Anda di halaman 1dari 7

Uang dan Sistem Keuangan

Disusun Oleh :
Kelompok 4
- Erin Febrina Herdayati (211430038)
- Faejuliah (211430055)
- Irgi Miftahur Rizki (211430062)

JURUSAN ASURANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
PEMBAHASAN
A. Pengertian Uang

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) uang adalah alat tukar atau standar
pengukur nilai (kesatuan hitung) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa
kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.
Menurut beberapa ahli Ekonomi, uang merupakan sesuatu yang bisa dengan mudah dan
umum diterima oleh masyarakat untuk pembayaran pembelian barang, jasa dan aset berharga
lainnya serta dapat digunakan untuk pembayaran utang.
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu berupa benda apa saja yang dapat diterima oleh setiap
orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sedangkan uang dalam ilmu
ekonomi modern, didefinisikan beberapa ahli sebagai berikut:

1. AC Pigou; dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah alat tukar.
2. DH Robertson; dalam bukunya Money, ia mengatakan bahwa uang adalah sesuatu
yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang.
3. RG Thomas; dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang adalah sesuatu
yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran
utang.

B. Fungsi Uang
Dalam kehidupan, uang memiliki banyak fungsi. Ada beberapa fungsi asli uang yang harus
diketahui. Dimaksud fungsi asli karena fungsi-fungsi ini menjadi kegunaan utama dari sebuah uang.
Adapun fungsi tersebut diantaranya, sebagai berikut:

1. Alat Pertukaran

Fungsi yang pertama adalah sebagai alat pertukaran, artinya sejumlah uang bisa
ditukarkan dengan barang ataupun jasa. Pertukaran ini membuat uang memiliki nilai tertentu.
Seperti yang sudah diketahui, sebelum adanya uang, masyarakat melakukan aktivitas tukar
menukar dengan barang.

Istilah barter saat itu digunakan untuk melakukan pertukaran tersebut. Namun, sistem ini tidak
bertahan karena kesulitan dalam menyesuaikan nilai pada barang-barang yang ingin ditukar. Maka
dari itu, setelah adanya uang, fungsi pertukaran diambil alih seutuhnya oleh uang.

2. Alat Perhitungan

Fungsi turunan uang berasal dari fungsi asli uang itu sendiri. Salah satu fungsi asli
uang yakni sebagai alat perhitungan. Dimana, setiap transaksi dimudahkan dengan adanya
satuan hitung. Dalam hal ini, uang berfungsi sebagai alat perhitungan nilai barang ataupun
jasa.
Jadi, sebuah barang dan jasa bisa lebih mudah diketahui nilainya semenjak adanya
uang. Bisa dikatakan, uang digunakan sebagai dasar penilaian dan penentuan harga barang
ataupun jasa. Nilai sebuah rumah ataupun mobil, bisa lebih mudah ditentukan dengan uang.

Perbandingan nilai antar dua barang atau lebih juga mudah ditentukan dengan adanya
uang. Sehingga, uang memudahkan perhitungan harga atau nilai dari barang yang ingin dijual
atau dibeli.

3. Alat Penyimpanan

Fungsi asli uang yang terakhi adalah sebagai alat penyimpanan, artinya uang bisa
digunakan untuk menyimpan nilai barang dan jasa. Maksudnya, ketika seseorang menjual
barang atau jasa, orang tersebut bisa menerima uang dari penjualan tersebut.

Kemudian, uang yang diterimanya itu bisa kembali disimpan. Bentuk penyimpanan uang
bisa dalam bentuk uang tunai itu sendiri atau disimpan kembali dalam bentuk barang. Disebut
sebagai alat penyimpanan karena uang yang dihasilkan bisa digunakan untuk masa yang akan
datang.

C. Fungsi Turunan Uang

Fungsi-fungsi asli dari uang tersebut, ternyata memiliki turunannya. Dengan adanya
fungsi ini, menunjukkan bahwa uang bukan hanya sekedar digunakan untuk transaksi
pertukaran barang. Ada fungsi lain yang juga harus diketaui tentang uang.

Adapun fungsi-fungsi tersebut diantaranya, sebagai berikut ini:

1. Alat yang Sah untuk Membayar

Semua keperluan masyarakat dipenuhi dengan adanya uang. Mulai dari membayar uang
pendidikan, membeli kebutuhan rumah tangga, hingga biaya transportasi, semuanya
terpenuhi dengan alat pembayaran, yakni uang. Uang menjadi alat pembayaran yang diatur
oleh negara. Jenisnya serta nominalnya, diatur dan dicetak oleh lembaga yang berwenang.
Semenjak sistem barter tidak lagi digunakan, uang menjadi alat pembayaran yang sah bagi
setiap transaksi apapun.

2. Alat Memindahkan Kekayaan

Uang juga bisa digunakan untuk memindahkan kekayaan dari satu barang ke barang
lainnya. Misalnya, seseorang yang memiliki tanah di kota tertentu, bisa menjual tanahnya dan
menerima sejumlah uang. Nah, uang tersebut digunakannya lagi untuk membeli rumah di
kota lainnya.

Fungsi ini menunjukkan nilai lebih dari uang yang hanya dipandang sebagai alat
pertukaran. Selain memindahkan kekayaan antar barang, uang juga bisa memindahkan
kekayaan dari satu orang ke orang lainnya. Contoh yang mudah ditemui yakni dalam bentuk
warisan.
3. Alat Menimbun Kekayaan

Selain memindahkan kekayaan, fungsi turunan uang selanjutnya yakni sebagai alat
penimbun kekayaan. Maksudnya, uang bisa digunakan sebagai tolak ukur kekayaan
seseorang. Salah satu contohnya adalah membuka tabungan untuk menyimpan sejumlah uang
yang dimiliki.

4. Alat untuk Membayar Utang

Bukan hanya berguna untuk pertukaran barang dan jasa, uang juga digunakan untuk
membayar utang di masa mendatang. Ketika seseorang melakukan pinjaman, orang tersebut
juga harus siap melakukan pembayaran dengan sejumlah uang yang telah disepakati.

5. Alat Penunjuk Harga

Selanjutnya, fungsi turunan uang adalah menjadi penunjuk harga dari sebuah
barang. Ketika seseorang ingin membeli barang tertentu, hal pertama yang dilakukan adalah
mengecek harganya. Dengan begitu, proses jual beli jadi lebih mudah dan terkendali.

Dengan adanya penunjuk harga ini, orang akan mudah untuk menentukan besaran
uang yang perlu dipersiapkan. Jadi, uang juga bisa digunakan untuk bahan pertimbangan
ketika seseorang ingin membeli barang ataupun menggunakan jasa tertentu.

6. Alat Menunjang Kegiatan Ekonomi Masyarakat

Terakhir, uang juga berfungsi dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dimana,


peredaran uang di masyarakat akan membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan
memberi kemajuan ekonomi negara. Salah satu contohnya adalah menggunakan uang sebagai
modal usaha.

Ketika sebuah usaha dijalankan, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
modalnya. Nah, modal ini tentu saja berupa uang yang akan digunakan untuk membeli
kebutuhan usaha. Jika uang terus digunakan untuk investasi usaha, maka usaha masayarakat
akan terus berkembang.

Dengan begitu, peredaran uang di masyarakat semakin meningkat. Semakin banyaknya


UMKM di masyarakat, maka perekonomian sebuah negara semakin berkembang. Inilah yang
membuat uang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan negara.

D. Jenis-Jenis Uang

Tidak hanya uang logam dan kertas, ternyata jenis uang dibagi lagi dalam tiga kelompok,
diantaranya:

1. Berdasarkan Bahannya

Jenis uang pertama dikelompokkan berdasarkan bahan yang digunakan untuk


membuatnya. Uang ini dibagi menjadi dua jenis, yakni:
 Uang logam, yang terbuat dari logam seperti emas ataupun perak. Nilai uang ini lebih
stabil dan tinggi, lebih tahan lama, tidak cepat hancur dan memiliki 3 nilai
diantaranya nilai instrinsik, nominal dan nilai tukar.
 Uang kertas, yakni jenis uang yang berbentuk lembaran. Jenis uang satu ini dibuat
dengan gambar tertentu dan cap khas, sehingga bisa digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah.

2. Berdasarkan Nilai Uangnya

Fungsi-fungsi turunan uang menunjukkan jika uang memiliki nilai tertentu. nilai ini
juga membuat uang terbagi lagi berdasarkan dua jenis. Adapun jenis uang yang dimaksud
yakni, sebagai berikut:

 Uang penuh, yakni nilai uang yang tertulis pada uang yang dimaksud, sama dengan
nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang itu. Contohnya, jika uang logam
terbuat dari emas, maka nilai uangnya sama dengan nilai emas yang terkandung di
dalam uang itu.
 Uang tanda, artinya nilai uang yang tertulis pada sebuah uang memiliki nilai yang
lebih tinggi dari bahan yang digunakan. Salah satu contohnya, bahan untuk membuat
uang Rp100 ribu hanya memerlukan biaya Rp750 untuk setiap lembarnya.

3. Berdasarkan Lembaganya

Tidak hanya berdasarkan jenis bahan dan nilainya, uang juga dibagi lagi berdasarkan
lembaga yang mencetak atau mengeluarkan uang tersebut. Jenis-jenis uang ini juga dibagi
menjadi dua, yakni diantaranya sebagai berikut:

 Uang Giral, yakni uang yang menjadi simpanan di bank. Uang ini sengaja disimpan
dalam rekening di bank pada umumnya. Jika diperlukan, uang tersebut dapat
digunakan untuk melakukan berbagai pembayaran.
 Uang Kartal, yakni uang yang dikeluarkan secara sah oleh negara. Lembaga yang
mengeluarkannya adalah Bank Indonesia. Adapun jenis uang yang dikeluarkan
sebagai uang kartal di Indonesia yakni uang logam serta uang kertas.

E. Sistem Keuangan Islam

Keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah,peserta
dari penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut. Dalam berbagai
bentuknya, struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban yang tidak berubah
selama empat belas abad. Selama tiga dasawarsa terakhir, struktur keuangan Islam telah
tampil sebagai salah satu implementasi modern dari sistem hukum Islam yang paling penting
dan berhasil, dan sebagai ujicoba bagi pembaruan dan perkembangan hukum Islam pada
masa mendatang.

Ciri-ciri sistem keuangan Islam adalah :

1. Harta publik dalam sistem keuangan Negara Islam adalah harta Allah.
2. Rasul adalah orang pertama yang melakukan praktik keuangan Islam.
3. Al-Qur’an dan sunah merupakan sumber yang mendasar bagi keuangan Islam.
4. Sistem keuangan Islam adalah system keuangan yang universal.
5. Keuangan khusus dalam Islam menopang sistem keuagan Negara Islam.
6. Sistem keuangan Islam mengambil prinsip alokasi terhadap layanan sebagai sumber-
sumber pendapatan Negara.
7. Sistem keuangan Islam ditandai dengan transparansi.
8. Sistem keuangan Negara Islam merupakan gerakan kebaikan.
9. Sistem keuangan Islam adalah modal toleransi umat Islam.

Pengertian sistem keuangan Islam merupakan sistem keuangan yang menjembatani antara
pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana melalui produk dan jasa
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Prinsip-prinsip Islam dalam sistem keuangan yaitu :


1. Kebebasan bertransaksi, namun harus didasari dengan prinsip suka sama suka dan
tidakada yang dizalimi, dengan didasari dengan akad yang sah. Dan transaksi tidak
boleh pada produk yang haram. Asas suka sama suka untuk melakukan kegiatan
bisnis atau perniagaan sangat penting. Tidak ada unsur paksaan dalam hal ini yang
dapat menimbulkan kerugian masing-masing.
2. Bebas dari maghrib (maysir yaitu judi atau spekulatif yang berfungsi mengurangi
konflik dalam sistem keuangan, gharar yaitu penipuan atau ketidak jelasan, riba
pengambilan tambahan dengan cara batil).
3. Bebas dari upaya mengendalikan, merekayasa dan memanipulasi harga.
4. Semua orang berhak mendapatkan informasi yang berimbang, memadai, akurat agar
bebas dari ketidaktahuan bertransaksi.
5. Pihak-pihak yang bertransaksi harus mempertimbangkan kepentingan pihak ketiga
yang mungkin dapat terganggu, oleh karenanya pihak ketiga diberikan hak atau
pilihan.

Menurut Muhammad (Muhammad, 2000), Adapun prinsip-prinsip dalam keuangan


Islam adalah:
1. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi.
2. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran
dan keuntungan yang halal.
3. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.
4. Larangan menjalankan monopoli.
5. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan
perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam

Prinsip-prinsip hukum syariah mempunyai perbedaan dengan keuangan konvensional.


Perbedaan ini dapat dijadikan dasar praktik keuangan yang mestinya sesuai dengan syariah
(Alam, 2011):
1. Larangan bunga (riba): Dalam bentuk keuangan konvensional dibuat
penerimaan melalui bunga (riba) sedangkan dalam hukum Islam praktik riba
tidak diperbolehkan.
2. Larangan ketidakpastian: Ketidakpastian dalam kontrak tidak diperbolehkan
karena dapat menimbulkan spekulatif yang melibatkan gharar (ketidakpastian
yang berlebihan).
3. Risiko profit and loss sharing: Pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan
herus berbagi risiko dan keuntungan antara pemberi pinjaman dan peminjam.
4. Etika investasi: Investasi di industri yang dilarang dalam al-Qur’an seperti
alkhohol, perjudian dan babi tidak dianjurkan.
5. Aset riil: Setiap transaksi harus nyata dan dapat diidentifikasi. Utang tidak
dapat dijual sehingga risiko terkait tidak dapat ditransfer kepada orang lain.

Tujuan utama sistem keuangan Islam adalah: menghapus bunga dari semua transaksi
keuangan dan menjalankan aktifitasnya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, distribusi
kekayaan yang adil dan merata, kemajuan pembangunan ekonomi.
Sistem keuangan Islam bertujuan untuk memberikan jasa keuangan yang halal kepada
komunitas muslim, di samping itu juga diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
layak bagi tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam. Target utamanya adalah kesejahteraan
ekonomi, perluasan kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan
sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan, kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan
mobilisasi serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu memberikan
jaminan keuntungan (bagi hasil) kepada semua pihak yang terlibat.

Sistem keuangan Islam diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai
kesejahteraan masyarakat. Penghapusan prinsip bunga dalam sistem keuangan Islam
memiliki dampak makro yang cukup signifikan, karena bukan hanya prinsip investasi
langsung saja yang harus bebas dari bunga, namun prinsip investasi tak langsung juga harus
bebas dari bunga. Perbankan sebagai lembaga keuangan utama dalam sistem keuangan
dewasa ini tidak hanya berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary), namun juga sebagai industri penyedia jasa keuangan (financial industry) dan
instrumen kebijakan moneter yang utama.
Mengapa ada keuangan Islami? Minimal ada 3 faktor yang melatarbelakangi lahirnya
keuangan Islam, yaitu: relijius ideologis, empiris pragmatis, dan akademik idealis. Relijius
ideologis merupakan latar belakang yang bersifat fundamental berkaitan dengan ajaran Islam,
yaitu
a) Keinginan umat Islam untuk mengaplikasikan konsep konsep keuangan Islami
sebagai upaya menjadikan Islam sebagai way of life.
b) Konsep dan praktek keuangan konvensional yang telah ada melanggar berbagai
prinsip syariah, misalnya mengandung unsur riba, gharar, maysir. Sedangkan dari
faktor empiris pragmatis politis, bahwa setelah masa kemerdekaan dari kolonialisme
Barat (sekitar tahun 1940-an), di negara negara muslim muncul keinginan untuk juga
merdeka secara ekonomi.

Sistem keuangan konvensional yang ada dipandang lebih menguntungkan Barat dan
merugikan negara-negara muslim yang umumnya tergolong negara berkembang (developing
countries). Pada saat yang bersamaan, terdapat sejumlah besar dana milik muslim, terutama
negara penghasil minyak, yang ingin dikelola secara Islami. Keinginan itu mewujud dalam
bentuk di antaranya pendirian IDB (Islamic Development Bank). IDB didirikan di Jeddah
sebagai hasil agreement menteri- menteri OIC pada Desember 1973, dan mulai beroperasi
pada tahun 1975. IDB bukan bank komersial, tetapi development bank (seperti World Bank)
yang memiliki misi pemberdayaan pembangunan negara-negara muslim.

Sedangkan dari sisi latar belakang akademik, ditemukan dari berbagai kajian
akademik yang dilakukan bahwa sistem keuangan konvensional berpotensi untuk:
a) Menimbulkan instabilitas dan krisis ekonomi,
b) Memperlebar kesenjangan antara miskin dan kaya,
c) Ada alternatif sistem keuangan yang secara konseptual lebih mampu menciptakan
sistem keuangan yang lebih adil dan harmoni.

Anda mungkin juga menyukai