Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

”Uang Dalam Islam”


Mata Kuliah: Lembaga Keuangan Islam Non Bank
Dosen Pengampu: M.Saiful Rizal,S.H., M.E.

Disusun Oleh
Kelompok 2:
1. NADIA (21.23.1025)
2. NADYA ANZALLY PUTRI(21.23.1078)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEMESTER VD
STAI AN-NADWAH KUALA TUNGKAL
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Uang Dalam
Islam”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima
kasih

Kuala Tungkal, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Sejarah Uang..................................................................................................3
1. Sistem Barter................................................................................................4
2. Sistem Uang Komoditas (Commodity Money).............................................4
2. Sistem Uang Logam (Metallic Money).........................................................4
2. Sistem Uang Kertas......................................................................................4
B. Perkembangan Uang Pada Zaman Rasululah.................................................6
1. Definisi Uang menurut Islam........................................................................6
2. Sejarah Uang Pada Zaman Rasulullah..........................................................7
C. Perkembangan Uang Pada Zaman Khulafaur Rasyidin...................................8
D. Perkembangan Uang Pada Zaman Bani Umayyah..........................................9
E. Perkembangan Uang Pada Zaman Bani Abasiyah.........................................10
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uang merupakan salah satu sarana dan penunjang dalam kehidupan.
Sebagian orang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian,
karena di dalam masyarakat modern saat ini, mekanisme perekonomian
berdasarkan atas kegiatan-kegiatan ekonomi seperti jual beli, sewa-menyewa,
ekspor impor, dan sebagainya memerlukan uang sebagai alat pelancar guna
mencapai tujuan. Semua kalangan masyarakat dari tingkat bawah hingga kalangan
tingkat atas tidak lepas dari penggunaan uang.
Pada awal belum diciptakannya uang, masyarakat melakukan kegiatan
ekonomi atau transaksi dalam perdagangan dilakukan dengan cara tukar-menukar
atau biasa disebut dengan barter. Dalam proses pertukaran demikian, barang-
barang dan jasa-jasa secara langsung dipertukarkan dengan barang-barang dan
jasa-jasa lainnya, yang saling dibutuhkan oleh pihakpihak yang bersangkutan.
Perdagangan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam bidang
perekonomian. Volume dan intensitas perdagangan telah mengalami
perkembangan yang semakin cepat dalam era globalisasi ini berkat kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi serta kapasitas dan kecepatan transportasi.
Persoalannya uang kertas yang sekarang digunakan mempunyai nilai yang tidak
stabil, yaitu selalu mengalami penurunan.
Sanusi menjelaskan bahwa ketidakpastian nilai uang kertas adalah akar
permasalahan dari ekonomi modern dan menyebabkan munculnya kegiatan-
kegiatan yang tidak sah secara agama yang salah satunya adalah praktik bunga
(riba). Kendala lainnya adalah mata uang antarnegara yang berbeda mempunyai
nilai yang tidak sama, sehingga untuk melakukan pembayaran dalam transaksi
perdagangan internasional nilai relatif mata uang harus ditentukan.

1
Dalam konsep Islam, pertukaran mata uang diperbolehkan asalkan tidak
mengandung unsur spekulasi. Uang pada hakikatnya adalah milik Allah swt. yang
diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan
masyarakat. Oleh karenanya, menimbun uang dalam arti dibiarkan tidak produktif
tidak dikehendaki karena berarti mengurangi jumlah uang beredar.
Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept, karenanya harus selalu
berputar dalam perekonomian. Pada dasarnya, fungsi utama dari uang itu sendiri
adalah sebagai alat tukar dan sebagai satuan hitung. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman fungsi uang berubah menjadi sebuah komoditas yang bisa
diperjualbelikan. Transaksi perdagangan uang pun yang tujuan awalnya hanya
untuk penukaran saja dan untuk berinvestasi, kini beralih tujuan untuk mencari
keuntungan yang besar dengan melakukan jual beli mata uang dengan mengurangi
atau melebihkan dari nilai mata uang tersebut.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan sejarah uang ?
b. Bagaimana perkembangan uang pada zaman Rasululah ?
c. Bagaimana perkembangan uang pada zaman Khulafaur Rasyidin ?
d. Bagaimana perkembangan uang pada zaman Bani Umayyah ?
e. Bagaimana perkembangan uang pada zaman Bani Abasiyah ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Uang
Pada mulanya kehidupan manusia adalah sangat simpel. Dalam artian,
untuk memenuhi kebutuhannya, manusia cukup menangkap ikan, berburu hewan
ataupun memetik buah-buahan yang sudah terdapat di hutan. Dengan semakin
bertambahnya populasi manusia, makin lama kebutuhan menjadi semakin
kompleks jenisnya dan jumlahnya semakin besar. Sehingga tidak mungkin
seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Setiap orang merasa
membutuhkan barang-barang hasil usaha orang lain, karena fitrah manusia
sebagai makhluk sosial sudah merupakan sunnatullah di dunia ini. Karena itu,
sistem pertukaran barang dan jasa sangat diperlukan guna mempermudah proses
pemenuhan kebutuhan hidup. Perkembangan sistem transaksi terus berkembang
sampai saat ini. Perkembangan itu di awali dengan sistem barter, sistem uang
emas dan perak, sistem uang kertas, dan mungkin akan terus mengalami
perkembangan sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia.

1. Sistem Barter
Barter merupakan sistem transaksi pertama kali yang digunakan manusia.
Barter adalah sistem pertukaran antara barang dengan barang atau jasa dengan
jasa atau barang dengan jasa atau sebaliknya. Namun dalam perjalanannya
terdapat beberapa kendala, yaitu: 1
a. Sulitnya untuk menyamakan keinginan atas barang atau jasa yang
ditukarkan. Jika kita ingin menukarkan gandum dengan daging, terkadang
pemilik daging tidak mempunyai keinginan atas gandum yang kita miliki.
b. Sulit menentukan kadar nilai barang yang kita tukarkan, karena ada
perbedaan jenisnya.
c. Sulit untuk menyimpan komoditas yang kita miliki sampai kita
menemukan orang yang menginginkan atas komoditas tersebut. Biasanya
barang tersebut rusak sebelum keinginan terealisasi.

1
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam diTengah Krisis Ekonomi Global, terj. Ahmad Ikhrom dan
Dimyauddin, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), h. 115-116.
3
2. Sistem Uang Komoditas (Commodity Money)
Uang komoditas dipandang sebagai bentuk paling lama. Sejak orang-orang
menemukan kesulitan dalam sistem barter, mereka kemudian menjadikan salah
satu barang komoditas yang bisa diterima secara luas, dan dari segi kuantitas
mencukupi kebutuhan untuk berfungsi sebagai alat tukar menukar dan unit
hitungan terhadap barang komoditi dan jasa lainnya.
Bangsa Arab jahiliyah menggunakan unta dan kambing. Sebagian suku-
suku Afrika menggunakan sapi dan kambing. Penduduk Tibet menggunakan teh-
teh ikat. Penduduk Virginia menggunakan tembakau-tembakau ikat. Bangsa
Indian menggunakan gula dan wol. Penduduk Ethiopia menggunakan garam, dan
sebagainya.0 Akan tetapi kemudian muncul kesulitan dalam penyimpanan dan
ketersediaannya. Selanjutnya dipergunakan batu sebagai alat tukar, tetapi karena
terjadinya penumpukan batu, akhirnya alat (batu) tersebut tidak mempunyai nilai.

3. Sistem Uang Logam (Metallic Money)


Seiring dengan perkembangan zaman, akhirnya manusia menggunakan
logam mulia berupa emas dan perak sebagai alat tukar. Proses tersebut
berdasarkan atas kelangkaan yang masuk akal dan tidak mudah rusak dalam
waktu yang relatif lama, serta mudah digunakan dan dapat diterima berbagai
pihak. 0
Suatu negara dianggap telah mempraktikkan sistem uang emas bila negara
tersebut telah menggunkaan standar emas dalam transaksi perdagangan baik di
dalam maupun di luar negeri. Yang digunakan sebagai alat transaksi adalah emas
sebagai mata uang atau uang kertas yang bisa ditukarkan dengan emas, sehingga
nilai mata uang negara itu selalu terkait (ditopang) dengan nilai emas (gold
standar). Pada awalnya yang digunakan sebagai alat tukar adalah fisik dari logam
mulia tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, manakala volume perdagangan
luar negeri semakin luas, keuntungan-keuntungan menjadi semakin meningkat
harta semakin berkembang.

