Anda di halaman 1dari 3

Dampaka Penggunaan Dinar dan Dirham dalam Perdagangan Internasional

Penggunaan uang dinar merupakan suatu solusi atas perekonomian dunia yang
menggunakan uang fiat. Penggunaan uang fiat menimbulkan ketidakstabilan perekonomian
dunia, untuk mengatasi hal itu dibutuhkan mata uang yang lebih stabil, yaitu dinar emas.
Pada tahun 1250 M/648 H di negara Mesir uang dinar yang dijadikan sebagai dasar moneter
pernah dipengaruhi oleh penggunaan uang fulus, yaitu uang campuran dari kuningan dan
tembaga. Penggunaan uang fulus dan ditambah oleh kondisi perekonomian yang buruk telah
menyebabkan harga yang tidak stabil Untuk mengatasi hal tersebut Al-Maqrizi (768-845 H)
dalam bukunya Ighotsatul Ummah bi Kasyfil Ghummah menjelaskan kondisi tersebut secara
terperinci serta memberikan jalan keluar bagi kondisi perekonomian Mesir pada waktu itu.
Diantara pemikiran Al-Maqrizi tersebut adalah:
a. hanya dinar dan dirham yang bisa digunakan sebagai uang
b. menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money); dan
c. membatasi penggunaan uang fulus.
Menurut Al-Maqrizi untuk mengatasi kondisi tersebut, uang dina dan dirham harus
kembali digunakan dalam perdagangan barang da jasa seperti pembayaran upah para pekerja.
Untuk mendukung penggunaan uang dinar dan dirham tersebut, maka pemerintah hans
menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money) serta meis butasi penggunaan
uang halus hanya untuk transaksi dalam skala kecil dan hanya untuk transaksi kebutuhan
sehari-hari rumah tangga Sedangkan dinar dan dirham digunakan untuk transaksi dalam skala
besar seperti perdagangan luar negeri dan transaksi domestik lainnya (Al-Magrizi, 2002,
Rosly dan Barakat, 2002)
Pada saat ini, peran uang fulus sudah digantikan oleh uang fiat yang digunakan untuk
semua transaksi perdagangan, baik dalam negen maupun luar negeri. Penggunaan dinar
merupakan suatu solusi untuk mengatasi berbagai dampak perekonomian yang ditimbulkan
oleh penggunaan uang fiat dalam perekonomian dunia.
Hasan dalam bukunya Al-Awraq an-Nagdiyyat fi al-Iqtishadi al-Islamy menjelaskan
bahwa setelah berakhirnya Perang Dunia 1, setiap negara memberlakukan peraturan dan
pengawasan ketat terhadap perdagangan dunia untuk menurunkan jumlah impor barang dan
komoditas seperti pemberlakuan pajak dan cukai Setiap negara berusaha untuk mendorong
peningkatan ekspor yang kemudian menyebabkan perbedaan harga-harga di setiap negara
Ketika perdagangan menggunakan emas, maka indeks harga akan mempertahankan
kesesuaian, karena menggunakan sistem emas sangat berperan penting untuk menjaga
stabilitas harga di berbagai negara Sebagai contoh, terjadinya kerja sama dagang antara
Suriah dengan Perancis dengan menggunakan sistem emas. Suriah mengimpor komoditi
dalam jumlah besar dari Perancis, hal ini akan menyebabkan keluarnya emas dari Suriah
menuju Perancis dan persediaan emas akan menipis di Suriah Saat itu harga-harga akan
mengalami penurunan di Suriah. Ketika harga-harga komoditi di Suriah menurun, negara lain
akan melakukan impor dari Suriah dan saat itu pula emas-emas kembali masuk dan menguat
di Suriah. Tetapi, ketika perdagangan dunia tidak lagi berjalan dengan bebas, keberadaan
uang emas digantikan dengan uang kertas yang berakibat pada perbedaan indeks harga-harga
(Hasan, 2005: 49).
Menurut Majdi Siswantoro dan Brozovsky (Stable and Just b Ay Syne, 20021 penggunaan
uang dinar yang dilakukan oleh kadus gara dalam perdagangan bilateral akan menyebabkan
penyesuaian as terhadap neraca pembayaran (balance of payment) kedua negara. Cannah
sederhananya adalah ketika salah satu negara mengekspor barang enjata lainnya, maka negara
tersebut akan memiliki lebih banyak dinar mas dan jumlah barang yang lebih sedikit. Hal ini
akan menyebabkan angkatnya harga barang karena adanya ekspor dan dengan tingkat harga
png lebih tinggi serta melakukan penyesuaian otomatis terhadap perbedaan pada neraca
pembayaran.
Penggunaan uang dinar dan uang domestik secara bersamaan akan menimbulkan
terjadinya spekulasi nilai tukar antara uang kertas dan og dinar yang pada akhimya akan
menyebabkan runtuhnya sistem ang dinar. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka
diperlukan adanya pengaturan terhadap uang dinar itu sendiri, berupa (Siswantoro et al 2002)
a. Uang dinar hanya boleh digunakan untuk pertukaran barang dan jasa
b. Nilai moneter dari uang dinar harus lebih tinggi dari nilai intrinsiknya. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pengumpulan uang dinar untukdijadikan sebagai alat
perhiasan.
c. Penggunaan uang dinar diperlukan adanya peran dari bank sentral untuk mengontrol
dan menentukan jumlah dinar yang eksis dan yang beredar. Dengan cara tersebut, arus
peredaran uang dinar akan terkontrol dengan baik
(Referensi: Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Handi RiszaIdris, Ranti
Wiliasih ,2008 Jakarta)
Teori nilai tukar uang konvensional
Teori ekonomi Islam sebenarnya bukan ilmu baru dari teori ekonomi yang ada
sekarang. Sistem ekonomi Islam membolehkan prinsip-prinsip dan hukum ekonomi modern
yang ada tidak bertentangan dengan yang dilarang dalam Islam. Dalam Islam, ilmu ekonomi
dan sistem ekonomi masing-masing membahas tentang ekonomi, akan tetapi ilmu ekonomi dan
sistem ekonomi adalah hal yang berbeda sama sekali. Dimana antara konsep yang satu dengan konsep
yang lainnya tentu tidak sama. Sistem ekonomi tidak dibedakan berdasarkan banyak dan sedikitnya
kekayaan, bahkan sama sekali tidak berpengaruh oleh kekayaan sebab banyak dan sedikitnya
kekayaan tersebut dari sisi manapun tidak mempengaruhi bentuk sistem ekonomi.
Dengan demikian, teori sistem ekonomi Islam dalam nilai tukar sangat erat dengan faktor
kebutuhan. Dimana yang mendorong orang untuk melakukan pertukaran mata uang adalah adanya
kebutuhan salah seorang dari dua penukar pada mata uang yang menjadi milik penukar lain. Teori
sistem ekonomi Islam dalam nilai tukar uang diwujudkan dalam mekanisme bagi hasil dan jual
belikan peredaran modal yang sebebas-bebasnya membuat perekonomian suatu negara satu demi satu
akan rusak dan kredit macet menjadi gejala global. Bagaimana tidak, pasar uang yang telah
berkembang begitu cepat sehingga terlepas dari pasar barang dan jasa.
Dari uraian di atas jelas bahwa teori ekonomi Islam dalam nilai tukar uang yaitu sebagai
berikut :

1. Dalam nilai tukar uang, baik di lakukan dalam satu negara ataupun antar negara, wujud
transaksi itu harus jelas, kontan, ada pada saat dilaksanakan transaksi, dan jenis serta
kuantitasnya harus sama (jika dilakukan dalam satu negara yang mata uang sama atau negara
yang mata uangnya berdasar emas dan perak).
2. . Uang bukan komoditas, praktek penggandaan uang dan spekulasi dilarang, sehingga bentuk-
bentuk transaksi maya dapat dihindarkan. Dalam sistem ekonomi Islam, segala bentuk
transaksi maya dilarang, karena pasar uang akan tumbuh jauh lebih cepat daripada
pertumbuhan pasar barang dan jasa. pertumbuhan yang tidak seimbang akan menjadi sumber
krisis seperti terjadi sekarang. Pelarangan riba pada hakikatnya merupakan pelanggaran
transaksi maya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ruum : 39 yang artinya
sebagai berikut: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kami berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang- orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Dalam ilmu ekonomi konvensional uang dipandang sebagai sesuatu yang sangat
berharga dan dapat berkembang dalam suatu waktu tertentu. Anggapan demikian melahirkan
time value of money. Time value money adalah nilai, waktu dari uang yang bisa bertambah
dan berkurang sebagai akibat perjalanan waktu (Damodaran, 2001). Dengan demikian,
memegang uang orang dihadapkan pada risiko menurunnya daya beli dari kekayaannya
sebagai akibat dari inflasi sedangkan dengan memilih menyimpan uang dalam bentuk surat
berharga, pemilik memperoleh bunga yang diperkirakan di atas inflasi yang terjadi. Dengan
demikian, nilai uang saat sekarang nilai subsitusinya terhadap barang akan lebih tinggi
dibanding nilainya di masa yang akan datang.
Lebih jelasnya, konsep time value of money diwujudkan dalam bentuk tingkat bunga.
Tingkat bunga dianggap sebagai harga dari komoditas uang. Perdagangan surat berharga di
pasar uang antara bank dan produk-produk perbankan lainnya, sebenarnya pada hakikatnya
menjadi perdagangan komoditas uang, menjual surat berharga dapat diartikan memakan uang
masa kini dan uang masa dimasa depan yang jumlahnya tidak sama.
Dalam teori ini, Bunga merupakan pengganti value perbedaan nilai (dari nilai
sekarang atau present value dan nilai yang akan datang atau future value). Bunga adalah
besarnya penggantian perbedaan antara nilai sekarang dengan nilai yang akan datang. Konsep
time value of money atau yang disebut dalam ekonomi sebagai positif time preference
menyebutkan bahwa nilai komoditi pada saat ini lebih tinggi dibandingkan nilainya dimasa
depan (Achsien, 2003).
Dari uraian di atas, konsep time value of money dalam nilai tukar uang sangat
mempengaruhi tingkat nilai tukar. Apalagi dalam ekonomi konvensional mendefenisikan
nilai- nilai, menurut mereka adalah nilai menurut anggapan atau spekulaasi, dimana nilai bisa
berubah menjadi harga, apalagi sesuatu yang dipergunakan dijadikan sebagai standar atau
ukuran. Jadi nilai bersifat nisbi (relatif). Maka seorang spekulan harus professional, ekstra
hati-hati dan terus-terus memantau nilai kurs atau nilai tukar antar valas yang berlaku di dunia
agar apa yang diusahakan terus dapat memperoleh keuntungan.
(Referensi: Leni Shaleh 2016 Perubahan Nilai Tukar Uang Menurut Perspektif
Ekonomi Islam Yogyakarta)

Anda mungkin juga menyukai