Anda di halaman 1dari 12

III.

JENIS-JENIS UANG DAN STANDAR UANG


...................................................................................................................
a. Mengenal dan memahami jenis-jenis uang yang beredar dan memahami
hubungannya dengan perkembangan masyarakat.
b. Memahami mengapa diperlukan adanya standar uang
c. Memahami apa yang diseebut dengan standar emas
...................................................................................................................
NILAI UANG DARI PANDANGAN SYARIAH
Uang dalam fungsinya sebagai alattukar, pengukurnilai dan gudangnilai/
kekayaani; uang tentunya harus memiliki nilai. Teori ekonomi konvensional
menyebutkan ada tiga macam nilai yang melekat pada uang, yaitu : nilai
nominal, nilai intrinsik dan nilai tukar. Selain itu menurut teori ekonomi
konvesional, uang juga memiliki nilai waktu. Asumsi atau anggapan teori
konvensional mengenai nilai waktu dari uang karena presense of inflation dan
preference present consumption to future consumption. Syariah tidak
mengakui nilai waktu dari uang.
Yang dimaksud dengan present of inflation yaitu berhubungan dengan
( karena ) adanya inflasi. Sehingga nilai uang hari ini lebih tinggi dari pada
nilai uang sebulan yang akan datang, misalnya bila berhadappan dengan
tingkat inflasi 2% perbulan. Maka nilai uang sebulan yang akan datang
menurun sebesar 2 %. Sedangkan preferencepresent consumption to future
consumption; berhubungan dengan nilai uang terhadap konsumsi hari ini
dibandingkan dengan nilai uang untuk konsumsi masa yang akan datang.
Misalnya nilai Rp. 10.000 hari ini yang sangat dibutuhkan untuk membeli
makanan. Bagi seseorang yang tidak punya uang dan tidak punya persediaan
makanan sama sekali hari ini nilai Rp. 10.000, - lebih berharga dari pada uang
sebesar Rp. 15.000, - di bulan depan; sehingga ia berani untuk meminjam
uang Rp. 10.000, - hari ini dengan kesanggupan untuk membayar dengan

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 1


tambahan 2% bulan depan. Pandangan ini ( uang memiliki nilai waktu ) pula
yang mengesahkan pembenaran adanya bunga dalam sistem ekonomi
konvensional.
Syariah tidak mengakui nilai waktu dari uang, karena di dalamnya
mengandung unsur riba ( nilai waktu merupakan akar syahnya pengunaan
bunga uang ) . Selain itu pandangan Islam mengenai uang adalah bahwa uang
hanyalah sebuah alat untuk memudahkan tukar menukar, maka uang harus
tetap beredar, agar bisa diakses semua orang. Uang yang tidak beredar ( tidak
dimanfaatkan atau tidak dibelanjakan di jalan Allah ) di sektor produktif tidak
maslahat. Jumlahnya akan semakin berkurang, karena tidak produktif. Dan
juga karena adanya kewajiban zakat bagi umat Islam. Oleh karena itu uang
harus tetap berputar, maka Islam juga menganjurkan bisnis dan perlunya
investasi di sektor riil. Uang yang berputar di sektor produksi akan
menciptakan kemakmuran bagi masyarakat, dan menambah tinggi nilai uang.
Disinilah logika Imam al-Ghazali yang menyatakan bahwa nilai uang
ditentukan oleh tingkat produktivitas masyarakatnya.
Berkaitan dengan penggunaan logam sebagai mata uang, Abu Ubaid merujuk
pada kegunaan umum dari uang dan relatif konstannya nilai emas dan perak
dibandingkan dengan komoditas lainnya. Namun apabila emas dan perak
digunakan atau ditempatkan sebagai komoditas, peran emas sebagai uang
berbeda dengan peran emas sebagai komoditas. Sebagai uang emas berperan
sebagai standar pengukur nilai, tetapi sebagai komoditas emas berperan
sebagai benda yang dinilai. Sebagai benda yang dinilai; nilainya bisa berubah-
ubah. Dan hal itu benar-benar telah terjadi Dari sudut inilah logika Abu Ubaid
yang menyatakan bahwa uang memiliki nilai karena fungsinya. Penyataan
Abu Ubaid ini secara implisit sebenarnya mengabaikan nilai instrinsik dari
uang sebagai standar nilai uang. Di masa sekarang, apa yang menjadi
pendapat Abu Ubaid ini terbukti dengan kenyataan bahwa uang sekarang ini,

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 2


yang nilai instrinsiknya mendekati nol, tetapi tetap memiliki nilai sesuai
dengan fungsinys : sebagai alat tukar, pengukur nilai dan penyimpan
kekayaan. Abu Ubaid sendiri tidak secara eksplisit menyatakan fungsi uang
sebagai penyimpan kekayaan, namun secara implisit mengakuinya ketika
menghitung jumlah minimum simpanan tahunan yang wajib kena zakat dan
berapa jumlah/nilai zakatnya.
Dari uraian ini, jelas sekali bahwa uang tidak memiliki nilai waktu. Naik
turunnya nilai uang tidak muncul dalam proses berjalannya waktu; karena
nilai uang lebih terpengaruh oleh tingkat produktivitas masyarakatanya.
Semakin tinggi produktivitas masyarakatnya semakin tinggi pula nilai
uangnya. Dari pandangan syariah justeru waktulah yang memiliki nilai.
Waktu tidak bisa menunggu, siapa pun yang mengabaikan waktu ia akan
merugi. ( QS. Al-Asri ). Sebetulnya pepatah “ waktu adalah uang “
menunjukkan betapa tingginya nilai waktu. Waktu yang dibiarkan berlalu, tak
menghasilkan apa-apa, tapi waktu yang dimanfaatkan untuk mengembangkan
kreativitas, pasti produktif dan menghasilkan uang !
Kelemahan teori konvensional mengenai nilai waktu dari uang; nampak juga
dari asumsinya. Yaitu bahwa nilai uang hanya dikaitkan pada adanya inflasi.
Padahal gejala ekonnomi menghadapi tiga kondisi fluktuatif , yaitu inflasi,
deflasi dan stabil. Gejala inflasi yaitu gejala ekonomi yang menghadapi
kenaikan harga yang terus menerus ; gejala deflasi adalah gejala ekonomi
yang menghadapipenurunan harga dan gejala stabil adalah gejala ekonomi
yang tidak menghadapi kenaikan/penurunan harga. Sebagai sebuah teori,
seharusnya nilai waktu dari uang pun diuji / diklarifikasi juga terhadap kedua
gejala lainnya, bukan hanya kepada satu gejala saja.
PENGARUH DEFLASSI DAN INFLASI
Pengaruh deflasi maupun inflasi terhadap masyarakat amat bergantung pada
struktur ekonomi dan budaya masyarakatnya. Masyarakat industri lebih rentan

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 3


terhadap tekanan inflasi maupun deflasi dibandingkan dengan masyarakat
agraris; kecuali masyarakat industry yang memiliki struktur industry dengan
primary industry yang kuat. Namun di dalam masyarakat ekonomi modern
dengan spesialisasi yang semakin tajam, masyarakat dunia tak lagi bisa
menghindarkan diri dari keharusan melakukan pertimbangan-pertimbangan
efisiensi dan efektivitas ekonomi dalam berproduksi. Akibatnya perdagangan
internasional menjadi sautu keharusan dalam kehidupan ekonomi modern.
Melalui perdagangan internasional inilah tekanan inflasi maupun deflasi
dikendalikan. Namun dalam budaya masyarakat hedonis, boros dan korup,
tekanan deflasi dan inflasi akan semakin memperburuk situasi ekonomi dan
menghilangan potensi-potensi produktif berbasis keunggulan komparatif
( compative advantages ).

NILAI UANG, NILAI TUKAR DAN HARGA


Saat nilai instrinsik tak lagi menjadi tolok ukur bagi uang dalam menjalankan
fungsinya; persoalan nilai uang bertumpu pada nilai nominal dan nilai
tukarnya. Nilai nominal adalah nilai yang tertera dalam mata uang sebagai
satuan nilai uang; nilai tukar merupakan gambaran kekuatan nilai nominal
uang untuk ditukar dengan benda-benda lain. Sekalipun dalam dunia modern
sekarang ini, terutama karena penggaruh IT, kita sudah mengenal uang maya
atau bit coin; yang tidak berupa / bersifat benda seperti uang plastik ( kartu
kredit dan kartu debet ), uang chartal maupun uang giral; namun masih tetap
diterima sebagaialat bayar yang syah, sehingga transaksi bisa berjalan tanpa
hambatan. Atau dengan kata lain masih dapatkah definisi uang sebagai benda
yang memiliki nilai ekonomi dan diterima oleh masyarakat pengguna sebagai
perantara dalam kegiatan ekonomi. Dengan kenyataan seperti ini, perbedatan
antara Adam Smith, Ricardo, Stuart Mill yang menganggap uang sebagai
benda dan kaum Nominalis yang menganggap uang bukan benda mungkin

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 4


tidak perlu terjadi; karena kedua-duanyasekarang ini eksis ( ada benda dan
bukan benda ) sebagai alat tukar ( alat bayar ), alat pengukur nilai dan
timbunan nilai. Kenyataan ini pun menunjukkan bahwa postulat Abu Ubaid
adal;ah benar, uang memiliki nilai karena fungsinya. Selama fungsinya
berjalan, benda ataupun bukan benda; dapat berfungsi sebagai uang.
Sebagai alat tukar uang berhadapan dengan tiga benda lain, yaitu : pertama
berhadapan dengan benda-benda lain yang menjadi alat pemuas kebutuhan
manusia ( komoditas ); kedua : berhadapan dengan benda- benda yang disebut
mata uang asing. Dan ketiga, dengan benda-benda yang disebut surat-surat
berharga ( efek ). Nilai tukar dengan alat-alat pemuas kebutuhan ( komoditas )
disebut dengan harga barang; nilai tukar dengan uang asing disebut kurs
valuta asing / harga mata uang asing. Nilai tukar dengan surat-surat berharga
diesbut dengan harga efek. Ketiga macam harga itu menunjukkan nilai uang.
Meskipun nilai uang yang ditunjukkan dalam harga barang dan kurs valuta
asing berbeda dengan nilai uang yang ditunjukkan dalam harga efek. Naik
turunnya ( fluktuasi ) harga pada harga komoditas dan valuta asing
menunjukkan naik turunnya / fluktuasi dari nilai uang. Bila harga turun maka
nilai uang naik, dan sebaliknya bila harga naik maka nilai uang turun. Nilai
uang berbanding terbalik dengan harga. Tetapi dalam harga efek yang terjadi
di Bursa Efek kenaikan harga efek menunjukkan naiknya nilai uang, dan
turunnya harga efek menunjukkan turunnya nilai uang. Bersejajaran. Mengapa
? Karena harga yanng terjadi di Bursa Efek bukan ditentukan oleh perubahan-
perubahan kuantitas efek yang diperdagan nilai uang semakin baikgkan, tetapi
naik turunnya permintaan terhadap efek lebih ditentukan oleh kinerja
manajemen emiten. Semakin baik kinerja emiten akan mendorong naik
permintaan akan efeknya, semakin buruk kinerja emiten akan menyebabkan
turunnya permintaan pada efeknya. Kinerja emiten yang baik, artinya emiten

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 5


produktif. Semakin produktif nilai uang naik. Nilai uang tergantung pada
produktifitas masyarakatnya, kata Imam Al-Chazali.
Sejak awal, sebenarnya Islam sudah memisahkan antara uang ( baca :
logam/emas ) sebagai uang, dan logam/emas sebagai komoditas : dan Islam
mengharamkan jual beli uang sejenis, barang dengan barang sejenis bahkan
yang tidak sama kualitasnya; karena pada dasarnya nilainya sama. Namun
menghalalkan jual beli uang dengan uang asing atau barang dengan barang
lain ( barter ) yang berbeda jenis dan kualitasnya.
Memang pada masa uang logam dengan nilai nominal sama dengan nilai
intrinsiknya sulit untuk memisahkan emas sebagai uang dan emas sebagai
komoditas; apalagi setiap orang boleh melebur dan menempa uang. Namun
realitasnya selalu terjadi perubahan-perubahan harga ( nilai ) uang; baik
ketika berhadapan dengan barang-barang lain maupun dengan emas itu
sendiri. Fluktuasi harga emas menyebabkan terjadinya nilai nominal lebih
tinggi dari nilai instrinsiknya yang kemudian melahirkan token money atau
sebaliknya. Apalagi dengan kenyataan sekarang ini, standart emas juga sudah
ditinggalkan; maka pemisahan emas sebagai uang dengan emas sebagai
komoditas sebagai sebuah pemikiran ekonomi yang semakin menunjukkan
kenyataannya yang konsisten dengan postulat syariah mengenai nilai uang : “
uang memiliki nilai karena fungsinya “ ( Abu Ubaid ) ; “ nilai uang itu
ditentukan oleh produktivitas masyarakatnya “ ( Imam al-Ghazali ).

TEORI KUANTITATIF NILAI UANG


Masalah ekonomi modern sangat berkaitan dengan persoalan perubahan-
perubahan nilai uang yang terjadi karena perubahan keseimbangan antara
supply dan demand uang, Supply ditentukan oleh jumlah uang yang beredar
dan kecepatan uang beredar, dan demand ditentukan oleh harga dan jumlah
barang-barang yang diperdagangkan. Hubungan ini dirumuskan oleh Irving

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 6


Fisher dalam formula matematik sebagai MV = PT. M menunjukan jumlah
uang beredar dalam masyarakat baik uang chartal maupun uang giral. V
menunjukan kecepatan uang beredar atau berpindah tangan. P menunjukkan
harga dan T menunjukkan jumlah barang-barang yang diperdagangkan.
Dalam rumus Irving Fisher ini, korelasi yang terjadi hanya antara uang dan
komoditas. Jumlah uang yang beredar diungkapkan dalam bentuk banyaknya
uang chartal dan uang giral (M) serta kecepatan uang itu berpindah tangan.
Sedangkan di sisi lainnya ditunjukkan dengan tingkat harga ( P ) dan jumlah
barang yang diperdagangan ( T ). Jumlah barang ( komoditas ) yang
diperdagangkan adalah gambaran dari tingkat produktivitas masyarakat.
Rumus ini benar-benar membuktikan bahwa postulat nilai uang sebagaimana
diungkapkan oleh Abu Ubaid dan Imam al-Gazhali adalah benar adanya.
Postulah Abu Ubaid bahwa uang memiliki nilai karena fungsinya secara
matematis dapat digambarkan sebagai MV, yaitu jumlah kuantitatif uang dan
kecepatan uang dalam menjalankan fungsinya sebagai alat tukar. Dan postulat
ini secara matemaatis sama dengan postulah Abu Ubaid bahwa nilai uang
ditentukan oleh produktivitas masyarakatnya, PT yaitu jumlah kuantitatif
produksi dan harga sebagai nilai uang.
Dari uraian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan nilai
uang adalah nilai nominal uang yang dipercaya masyarakat sebagai satuan
nilai dan yang dimaksud dengan nilai tukar adalah kemampuan nilai nominal
uang untuk ditukar dengan benda-benda lainnya, termasuk mata uang asing.
Nilai ini ( nilai tukar ) merupakan nilai ekonomi substansialnya yang
memberikan gambaran fluktuasi ekonomi. Nilai tukar terhadap komoditas
atau alat-alat pemuas kebutuhan adalah harga, dan nilai tukar terhadap mata
uang asing adalah kurs mata uang. Jadi nilai ekonomis uang adalah nilai
tukarnya. Keberadaan kurs mata uang diperlukan dalam rangka pembayaran
internasional.

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 7


NILAI TUKAR MATA UANG ( KURS VALUTA )
Karena uang hanya merupakan alat bayar yang syah dalam sebuah wilayah
( Negara ) tertentu, maka persoalan yang harus diselesaikan adalah bagaimana
caranya lalu lintas perdagangan luar negeri diselesaikan. Persoalan ini
merupakan persoalan klasik yang biasanya diselesaikan sesuai dengan
perkembangan uang itu sendiri.
Pada saat nilai uang masih sama dengan nilai istrinsiknya; penyelesaikan
perdagangan internasional dilakukan dengan cara mengirim emas atau uang
emas sesuai dengan nilai barang yang diperdagangkan. Perhitungannya
didasarkan pada standar emas dari uang masing-masing. Namun berdasar
perkembangannya; Standar Emas ini dibedakan dalam tiga jenis standar
yaitu : a. Full Gold Standard , Gold Specie Standard atau Gold Coins
Standard atau Standar Emas Penuh, b. Gold Bullions Standard atauStandar
Inti Emas, c. Gold Exchange Standar atau Standar Wissel Emas.
Pada saat masih digunakan Standar Emas Penuh, penyelesaikan perdagaangan
internasional bisa dilakukan dengan mengirim emas atau uang emas senilai
barang=barang yang diperdagangkan; karena uang yang beredar sepenuhnya
adalah uang emas. Namun pada saat standar Inti Emas uang yang beredar
suadah bukan uang emas namun uang kertas ( disebut juga stnadr kertas ),
namun nilai uang kertas ini didukung penuhnya dengan emas, sehingga setiap
orang yang memegang uang kertas dapat menaik emas dari Bank Sentral.
Dalam system Standar Inti Emas, masyarakat dilarang mencetak uang, semua
uang dicetak oleh Bank Sentral. Dan Bank Sentral sesuai dengan Undang-
undang selalu bersedia untuk membeli emas dalam jumlah yang tidak
terbatas.. Pembelian ini diperlukan untuk menjaga dukungan emas terhadap
uang yang beredar. Pembayaran Internasional dilakukan dengan pengiriman
mata uang negara yang dituju melalui system perbankan dengan membeli

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 8


mata uang negara yang dituju dengan kurs yang setara. Misalnya 1
Pondsterling uang Inggeris bernilai emas seberat 7,322 grain emas, sedangkan
mata uaang emas Belanda seberat 6,048 grain emas. Maka kurs mata uang
Inggeris - Belanda adalah 1,21. Nilai nominal mata uang emas Belanda adalah
f 10,- ; maka ini berarti bahwa kurs 1 Pondsterling Inggeris setara dengan f
12,1. Apabila Belanda mengimpor barang dari Inggeris senilai 1.000.
Pondsterling, maka pengusaha di Belanda harus menyetor uang ke Bank
sebesar f 12.100, - Atau dengan pengiriman emas senilai f 12.100 atau 1000
Pondsterling.
Pada Standar Wissel Emas, Bank Sentral sudah tidak diharuskan lagi untuk
selalu melayani penukaran uang dengan emas yang dibawa ke Bank. Bank
Sentral sudah berdasarkan Undang-undang sudah tidak lagi diharus membeli
emas atau menjual emas kepada siapapun dengan harga yang sudah
ditetapkan. Namun sekali pun demikian setiap uang yang beredar harus
dijamin dengan kadar emas yang sudah ditentukan. Dalam standar Emas
Wiseel, emas disimpan Bank Sentral dan hanua bias dikeluarkan dengan ijin
pemerintah. Pememrintah selalu berusaha untuk sebanyak mungkin
menguasai emas di dalam negeri dan disimpan di Bank Sentral. Emas ini
dipergunakan untuk membeli saham-saham investasi luas negeri, wissel dan
surat-surat berharga lainnya. Saham dapat memberikan keuntungan bagi bank
berupa deviden atau agio saham, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk
devisa atau alat pembayaran luar negeri. Devisa atau valuta asing yang
dikuasai Bank Sentral ini yang dipergunakan untuk melayani transaksi
internasional.

STANDAR EMAS INTERNASIONAL.


Pada awal perkembangan keberadaan uang, tidak semua masyarakat
mempergunakan standar yang sama. Namun ketika sudah diketemukan logam

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 9


mulia, emas dan perak, emas dan perak dijadikan mata uang, karena emas dan
perak diterima di semua Negara sebagai benda yang memiliki nilai yang
stabil. Penyelesaian pembayaran internasional menjadi lebih lancar ketika
semua Negara mempergunakan standar yang sama. Pada mulanya ( 1816 )
Inggeris memulai mempergunakan standar emas, diikuti oleh Jerman ( 1871 )
dan Perancis , Belgia , Yunani, Spanyol, Swis , Italia dll. ( 1872 ). Kecuali
Tiongkok yang hingga tahun 1930 masih memakai standar perak, hampir di
seluruh dunia mempergunakan standar emas. Inilah yang disebut dengan
Standar Emas Internasional.
Namun ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh Negara-negara yang akan
yang akan bergabung ke dalam Standar Emas Internasional, yaitu :
Pertama : Negar-negara yang berada dalam Standar Emas Internnasional
harus berada dalam Standar Emas pula dan harus memelihara satuan nilai
uangnya dengan seberat emas tertentu.
Kedua : Negara-negara yang berada dalam Standar Emas
Internasionalmembebaskan keluar-masuknya emas. Ada kebabsan impor-
ekspor emas.
Salah satu dari kedua persyaratan Standar Emas Internasional ini tidai
dipenuhi system tidak akan berjalan dengan semestinya. Oleh karena itu
setiap Negara yang bergabung dengan Standar Emas Internasional harus
tunduk peraturan yang ditetapkan oleh Standar Emas Internasional. Namun
dalam perkembangan selanjutnya ternyata, tidak semua Negara mampu
mempertahankan stabilitas emas, neraca perdagangan mereka mengalami
deficit yang mengakibatkan larinya emas ke luar negeri; kelangkaan emas di
dalam negeri dihadapi oleh sebagian anggota Standar Emas Internasional
karena struktur ekonomi nasionalnya tidak memungkinkan untuk
mempertahankan neraca perdagangan yang seimbang. Selain itu penemuan
emas di California dan Australia, meenyebabkan pasokan emas dunia

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 10


melonjak tinggi dan mengguncangkan system keuangan dunia di pertengahan
abad XIX karena inflasi.

NILAI UANG TANPA STANDAR EMAS


Di masa sekarang, ketika tidak ada lagi standar emas sebagaia acuan nilainya,
dan uang yang berubah sifat menjadi uang kepercayaan. Uang dipercaya
memiliki nilai karena tidak semua orang sekarang dapat mencetak uang; uang
hanya boleh dicetak dan dikeluarkan oleh pemerintah atau institusi yang
ditunjuk berdasar Undang-uandang; dalam hal ini adalah Bank Sentral.
Kepecayaan kepada uang menggambarkan kepercayaan kepada pemerintah
yang mengeluarkan uang. Nilai uang semakin tinggi kepercayaan kepada
pemerintah semakin tinggi pula; demikian juga sebaliknya.
Lalu apa acuannya dalam menyelesaikan perdagangan internasional ? Atau
bagaimana menentukan kurs mata uang untuk dapat menyelesaikan
pembayaran internasional. Dalam hal ini kita kembali kepada apa itu nilai
nominal, nilai uang dan nilai tukar. Nilai nominal uang adalah satuan nilai
uang yang tercetak pada uang. Nilai uang adalah kemampuan darti satuan
uangt untuk memperoleh barang-barang lain yang dibutuhkan. Dan Nilai tukar
adalah gambaran kemampuan satuan uang bila ditukarkan dengan benda-
benda lain. Atau nilai uang pada hakekatnya adalah nilai tukar. Nilai nominal
uang adalah kumpulan nilai uang dalam sebuah mata uang. Oleh karena itu
membandingkan nilai dua uang yang berbeda, harus membandingkan nilai
tukarnya terhadap barang yang sama di negaranya masing – masing.
Perbandingan nilai tukar ini menjadi nilai tukar antara valuta ( uang ).
Misalnya memperbandingkan nilai rupiah dengan dollar Amerika. Untuk 1 kg
beras di Amerika diperlukan uang sebesar US$1,-. Di Indonesia untuk beras
kualitas yang sama diperlukan sebanyak Rp. 14.500,- Maka perbandingan
nilai rupiah dan dollar adalah 14,5 : 1. Atau US$ 1,- sama dengan Rp. 14.500.

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 11


Atau kurs US$ 1,- sama dengan Rp. 14.500. Atau nilai tukarnya Rp. 14.500
per US$. Namun dalam praktek di pasar uang, berlaku hukum permintaan dan
penawaran akan valuta asing. Apabila sebuah Negara mengalamai deficit
dalam neraca perdagangannya, Negara yang yang bersangkutan akan
menghadapi kekuarangan penawaran valuta asing. Maka harga valuta asing
akan naik. Harganya mungkin akan lebih tinggi dari Rp. 14.500 per US$.
Demikian juga sebaliknya. Ketika neraca perdagangan surplus, harga valuta
asing akan turun, mungkin kurang dari Rp. 14.500 per us$. Melalui
mekanisme inilah kebijaksanaan moneter diterapkan untuk mempertahankan
nilai tukar rupiah tetap berada pada angka Rp. 14.500 per US$. Caranya
apabila terjadi surplus neraca perdagangan otoritas keuangan menahan
pasokan devisa sebagai cadangan, dan apabila terjadi deficit neraca
perdagangan otoritas moneter akan melepas cadangan devisa agar pasokan
sesuai dengan permintaan, sehingga kurs akan tetap berada pada tingkat Rp.
14.500 per US$.
Dari gambaran mengenai nilai uang di atas, terlihat jelas bahwa produktivitas
masyarakatr menjadi kunci utama penentuan nilai uang, sebagaimana postulat
yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya Umul al-Din.
Dan akan semakin jelas dalam uraian mengenai teori kuantitative uang,

Jenis-Jenis Uang Dan Standar Uang 12

Anda mungkin juga menyukai