Anda di halaman 1dari 24

Ekonomi Syariah

Judul : Uang dan Keuangan syariah

Disusun oleh kelompok 03 :

Rana Mulyana

Indriana R

Nurdhini A

Riris F

Sopandi

Agusniawan

Valeryanus R

Domi S

Alwin

Ulfah M

Zumady S
Daftar Isi

A. Uang
 Definisi Uang
 Fungsi Uang
 Syarat Uang
 Jenis Uang
 Teori tentang uang
 Kesimpulan
B. Keuangan Syariah
 Sejarah Awal Perkembangan Perbankan Islam
 Pengertian Lembaga Keuangan
 .Fungsi Lembaga Keuangan
 Prinsip Oprasional LKS
 Lemabaga Fasilitator Sistem Keuangan Syariah Di Indonesia
 Struktur Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia
 Jenis – jenis Resiko Lembaga Keuangan Syariah
 Kesimpulan

Daftar Pustaka
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Dan ada pula yang
berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomuian, karena didalam
masyarakat modern dewasa ini, dimana mekanisme perekonomian berdasarkan lalu lintas
barang dan jasa semua kegiatan-kegiatan ekonomi akan memerlukan uang sebagai alat
pelancar guna mencapai tujuannya.Uang, dalam model sederhana ini berperan sebagai alat
untuk memperlancar transaksi dan menyimpan nilai (daya beli).sebagai alat untuk
transaksi, uang mempermudah transaksi antara pihak penjual dan pembeli. untuk
memperdalam mengenai uang dan teori teori yang digunakan maka makalah ini akan
membahas lebih dalam mengenai uang

Bab I

A. Uang

Defenisi Uang
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima
secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di
masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang
didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran
bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk
pembayaran utang.Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda
pembayaran.

Sedangkan Uang dalam ekonomi modern didepenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Definisi para ahli tentang uang dalam perekonomiam modern
o A.C Piguo dalam bukunya The Veil Of Money yang dimaksud uanga adalah alat tukar.
o D.H Robertson dalam bukunya Money yang dimaksud dengan uang adalah sesuatu yang bisa
diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang.
o R.G Thomas dalam bukunya Our Modern Banking menjelaskan bahwa uang adalah seseuatu
yang tersedia dan diterima umum sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barabg dan
jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya.

Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada barter yang lebih
kompleks, tidak efesien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern karena
membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga
kesulitan dalam penentuan nilai. Efesiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada
akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan
meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.
Pada awalnya di Indonesia, uang —dalam hal ini uang kartal— diterbitkan oleh pemerintah
Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak
pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank Sentral, Bank
Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk
menciptakan uang itu disebut dengan hak oktroi.

Fungsi Uang
Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan barang,
juga untuk menghidarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih rinci, fungsi uang
dibedalan menjadi dua: fungsi asli dan fungsi turunan.

Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan
nilai. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah
pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang,
tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara
barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat digunakan untuk
menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya
kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga
barang/jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk
memperlancar pertukaran.

Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk
mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang penjual saat ini
menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat
menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.

Syarat-syarat Uang
Suatu benda dapat dijadikan sebagai “uang” jika benda tersebut telah memenuhi syarat-syarat
tertentu. Pertama, benda itu harus diterima secara umum (acceptability). Agar dapat diakui
sebagai alat tukar umum suatu benda harus memiliki nilai tinggi atau —setidaknya— dijamin
keberadaannya oleh pemerintah yang berkuasa. Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan
lama (durability), kualitasnya cenderung sama (uniformity), jumlahnya dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat serta tidak mudah dipalsukan (scarcity).

Uang juga harus mudah dibawa, portable, dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai
(divisibility), serta memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value).

Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai fungsi turunan.
Fungsi turunan itu antara lain uang sebagai alat pembayaran, sebagai alat pembayaran utang,
sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan (modal), dan alat untuk meningkatkan status
sosial.

money) dan uang giral. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat
dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah
uang yang dimiliki masyarakat dalam Jenis-Jenis Uang
Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang kartal (sering pula
disebut sebagai common bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini
hanya beredar di kalangan tertentu saja, sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia
tidak mau barang atau jasa yang diberikannya dibayar dengan uang ini. Untuk menarik uang giral, orang
menggunakan cek.

