Anda di halaman 1dari 12

Kajian Online KSEI Rumah Ekis IAIN Bone

” E- Money dalam Pandangan Ekonomi Islam”

A. Pengertian E-Money
1. Pengertian Uang

Untuk bisa mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan uang, kita harus bisa
memberikan pengertian atau definisi serta fungsi dari uang itu. Uang selalu kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang bisa diterima oleh umum sebagai alat
pembayaran dan sebagai alat tukar- menukar.

Dari sudut pandang ekonom, uang (money) merupakan stok asset-aset yang digunakan
untuk transaksi. Uang adalah sesuatu yang diterima atau dipercaya masyarakat sebagai alat
pembayaran atau transaksi. Karena itu uang dapat berbentuk apa saja, tetapi tidak berarti
segala sesuatu itu adalah uang. Misal kita mengenal uang kertas sebagai transaksi, tetapi tidak
semua kertas itu adalah uang.(Sumber Tamrin Abdullah :Bank dan Lembaga Keuangan)

Bukan karena harga kertasnya yang sangat murah, melainkan karena tidak diterima atau
dipercaya oleh masyarakat umum sebagai alat pembayaran. Kita pernah mendengar di zaman
dahulu uang emas atau dinar yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dan tinggi
nilainya. Di zaman modern ini, walaupun harga emas tetap masih tinggi, uang logam emas
tidak lagi digunakan sebagai alat transaksi, karena kedudukannya telah digantikan oleh
bentuk-bentuk uang yang lain. (Tamrin Abdullah: Bank dan Lembaga Keuangan, hal. 44)

2. Jenis- jenis Uang


a. Uang fiat (fiat money atau taken money)
Uang fiat adalah komoditas yang di terima sebagai uang, namun nilai nominalnya
jauh lebih besar dari nilai komoditas itu sendiri (nilai intrinsiknya atau intrinsic value-
nya) contoh paling mudah adalah uang kertas Rp.100.000,00 yang anda terima. Nilai
nominal uang kertas tersebut adalah jauh lebih tinggi dari nilai kertasnya. Tetapi
mengapa masyarakat menerima bahwa selembar kertas yang nilainya tidak seberapa
tersebut dapat digunakan untuk berbelanja senilai Rp.100.000,00? Karena pemerintah
telah menetapkannya berdasarkan keputusan resmi, sehingga masyarakat menjadi
percaya.
b. Uang Komoditas (Commodity Money)

Uang komoditas adalah uang yang nilainya sebesar nilai komoditas itu sendiri.
Contohnya, pada masa lalu nilai sekeping uang perunggu adalah lebih kecil dari nilai
satu keeping uang perak, tetapi satu keeping uang perak nilainya lebih kecil dari nilai
satu keeping uang emas, sebab nilai perunggu lebih murah dari perak, sedangkan perak
lebih murah dari emas. Dalam sistem perekonomian mana pun, fungsi utama uang
adalah sebagai alat tukar (medium of exchange).
Dalam sistem perekonomian kapitalis, uang tidak hanya sebagai alat tukar yang
sah (legal tender) melainkan juga sebagai komoditas. Menurut sistem kapitalis, uang
juga dapat diperjualbelikan dengan kelebihan baik on the spot maupun secara tangguh.
Lebih jauh, dengan cara pandang demikian, maka uang juga dapat disewakan (leasing).

