Anda di halaman 1dari 16

Konsep Uang Mengenai Uang Fiat dan Uang Komoditas

Riska Aulia Susiarti


Mahasiswa Universitas Diponegoro
Email : riskaaulia6881@gmail.com

Abstrak
Uang tidak hanya dipandang sebagai alat tukar yang sah melainkan juga
dipandang sebagai komoditas yang memiliki harga melalui tingkat suku bunga. Uang
memudahkan proses pertukaran komoditas dan jasa. Tidak dipungkiri setiap proses
produksi dan distribusi pasti menggunakan uang. Pada berbagai sektor produksi
berskala besar modern, setiap orang dari komponen masyarakat mengkhususkan diri
dalam memproduksi barang komoditas dan memperoleh nilai dari hasil produksi yang
ia pasarkan dalam bentuk uang. Dalam sejarahnya uang terbagi dalam tiga kategori
yaitu uang komoditas/ uang barang, uang fiat/ uang kertas, uang kredit atau giro.
Uang komoditas adalah uang yang nilainya berasal dari komoditas sebagai alat tukar.
Misalnya, emas, garam, merica, teh, sutra, tembakau, biji kakao, dan lainnya. Uang
fiat adalah uang yang dirilis oleh pemerintah serta memberikan bank sentral ruang
kendali yang lebih besar atas perekonomian. Krisis moneter dan keuangan yang kerap
terjadi saat ini mendorong para ekonom untuk mengkaji ulang sistem uang fiat. Uang
fiat juga menjadi nyawa daripada sistem cadangan sebagian pada perbankan yang
mana merupakan penyebab timbulnya masalah inflasi, siklus bisnis dan juga ketidak
adilan distribusi kekayaan. Uang fiat dengan sistem bunga menjadikan sistem
ekonomi yang bercirikan inflasi.
Kata Kunci : Uang Fiat, Uang Komoditas, Krisis Moneter
PENDAHULUAN

Uang adalah alat pembayaran yang sah yang digunakan oleh seseorang dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Uang dijadikan sebagai dasar/standar untuk
mengukur setiap manfaat barang maupun jasa. Dengan demikian, uang diterima
secara umum oleh masyarakat berupa pertukaran barang-barang yang mereka jual
maupun jasa yang sudah mereka kerjakan.
Uang adalah inovasi modern yang menggantikan posisi barter yang terjadi di
masa lampau. Terhapusnya sistem pertukaran barang atau barter dalam sejarah
ekonomi tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Pertukaran barang atau barter
mengalami penurunan yang cukup tajam setelah kehadiran uang mengambil alih
fungsi sebagai alat tukar yang digunakan untuk bertransaksi dalam perdagangan
internasional.
Keberadaan uang fiat yaitu sebagai alat transaksi ekonomi telah membawa
dampak yang sangat merugikan. Sejarah telah membuktikan tentang berbagai
kegagalan uang fiat. Krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi yang
terjadi secara periodik diakibatkan oleh penggunaan uang fiat.
Uang komoditas adalah uang yang nilainya berasal dari suatu komoditas yang
menghasilkan nilai tukar. Uang komoditas terdiri dari benda-benda yang mempunyai
nilai atau kegunaan tersendiri (nilai intrinsik). Uang komoditas adalah alat
pembayaran yang nilainya dari komoditas barang tertentu.
Kesalahan terbesar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai
komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkaan
daripada digunakan sebagai alat tukar dalam berdagangan. Lembaga perbankan
konvensional juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses kredit.
Instrumen yang digunakan adalah bunga atau bisa disebut sebagai riba. Riba adalah
praktik memberikan pinjaman moneter yang tidak etis atau tidak bermoral yang
secara tidak adil memperkaya pemberi pinjaman. Istilah ini dapat digunakan dalam
arti moral yaitu mengutuk pengambilan keuntungan dari kemalangan orang lain.
Uang telah dijadikan sebagai lahan spekulasi empuk bagi banyak orang di
muka bumi dengan cara memanfaatkan instrumen bunga. Kesalahan konsepsi
tersebut mengakibatkan terjadinya krisis hebat dalam perekonomian sepanjang
sejarah, khususnya sejak awal abad ke-20 sampai sekarang. Ekonomi berbagai negara
di belahan bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan ancaman krisis
berikutnya pasti akan terjadi lagi. Dalam setiap sistem perekonomian, fungsi utama
uang selalu sebagai alat tukar (medium of exchange). Fungsi lain uang yaitu
uang sebagai standard of value (pengukur nilai), store of value (penyimpanan nilai),
unit of account dan standard of deferred payment (pengukur pembayaran tangguh).
Selain itu dalam Islam, definisi uang adalah uang yang hanya berfungsi
sebagai alat tukar. Jadi uang adalah sesuatu yang terus mengalir dalam suatu
perekonomian, atau lebih dikenal sebagai flow concept. Pernyataan ini berbeda
dengan sistem perekonomian kapitalis, di mana uang dipandang tidak saja sebagai
alat tukar yang sah (legal tender) melainkan juga dipandang sebagai komoditas.
Dengan demikian, menurut sistem ini, uang dapat diperjual belikan dengan kelebihan
baik di tempat maupun secara tangguh. Dalam perspektif ini uang juga dapat
disewakan (leasing). Dalam pembahasan dibawah ini akan dijelaskan lebih mendetail
bagaimana perbedaan uang fiat dengan uang komoditas, serta membahas sistem
moneter yang cocok untuk perkembangan zaman kedepannya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah menggunakan


