Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Konsep Uang, Harta dan Kepemilikan dalam Perspektif Islam


Dosen Pengampu : Dyah Ayu Perwitasari S,AB.,M.Akun.

Disusun Oleh :
Kelas 3A Manajemen
Kelompok 4

1. Calungga Santoso Putra (226410002)


2. Alifaturrohman Gayuh L. (226410011)
3. Nabilatul Chusnul Khotimah (226410014)
4. Randy Kurniawan Sholeh (226410017)
5. Cahyaning Brilianti (226410019)

PROGRAM STUDI MANAJAMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCA MARGA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
berkah dan rahmatNya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Konsep Uang, Harta dan Kepemilikan dalam Perspektif Islam”. Dimana penulisan makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dan persyaratan dalam menyclesaikan tugas mata
kuliah Ekonomi Syariah.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan dalam
pembuatan makalah ini.

Probolinggo, 05 Oktober 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iii

Bab I : Pendahuluan.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2

1.3 Tujuan ...............................................................................................2

Bab II : Pembahasan .....................................................................................3

2.1 Konsep Uang dalam Perspektif Islam ...............................................3

2.2 Perbedaan Time Value of Money and Economic Value of Money....4

2.3 Konsep Harta dalam Perspektif Islam................................................6

2.4 Konsep Kepemilikan dalam Perspektif Islam....................................8

Bab III : Penutup............................................................................................18

3.1 Kesimpulan....................................................................................18

Daftar Pustaka 20
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Uang dalam Perspektif Islam

2.1.1 Pengertian Uang

Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu- uqud.
pengertiannya ada beberapa makna, yiatu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-
Qur‟an dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk
menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang
terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak.
Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata „ain untuk
menunjukkan dinar emas.

Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan
untuk membeli barang-barang murah (Rozalinda, 2014: 279). Selain itu uang didefenisikan
sebagai segala sesatu (benda) yang diterima oleh masyarakat sebagai alat perantara dalam
melakukan tukar-menukar atau perdagangan. Agar masyarakat menerima dan menyetujui
penggunaan benda sebagai uang maka arus memenuhi dua persyaratan sebagai berikut:

a. Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat memuaskan bermacam-macam


keinginan dari orang yang memilikinya sehingga semua orang mau mengakui
danmenerimanya.

b. Syarat teknis adalah syarat yang melekat pada uang, diantaranya:

1) Tahan lama dan tidak mudah rusak

2) Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai

3) Mudah dibawa

4) Nilainya relative stabil

5) Jumlahnya tidak berlebihan

6) Terdiri atas berbagai nilai nominal


Dalam konsep Islam, uang adalah flow concept. Islam tidak mengenal motif
kebutuhan uang untuk spekulasi karena tidak bolehkan. Uang adalah barang public, milik
masyarakat. Karenanya, penimbunan uang yang dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi
jumlah uang beredar. Bila diibaratkan dengan darah dalam tubuh, perekonomian akan
kekurangan darah atau terjadi kelesuan ekonomi alias stagnasi. Itulah hikmah dilarangnya
meninbun uang (Adiwarman Aswar karim, 2001: 21).

Dalam ekonomi barterpun, uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang.
Dengan demikian adanya uang sebagai ukuran nilai barang, uang akan berfungsi pula sebagai
ukuran nilai barang, uang akan berfungsi sebagai media penukaran. Konsep uang dalam
ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi
Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang bukan capital. Sedangkan
uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara interchangeability/bolak-balik,
yaitu uang sebagai uang dan sebagai capital.

2.1.2 Fungsi Uang

Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Peranan uang
ini dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan pengisapan dalam
ekonomi tukar-menukar (barter). Karena dalam system barter ada unsur ketidakadilan yang
digolongkan sebagai riba al Fadhl, yang dilarang dalam islam. Uang dapat memainkan
peranan penting sebagai suatu unit akun dan sebagai suatu kumpulan nilai dalam ekonomi
islam. Uang dapat digunakan sebagai ukuran opportunity cost (yaitu pendapatan yang
hilang). Disamping itu, uang juga memainkan peranan social dan religious yang khusus,
karena ia merupakan ukuran terbaik untuk menyalurkan daya beli dalam bentuk pembayaran
transfer kepada simiskin. Arti religious peranan uang terletak pada kenyataan bahwa ia
memungkinkan menghitung nisab dan menilai suku zakat dengan tepat. Sebagai fungsi sosial
uang menahan atau mencegah eksploitasi terbuka yang terkandung dalam keadaan tawar-
menawar (Abdul Manan, 1995: 162-163).

2.1.3 Jenis – Jenis Uang

a. Uang Komoditas

Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan bukan sebagai uang. Uang komoditas
memiliki sifat dan kelebihan sesuai dengan keragaman bentuk penggunaannya. Binatang
ternak misalnya, selain dimanfaatkan untuk konsumsi, juga sebagai alat tunggangan dan
penjaga. Kemudian penggunaannya sebagai uang, menambah fungsi yang lain yaitu, sebagai
media pertukaran dan standar ukuran untuk memberikan harga terhadap komoditi lain dan
jasa-jasa. Barang komoditi harus bersifat tahan lama sehingga bisa disimpan dalam jangka
waktu lama tidak menjadi rusak.

b. Uang Logam

Penggunaan uang logam merupakan fase kemajuan dalam sejarah uang. Kita sudah
mengenal berbagai kesulitan-kesulitan yang di hadapi manusia Ketika bertransaksi
menggunakan uan komoditas. Namun perkembangan kehidupan ekonomi dan peningkatan
Pencetakan uang merupakan peristiwa Sejarah paling penting setelah pilihan logam-logam
berharga. Orang-orang pada awal penggunaan logam sebagai uang, mereka gunakan atas
dasar timbangan.

Pada uang logam ada dua sistem, yaitu sistem satu logam (gold standart,
istilah kemudian), dan sistem dua jenis logam (bimetallic). Apabila negara mengadopsi satu
logam dan memberinya kekuatan penyelesaian tanpa batas, sistem yang digunakan
dinamakan sistem satu logam, apakah logam itu emas atau perak dan tidak berpengaruh
denga adanya mata uang bantu. Sedang sistem dua jenis logam adalah bahwa negara
mengadopsi dua logam emas dan perak dan menjadikan keduanya sebagai uang utama dan
memberikan keduanya kekuatan penyelesaian tanpa batas (Ahmad Hasan, 2005: 69).

c. Uang Kertas

Uang kertas yang digunakan sekarang pada awalnya adalah dalam bentuk banknote
atau bank promise dalam bentuk kertas, yaitu janji bank untuk membayar uang logam kepada
pemilik banknote ketika ada permintaan. Karena kertas ini didukung oleh kepemilikan
atas emas dan perak, masyarakat umum menerima uang kertas ini sebagai alat tukar.
Dalam sejarahnya, Ada beberapa kelebihan penggunaan uang kertas dalam
perekonomian, diantaranya mudah dibawa, biaya penerbitan lebih kecil ketimbang uang
logam, dapat dipecah dalam jumlah berapapun. Namun pemakaian uang kertas ini
mempunyai kekurangan seperti tidak terjaminnya stabilitas nilai tukar seperti hal nya uang
emas
dan perak mempunyai nilai tukar yang stabil. Disamping itu jika terjadi percetakan uang
kertas dalam jumlah yang berlebihan, akan menimbukan infasi, nilai uang turun dan harga
barang naik (Rosalinda, 2014: 291).
2.2 Perbedaan Time Value of Money and Economic Value of Time

Teori economic value of time sesuai dengan syariah Islam karena uang itu sendiri
sebenarnya tidak memiliki nilai waktu. Namun waktulah yang memiliki nilai ekonomi. Di
dalam ekonomi Islam, uang bukan komoditas. Uang itu sendiri tidak memberikan kegunaan.
Akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan. Berkenaan dengan uang, bahwa
dalam ekonomi konvensional timbul pemikiran nilai uang menurut waktu (time value of
money). Landasan atau keadaan yang digunakan oleh ekonomi konvensioal inilah yang
ditolak dalam ekonomi syariah.
Dalam konsep ekonomi konvensional dikenal dengan nilai waktu uang yang
menyebutkan bahwa nilai uang sekarang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan di
masa yang akan datang. maka, uang haruslah bertambah dan bertumbuh karena adanya
pertambahan waktu agar tidak tergerus nilainya untuk mengkorelasikan antara waktu dan
nilai uang. Hal tersebut tidak terlepas dari implementasi dari sistem bunga (interest) atau riba.
Islam memperbolehkan penetapan harga tangguh-bayar lebih tinggi daripada harga tunai.
Zaid
bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, cicit Rasulullah Saw. adalah orang
yang pertama kali menjelaskan diperbolehkannya penetapan harga tangguh yang lebih tinggi
itu sama sekali bukan disebabkan time value of money, namun karena semata-mata
ditahannya hak penjual barang.
Tabel 1 Perbedaan time value of money dan
economic value of time
time value of economic value
Pembeda money of time
Uang memiliki waktu memiliki
Konsep
nilai waktu nilai ekonomi
Perhitungan Bunga Rasio
Tujuan maximum maximum
penggunaan utility maslahah
Kesesuaian
Tidak sesuai Sesuai
Syariah

Dalam tabel diatas menjelaskan perbedaan antara time value of money dan economic
value of time. Perbedaan tersebut baik secara konsep, perhitungan serta tujuan
penggunaannya. Secara konsep time value of money mengartikan uang memiliki nilai waktu
sedangkan economic value of time mengartikan waktu memiliki nilai ekonomi. Secara
perhitungan time
value of money menggunakan diskonto atau bunga sedangkan economic value of time menggunakan
rasio berdasarkan tertahannya uang terhadap waktu.
Pada tujuan penggunaan time value of money adalah maximum utility terhadap barang
sedangkan economic value of time tujuannya adalah maximum maslahah yang sesuai dengan
konsep dalam ekonomi islam. Secara kesesuaian syariah time value of money tidak sesuai
dengan konsep syariah yaitu menggunakan bunga dan hal tersebut termasuk dalam riba
sedangkan economic value of time sesuai dengan syariah karena tidak mengandung riba
karena penilaiannya menggunakan dasar waktu.

2.3 Konsep Harta dalam Perspektif Islam

2.3.1 Harta

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang menurut bahasa berarti condong,
cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan
manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun manfaat. Ada juga yang
mengartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia baik berupa benda
yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni
manfaat seperti kendaraan, pakaian dan tempat tinggal. Oleh karena itu menurut etimologis,
sesuatu yang tidak dikuasai manusia tidak bias dinamakan harta, seperti burung di udara,
ikan di air, pohon di hutan, dan barang tambang yanga ada di bumi.(Muthmainnah, 2016)
Menurut definisi ini, harta memiliki dua unsur:

a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara, sesuatu yang tidak disimpan atau dipelihara secara
nyata tidak dapat dikatakan harta.

b. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan, segala sesuatu yang tidak bermanfaat, seperti
daging bangkai atau makanan yang basi tidak dapat disebut harta, atau bermanfaat tetapi
menurut kebiasaan tidak diperhitungkan manusia, seperti satu biji gandum, segenggam
tanah dan sebagainya.

Macam-macam harta Dilihat dari segi kebolehan memanfaatkannya menurut syarak


harta dibagi menjadi dua:

a. Harta mutaqawwin, harta yang jelas kepemilikannya.

b. Harta ghoiru mutaqawwin, harta yang tidak jelas kepemilikannya, contohnya ikan di laut,
atau harta yang bisa diperoleh tetapi diharamkan oleh syara’, seperti khamar.
Harta mutaqawwin boleh dibuat apa saja seperti jual beli, hadiah, wasiat dan lain-lain,
karena syariat membolehkan mengambil manfaat darinya, sedangkan harta ghairu
mutaqawwin tidak boleh dijadikan usaha, seperti jual beli khamar.(Akbar, 2012).

2.3.2 Hak Milik / Kepemilikan

Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara etimologi berarti penguasaan
terhadap sesuatu. Al-milk juga berarti sesuatu yang dimiliki (harta). Milk juga berarti
hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh syara’, yang menjadikannya
mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu, sehingga ia dapat melakukan tindakan
hukum terhadap harta tersebut kecuali adanya larangan syara’.Kata milik dalam Bahasa
Indonesia merupakan kata serapan dari kata al-milk dalam bahasa Arab. Secara etimologi,
kepemilikan seseorang akan materi, berarti penguasaan terhadap sesuatu (benda).

Secara terminologis berarti spesialisasi seseorang terhadap sutu benda yang


memungkinkannya untuk melakukan tindakan hukum atas benda tersebut sesuai dengan
keinginannya, selama tidak ada halangan syara’ atau selama orang lain tidak terhalangi
untuk melakukan tindakan hukum atas benda tersebut, atau sesuatu yang dapat digunakan
secara khusus dan tidak dicampuri penggunaannya oleh orang lain(Muthmainnah, 2016).

Adapun yang dimaksud dengan kepemilikan menurut Islam adalah pemberian hak
milik dari suatu pihak kepada pihak yang lainnya sesuai dengan ketentuan syariat untuk
dikuasai, yang pada hakikatnya hak itu adalah milik Allah swt. Hal ini berarti bahwa
kepemilikan harta adalah yang didasarkan pada agama. Yang artinya, kendati manusia
sebagai pemilik eksklusif, Namun kepemilikan itu hanya sebatas amanah dari pemilik yang
sesungguhnya yakni Allah SAW.

2.4 Konsep Kepemilikan dalam Perspektif Islam

Kepemilikan bermakna kekhususan kepunyaan terhadap sesuatu yang menghalangi


orang lain untuk melakukan suatu hal dari sesuatu tersebut. Serta memung-kinkannya untuk
melakukan apapun terha-dap sesuatu tersebut selama tidak ada pengecualian dari syariat.
Apabila seseorang memperoleh harta dengan jalan yang halal, maka harta itu menjadi
miliknya. Kepemilikan tersebut bebas dimanfaatkan dan dilakukan apa saja oleh pemilik
harta, kecuali jika terdapat penghalang yang telah ditetapkan oleh syariat.
Di dalam ayat al-Qur'an banyak kita temukan bahwa harta disandarkan kepemilikan
hakikinya kepada Allah swt. Kemudian Allah swt telah memberikan wewenang-Nya kepada
manusia untuk menguasai harta tersebut dengan cara yang telah ditetapkan. Jika manusia
mendapatkan maupun menguasai hartanya dengan mengabaikan ketentuan dari Allah swt
maka la tidak berhak memilikinya. Bisa jadi harta tersebut merupakan rezekinya tetapi bukan
miliknya karena didapatkan dengan cara yang tidak sah secara agama.

Hal inilah yang membedakan konsep kepemilikan dalam Islam dengan konsep
kepemilikan aturan lain. Islam menyalakan bahwa substansi dan cara mendapatkan harta
harus sesuai yang ditentukan oleh Sang Pemilik Hakiki harta. Misalnya dalam Islam
seseorang dilarang untuk memiliki minuman keras meskipun dibelinya dengan uang sendiri.
Islam juga tidak mengakui harta yang didapat dengan korupsi.

2.4.2 Unsur – Unsur kepemilikan dalam Islam :

1. Kepemilikan Umum (Public Property)


Kepemilikan umum adalah izin Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat untuk sama-
sama memanfaatkan suatu barang atau harta. Benda-benda yang termasuk ke dalam kategori
kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh Syariat memang diper-
untukkan untuk suatu komunitas masyarakat.

2. Kepemilikan Individu (Private Property)


Kepemilikan Individu (private property) adalah harta yang dimiliki oleh seseorang
yang ia dapatkan dengan cara yang sah menurut Islam dan hak manfaat atas harta tersebut
hanya dapat digu-nakan oleh individu tersebut saat masih hidup sesuai syariah.
3. Kepemilikan Negara (State Property)
Kepemilikan Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslim,
sementara pengelolaannya menjadi wewenang Negara. Negara membutuhkan hak milik
untuk memper-oleh pendapatan, sumber penghasilan dan kekuasaan untuk melaksanakan
kewajiban-kewajibannya.

2.4.3 Batas Kepemilikan


Kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan
kemanfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak. Saat
seseorang meninggal, kepemilikan tersebut berakhir dan harus didistribusikan kepada ahli
warisnya, sesuai ketentuan syariah.
2.4.4 Macam – Macam Kepemilikan dalam Islam
1. Al-Milk at-Tamm
Al-Milk at-Tamm atau Kepemilikan sempurna adalah kepemilikan seseorang
terhadap barang dan juga manfaatnya sekaligus. Ciri-ciri Al-Milk at-Tamm:

 Sejak awal pemilikan terhadap materi dan terhadap manfaat harta itu bersifat
sempurna
 Pemilikan tidak didahului oleh sesuatu yang dimiliki sebelumnya, artinya materi dan
manfaatnya sudah ada pemilikan benda itu
 Pemilik tidak dibatasi waktu
 Pemilikannya tidak boleh digugurkan
 Apabila hak milik itu kepunyaan bersama maka masing-masing orang dianggap bebas
mempergunakan miliknya itu sebagaimana milik mereka masing-masing
2. Al-Milk an-Naqish
Al Milk An Naqish adalah terma-suk konsep kepemilikan yang tidak sempurna,
artinya bahwa hanya melibatkan aspek pengurusan dan penyeliaan .

Al Milk An Naqish terbagi menjadi dua:

Pertama, adalah al-Milk Al-‘Ain yang merupakan salah satu kepemilikan harta yang
tidak sempurna. Karena konsep kepemi-likan ini hanya berdasarkan pemi-likan materi,
benda atau barangnya saja sedangkan manfaat dari materi, benda atau barangnya itu
tidak dirasakan oleh pemiliknya.

Kedua, al-Milk al-Manfaah adalah termasuk dalam jenis konsep kepe-milikan yang
tidak sempurna, artinya bahwa kepemilikannya itu hanya merasakan manfaatnya saja se-
dangkan kepemilikan materi, benda atau barangnya bukan hak miliknya.

Ciri-ciri al-milk al-naqish:

a. Boleh dibatasi oleh tempat, waktu dan sifatnya


b. Kepemilikan itu tidak boleh diwariskan.
c. Orang yang memanfaatkan itu tidak boleh sewenang-wenang dan jika melanggar
maka dia akan dikenakan ganti rugi.
d. Orang yang memanfaatkan harta itu wajib mengeluarkan biaya pemeliharaan untuk
harta tersebut
e. Orang yang memanfaatkan harta itu berkewajiban untuk mengembalikan harta itu
apabila diminta kembali oleh pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai