Abstrak
Uang tidak hanya dipandang sebagai alat tukar yang sah melainkan juga
dipandang sebagai komoditas yang memiliki harga melalui tingkat suku bunga. Uang
memudahkan proses pertukaran komoditas dan jasa. Tidak dipungkiri setiap proses
produksi dan distribusi pasti menggunakan uang. Pada berbagai sektor produksi
berskala besar modern, setiap orang dari komponen masyarakat mengkhususkan diri
dalam memproduksi barang komoditas dan memperoleh nilai dari hasil produksi yang
ia pasarkan dalam bentuk uang. Dalam sejarahnya uang terbagi dalam tiga kategori
yaitu uang komoditas/ uang barang, uang fiat/ uang kertas, uang kredit atau giro.
Uang komoditas adalah uang yang nilainya berasal dari komoditas sebagai alat tukar.
Misalnya, emas, garam, merica, teh, sutra, tembakau, biji kakao, dan lainnya. Uang
fiat adalah uang yang dirilis oleh pemerintah serta memberikan bank sentral ruang
kendali yang lebih besar atas perekonomian. Krisis moneter dan keuangan yang kerap
terjadi saat ini mendorong para ekonom untuk mengkaji ulang sistem uang fiat. Uang
fiat juga menjadi nyawa daripada sistem cadangan sebagian pada perbankan yang
mana merupakan penyebab timbulnya masalah inflasi, siklus bisnis dan juga ketidak
adilan distribusi kekayaan. Uang fiat dengan sistem bunga menjadikan sistem
ekonomi yang bercirikan inflasi.
Kata Kunci : Uang Fiat, Uang Komoditas, Krisis Moneter
PENDAHULUAN
Uang adalah alat pembayaran yang sah yang digunakan oleh seseorang dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Uang dijadikan sebagai dasar/standar untuk
mengukur setiap manfaat barang maupun jasa. Dengan demikian, uang diterima
secara umum oleh masyarakat berupa pertukaran barang-barang yang mereka jual
maupun jasa yang sudah mereka kerjakan.
Uang adalah inovasi modern yang menggantikan posisi barter yang terjadi di
masa lampau. Terhapusnya sistem pertukaran barang atau barter dalam sejarah
ekonomi tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Pertukaran barang atau barter
mengalami penurunan yang cukup tajam setelah kehadiran uang mengambil alih
fungsi sebagai alat tukar yang digunakan untuk bertransaksi dalam perdagangan
internasional.
Keberadaan uang fiat yaitu sebagai alat transaksi ekonomi telah membawa
dampak yang sangat merugikan. Sejarah telah membuktikan tentang berbagai
kegagalan uang fiat. Krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi yang
terjadi secara periodik diakibatkan oleh penggunaan uang fiat.
Uang komoditas adalah uang yang nilainya berasal dari suatu komoditas yang
menghasilkan nilai tukar. Uang komoditas terdiri dari benda-benda yang mempunyai
nilai atau kegunaan tersendiri (nilai intrinsik). Uang komoditas adalah alat
pembayaran yang nilainya dari komoditas barang tertentu.
Kesalahan terbesar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai
komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkaan
daripada digunakan sebagai alat tukar dalam berdagangan. Lembaga perbankan
konvensional juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses kredit.
Instrumen yang digunakan adalah bunga atau bisa disebut sebagai riba. Riba adalah
praktik memberikan pinjaman moneter yang tidak etis atau tidak bermoral yang
secara tidak adil memperkaya pemberi pinjaman. Istilah ini dapat digunakan dalam
arti moral yaitu mengutuk pengambilan keuntungan dari kemalangan orang lain.
Uang telah dijadikan sebagai lahan spekulasi empuk bagi banyak orang di
muka bumi dengan cara memanfaatkan instrumen bunga. Kesalahan konsepsi
tersebut mengakibatkan terjadinya krisis hebat dalam perekonomian sepanjang
sejarah, khususnya sejak awal abad ke-20 sampai sekarang. Ekonomi berbagai negara
di belahan bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan ancaman krisis
berikutnya pasti akan terjadi lagi. Dalam setiap sistem perekonomian, fungsi utama
uang selalu sebagai alat tukar (medium of exchange). Fungsi lain uang yaitu
uang sebagai standard of value (pengukur nilai), store of value (penyimpanan nilai),
unit of account dan standard of deferred payment (pengukur pembayaran tangguh).
Selain itu dalam Islam, definisi uang adalah uang yang hanya berfungsi
sebagai alat tukar. Jadi uang adalah sesuatu yang terus mengalir dalam suatu
perekonomian, atau lebih dikenal sebagai flow concept. Pernyataan ini berbeda
dengan sistem perekonomian kapitalis, di mana uang dipandang tidak saja sebagai
alat tukar yang sah (legal tender) melainkan juga dipandang sebagai komoditas.
Dengan demikian, menurut sistem ini, uang dapat diperjual belikan dengan kelebihan
baik di tempat maupun secara tangguh. Dalam perspektif ini uang juga dapat
disewakan (leasing). Dalam pembahasan dibawah ini akan dijelaskan lebih mendetail
bagaimana perbedaan uang fiat dengan uang komoditas, serta membahas sistem
moneter yang cocok untuk perkembangan zaman kedepannya.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
I. Definisi Uang
Berikut “Grafik Harga Emas Dunia per Troy Ounce dalam US Dollar”
$2,000.00
$1,500.00
$1,000.00
$500.00
$-
1923193119391947195519631971197919871995200320112019
IV. Uang fiat dan Mata Uang Internasional
Uang kertas, menurut Imran N. Hosein adalah bukan uang yang sesuai
Syariah. Menurutnya, uang dalam Islam sebagaiman dijelaskan oleh sunnah
adalah pertama, berbentuk logam mulia atau komoditas lain yang sudah
dijelaskan dalam sunnah. Kedua, uang harus mempunyai nilai intrinsik. Untuk
itu, uang fiat tidak memenuhi kriteria syariah karena uang fiat bukan
komoditas yang bernilai, dan tidak mempunyai nilai intrinsik. Terkait uang
fiat dan masalah ekonomi yang dimunculkan. Disinilah fungsi bank sentral
saat ini sebagai “a lender of last resort” yang mana menjadi pengaman di saat
terjadi kekurangan likuiditas di sektor perbankan komersil. Selanjutnya,
masalah uang fiat ini adalah munculnya seigniorage yaitu perbedaan antara
biaya produksi uang dengan nominal uang tercantumkan. Secara domestik,
seigniorage terjadi di dua level pertama pada level uang yang dicetak oleh
bank sentral dan uang yang dicetak oleh perbankan. Pada level pertama,
menurut Grego, uang menjadi instrumen kekuatan politik. Maka uang dalam
konteks ini eksploitatif, disfungsional, dan tidak demokratis. Uang dan
perbankan, menurutnya, dimanipulasi oleh dan untuk sebagian kepentingan
pribadi. Dari sini, fungsi bank sentral sebagai legal tender menjadikan keuatan
manajemen uang tersentralkan dan menjadikan kebingungan antara nilai unit
dan nilai mata uang. Hal ini karena moneter sudah tidak lagi diatur oleh pasar
namun ditangan kekuasaan otoritas moneter. Dengan kata lain, seigniorage
dapat disalah gunakan oleh pemerintah penguasa untuk dapat melanggengkan
politik dan kemudian mendatangkan masalah inflasi pada perekonomian
Negara tersebut. Seigniorage juga menimbulkan ketidak adilan perekonomian,
karena perekonomian dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mempunyai
akses lebih terhadap seigniorage uang. Hal ini, menurut Meera dan Larbani,
merupakan pelanggaran terhadap maqashid Syariah. Ssuatu negara dengan
uang internasionalnya dapat mentrasfer inflasi kepada negara lain. Bahkan
menurut Meera dan Larbani, setelah jatuhnya khilafah Ustmaniyah, bangsa
Umat Islam harus kehilangan melalui seigniorage daripada uang fiat. Dari
sini, ketidak adilan perekonomian antar negara-negara telah terjadi. Dalam
analisa Syariah, hal ini telah melanggar maqashid Syariah. Lebih dari itu,
dengan tidak adanya mata uang internasional yang satu, Meera dan Aziz
berpendapat bahwa sistem uang fiat merupakan penyebab terjadinya spekulasi
mata dan penyebab dari terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997.19 Hal ini
menjadi sangat logis karena dengan perbedaan mata uang antar Negara,
memungkinkan terjadinya pasar mata uang, dan akhirnya juga memunculkan
terjadinya tindak spekulasi di dalamnya.
Uang fiat dengan sistem bunga, menurut Tareeq, Meera dan Aziz akan
menyebabkan inflasi secara sistemik. Mereka berpendapat bahwa pada jangka
panjang, sistem uang fiat dengan bunga akan menyebabkan penawaran uang
atau uang beredar selalu meningkat secara default dan akhirnya mencipatakan
ekonomi yang inflationary secara default juga. Argumentasi sistem bunga
pada uang fiat menjadikan inflasi secara sistemik sebenarnya sederhana.
Ketika bank sentral mencetak uang Rp. 100.000 dan diedarkan kepada
masyarakat dengan sistem bunga katakalan 5%, maka dengan kata lain,
masyarakat wajib mengembalikan uang Rp. 100.000 + 5% bunga. Darimana
uang cetakan yang 5% didapat, karena dalam sistem uang yang dicetak
hanyalah 100.000. Hal ini tentu pada akhirnya mengharuskan bank sentral
untuk mencetak lagi uang, supaya sistem terus berjalan. Sehingga, secara
jangka panjang, sistem uang fiat dengan bunga akan selalu menambah uang
pada sistem, supaya sistem dapat terus berjalan. Begitupun juga pada kasus
perbankan yang meminjamkan dengan bunga, maka akan banyak uang yang
dipinjamkan, namun sebenarnya tidak ada uang fisiknya. Maka secara alamiah
atau sistemik, pada waktu jangkap panjang, sistem akan mengalami gagal
bayar hutang secara agregat, dan masyarakat berada pada perangkap hutang
“debt trap”. Hal ini, sebagaimana dijelaksan sebelumnya, menjadikan
kepemilikan di masyarakat beralih kepada kepemilikan oleh perbankan.
PENUTUP
Secara tradisional fungsi uang ada empat: (1) media pertukaran atau
pembayaran; (2) penyimpan nilai; (3) standar untuk pembayaran yang berbeda
waktu; (4) unit penghitung nilai. Menurut Mishkin, para ekonom
mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang secara umum diterima untuk
pembayaran barang dan jasa atau untuk pembayaran hutang. Dari pengertian
ini, maka semua aset yang dapat dijadikan alat pembayaran dapat
dikategorikan sebagai uang. Sehingga, uang bukan lagi uang kartal (uang
kertas dan koin) sebagaimana difahami oleh masyarakat pada umumya,
namun juga mencakupi semua aset yang dapat menjadi alat tukar atau
pembayaran yaitu uang giral (demand deposits).
Dengan konsep uang dalam arti luas ini, aset-aset yang dapat dirubah
menjadi uang dengan cepat tanpa menurunkan nilai dan tidak memerlukan
biaya besar dapat dikategorikan sebagai uang. Bahkan, obligasi jangka
pemerintah dan swasta, wesel perusahaan, cek mundur, aksep banker, dan
simpanan deposito diluar negeri, masuk kategori uang dengan likuiditas total
(semua aset-aset likuid yang ada masyarakat).