telaah pustaka yang meliputi: pengidentifikasian secara sistematik, analisis dokumen-
dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah kajian. Dalam
kajian ini metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal berupa buku, surat kabar, jurnal, dan
informasi elektronik lainnya. Teknik yang digunakan digunakan ialah content
analysis atau kajian isi.

PEMBAHASAN

I. Definisi Uang

Uang didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat diterima secara


umum sebagai alat tukar (Samuelson dan Nordhaus, 2001). Definisi ini
merupakan definisi hakikat kegunaan uang sebenarnya, namun sesuai dengan
perkembangan perekonomian maka uang semakin dipandang sebagai
komoditas yang memiliki harga melalui tingkat suku bunga, maka hakikat
uang semakin bergeser menjauhi apa yang sebenarnya.

I.1 Uang Menurut Cendekiawan Muslim


1) Uang Menurut Al-Ghazali
Dalam pandangan Al-Ghazali di dalam karyanya Ihya’ Ulum Al Din
uang adalah nikmat (Allah) yang digunakan masyarakat sebagai
mediasi atau alat untuk mendapatkan bermacam-macam kebutuhan
hidupnya, yang secara substansial tidak mamiliki nilai apa-apa, tetapi
sangat dibutuhkan manusia dalam upaya pemenuhan bermacam-
macam kebutuhan mereka (sebagai alat tukar). Selain hal di atas Al-
Ghazali juga memperkenalkan teori permintaan dan penawaran, jika
petani tidak mendapatkan pembeli, ia akan menjualnya pada harga
yang lebih murah, dan harga dapat diturunkan dengan menambah
jumlah barang di pasar. Meskipun Al-Ghazali dalam memberikan
definisi tentang uang tidak menyebutkan harus disyahkan oleh
penguasa, tetapi pada bagian lain ia mengharuskan pencetakan uang,
pengesahan dan penetapan harganya hanya boleh dilakukan oleh
pemerintah atau institusi resmi yang ditunjuk untuk itu. Hal ini
merupakan kenyataan bahwa dia tidak mengingkari bahwa suatu
barang tidak dapat berfungsi sebagai uang sebelum mendapatkan
pengesahan dari pemerintah, meskipun seandainya masyarakat telah
menggunakannya dalam proses transaksi secara luas.

2) Uang Menurut Al-Maqrizy


Bagi Al-Maqrizi, mata uang mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena digunakan untuk memnuhi
kebutuhan serta memperlancar aktivitas kehidupannya. Dan
menurutnya juga mata uang digunakan oleh umat manusia untuk
memnetukan berbagai harga dan biaya tenaga kerja. Dalam sejarah
perkembangannya, Al-Maqrizi mengungkapkan bahwa bangsa
Jahiliyah menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang mereka
yang diadopsi dari bangsa romawi dan Persia serta mempunyai bobot
dua kali lebih berat di masa Islam. Dan penggunaa ini terus
berlangsung sampai 18 H Umar Bin Khattab menambah lafadz-lafazd
islam pada kedua mata uang tersebut.

3) Uang Menurut Ibn Khaldun


Menurut Ibn Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah
ukuran nilai. Logam-logam ini diterima secara alamiah sebagai uang
di mana nilainya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi subyektif. “Allah
menciptakan dua “batuan” logam tersebut, emas dan perak, sebagai
(ukuran) nilai semua akumulasi modal. (emas dan peraklah) yang
dipilih untuk dianggap sebagai harta dan kekayaan oleh penduduk
dunia”. Karena itu, Ibn Khaldun mendukung penggunaan emas dan
perak sebagai standar moneter.

II. Konsep Uang dan Perkembangannya

Menurut Mishkin, para ekonom mendefinisikan uang sebagai segala


sesuatu yang secara umum diterima untuk pembayaran barang dan jasa atau
untuk pembayaran hutang. Dari pengertian tersebut, maka semua aset yang
dapat dijadikan sebagai alat pembayaran dapat dikategorikan sebagai uang.
Saat ini, alat pembayaran bukan lagi hanya uang kertas dan koin yang dicetak
oleh Bank Sentral, namun ada juga alat pembayaran dengan menggunakan
cek, kartu kredit, dan sebagainya yang mana merupakan produk daripada
perbankan umum atau komersial. Sehingga, uang bukan lagi uang kartal (uang
kertas dan koin) sebagaimana difahami oleh masyarakat pada umumya,
namun uang juga mencakupi semua aset yang dapat menjadi alat tukar atau
pembayaran yaitu uang giral (demand deposits). Selain pengertian fungsional
uang yang berfungsi sebagai alat tukar, pengertian yang lain adalah dilihat
dari sejauh mana suatu aset likuid atau dilihat dari sejauh mana suatu aset
cepat dapat menjadi alat tukar atau uang.

II.1 Uang Komoditas


Uang komoditas adalah uang yang nilainya berasal dari suatu
komoditas yang menghasilkan nilai itu sendiri. Uang komoditas terdiri dari
benda-benda yang mempunyai nilai atau kegunaan tersendiri (nilai intrinsik)
serta nilainya dalam membeli barang. Hal ini berbeda dengan uang
perwakilan, yang tidak memiliki nilai hakiki namun mewakili sesuatu yang
bernilai seperti emas atau perak, yang dapat ditukarkan, yang nilainya
diperoleh dari penetapan sebagai uang melalui peraturan pemerintah. Contoh
barang dagangan yang pernah digunakan sebagai alat tukar antara lain emas,
perak, tembaga, garam, merica, teh, ikat pinggang hias, cangkang, alkohol,
rokok, sutra, permen, paku, biji kakao, cowrie, dan jelai. Beberapa jenis uang
komoditas terkadang digunakan bersama-sama, dengan nilai relatif tetap,
dalam berbagai penilaian komoditas atau sistem harga dalam perekonomian.

Ciri utama uang komoditas adalah nilainya dirasakan langsung oleh


penggunanya, yang mengakui kegunaan atau keindahan token sebagai barang
tersendiri. Karena pembayaran dengan komoditas pada umumnya
menghasilkan barang yang berguna, uang komoditas mirip dengan barter,
namun dapat dibedakan dari barter karena memiliki satu unit pertukaran yang
diakui. Radford (1945) menggambarkan pembentukan uang komoditas di
kamp tawanan perang.

Uang komoditas merupakan komoditas yang dipilih oleh suatu


masyarakat untuk menjadi alat pembayaran. Dalam sejarah, komoditas yang
dipilih beraneka ragam, garam, beras, bahkan hewan seperti sapi pernah
menjadi uang bagi suatu masyarakat. Namun kemudian, ada komoditas yang
lebih dipilih untuk menjadi uang karena memang sangat memenuhi kriteria
menjadi uang. Komoditas ini adalah logam mulia yaitu emas dan perak.

II.2 Uang Perwakilan


Perkembangan berikutnya adalah dipakainya uang yang mewakili
uang komoditas itu sendiri yang disebut dengan uang perwakilah. Uang ini
berupa bukti atas nilai komoditas tertentu dan dapat ditukar kepada uang
komoditas. Bentuk uang perwakilan dapat berupa koin atau kertas atau bahan
lain yang nilainya kurang atau tidak berharga. Salah satu penyebab ang
perwakilan berkembang disebabkan oleh aktifitas transaksi ekonomi menjadi
lebih mudah karena tidak perlu membawa uang komoditas. Uang ini juga
berkembang karena keterbatasan komoditas yang dijadikan uang. Secara
internasional, uang perwakilan ini berkembang dibawah sistem Bretton Wood
pada tahun 1930an sampai 1973.

II.3 Uang Fiat

Perkebangan terakhir adalah berubahnya uang perwakilan yang berupa


kertas atau koin menjadi uang yang tidak mewaikili komoditas atau uang
komoditas tertentu. Uang ini merupakan uang kepercayaan yang nilai nominal
ditentukan oleh pemerintah sebagai legal tender (secara legal uang tersebut
harus diterima sebagai pembayaran hutang). Secara internasional, sistem ini
muncul setelah runtuhnhya sistem Bretton Wood pada tahun 1973. Pada
sistem uang fiat saat ini, kemudian berkembang uang berbentuk cek yang
merupakan perintah untuk memidahkan uang dari akun kita kepada akun
orang lain. Setelah berkembangnya cek, saat ini, muncul uang berbentuk
elektronik yang berjalannya seperti sistem cek.

III. Sistem Moneter Bretton Woods

Sistem manajemen moneter Bretton Woods menetapkan aturan untuk


hubungan komersial antara Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa
Barat, dan Australia di antara 44 negara lainnya setelah Perjanjian Bretton
Woods tahun 1944. Sistem Bretton Woods adalah contoh pertama dari tatanan
moneter yang dinegosiasikan sepenuhnya untuk mengatur hubungan moneter
antar negara-negara merdeka. Sistem Bretton Woods mewajibkan negara-
negara untuk menjamin konvertibilitas mata uang mereka ke dolar AS dalam
kisaran 1% dari tingkat paritas tetap, dengan dolar dapat dikonversi menjadi
emas batangan bagi pemerintah asing dan bank sentral dengan harga US$35
per troy ons emas murni (atau 0,88867 gram emas murni per dolar). Hal ini
juga membayangkan kerjasama yang lebih besar antar negara untuk mencegah
devaluasi kompetitif di masa depan, dan dengan demikian membentuk Dana
Moneter Internasional (IMF) untuk memantau nilai tukar dan meminjamkan
mata uang cadangan kepada negara-negara dengan defisit neraca pembayaran.
Bersiap untuk membangun kembali sistem ekonomi internasional ketika
Perang Dunia II masih berlangsung, 730 delegasi dari 44 negara Sekutu
berkumpul di Hotel Mount Washington di Bretton Woods, New Hampshire,
Amerika Serikat, untuk Konferensi Moneter dan Keuangan PBB, yang juga
dikenal seperti Konferensi Bretton Woods. Para delegasi berunding dari
tanggal 1 hingga 22 Juli 1944, dan menandatangani perjanjian Bretton Woods
pada hari terakhirnya. Menyiapkan sistem peraturan, lembaga, dan prosedur
untuk mengatur sistem moneter internasional, perjanjian ini membentuk IMF
dan Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD), yang
saat ini merupakan bagian dari Grup Bank Dunia.

Amerika Serikat, yang menguasai dua pertiga emas dunia, bersikeras


bahwa sistem Bretton Woods bertumpu pada emas dan dolar AS. Perwakilan
Soviet menghadiri konferensi tersebut namun kemudian menolak meratifikasi
perjanjian akhir, dengan menuduh bahwa lembaga yang mereka dirikan
adalah "cabang Wall Street". Organisasi-organisasi ini mulai beroperasi pada
tahun 1945 setelah sejumlah negara meratifikasi perjanjian tersebut. Menurut
Barry Eichengreen, sistem Bretton Woods beroperasi dengan sukses karena
tiga faktor: "mobilitas modal internasional yang rendah, regulasi keuangan
yang ketat, dan posisi ekonomi dan keuangan yang dominan antara Amerika
Serikat dan dolar.

Pada tanggal 15 Agustus 1971, Amerika Serikat menghentikan


konvertibilitas dolar AS menjadi emas, yang secara efektif mengakhiri sistem
Bretton Woods dan menjadikan dolar sebagai mata uang fiat. Tak lama
kemudian, banyak mata uang tetap (seperti pound sterling) juga menjadi
mengambang bebas, dan era berikutnya ditandai dengan nilai tukar
mengambang. Berakhirnya Bretton Woods secara resmi diratifikasi oleh
Kesepakatan Jamaika pada tahun 1976.

Berikut “Grafik Harga Emas Dunia per Troy Ounce dalam US Dollar”

GRAFIK HARGA EMAS DUNIA


DALAM US$ SELAMA 100
TAHUN TERAKHIR
$2,500.00

$2,000.00

$1,500.00

$1,000.00

$500.00

$-
1923193119391947195519631971197919871995200320112019
IV. Uang fiat dan Mata Uang Internasional

Uang kertas, menurut Imran N. Hosein adalah bukan uang yang sesuai
Syariah. Menurutnya, uang dalam Islam sebagaiman dijelaskan oleh sunnah
adalah pertama, berbentuk logam mulia atau komoditas lain yang sudah
dijelaskan dalam sunnah. Kedua, uang harus mempunyai nilai intrinsik. Untuk
itu, uang fiat tidak memenuhi kriteria syariah karena uang fiat bukan
komoditas yang bernilai, dan tidak mempunyai nilai intrinsik. Terkait uang
fiat dan masalah ekonomi yang dimunculkan. Disinilah fungsi bank sentral
saat ini sebagai “a lender of last resort” yang mana menjadi pengaman di saat
terjadi kekurangan likuiditas di sektor perbankan komersil. Selanjutnya,
masalah uang fiat ini adalah munculnya seigniorage yaitu perbedaan antara
biaya produksi uang dengan nominal uang tercantumkan. Secara domestik,
seigniorage terjadi di dua level pertama pada level uang yang dicetak oleh
bank sentral dan uang yang dicetak oleh perbankan. Pada level pertama,
menurut Grego, uang menjadi instrumen kekuatan politik. Maka uang dalam
konteks ini eksploitatif, disfungsional, dan tidak demokratis. Uang dan
perbankan, menurutnya, dimanipulasi oleh dan untuk sebagian kepentingan
pribadi. Dari sini, fungsi bank sentral sebagai legal tender menjadikan keuatan
manajemen uang tersentralkan dan menjadikan kebingungan antara nilai unit
dan nilai mata uang. Hal ini karena moneter sudah tidak lagi diatur oleh pasar
namun ditangan kekuasaan otoritas moneter. Dengan kata lain, seigniorage
dapat disalah gunakan oleh pemerintah penguasa untuk dapat melanggengkan
politik dan kemudian mendatangkan masalah inflasi pada perekonomian
Negara tersebut. Seigniorage juga menimbulkan ketidak adilan perekonomian,
karena perekonomian dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mempunyai
akses lebih terhadap seigniorage uang. Hal ini, menurut Meera dan Larbani,
merupakan pelanggaran terhadap maqashid Syariah. Ssuatu negara dengan
uang internasionalnya dapat mentrasfer inflasi kepada negara lain. Bahkan
menurut Meera dan Larbani, setelah jatuhnya khilafah Ustmaniyah, bangsa
Umat Islam harus kehilangan melalui seigniorage daripada uang fiat. Dari
sini, ketidak adilan perekonomian antar negara-negara telah terjadi. Dalam
analisa Syariah, hal ini telah melanggar maqashid Syariah. Lebih dari itu,
dengan tidak adanya mata uang internasional yang satu, Meera dan Aziz
berpendapat bahwa sistem uang fiat merupakan penyebab terjadinya spekulasi
mata dan penyebab dari terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997.19 Hal ini
menjadi sangat logis karena dengan perbedaan mata uang antar Negara,
memungkinkan terjadinya pasar mata uang, dan akhirnya juga memunculkan
terjadinya tindak spekulasi di dalamnya.

V. Uang Fiat dan Bunga

Uang fiat dengan sistem bunga, menurut Tareeq, Meera dan Aziz akan
menyebabkan inflasi secara sistemik. Mereka berpendapat bahwa pada jangka
panjang, sistem uang fiat dengan bunga akan menyebabkan penawaran uang
atau uang beredar selalu meningkat secara default dan akhirnya mencipatakan
ekonomi yang inflationary secara default juga. Argumentasi sistem bunga
pada uang fiat menjadikan inflasi secara sistemik sebenarnya sederhana.
Ketika bank sentral mencetak uang Rp. 100.000 dan diedarkan kepada
masyarakat dengan sistem bunga katakalan 5%, maka dengan kata lain,
masyarakat wajib mengembalikan uang Rp. 100.000 + 5% bunga. Darimana
uang cetakan yang 5% didapat, karena dalam sistem uang yang dicetak
hanyalah 100.000. Hal ini tentu pada akhirnya mengharuskan bank sentral
untuk mencetak lagi uang, supaya sistem terus berjalan. Sehingga, secara
jangka panjang, sistem uang fiat dengan bunga akan selalu menambah uang
pada sistem, supaya sistem dapat terus berjalan. Begitupun juga pada kasus
perbankan yang meminjamkan dengan bunga, maka akan banyak uang yang
dipinjamkan, namun sebenarnya tidak ada uang fisiknya. Maka secara alamiah
atau sistemik, pada waktu jangkap panjang, sistem akan mengalami gagal
bayar hutang secara agregat, dan masyarakat berada pada perangkap hutang
“debt trap”. Hal ini, sebagaimana dijelaksan sebelumnya, menjadikan
kepemilikan di masyarakat beralih kepada kepemilikan oleh perbankan.

PENUTUP

Secara tradisional fungsi uang ada empat: (1) media pertukaran atau
pembayaran; (2) penyimpan nilai; (3) standar untuk pembayaran yang berbeda
waktu; (4) unit penghitung nilai. Menurut Mishkin, para ekonom
mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang secara umum diterima untuk
pembayaran barang dan jasa atau untuk pembayaran hutang. Dari pengertian
ini, maka semua aset yang dapat dijadikan alat pembayaran dapat
dikategorikan sebagai uang. Sehingga, uang bukan lagi uang kartal (uang
kertas dan koin) sebagaimana difahami oleh masyarakat pada umumya,
namun juga mencakupi semua aset yang dapat menjadi alat tukar atau
pembayaran yaitu uang giral (demand deposits).
Dengan konsep uang dalam arti luas ini, aset-aset yang dapat dirubah
menjadi uang dengan cepat tanpa menurunkan nilai dan tidak memerlukan
biaya besar dapat dikategorikan sebagai uang. Bahkan, obligasi jangka
pemerintah dan swasta, wesel perusahaan, cek mundur, aksep banker, dan
simpanan deposito diluar negeri, masuk kategori uang dengan likuiditas total
(semua aset-aset likuid yang ada masyarakat).

Uang Fiat Perkebangan terakhir adalah berubahnya uang perwakilan


yang berupa kertas atau koin menjadi uang yang tidak mewaikili komoditas
atau uang komoditas tertentu. Pada sistem uang fiat saat ini, kemudian
berkembang uang berbentuk cek yang merupakan perintah untuk memidahkan
uang dari akun kita kepada akun orang lain.

Setelah berkembangnya cek, saat ini, muncul uang berbentuk


elektronik yang berjalannya seperti sistem cek.13 Kritik Kamu Dinaris
terhadap Uang Fiat Kritik kaum dinaris terhadap sistem uang fiat adalah pada
uang fiat itu sendiri, kemudian sistem cadangan sebagian yang dianggap
merupakan hasil daripada sistem uang fiat, dan pada sistem bunga menjadikan
uang fiat secara alamiah penyebab masalah ekonomi.

Terkait uang fiat dan masalah ekonomi yang dimunculkan, Dinaris


berpendapat bahwa sistem uang kertas dan koin fiat ini yang memungkinkan
terjadinya sistem cadangan sebagian. Dengan kata lain, menurut Dinaris,
sistem cadangan sebagian hanya dapat berjalan jika uangnya dari bahan
seperti kertas yang dapat dicetak kapanpun oleh otoritas moneter, dan tidak
dapat berjalan pada sistem uang komoditas seperti dinar, karena pengadaan
dinar bergantung ketersediaan emas yang ada dan merupakan barang yang
mempunyai nilai pasar yang tinggi. Kalaupun ada mata uang Negara tertentu
yang dijadikan mata uang internasional, maka, menurut Meera dan Larbani
Negara tersebut telah mendapatkan seigniorage dan dapat mengambil
kekayaan Negara lain hanya dengan mencetak uang.

Dalam analisa Syariah, hal ini telah melanggar maqashid Syariah.18


Lebih dari itu, dengan tidak adanya mata uang internasional yang satu, Meera
dan Aziz berpendapat bahwa sistem uang fiat merupakan penyebab terjadinya
spekulasi mata dan penyebab dari terjadinya krisis keuangan pada tahun
1997.19 Hal ini menjadi sangat logis karena dengan perbedaan mata uang
antar Negara, memungkinkan terjadinya pasar mata uang, dan akhirnya juga
memunculkan terjadinya tindak spekulasi di dalamnya.Kedua adalah jalur
seigniorage yang secara internasional menimbulkan transfer inflasi dari egara
yang uang dipakai sebagai mata uang internasional kepada negara sehingga
menimbulkan masalah inflasi, ketidak adilan ekonomi, dan tentunya
merupakan pelanggaran maqashid Syariah.

Dengan sistem ini, perbankan kemudian mengatur suatu sistem yang


kemudian para peminjam menabungkan kembali uang di perbankan, dan
mereka cukup menerima cek, atau sistem pembayaran lain, yang nota bene
adalah diterbitkan oleh perbankan. Sistem ini, menurut Meera dan Aziz, akan
menjadikan sebagian kelompok masyarakat saja yang dapat mengaksesnya,
dan kemudian dalam perekonomian akan terjadi perpindahan kepemilikan dari
masyarakat yang tidak dapat mengakses keuangan perbankan kepada
masyarakat yang dapat mengakseskeuangan perbankan.

Namun akhirnya, karena kelompok yang mampu mengakses


perbankan sebenarnya adalah berhutang kepada perbankan, maka ujungnya
adalah perpindahan kepemilikan kepada perbankan atau para pemilik
perbankan. Selanjutnya, Al Jarhi berpendapat bahwa sistem cadangan
sebagian adalah salah satu penyebab inflasi. Hal ini karena uang beredar
dengan sistem cadangan sebagian tidak dapat dikontrol oleh otoritas moneter.
Perputaran uang dari uang yang dicetak bank sentral menjadi uang
diperbankan dan sebaliknya tidak dapat dikendalikan oleh bank sentral.

Mereka berpendapat bahwa pada jangka panjang, sistem uang fiat


dengan bunga akan menyebabkan penawaran uang atau uang beredar selalu
meningkat secara default dan akhirnya mencipatakan ekonomi yang
inflationary secara default juga. Tentu, sangat banyak masalah ekonomi yang
ditimbulkan oleh bunga seperti misalnya sistem bunga mendorong terjadinya
polusi dan perusakan sumber daya alam, sistem bunga juga menjadikan harta
tersirkulasikan pada sekelompok masyarakat dll.26 Namun, dalam kajian ini
fokusnya adalah kaitan bunga dengan sistem uang fiat yang menjadi poros
kritik daripada kaum dinaris.

Anda mungkin juga menyukai