Jenis uang Kertas dan Uang Logam


a. Menurut bahan pembuatannya
Uang menurut bahan pembuatannya terbagi menjadi dua, yaitu uang logam dan uang kertas.
Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam; biasanya dari emas atau perak karena kedua logam
itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah
hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai.

Uang logam memiliki tiga macam nilai:


1. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya berapa nilai emas dan perak
yang digunakan untuk mata uang.
2. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera pada mata
uang. Misalnya seratus rupiah (Rp. 100,00), atau lima ratus rupiah (Rp. 500,00).
3. Nilai tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan suatu barang (daya
beli uang). Misalnya uang Rp. 500,00 hanya dapat ditukarkan dengan sebuah permen, sedangkan Rp.
10.000,00 dapat ditukarkan dengan semangkuk bakso).

Ketika pertama kali digunakan, uang emas dan uang perak dinilai berdasarkan nilai intrinsiknya, yaitu
kadar dan berat logam yang terkandung di dalamnya; semakin besar kandungan emas atau perak di
dalamnya, semakin tinggi nilainya. Tapi saat ini, uang logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun dari
nilai nominalnya. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum atau tertulis di mata uang tersebut.

Sementara itu, yang dimaksud dengan “uang kertas” adalah uang yang terbuat dari kertas dengan
gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan UU No. 23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk
lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

b. Menurut nilainya
Menurut nilainya, uang dibedakan menjadi uang penuh (full bodied money) dan uang tanda (token
money). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera di atas uang tersebut sama
nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai nominal yang tercantum sama dengan
nilai intrinsik yang terkandung dalam uang tersebut. Jika uang itu terbuat dari emas, maka nilai uang itu
sama dengan nilai emas yang dikandungnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan uang tanda adalah apabila nilai yang tertera diatas uang lebih tinggi
dari nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang atau dengan kata lain nilai nominal lebih besar
dari nilai intrinsik uang tersebut. Misalnya, untuk membuat uang Rp1.000,00 pemerintah mengeluarkan
biaya Rp750,00.
Jenis-Jenis Uang
Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang kartal (sering
pula disebut sebagai common money) dan uang giral. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan
wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan
yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan
(deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu saja,
sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang atau jasa yang
diberikannya dibayar dengan uang ini. Untuk menarik uang giral, orang menggunakan cek.
Jenis uang Kertas dan Uang Logam

a. Menurut bahan pembuatannya


Uang menurut bahan pembuatannya terbagi menjadi dua, yaitu uang logam dan uang kertas.
Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam; biasanya dari emas atau perak karena kedua
logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya
yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa
mengurangi nilai.

Uang logam memiliki tiga macam nilai:


1. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya berapa nilai emas dan
perak yang digunakan untuk mata uang.
2. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera pada
mata uang. Misalnya seratus rupiah (Rp. 100,00), atau lima ratus rupiah (Rp. 500,00).
3. Nilai tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan suatu barang
(daya beli uang). Misalnya uang Rp. 500,00 hanya dapat ditukarkan dengan sebuah permen,
sedangkan Rp. 10.000,00 dapat ditukarkan dengan semangkuk bakso).

Ketika pertama kali digunakan, uang emas dan uang perak dinilai berdasarkan nilai intrinsiknya,
yaitu kadar dan berat logam yang terkandung di dalamnya; semakin besar kandungan emas atau
perak di dalamnya, semakin tinggi nilainya. Tapi saat ini, uang logam tidak dinilai dari berat
emasnya, namun dari nilai nominalnya. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum atau tertulis di
mata uang tersebut.

Sementara itu, yang dimaksud dengan “uang kertas” adalah uang yang terbuat dari kertas dengan
gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan UU No.
23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam
bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

b. Menurut nilainya
Menurut nilainya, uang dibedakan menjadi uang penuh (full bodied money) dan uang tanda
(token money). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera di atas uang
tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai nominal yang
tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang tersebut. Jika uang itu terbuat
dari emas, maka nilai uang itu sama dengan nilai emas yang dikandungnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan uang tanda adalah apabila nilai yang tertera diatas uang lebih
tinggi dari nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang atau dengan kata lain nilai nominal
lebih besar dari nilai intrinsik uang tersebut. Misalnya, untuk membuat uang Rp1.000,00
pemerintah mengeluarkan biaya Rp750,00.

