Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan hidyahNya kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul “PROSES
PEMBUATAN UANG” ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Walaupun saya
sadar bahwa makalah masih jauh apa yang menjadi harapan dari pembimbing. Namun
sebagai awal pembelajaran dan agar menambah semangat, bukan sebuah kesalahan jika saya
mengucapkan kata syukur.. Kesalahan dalam makalah ini jelas ada. Namun bukanlah
kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan
tersebut kirannya dapat dimaklumi.
Demikian, harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amin.

Indragiri Hilir , 24 Januari 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I ......................................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................3
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN..................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1 SEJARAH UANG................................................................................................................4
2.2 PENGERTIAN UANG........................................................................................................6
2.3 FUNGSI UANG...................................................................................................................7
2.4 SYARAT – SYARAT UANG..............................................................................................8
2.5 JENIS UANG.......................................................................................................................9
2.6 PERBEDAAN UANG KARTAL DAN UANG GIRAL..................................................11
2. 7 SEJARAH UANG DI INDONESIA.................................................................................12
2.8 PROSES PEMBUATAN UANG ..................................................................................... 16

BAB III...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................19
3.2 SARAN...............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek


hubungan sosial,salah satunya adalah ekonomi dalam kehidupan sehari hari kita sering
menjumpai perkataan ekonomi.

Manusia dan masyarakat mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam memenuhi


kebutuhannya. Kebutuhan manusia dan masyarakat terus berkembang seiring dengan
meningkatnya kemakmuran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan uang sebagai alat tukar
atau pembayaran.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Sejarah uang ?
2. Apa pengertian uang?
3. Apa fungsi uang?
4. Apa syarat-syarat uang?
5. Apa jenis uang?
6. Apa pebedaan uang artal dan giral
7. Apa sejarah uang di Indonesia?
8. Apa saja proses pebuatan uang?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


1. Untuk mengetahui sejarah uang
2. Untuk mengetahui pengetian uang,manfaat uang,riteria uang,fungsi uang,jenis
uang.
3. Untuk mengetahui perbedaan uang artal dan uang giral
4. Untuk mengetahui jenis uang di indonesia.
5. Untuk mengetahui proses pembuatan uang

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH UANG

Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh
setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi
modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai
alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya
serta untuk pembayaran hutang.Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat
penunda pembayaran. Secara kesimpulan, uang adalah suatu benda yang diterima secara
umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun
kekayaan.

Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada barter
yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi
modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan
pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan
menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja
yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran

Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang
panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha
memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat
pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi
sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhannya. Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa
apa yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya.
Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang
yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya.
Akibatnya muncullah sistem'barter'yaitu barang yang ditukar dengan barang. Namun pada
akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di antaranya adalah

4
kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau
menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat
dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama
nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-
benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat
pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generally accepted) benda-
benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau
benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari; misalnya garam yang oleh orang
Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang
Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang: orang Inggris menyebut upah sebagai
salary yang berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti garam.

Barang-barang yang dianggap indah dan bernilai, seperti kerang ini, pernah dijadikan sebagai
alat tukar sebelum manusia menemukan uang logam.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu
antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan
sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan (transportation)
menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda
tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang
dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang
tinggi sehingga digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa
mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar karena
memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang logam emas dan perak juga
disebut sebagai uang penuh (full bodied money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang
sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu,
setiap orang berhak menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak
tidak terbatas dalam menyimpan uang logam. Sejalan dengan perkembangan perekonomian,

5
timbul suatu anggapan kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani
dengan uang logam bertambah sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat
terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar
sehingga diciptakanlah uang kertas Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-
bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan
kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan
emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat
ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi
menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka
menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai alat tukar.

2.2 PENGERTIAN UANG

Uang adalah salah satu topik utama dalam pembelajaran ekonomi dan finansial.
Monetarisme adalah sebuah teori ekonomi yang kebanyakan membahas tentang permintaan
dan penawaran uang. Sebelum tahun 80-an, masalah stabilitas permintaan uang menjadi
bahasan utama karya-karya Milton Friedman, Anna Schwartz, David Laidler, dan lainnya.