3. Uang Dalam pandangan islam


Dalam Islam, apa pun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah sebagai
medium of exchange. Ia bukan suatu komoditas yang bisa diperjual belikan dengan
kelebihan baik secara on the spot maupun bukan. Satu fenomena penting dari karakteristik
uang adalah bahwa ia tidak diperlukan untuk dikonsumsi, ia tidak diperlukan untuk dirinya
sendiri, melainkan diperlukan untuk membeli barang yang lain sehingga kebutuhan
manusia dapat terpenuhi. Ini lah yang dijelaskan oleh Imam Ghazali bahwa “emas
dan perak hanyalah logam yang di dalam substansinya (zatnya itu sendiri) tidak ada
manfaatnya atau tujuan-tujuannya”. Menurut al-Ghazali, hakikat dan fungsi uang ibarat
cermin ia tidak memiliki warna namun bisa mencerminkan semua warna. Penjelasan imam
Ghazali sunguh sangatlah luar biasa cemerlangnya, dan sangat mendahului zamannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga berpendapat bahwa “uang sebagai alat tukar
bahannya bisa diambil dari apa saja yang disepakati oleh adat yang berlaku (urf) dan istilah
yang dibuat oleh manusia. Ia tidak harus terbatas pada emas dan perak”. Pada umumnya,
para ulama dan ilmuan sosial Islam menyepakati fungsi uang sebagai alat tukar saja.
Deretan ulama ternama seperti Imam Ghazali, Ibnu Taymiyyah, Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah, Ar- Raghib al-Ashbahani, Ibnu Khaldun, Al-Maqrizi, dan Ibnu Abidin dengan
jelas menandaskan fungsi pokok uang sebagai alat tukar. Bahkan Ibnu Qayyim mengecam
sistem ekonomi yang menjadikan focus (mata uang logam dari kuningan atau logam)
sebagai komoditas biasa yang bisa diperjualbelikan dengan kelebihan untuk mendapatkan
keuntungan. Seharusnya mata uang itu bersifat tetap, nilainya tidak naik turun.
Menurut fatwa No. 116/DSN-MUI/IX/2017 menjelaskan Naqd (uang) adalah Segala
sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara umum. Apa pun bentuk dan
dalam kondisi seperti apa pun media tersebut. Naqd juga dapat diartikan sesuatu yang
dijadikan harga (tsaman) oleh masyarakat. Baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak
maupun dari bahan lainnya dan diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas.21
Jadi bahwasan uang merupakan alat untuk bertransaksi yang sah dan diakui oleh
Pemerintah. Uang dapat digunakan untuk berbagai macam tranksaksi baik pembayaran
ataupun lainnya.
Jadi Kesimpulannya uang merupakan alat untuk bertransaksi yang sah dan diakui oleh
Pemerintah. Uang dapat digunakan untuk berbagai macam tranksaksi baik pembayaran
ataupun lainnya.

4. Fungsi Uang
Ada beberapa fungsi uang yang penting kita pahami selain sebagai alat tukar menukar
dalam pembayaran dan sebagainya, fungsi uang dibagi menjadi empat fungsi, antara lain:

a. Uang sebagai alat tukar menukar.


b. Uang sebagai kesatuan hitung.
c. Uang sebagai penimbun kekayaan.
d. Uang sebagai stadar pembayaran berjangka atau standar pencicilan utang.

5. Pengertian E- Money (Pengertian Uang Elektronik)


Perkembangan uang elektronik membuat ramai masyarakat Indonesia, kehadirannya
menjadi segala solusi terhadap hal-hal yang kurang dalam kartal atau uang tunai, jadi uang
Uang elektronik merupakan alat pembayaran yang berbentuk elektronik yang nilai uangnya
sesuai dengan nilai uang yang disetorkan kepada penerbit atau agen-agen penerbit yang
kemudian nilai uang tersebut dimasukan dalam media elektronik yang berupa chip atau
media server.
Berdasarkan definisi European Central Bank, e-money merupakan sebuah nilai
uang yang disimpan secara elektronik ke dalam sebuah alat yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran kepada pihak selain penerbit uang tanpa perlu melibatkan akun
Bank dalam transaksi, dan bertindak sebagai instrumen yang bersifat prabayar.
Menurut Fungsi e-money merupakan nilai uang yang disimpan secara elektronik ke
dalam alat seperti kartu chip atau hard drive di dalam komputer atau server,
direpresentasikan dengan klaim pada penerbit, dan diterbitkan dengan sejumlah dana yang
digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran yang dilakukan kepada pihak selain
penerbit uang elektronik.
istilah E-money mengikuti trend yang diciptakan oleh new economy yang berintikan
dunia internet, seperti e-business, e-commerce, e-trade dan yang lainnya. Dapat dikatakan
pula yang dimaksud dengan E-money adalah uang yang tidak berwujud secara fisik
melaikan berwujud informasi elektronik. Misalnya, yang sudah lazim dewasa ini (terutama
untuk level menengah atas), karyawan tetap menerima gaji sebagai imbalan atas kerjanya.
Namun, imbalan itu tidak lagi berwujud dalam segepok uang, melainkan hanya bukti
transfer dari rekening perusahaan ke rekenin karyawan.
Implikasi dari Munculnya E-Money Adalah:
a. Mengurangi eksploitasi sumber daya alam paling tidak penggunaan kertas dan logam
untuk membuat uang jadi berkurang.
b. Menghindari pemalsuan uang (meski akan timbul resiko baru yang belum
terbayangkan).
c. Mempercepat penyatuan mata uang dunia
d. Jika implikasi ketiga terjadi, dunia tidak direpotkan lagi oleh liarnya fluktuasi nilai tukar
atar mata uang.

Berikut contoh E- Money


Berdasarkan Peraturan BI nomor 11/12/PBI/ 2009 tentang uangelektronik
uang elektronik (electronic money) adalah Alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada
penerbit;
b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;
c. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit
uang elektronik tersebut; dan
d. nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perBankan.
Menurut ketentuan fatwa No. 116/DSN-MUI/IX/2017 menjelaskanuang
elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur
berikut:
a. diterbitkan atas dasar jumlah nominal uang yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit.
b. jumlah nominal uang disimpan secara elektronik dalam suatu media yang teregristrasi.
c. Jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
perBankan
d. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit
uang elektronik tersebut.
B. Klasifikasi E- Money
1. Berdasarkan Medianya uang elektronik dibagi menjadi dua:
a. uang elektronik yang nilai uangnya selain dicatat pada media elektronik yang dikelola
oleh penerbit juga dicatat dalam media elektronik yang dikelola oleh pemegang dan
b. uang elektronik yang nilai uang elektroniknya hanya dicatat pada media elektronik yang
dikelola oleh penerbit.

2. Berdasarkan masa berlakunya uang elektronik dibedakan menjadi dua:


a. Reloadable adalah uang elektronik yang dapat dilakukan Top up atau pengisian ulang,
dan
b. Disposable uang elektronik yang tidak dapat diisi ulang.

3. Berdasarkan jangkauan penggunaanya uang elektronik dibedakan menjadi dua:


a. Single-Purpose adalah uang elektronik yang hanya dapat digunakan untuk transaksi
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari satu jenis transaksi ekonomi.
b. dan Multi-Purpose adalah uang elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai jenis
transaksi ekonom.
4. Sedangakan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor16/8/PBI/2014 Tentang Perubahan
atas peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektonik (electronic
money) menjelaskan dalam Pasal 1A butir 1, bahwa berdasarkan pecatatan data identitas
pemegang, uang elektronik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Uang elektronik yang data identitasnya pemegangnya terdaftar dan tercatat pada
penerbit (registered)
b. Uang elektronik yang data identitas pemegangnya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada
penerbit (unregistered)

5. Sejarah E- Money

Sejarah E-money mulai menggeliat di Indonesia sejak 2009 yakni mulaimunculnya


Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/12/PBI/2009 yang menjadi payung hukum
penerbitan emoney. Bank maupun non Bank diperbolehkan menerbitkan E-money setelah
mendapatkan izin BI selaku regulator sistem pembayaran. Pada saat ini, terdapat 17
penerbit E-money, yang sembilan diantaranya adalah Bank. Meski demikian, penggunaan
E- money masih belum membudaya di kalangan masyarakat sehingga volume transaksi
masih sangat jauh di bawah potensinya. Walaupun demikian, faktanya, baik dari jumlah
instrumen, volume maupun nominal transaksi, uang elektronik di Indonesia tercatat
memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan sepanjang tiga tahun terakhir.

Dari instrumen E-money yang beredar per Februari 2014, transaksinya mencapai
36,81 juta, lebih besar dari posisi akhir 2012 yang sebesar 21,87 juta atau jumlah pada
akhir 2011 yang masih 14,30 juta. Selain menggenjot. transaksi E-money berbasis kartu,
transaksi E-money berformat mobile phone dan internet account yang umumnya
diterbitkan oleh institusi non Bank juga berpotensi kian tumbuh.