0
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, terj. Saifurrahman Barito, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 62-63.
0
Marthon, Ekonomi Islam…, h. 116.
4
Diperlukan seseorang yang dipercaya atau tempat yang aman untuk
menitipkan uang-uang logam (mulia) tersebut, karena khawatir akan risiko
kehilangan atau risiko pencurian. Maka, mereka menitipkan uang-uangnya pada
penyimpanan-penyimpanan tukang emas, tempat penukaran emas, atau pemuka-
pemuka agama. Pihak-pihak itu kemudian memberikan akta berbentuk kertas
(banknote) yaitu janji pihak penerima titipan (bank promise) untuk membayarkan
uang logam kepada pemilik kertas ini ketika ada permintaan. Akta ini bukanlah
uang, namun memberikan kepada pemiliknya dua hal: pertama, menjaga uang dari
pencurian dan kehilangan. Kedua, memberikan kemungkinan kepada pemiliknya
untuk melakukan transfer uang dari satu tempat ke tempat lain. Akta-akta ini
mendapat sambutan baik karena diterbitkan seseorang atau lembaga yang
mempunyai reputasi keuangan yang baik di negeri pedagang itu.0

4. Sistem Uang Kertas


Dalam kenyataannya lembaga keuangan menemukan bahwa sebagian
besar kertas-kertas ini berada dalam peredaran tanpa ditukarkan ke uang logam.
Jadi, kertas-kertas itu menjadi uang yang digunakan secara langsung untuk
membeli barang atau jasa dan tidak memiliki penopang secara total. Kondisi
semakin menguat ketika terjadi Perang Dunia I (1914), yang membuat saldo emas
memburuk sedangkan kebutuhan pemerintah terhadap pembiayaan meningkat.
Keadaan ini medorong negara-negara di dunia menahan saldo emasnya.
Kemudian uang kertas tidak dapat ditukar dengan emas, padahal sebelumnya
memiliki kekuatan nilai tukar yang bersumber dari saldo emas senilai. Setelah itu,
uang kertas memiliki kekuatan nilai tukar dari beberapa unsur lain, namun masih
menggunakan unsur emas sebagai salah satunya. 0

0
Hasan, Mata Uang..., h. 78.
0
Hasan, Mata Uang..., h. 79-80
5
Namun, emas tidak secara total kehilangan sifat uangnya, bahkan
senantiasa digunakan dalam hubungan internasional walaupun dilarang beredar
sebagai mata uang sejak tahun 1914 M. Banyak negara yang harus membayar
kewajiban hutang-hutangnya yang dibebankan dengan emas, ini pada satu sisi.
Pada sisi lain, emas masih digunakan sebagai cadangan devisa di bank-bank,
walaupun syarat ini tidak umum bagi semua bank. Apabila bank menyimpan
sejumlah emas sebagai saldo mata uangnya, akan memberikan kekuatan nilai
tukar.
Jika dulu terjadinya peralihan sistem uang dari logam ke kertas adalah
melalui proses perkembangan yang panjang, diawali dengan motif keamanan dan
kenyamanan bertransaksi menggunakan kertas-kertas banknote sebagai pengganti
saldo emas yang disimpan di lembaga penitipan uang emas. Namun, kemudahan
dan keamanan itu sirna ketika kemudian kertas-kertas itu menjadi uang dalam arti
yang sesungguhnya secara hukum menggantikan posisi uang logam. Disini
orangorang kemudian berpikir menemukan media lain untuk menjaga uang kertas
dari risiko pencurian dan kehilangan pada satu sisi dan mempermudah transaksi
pada sisi lain, maka muncul cek, kartu ATM, kartu debit, kartu kredit, dan
sebagainya.

B. Perkembangan Uang Pada Zaman Rasululah

1. Definisi Uang menurut Islam


Secara etimologi , definisi uang (nuqud) adalah :
1. Al-Naqdu :yaitu yang baik dari dirham
2. Al-Naqduyaitu tunai (lawan dari tunda) yakni memberikan bayaran
dengan segera. Dalam hadist Jabir disebutkan bahwa “Naqadani at-
tsaman” yakni membayarku dengan tunai kemudian digunakan barang
yang sudah dibayarkan termasuk penggunaan kata masdar.0

0
https://media.neliti.com/media/publications/287407-sejarah-penggunaan-uang-sejak-masa-
rasul-d2b68f9f.pdf
6
Orang Arab pada zaman Rasulullah tidak mengenal kata Nuqud mereka
menggunakan kata Dinar dan Dirham sebagai alat tukar. Sedangkat fulus adalah
uang tembaga yang juga merupakan uang tambahan untuk membeli barang-barang
yang murah. Adapun pengertian Dinar dan Dirham adalah :
a. Dinar merupakan barasal dari bahasa romawi yaitu kata Denarius yang
artinya emas cetakan.
b. Adapun dirham berasal dari bahasa yunani yaitu Drachma yang berarti
perak cetakan. Cendikiawan muslim Al-ghazali dan Ibnu Khaldun uang
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan sebagai :
1. standar ukuran nilai harga
2. Media transaksi
3. Media penyimpan nilai
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dari uang yang
terpenting adalah stadarnya bukan bentuk uang itu sendiri. Uang emas
diterbitkan ole Raja Dinarius dari kerajaan Romawi. Uang emas sendiri
memiliki nilai yang stabil. Hal ini juga berlaku untuk dirham yang berasal dari
Persia tepatnya dari Keraan Sasanid. Oleh sebab itu walaupun bukan
diterbitkan oleh negara Islam Rasulullah SAW mempergunakannya sebagai
alat tukar. (Susanti, 2017).

2. Sejarah Uang Pada Zaman Rasulullah


Ketika Nabi Muhamad SAW diutus sebagai nabi dan Rasul, beliau
menetapkan apa yang sudah menjadi tradisi penduduk mekkah. Beliau
memerintahkan penduduk madinah untuk mengikuti ukuran timbangan
penduduk Mekkah ketika itu mereka bertransaksi menggunakan dirham dalam
jumlah bilangan bukan timbangan Rasulullah SAW bersabda : Timbangan
adalah timbangan penduduk Mekkah sedangkan takaran penduduk Madinah.

7
Karena adanya perintah tersebut adanya pernedaan ukurn dirham di
Persia karena terdapat 3 bentuk pencetakan uang yaitu :
a. Ukuran 20 karat
b. Kuran 12 karat
c. Ukuran 10 karat
Lalu ditetapkan dalam dirham Islam menjadi 14 karat denan membagi
semuanya dengan rata-rata 3. Dengan perhitungan 20 + 12 + 10 : 3 = 14
Nilai ini sama dengan nilai daniq seukuran dengan 7 mitscal di masa
sekarang disamakan dengan gram.

C. Perkembangan Uang Pada Zaman Khulafaur Rasyidin


a. Abu Bakar Pada masa pemetrintahan Khalifah Abu Bakar keadaan bentuk
uang masih sama dengan masa Rasulullah SAW yaitu menggunakan mata
uang Dinnar dan Dirham.
b. Ummar Bin Khatab Pada tahun 18 H yaitu pada masa Khalifah Ummar di
cetaklah Dirham Islam. Khalifah Ummar melakukan hal- hal pentingdalam
masalah uang seperti:
1. Pencetakan uang dirham dengan ciri-ciri yang menunjukkan
keIslaman. Pada masa ini bentuk uang hampir sama dengan persia
namun ada tulisan tambahan seperti “Al-hamdulillah”.
2. Ditetapkan standar Dirham yaitu sama dengan dinnar 1 Dirham sama
dengan 7/10 Dinar atau setara dengan 2,97 gram dengan landasan
standar nilai Dinar sebesar 4,25 gram.
3. Dibuat uang dalam bentuk lain yaitu kulit hewan dengan pemikiran
bahwa bahan dasar kulit hewan mudah dibawah, namu hal itu
diurungkan karena banyak sahabat yang tidak setuju dengan
pertimbangann bahwa kulit tidak dapat dijadikan standar penilaian
karena harga kulit berfluktuasi. Akhirnya Khalifah Ummar
menetapkan standar koin Dinnar dan Dirham berat 7 Dinnar sama
dengan 10 Dirham. Standar dinar emas memakai 22 karat dengan berat

8
4,25 gram. Sedangkan dirham harus menggunakan perak murni seberat
3,0 gram. Keputusan ini telah ditetapkan para ulama pada masa itu.

c. Utsman bin Affan


Pada masa ini perkembangan percetakan uang Dinar dan Dirham
dengan memodifikasinys dengan menggunakan simbol-simbol Isla.
Didalam uang Dinnar tersebut tertulis “Allahu Akbar” dibatas koin
terdapat kata-kata aksara kuffi yang artinya : “Rahmat dengan Asma
Allah” dengan asma Tuhanku bagi Allah dan Muhammad.
d. Ali bin Abi Thalib
Pada masa khalifah Ali pencetakan dirham mengikuti Khalifah
Ustman bin affan hanya saja menuliskan di salah satu lingkarannya
kalimat Bismillah, Bismillah Rabbi, dan Rabiyallah dengan tulisan kuffi0.

D. Perkembangan Uang Pada Zaman Bani Umayyah


Pencetakan uang pada Dinasti Umayah semenjak Muawiyah bin Abi
Sofyan masih meneruskan model Sasanid dengan menambahkan beberapa
kata tauhid. Pada tahun 76 H Abdul Malik bin Marwan membuat mata uang
yang bernafaskan model Islam tersendiri. Abdul Malik mampu merealisasikan
stebilitas politik dan ekonomi, mengurangi pemalsuan dan manipulasi
terhadap mata uang. Pada masa Abdul Malik dan Hisyam bin Abdul Malik
bahkan beliau menghukum orang yang memalsukan uang dengan hukuman
1000 cambuk dan jumlahnyan lebih dari 100 orang. Pada Akhirnya Dinnar
pada Dinasti Ummayyah terkenal halus, akurat dan murni.0

0
.(Susanti, 2017 : 37-39)
0
(Susanti, 2017 ; 39)
9
E. Perkembangan Uang Pada Zaman Bani Abasiyah
Pada masa Abbasiyah pencetakan uang masih melajutkan sistem
pencetakan pada masa Ummayah. Pada masa Al-Saffah Dirham pada mulanya
dikurangi menjadi satu butir kemudian dikurangi satu butir kemudian dilanjutkan
dengan 2 butir, terus berlanjut pada masa Abu jafar Al-Mansur. Pada masa
Dinansti Fathimiyah, Dirham-Dirham campuran sangat banyak menyebabkan
banyaknya dirham campuran sehingga nilanya menjadi turun. Pada masa
Shalahudian Al-Ayyubi bahan baku emas sudah tidak mencukupi untuk
pencetakan dinar hal ini disebabkan karena peperangan. Karena mata uang utama
tidak murni begitupun jua dengan perak bahkan separuhnya adalah tembaga maka
pencetakan uang seperti ini terus berlanjut pada masa Bani Ayub. Pada masa
pemerintaham Mamalik pencetakan uang tembaga tersebar luas. Bahkan raja Al-
Zhahir Barquq dan anaknya Fajr,

Uang tembaga menjadi mata uang utama karena :

a. Penjualan perak di negara eropa .


b. Impor tembaga dari negara-negara eropa
c. Meningkatnya konsumsi perak0

0
(Susanti, 2017 : 37-39)
10
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan

Uang merupakan alat transaksional yang lazim dalam proses jual beli, uang
yang beredar di masyarakat dikatakan baik jika jumlah uang beredar dari
masyarakat daerah untuk daerah itu sendiri.

Maraknya e-commerce yang menyediakan sistem kredit dan juga


menyediakan fasilitas pinjaman online, membuat masyarakat sangat mudah
mengajukan pinjaman dengan persyarataan yang sangat sederhana. akibatnya
sebagian masyarakat yang mengajukan pinjaman online, tidak lagi berfikir
rasional dalam memutuskan untuk menggunakan fasilitas pinjaman online yang
bunganya begitu besar dan sulit untuk membayar kredit tersebut.

Terdapat juga dampak negatif dari digitalisasi uang yaitu, judi online yang
menjadi gaya hidup pilihan untuk mendapatkan uang secara praktis dan
berhubungan dengan penyediaan pinjaman online yang tersedia kapan saja dan
proses yang sangat singkat, membuat masyarakat tidak menggunakan akal sehat
lagi karena candu dan terjerat dengan judi dan pinjaman online yang mana hal ini
sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah islam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dihliana Difa. 2020. Sejarah Uang di berbagai bangsa. UIN Antasari. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam.

Dosen Perbankan Syariah. 2019. Sejarah Penggunaan Uang Sejak Masa


Rasulullah Saw Sampai Sekarang. STEBIS IGM Palembang. Islamic
Banking Volume 4 Nomor 2.

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/viewFile/1695/1507

Departemen Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. CV Darus


Sunah, 2

Janwari, Yadi. 2005. Asuransi Syari’ah, Bandung, Pustaka Bani Quraisy


Darmawan, Indra. 1999. Pengantar Uang dan Perbankan, Jakarta, Rineka Cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai