Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FILSAFAT SKOLASTIK BARAT

Nama Mata Kuliah:


FILSAFAT UMUM

PENYUSUN:
DANELA ADELIA (21.23.980)
KHATIBUL UMAM (21.23.1076)
MEISYA WENITA (21.23.1011)
M. SHOLIHUDDIN (21.23.1007)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2022
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Filsafat Masa Skolastik ini dengan lancar. Dan juga kami berterima kasih
pada Bapak Drs. M. Habli Zainal, M. Ud. selaku dosen mata kuliah Filsafat umum
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dalam pembahasan ini kami menjelaskan tentang salah satu periode


filsafat barat pada abad pertengahan, yakni filsafat skolastik. Akan dijelaskan pula
pengertian, masa awal skolastik, masa puncak skolastik, dan masa akhir skolastik.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Karena itu kami
membutuhkan kritik, pendapat, serta saran untuk memperbaiki makalah ini untuk
selanjutnya.

       Semoga makalah ini dapat dapat membantu menambah pengetahuan bagi
siapapun yang membacanya. Apabila makalah yang telah dibuat ini masih banyak
kekurangannya, kami minta mohon maaf dan mohon kritik dan sarannya untuk
perbaikan kedepannya.

Kuala Tungkal, Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB 1........................................................................................................... 3
PENDAHULUAN....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan Pembahasan........................................................................3
BAB II..........................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................4
A. PENGERTIAN FILSAFAT SKOLASTIK......................................4
B. PERKEMBANGAN FILSAFAT SKOLASTIK..............................6
PENUTUP..................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................14
B. Saran dan Kritik.............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda
sekali dengan arah pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan
menggambarkan suatu zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun
bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut
Skolastik.
Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad
pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada
tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Semula Skolastik timbul di biara-biara
tertua di Gallia Selatan. Dari biara-biara di Gallia selatan itu pengaruh Skolastik
keluar sampai di Irlandia, di Nederland dan di Jerman. Kemudian Skolastik timbul
di sekolah-sekolah kapittel, yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja.
Filsafat selalu berkembang dari waktu ke waktu. Maka dari itu filsafat pra-
modern pun juga mempunyai periodisasi tersendiri, salah satunya filsafat abad
pertengahan. Filsafat abad pertengahan memiliki ciri khas yakni dipengaruhinya
filsafat oleh ajaran gereja. Filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi 2 masa
yakni masa patristik dan skolastik.
Pada masa patristik, filsafat benar-benar di dominasi oleh gereja. Setiap
filsafat yang bertentangan dengan ajaran gereja ditolak dan harus dilenyapkan
beserta para pendukungnya. Sedang pada masa skolastik, filsafat mulai bangkit
kembali dengan tetap menjadikan ajaran gereja sebagai patokan untuk berfilsafat.
Filsafat abad pertengahan ini juga memiliki sejarah yang panjang sehingga
dibutuhkan penjelasan tersendiri akan pembagian 2 masa tersebut. Makalah ini
akan membahas tentang filsafat masa skolastik yang merupakan kebangkitan
filsafat barat setelah cukup lama mengalami kemandegan pada saat masa patristik

3
Berangkat dari sini, pembahasan yang akan kami tampilkan saat ini adalah
mengenai Filsafat Skolastik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menyusun beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat skolastik ?

2. Bagaimanakah perkembangan filsafat skolastik ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat skolastik.

2. Untuk mengetahui perkembangan filsafat skolastik.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT SKOLASTIK
Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad
gelap” karena berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja
sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Semua hasil-hasil pemikiran
manusia diawasi oleh kaum gereja dan apabila terdapat pemikiran yang
bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan
mendapatkan hukuman yang berat.1
Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik
dan masa Skolastik2. Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata
school, yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang
lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan. Yang demikian karena sekolah yang
diadakan oleh Karel Agung yang mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai artes
liberales (seni bebas) meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika,
astronomi, musika, dan dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan
kemudian meliputi seluruh filsafat.3 Jadi, skolastik berarti aliran atau yang
berkaitan dengan sekolah.
Kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang
mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama.4 Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat
skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional

1
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet. I, h.
80-81.
2
Asmoro Asmadi, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada,2000), h.
3
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 81.
4
Selanjutnya dilihat dari sudut pandang pengaruh agama, skolastik ini dibagi dua yaitu
Scholastik Islam dan Scholastik Kristen, namun dalam makalah ini penulis memfokuskan
pembicaraan pada Scholastik Kristen (Barat). Lebih jelas bisa dilihat; Ahmad Sadali dan
Mudzakir, Filsafat..., h. 81-91.