Teori nilai Uang


Teori nilai uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan dengan nilai uang. Nilai
uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau rendahnya nilai uang sangat
berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini terbukti dengan banyaknya teori uang yang
disampaikan oleh beberapa ahli.
Teori uang terdiri atas dua teori, yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.

a. Teori uang statis


Teori Uang Statis atau disebut juga “teori kualitatif statis” bertujuan untuk menjawab
pertanyaan: apakah sebenarnya uang? Dan mengapa uang itu ada harganya? Mengapa uang itu
sampai beredar? Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai yang
diakibatkan oleh perkembangan ekonomi.
Yang termasuk teori uang statis adalah:

b. Teori Metalisme (Intrinsik) oleh KMAPP


Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam
yang dijadikan uang itu, contoh: uang emas dan uang perak.

c. Teori Konvensi (Perjanjian) oleh Devanzati dan Montanari


Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk
mempermudah pertukaran.
d. Teori Nominalisme
Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.

e. Teori Negara
Asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat
bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa
undang-undang pembayaran yang disahkan.

Peranan uang dalam ekonomi


Uang adalah salah satu topik utama dalam pembelajaran ekonomi dan finansial. Monetarisme
adalah sebuah teori ekonomi yang kebanyakan membahas tentang permintaan dan penawaran
uang. Sebelum tahun 80-an, masalah stabilitas permintaan uang menjadi bahasan utama karya-
karya Milton Friedman, Anna Schwartz, David Laidler, dan lainnya.

Semua aspek kehidupan manusia dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan ditopang
sepenuhya oleh uang.tidak ada satu peradaban pun di dunia ini yang tidak mengenal dan
menggunakan uang.Kalaupun ada maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti stagnan
dan tidak berkembang.

Peran uang dalam perekonomian bias diibaratkan seperti darah dalam tubuh manusia.Tanpa
darah ,manusia seakan-akan hendak mati.Kekurangan uang diibaratkan kekurangan darah yang
mengakibatkan gairah hidup yang turun dan melemah , yang pada akhirnya manusia menjadi
sakit-sakitan.Abraham H.Maslow dalam teori motivasainya menyatakan bahwa kebutuhan
manusia yang paling penting adalah kebutuhan fisik.Kebutuhan fisik manusia antara lain barang
dan jasa.Untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa tersebut,cara yang paling mudah
adalanh dengan memiliki sesuatu yang disebut UANG. Karena uanga adala seseuatu benda yang
diterima dan digunakan secara umum sebagai alat yang memudahkan proses transaksi dalam
memenuhi kebutuhan manusia berupa barang dan jasa.Sehingga secara tidak langsung juga dapat
dikatakan bahwa kebutuhan yang paling mendasar dalam perekonomian dan kehidupan sosialnya
adalah uang.
Uang yang semula dimaksudkan berfungsi sebagai alat tukar dan standar satuan nilai ternyata
juga berdampak terhadap fokusbudaya manusia ketika uang diaplikasikan sebagaiproperti yang
menentukan martabat seseorang di tengah masyarakat.Dalam sejarahnya peranan dan fungsi
uang telah berkembang secara pesat tanpa mengenal batas ras,bangsa, da Negara sehigga uang
telah memberikan andil yang sangat penting dalam proses perkembangan peradaban manusia
secara global.Aphra Behn seorang dramawan abad ke-17 menulis dalam bukunya The
Rovers”Uang berbicara dalam bahasa yang bias dimengerti oleh semua bangsa”.

Kesimpulan
Uang merupakan suatu benda yang diterima secara umum oleh lapisan masyarakat sebagai alat
perantara untuk mempermudah transaksi atau jual – beli dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Uang dapat dibedakan menjadi uang kartal, uang giral, dan uang quasi. Uang yang sah dan wajib
digunakan oleh masyarakat dalam kehidupani sehari – hari disebut uang kartal yang terdiri atas
uang logam dan uang kertas.

BAB II

B.Keuangn Syariah

A. Sejarah Awal Perkembangan Perbankan Islam

1. Sejarah Perbankan Dunia

Bank sebagai lembaga keuangan pada awalnya hanya merupakan tempat penitipan harta oleh
para saudagar untuk menghindari adanya kejadian kehilangan, kecurian, ataupun bahkan
perampokan selama proses perjalanan dari sebuah perdagangan. Inipun dilakukan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang bersedia untuk menjaga keberadaan harta tersebut.

Pada zaman pra-Islam sebenarnya telah ada bentuk – bentuk perdagangan yang sekarang
dikembangkan di dunia bisnis modern. Bentuk – bentuk itu misalnya musyarakah (joint venture),
ba’iu takjiri (here purchase), ijarah (leasing), takaful (insurance), ba’I bithaman ajil (instalment
sale), kredit pemilikan barang (murabahah), dan pinjaman dengan tambahan bunga. Bentuk–
bentuk perdagangan ini telah berkembang di Jazirah Arab, yang letaknya sangat strategis bagi
perdagangan waktu itu, khususnya yang berpusat di kota Mekah, Jedah dan Madinah.
Pelaksanaan bentuk operasi bank pada waktu itu dilakukan oleh individu yang dapat dipercaya
yang memiliki integritas (jujur dan bertanggungjawab) dan loyalitas dengan keikhlasan dalam
menjaga harta yang dititip dan pada waktu dipulangkan sesuai semula.

2. Sejarah Perbankan Islam

Perbankan Islam memiliki sejarah yang unik. Dikatakan unik karena lembaga ini memiliki
karakteristik tersendiri sehingga berbeda dengan perbankan konvensional, sehingga acuan
perbankan islam bukan lah dari perbankan konvensional, akan tetapi dari baitutamwil. Dalam
sejarahnya, baitulmaal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman Rasulullah.
Lembaga ini pertama kali hanya berfungsi untuk ,menyimpan harta kekayaan Negara dari zakat,
infak, sedekah, pajak, dan harta rampasan perang. Kemudian, pada zaman pemerintahan sahabat
Nabi berkembang pula lembaga ini yang disebut baitutamwil, yang merupakan lembaga
keuangan islam yang menampung dana-dana masyarakat untuk diinvestasikan ke proyek atau
pembiayaan perdagangan yang menguntungkan.

Berbagai ide untuk mengembangkan suatu lembaga keuangan dengan menggunakan sistem bagi
hasil sudah muncul sejak lama diantaranya Anwar Qureshi tahun 1940, Naim Siddiqi tahun 1948
dan Mahmud Ahmad tahun 1952. Usaha untuk mengembangkan perbankan Islam terus
dilakukan. Tahun 1969 secara bersama beberapa Negara dari kelompok Islam Internasional
membentuk Organisasi Konferensi Islam (OKI) sedunia menggagas ide tentang perlunya banka
Islam pada tingkat Internasional. Konferensi diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada
21 s.d 27 April 1969 dengan diikuti oleh 19 negara peserta dan enam negara sebagai peninjau.
Berdirinya bank-bank Islam ternyata tidak didominasi oldeh Negara-negara muslim saja, namun
negara-negara besar lainnya yang mayoritas nonmuslim telah mengembangkan perbankan Islam.

3. Sejarah Perbankan Islam di Indonesia

Urutan sejarah perkembangan perbankan Islam di tanah air adalah:

a. 1974: berupa ide dalam seminar nasional hubungan Indonesia – Timur Tengah. Belum
terealisasi karena UU yang belum memungkinkan dan adanya hambatan politis.
b. 1988: PAKTO 1988. Kebijakan pemerintah untuk meliberalisasi perbankan Indonesia
membuka peluang baru. Belum ada dasar hukum, kecuali adanya klausul dalam PAKTO yang
menyebutkan bahwa bank dapat menerapkan bung sebesar 0%.

c. 1990: lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor. Hasilnya
adalah keputusan untuk membentuk kelompok kerja yang akan mendirikan bank Islam di tanah
air.

d. 1991: 1 November, akta pendirian BMI ditanda tangani. 3 November, presiden Soeharto
membantu pengumpulan dana untuk pendirian BMI di Istana Bogor.

e. 1992: 1 Mei, BMI mulai beroperasi. UU No.7 Tahun 1992 keluar dan mengakomodasi
perbankan dengan konsep bagi hasil. Keluar pula PP No.72 Tahun 1992 tentang bank
berdasarkan prinsip bagi hasil.

f. 1997 – 1998: Indonesia dilanda krisis moneter terparah. Banyak bank konvensional
tumbang karena CAR negative dan mengalami kerugian Ngetive spread.

g. 1998: UU No.10 Tahun 1998 lahir. UU ini memberikan peluang bagi pengembangan
perbankan Islam. Dengan begitu dual banking system berlaku tanpa “malu – malu” lagi. Dengan
adanya UU tersebut, maka bank konvensional juga boleh membuka unit usaha Islam.

h. 1999: UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI. Dalam UU ini disebutkan bahwa BI bertanggung
jawab terhadap pengawasan perbankan termasuk perbankan Islam.

i. 2008: UU No.21 Tahun 2008 di sahkan dalam masa pemerintahana presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.

B. Pengertian Lembaga Keuangan

1. Menurut SK Menkeu RI No.792 tahun 1990, lembaga keuangan adalah semua badan yang
kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada
masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.
2. Menurut Dahlan Siamat, lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya
terutama dalam bentuk asset keuangan atau tagihan (claims) dibandingkan dengan aset
nonfinansial atau asset riil.

3. Syarif Wijaya mendefinisikan lembaga keuangan dengan lembaga yang berhubungan


dengan penggunaan uang dan kredit atau lembaga yang berhubungan dengan proses penyaluran
simpanan ke investasi.

4. Kasmir mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di


bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya.

Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Lembaga
intermediasi keuangan berdasarkan kemampuannya menghimpun dana dari masyarakat dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu lembaga keuangan depositori dan lembaga
keuangan nondepositori. Lembaga keuangan depositori menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk simpanan (deposit) misalnya: giro, tabungan atau deposito berjangka
yang diterima dari penabung atau unit surplus. dapat berasal dari perusahaan, pemerintah dan
rumah tangga yang memiliki kelebihan pendapatan setelah dikurangi untuk kebutuhan konsumsi.
Lembaga keuangan yang menawarkan jasa-jasa seperti ini adalah bank.

Lembaga keuangan nondepositori atau disebut juga Lembaga Keuangan Non-Bank (LKNB)
adalah lembaga keuangan yang lebih terfokus kepada bidang penyaluran dana dan masing-
masing lembaga keuangan mempunyai ciri-ciri usahanya sendiri. Adapun jenis lembaga
keuangan nondepositori yang ada di Indonesia saat ini antara lain, lembaga keuangan yang
kegiatan usahanya bersifat kontraktual, lembaga keuangan investasi dan perusahaan modal
ventura dan perusahaan pembiayaan yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha, anjak
piutang, pembiayaan konsumen,dan kartu kredit.

C. Fungsi Lembaga Keuangan

Fungsi lembaga keuangan bisa di tinjau dari empat aspek antara lain:
1. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi jasa-jasa finansial. Jasa-jasa finansial yang
disediakan oleh lembaga keuangan syariah harus didasarkan pada prinsip-prinsip syariah diantara
fungsi lembaga keuangan sebagai penyedia jasa-jasa finansial antara lain:

a. Fungsi tabungan. Sistem pasar keuangan dan lembaga keuangan menyediakan instrumen
untuk tabungan bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana setelah pemenuhan kebutuhan
dasar (konsumsi).

b. Fungsi penyimpanan kekayaan. Instrumen keuangan yang diperjualbelikan dalam pasar


uang dan pasar modal menyediakan suatu cara untuk menyimpan kekayaan, yaitu dengan cara
menahan nilai aset yang dimiliki disamping menerima pendapatan dalam jumlah tertentu.

c. Fungsi transmutasi kekayaan. Di mana lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk
janji-janji kepada imbalan pemilik dana.

d. Fungsi likuiditas. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan memperoleh uang tunai pada
saat di butuhkan. Kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan dapat dengan
mudah dicairkan melalui mekanisme pasar keuangan.

e. Fungsi pembiayaan / kredit. Disamping untuk menyediakan likuiditas dan mempermudah


arus tabungan menjadi investasi dalam rangka menyimpan kekayaan, pasar uang menyediakan
pembiayaan / kredit untuk membiayai kebutuhan konsumsi dan investasi dalam ekonomi.

f. Fungsi pembayaran. Sistem keuangan menyediakan mekanisme pembayaran atas transaksi


barang dan jasa-jasa.

g. Fungsi diversifikasi risiko. Pasar keuangan menawarkan kepada unit usaha dan konsumen
proteksi terhadap jiwa, kesehatan dan risiko pendapatan atau kerugian.

h. Fungsi manajemen portofolio. Yaitu sebagai penyedia jasa keuangan yang dapat
memberikian kenyamanan, proteksi terhadap kecurangan, kualitas pilihan investasi, biaya
transaksi yang rendah dan pajak pendapatan.
i. Fungsi kebijakan. Pasar keuangan telah menjadi instrumen pokok yang dapat digunakan
oleh pemerintah untuk melakukan kebijakan guna menstabilkan ekonomi dan memengaruhi
inflasi melalui kebijakan moneter.

2. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
perbankan , berfungsi sebagai bagian yang terintegrasi dari unit-unit yang diberi kuasa atau
memiliki kewenangan dalam mengeluarkan uang giral (penciptaan uang) dan deposito ( time
deposits ).

3. Fungsi keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem moneter ,
berfungsi menciptakan uang ( money ). Tujuannya menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara
internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.

4. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
finansial , berfungsi sebagai bagian dari jaringan yang terintegrasi dari seluruh lembaga
keuangan yang ada dalam sistem ekonomi. Struktur sistem financial terdiri dari sistem
perbankan, sistem moneter dan lembaga keuangan lainnya.

D. Prinsip Operasional LKS

Prinsip syariah yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dilandasi oleh nilai – nilai keadilan,
kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil’alamin). Prinsip utama yang di
anut oleh LKS untuk menjalankan usahnya adalah :

1. Bebas “Maghrib”

a. Maysir (spekulasi)

b. Gharar

c. Haram
d. Riba

e. Batil

2. Menjalankan Bisnis dan Aktifitas Perdagangan yang Berbasis pada Perolehan Keuntungan
yang Sah Menurut Syariah

Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah. Jenis akad ada dua, yaitu :
akad tabarru dan akad tijari. Akad tabarru merupakan perjanjian / kontrak yang tidak mencari
keuntungan materiil hanya bersifat kebajikan murni seperti qard al-hasan, wakaf dan infaq.
Sedangkan akad tijari merupakan perjanjian / kontrak yang bertujuan untuk mencari keuntungan
seperti akad jual beli (akad murabaha, salam, istisna), akad bagi hasil (mudarabah, musyarakah),
akad sewa (ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik), akad titipan (wadi’ah yad ad-damanah dan
wadi’ah yad al-amanah).

3. Menyalurkan Zakat, Infak dan Sedekah

Lembaga keuangan syariah mempunyai dua peran sekaligus yaitu sebagai badan usaha dan
badan sosial. Sebagai badan usaha LKS berfungsi sebagai menejer investasi, investor, dan jasa
pelayanan. Sebagai badan sesial LKS berfungsi sebagai pengelolah dana sosial untung
menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sedekah.

E. Lemabaga Fasilitator Sistem Keuangan Syariah Di Indonesia

1. Bank Indonesia

Bank Sentral di Indonesia dilaksanakan oleh bank Indonesia yang memilik tujuan utama
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut bank
Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistim devisa serta mengatur dan mengawasi bank. Bank Sentral berfungsi
sebagai pengawas sistim moneter : pencipta uang primer terutama uang kertas dan uang logam,
dan pemelihara cadangan emas dan devisa.

2. Departemen Keuangan
Upaya pengembangan pasar keuangan syariah tentu juga tak biasa terlepas dari peranan
depatemen keuangan. Pasar modal dan lembaga keuangan non bank syariah, lembaga yang
membinanya adalah bapepam-LK. Bapepam-LK merupakan gabungan dari Badan Pengawasan
Pasar Modal ( Bapepam ) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Departemen Keuangan.
Bapepam-LK berada dibawah Deepartemen Keuangan Republik Indonesia yang bertugas
membina, mengatur,dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan
melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang lembaga keuangan. Dalam
perjalanannya, Bapepam-LK sudah mengeluarkan sejumlah regulasi terkait peraturan aplikasi
prinsip-prinsip syariah di ruang lingkup pasar modal syariah. Departemen keuangan ( Depkeu )
juga sudah membentuk Direktorat Pembiayaan Syariah (DPS)

3. Dawan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah

Salah satu tugas pokok DSN adalah mengkaji, menggali, dan merumuskan nilai dan prinsip-
prinsi hukum islam ( syariah ) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan
transaksi di lembaga keuangan syariah. Sebagai wakil DSN pada lembaga keuangan syariah
yang bersangkutan di bentuklah dewan pengawas syariah ( DPS ). DPS bertugas mengawasi
kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang
telah di fatwakan oleh DSN. Sedangkan fungsi utamanya adalah sebagai penasehat dan pemberi
saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai
hal – hal yang terkait dengan aspek syariah dan sebagai mediator antara LKS dengan DSN dalam
mengkomunikasokan usul dan saran pengenmbangan produk dan jasa dari LKS yang
memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.

