Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Permintaan Uang

Mata kuliah : Sistem moneter islam

Dosen pengampu : Gurutta Sulfiayu S.E. Sy., M.E

Disusun Oleh

KELOMPOK 9

MUHAMMAD ALFARISHI

FAKULTAS HUKUM DAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IAI AS’ADIYAH SENGKANG

2022
KATA PENGANTAR

Ahamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Uang dan
Permintaan uang” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian
yang bisa kita pelajari salah satunya dari karya film. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga
makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dan dosen pembimbing kami,Gurutta Sulfiayu S.E. Sy., M.E
dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai
hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluasluasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Penyusun

Sengkang 18, Juni 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Uang ......................................................................................... 2


B. Teori permintaan uang Syariah .............................................................. 3
C. Teori permintaan uang Konvensional .................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi otoritas


kebijakan moneter dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk menjaga
stabilitas ekonomi. Analisis permintaan uang merupakan suatu analisis besaran-
besaran ekonomi yang dibutuhkan untuk mendukung suatu kebijakan yang diambil
oleh pemerintah di bidang moneter. Pemerintah, dalam hal ini adalah Bank
Indonesia dapat menempuh suatu kebijakan moneter yang bertujuan untuk
mencapai stabilitas moneter Mengingat pentingnya kestabilan permintaan uang,
maka banyak literatur yang membahas aspek teoritis maupun empiris mengenai
permintaan uang di berbagai negara, baik negara maju maupu negara berkembang,
telah menjadi pekerjaan hampir semua ekonom untuk mampu memprediksi
perekonomian, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Sejarah uang


2. Bagaimana permintaan uang Syariah
3. Bagaimana permintaan uang Konvensional

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah uang


2. Untuk mengetahui bagaimana permintaan uang Syariah
3. Untuk mengetahui bagaimana permintaan uang Konvensional

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Uang
Dalam ilmu ekonomi modern,uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara
umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-
jasa serta kekayaan berharga lainnya juga untuk pembayaran hutang.Beberapa ahli
juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran. uang adalah suatu
benda yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk mengukur
nilai,menukar,dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa,serta
pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.
Setelah mengetahui makna dan pengertian mengenai uang, selanjutnya
merupakan sejarah bagaimana awal mula uang tercipta dan menjadi alat tukar yang
resmi,yang beredar dan digunakan oleh masyarakat. Pada masa prasejarah,hingga
awal masa sejarah,manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari
berbagai bahan dan makanan dari alam. Sehingga,praktis kegiatan jual beli tidak
bisa dilakukan,dan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Kemudian,lambat
laun,kebutuhan yang disediakan tidaklah cukup.Beberapa daerah memiliki
sumberdaya maupun bahan makanan,pakaian dan penunjang tempat tinggal yang
lebih baik dari tempat lainnya.oleh sebab itu,penukaran barang dengan barang
menggunakan sistem barter mulai lazim untuk digunakan.
Barter dianggap memberikan keuntungan satusama lain,sehingga mudah
untuk mengaplikasikannya. Namun, kemudian disadari bahwa sistem ini juga
terdapat beberapa kendala,misalnya saja,barang yang hendak ditukarkan ternyata
tidak diperlukan oleh pihak kedua. Ini membuat pihak kedua tidak mau melakukan
barter pada pihak pertama.Untuk mengatasi hal tersebut,maka manusia kemudian
berkreasi dan menciptakan alat pembayaran yang disepakati. Awalnya
menggunakan kerang atau batu-batuan yang dianggap menarik, kemudian mulai
melebur emas maupun perak dalam mata uang logam untuk digunakan. Nilai mata
uang dengan menggunakan dua logam mulai tersebut,dinilai efektif, sebab kegiatan
ekonomi kemudian berjalan dengan lebih lancar. Selain mudah digunakan, uang
logam juga bisa diproduksi secara pribadi oleh industry domestik. Tapi perlahan

2
tapi pasti, sistem ini juga dinilai tidak efektif,sebab pada saat itu,bahan yang
digunakan terbatas,walaupun pengertian uang masih sama digunakan sebagai nilai
tukar yang setara, penggunaan uang kertas kemudian berkembang untuk
mengimbangi perkembanga nuang logam. Selanjutnya ,masyarakat lebih familiar
menggunakan uang kertas, dan memakai uang logam sebagai nilai ukur yang
berbeda,terutama jika masih mengandung emas ataupun perak. Secara singkat
Sejarah uang memiliki 3 tahapan yaitu
1. Prabarter
Manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri, mereka memperoleh
makanan dengan cara berburu karena jenis kebutuhannya masih sederhana
(mereka belum membutuhkan orang lain).
2. Barter
Barulah pada periode barter, terjadi interaksi antara satu orang denganyang
lain, mengingat bahwa kebutuhan mereka sudah mulai meningkat dan
masing-masing individu mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri, untuk itulah mereka menyelenggarakan tukar menukar dengan cara
barter
3. Uang
Namun semakin kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan
double coinceidence of wants. Maka di ciptakanlah uang sebagai alat tukar
menukar yang dapat diterima oleh semua pihak.

B. Permintaan uang Syariah

Diskusi tentang bagaimana manajemen moneter harus dilakukan, tidak akan


pernah terlepas dari berbagai cara untuk mempertemukan permintaan uang dan penawaran
pada tingkat yang paling ideal. Kita tidak dapat mengasumsikan bahwa salah satu
diantaranya merupakan variabel exogen. Akan tetapi, kita harus melihat bagaimana kedua
variabel ini mencapai tingkat equilibrium dalam makro ekonomi. Permintaan uang secara
tidak langsung akan mengikut sertakan tingkat suku bunga, total transaksi, total output,
personal income, pendapatan tetap, kesejahteraan, upah, tingkat inflasi dan ekspektasinya,
institusi perantaranya dan inovasi-inovasi dalam keuangan.

3
Seperti yang telah dijelaskan bahwa permintaan uang dari ketiga mazhab
ekonomi Islam pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam motif memegang uang.
Dalam Islam fungsi permintaan uang hanya dikenal dua motif saja, yaitu motif
transaksi dan berjaga-jaga. Karena perbuatan yang mengarah kepada motif
spekulasi dilarang dalam Islam, maka instrumen moneter yang ada dihindarkan dari
penggunaan variabel yang akan mengarahkan kepada motif spekulasi. Keberadaan
instrumen pengganti suku bunga diarahkan penggunaanya terhadap uang yang
memiliki tujuan yang bersifat penting dan mendesak serta investasi yang produktif
dan efisien. Walaupun ada persamaan dalam motif memegang uang, namun
penggunaan variabel penjelas yang digunakan di antara ketiga mazhab adalah
berbeda. Mazhab Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi
dari tingkat rasio harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Mazhab mainstream
menggunakan dues on idle fund dan tingkat pendapatan sebagai variabel
independent dan fungsi permintaan uang. Sedangkan Mazhab ketiga menjelaskan
bahwa permintaan uang dan penawaran uang adalah satu fungsi yaitu M, dan
variabel yang memengaruhinya adalah Y, variabel kebijakan pemerintah, X,
variabel sosio-ekonomi, Ø, knowledge-induced variabel. Instrumen yang
digunakan sebagai financial intermediary adalah Profit-sharing atau expected rate
of profit.

Permintaan uang Syariah terbagi 3 yaitu

1. Permintaan uang Mazhab Iqtishaduna

Permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok, yaitu transaksi dan
berjaga-jaga atau untuk tujuan investasi. Secara matematik formula permintaan
uang dapat dituliskan sebagai berikut:

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan yang
dimiliki oleh seseorang. Di mana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga akan

4
meningkat. Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga (meliputi juga
permintaan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar kecilnya
harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai.