Kebijakan moneter bertujuan untuk mengatur persediaan uang, inflasi, dan bunga yang
kemudian akan memengaruhi output dan ketenagakerjaan. Inflasi adalah turunnya nilai
sebuah mata uang dalam jangka waktu tertentu dan dapat menyebabkan bertambahnya
persediaan uang secara berlebihan. Interest rate, biaya yang timbul ketika meminjam uang,
adalah salah satu alat penting untuk mengontrol inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Bank
sentral seringkali diberi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengontrol persediaan uang,
interest rate, dan perbankan.

Krisis moneter dapat menyebabkan efek yang besar terhadap perekonomian, terutama
jika krisis tersebut menyebabkan kegagalan moneter dan turunnya nilai mata uang secara
berlebihan yang menyebabkan orang lebih memilih barter sebagai cara bertransaksi. Ini
pernah terjadi di Rusia, sebagai contoh, pada masa keruntuhan Uni Soviet.

6
2.3 FUNGSI UANG

Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan
barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih rinci, fungsi
uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi turunan.

Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai
penyimpan nilai.

 Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat
mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu
menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar.
Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran
uang.
 Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat
digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang
diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya
pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk
harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran.
 Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat
digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang.
Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas
barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk
digunakan membeli barang dan jasa pada masa mendatang.

Fungsi Turunan

Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai fungsi
turunan. Fungsi turunan itu antara lain:

 Uang sebagai alat pembayaran yang sah


Kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang semakin bertambah dan beragam tidak
dapat dipenuhi melalui cara tukar-menukar atau barter. Guna mempermudah dalam
mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan, manusia memerlukan alat pembayaran
yang dapat diterima semua orang, yaitu uang.

7
 Uang sebagai alat pembayaran utang
Uang dapat digunakan untuk mengukur pembayaran pada masa yang akan datang.
 Uang sebagai alat penimbun kekayaan
Sebagian orang biasanya tidak menghabiskan semua uang yang dimilikinya untuk
keperluan konsumsi. Ada sebagian uang yang disisihkan dan ditabung untuk
keperluan pada masa datang.
 Uang sebagai alat pemindah kekayaan
Seseorang yang hendak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dapat memindahkan
kekayaannya yang berupa tanah dan bangunan rumah ke dalam bentuk uang dengan
cara menjualnya. Di tempat yang baru dia dapat membeli rumah yang baru dengan
menggunakan uang hasil penjualan rumah yang lama.
 Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi
Apabila nilai uang stabil orang lebih bergairah dalam melakukan investasi. Dengan
adanya kegiatan investasi, kegiatan ekonomi akan semakin meningkat.

2.4 SYARAT – SYARAT UANG

Suatu benda dapat dijadikan sebagai "uang" jika benda tersebut telah memenuhi
syarat-syarat tertentu.:

1. benda itu harus diterima secara umum (acceptability). Agar dapat diakui
sebagai alat tukar umum suatu benda harus memiliki nilai tinggi atau —
setidaknya— dijamin keberadaannya oleh pemerintah yang berkuasa.

2. Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability),

3. kualitasnya cenderung sama (uniformity),

4. jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta tidak mudah


dipalsukan (scarcity).

5. Uang juga harus mudah dibawa, portable, dan mudah dibagi tanpa
mengurangi nilai (divisibility),

6. serta memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of
value).

8
2.5 JENIS UANG
Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang
kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral. Uang kartal adalah alat
bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli
sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki
masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini
hanya beredar di kalangan tertentu saja, sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak
jika ia tidak mau barang atau jasa yang diberikannya dibayar dengan uang ini. Untuk narik
uang giral, orang menggunakan cek.

A. Menurut bahan pembuatannya

Dinar dan Dirham, dua contoh mata uang logam.

Uang menurut bahan pembuatannya terbagi menjadi dua, yaitu uang logam dan uang
kertas.

 Uang logam

Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam; biasanya dari emas atau perak
karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya
mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi
menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai. Uang logam memiliki tiga
macam nilai:

1. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya berapa nilai
emas dan perak yang digunakan untuk mata uang.

9
2. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang
tertera pada mata uang. Misalnya seratus rupiah (Rp. 100,00), atau lima ratus
rupiah (Rp. 500,00).
3. Nilai tukar (riil), nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan
dengan suatu barang (daya beli uang). Misalnya uang Rp. 500,00 hanya dapat
ditukarkan dengan sebuah permen, sedangkan Rp. 10.000,00 dapat ditukarkan
dengan semangkuk bakso).

Ketika pertama kali digunakan, uang emas dan uang perak dinilai berdasarkan nilai
intrinsiknya, yaitu kadar dan berat logam yang terkandung di dalamnya; semakin
besar kandungan emas atau perak di dalamnya, semakin tinggi nilainya. Tapi saat
ini, uang logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun dari nilai nominalnya.
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum atau tertulis di mata uang tersebut.

 Uang kertas

Sementara itu, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang yang terbuat dari
kertas dengan gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah.
Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud
dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan
kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

B. Menurut lembaga yang mengeluarkannya

Menurut lembaga yang mengeluarkannya, uang dibedakan menjadi uang kartal


(kepercayaan) dan uang giral (simpanan di bank).
 Uang Kartal (kepercayaan)
yaitu uang yang dikeluarkan oleh negara berdasarkan undang-undang dan
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Uang kartal di Indonesia terdiri
atas uang logam dan uang kertas.
 Uang Giral (simpanan di bank)
yaitu dana yang disimpan pada koran di bank-bank umum yang sewaktu-
waktu dapat digunakan untuk melakukan pembayaran dengan perantara cek
bilyet, giro, atau perintah membayar. Uang giral dikeluarkan oleh bank umum

10
dan merupakan uang yang tidak berwujud karena hanya berupa saldo tagihan
di bank.

11
C. Menurut nilainya

Menurut nilainya, uang dibedakan menjadi uang penuh (full bodied money) dan uang tanda
(token money)

 Uang Penuh (full bodied money)

Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera di atas uang tersebut sama
nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai nominal yang tercantum sama
dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang tersebut. Jika uang itu terbuat dari emas,
maka nilai uang itu sama dengan nilai emas yang dikandungnya.

 Uang Tanda (token money)

Sedangkan yang dimaksud dengan uang tanda adalah apabila nilai yang tertera diatas uang
lebih tinggi dari nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang atau dengan kata lain nilai
nominal lebih besar dari nilai intrinsik uang tersebut. Misalnya, untuk membuat uang
Rp1.000,00 pemerintah mengeluarkan biaya Rp750,00.

2.6 Perbedaan Uang Kartal dan Uang Giral

uang kartal:

1. alat pembayaran yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat umum
2. berupa logam dan kertas
3. agak rumit jika menyimpan dalam jumlah yang banyak
4. kurang aman karena resiko kehilangan besar

uang giral:

1. tidak diterima secara umum dalam masyarakat


2. berupa koran-koran (cek, giro dll)
3. lebih mudah dan praktis
4. lebih aman karena resiko kehilangan kecil, bila hilang bisa dilaporkan ke bank

12
2. 7 Sejarah Uang Di Indonesia

a. Masa Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno mengalami kejayaan pada masa 850 M. Di wilayah ini, alat
tukarnya menggunakan koin emas dan perak yang berbentuk kotak. Nominalnya pun
berbeda-beda.

b. Masa Kerajaan Jenggala

Kerajaan Jenggala adalah kerajaan berkuasa yang terletak di timur Pulau Jawa. Pada
masa kejayaannya (1042-1130), kerajaan ini menggunakan koin emas dan perak
dalam perdagangan. Kerajaan ini juga menggunakan uang kepeng dari Cina sebagai
alat pembayaran resmi. Ini menunjukkan bahwa kerajaan di Nusantara memiliki
pengaruh hubungan dagang dengan bangsa Cina.

