Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH EKONOMI MONETER

(UANG DALAM EKONOMI ISLAM)

Oleh Kelompok 2 :

Mukarramah

Hajra Nurul Aswad

Ita Pratiwi

Nur Fadyla Hasbar

Agung Maulana

Hendri

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “Uang Dalam Ekonomi Islam” ini.
Tak lupa shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw.yang kita
nantikan syafaatNya pada hari kiamat nanti.

Makalah ini tidak serta merta dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak
bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah ikut membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini baik langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa sekeras apapun usaha yang dilakukan ketidak sempurnaan
pasti mengiringinya, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt. semata. Begitupun
dalam penulisan makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga dalam penulisan berikutnya
dapat lebih baik dari makalah ini. Akhir kata, semoga segala usaha kita dapat bernilai ibadah
dan mendapatkan ridho di sisi-Nya, Aamiin.

Wasalamu'alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3


A. Fungsi Uang……………………………………………………………...3
B. Konsep Dalam Ekonomi Islam…………………………………………..4
C. Uang Dalam Sistem Ekonomi Islam……………………………………..6
D. Uang Kertas Dalam Pandangan Islam………………………………..….6

BAB III PENUTUP ..............................................................................................8

A. Kesimpulan ...............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uang dalam ekonomi Islam secara etimologi berasal dari kata an-naqdu dan
jamaknya adalah an-nuqûd. Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu annaqdu berarti
yang baik dari dirham, menggenggam dirham, membedakan dirham, dan an-naqdu juga
berarti tunai. Kata nuqûd dalam tidak terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadis karena
bangsa Arab umumnya tidak menggunakan nuqûd untuk menunjukan harga. Mereka
menggunakan kata dînâr dan untuk menunjukan mata uang yang terbuat dari emas dan
kata dirham untuk menunjukan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga
menggunakan kata warîq untuk menunjukan dirham perak, kata „ain untuk menunjukan
dinar emas. Sementara fulûs (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang
digunakan untuk membeli barang-barang murah.

Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang dicetak, tetapi
mencakup seluruh dînâr, dirham, dan fulûs. Untuk menunjukan dirham dan dinar
mereka menggunakan istilah naqdain. Namun, mereka berbeda pendapat apakah fulûs
termasuk kedalam istilah nuqûd atau tidak. Menurut pendapat yang mu‟tamad dari
golongan Syafi‟iyah, fulûs tidak termasuk nuqûd, sedangkan madzhab Hanafi
berpendapat bahwa nuqûd mencakup fulûs.

Definisi nuqûd menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah
nilai sesuatu. Ini berarti dînâr dan dirham adalah setandar ukur yang dibayarkan dalam
transaksi barang dan jasa. Ibnu Qayyim berpendapat, dinar dan dirham adalah nilai
harga barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran
untuk nilai harga komoditas.

Beberapa istilah penyebutan uang dari beberapa tokoh ekonomi Islam tersebut
mempunyai titik temu, bahwa uang merupakan benda-benda yang disetujui oleh
masyarakat umum sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar-menukar atau
perdagangan dan sebagai standar nilai barang maupun jasa. Baik uang itu berasal dari
emas, perak, tembaga kertas; selama itu diterima masyarakat dan di ditetapkan oleh
penguasa (pemerintah), maka dianggap sebagai uang.

Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi


uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit digantikan dengan variabel
lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintegrasi dalam satu sistem
ekonomi. Sepanjang sejarah keberadaannya, uang memainkan peranan penting dalam
perjalanan kehidupan modern. Uan gberhasil memudahkan dan mempersingkat waktu
transaksi pertukaran barang dan jasa. Uang dalam sistem ekonomi memungkinkan
perdagangan berjalan secara efisien.

Ketika jumlah manusia semakin bertambah, maka peradabannya pun akan


semakin maju sehingga kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun akan
meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia juga akan semakin beragam. Maka
dari itu, diperlukan alat tukar yang dapat diterima semua pihak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Alat tukar inilah yang disebut dengan uang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Fungsi Uang itu?
2. Bagaimana Konsep Uang dalam Ekonomi Islam ?
3. Bagaimana Keberadaan Uang dalam Sistem Ekonomi Islam ?
4. Bagaimana Pandangan Ekonomi Islam terhadap Uang Kertas ?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Apa saja Fungsi Uang itu
2. Untuk Memahami Bagaimana Konsep Uang dalam Ekonomi Islam
3. Untuk Memahami Bagaimana Keberadaan Uang dalam Ekonomi Islam
4. Untuk Memahami Bagaimana Pandangan Ekonomi Islam terhadap Uang Kertas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Uang
Uang memiliki beberapa fungsi dan memainkan berbagai peranan dalam
kegiatan perekonomian. Pada dasarnya fungsi-fungsi uang secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Alat Satuan Hitung
Salah satu fungsi uang yang umum adalah sebagai satuan hitung “Unit of
Account”. Satuan hitung dalam hal ini dimaksudkan sebagai alat yang digunakan untuk
menunjukkan nilai dari barang-barang dan jasa yang dijual (dibeli), besarnya kekayaan
serta menghitung besar-kecilnya kredit atau hutang. Ringkasnya uang dapat dikatakan
sebagai alat yang digunakan dalam menentukan harga barang dan jasa. Seandainya
tidak ada uang, maka akan terjadi ketidakseragaman di dalam satuan hitung. Jika
seseorang memiliki mobil dan ia mengingikan membeli rumah, maka ia harus menilai
atau mengkonversi mobilnya dalam suatu nilai tertentu dan kemudian mencari orang
yang mau menerima mobilnya sebagai penukar rumah. Agar transaksi dapat dilakukan
dengan saling memuaskan maka rumah perlu dikonversi dalam nilai mobil. Misalnya
disimpulkan transaksi dapat terjadi dengan 3 mobil meperoleh 1 rumah. Dengan
bantuan uang, pertukaran tersebut dapat dengan mudah dilakukan. Dalam hal ini mobil
dan rumah dinilai dalam uang dan kemudian pertukaran dapat berlangsung pada nilai
uang yang disepakati. Dengan adanya uang yang bertindak sebagai satuan hitung maka
dengan mudah ditentukan nilai tukarnya.
2. Alat Penukar
Fungsi uang sebagai alat penukar (Medium of exchange) mendasari adanya
spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi suatu barang. Karena dengan adanya
uang tersebut orang tidak harus menukar barang yang diinginkan dengan barang yang
diproduksikannya tetapi langsung menjual produksinya di pasar dan dengan uang yang
diperolehnya dari hasil penjualan tersebut dibelanjakan (dibelikan) kepada barang-
barang yang diinginkannya.
3. Penimbun Kekayaan
Fungsi uang ini berkaitan dengan dua fungsi sebelumnya; karena uang ternyata
berfungsi sebagai alat kesatuan hitung dan alat penukar, maka uang pada dirinya
menyimpan suatu nilai, sehingga orang ingin meyimpannya sebagai kekayaan, di
samping kekayaan-kekayaan dalam bentuk lainnya.
4. Standar Pencicilan utang
Uang juga berfungsi sebagai standar untuk melakukan pembayaran di kemudian
hari, pembayaran berjangka atau pencicilan utang. Penggunaan uang sebagai standar
pencicilan utang erat berkaitan dan bersamaan waktunya dengan penerimaan
masyarakat sebagai alat tukar maupun alat satuan hitung.
Pada intinya uang melayani tujuan pokonya sebagai “roda utama sirkulasi, alat
utama perdagangan” dengan melaksanakan empat fungsi khusus di atas, yang masing-
masing fungsi menghindari salah satu kesulitan barter. Dua fungsi pertama biasanya
dinamakan fungsi utama (Primary) dari uang. Dua fungsi yang terakhir disebut fungsi
turunan (derivative).
Keempat fungsi uang di atas merupakan fungsi uang secara konvensional. Lain
halnya dalam ekonomi Islam yang memandang fungsi uang sebatas pada alat satuan
hitung dan media pertukaran saja. Perbedaan pendapat mengenai fungsi uang ini
merupakan perbedaan yang mendasar yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
B. Konsep Dalam Ekonomi Islam
Konsep uang dalam ekonomi islam sangatlah berbeda dengan konsep uang
dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam, konsep uang itu sangatlah jelas
dan tegas bawa uang itu adalah uang, uang bukan capital. Berikutnya, dengan konsep
uang yang dikemukakan dalam ekonomi islam tidak jelas. Istilah uang dalam perspektif
ekonomi konvensional diartikan secara bolak balik (interchangeability), yaitu uang
sebagai uang dan uang sebagai capital.
Perbedaan lainnya adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah sesuatu
yang bersifat flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept,
sedangkan dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian. Frederic S.
Mishkim, mengungkapkan konsep Irving Fisher menyatakan bahwa:
MV = PT
Keterangan:
M = jumlah uang
P = tingkat harta barang
V = tingkat perputaran uang
T = jumlah barang yang diperdagangkan
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa semakin cepat perputaran uang
(V), maka semakin besar income yang diperoleh. Persamaan ini juga berarti bahwa
uang adalah flow concept. Fisher juga mengatakan bahwa tidak ada sama sekali
korelasi antara kebutuhan memegang uang (demand for holding money) dengan tingkat
suku bunga. Konsep fisher ini hampir sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi
islam, bahwa uang adalah flow concept, bukan stock concept.
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Mishkin adalah konsep dari marshall
pigou dari Cambridge, yaitu:
M = KPT
Keterangan:
M = jumlah uang
P = tingkat harga barang
K = 1/v
T = jumlah barang yang diperdagangkan
Walaupun secara matematis k dapat dipindahkan kekiri atau kekanan, secara
filosofis kedua konsep ini berbeda. dengan adanya k pada pemasaran Marshall pigou
diatas menyatakan bawa demand for holding money adalah ssuatu proporsi (k) dari
jumlah pendapatan (PT). semakin besar daman for holding money (M) , untuk tingkat
pendapatan tertentu (PT). Konsep ini berarti Marshall pigou mengatakan bahwa uang
adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth).
Dari urain diatas, jelas kita tidak boleh gegabah untuk mengatakan bahwa
perbedaan islam dan konvensional adalah islam memandang uang sebagai flow
concept, dan konvensional memandang uang sebagai stock concept. Uang yang ketika
mengalir adalah public goods (flow concept), ketika mengendap kepemilikan seseorang
(stock concept), uang tersebut menjadi milik pribadi (private good).
C. Uang Dalam Sistem Ekonomi Islam
Dengan adanya keberadaan uang, hakikat ekonomi dalam perspektif Islam
dapat berlangsung dengan lebih baik yaitu terpelihara dan meningkatnya perputaran
harta di antara manusia (pelaku ekonomi). Dengan keberadaan uang, aktivitas zakat,
infak, sedekah, wakaf, dll dapat lebih lancar terselenggara. Dengan keberadaan uang
juga, aktivitas sektor swasta, publik, dan sosial dapat berlangsung dengan akselerasi
yang lebih cepat.
Dalam ekonomi konvensional, sistem bunga dan fungsi uang yang dapat
disamakan dengan komoditi menyebabkan timbulnya pasar tersendiri dengan uang
sebagai komoditinya dan bunga sebagai harganya. Pasar ini adalah pasar moneter yang
tumbuh sejajar dengan pasar riil (barang dan jasa) berupa pasar uang, pasar modal,
pasar obligasi dan pasar derivatif. Akibattnya dalam ekonomi konvensional dikotomi
sektor riil dan moneter. Lebih jauh lagi, perkembangan pesat di sektor moneter telah
menyedot uang dan produktivitas atau nilai tambah yang dihasilkan sektor riil sehingga
sekttor moneter telah menghambat pertumbuhan sektor riil, bahkan telah
menyempitkan sektor riil, menimbulkan inflasi, dan menghambat pertumbuhan
ekonomi.
Diktonomi sektor riil dan moneter tidak terjadi dalam ekonomi Islam karena
absennya sistem bunga dan dilarangnya memperdagangkan uang sebagai komoditi
sehingga corak ekonomi Islam adalah ekonomi sektor riil, dengan dungsi uang sebagai
alat tukar untuk memperlancar kegiatan investasi, produksi, dan perniagaan di sektor
riil.
D. Uang Kertas Dalam Pandangan Islam
Uang yang berlaku pada zaman sekarang disebut dengan fiat money. Hal ini
disebabkan karena kemampuan uang untuk berfungsi sebagai alat tukar dan memiliki
daya beli tidak disebabkan karena uang tersebut dilatarbelakangi oleh emas. Pada
zaman dahulu, uang dilatarbelakangi oleh emas karena mengikuti standar emas.
Namun, hal ini telah ditinggalkan oleh perekonomian dunia pada tahun 1931 dan
kemudian seluruh dunia telah meninggalkannya padda tahun 1976. Uang kertas
sekarang sudah menjadi alat tukar karena telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa uang
kertas sudah menjadi standar alat tukar.
Umar Bin khattab berkata bahwa mata uang dapat dibuat dari benda apa saja
sampai-sampai kulit unta. Ketika suatu benda tersebut sudah ditetapkan menjadi mata
uang yang sah, maka barang tersebut sudah berubah fungsinya dari barang biasa
menjadi alat tukar yang sah dengan segala fungsi dan turunannya. Jumhur ulama telah
sepakat bahwa illat, emas dan perak diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan
serupa, sama dengan sama oleh Rasulullah SAW adalah karena tsumuniyyah yaitu
barang-barang tersebut menjadi alat tukar, penyimpanan nilai di mana semua barang
ditimbang dan dinilai dengan nilainya.
Maka dari itu, saat uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang sah,
sekalipun tidak dilatarbelakangi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum sama
dengan kedudukan emas dan perak yang pada waktu Al-Quran diturunkan tengah
menjadi alat pembayaran yang sah. Uang kerta juga diakui sebagai harta kekayaan
yang harus dikeluarkan zakat daripadanya. Dan zakatpun sah dikeluarkan dalam bentuk
uang kertas. Dan uang kertas juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk membayar
mahar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Uang adalah
benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk
mengadakan tukar menukar/perdagangan. Disetujui adalah terdapat kata sepakat di
antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda
sebagai alat perantara dalam kegiatan tukar menukar.
Sedangkan konsep uang dalam konvensional yaitu uang seringkali diidentikkan
dengan modal, uang (modal) adalah private goods, Uang (modal) adalah flow
concept bagi Fisher, dan Uang (modal) adalah stock concept bagi Cambridge
School.
Kemudian dalam perubahan fungsi uang terbagi menjadi tiga yaitu commodity
money atau uang barang, token money atau uang kertas serta deposit money atau
uang giral
DAFTAR PUSTAKA
https://www.iqtishadconsulting.com/content/read/blog/konsep-uang-dalam-islam
http://repository.radenintan.ac.id/156/4/Bab_II.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/16391/4/4_BAB%20I.pdf
file:///C:/Users/Win10%20x64/Downloads/MAKALAH%20EKONOMI
%20MONITER%20KELOMPOK%203.pdf

Anda mungkin juga menyukai