Berkembangnya format E-money ini diharapkan akan memacu penggunaan


transaksi non tunai di kalangan masyarakat. Volume transaksi E- money sepanjang 2013
mencapai 137,90 juta atau tumbuh 36,00% dari tahun sebelumnya dan dari sisi nominal
transaksi sebesar Rp2,90 triliun atau meningkat 48,97% dari periode 2012. Berdasarkan
Statistik sistem pembayaran Bank Indonesia, hingg Desember 2017 jumlah uang elektronik
mencapai 90 juta instrument. Jumlah tersebut menurun dari posiso 113 juta pada
November. Tetapi, jika dibadingkan dengan desember 2016 yang sebanyak 51 juta jumlah
tersebut meningkat hamper dua kali lipat. Dari sisi transaksi, nominal per Desember 2017
mencapai Rp. 11,5 Triliun atau tumbuh 64% dibandingkan Desember 2016 yang senilai
Rp. 70,6 Triliun. Pertumbuhan tersebut meningkat dua kali lipat jika dibandingkan
pertumbuhan dari 2015 ke 2016 yang sebesar 33,7%.

Pertumbuhan pesat juga terlihat dari infrastruktur uang elektronik. Pada Desember
2016 jumlah mesin pembaca masih sebanyak 374.861 buah. Namun, pada akhir 2017
jumlah melonjak menjadi 691.331 buah. Beberapa factor meningkatnya penggunaan uang
elektronik di Indonesia adalah kewajiban pembayaran tol nontunai dan berkembangnya
transportasi online serta pesatnya jual beli secara online. Saat ini terdapat 27 penerbit uang
elektronik di Indonesia. Penertbit didominasi oleh Bank dan Perusahaan Telekomunikasi.
uang elektronik adalah alat pembayaran yang berbentuk elektronik yang nilai uangnya
sesuai dengan nilai uang yang disetorkan kepada penerbit atau agen- agen penerbit yang
kemudian nilai uang tersebut dimasukan dalam media elektronik yang berupa chip atau
media server.

Jadi uang elektronik merupakan alat transaksi keuangan yang berbasis elektronik
atau digital dan berbentuk kartu yang mana nilai uang di catat dan dikelola oleh penerbit.
Jumlah uang yang kita setorkan sesuai dengan catatan yang ada pada uang elektronik yang
kita miliki. Dan uang elektronik tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi
pembayaran yang mana antara penerbit dan pedangan (merchant) saling berkerja sama
dalam transaksi elektronik.

C. Dasar Hukum Uang Elektronik


Alat pembayaran menggunakan kartu (kartu kredit, ATM/debit) serta Uang Elektronik
diatur dalam sejumlah regulasi Peraturan Bank Indonesia selanjutnya disebut PBI, sebagai
berikut:
1. PBI Nomor 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu

2. PBI Nomor 7/5/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran


Menggunakan Kartu

3. PBI Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Perubahan Atas PBI Nomor 7/5/PBI/2005 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

4. PBI Nomor 10/4/PBI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran


Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Lembaga Selain Bank (LSB)

5. PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran


Menggunakan Kartu
6. PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money)

7. PBI Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

8. PBI Nomor 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang
Uang Elektronik (Electronic Money)
9. PBI Nomor 18/17/PBI/2016 tentang Perubahan Kedua atas PBI Nomor 11/12/PBI/2009
tentang Uang Elektronik (Electronic Money)
10. PBI PBI Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Perubahan Ketiga atas PBI Nomor
18/17/PBI/2016 tentang Uang Elektronik (Electronic Money)

Alat pembayaran menggunakan kartu (kartu kredit, ATM/kartu debit) dan Uang
Elektronik (E-money) juga diatur di dalam sejumlah Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI),
yaitu:
1. SE BI Nomor 7/59/DASP/2005 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu

2. SE BI Nomor 7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian


serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu

3. SE BI Nomor 7/61/DASP/2005 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Kegiatan Alat


Pembayaran Menggunakan Kartu

4. SE BI Nomor 8/18/DASP/2006 tentang Perubahan atas SE BI Nomor 7/60/DASP/2005


tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati- hatian serta Peningkatan Keamanan dalam
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

5. SE BI Nomor 10/04/UKMI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat


Pembayaran Menggunakan Kartu

6. SE BI Nomor 10/07/DASP/2008 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Kegiatan Alat


Pembayaran Menggunakan Kartu

7. SE BI Nomor 10/20/DASP/2008 tentang Perubahan Kedua atas SE BI Nomor


7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian serta Peningkatan
Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
8. SE BI Nomor 11/10/DASP/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu

9. SE BI Nomor 11/11/DASP/2009 tentang uang elektronik (Electronic Money)

10. SE BI Nomor 13/22/DASP/2011 tentang Implementasi Teknologi Chip dan Penggunaan


Personal Identification Number (PIN) pada Kartu ATM dan/atau Kartu Debet yang
Diterbitkan Di Indonesia

11. SE BI Nomor 16/11/DKSP tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik

12. SE BI Nomor 16/12/DPAU tentang Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital

D. Pandangan fikih muamalah tentang uang elektronik


E. Sesi Tanya Jawab
a. Hasan_himaprodiesy_STAI Syaichona moh.Cholil Bangkalan Pertanyaan nya:
alhamdulillah atas penjelasan pemateri namun sya belum bgtu paham..
Emoney di indonesia peningkatan nya cukup tinggi mempermudah bgi kita...dan tadi
sudh disebutkan bberpa mcam emoney. Yg saya tanyakan disni bedanya e_ money dg
e_ wallet apa? Kemudian emoney disni mempermudah sebgian org sja krn tdak semua
org memhami emoney seperti org yg gaptek gimna cara untuk menyikapi nya dan juga
emoney disni seperti e_comerce/ fintech sementara produk fintech disni bnyak yg dr
perushaan non bank. Sementara bank juga bergerak dlm fintech apakah perbankan jdi
ancaman bgi fintech? Mohon penjelasan nya pak🙏🏻

Jawaban:
Baik Syukron,

Cuma kalau E_wallet saya baru denger Bro,

Kalah Pertanyaan yang Gaptek itu, disinilah Peran Era Kolaborasi dimana penyikapan
terhadap Gaptek ini bisa terjadi karena dua Hal satu Dari Pemerintah belum
mensosialisasikan Pencerdasan di Era digital tsb, atau yang kedua Sudah ada Fasilitas
dari pemerintah tapi kita masih bertahan pada Hal-hal yang tradisional maka yang terjadi
Distrupsi,/ kenapa ojek Pengkolan sekarang Tergerus Oleh OJOL karena mereka tidak
mau beradaptasi dengan perkembangan Zaman, nah makanya kita disini perlu Sinergi
karena sekarang adalah Eranya Kolaborasi, siapa yang tidak Bisa beradaptasi maka Dia
akan tergerus Oleh Zaman.

Selanjut terkait Fintech dan perbankan,


Kalau di OJK sudah ada Departemen khusus Fintech nah Apakah Perbankan Menjadi
terancam dwngan Maraknya Fintech? Kalau Di artikel yang saya tulis yang di muat di
Majalah AL-FALAH dengan Judul "peran Fintech dalam meningkatkan Market Share
Perbankan Syariah Nasional" saya melihat Bahwa fintech itu Merupakan sebuah
peluang Jika kita bisa mensinergikannya dengan Baik, maka tidak heran di dunia
Perbankan Hari ini mereka Juga ada mitigasi Resiko dengan Pesat dan maraknya Fintech
hari ini, jadi sekali lagu Fintech justru lebih berpeluan untuk mendorong Market Share di
perbankan Syariah, dengan skema-skema tertentu berikut tulisan saya ttg Fintech yang di
kolaborasikan untuk meningkatakan Market share Perbankan syariah.
b. Nanda Rizki Nugraha STEI SEBI
Banyak isu yang beredar bahwa terdapat unsur riba di dalam e-money. Di sisi lain
saya juga mendapat info terkait e-money yang syariah. Bagaimana e-money yang
berbasis syariah menjawab permasalahan riba tersebut?
Jawaban:
Baik saya jawab, yaa, Dalam perspektif syariah hukum uang elektronik adalah
halal, kehalalan ini berlandaskan kaidah; setiap transaksi dalam muamalah pada
dasarnya diperbolehkan kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya, maka saat itu
hukumnya berubah menjadi haram. Oleh karena itu uang elektronik harus memenuhi
kriteria dan ketetentuan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Walau E-money sudah disahkan melalui screening halal MUI dan Fatwa
Dewan Syariah Nasional, tetap yang dibutuhkan adalah kebijakan dan penghematan
dalam menggunakannya, agar tidak boros & menyebabkan kerugian di lain hari. Prinsip-
prinsip Syariah dalam Transaksi Uang Elektronik Tidak Mengandung Maysir (unsur
perjudian, untung-untungan atau spekulatif yang tinggi). Tidak Menimbulkan Riba yang
berbentuk pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-
meminjam dan pengalihan harta secara batil. Transaksi uang elektronik merupakan
transaksi tukar-menukar/jual beli barang ribawi, yaitu antara nilai uang tunai dengan
nilai uang elektronik dalam bentuk Rupiah.
Uang Elektronik Itu harus terhindar dari Hal hal sebagai berikut:
1. Pertukaran nilai uang tunai dengan nilai pada E-money Syariah harus sama jumlahnya
karena jika tidak maka tergolong ke dalam riba al-fadl. Riba al-fadl (tambahan) atas
salah satu dua barang yg dipertukarkan dalam pertukaran barang ribawi sejenis.
Contohnya saldo E-Money Syariah sebesar Rp. 100.000,00 tidak boleh dijual seharga
Rp. 95.000,00 ataupun Rp. 110.000,00. Jadi hanya boleh dibeli pada nilai yang sama
yakni Rp. 100.000,00.
2. Pertukaran nilai uang tunai dengan nilai pada E-money Syariah juga harus dilakukan
secara tunai, jika tidak maka tergolong riba al-nasiah. Riba al-nasiah adalah penundaan
penyerahan salah satu dua barang yang dipertukarkan dalam jual-beli barang ribawi yang
sejenis. Misalnya pada saat pemegang kartu E-money Syariah melakukan refund/redeem
nilai uang elektronik dengan nilai uang tunai kepada penerbit, maka penerbit harus
memenuhi hak tagih tersebut dengan tepat waktu tanpa melakukan penangguhan
pembayaran.
3. Tidak mendorong israf (pengeluaran yang berlebihan). Uang elektronik pada dasarnya
digunakan sebagai alat pembayaran ritail/mikro, agar terhindar dari israf (pengeluaran
yang berlebihan) dalam konsumsi dilakukan pembatasan jumlah nilai uang elektronik
serta batas paling banyak total nilai transaksi uang elektronik dalam periode tertentu.
4. Tidak digunakan untuk transaksi objek haram dan maksiat uang elektronik sebagai alat
pembayaran dengan menggunakan prinsip syariah, uang elektronik tidak boleh
digunakan untuk pembayaran transaksi objek haram dan maksiat, yaitu barang atau
fasilitas yang dilarang dimanfaatkan atau digunakan menurut hukum Islam.

Lebih detailnya silahkan Buka Fatwa DSN MUI no 116 tentang E Money
didalam Fatwa tsb di jelaskan Bahwa E-Money ini masih terbatas penggunaannya karena
beberapa Hal silahkan bukan Pembahasan ke Empat saya tadi yang di atas.
c. Jajang_KSEI IsEF_STEI SEBI
pada penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa e-money konvensional
diperkenankan jika belum ada alternatif e-money syariah. Nah di Indonesia sendiri
bagaimana eksistensi dan perkembangan dari e-money syariah?. Kemudian bagaimana cara
mudah untuk membedakan antara e-money konvensional dengan e-money syariah,
bukankah keduanya hanya saldo digital saja?Terimakasih..

jawaban:

Uang elektronik pada dasarnya digunakan sebagai alat pembayaran ritail/mikro,


Agar terhindar dari Israf (pengeluaran yang berlebihan) dalam konsumsi dilakukan
pembatasan jumlah nilai uang elektronik serta batas paling banyak total nilai transaksi
uang elektronik dalam periode tertentu. Tidak Digunakan untuk Transaksi objek Haram
dan Maksiat Uang elektronik sebagai alat pembayaran dengan menggunakan prinsip
Syariah, uang elektronik tidak boleh digunakan untuk pembayaran transaksi objek haram
dan maksiat, yaitu barang atau fasilitas yang dilarang dimanfaatkan atau digunakan
menurut hukum Islam.

~ Jazakallah Khoiran Katsiran~

Anda mungkin juga menyukai