c. Masa Kerajaan Majapahit

ini salah satu keunggulan mata uang Rupiah dari mata uang Asia Tenggara lainnya.
Proses kelahiran mata uang Rupiah di Nusantara tidak terlepas dari kedigdayaan salah
satu kerajaan besar yang pernah ada di Nusantara, yaitu Majapahit. Pada masa
kejayaannya, Majapahit tidak hanya menggunakan koin emas seperti mata uang Ma,

13
tapi juga mata uang Tahil yang berupa koin emas. Bentuknya macam-macam, ada
yang segiempat, setengah, seperempat lingkaran, segitiga, dan trapesium

d. Masa Kerajaan Buton

Kerajaan ini memberi corak tersendiri dalam sejarah numismatik Rupiah di


Nusantara. Menurut sejarah, kerajaan ini adalah kerajaan pertama yang menggunakan
uang dengan berbahan kain tenun sebagai alat tukar. Mata uang mereka disebut
Kampua, terbuat dari sehelai kain tenun persegi panjang yang ditenun putra-putri
istana.

e. Kasha di Kesultanan Banten

mata uang Kasha adalah mata uang yang dipakai Kesultanan Banten pada era itu.
Koin ini berbahan dasar emas. Dengan lubang bersisi enam, mata uang yang dipakai
di kerajaan ini menunjukkan adanya pengaruh Cina pada desain dan pengaruh Arab
pada ukiran.

f. Kerajaan Gowa mengeluarkan Jingara

Hasanuddin adalah patriotik dari kerajaan ini. Jingara adalah mata uang yang dipakai
oleh kerajaan ini. Berbahan dasar campuran timah dan tembaga.

14
g. Picis di Masa Kesultanan Cirebon

Menurut KBBI Daring, “picis memiliki arti /uang yang bernilai sepuluh sen/. Dalam
sejarahnya, Kesultanan Cirebon membuat mata uang mereka dengan bantuan seorang
Cina, dan mata uang itu disebut Picis. Mata uang Picis berbahan dasar timah tipis dan
mudah pecah.

h. Pengaruh Spanyol pada Mata Uang Kesultanan Sumenep

Untuk diketahui, sejarah uang di Indonesia di Kesultanan Sumenep memiliki


pengaruh sistem mata uang Spanyol. Di kerajaan inilah pengaruh masuknya Spanyol
ke Indonesia bisa diketahui. Selain menggunakan mata uang Spanyol sebagai alat
tukar, kesultanan ini juga menggunakan uang gulden Belanda dan uang thaler Austria
dalam sistem perekonomiannya.

15
i. Mata Uang Nusantara pada Masa Penjajahan

Penggunaan mata uang pada masa penjajahan tidak terlepas dari pengaruh Belanda
sebagai negara penjajah Nusantara. Peran pemerintahan kolonial itu pun tidak terlepas
dari yang namanya sebuah organisasi besar yang bergerak di bidang perdagangan,
yaitu Vereenigde Oostindische Compagnie atau dikenal sebagai VOC. Pada masa itu,
VOC secara tidak langsung menyebarluaskan penggunaan mata uang Gulden Hindia-
Belanda (seperti gambar pertama tulisan ini) dalam kegiatan perekonomian di
Nusantara. Waktu itu istilah Indonesia pun masih belum lahir.

Untuk diketahui, selain gulden Hindia-Belanda, wilayah Sumatra dan Jawa memakai
dolar Sumatra dan rupiah Jawa. Kedua jenis mata uang ini hanya bisa bertahan sampai
pada tahun 1824 Masehi. Pasti Anda bertanya, kenapa bisa punah? Motifnya jelas,
pemerintah kolonial mengingkan hanya mata uangnyalah yang boleh dipakai.

Gulden pada masa penggunaannya sempat ditarik oleh pemerintah kolonial.


Mengapa? Itu karena pada bentuk fisiknya ada ukiran Ratu Wilhelmina dengan
rambut terurai. Penarikan dari peredaran ini dilakukan karena dianggap sebagai
bentuk penggambaran tidak sopan terhadap seorang bangsawan, kepada ratu Belanda.

Mata uang gulden Hindia-Belanda ini punya pengaruh kuat. Bahkan, pada masa
pemerintahan kolonial Jepang pun mata uang ini masih digunakan. Tapi, gulden pada
masa penjajahan kolonial Jepang ini memiliki tulisan De Japansche Regering yang
artinya /pemerintah Jepang/. Nah, selain gulden yang tertera tulisan itu, kolonial
Jepang pun mengedarkan mata uangnya sendiri, Dai Nippon Teikoku Seihu.

16
2.8 PROSES PEMBUATAN UANG

Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERUM PERURI) adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugasi untuk mencetak uang rupiah (baik uang kertas
maupun uang logam) bagi Republik Indonesia, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 tahun 2006. Selain mencetak uang rupiah Republik Indonesia, juga mencetak produk
sekuriti lainnya, termasuk cetakan kertas berharga non uang dan logam non uang.

PERUM PERURI didirikan pada tanggal 15 September 1971, dan merupakan gabungan dari
dua Perusahaan yaitu PN. Pertjetakan Kebajoran atau PN. PERKEBA, dan PN. Artha Yasa.
Pendirian ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 60 tahun 1971, selanjutnya diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 25 tahun 1982, kemudian diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 34 tahun 2000 dan disempurnakan untuk terakhir kalinya melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2006.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2006 di atas, Perum Percetakan Uang
Republik Indonesia (PERUM PERURI) diberikan tugas dan wewenang untuk mencetak lima
produk unggulan, yakni uang Republik Indonesia yang meliputi uang kertas dan uang logam,
paspor RI, pita cukai, meterai dan sertifikat tanah. Setiap produk yang dicetak oleh Perum
Peruri mempunyai ciri khusus yang mengutamakan segi-segi pengamanan, mengingat
dokumen tersebut merupakan dokumen negara yang sangat vital. Oleh karena itu, Perum
Peruri selalu memfokuskan unsur-unsur sekuriti atau security feature pada setiap produk
cetakannya.

Terdapat juga lokasi khusus untuk produksi kertas non uang dan logam nonuang. Pencetakan
uang kertas dimulai dengan pengukiran pelat baja pencetak yang dilakukan dengan sistem
komputer. Uang kemudian akan memasuki tahap cetak awal. Pada tahap ini uang akan diisi
gambar saling isi (rectoverso) sebagai pengaman. Setelah dicetak, uang harus menunggu
selama 2 hari ditambah 8 jam sebelum masuk tahap selanjutnya.

Proses selanjutnya adalah intaglio atau pencetakan kembali, dimulai dari bagian belakang
kemudian bagian depan. Namun, dua pencetakan ini juga harus dijeda 2 hari agar tinta benar-
benar meresap.

Akan ada pemeriksaan manual sebelum proses selanjutnya, yakni pemberian nomor seri
uang. Setelah diperiksa secara saksama, uang akan masuk tahap pemotongan dari lembaran
besar menjadi potongan uang sebagaimana yang beredar saat ini.

Selanjutnya, uang yang telah selesai dicetak akan dikemas dan dikirimkan kembali ke Bank
Indonesia untuk diedarkan. Khusus untuk uang kertas yang cacat, akan dipisahkan namun
tetap dikirim ke BI dengan catatan cacat dan tak layak edar.

Sementara itu, pencetakan uang logam lebih sederhana karena tidak membutuhkan
pengamanan khusus. Meski demikian, bentuk uang logam yang berbentuk relief memiliki

17
kerumitan tersendiri karena membutuhkan pekerja seni untuk proses awal. Dalam produksi
uang logam, perusahaan mencetak desain dengan gips yang dilaser khusus agar bisa terlihat
konturnya. Kemudian, akan ada pemahatan dengan sistem komputasi. Setelah itu, pencetakan
akan dilakukan di material logam yang telah dibentuk melingkar (rimming). Lepas dicetak,
uang logam akan melalui tahap pemeriksaan untuk kemudian dikemas dan diserahkan
kembali ke BI.

7 Tahapan dan Proses Pembuatan Uang

1. Proses Plat Cetak Intaglio / Galvano (Engraving Process)


Ini merupakan tahap awal dari proses percetakan uang kertas. Butuh waktu
tiga hingga lima bulan untuk membuat plat cetak uang tersebut.

2. Proses Roll Sablon Intaglio (Inking Schablon Process)


Setelah membuat plat cetak , lalu beranjak ke proses pemberian tinta roll
mesin penggulung atau alat pemutar untuk mencetak uang.

3. Proses Cetak Uang Kertas Tahap Cetak Rata (Offset Process)


Setelah plat dan roll pencetak uang sudah siap , maka kini dimulailah tahap
pencetakan uang ke kertas . Satu kertas lembar besar tersebut memuat 45 – 50
bilyet (lembar ) uang. Untuk lembaran uang Rp 1.000 , Rp 2 .000, dan Rp
5.000 memuat 50 bilyet per kertas. Sedangkan untuk lembaran uang Rp. 10.
000 hingga Rp 100.000 memuat 45 bilyet per kertas. Ini merupakan tahap di
mana pemberian warna dasar uang.

4. Proses Cetak Uang Kertas Tahap Cetak Dalam (Intaglio Process)


Setelah kertas diberi warna dasar, kemudian dilanjutkan dengan pencetakan
kertas dilembar bagian dalam atau di lembar sebaliknya. Namun sebelum
mencetak bagian dalam, kertas yang telah diberi warna dasar terlebih dahulu
dikeringkan selama satu hari.

5. Proses Pemeriksaan Lembar Besar (Inspection Process)


Setelah dua bagian kertas telah dicetak, lalu dilakukanlah pemeriksaan uang.
Pemeriksaan ini dilakukan secara manual oleh karyawan guna melihat apakah
ada kerusakan dalam proses produksi. Bila diketahui ada yang rusak atau
cacat, maka pada lembaran yang rusak itu akan ditandai dengan coretan.

6. Proses Cetak Nomor (Numbering Process)


Usai diperiksa secara manual, maka dilanjutkan dengan pemberian nomor
uang. Nomor uang ini disesuaikan dengan pesanan Bank Indonesia (BI ).
Terdapat tiga mesin putar pencetak nomor yang telah diisi dengan plat nomor
masing- masing uang.Setelah pencetakan nomor, maka uang kertas tersebut
harus diperiksa kembali guna mengecek kebenaran dan keabsahan nomor uang
tersebut.

7. Proses Penyelesaian (Cutpack Pro)


Ini merupakan tahapan akhir dari segala proses pencetakan uang kertas. Proses
ini terbagi dua yaitu proses penyelesaian secara mekanis dan manual. Secara
mekanis, kertas lembar besar tersebut kini dipotong menggunakan mesin 7
kertas. Secara manual, lembaran uang diperiksa kembali langsung oleh

18
sejumlah pekerja yang didominasi perempuan. Pada tahap akhir ini pulalah
lembaran – lembaran uang yang rusak atau cacat dilubangi untuk kemudian
dihancurkan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Uang merupakan suatu benda yang dapat diterima secara umum oleh lapisan
masyarakat sebgai alat perantara untuk mempermudah transaksi atau jual beli dalam
kehidupan ekonomi masyarakat. Uang dapat dibedakan menjadi uang kartal dan uang giral.
Uang yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dissebut
uang kartal yang terdiri atas uang logam dan uang kertas.

3.2 SARAN

Manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan uang, dan uang merupakan alat
bayar yang sah karena itu kita jangan sekali-kali melakukan praktik pencucian uang dan
pemalsuaan uang krena dapat merugikan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi
negara kita.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.silontong.com/2014/08/16/proses-dan-7-tahapan-pencetakan-uang-baru-di-
indonesia/#

21

Anda mungkin juga menyukai