dan diterima

Brahmana, Kaum pendeta.

Para pemikir di bidag agama menganggap bahwa wahyu dalam weda

berbeda dengan wahyu dalam Agama seperti Islam dan Kristen, karena banyak

memuat unsur Budaya dan sejarah suatu bangsa atau ras, seperti sabda tetua

adat atau guru. Namun untuk sebagian orang lainnya, Veda dinilai sebagai

apaurusheya, yang berarti tidak berasal dari sebagai bahasa, Weda atau Veda

dikenal sebagai induk dari bahasa Sang sekerta. Bersama – sama Uphanishad dan

Bhagavad Gita, Veda menjadi buku Utama Agama dan filsafat Hindu.

Dalam budaya, agama, dan filsafat hindu dikenal Rita yang berisikan

petunjuk untuk mengatur dunia, alam Semesta, dan segala isinya (Takwin,2003).

Oleh karena itu, Rita dianggap sebagai kitab utama atau kitab mulia orang Hindu.

Didalam buku tersebut, diutarakan tentang system kasta yang menempatkan

manusia kedalam empat tingkatan, yaitu :

1. Brahmana, semula berarti korban, kemudian menjadi golongan manusia kelas

tinggi bangsawan dan raja yang mengatur kehidupan kasta tertinggi

2. Ksatria, kasta kedua tediri atas bangsawan dan Raja yang mengatur kehidupan

duniawi dalam rangka berkorban

3. Vaisya, kaum pekerja biasa, kelas menengah, dan menduduki kasta ketiga;

dan

4. Sudra, rakyat kecil.

16
Ada kesatuan antara manusia dan mahluk semesta dengan dunianya

sehingga manusia dianggap sebagai bagian dari alam. Hal ini jelas berbeda

dengan Filsafat Yunani yang menempatkan manusia berhadapan dengan dunia

sebagai tempat hidupnya. Menurut paham Hindu, Manusia dan alam adalah

suatu kesatuan, holo, dengan Brahmana sebagai pusat atau Yang Mahakuasa.

Brahmana atau juga disebut Atman, nafas terbungkus dalam empat lapisan, yaitu

badan dan yang paling dalam gnosis. Gnosis inilah yang disebut wahyu kosmik.

Pada bagian terdalam inilah terdapat kesadaran Brahmana atau Atman sebagai

inti sehingga Hinduisme terlihat sebagai monism, tunggal.

Namun, agama Hindu mengakui keberagaman penampilan yang Maha

kuasa dari yang berbentuk benda alam seperti bulan dan matahari sampai

manusia dan berbentuk spiritual. Dewa – dewi bukan Tuhan, melainkan

mencerminkan sifat – sifat Tuhan yang Maha kuasa dan Yang Maha Esa.

Pemikiran Hindu menerima pluralitas penafsiaran atas Tuhan. Hal yang harus

dicapai manusia dalam kehidupannya adalah mencapai tingakat spritualis yang

tertinggi. Spritualitas adalah kekuatan hidup yang hakiki. Definisi yang sering

digunakan untuk n Zentner:

“ Suatu kualitas yang melampaui Afiliasi agama, yang mendorong untuk inspirasi,

revans, awe, makna dan tujuan, bahkan dalam diri mereka yang tidak

percayaakan Tuhan. Dimensi spiritual akan mencoba menjadi harmoni dengan

17
alam, dan berusan menjawab ketidak terbatasan, jika orang menghadapi

tekanan – tekanan emosional, saki tfisik, atau kematian.”

Mengapa definisi ini sering digunakan untuk memahami Hinduisme

adalah karena terdapat karakter keselarasan dengan alam semesta. Dalam ajaran

Hindu, esensi manusia adalahs piritnya, dan Tuhan Yang Maha Esa adalah

sumber segala spitrit.

Dalam menempuh kehidupannya, manusia harus berusaha melepaskan

diri dari dosa, ialah suatu keadaan di mana sesesorang tidak dapat menembus

keempat lapisan yang menutup Brahmana atau Atman. Dalam kondisi demikian.

Manusia terkurung dunia maya, terkurung kesalahan Indra, dan menyebabkan

diri manausia berorientasi pada “aku”-nya, rasa ahangkara, karena tidak

mengenali aku - aku yang lain.7

7
Prof. Dr., Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. ( Bandung : PT Refika Aditama, 2009).
Hal 97

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang

berarti sekolah. Jadi skolastik berarti aliran atau yang berkaitan

dengan sekolah.

2. Perkembangan filsafat kristen/skolastik terbagi atas 3, yaitu yang

pertama masa skolastik awal, Masa ini merupakan kebangkitan

pemikiran abad pertengahan setelah terjadi kemerosotan. Pemikiran

filsafat pada masa sebelumnya yang disebabkan kuatnya dominasi

golongan gereja. Kedua masa skolasti keemasan, masa ini merupakan

kejayaan skolstik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 M, dan

masa ini di sebut juga masa berbunga, karena bersamaan dengan

munculnya beberapa universitas dan ordo – ordo yang

menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan. Ketiga masa

skolastik akhir, Masa skolastik akhir ini di tandai dengan kemalasan

berfikir filsafat sehingga menyebabkan stagnasi ( kemandegan )

pemikiran filsafat skolastik Kristen.

3. Filsafat hindu merupakan filsafat yang diperkirakan telah ada pada

abad ke-7 SM, sebagai prioe proto-filosofis, kurang lebih sama dengan

awal filsafat yunani kuno. Pada abad itu, karna dan teori-teori liberasi

bangkit, di ikuti daftar proto ilmia hontologis.

19
4. Perkembangan filsafat Hindu Weda berasal dari kata veda, sebagai

bakal pemikiran Hinduisme merupakan budaya yang dibangun dari

budaya Eropa dan India Utara. Wujud Weda adalah tradisi lisan yang

kemudian ditulis sebagai suatu petunjuk bagi manusia dalam

menempuh kehidupannya

20
Daftar Pustaka

Drs. Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003

Prof. Dr., Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. Bandung : PT Refika Aditama,

2009

Drs. H. Ahmad syadali dan Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia,

2004

21

Anda mungkin juga menyukai