Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Konsep Uang Dalam Al-Quran Dan Hadits


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter Islam
Dosen Pengampu: Ahmad Munir Hamid, S.E., M.SEI

Dibuat Oleh :
1. Nur Aini Latifah (19053013)
2. Fatihatus Silma (19053015)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
baginda nabi tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT aatas limpahan nikmat
sehat-Nya baik itu berup sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah
“EKONOMI MONETER ISLAM” dengan judul “Konsep Uang Dalam Al-
Qur’an dan Hadits”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih memiliki banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik serta saran untuk makalah ini, Supaya
makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dengan demikian
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Lamongan, 20 Maret 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii.
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Definisi Uang Dan Ciri-Ciri Uang..........................................................................6
B. Konsep Uang Dalam Pandangan Islam .................................................................6
C. Fungsi Uang Dalam Ekonomi Islam ......................................................................7
D. Uang Dalam Sistem Ekonomi Islam ......................................................................9
BAB III .............................................................................................................................17

PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan ............................................................................................................17
B. Saran ......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian
dunia. Posisi uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit
digunakan dengan variabel lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan
bagian yang terintegrasi dalam satu sistem ekonomi. sepanjang
keberadaan, uang memainkan peran penting dalam perjalanan kehidupan
modern. Uang berhasil memudahkan dan mempersingkat waktu transaksi
pertukaran barang dan jasa. Uang dalam sistem ekonomi yang mendukung
perdagangan berjalan secara efisien.
Ketika jumlah manusia bertambah, maka peradabannya pun akan
semakin maju sehingga kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun
akan meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia juga akan semakin
beragam. Maka dari itu, diperlukan alat tukar yang dapat diterima semua
pihak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Alat inilah tukar yang disebut
dengan uang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan islam mengenai uang yang di dasarkan dari Al-
quran dan hadis ? 
2. Bagaimana perbedaan konsep uang dalam islam dan konsep uang dalam
konvensional?
3. Apa fungsi uang menurut pandangan islam yang di dasarkan dari Al-
Quran dan Hadis?
4. Bagaiamana uang  dalam system ekonomi islam ?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai uang yang di dasarkan dari
Al-Quran dan hadis
2. Untuk mengetahui perbedaan konsep uang dalam Islam dan konsep uang
dalam konvensional

4
3. Untuk mengetahui fungsi yang dalam Islam yang di dasarkan dari Al-
Quran dan hadis
4. Untuk mengetahui uang dalam sistem ekonomi islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Uang dan Ciri-ciri Uang


Uang adalah benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai
perantara untuk mengadakan pertukaran/perdagangan. Disetujui adalah
kata-kata yang ada di antara anggota-anggota masyarakat untuk
menggunakan satu atau beberapa benda sebagai perantara dalam
pertukaran pertukaran. 1
Adapun ciri-ciri uang yaitu :
1. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
2. Mudah dibawa-bawa
3. Mudah disimpan tanpa nilai
4. Tahan lama
5. Jumlahnya terbatas (tidak kelebihan-lebihan)
6. Bendanya memiliki mutual yang sama
B. Konsep Uang dalam Pandangan  islam
a. Uang dalam pandangan islam
Dalam sejarah islam, uang merupakan sesuatu yang di adopsi dari
peradaban romawi dan Persia. Ini di mungkinkan karena penggunaan
dan konsep uang tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dinar adalah
mata uang emas yang di ambil dari romawi dan dirham adalah mata
uang perak warisan peradaban Persia. Perihal dalam al-Quran dan
hadis dua logam mulia ini,emas dan perak telah di sebutkan baik dalam

1
Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 26.

5
fungsinya sebagai mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan
yang di simpan. Disebutkan dalam QS.at-Taubah ayat 34 disebutkan:

َ‫بِ ْي ِل هّٰللا ِ ۗ َوالَّ ِذ ْين‬gg‫ص ُّدوْ نَ ع َْن َس‬ ِ َ‫اس بِ ْالب‬


ُ َ‫اط ِل َوي‬ ِ َّ‫ال الن‬ َ ‫ار َوالرُّ ْهبَا ِن لَيَْأ ُكلُوْ نَ اَ ْم َو‬ ٰ
ِ َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُ ْٓوا اِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ ااْل َحْ ب‬
‫ب اَلِي ٍْم‬ٍ ‫ضةَ َواَل يُ ْنفِقُوْ نَهَا فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ ۙفَبَ ِّشرْ هُ ْم بِ َع َذا‬
َّ ِ‫َب َو ْالف‬َ ‫يَ ْكنِ ُزوْ نَ ال َّذه‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari


orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta
orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar
gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang
pedih.”

Ayat tersebut menjelaskan, orang-orang yang menimbun emas dan


perak, baik dalam bentuk mata uang maupun dalam bentuk kekayaan bisa
dan mereka tidak mau mengeluarkan zakatnya akan diancam dengan azab
yang pedih. Artinya secara tidak langsung ayat ini juga menegaskan
tentang kewajiban zakat bagi logam mulia secara khusus.

Uang kertas yang berlaku pada zaman sekarang disebut fiat money.
Dinamakan demikian karena kemampuan uang untuk berfungsi sebagai
alat tukar dan memilki daya beli tidak disebabkan karena uang tersebut
dilatarbelakangi oleh emas. Dahulu ketika dunia masih mengikuti standar
emas memang benar uang dilatarbelakangioleh emas. 

Namun rezim ini telah ditinggalkan oleh perekonomian dunia pada


pertengahan dasawarsa 1930-an. Kini uang kertas yang beredar dalam
kehidupan kita sehari-hari menjadi alat tukar karena pemerintah
menetapkannya sebagai alat tukar. Sekiranya pemerintah mencabut
keputusannya dan menggunakan uang dari jenis lain, niscaya uang kertas
tersebut tidak akan mempunyai bobot sama sekali.2

Mata uang bisa dibuat dari benda apa saja sampai-sampai kulit
unta, kata Umar Bin Khattab. Ketika benda tersebut telah di tetapkan

2
Veithzal Rivai dkk, Islamic Financial Management, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 18.

6
sebagai mata uang yang sah, maka barang tersebut telah berubah fungsinya
dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala turunannya. Jumhur
ulama telah sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang di haramkan
pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama oelh
Rasulullah SAW. Adalah karena ‘tsumuniyah’ yaitu barang-barang
tersebut menjadi alat tukar, penyimpan nilai dimana semua barang di
timbang dan dinilai dengan nilainya.

Oleh karena itu ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran
yang sah sekalipun tidak dilatarbelakangi oleh emas, maka kedudukannya
dalam hokum sama dengan kedudukan emas dan perak yang pada waktu
Al-Quran diturunkan tengah menjadi alat pembayaran yang sah. Karena
itu riba berlaku pada uang kertas. Uang kertas juga diakui sebagai harta
kekayaan yang harus dikeluarkan zakat daripadanya. Dan zakatpun sah
dikeluarkan dalam bentuk uang kertas .

Modal (capital) mengandung arti barang yang dihasilkan oleh alam


atau buatan manusia, yang diperlukan bukan untuk memenuhi secara
langsung keinginan manusia tetapi untuk membantu memproduksi barang
lain yang pada gilirannya akan dapat memenuhi kebutuhan manusia secara
langsung dan menghasilkan keuntungan. Secara fisik terdapat dua jenis
modal yaitu fixed capital ( modal tetap) dan circulating capital ( modal
yang bersirkulasi). Fixed capital contohnya seperti gedung-gedung, mesin-
mesin atau pabrik, mobil dll, yaitu benda-benda yang ketika manfaatnya
dinikmati eksistensi subtansinya tidak berkurang. Adapun circulating
capital itu seperti bahan baku, uang yaitu benda-benda yang ketika
manfaatnya dinikmati, subtansinya juga hilang.

Perbedaan keduanya dalam syariah dapat kita lihat sebagai berikut.


Modal tetap pada umumnya dapat disewakan tetapi tidak dapat
dipinjamkan (qardh) adapun modal sirkulasi yang bersifat komsumtif bisa
dipinjamkan (qardh) tetapi tidak dapat disewakan. Hal itu disebabkan
karena ijarah dalam islam hanya dapat dilakukan kepada benda-benda
yang memiliki karakteristik subtansinya dapat dinikmati secara terpisah

7
atau sekaligus. Ketika sebuah barang di sewakan, maka manfaat barang
tersebut dipisahkan dari pemiliknya. Ia kini dinikmati oleh penyewa
namun status kepemilikannya tetap pada sipemiliknya. Ketika masa sewa
berakhir barang tersebut dikembalikan dalam keadaan utuh seperti
sediakala.3

Pada uang, tidak memiliki sifat seperti ini. Ketika seseorang


menggunakan uang, maka jumlah uang itu akan habis dan hilang. Dan
kalau ia menggunakan uang tersebut dari pinjaman, maka ia menanggung
hutang sebesar jumlah yang dipergunakan dan harus mengembalikan
dalam jumlah yang sama bukan substansinya (pokoknya).

Modal yang masuk dalam kategori tetap akan mendapatkan return


on capital dlam bentuk upah dari penyewaan jika transaksi yang digunakan
adalah ijarah (sewa menyewa). Disamping itu barang-barang modal ini
dapat juga mendapatkan return on capital dalam bentuk bagian dari laba
(profit) jika transaksi yang digunakan adalah musyarakah atas dasar kaidah
“ suatu barang yang dapat di sewakan,maka barang tersebut dapat
dilakukan musyarakah atasnya” ini telah dilakukan kaum muslimin dari
zaman dahulu.

Berbeda dari fixed capital, circulating capital (dalam hal ini uang) 
tidak akan mendapatkan return on capital dalam bentuk upah sewa seperti
dalam ijarah. Karena uang dalam islam bukan sebagai komoditas yang bisa
disewakan atau diperjualbelikan dengan kelebihan. Ia dibutuhkan sebagai
alat tukar saja. Tetapi ia memilki return on capital bila dikembangkan
dalam bentuk akad mudarabah. Ia juga dapat dipinjamkan (qardh) tetapi
tidak diperbolehkan pengembaliannya melebihi pokoknya. Kelebihan
demikian masuk dalam kategori riba .

b. Konsep Uang dalam Islam 


Konsep uang dalam ekonomi islam sangatlah berbeda dengan
konsep uang dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam,
konsep uang itu sangatlah jelas  dan tegas bawa uang itu adalah uang,
3
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 41.

8
uang bukan capital. Berikutnya, dengan konsep uang yang
dikemukakan dalam ekonomi islam tidak jelas. Istilah uang dalam
perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak balik
(interchangeability), yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.
Perbedaan lainnya adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang
adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan capital adalah sesuatu
yang bersifat stock concept, sedangkan dalam ekonomi konvensional
terdapat beberapa pengertian. Frederic S. Mishkim, mengungkapkan
konsep Irving Fisher  menyatakan bahwa:

MV = PT

Keterangan: 

M = jumlah uang                                  P = tingkat harta barang

V = tingkat perputaran uang                 T = jumlah barang yang


diperdagangkan

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa semakin cepat


perputaran uang (V), maka semakin besar income yang diperoleh.
Persamaan ini juga berarti bahwa uang adalah flow concept. Fisher juga
mengatakan bahwa tidak ada sama sekali korelasi antara kebutuhan
memegang uang (demand for holding money) dengan tingkat suku bunga.
Konsep fisher ini hampir sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi
islam, bahwa uang adalah flow concept, bukan stock concept.

Pendapat lain yang diungkapkan oleh Mishkin adalah konsep dari


marshall pigou dari Cambridge, yaitu:

M = KPT

Keterangan: 

M = jumlah uang                      P = tingkat harga barang

= 1/v                                     T = jumlah barang yang diperdagangkan

9
Walaupun secara matematis k dapat dipindahkan kekiri atau
kekanan, secara filosofis kedua konsep ini berbeda. dengan adanya k pada
pemasaran Marshall pigou diatas menyatakan bawa demand for holding
money adalah sesuatu proporsi (k) dari jumlah pendapatan (PT).  

Semakin besar daman for holding money (M) , untuk tingkat


pendapatan tertentu (PT).   Konsep ini berarti Marshall pigou mengatakan
bahwa uang adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of
wealth).

Dari urain diatas, jelas kita tidak boleh gegabah untuk mengatakan
bahwa perbedaan islam dan konvensional adalah islam memandang uang
sebagai flow concept, dan konvensional memandang uang sebagai stock
concept.  Uang yang ketika mengalir adalah public goods (flow concept),
ketika mengendap kepemilikan seseorang (stock concept), uang tersebut
menjadi milik pribadi (private good).

Adapun perbedaan antara konsep uang dalam Islam dengan konvensional:

KONSEP ISLAM KONSEP KONVENSIONAL

•         Uang tidak identik dengan modal

•         Uang adalah public goods

•         Modal adalah private goods

•         Uang adalah flow koncept

•         Modal adalah stock concept

•         Uang sering kali diidentikkan dengan modal

•         Uang (modal) adalah private goods

•         Uang (modal) adalah flow concept bagi fisher

•         Uang (modal) adalah stock concept bagi cambridge school

10
C. Fungsi Uang dalam Ekonomi Islam
Fungsi uang antara ekonomi konvensional dengan system ekonomi
islam. Dalam konvensional fungsi uang ada 3 yaitu  :

1. Medium of exchange (alat tukar)

2. Unit of account (satuan hitung),dan

3. Store of value (alat penyimpanan nilai)

Sedangkan dalam ekonomi islam, fungsi uang hanya sebagai :

1. Medium of exchange, dan

2. Unit of account.

Islam sangat menganjurkan uang dalam pertukaran. Salah satu


bentuk pertukaran di zaman dahulu adalah barter. Rasulullah sangat
menyadari kesulitan dan kelemahan system pertukaran barter ini, oleh
karena itu beliau menekankan kepada para sahabat untuk menggunakan
uang dalam transaksi-transaksi mereka. Kebijakan Rasulullah dalam hal
ini di jumpai dalam hadis-hadis seperti diriwayatkan oleh Atha Ibn Yasar,
Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Qudri.

Dalam konsep islam tidak dikenal money demand for speculation


hal ini karena spekulasi tidak diperbolehkan. Uang pada hakikatnya adalah
milik Allah SWT yang diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kepentingan kita dan masyarakat.

Dari uraian di atas terlihat bahwa menurut ekonomi Islam, uang di


pandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditas. Selain sebagai alat
tukar, uang juga berfungsi sebagai pengukur harga (standar nilai), hal ini
sesuai denbgan definsi uang yang dirumuskan Taqyuddin An-Nabhani,
dalam buku An-Nizham Al-Iqtishadi Al-Islami. Menurutnya uang adalah
standar nilai pada barang dan jasa. Oleh karena itu, dalam ekonomi Islam,

11
uang di defenisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur
harga setiap barang dan jasa.

Diterimanya peranan uang ini, secara luas, dengan maksud untuk


mempermudah proses transaksi, sebagai alat ukur dan menghapuskan
ketidakadilan dan kezaliman dalam ekonomi tukar-menukar. Karena
ketidakadilan dalam ekonomi barter, digolongkan sebagai riba fadhal.
Barter adalah sebuah metode pertukaran yang tidak praktis dan umumnya
menunjukkaan banyak kepicikan dalam mekanisme pasar. Jadi,
dibutuhkan sebuah sistem penukaran tepat guna yang praktis, yakni uang.

Kemudian, karena majunya peradaban, uang dikembangkan


sebagai ukuran nilai dan alat tukar. Nabi Muhammad saw menyetujui
penggunaan uang sebagai alat tukar. Beliau tidak menganjurkan barter,
karena ada beberapa praktek yang membawa kepada ketidakadilan dan
penindasan. Barter hanya diterima dalam kasus terbatas. Nabi
menasehatkan agar menjual sebuah produk dengan uang, dan membeli
produk yang lain dengan harganya.

Dengan demikian, ajaran Islam sangat mendukung fungsi uang


sebagai media petukaran (medium of exchange) karena banyak hadis-hadis
Rasulullah yang tidak menganjurkan barter tetapi sangat menganjurkan
terjadinya transaksi jual beli antara uang dihadapkan dengan barang dan
jasa. Contoh hadis yang secara gamblang dijumpai pada Hadis Shaih
Muslim, sebagai berikut :

Dari Abu Said r.a, katanya : “Pada suatu ketika, Bilal datang
kepada Rasulullah saw membawa kurma Barni. Lalu Rasulullah SAW
bertanya kepadanya, “Kurma dari mana ini ?” Jawab Bilal, “Kurma kita
rendah mutunya. Karena itu kutukar dua gantang dengan satu gantang
kurma ini untuk pangan Nabi SAW.” Maka bersabda Rasulullah SAW,
lnilah yang disebut riba. Jangan sekali-kali engkau lakukan lagi. Apabila
engkau ingin membeli kurma (yang bagus), jual lebih dahulu kurmamu
(yang kurang bagus) itu, kemudian dengan uang penjualan itu beli kurma
yang lebih bagus.”

12
Hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Ata Ibn Yasar, Abu Said dan
Abu Hurairah, Abu Said Al Kudri menegaskan anjuran jual beli dari pada
barter : 

“Ternyata Rasulullah SAW, tidak menyetujui transaksi-transaksi


dengan system barter, untuk itu dianjurkan sebaiknya menggunakan uang.
Nampaknya beliau melarang bentuk pertukaran seperti itu karena ada
unsur riba didalamnya”.

Peranan uang sebagai alat tukar dan alat ukur juga tampak dari
hadits Nabi Saw, yaitu ketika beliau mewajibkan zakat atas aset moneter
(emas dan perak). secara tidak langsung Nabi mengatakan, bahwa uang
sebagai faktor produksi mempunyai potensi untuk berkembang melalui
usaha-usaha produktif yang riil.

Apabila uang diterima sebagai pilar produksi, maka ketentuan


pengambilan manfa’at keuntungan (hasil), tidak boleh ditentukan di awal
tanpa melihat hasil realisasi produksi tersebut. Penetapan porsi keuntungan
di awal adalah riba dan bersifat tidak adil. Karena itu Islam
menkonsepsikan bagi hasil dalam dunia bisnis.

Berikut ini akan di uraikan secara singkat fungsi uang secara


umum:

1. Uang sebagai alat tukar


Uang itu ibarat cermin, cermin tidak memiliki warna tetapi dapat
merefleksikan warna, begitu juga uang, uang bukanlah harga namun
uang dapat merefleksikan semua harga. Uang tidak di ciptakan untuk
seorang saja, akan tetapi diciptakan untuk diedarkan agar mencari
perantara (alat tukar )bagi manusia. (Al Ghozali,Ihya ulumudin) Uang
sebagai alat tukar juga tergambar dalam firman Allah SWT dalam QS
Ali Imran 3:77
Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya
dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit,
mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat..”

13
Ayat ini menjelaskan perlunya alat tukar dalam perdagangan yang
disebut dengan saman (uang) nilai yang mencakup satu benda atau satu
jasa yang dengan nilai tersebut dapat ditukar dengan jasa lain atau
barang lain.
2. Uang sebagai alat penyimpan nilai
Walaupun kekayaan yang dapat disimpan beragam bentuknya,
tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan salah satu pilihan untuk
menyimpan kekayaan.

Hal ini tergambar juga dalam firman Allah dalam QS at-Taubah 9:34

Artinya : “dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”

3. Uang sebagai satuan hitung


Tujuan utama diciptakannya uang oleh manusia adalah sebagai
perantara yang digunakan sebagai alat ukur dan satuan hitung.
Perlunya satuan hitung dalam perdagangan terlihat dalam Al-Quran
surah An-Nisa 4:40 
Artinya:”sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang
walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah,
niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-
Nya pahala yang besar.”
Ayat ini menjelaskan ukuran dalam satuan nilai dalam ayat disebut
zarrah maka ayat ini juga memberikan gambaran perlunya ukuran-
ukuran dalam segala hal, ukuran ini juga penting untuk menentukan
batas wajib zakat pada beberapa barang atau benda, sebagimana sabda
Rasulullah.
Dari Ali ibn Talib RA dari nabi saw. Nabi bersabda: keluarkan
zakat seperempat puluh setiap 40 dirham satu dirham, dan tidak
dihitung sampai 200 dirham, setelah memiliki 200 dirham dan sudah
dimiliki selama satu haul maka wajib zakat 5 dirham, dan tidak wajib
zakat sampai 20 dinar, jika engkau memilikinya dan sampai satu haul,

14
maka wajib zakat setengah dinar, selebihnya dihitung dengan perkalian
tersebut. (HR Baihaqy) 
Hadis ini memperlihatkan uang sebagai satuan hitung yang disebut
dinar dan dirham dengan perbandingan 20 berbanding 200 atau 1:10,
jadi satu hitungan dinar berbeda dengan satu hitungan dirham.

4. Uang sebagai ukuran pembayaran yang tertunda


Fungsi uang ini terkait dengan transaksi pinjam meminjam, uang
merupakan salah satu cara untuk menghitung jumlah pembayaran
pinjaman.4
D. Uang dalam sistem Ekonomi Islam 
Dengan adanya keberadaan uang, hakikat ekonomi dalam
perspektif Islam dapat berlangsung dengan lebih baik yaitu terpelihara dan
meningkatnya perputaran harta di antara manusia (pelaku ekonomi).
Dengan keberadaan uang, aktivitas zakat, infak, sedekah, wakaf, dll dapat
lebih lancar terselenggara. Dengan keberadaan uang juga, aktivitas sektor
swasta, publik, dan sosial dapat berlangsung dengan akselerasi  yang lebih
cepat.
Dalam ekonomi konvensional, sistem bunga dan fungsi uang yang
dapat disamakan dengan komoditi menyebabkan timbulnya pasar
tersendiri dengan uang sebagai komoditinya dan bunga sebagai harganya.
Pasar ini adalah pasar moneter yang tumbuh sejajar dengan pasar riil
(barang dan jasa) berupa pasar uang, pasar modal, pasar obligasi dan pasar
derivatif. Akibattnya dalam ekonomi konvensional dikotomi  sektor riil
dan moneter. Lebih jauh lagi, perkembangan pesat di sektor moneter telah
menyedot uang dan produktivitas atau nilai tambah yang dihasilkan sektor
riil sehingga sekttor moneter telah menghambat pertumbuhan sektor riil,
bahkan telah menyempitkan sektor riil, menimbulkan inflasi, dan
menghambat pertumbuhan ekonomi.
Diktonomi sektor riil dan moneter tidak terjadi dalam ekonomi
Islam karena absennya sistem bunga dan dilarangnya memperdagangkan

4
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 19.

15
uang sebagai komoditi sehingga corak ekonomi Islam adalah ekonomi
sektor riil, dengan dungsi uang sebagai alat tukar untuk memperlancar
kegiatan investasi, produksi, dan perniagaan di sektor riil.5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Uang adalah benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai
alat perantara untuk mengadakan tukar menukar/perdagangan. Mata uang
bisa dibuat dari benda apa saja sampai-sampai kulit unta, kata Umar Bin
Khattab. Ketika benda tersebut telah di tetapkan sebagai mata uang yang
sah, maka barang tersebut telah berubah fungsinya dari barang biasa
menjadi alat tukar dengan segala turunannya.
Fungsi uang antara ekonomi konvensional dengan system ekonomi
islam. Dalam konvensional fungsi uang ada 3 yaitu Medium of exchange
(alat tukar),Unit of account (satuan hitung),dan Store of value (alat
penyimpanan nilai). Sedangkan dalam ekonomi islam, fungsi uang hanya
sebagai Medium of exchange, dan Unit of account.
Uang dalam islam bukan sebagai komoditas yang bisa disewakan
atau diperjualbelikan dengan kelebihan. Ia dibutuhkan sebagai alat tukar
saja. Tetapi ia memilki return on capital bila dikembangkan dalam bentuk
akad mudarabah. Ia juga dapat dipinjamkan (qardh) tetapi tidak
diperbolehkan pengembaliannya melebihi pokoknya. Kelebihan demikian
masuk dalam kategori riba.
5
Karim, Adiwarman A, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm 34.

16
A. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman harap
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah pada kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nurul Huda & Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta:
Kencana

Veithzal Rivai dkk. 2010. Islamic Financial Management. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Sadono Sukirno. 2012. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

17

Anda mungkin juga menyukai