................................................................................................................... a. Mengenal dan memahami jenis-jenis uang yang beredar dan memahami hubungannya dengan perkembangan masyarakat. b. Memahami mengapa diperlukan adanya standar uang c. Memahami apa yang diseebut dengan standar emas ................................................................................................................... NILAI UANG DARI PANDANGAN SYARIAH Uang dalam fungsinya sebagai alattukar, pengukurnilai dan gudangnilai/ kekayaani; uang tentunya harus memiliki nilai. Teori ekonomi konvensional menyebutkan ada tiga macam nilai yang melekat pada uang, yaitu : nilai nominal, nilai intrinsik dan nilai tukar. Selain itu menurut teori ekonomi konvesional, uang juga memiliki nilai waktu. Asumsi atau anggapan teori konvensional mengenai nilai waktu dari uang karena presense of inflation dan preference present consumption to future consumption. Syariah tidak mengakui nilai waktu dari uang. Yang dimaksud dengan present of inflation yaitu berhubungan dengan ( karena ) adanya inflasi. Sehingga nilai uang hari ini lebih tinggi dari pada nilai uang sebulan yang akan datang, misalnya bila berhadappan dengan tingkat inflasi 2% perbulan. Maka nilai uang sebulan yang akan datang menurun sebesar 2 %. Sedangkan preferencepresent consumption to future consumption; berhubungan dengan nilai uang terhadap konsumsi hari ini dibandingkan dengan nilai uang untuk konsumsi masa yang akan datang. Misalnya nilai Rp. 10.000 hari ini yang sangat dibutuhkan untuk membeli makanan. Bagi seseorang yang tidak punya uang dan tidak punya persediaan makanan sama sekali hari ini nilai Rp. 10.000, - lebih berharga dari pada uang sebesar Rp. 15.000, - di bulan depan; sehingga ia berani untuk meminjam uang Rp. 10.000, - hari ini dengan kesanggupan untuk membayar dengan
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 1
tambahan 2% bulan depan. Pandangan ini ( uang memiliki nilai waktu ) pula yang mengesahkan pembenaran adanya bunga dalam sistem ekonomi konvensional. Syariah tidak mengakui nilai waktu dari uang, karena di dalamnya mengandung unsur riba ( nilai waktu merupakan akar syahnya pengunaan bunga uang ) . Selain itu pandangan Islam mengenai uang adalah bahwa uang hanyalah sebuah alat untuk memudahkan tukar menukar, maka uang harus tetap beredar, agar bisa diakses semua orang. Uang yang tidak beredar ( tidak dimanfaatkan atau tidak dibelanjakan di jalan Allah ) di sektor produktif tidak maslahat. Jumlahnya akan semakin berkurang, karena tidak produktif. Dan juga karena adanya kewajiban zakat bagi umat Islam. Oleh karena itu uang harus tetap berputar, maka Islam juga menganjurkan bisnis dan perlunya investasi di sektor riil. Uang yang berputar di sektor produksi akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat, dan menambah tinggi nilai uang. Disinilah logika Imam al-Ghazali yang menyatakan bahwa nilai uang ditentukan oleh tingkat produktivitas masyarakatnya. Berkaitan dengan penggunaan logam sebagai mata uang, Abu Ubaid merujuk pada kegunaan umum dari uang dan relatif konstannya nilai emas dan perak dibandingkan dengan komoditas lainnya. Namun apabila emas dan perak digunakan atau ditempatkan sebagai komoditas, peran emas sebagai uang berbeda dengan peran emas sebagai komoditas. Sebagai uang emas berperan sebagai standar pengukur nilai, tetapi sebagai komoditas emas berperan sebagai benda yang dinilai. Sebagai benda yang dinilai; nilainya bisa berubah- ubah. Dan hal itu benar-benar telah terjadi Dari sudut inilah logika Abu Ubaid yang menyatakan bahwa uang memiliki nilai karena fungsinya. Penyataan Abu Ubaid ini secara implisit sebenarnya mengabaikan nilai instrinsik dari uang sebagai standar nilai uang. Di masa sekarang, apa yang menjadi pendapat Abu Ubaid ini terbukti dengan kenyataan bahwa uang sekarang ini,
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 2
yang nilai instrinsiknya mendekati nol, tetapi tetap memiliki nilai sesuai dengan fungsinys : sebagai alat tukar, pengukur nilai dan penyimpan kekayaan. Abu Ubaid sendiri tidak secara eksplisit menyatakan fungsi uang sebagai penyimpan kekayaan, namun secara implisit mengakuinya ketika menghitung jumlah minimum simpanan tahunan yang wajib kena zakat dan berapa jumlah/nilai zakatnya. Dari uraian ini, jelas sekali bahwa uang tidak memiliki nilai waktu. Naik turunnya nilai uang tidak muncul dalam proses berjalannya waktu; karena nilai uang lebih terpengaruh oleh tingkat produktivitas masyarakatanya. Semakin tinggi produktivitas masyarakatnya semakin tinggi pula nilai uangnya. Dari pandangan syariah justeru waktulah yang memiliki nilai. Waktu tidak bisa menunggu, siapa pun yang mengabaikan waktu ia akan merugi. ( QS. Al-Asri ). Sebetulnya pepatah “ waktu adalah uang “ menunjukkan betapa tingginya nilai waktu. Waktu yang dibiarkan berlalu, tak menghasilkan apa-apa, tapi waktu yang dimanfaatkan untuk mengembangkan kreativitas, pasti produktif dan menghasilkan uang ! Kelemahan teori konvensional mengenai nilai waktu dari uang; nampak juga dari asumsinya. Yaitu bahwa nilai uang hanya dikaitkan pada adanya inflasi. Padahal gejala ekonnomi menghadapi tiga kondisi fluktuatif , yaitu inflasi, deflasi dan stabil. Gejala inflasi yaitu gejala ekonomi yang menghadapi kenaikan harga yang terus menerus ; gejala deflasi adalah gejala ekonomi yang menghadapipenurunan harga dan gejala stabil adalah gejala ekonomi yang tidak menghadapi kenaikan/penurunan harga. Sebagai sebuah teori, seharusnya nilai waktu dari uang pun diuji / diklarifikasi juga terhadap kedua gejala lainnya, bukan hanya kepada satu gejala saja. PENGARUH DEFLASSI DAN INFLASI Pengaruh deflasi maupun inflasi terhadap masyarakat amat bergantung pada struktur ekonomi dan budaya masyarakatnya. Masyarakat industri lebih rentan
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 3
terhadap tekanan inflasi maupun deflasi dibandingkan dengan masyarakat agraris; kecuali masyarakat industry yang memiliki struktur industry dengan primary industry yang kuat. Namun di dalam masyarakat ekonomi modern dengan spesialisasi yang semakin tajam, masyarakat dunia tak lagi bisa menghindarkan diri dari keharusan melakukan pertimbangan-pertimbangan efisiensi dan efektivitas ekonomi dalam berproduksi. Akibatnya perdagangan internasional menjadi sautu keharusan dalam kehidupan ekonomi modern. Melalui perdagangan internasional inilah tekanan inflasi maupun deflasi dikendalikan. Namun dalam budaya masyarakat hedonis, boros dan korup, tekanan deflasi dan inflasi akan semakin memperburuk situasi ekonomi dan menghilangan potensi-potensi produktif berbasis keunggulan komparatif ( compative advantages ).
NILAI UANG, NILAI TUKAR DAN HARGA
Saat nilai instrinsik tak lagi menjadi tolok ukur bagi uang dalam menjalankan fungsinya; persoalan nilai uang bertumpu pada nilai nominal dan nilai tukarnya. Nilai nominal adalah nilai yang tertera dalam mata uang sebagai satuan nilai uang; nilai tukar merupakan gambaran kekuatan nilai nominal uang untuk ditukar dengan benda-benda lain. Sekalipun dalam dunia modern sekarang ini, terutama karena penggaruh IT, kita sudah mengenal uang maya atau bit coin; yang tidak berupa / bersifat benda seperti uang plastik ( kartu kredit dan kartu debet ), uang chartal maupun uang giral; namun masih tetap diterima sebagaialat bayar yang syah, sehingga transaksi bisa berjalan tanpa hambatan. Atau dengan kata lain masih dapatkah definisi uang sebagai benda yang memiliki nilai ekonomi dan diterima oleh masyarakat pengguna sebagai perantara dalam kegiatan ekonomi. Dengan kenyataan seperti ini, perbedatan antara Adam Smith, Ricardo, Stuart Mill yang menganggap uang sebagai benda dan kaum Nominalis yang menganggap uang bukan benda mungkin
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 4
tidak perlu terjadi; karena kedua-duanyasekarang ini eksis ( ada benda dan bukan benda ) sebagai alat tukar ( alat bayar ), alat pengukur nilai dan timbunan nilai. Kenyataan ini pun menunjukkan bahwa postulat Abu Ubaid adal;ah benar, uang memiliki nilai karena fungsinya. Selama fungsinya berjalan, benda ataupun bukan benda; dapat berfungsi sebagai uang. Sebagai alat tukar uang berhadapan dengan tiga benda lain, yaitu : pertama berhadapan dengan benda-benda lain yang menjadi alat pemuas kebutuhan manusia ( komoditas ); kedua : berhadapan dengan benda- benda yang disebut mata uang asing. Dan ketiga, dengan benda-benda yang disebut surat-surat berharga ( efek ). Nilai tukar dengan alat-alat pemuas kebutuhan ( komoditas ) disebut dengan harga barang; nilai tukar dengan uang asing disebut kurs valuta asing / harga mata uang asing. Nilai tukar dengan surat-surat berharga diesbut dengan harga efek. Ketiga macam harga itu menunjukkan nilai uang. Meskipun nilai uang yang ditunjukkan dalam harga barang dan kurs valuta asing berbeda dengan nilai uang yang ditunjukkan dalam harga efek. Naik turunnya ( fluktuasi ) harga pada harga komoditas dan valuta asing menunjukkan naik turunnya / fluktuasi dari nilai uang. Bila harga turun maka nilai uang naik, dan sebaliknya bila harga naik maka nilai uang turun. Nilai uang berbanding terbalik dengan harga. Tetapi dalam harga efek yang terjadi di Bursa Efek kenaikan harga efek menunjukkan naiknya nilai uang, dan turunnya harga efek menunjukkan turunnya nilai uang. Bersejajaran. Mengapa ? Karena harga yanng terjadi di Bursa Efek bukan ditentukan oleh perubahan- perubahan kuantitas efek yang diperdagan nilai uang semakin baikgkan, tetapi naik turunnya permintaan terhadap efek lebih ditentukan oleh kinerja manajemen emiten. Semakin baik kinerja emiten akan mendorong naik permintaan akan efeknya, semakin buruk kinerja emiten akan menyebabkan turunnya permintaan pada efeknya. Kinerja emiten yang baik, artinya emiten
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 5
produktif. Semakin produktif nilai uang naik. Nilai uang tergantung pada produktifitas masyarakatnya, kata Imam Al-Chazali. Sejak awal, sebenarnya Islam sudah memisahkan antara uang ( baca : logam/emas ) sebagai uang, dan logam/emas sebagai komoditas : dan Islam mengharamkan jual beli uang sejenis, barang dengan barang sejenis bahkan yang tidak sama kualitasnya; karena pada dasarnya nilainya sama. Namun menghalalkan jual beli uang dengan uang asing atau barang dengan barang lain ( barter ) yang berbeda jenis dan kualitasnya. Memang pada masa uang logam dengan nilai nominal sama dengan nilai intrinsiknya sulit untuk memisahkan emas sebagai uang dan emas sebagai komoditas; apalagi setiap orang boleh melebur dan menempa uang. Namun realitasnya selalu terjadi perubahan-perubahan harga ( nilai ) uang; baik ketika berhadapan dengan barang-barang lain maupun dengan emas itu sendiri. Fluktuasi harga emas menyebabkan terjadinya nilai nominal lebih tinggi dari nilai instrinsiknya yang kemudian melahirkan token money atau sebaliknya. Apalagi dengan kenyataan sekarang ini, standart emas juga sudah ditinggalkan; maka pemisahan emas sebagai uang dengan emas sebagai komoditas sebagai sebuah pemikiran ekonomi yang semakin menunjukkan kenyataannya yang konsisten dengan postulat syariah mengenai nilai uang : “ uang memiliki nilai karena fungsinya “ ( Abu Ubaid ) ; “ nilai uang itu ditentukan oleh produktivitas masyarakatnya “ ( Imam al-Ghazali ).
TEORI KUANTITATIF NILAI UANG
Masalah ekonomi modern sangat berkaitan dengan persoalan perubahan- perubahan nilai uang yang terjadi karena perubahan keseimbangan antara supply dan demand uang, Supply ditentukan oleh jumlah uang yang beredar dan kecepatan uang beredar, dan demand ditentukan oleh harga dan jumlah barang-barang yang diperdagangkan. Hubungan ini dirumuskan oleh Irving
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 6
Fisher dalam formula matematik sebagai MV = PT. M menunjukan jumlah uang beredar dalam masyarakat baik uang chartal maupun uang giral. V menunjukan kecepatan uang beredar atau berpindah tangan. P menunjukkan harga dan T menunjukkan jumlah barang-barang yang diperdagangkan. Dalam rumus Irving Fisher ini, korelasi yang terjadi hanya antara uang dan komoditas. Jumlah uang yang beredar diungkapkan dalam bentuk banyaknya uang chartal dan uang giral (M) serta kecepatan uang itu berpindah tangan. Sedangkan di sisi lainnya ditunjukkan dengan tingkat harga ( P ) dan jumlah barang yang diperdagangan ( T ). Jumlah barang ( komoditas ) yang diperdagangkan adalah gambaran dari tingkat produktivitas masyarakat. Rumus ini benar-benar membuktikan bahwa postulat nilai uang sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ubaid dan Imam al-Gazhali adalah benar adanya. Postulah Abu Ubaid bahwa uang memiliki nilai karena fungsinya secara matematis dapat digambarkan sebagai MV, yaitu jumlah kuantitatif uang dan kecepatan uang dalam menjalankan fungsinya sebagai alat tukar. Dan postulat ini secara matemaatis sama dengan postulah Abu Ubaid bahwa nilai uang ditentukan oleh produktivitas masyarakatnya, PT yaitu jumlah kuantitatif produksi dan harga sebagai nilai uang. Dari uraian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan nilai uang adalah nilai nominal uang yang dipercaya masyarakat sebagai satuan nilai dan yang dimaksud dengan nilai tukar adalah kemampuan nilai nominal uang untuk ditukar dengan benda-benda lainnya, termasuk mata uang asing. Nilai ini ( nilai tukar ) merupakan nilai ekonomi substansialnya yang memberikan gambaran fluktuasi ekonomi. Nilai tukar terhadap komoditas atau alat-alat pemuas kebutuhan adalah harga, dan nilai tukar terhadap mata uang asing adalah kurs mata uang. Jadi nilai ekonomis uang adalah nilai tukarnya. Keberadaan kurs mata uang diperlukan dalam rangka pembayaran internasional.
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 7
NILAI TUKAR MATA UANG ( KURS VALUTA ) Karena uang hanya merupakan alat bayar yang syah dalam sebuah wilayah ( Negara ) tertentu, maka persoalan yang harus diselesaikan adalah bagaimana caranya lalu lintas perdagangan luar negeri diselesaikan. Persoalan ini merupakan persoalan klasik yang biasanya diselesaikan sesuai dengan perkembangan uang itu sendiri. Pada saat nilai uang masih sama dengan nilai istrinsiknya; penyelesaikan perdagangan internasional dilakukan dengan cara mengirim emas atau uang emas sesuai dengan nilai barang yang diperdagangkan. Perhitungannya didasarkan pada standar emas dari uang masing-masing. Namun berdasar perkembangannya; Standar Emas ini dibedakan dalam tiga jenis standar yaitu : a. Full Gold Standard , Gold Specie Standard atau Gold Coins Standard atau Standar Emas Penuh, b. Gold Bullions Standard atauStandar Inti Emas, c. Gold Exchange Standar atau Standar Wissel Emas. Pada saat masih digunakan Standar Emas Penuh, penyelesaikan perdagaangan internasional bisa dilakukan dengan mengirim emas atau uang emas senilai barang=barang yang diperdagangkan; karena uang yang beredar sepenuhnya adalah uang emas. Namun pada saat standar Inti Emas uang yang beredar suadah bukan uang emas namun uang kertas ( disebut juga stnadr kertas ), namun nilai uang kertas ini didukung penuhnya dengan emas, sehingga setiap orang yang memegang uang kertas dapat menaik emas dari Bank Sentral. Dalam system Standar Inti Emas, masyarakat dilarang mencetak uang, semua uang dicetak oleh Bank Sentral. Dan Bank Sentral sesuai dengan Undang- undang selalu bersedia untuk membeli emas dalam jumlah yang tidak terbatas.. Pembelian ini diperlukan untuk menjaga dukungan emas terhadap uang yang beredar. Pembayaran Internasional dilakukan dengan pengiriman mata uang negara yang dituju melalui system perbankan dengan membeli
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 8
mata uang negara yang dituju dengan kurs yang setara. Misalnya 1 Pondsterling uang Inggeris bernilai emas seberat 7,322 grain emas, sedangkan mata uaang emas Belanda seberat 6,048 grain emas. Maka kurs mata uang Inggeris - Belanda adalah 1,21. Nilai nominal mata uang emas Belanda adalah f 10,- ; maka ini berarti bahwa kurs 1 Pondsterling Inggeris setara dengan f 12,1. Apabila Belanda mengimpor barang dari Inggeris senilai 1.000. Pondsterling, maka pengusaha di Belanda harus menyetor uang ke Bank sebesar f 12.100, - Atau dengan pengiriman emas senilai f 12.100 atau 1000 Pondsterling. Pada Standar Wissel Emas, Bank Sentral sudah tidak diharuskan lagi untuk selalu melayani penukaran uang dengan emas yang dibawa ke Bank. Bank Sentral sudah berdasarkan Undang-undang sudah tidak lagi diharus membeli emas atau menjual emas kepada siapapun dengan harga yang sudah ditetapkan. Namun sekali pun demikian setiap uang yang beredar harus dijamin dengan kadar emas yang sudah ditentukan. Dalam standar Emas Wiseel, emas disimpan Bank Sentral dan hanua bias dikeluarkan dengan ijin pemerintah. Pememrintah selalu berusaha untuk sebanyak mungkin menguasai emas di dalam negeri dan disimpan di Bank Sentral. Emas ini dipergunakan untuk membeli saham-saham investasi luas negeri, wissel dan surat-surat berharga lainnya. Saham dapat memberikan keuntungan bagi bank berupa deviden atau agio saham, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk devisa atau alat pembayaran luar negeri. Devisa atau valuta asing yang dikuasai Bank Sentral ini yang dipergunakan untuk melayani transaksi internasional.
STANDAR EMAS INTERNASIONAL.
Pada awal perkembangan keberadaan uang, tidak semua masyarakat mempergunakan standar yang sama. Namun ketika sudah diketemukan logam
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 9
mulia, emas dan perak, emas dan perak dijadikan mata uang, karena emas dan perak diterima di semua Negara sebagai benda yang memiliki nilai yang stabil. Penyelesaian pembayaran internasional menjadi lebih lancar ketika semua Negara mempergunakan standar yang sama. Pada mulanya ( 1816 ) Inggeris memulai mempergunakan standar emas, diikuti oleh Jerman ( 1871 ) dan Perancis , Belgia , Yunani, Spanyol, Swis , Italia dll. ( 1872 ). Kecuali Tiongkok yang hingga tahun 1930 masih memakai standar perak, hampir di seluruh dunia mempergunakan standar emas. Inilah yang disebut dengan Standar Emas Internasional. Namun ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh Negara-negara yang akan yang akan bergabung ke dalam Standar Emas Internasional, yaitu : Pertama : Negar-negara yang berada dalam Standar Emas Internnasional harus berada dalam Standar Emas pula dan harus memelihara satuan nilai uangnya dengan seberat emas tertentu. Kedua : Negara-negara yang berada dalam Standar Emas Internasionalmembebaskan keluar-masuknya emas. Ada kebabsan impor- ekspor emas. Salah satu dari kedua persyaratan Standar Emas Internasional ini tidai dipenuhi system tidak akan berjalan dengan semestinya. Oleh karena itu setiap Negara yang bergabung dengan Standar Emas Internasional harus tunduk peraturan yang ditetapkan oleh Standar Emas Internasional. Namun dalam perkembangan selanjutnya ternyata, tidak semua Negara mampu mempertahankan stabilitas emas, neraca perdagangan mereka mengalami deficit yang mengakibatkan larinya emas ke luar negeri; kelangkaan emas di dalam negeri dihadapi oleh sebagian anggota Standar Emas Internasional karena struktur ekonomi nasionalnya tidak memungkinkan untuk mempertahankan neraca perdagangan yang seimbang. Selain itu penemuan emas di California dan Australia, meenyebabkan pasokan emas dunia
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 10
melonjak tinggi dan mengguncangkan system keuangan dunia di pertengahan abad XIX karena inflasi.
NILAI UANG TANPA STANDAR EMAS
Di masa sekarang, ketika tidak ada lagi standar emas sebagaia acuan nilainya, dan uang yang berubah sifat menjadi uang kepercayaan. Uang dipercaya memiliki nilai karena tidak semua orang sekarang dapat mencetak uang; uang hanya boleh dicetak dan dikeluarkan oleh pemerintah atau institusi yang ditunjuk berdasar Undang-uandang; dalam hal ini adalah Bank Sentral. Kepecayaan kepada uang menggambarkan kepercayaan kepada pemerintah yang mengeluarkan uang. Nilai uang semakin tinggi kepercayaan kepada pemerintah semakin tinggi pula; demikian juga sebaliknya. Lalu apa acuannya dalam menyelesaikan perdagangan internasional ? Atau bagaimana menentukan kurs mata uang untuk dapat menyelesaikan pembayaran internasional. Dalam hal ini kita kembali kepada apa itu nilai nominal, nilai uang dan nilai tukar. Nilai nominal uang adalah satuan nilai uang yang tercetak pada uang. Nilai uang adalah kemampuan darti satuan uangt untuk memperoleh barang-barang lain yang dibutuhkan. Dan Nilai tukar adalah gambaran kemampuan satuan uang bila ditukarkan dengan benda- benda lain. Atau nilai uang pada hakekatnya adalah nilai tukar. Nilai nominal uang adalah kumpulan nilai uang dalam sebuah mata uang. Oleh karena itu membandingkan nilai dua uang yang berbeda, harus membandingkan nilai tukarnya terhadap barang yang sama di negaranya masing – masing. Perbandingan nilai tukar ini menjadi nilai tukar antara valuta ( uang ). Misalnya memperbandingkan nilai rupiah dengan dollar Amerika. Untuk 1 kg beras di Amerika diperlukan uang sebesar US$1,-. Di Indonesia untuk beras kualitas yang sama diperlukan sebanyak Rp. 14.500,- Maka perbandingan nilai rupiah dan dollar adalah 14,5 : 1. Atau US$ 1,- sama dengan Rp. 14.500.
Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 11
Atau kurs US$ 1,- sama dengan Rp. 14.500. Atau nilai tukarnya Rp. 14.500 per US$. Namun dalam praktek di pasar uang, berlaku hukum permintaan dan penawaran akan valuta asing. Apabila sebuah Negara mengalamai deficit dalam neraca perdagangannya, Negara yang yang bersangkutan akan menghadapi kekuarangan penawaran valuta asing. Maka harga valuta asing akan naik. Harganya mungkin akan lebih tinggi dari Rp. 14.500 per US$. Demikian juga sebaliknya. Ketika neraca perdagangan surplus, harga valuta asing akan turun, mungkin kurang dari Rp. 14.500 per us$. Melalui mekanisme inilah kebijaksanaan moneter diterapkan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah tetap berada pada angka Rp. 14.500 per US$. Caranya apabila terjadi surplus neraca perdagangan otoritas keuangan menahan pasokan devisa sebagai cadangan, dan apabila terjadi deficit neraca perdagangan otoritas moneter akan melepas cadangan devisa agar pasokan sesuai dengan permintaan, sehingga kurs akan tetap berada pada tingkat Rp. 14.500 per US$. Dari gambaran mengenai nilai uang di atas, terlihat jelas bahwa produktivitas masyarakatr menjadi kunci utama penentuan nilai uang, sebagaimana postulat yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya Umul al-Din. Dan akan semakin jelas dalam uraian mengenai teori kuantitative uang,