3
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,
kerohanian, baik buruk5.
Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad
pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada
tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Pada waktu itu rencana pelajaran
sekolah-sekolah meliputi suatu studi duniawi yang terdiri dari 7 kesenian bebas
(artes liberalis) yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: Trivium, 3 mata pelajaran
bahasa, yang meliputi Tata Bahasa, Retorika dan Dialektika (yaitu semacam
tehnik berdiskusi), yang dimaksud sebagai Pendidikan Umum, dan Quadravium,
4 mata pelajaran matematika, yang meliputi Ilmu Hitung, Ilmu Ukur, Ilmu
Perbintangan dan Musik, yang dimaksud bagi mereka yang ingin belajar lebih
tinggi (teologia) atau ingin menjadi sarjana. Dari sini jelas, bahwa dialektika
termasuk pendidikan yang lebih rendah (trivium), sebagai persiapan bagi
quadrivium, yang dipandang lebih tinggi kedudukannya dari pada mata pelajaran
bahasa. Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad ke abad keadaanpun berubah.
Buku-buku pegangan dialektika lama-kelamaan diganti dengan karangan-
karangan Aristoteles mengenai logika, sedang dalam perkembangannya yang
lebih lanjut lagi pelajaran Artes Liberales makin diubah menjadi studi filsafat,
terutama filsafat Aristoteles. Demikianlah filsafat menjadi penting6.
Pada dasarnya sampai pertengahan abad ke 12 orang-orang Barat belum
pernah mengenal filsafat Aristoteles secara keseluruhan. Scholastik Islam-lah
yang membawakan perkembangan filsafat di Barat, terutama berkat tulisan dari
para ahli pikir Islam seperti Ibnu Rusyd. Peran ahli pikir Islam ini besar sekali,
tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, akan tetapi juga memberi sumbangan
yang tidak kecil bagi bangsa Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun
setelah pemikiran-pemikiran Islam ini masuk ke Eropa, banyak buku filsafat dan
peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja

5
Http://www.homeartikel.co.cc/2009/06/filsafat-skolastik.html
6
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1.(Yogyakarta: Kanisius, 1980), h. 87-
88.

4
disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa
para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemoderatan Barat.7

B. PERKEMBANGAN FILSAFAT SKOLASTIK


a. Masa Awal Skolastik
Sutardjo Wiramihardja mengatakan bahwa zaman ini berhubungan dengan
terjadinya perpindahan penduduk, yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke
Eropa sehingga bangsa Jerman pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi
yang secara politik sudah mengalami kemerosotan.8 Walaupun demikian masa ini
merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan yang mana sebelumnya
merosot karena kuatnya dominasi golongan Gereja.9
Karena situasi yang ricuh, tidak banyak pemikiran filsafati yang patut
ditampilkan pada masa ini. Namun, ada beberapa tokoh dan situasi penting yang
harus diperhatikan dalam memahami filsafat masa ini.
1. Augustinus (354-430)
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria), pada 13
November 354. Ayahnya, Patricius adalah seorang pejabat pada
kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai kematiannya pada tahun 370.
Ibunya, Monnica, adalah penganut Kristen yang amat taat. Pada tanggal 28
Agustus 430, Augustinus meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan
yang memang sudah lama di jalaninya.
Menurutnya, dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini
pasti ada yang mengendalikan, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada
ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu
diciptakan oleh Allah dari yang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan
yang terbaik adalah kehidupan bertapa, dan yang terpenting adalah cinta
pada Tuhan.

7
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 82.
8
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka
Setia, 2008), Cet. I, h. 73.
9
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 91.

5
2. Boethius (480-524 M)
Dalam usianya yang ke 44 tahun, mendapat hukuman mati dengan
tuduhan berkomplot. Ia dianggap sebagai filosof akhir Romawi dan filosof
pertama Skolastik. Jasanya adalah menterjemahkan logika Aristoteles ke
dalam bahasa latin dan menulis beberapa traktat logika Aristoteles. Ia
adalah seorang guru logika pada abad pertengahan dan mengarang
beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad pertengahan.
Boethius sekurang – kurangnya telah menerjemahkan 2 karya
Aristoteles tentang logika yaitu Categories, dan On Interpretation. Beliau
sangat terkesan dengan pemikiran yang benar melalui silogisme dalam
membenarkan argumen teologis. Dia setuju dengan pandangan bahwa
logika menyediakan jawaban terhadap setiap misteri eksistensi manusia.
Bukunya yang tekenal, Consolation of Philosophy sangat populer di abad
pertengahan. Pelajaran bidang filsafat pada masa ini adalah logika dasar
yang didasari oleh karya Aristoteles yang diterjemahkan oleh Boethius.
3. Kaisar Karel Agung
Ia memerintah pada awal abad ke-9 yang telah berhasil mencapai
stabilitas politik yang besar. Hal ini menyebabkan perkembangan
pemikiran kultural berjalan pesat. Pendidikan yang dibangunnya terdiri
dari tiga jenis yaitu pendidikan yang digabungkan dengan biara,
pendidikan yang ditanggun keuskupan, dan pendidikan yang dibangun raja
atau kerabat kerajaan.10
Charlemagne membangun sekolah-sekolah pada zaman ini. Hal itu
dikarenakan agar tersebarnya agama Kristen terdapat pola organisasi yang
teratur (baik dalam penyebaran maupun memperdalam agamanya).
sekolah-sekolah ini ajaran yang digunakan adalah ajaran lama yang
disebut artes liberales (seni merdeka). Sedangkan yang meliputi ajaran
artes adalah grammatika, dialektika, astronomia, geometria, aritmatika
yang sudah sudah dijelaskan dipembahasan sebelumnya. Hal inilah yang
memicu munculnya filsafat skolastik.

10
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat..., h. 73.

6
4. Santo Anselmus (1033-1109)
Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan Santo
Anselmus yaitu credo ut intelligam (saya percaya agar saya paham).
Filsafat ini jelas berbeda dengan sifat filsafat rasional yang lebih
mendahulukan pengertian dari pada iman.
Pemikiran filosofis Anselmus dipengaruhi berbagai hal,
diantaranya Kitab Suci, Bapa Gereja, dan Augustinus. Plato juga
berpengaruh besar, Anselmus memiliki pandangan yang lebih platonik
daripada Aristotelian walaupun Ia telah membaca karya Aristoteles dan
menggunakan logikanya. Neoplatonisme juga merupakan gambaran
mental dari Anselmus: Ia menggunakan Plotinus untuk sampai pada
pengetahuan akan trinitas Kristen (kepercayaan bahwa Allah adalah 3
pribadi, Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, namun tetap satu
Allah). Neoplatonisme mempunyai ‘trinitas’-nya sendiri mengenai Yang
Satu, Akal Budi, dan Jiwa
5. Peter Abaelardus (1079-1142)
Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh
Peter Abelardus. Ia menginginkan kebebasan berpikir dengan membalik
diktum Augustinus-Anselmus credo ut intelligam dan merumuskan
pandangannya sendiri menjadi intelligo ut credom (saya paham supaya
saya percaya). Peter Abelardus memberikan status yang lebih tinggi
kepada penalaran dari pada iman.11
6. Anselmus dari canterbury (1033 – 1109).
Anselmus merupakan salah satu tokoh yang paling berpengaruh
kepada terhadap perkembangan filsafat pada abad pertengahan ini,dimana
dia adalah pencetus pernyataan credout intelligam (mendahulukan iman
daripada akal)yang dianggap merupakan ciri utama filsafat Abad
Pertengahan. Sekalipun pada umumnya filosof Abad Pertengahan
berpendapat sedemikian pula mengenai hubungan akal dan iman,namun
Anselmuslah yang diketahui mengeluarkan pernyataan itu.
11
Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-pendapat-
dari.html. tgl 1 Maret 2010.

7
Ia dilahirkan di Aosta, Piemont,seluruh hidupnya dipenuhi
kepatuhan terhadap gereja. Yang kemudian pada tahun 1093 ia menjadi
uskup di Canterbury dan mengambil bagian dalam perselisihan antara
golongan pendeta dan orang-orang sekular. Sekalipun sebagian karyanya
ditulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar
sekali pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk
untuk membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat
dikatakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang
sebenarnya dengan iman sebagai tema sentral pemikirannya. Di antara
karya – karyanya yang penting adalah “Cur deus homo”(Mengapa Allah
menjadi manusia) yang berisi ajarannya tentang taubat dan petunjuk
tentang cara penyelamatan melalui 198Kristus,Monologion yang
membicarakan keadaan Tuhan, Proslogion yang berisi pembahasan
tentang dalil-dalil adanya Tuhan.(Tafsir: 2000). Pemikiran dengan akal,
diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam
arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada
kepercayaan,namun dapat dikatakan:percayalah lebih dulu supaya
mengerti. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai pandangan
orang pada abad-abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang
bergerak ke jurusan pemikiran Neoplatonisme dan mistik. Pengaruh
pemikiran Ansalmus ini sangat besar sekali atas perkembangan teologi
pada zaman kemudian.pemikiran Augustinus atas pemikiran abad
pertengahan makin dikuatkan olehAnselmus.Pada zaman setelah
Anselmus diakui betapa penting dialektika (berfikir dengan akal) bagi
ilmu Teologia. (Hadiwijono: 1980)12

Pada referensi lain Peter Abaelardus hidup th 1079-1180 M. Lihat, Ahmad Sadali dan
12

Mudzakir, Filsafat..., h. 93.

8
b. Masa Keemasan Skolastik
Abad ke 13 dianggap sebagai zaman kejayaan filsafat dan teologi skolastik.
Pada abad 13 ini menghasilkan beberapa sintesa filosofis yang sangat mencolok.
Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain:
1. Hubungan dengan Bangsa Arab
Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran
Yunani dan dunia pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban Yunani dari Italia
Selatan dan Silsilia dan dengan kerajaan Bizantium di satu pihak, dan peradaban
arab yang ada di Spanyol di lain pihak. Melalui karya orang-orang Arab dan
Yahudi Eropa Barat mulai lebih mengenal karya-karya Aristoteles, yang semula
memang kurang dikenal. Kecuali melalui karya orang-orang Arab tulisan-tulisan
Aristoteles dikenal melalui karya para bapak gereja Timur, yang sejak zaman itu
dikenal juga.
2. Timbulnya Universitas-universitas
Timbulnya universitas-universitas. Didirikannya Universitas Almamater di
Paris yang merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Dan universitas inilah
yang menjadi awal (embrio) berdirinya universitas di Paris, Oxford, Mont Pellier,
Cambridge dan lainnya.13 Pada abad pertengahan, umumnya universitas terdiri
atas empat fakultas, yaitu kedokteran, hukum, sastra (fakultas Atrium), dan
teologi.14
3. Timbulnya Ordo-ordo Baru
Timbulnya ordo-ordo baru, yaitu ordo Fransiskan (didirikan 1209 M.) dan
ordo Dominikan (didirikan 1215 M.)15. Ordo-ordo ini muncul karena banyaknya
perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan
yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya

13
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 94.
14
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat..., h. 75.
15
Harun Hadiwijono, Sari…, h. 99 - 100.

9
,memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti; Albertus de Grote,
Thomas Aquines, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.16

Tokoh-tokoh yang ada pada masa keemasan Skolastik ini diantaranya:

1. Albertus Magnus (1203-1280 M.)


Ia lahir dengan nama Albertus Von Bollstadt yang juga dikenal
sebgai doktor universitas dan doktor magnus, kemudian bernama Albertus
Magnus (Albert the Great) Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di
universitas Padua ia belajar artes liberales, belajar teologi di Bulogna, dan
masuk ordo Dominican tahun 1223 M, kemudian masuk ke Koln menjadi
dosen filsafat dan teologi.
Terakhir dia diangkat sebagai uskup agung. Pola pmikirannya
meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu
pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu
kimia.17

2. Thomas Aquinas (1225-1274 M.)


Puncak kejayaan masa skolastik dicapai melalui pemikiran Thomas
Aquinas (1225-1274 M.). Lahir di Roccasecca, Italia 1225 M dari kedua orang
tua bangsawan.18 Ia mendapat gelar "The Angelic Doctor", karena banyak
pikirannya, terutama dalam "Summa Theologia" menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari gereja. Menurutnya, pengetahuan berbeda dengan kepercayaan.
Pengetahuan didapat melalui indera dan diolah akal. Namun, akal tidak mampu
mencapai realitas tertinggi yang ada pada daerah adikodrati. Ini merupakan
masalah keagamaan yang harus diselesaikan dengan kepercayaan. Dalil-dalil akal
atau filsafat harus dikembangkan dalam upaya memperkuat dalil-dali agama dan
mengabdi kepada Tuhan.
Aquinas merupakan theolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid
Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga
ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles
16
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 71
17
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 95.
18
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 95.

10
diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil
menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang
berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan
sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse
subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang
paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali
pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia
terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan
bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan
akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau
disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan,
melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas19.

c. Masa Skolastik Akhir (1300-1450 M.)


Masa Skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berpikir filsafati sehingga
menyebabkan stagnasi (kemandegan) pemikiran filsafat Scholastik Kristen.
Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Nicolous Cusanus (1401-1404
M.). Dari filsafatnya ia beranggapan bahwa Allah adalah obyek sentral bagi
intuisi manusia. Karena menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai yang
terhingga, obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang berlawanan.
Dalam diri Allah semua hal yang berlawanan mencapai kesatuan. Semua makhluk
berhingga berasal dari Allah pencipta, dan segalanya akan kembali pula pada
pencipta-Nya.20
Nicolous Cusanus sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa
Scholasti. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu; lewan
indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang
benda berjasad, yang sifatnya tak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan
bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasarkan pada sajian atau tangkapan

19
Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-pendapat-
dari.html. tgl 1 Maret 2010.
20
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 99.

11
indera. Dalam intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi
sebagaiamana dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan
dengan Thomas Aquinas, yaitu William Occam (1285-1349). Tulisan-tulisannya
menyerang kekuasaan gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu
disukai dan kemudian dipenjarakan oleh Paus. Namun, ia berhasil meloloskan diri
dan meminta suaka politik kepada Kaisar Louis IV, sehingga ia terlibat konflik
berkepanjangan dengan gereja dan negara. William Occam merasa membela
agama dengan menceraikan ilmu dari teologi. Tuhan harus diterima atas dasar
keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat
didemonstrasikan.

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas tentang filsafat skolastik pada bab sebelumnya,


maka penulis hendak mengambil kesimpulan pembahasan ini sebagai berikut :
Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad
gelap” karena berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja
sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Masa abad pertengahan dibagi
menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan masa Skolastik. Aliran skolastik
berkaitan dengan sekolah dan merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad
pertengahan. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata
agama, filsafat yang mengabdi kepada teologi, atau filsafat yang rasional
memecahkan persolan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,
kerohanian, baik buruk,  filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan kodrat, akan
dimasukkan ke dalam bentuk sintesa yang lebih tinggi antara kepercayaan dan
akal, filsafat Nasrani, karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja. Dengan
demikian Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad
pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada
tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Ahli pikir skolastik antara lain,
Augustinus, Santo Anselmus, Peter Abaelardus, Thomas Aquinas, William
Ockham.

B. Saran dan Kritik

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, nampaknya masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu,
penulis berharap adanya saran dan kritikan para pembaca makalah ini yang

14
sifatnya membangun, demi perbaikan dimasa yang akan datang. Walaupun
demikian, penulis sudah berusaha untuk mempersembahkan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak
yang turut serta mendorong dan membantu penulis untuk menyelesaikan makalah
ini
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis berharap agar makalah ini
benar-benar bermanfa'at. Semoga amal ibadah dan kerja keras kita senantiasa
mendapatkan ridha, ampunan dan pahala dari Allah SWT. Amiin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Asmadi,Asmoro. Filsafat Umum, Bandung: PT. Raja Grafindo Persada. 2000.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Yogyakarta: Kanisius. 1980.

Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum, Bandung Pustaka
Setia, Cet. I, 2008.

Syadali, Ahmad dan Mudhzakir. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, Cet. I.
1999.

Http://www.homeartikel.co.cc/2009/06/filsafat-skolastik.html. Diambil pada


tanggal 7 maret 2010.

Http://gilanguinbi-2a.blogspot.com/2008/07/tugas-filsafat-filsafat-skolastik-
dari.html. Diambil pada tanggal 7 maret 2010

Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-
pendapat-dari.html. Diambil tgl 1 Maret 2010.

16

Anda mungkin juga menyukai