4. Badan Arbitrase Syariah Nasional ( BASYARNAS )

Adalah lembaga yang menengahi perselisihan antara LKS dan nasabahnya sesuai dengan tata
cara hukum syariah umumnya nasabah memilih dating ke basyarnas sebelum ke pengadilan
negeri karena cara ini lebih efisien dan dalam hal biaya dan waktu. BASYARNAS sesuai dengan
Pedoman Dasar yang ditetapkan oleh MUI : ialah lembaga hukum yang bebas, otonom dan
indevendent, tidak boleh dicampuri oleh kekuasaan dan pihak – pihak manapun.

F. Struktur Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia

Struktur keuangan di Indonesia dijalankan oleh dua jenis lembaga keuangan, yaitu Lembaga
Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank.

1. Lembaga Keuangan Bank

Merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan
yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan / kredit juga
melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Lembaga
keaungan bank terdiri dari :

a. Bank Umum Syariah

Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa – jasa perbankan dan
melayani segenap masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga – lembaga lainnya.
Sejak dikleuarkan nya UU No.7 Tahun 1992 yang telah di ubah dengan UU No.10 Tahun 1998
bank umum terdiri dari Bank Konvensional dan Bank Syariah.

b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Bank pembiayaan rakyat syariah berfungsi sebgai pelaksana sebagian fungsi bank umum, tetapi
di tingkat regional dengan berlandaskan kepada prinsip – prinsip syariah. BPRS merupakan bank
yang khusus melayani masyarakat kecil di Kecamatan dan Pedesaan.

2. Lembaga Keuangan Non-Bank

Lembaga keuangan non-bank terdiri dari :

a. Pasar Modal (Capital Market)

Pasar modal merupakan pasar tempat mempertemukan dan melakukan transaksi antara para
pencari dana (emiten) dengan para penanam modal (investor). Dalam pasar modal yang
diperjualbelikan adalah efek – efek seperti saham dan obligasi dimana jika diukur dari wktunya
modal yang diperjualbelikan merupakan modal jangka panjang.

b. Pasar Uang (Money Market)

Pasar uang sama halnya dengan pasar modal, yaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi
dana. Pasar uang syariah juga telah hadie melalui kebijakan Operasi Moneter Syariah dengan
instrument antara lain Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah
(PUAS) dengan instrument antara lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) yang
operasionalnya diatur oleh BI sedangkan pemenuhan prinsip syariahnya diatur oleh DSN MUI.

c. Perusahaan Asuransi

Asuransi syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/ atau tabarru’
yang memberika pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah.

d. Dana Pensiun

Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana pension suatu
perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri. Penghimpun dana pensiun melalui iuran
yang dipotong dari gaji karyawan.

e. Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan modal ventura merupakan pembiayaan oleh perusahaan yang usahanya mengandung
resiko tinggi. Perusahaan jenis ini masih baru di Indonesia. Usahanya lebih banyak memberikan
pembiayaan tanpa jaminan yang umumnya tidak dilayani oleh lembaga keuangan lainnya.

f. Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang
khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan yang mencakup usaha sewa guna, anjak piutang (factoring), usaha kartu kredit dan
pembiayaan konsumen.
* Perusahaan sewa guna usaha (leasing), adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi
untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran sesuai prinsip syariah

* Perusahaan anjak piutang adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah. Anjak
piutang dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah.

* Perusahaan kartu plastik adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit, ATM,
kartu debet, kartu prabayar sebagai produk bank atau lembaga non bank.

* Pembiayaan konsumen syariah adalah pembiayaan barang berdasarkan kebutuhan


konsumen dengan pembayaran secara angsuran sesuai prinsip syariah.

g. Perusahaan Pegadaian

Merupakan lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu.
Jaminan nasabah tersebut digadaikan, kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai
besarnya nilai jaminan.

h. Lembaga Keuangan Syariah Mikro

* Lembaga pengelola zakat (BAZ dan LAZ)

Melalui BAZ dan LAZ diharapkan agar harta zakat umat Islam bisa terkonsentrasi pada sebuah
lembaga resmi dan dapat disalurkan lebih optimal

* Lembaga pengelola wakaf

Peningkatan peran wakaf sebagai pranata keagamaan tidak hanya bertujuan menyediakan
berbagai sarana ibadah dan social, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensi untuk
memajukan kesejahteraan umum.

* BMT
Adalah balai usaha mandiri terpadu yang isi nya berintikan bayt almal wa al-tamwil dengan
kegiatan mengenmbangkan usaha – usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha kecil dengna mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonominya.

Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi:[3]

a. Baitulmal(bait = rumah, dan maal = harta) menerima dana ZIS serta mengoptimalkan
distribusinya dengan memberikan santunan kepada yang berhak (para asnaf) sesuai peraturan
dan amanah yang diterima.

b. Baitut Tamwil (bait = rumah, at-Tamwil = pengembangan harta) melakukan kegiatan


pengembangan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha
mikro dan makro terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan
ekonominya.

G. Jenis – jenis Resiko Lembaga Keuangan Syariah

Adapun jenis resiko yang dikelola oleh lembaga keuangan adalah sebagai berikut:[4]

1. Resiko kredit atau pembiayaan

Resiko kredit diartikan sebagai resiko yang timbul akibat kegagalan pihak lawan (counterparty)
memenuhi kewajibannya atau resiko kerugian yang berhubungan dengan kemungkinan bahwa
suatu counterparty akan gagal untuk memenuhi kewajiban – kewajibannya ketika jatuh tempo.

2. Resiko Pasar (Market Risk)

Resiko yang muncul disebabkan oleh adanya pergerakan variable pasar (adverse movement) dari
portofolio yang dimiliki yang dapat merugikan bank. Variable pasar dalam hal ini adalah suku
bunga dan nilai tukar termasuk derivasi dari kedua jenis resiko pasar tersebut yaitu perubahan
option.

3. Resiko Operasional
Resiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi
operasional bank. Resiko operasional melekat pada setiap aktivitas fungsionla bank,seperti
kegiatan pengkreditan, treasury dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan,
pendanaan dan instrument utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen
dan pengelolaan sember daya manusia.

4. Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Resiko yang disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
Resiko likuiditas dikategorikan menjadi : resiko likuiditas pasar dan resiko likuiditas pendanaan.

5. Resiko Hukum (Legal Riski)

Resiko yang disebabkan adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan ini disebabkan adanya
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang – undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan perikatan agunan yang tak
sempurna.

6. Resiko Reputasi (Reputation Risk)

Resiko yang disebabkan adanya publikasi negative yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau
persepsi negative dari masyarakat terhadap bank.

7. Resiko Strategik (Strategic Risk)

Resiko yang disebabkan adanya penentapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat,
pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap
perubahan eksternal.

8. Resiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Resiko yang disebabkan karena tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang –
undangan atau ketetapan lain yang berlaku.

9. Resiko Modal (Capital Risk)


Resiko modal berkaitan dengan kualitas asset. Bank yang menggunakan sebagian besar dananya
untuk mendanai asset yang beresiko perlu memiliki modal penyanggah yang besar untuk
sandaran bila kinerja asset – asset itu tidak baik, tingkat modal juga penting untuk menyanggah
rasio likuiditas.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, lembaga keuangan
adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan
usaha lembaga keuangan dapat berupa menghimpun dana dengan menawarkan berbagai skema,
menyalurkan dana dengan berbagai skema atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan
menyalurkan dana sekaligus, di mana kegiatan usaha lembaga keuangan diperuntukkan bagi
investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa.

Fungsi lembaga keuangan dapat dilihat dari empat aspek yaitu sisi penyediaan jasa-jasa penyedia
financial, kedudukannya dalam sistem perbankan, sistem financial dan sistem moneter. Adapun
struktur lembaga keuangan syariah di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan non bank
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 2002, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro, 2005, Jakarta, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia

Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 2002, Yogyakarta, STIE
http://perpustakaan cyber.blogspot.com/2013/11/pengertian-pasar-uang-fungsi-manfaat.html
http://www.ruslani.com/sejarah-uang.html

Huda Nurul dan Heykal Mohamad. “Lembaga Keuangan Islam, Tinjauan Teoretis dan
Praktis”. Jakarta: Kencana, 2010. Hal 23-38
[2] Soemitra Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Jakarta: Kencana, 2010.
Hal 40-45

[[3]] Huda Nurul, Aliyadin Achmad, dkk. “Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis dan
Sejarah”. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2012. Hal 285

[[4]] Yusuf Muhammad. “Manajemen Keuangan Syariah”. Mataram: Penerbit Institut


Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2015. Hal 92-95

Anda mungkin juga menyukai