Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Dinar dan Dirham

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Ekonomi Makro Islam

Dosen pengampu : Muhammad Amin SHI., M.Si

Disusun oleh :

Fahmi Kelana Dwi Insani

F. 2211335

FAKULTAS AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN GURU

UNIVERSITAS DJUANDA

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam masalah dimensi sosial adalah hal uang, akan timbul


pembahasanan bagaimana masyarakat mempengaruhi fenomena uang
serta bagaimana uang mempengaruhi masyarakat. Tidak ada yang bisa
membantah, bahwa uang adalah sesuatu yang sangat bernilai. Uang tidak
hanya dapat membuat semua kebutuhan dan keinginan kita terpenuhi.
Tetapi uang juga dapat membuat seseorang sangat berkuasa. Uang juga
bisa mempengaruhi pandangan hidup dan sikap sosial kemasyarakatan.
Mulai masyarakat level sosial, ekonomi, dan politik yang paling rendah
sampai sebagian kecil masyarakat kelas atas. Korupsi, kolusi dan
nepotisme dari jenis yang paling sederhana sampai yang paling sulit tidak
pernah jauh dari persoalan uang. Begitu juga denagn berbagai tindakan
kriminalitas yang terjadi di masyarakat setiap hari.

Dalam kehidupan ekonomi, uang memiliki peranan yang cukup


penting di antaranya, uang ialah standar nilai atas kegiatan ekonomi yang
ada, baik konsumsi, produksi atau refleksi atas kekayaan dan
penghasilan.Uang dapat memudahkan kita melakukan barter atas barang
dan jasa di antara individu masyarakat. Pada mulanya kehidupan
masyarakat sangatlah sederhana. Dalam makna untuk memenuhi
kebutuhannya, manusia cukup bekerja sebagai nelayan ataupun
menghasilkan buah-buahan yang sudah terdapat dihutan. Dengan semakin
bertambahnya populasi manusia, harus ada langkah ke depan untuk
meningkatkan swasembada penuh dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Karena itu sistem pertukaran barang dan jasa sangat diperlukan guna
mempermudah proses kebutuhan hidup.

Manusia terus melakukan pencarian untuk mendapat media


sebagai alat tukar yang dapat diterima oleh semua orang. Diawal sistem
transaksi klasik, manusia menggunakan hewan sebagai alat tukar. Akan
tetapi, karena adanya kesulitan dalam penyimpanan dan kebutuhannya,
maka sistem tersebut ditinggalkan. Selanjutnya digunakan batu sebagai
alat teersebut, tetapi karena terjadinya penumpukan batu sebagai alat
tersebut tidak mempunyai nilai. Kemudian ditemukan bahan tambang
sebagai alat tukar, diantaranya besi atau tembaga.

Al Ghazali (w.555 H/1111 M) juga menekankan pentingnya


perekonomian uang, karena keburukan perekonomian barter dan
ketidaksesuaian keinginan antara dua belah pihak. Ia mengatakan bahwa
untuk mewujudkan perekonomian barter seseorang memerlukan usaha
yang keras. Pelaku ekonomi barter harus mencari seseorang yang
mempunyai keinginan yang sama dengannya. Para pelaku ekonomi barter
tersebut juga akan mendapatkan berbagai kesulitan dalam mentukan
harga khususnya ketika terjadi keragaman barang dagangan, pertambahan
produksi dan perbedaan kebutuhan.

Seiring dengan perkembangan zaman akhirnya manusia


menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar (uang), proses tersebut
berdasarkan atas kelangkaan yang masuk akal dan tidak mudah rusak
dalam waktu yang relative lama, serta mudah digunakan dalam
bertransaksi. Dengan demikian perkembangan kehidupan ekonomi,
manusia menyadari akan pentingnya kehadiran uang sebagi alat tukar.
Perkembangan tersebut diiringi dengan adanya penemuan emas dan perak
yang berfungsi sebagai alat tukar. Kemudian ada keinginan untuk
menggunakan kertas sebagai uang. Ekonom menjelaskan bahwa segala
sesuatu bisa digunakan sebagai uang asalkan dapat diterima oleh semua
pihak untuk dijadikan sebagai alat tukar.

Sepanjang sejarah keberadaannya uang memiliki peranan penting


dalam perjalanan kehidupan modern. Uang berhasil memudahkan dan
mempersingkat waktu transaksi pertukaran barang dan jasa. Maka dalam
makalah ini akan dibahas mengenai uang dan gold dinar sebagai alat
tukar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dinar dan Dirham

Dinar adalah mata uang emas atau koin berlapis emas 22 karat seberat
4,25 gram dan berdiameter 23 mm, sedangkan dirham terbuat perak murni
seberat 3 gram yang berdiameter 25 mm. Spesifikasi bentuk dinar dan dirham
sekarang sama dengan bentuk dinar saat awal digunakan oleh kerajaan
Bizantium (Romawi Timur) lalu koin dirham merupakan salinan perak
dirham dari kerajaan Persia (Yezdigird Sassanian III). Kedua kerajaan
tersebut menjadi sentral dalam bidang kemiliteran dan perekonomian pada
zamannya.
Pada mulanya mata uang uang dinar (emas) dan dirham (perak) yang
pakai pada saat itu bukan berasal dari kawasan dunia Islam, sebab ketika itu
kaum muslimin tidak begitu pandai dalam industri mata uang. Maka tidak
aneh manakala diantara kaum muslimin menggunakan transaksinya dengan
mata uang tersebut yang berlogo perang salib dan disisi sebelahnya
bergambar rumah persempahan api.
Dinar yakni koin emas 22 karat seberat 4,25 gram emas, spesifikasi
teknis dinar sama dengan dinar klasik dan dirham ialah koin perak murni
seberat 3 gram24. Beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola
dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan hanya ditambah dengan lafadz
yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperti “Bismillah” (Dengan nama
Allah) dan Bismillahi Rabbi (Dengan nama Allah Tuhanku) yang terletak
pada tepi lingkaran.
Pada tahun 75 H (695 M) Khalifah Abdul Malik memerintahkan Al-
Hajjaj untuk mencetak dirham yang pertama dengan lafadz-lafaz Islam yang
ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, dan baru tahun 77 H ( 697 M ) memulai
Dinar dimunculkan. Ia memesan koin yang diberi cap dengan kalimat
“Allahu Ahad” serta “Laa ilaha illallah” memberikan perubahan figur hewan
dan manusia dalam koin tersebut digantikan dengan kalimat yang bercorak
Islami. Segala sesuatu yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya
Islam, dalam penggunaan hal tersebut tidak dilarang atau bahkan diterapkan
oleh zaman Rasulullah, maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) pada
Rasulullah SAW, ini dimaksudkan sudah menjadi bagian keimanan dan
keislaman itu sendiri.

B. Definisi Uang

1. Pengertian Uang
Uang dalam ekonomi Islam secara etimologi berasal dari kata an-
naqdu dan jamaknya adalah an-nuqud. Pengertiannya ada beberapa
makna, yaitu an-naqdu berarti yang baik dari dirham, menggenggam
dirham, membedakan dirham, dan an-naqdu juga berarti tunai. Kata
nuqud tidak terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadis karena bangsa Arab
umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukan harga.
Mereka menggunakan kata dinar dan untuk menunjukan mata uang
yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukan alat tukar yang
terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan kata wariq untuk
menunjukan dirham perak, kata lain untuk menunjukan dinar emas.
Sementara fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang
digunakan untuk membeli barang-barang murah.
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang
dicetak, tetapi mencakup seluruh dinar, dirham, dan fulus. Untuk
menunjukan dirham dan dinar mereka menggunakan istilah naqdain.
Namun, mereka berbeda pendapat apakah fulus termasuk kedalam istilah
nuqud atau tidak. Menurut pendapat yang mu‟tamad dari golongan
Syafiiyah, fulus tidak termasuk nuqud, sedangkan madzhab Hanafi
berpendapat bahwa nuqud mencakup fulus. Definisi nuqud menurut Abu
Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah nilai sesuatu. Ini berarti
dinar dan dirham adalah setandar ukur yang dibayarkan dalam transaksi
barang dan jasa. Ibnu Qayyim berpendapat, dinar dan dirham adalah nilai
harga barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar
unit ukuran untuk nilai harga komoditas.
2. Fungsi Uang
a. Satuan Nilai
Satuan nilai merupakan fungsi uang yang terpenting. Uang
adalah satuan nilai atau standar ukuran harga dalam transaksi barang
dan jasa. Dengan adanya uang sebagai satuan nilai, maka hal itu
dapat memudahkan terlaksananya transaksi dalam kegiatan ekonomi
masyarakat dan nilai suatu barang dapat diukur dan
diperbandingkan. Nilai suatu barang dapat dinyatakan dengan harga.
Penggunaan uang sebagai alat satuan hitung akan memudahkan
masyarakat menentukan nilai suatu barang. Pada sistem barter
dahulu, terdapat kesulitan dalam menentukan satuan nilai pada
suatu barang atau jasa.
b. Alat Tukar
Uang adalah alat tukar menukar yang digunakan setiap
individu untuk transaksi barang dan jasa. Ini adalah fungsi pokok
dari uang. Dengan uang sebagai alat tukar, seseorang dapat
memperoleh barang atau jasa sesuai yang ia inginkan. Tidak
seperti sistem barter pada zaman dahulu. Misalnya seseorang yang
mempunyai apel, dan dia membutuhkan beras. Dalam sistem
barter, orang yang mempunyai apel harus pergi ke pasar dan
mencari orang yang mempunyai beras dan dia juga membutuhkan
apel. Dan terjadilah barter di antara kedua belah pihak.

C. Pendapat Ekonom Muslim Tentang Uang

1. Ekonom Muslim Klasik

a. Teori Uang Menurut Imam Al – Ghazali

Al-Ghazali memandang perkembangan ekonomi sebagian dari


tugas kewajiban sosial (fard al-kifayah) yang sudah dirinci dalam Al-
Quran, jika hal tersebut tidak dilaksanakannya, kehidupan manusia
didunia akan runtuh dan kemanusiaan akan binasa34. Tugas kewajiban
sosial sebagai muslim tentunya merupakan bagian dari kekuatan nilai
spiritual seseorang.
Al-Ghazali dalam gagasannya menekankan pentingnya pasar
merupakan bagian dari “keteraturan alami”. Secara detail, Al-Ghazali
menerangkan terjadinya evolusi pasar dimana memiliki peranan
penting bagi perekonomian.
Beliau juga berpendapat bahwa dalam ekonomi barter sekalipun
uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang. Misalnya onta
senilai 100 dinar dan kain senilai sekinar dinar. Dengan adanya uang
sebagai ukuran nilai barang, uang akan berfungsi pula sebagai media
penukaran. Namun uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Uang
diciptakan untuk melancarkan pertukaran dan menetapkan nilai yang
wajar dari pertukaran tersebut. Menurut Al-Ghazali uang diibaratkan
cermin yang tidak mempunyai warna tetapi dapat merefleksikan semua
warna.
Menurut Al-Ghazali, ada dua fungsi uang (function of money) yaitu
membuat orang dapat mudah memanfaatkannya, serta mudah
menggunakan secara efektif tanpa harus membawa barang (harta
miliknya) dalam memenuhi kebutuhannya untuk ditukarkan dengan
milik orang lain. Kedua fungsi uang tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: Pertama, Allah SWT menjadikan (mata uang) dinar dan
dirham, sebagai hakim dan dua penengah (double justice and
concidence) diantara harta benda yang lain-lainnya. Kedua, keduanya
dinar dan dirham itu menjadi perantara (wasilah) kepada barang-
barang yang lainnya (medium of exchenge for goods and service).
Karena keduanya adalah barang milik pada dirinya dan tidak ada
maksud pada diri keduanya, dan perbandingan keduanya kepada harta-
harta yang lain adalah satu perbandingan.

b. Teori Uang Menurut Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah lahir, besar dan wafat di zaman pemerintahan Bani


mamluk, ketika itu harga-harga dinyatakan dan dibayar dalam dirham
yang merupakan peninggalan Bani Ayyubi. Namun karena desakan
kebutuhan masyarakat akan mata uang dengan pecahan yang lebih
kecil, maka diperkenalkan mata uang baru dari tembaga yang
namanya fals (jamaknya disebut fullus). Dengan demikian dinar dan
dirham digunakan untuk transaksi-transaksi bear dan untuk
transaksitransaksi kecil digunakan fullus. Fullus berbeda dengan dinar
(emas) dan dirham (perak), logam tembaga lebih mudah didapat
sehingga lebih murah harganya. Tanpa disadari dengan adanya
batasan tersebut, maka menambah jumlah fullus yang tanpa melihat
sektor yang terkait di dalamnya. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa
praktek mengimpor tembaga dari negara-negara Eropa adalah bagian
dari bisnis uang. Ada beberapa catatan penting tentang uang, yakni:
1) Perdagangan uang akan memicu inflasi
2) Hilangnya kepercayaan orang akan stablitas nilai tukar
uang akan mencegah orang melakukan kontrak jangka
panjang dan mendzalimi golongan masyarakat
berpenghasilan tetap.
3) Perdagangan domestik akan menurun karena adanya
kekhawatiran terdapat stabilitas nilai uang.
4) Logam berharga akan mengalir keluar negeri.
5) Perdagangan internasional akan menurun.
Uang poin pertama, Ibnu Qoyyim salah satu murid Ibnu Taimiyyah
secara lebih eksplisit menyatakan bahwa riba tidak saja berarti riba
yang terang-terangan (riba al-jali), namun juga berarti riba yang
terselubung (riba al-khafi). Lebih lanjut, Ibnu Qoyyim mengatakan
bahwa riba yang terang-terangan harus dihentikan seketika,
sedangkan pelarangan riba yang terselubung, dimaksudkan untuk
mencegah segala bentuk cara yang dapat menimbulkan riba. Jelaslah
bahwa riba dan segala transaksi yang mengarah pada riba tidak
diperbolehkan dan perdagangan uang merupakan salah satu di
antranya. Beliau kemudian menegaskan bahwa pelarangan kedua
jenis riba ini akan menghantarkan perekonomian yang lebih baik.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang
dicetak, tetapi mencakup seluruh dinar, dirham, dan fulus. Sementara fulus
(uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli
barangbarang murah. Namun fulus tidak termasuk kategori nuqud, sedangkan
madzhab Hanafi berpendapat bahwa nuqud mencakup fulus. Definisi nuqud
menurut Abu Ubaid, dirham dan dinar adalah nilai sesuatu. Ini berarti dinar dan
dirham adalah setandar ukur yang dibayarkan dalam transaksi barang dan jasa.
Dengan demikian uang secara umum adalah sesuatu yang dapat
diterima secara umum sebagai sebagai alat untuk pembayaran suatu wilayah
tertentu atau sebagai alat pembayaran utang, atau sebagai alat pembelian
barang dan jasa.dengan demikian uang merupakan suatu alat yang dapat dapat
digunakan dalam wilayah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Haerisma, AS. (2011). Dinar dan Dirham. Uang Dan Dirham. Hal 1-5.

file:///C:/Users/user/Downloads/adminalrozi,+UANG+DAN+DINAR.pdf.

Anda mungkin juga menyukai