Disusun oleh :
F. 2211335
UNIVERSITAS DJUANDA
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinar adalah mata uang emas atau koin berlapis emas 22 karat seberat
4,25 gram dan berdiameter 23 mm, sedangkan dirham terbuat perak murni
seberat 3 gram yang berdiameter 25 mm. Spesifikasi bentuk dinar dan dirham
sekarang sama dengan bentuk dinar saat awal digunakan oleh kerajaan
Bizantium (Romawi Timur) lalu koin dirham merupakan salinan perak
dirham dari kerajaan Persia (Yezdigird Sassanian III). Kedua kerajaan
tersebut menjadi sentral dalam bidang kemiliteran dan perekonomian pada
zamannya.
Pada mulanya mata uang uang dinar (emas) dan dirham (perak) yang
pakai pada saat itu bukan berasal dari kawasan dunia Islam, sebab ketika itu
kaum muslimin tidak begitu pandai dalam industri mata uang. Maka tidak
aneh manakala diantara kaum muslimin menggunakan transaksinya dengan
mata uang tersebut yang berlogo perang salib dan disisi sebelahnya
bergambar rumah persempahan api.
Dinar yakni koin emas 22 karat seberat 4,25 gram emas, spesifikasi
teknis dinar sama dengan dinar klasik dan dirham ialah koin perak murni
seberat 3 gram24. Beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola
dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan hanya ditambah dengan lafadz
yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperti “Bismillah” (Dengan nama
Allah) dan Bismillahi Rabbi (Dengan nama Allah Tuhanku) yang terletak
pada tepi lingkaran.
Pada tahun 75 H (695 M) Khalifah Abdul Malik memerintahkan Al-
Hajjaj untuk mencetak dirham yang pertama dengan lafadz-lafaz Islam yang
ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, dan baru tahun 77 H ( 697 M ) memulai
Dinar dimunculkan. Ia memesan koin yang diberi cap dengan kalimat
“Allahu Ahad” serta “Laa ilaha illallah” memberikan perubahan figur hewan
dan manusia dalam koin tersebut digantikan dengan kalimat yang bercorak
Islami. Segala sesuatu yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya
Islam, dalam penggunaan hal tersebut tidak dilarang atau bahkan diterapkan
oleh zaman Rasulullah, maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) pada
Rasulullah SAW, ini dimaksudkan sudah menjadi bagian keimanan dan
keislaman itu sendiri.
B. Definisi Uang
1. Pengertian Uang
Uang dalam ekonomi Islam secara etimologi berasal dari kata an-
naqdu dan jamaknya adalah an-nuqud. Pengertiannya ada beberapa
makna, yaitu an-naqdu berarti yang baik dari dirham, menggenggam
dirham, membedakan dirham, dan an-naqdu juga berarti tunai. Kata
nuqud tidak terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadis karena bangsa Arab
umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukan harga.
Mereka menggunakan kata dinar dan untuk menunjukan mata uang
yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukan alat tukar yang
terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan kata wariq untuk
menunjukan dirham perak, kata lain untuk menunjukan dinar emas.
Sementara fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang
digunakan untuk membeli barang-barang murah.
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang
dicetak, tetapi mencakup seluruh dinar, dirham, dan fulus. Untuk
menunjukan dirham dan dinar mereka menggunakan istilah naqdain.
Namun, mereka berbeda pendapat apakah fulus termasuk kedalam istilah
nuqud atau tidak. Menurut pendapat yang mu‟tamad dari golongan
Syafiiyah, fulus tidak termasuk nuqud, sedangkan madzhab Hanafi
berpendapat bahwa nuqud mencakup fulus. Definisi nuqud menurut Abu
Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah nilai sesuatu. Ini berarti
dinar dan dirham adalah setandar ukur yang dibayarkan dalam transaksi
barang dan jasa. Ibnu Qayyim berpendapat, dinar dan dirham adalah nilai
harga barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar
unit ukuran untuk nilai harga komoditas.
2. Fungsi Uang
a. Satuan Nilai
Satuan nilai merupakan fungsi uang yang terpenting. Uang
adalah satuan nilai atau standar ukuran harga dalam transaksi barang
dan jasa. Dengan adanya uang sebagai satuan nilai, maka hal itu
dapat memudahkan terlaksananya transaksi dalam kegiatan ekonomi
masyarakat dan nilai suatu barang dapat diukur dan
diperbandingkan. Nilai suatu barang dapat dinyatakan dengan harga.
Penggunaan uang sebagai alat satuan hitung akan memudahkan
masyarakat menentukan nilai suatu barang. Pada sistem barter
dahulu, terdapat kesulitan dalam menentukan satuan nilai pada
suatu barang atau jasa.
b. Alat Tukar
Uang adalah alat tukar menukar yang digunakan setiap
individu untuk transaksi barang dan jasa. Ini adalah fungsi pokok
dari uang. Dengan uang sebagai alat tukar, seseorang dapat
memperoleh barang atau jasa sesuai yang ia inginkan. Tidak
seperti sistem barter pada zaman dahulu. Misalnya seseorang yang
mempunyai apel, dan dia membutuhkan beras. Dalam sistem
barter, orang yang mempunyai apel harus pergi ke pasar dan
mencari orang yang mempunyai beras dan dia juga membutuhkan
apel. Dan terjadilah barter di antara kedua belah pihak.
PENUTUP
Kesimpulan
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang
dicetak, tetapi mencakup seluruh dinar, dirham, dan fulus. Sementara fulus
(uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli
barangbarang murah. Namun fulus tidak termasuk kategori nuqud, sedangkan
madzhab Hanafi berpendapat bahwa nuqud mencakup fulus. Definisi nuqud
menurut Abu Ubaid, dirham dan dinar adalah nilai sesuatu. Ini berarti dinar dan
dirham adalah setandar ukur yang dibayarkan dalam transaksi barang dan jasa.
Dengan demikian uang secara umum adalah sesuatu yang dapat
diterima secara umum sebagai sebagai alat untuk pembayaran suatu wilayah
tertentu atau sebagai alat pembayaran utang, atau sebagai alat pembelian
barang dan jasa.dengan demikian uang merupakan suatu alat yang dapat dapat
digunakan dalam wilayah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Haerisma, AS. (2011). Dinar dan Dirham. Uang Dan Dirham. Hal 1-5.
file:///C:/Users/user/Downloads/adminalrozi,+UANG+DAN+DINAR.pdf.