2. Mazhab Mainstream

Seperti halnya pada mazhab pertama di mana permintaan uang dalam Islam hanya
dikategorikan dalam dua hal yaitu permintaan uang untuk transaksi dan berjagajaga.
Perbedaan baru terlihat di antara mazhab ini setelah kita membicarakan bagaimana
perilaku permintaan uang untuk motif berjaga-jaga dalam Islam dan variabel apa
yang mempengaruhi motif berjaga-jaga ini. Landasan filosofis dari teori dasar
permintaan uang ini adalah Islam mengarahkan sumber-sumber daya yang ada
untuk dialokasikan secara maksimum dan efisien. Pelarangan hoarding money atau
penimbunana kekayaan merupakan “kejahatan” penggunaan uang yang harus
diperangi. Pengenaan pajak terhadap aset produktif yang menganggur bertujuan
untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada kegiatan usaha produktif.
Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola permintaan uang untuk motif
berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset produktif yang
dianggurkan maka permintaan terhadap aset ini akan berkurang. Secara sederhana
dapat dianologikan sebagai berikut, Yusril yang memiliki kekayaan berupa tanah
dan kemudian tanah tersebut hanya dianggurkan saja sehingga tidak ada nilai
tambah dari kekayaannya, maka kebijakan yang dikenakan terhadap Yusril agar
tanah tersebut memiliki nilai tambah adalah mendorong Yusril untuk bersedia
mengelola kekayaannya pada kegiatan yang produktif. instrumen yang digunakan
adalah pajak terhadap pengangguran tanah tersebut. sehingga Yusril akan terkena
risiko pembayaran pajak apabila tanah miliknya tetap dianggurkan.

3. Mazhab alternatif

Permintaan uang dalam mazhab ketiga ini, sangat erat kaitannya dengan konsep
endogenous uang dalam Islam. Teori endogenous dalam Islam secara sederhana
dapat kita artikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari

5
volume transaksi yang ada dalam sektor riil. Teori inilah yang kemudian
menjembatani dan tidak mendikotomikan antara pertumbuhan uang di sektor
moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil. Islam menganggap
bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat didasarkan semata-mata pada
perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika dan hanya jika ada pemanfaatan
secara ekonomis selama uang tersebut dipergunakan. Sehingga tidak selalu nilai
tambahnya akan tergantung dari hasil yang diusahakan dengan uang itu. Secara
makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah representasi dari
perubahan dan pertambahan di sektor riil. Konsep inilah yang kemudian
menjadikan landasan sistem moneter Islam selalu berpijak pada sektor
mikroekonomi. Permintaan uang menurut M.A Choudhury adalah representasi dan
keseluruhan kebutuhan transaksi dalam sektor riil. Semakin tinggi kapasitas dan
volume sektor riil meningkat, maka permintaan uang pun akan meningkat.
Variabel-variabel yang memengaruhi permintaan uang meliputi variabel-variabel
sosio-ekonomi (X), kebijakan pemerintah dlam regulasi ekonomi (Y), dan
informasi objektif masyarakat akan kondisi riil perekonomian. Tidak seperti halnya
teori exsogenous, uang dalam literatur konvensional dianggap bahwa permintaan
uang dan penawaran uang dipengaruhi oleh suku bunga. Permintaan uang dan
penawaran uang dalam mazhab ini dipengaruhi oleh besarnya profit sharing atau
expected rate of profit. Tinggi rendahnya expected rate of profit ini merupakan
representasi dari prospek pertumbuhan aktual ekonomi. Expected rate of profit
merupakan harapan keuntungan yang bisa didapatkan dari menginvestasikan uang
di sektor riil.

Peningkatan investasi beraryti penurunan permintaan uang kas yang disimpan.


Apabila expected rate of profit yang akan didapatkan dari kegiatan investasi di
sektor riil meningkat, maka penawaran investasi juga akan meningkat. Tingginya
penawaran investasi akan menyebabkan penurunan jumlah uang kas riil yang
dipegang masyarakat. Artinya peningkatan expected rate of profit menjadikan
orang berkeyakinan bahwa pemegangan uang kas yang berlebihan mengandung
kerugian akan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan bisnis.

6
Akibatnya, seseorang akan menyesuaikan beebrapa besar permintaan uang kas riil
yang dipegang terhadap besarnya expected rate of profit.

C. Permintaan uang konvensional

Teori Permintaan Uang konvensional pada hakikatnya merupakan teori


tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas. Seseorang yang
memegang uang akan dihadapkan pada keuntungan dan kemungkinan kerugian dari
kepemilikan suatu bentuk kekayaan. Keuntungan seseorang yang memegang uang
kas akan mendapatkan tingkat likuiditas yang dapat dibelanjakan, namun ia akan
dihadapkan pada kemungkinan hilangnya peluang untuk mendapatkan nilai lebih
uang (value added of money) seandainya uang tersebut diinvestasikan dalam
kegiatan yang produktif. Memegang uang kas juga akan terkena risiko dari
menurunnya nilai riil uang, karena adanya inflasi. Permintaan atas saldo riil
tergantung dari besarnya tingkat pendapatam riil dan biaya atau risiko dari
memegang uang kas. Pendapatan riil merupakan sumber utama bagi seorang
individu untuk membiayai pengeluaran mereka, dan ekspektasi terhadap besarnya
pengeluaran akan dipenuhi dengan sejumlah uang kas yang siap bayar. Perbedaan
dalam penggunaan di antra teori permintaan uang yang ada. Dalam teori permintaan
uang konvensonal, suku bunga merupakan biaya yang digunakan untuk
menjelaskan perilaku individu dalam mengelola uang kas riilnya. Adapun teori
tentang permintaan konvensional sebagai berikut:

1. Teori Permintaan Uang Klasik

Teori permintaan uang klasik, tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada awalnya,
teori ini diperuntukkan untuk menerangkan peranan uang dalam perekonomian.
Dengan sederhana, Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut:

7
Pada saat yang hampir bersamaan, Marshal dan Pigou dari Universitas Cambridge juga
mengembangkan formulasi yang hampir sama, namun pada hakikatnya berbeda.
Formulasi teori kuantitas versi Cambridge seperti di bawah ini:

8
Secara sistematis, formula Marshal ini sama dengan formula Irving Fisher,
namun mempunyai filosofi yang berbeda. Marshall-Pigou menyatakan bahwa
keberadaan k sebagai turunan dari 1/ v merupakan tingkat keinginan seseorang
untuk menyimpan sebagian kekayaannya, dan penyimpanan uang adalah satu
kekayaan ang dimiliki oleh seorang individu. Oleh karena itu, ia menganggap
bahwa uang adalah salah satu cara untuk melakukan penyimpangan kekayaan,
sehingga keberadaan uang dalam teori Cambridge adalah stock concept.

Karena uang juga difungsikan sebagai alat untuk menyimpan kekayaan (store of
wealth), maka seorang individu akan menetukan individual choice-nya di dalam
memelihara komposisi kekayaan yang dimilikinya, apakah akan disimpan dalam
wujud bonds, di stock, atau di money, dan lain-lain. Dalam perkembangannya,
teori Cambrige kemudian dijabarkan oleh Keynes. Penjabaran Keynes yang
kemudian melahirkan mazhab Keynesian ini pada dasarnya adalah penjabaran
dari individual choice versi Marshal Pigou.

2 Teori Permintaan Uang Keynes

Bagi Keynes, money demands for transactions ditentukan oleh tingkat


pendapatan; money demand for precautionary ditentukan oleh tingkat
pendapata; money demand for speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Menurut Keynes besarnya permintaan uang dapat dikelompokan dalam tiga
motif, yaitu:

a. Motif Transaksi (transactionary motive) Merupakan permintaan uang yang


timbul karena adanya kebutuhan untuk membayar transaksi biasa. Fungsi uang
dalam motif pertama ini lebih berfungsi sebagai medium of echange dari
transaksi keuangan rumah tangga, industri maupun pemerintah untuk semua
barang dan jasa dalam jangka pendek. Secara agregat kebutuhan untuk transksi
dapat dikelompokan untuk memenuhi dari transaksi di konsumsi, investasi,
eksporimpor dan pengeluaran pemerintah. Kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan transaksi dalam jangka pendek relatif sedikit dibandingkan dengan
motif yang lain.

9
b. Motif Berjaga-jaga (precautionary motive) Permintaan akan uang untuk
tujuan memenuhi kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga.

c. Motif Spekulasi Motif spekulasi atau kebutuhan untuk memenuhi


kemungkinan yang tak terduga, motif ini lebih bersifat untuk mendapatkan
keuntungan dari adanya peluang dalam pasar komoditi, stock market, financial
market, dan foreign exchange. Namun tidak semua pelaku ekonomi akan
menciptakan kebutuhan ketiga ini. Dari motif ketiga inilah suku bunga sebagai
biaya opportunity muncul, di mana semakin tinggi suku bunga maka semakin
rendah permintaan yang untuk spekulasi begitu juga sebaliknya. Alasannya
adalah: pertama, apabila tingkat suku bunga tinggi, berarti biaya alternatif untuk
memegang uang adalah tinggi. Biaya alternatif yang tinggi akan menyebabkan
kebutuhan akan saldo spekulasi berkurang. Sebaliknya semakin kecil tingkat
suku bunga maka, semakin besar keinginan masyarakat untuk menambah saldo
spekulasi, karena pada suku bunga yang rendah biaya keuntungan dari peluang
pasar komoditi, stock market, financial market, dan lain-lain akan menjadi
murah. Dengan demikian, masyarakat akan cenderung lebih berani untuk
menambah saldo spekulasi. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat
menganggap adanya tingkat suku bunga normal. Tingkat bunga normal artinya
suatu tingkat di mana suku bunga tidak akan berada pada level yang irasional,
sehingga setiap kali ada perubahan bunga maka diharapkan akan kembali pada
level yang dianggap wajar. Tingkat bunga normal pada level yang rendah
mengakibatkan permintaan uang kan menjadi elastis sempurna atau terjadinya
fenomina liquidity trap. Pada kondisi liquidity trap masyarakat tidak akan
memegang kekayaannya dalam surat berharga sehingga semuanya akan
diwujudkan dalam bentuk uang kas. Permintaan uang merupakan permintaan
uang akan saldo riil, di mana permintaan seseorang untuk saldo riil tidak berubah
apabila harga berubah. Permintaan uang untuk saldo riil/ real balances (𝑀𝑑 /𝑃)
ditentukan dari besarnya pendapatan riil (Y) serta biaya opportunity yaitu suku
bunga (r). Sebab, permintaan uang untuk spekulasi merupakan bagian dari
kekayaan total atau sering disebut sebagai “ asset demand for money”

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah uang memiliki 3 tahapan yaitu


4. Prabarter
Manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri, mereka memperoleh
makanan dengan cara berburu karena jenis kebutuhannya masih sederhana
(mereka belum membutuhkan orang lain).
5. Barter
Barulah pada periode barter, terjadi interaksi antara satu orang denganyang
lain, mengingat bahwa kebutuhan mereka sudah mulai meningkat dan
masing-masing individu mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri, untuk itulah mereka menyelenggarakan tukar menukar dengan cara
barter
6. Uang
Namun semakin kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan
double coinceidence of wants. Maka di ciptakanlah uang sebagai alat tukar
menukar yang dapat diterima oleh semua pihak.

Pada dasarnya, teori permintaan dalam Islam lebih menekankan pada tingkat
kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut. Sedangkan dalam konvensional,
lebih didominasi oleh nilai kepuasan.

B.Saran

Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis harapkedepannya tulisan makalah ini akan lebih baik lagi serta fokus dan
detail dalam menjelaskanisi dalam makalah ini dengan sumber - sumber yang lebih
banyak dan lengkap yang tentunyadapat dipertanggung jawabkan.Untuk itulah
penulis harap kritik atau saran terhadap penulisan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ainon, Hasdi. 2010. Analisis Permintaan Uang di Indonesia. Padang: Universitas
Negeri Padang. Aiyedobbon,

Ambarini, Lestari. 2015. Ekonomi Moneter. Bogor : Penerbit In Media.

Ascarya dkk. 2008b. Perilaku Permintaan Uang dalam Sistem Moneter Ganda di
Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Hal. 53-88.

Atika. 2012. “Analisa Perbandingan Ekonomi Moneter Islam dan Ekonomi


Moneter Konvensional di Indonesia”. Thesis. Program Magister Komunikasi
Islam, Universitas Islam Negri Sumatra Utara.

Nopirin. 2016. Ekonomi Moneter Edisi Keempat Cetakan ke 16. Yogyakarta :


Penerbit BPFE.

Tambunan, Tulus. 2000. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai